Nama anggota :
PENYAKIT GASTRITIS
A. Definisi
Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat-
obatan, zat kimia, stres, dan bakteri (Nuari 2015).
b) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesic anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian
obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.
e) Stres fisik. Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta perdarahan
pada lambung.
i) Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalamtubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika
dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke
usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk
cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam
lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan
masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
C. Klasifikasi
a) Gastritis akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obatobatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun
asam. Pada saat mengalami stress, saraf simpatis N.V (Nervus Vagus)
akan terangsang untuk meningkatkan produksi asam klorida (HCl)
dalam lambung. Adanya HCl yang berada didalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung
yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat
terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.
Penyebab terberat dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat asam
atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren
atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat
obstruksi pylorus.
Penularan penyakit maag yang disebabkan oleh H.pylori terjadi melalui jalur
fekal-oral. H. pylori memiliki beberapa faktor virulensi yang memfasilitasi adhesi sel
(misalnya BabA/B, sabA, OipA), kerusakan sel dan gangguan pada sambungan ketat
(misalnya Ure A/B), dan penghindaran respon imun (misalnya LPS). Secara khusus,
gen a (CagA) yang terkait dengan sitotoksin dianggap sebagai pemicu peradangan yang
kuat dan berkorelasi dengan perkembangan kanker lambung.
Faktor lain yang mempengaruhi efek patogenik H. pylori adalah faktor inang—
faktor rentan inang seperti polimorfisme pada gen yang mengkode reseptor tinggi atau
sitokin spesifik. Infeksi H. pylori memicu IL-8, yang menarik neutrofil yang
melepaskan oksiradikal yang menyebabkan kerusakan sel. Infiltrasi limfosit juga
terjadi pada infeksi H. pylori.
Gastritis kronis sebagian besar disebabkan oleh infeksi H. pylori dan muncul
dalam bentuk non-atrofi atau atrofi. Kedua bentuk ini merupakan fenotip maag pada
stadium berbeda dari penyakit seumur hidup yang sama.
Patogenesis gastritis autoimun berfokus pada dua teori. Menurut teori pertama,
respon imun terhadap antigen H. pylori yang ditumpangkan akan dipicu, antigen
bereaksi silang dengan antigen dalam protein pompa proton atau faktor intrinsik,
menyebabkan serangkaian perubahan seluler dan menyebabkan kerusakan pada sel
parietal dan sel parietal. menghentikan sekresi asam klorida dan dengan demikian sel-
sel ini secara bertahap menjadi atrofi dan tidak berfungsi.
Teori kedua mengasumsikan bahwa kelainan autoimun berkembang terlepas dari
infeksi H. pylori, dan penyakit ini menyerang protein pompa proton. Sesuai dengan
kedua teori tersebut, gastritis autoimun terjadi akibat interaksi kompleks antara
kerentanan genetik dan faktor lingkungan yang mengakibatkan disregulasi imunologis
yang melibatkan limfosit T tersensitisasi dan autoantibodi yang ditujukan terhadap sel
parietal dan faktor intrinsik.
Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri di daerah ulu hati adalah mual, muntah, lemas,
kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar
keringat dingin, pusing atau selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah bisa muntah
darah. (Gustin, 2011 dalam Rika 2016).Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas
faktor internal yaitu adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan,
dan zat ekstenal yang menyebabkan iritasi dan infeksi.
F. Faktor-Faktor
Beberapa faktor risiko gastritis adalah menggunakan obat aspirin atau antiradang non
steroid, infeksi kuman Helicobakter pylori, memiliki kebiasaan minum-minuman beralkohol,
memiliki kebiasaan merokok, sering mengalami stress, kebiasaan makan yaitu waktu makan
yang tidak teratur, serta terlalu banyak makan-makanan yang pedas dan asam. (Purnomo, 2009
dalam Diatsa 2016). Sedangkan menurut Ardiansyah penyebab dari Gatritis adalah
mengkonsumsi obat-obatan kimia digitalis (asetaminofen/aspirin, steroid kortikosteroid),
konsumsi alkohol, terapi radiasi, reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada), kondisi stress atau
tertekan, infeksi oleh bakteri (Helicobakter pylori, Eschericia coli, salmonella dan lain-lain,
penggunaan antibiotic, jamur dari spesies candida (Histoplasma capsulaptum, dan
mukonaceace).
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/7908/6/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
https://emedicine-medscape-com.translate.goog/article/175909-
overview?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc&form=fpf
Coati I, Fassan M, Farinati F, Graham DY, Genta RM, Rugge M. Gastritis autoimun:
Sudut pandang ahli patologi. Dunia J Gastroenterol. 14 November 2015; 21
(42):12179-89.
Watari J, Chen N, Amenta PS, Fukui H, Oshima T, Tomita T, Miwa H, Lim KJ, Das
KM. Helicobacter pylori berhubungan dengan gastritis kronis, sindrom klinis,
lesi prakanker, dan patogenesis perkembangan kanker lambung. Dunia J
Gastroenterol. 2014 14 Mei; 20 (18):5461-73.
Sugano K, Tack J, Kuipers EJ, Graham DY, El-Omar EM, Miura S, Haruma K, Asaka
M, Uemura N, Malfertheiner P., anggota fakultas Konferensi Konsensus Global
Kyoto. Laporan konsensus global Kyoto mengenai Gastritis Helicobacter
pylori. Usus. September 2015; 64 (9):1353-67.
Nayak VH, Engin NY, Luka Bakar JJ, Sindrom Ameta P. Hipereosinofilik Dengan
Gastritis Eosinofilik. Kesehatan Anak Glob. 2017; 4 :2333794X17705239.