Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi
dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis) sering kali adalah
hasil dari infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan radang perut yang paling
sering ditemukan. Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang
pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di
klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak
5 – 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih
banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa
mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di
Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang
dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan
pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram negatife, basil yang berbentuk kurva
dan batang. Namun, banyak faktor lain seperti cedera, traumatis, penggunaan obat
penghilang rasa sakit tertentu atau minum alkohol terlalu banyak, juga dapat berkontribusi
untuk terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-
lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat
menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi
kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh
dengan pengobatan. Saat ini dalam proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan
menyerang 80 – 90% laki-laki. Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau
bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus,
gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker
perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda
bahkan sembuh dengan pengobatan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi gastritis
2. Mengetahui klasifikasi gastritis
3. Mengetahui etiologi gastritis
4. Mengetahui patofisiologi gastritis
5. Mengetahui manifestasi klinis gastritis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang gastritis
7. Mengetahui penatalaksanaan gastritis
8. Mengetahui komplikasi gastritis
9. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah
inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga , 1999). Gastritis
adalah segala radang mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Sylvia A
Price, 2006).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai
suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis
bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya
itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok
di lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih
menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.

B. Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar
yaitu :
a) Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan
kimia. Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial,
obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung).
b) Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis kronik
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe
A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar
lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih
lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus
pada dinding lambung.

C. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a) Gastritis Akut
Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung), makanan,
bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b) Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui, biasanya disebabkan
oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

D. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory
Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian
aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan
pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan
merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering
kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga
dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan
gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung.
Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya
terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih
menyebabkan edema lalu rusak

2. Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan
atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri
H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol,
merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan
asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan
rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian
semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus
lapisan lambung.
Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan
tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel
lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu
juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin
rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).
Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

E. Manifestasi Klinis
a. Gastritis Akut
1. Anoreksia
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri epigastrum
5. Perdarahan saluran cerna pada Hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.

b. Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada
gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :
1. Nyeri ulu hati
2. Anorexia
3. Nausea
4. Anemia

F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di
bawah ini :
a. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
b. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat.
c. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
d. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa lambung.
e. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung
f. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes
darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
g. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
h. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi
gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

G. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,1999)
Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis),
yaitu sebagai berikut
a. Gastritis Akut
1. Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
4. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
5. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
8. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau
cuka yang di encerkan.
9. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.

b. Gastritis Kronik
1. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi
lebih sering.
2. Mengurangi stress
3. H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth
(pepto-bismol).

H. Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang dapat berakhir
sebagai syok hemoragie.
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (Mansjoer,
Arief 1999)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnese meliputi :
1. Nama : Tn. X
2. Usia : lebih banyak pada anak-anak
3. Jenis kelamin : lebih banyak laki-laki
4. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat :-
6. Suku/bangsa : indonesia
7. Agama : islam
pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan
hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
ma : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala
yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus,
upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.

3.1.2 Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)


aan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di
kwadran epigastrik.
1(breath) : takhipnea
2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat,
warna kulit pucat.
3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi,
nyeri epigastrum.
4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
6 (bone) : kelelahan, kelemahan

3.1.3 Fokus Pengkajian


1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)

2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons
psikologik)

3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.

4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau
gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah,
berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.

5. Makanan / Cairan
Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).

6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah
makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan
dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah
makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.

8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)

9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena
(misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau
episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).

3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya
tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan
untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylori dalam
lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian
atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika
tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
g. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
h. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output)
setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini
untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair
yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.3 Intervensi keperawatan


DIAGNOSA
No INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang adekuat
kurang dari kebutuhan tubuh individual. Anjurkan klien akan mengurangi resiko
berhubungan dengan intake untuk minum (dewasa : 40- dehidrasi pasien.
yang tidak adekuat dan 60 cc/kg/jam).
output cair yang berlebih 2. Berikan cairan tambahan IV2. Mengganti kehilangan
(mual dan muntah) sesuai indikasi. cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan dalam
Tujuan: fase segera.
Setelah dilakukan tindakan 3. Awasi tanda-tanda vital, 3. Menunjukkan status
keperawatan selama 1x24 evaluasi turgor kulit, dehidrasi atau kemungkinan
jam intake cairan adekuat. pengisian kapiler dan kebutuhan untuk
membran mukosa. peningkatan penggantian
Kriteria Hasil: cairan.
 Mukosa bibir lembab 4. Kolaborasi pemberian 4. Cimetidine dan ranitidine
 Turgor kulit baik cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk
menghambat sekresi asam
 Pengisian kapiler baik lambung
 Input dan output seimbang

2. Nyeri berhubungan dengan 1. Selidiki keluhan nyeri, 1. Untuk mengetahui letak


iritasi mukosa lambung perhatikan lokasi, itensitas nyeri dan memudahkan
sekunder karena stress nyeri, dan skala nyeri intervensi yang akan
psikologi 2. Anjurkan pasien untuk dilakukan
melaporkan nyeri segera saat2. Intervensi dini pada kontrol
Tujuan: mulai nyeri memudahkan
Setelah dilakukan tindakan pemulihan otot dengan
keperawatan selama 2 x 24 menurunkan tegangan otot
jam nyeri dapat berkurang, 3. Pantau tanda-tanda vital 3. Respon autonomik meliputi,
pasien dapat tenang dan perubahan pada TD, nadi,
keadaan umum cukup baik RR, yang berhubungan
dengan penghilangan nyeri
Kriteria Hasil: 4. Dengan sebab dan akibat
nyeri diharapkan klien
 Klien mengungkapakan
4. Jelaskan sebab dan akibat berpartisipasi dalam
nyeri yang dirasakan
nyeri pada klien serta perawatan untuk mengurangi
berkurang atau hilang
keluarganya nyeri
 Klien tidak menyeringai
5. Mengurangi nyeri yang
kesakitan
diperberat oleh gerakan
 TTV dalam batasan normal 6. Menurunkan tegangan otot,
 Intensitas nyeri berkurang 5. Anjurkan istirahat selama
meningkatkan relaksasi, dan
(skala nyeri berkurang 1-10) fase akut
meningkatkan rasa kontrol
 Menunjukkan rileks, 6. Anjurkan teknik distruksi
dan kemampuan koping
istirahat tidur, peningkatan dan relaksasi
7. Memberikan dukungan
aktivitas dengan cepat (fisik, emosional,
meningkatkan rasa kontrol,
dan kemampuan koping)
8. Menghilangkan atau
7. Berikan situasi lingkungan mengurangi keluhan nyeri
yang kondusif klien

8. Kolaborasi dengan tim


medis dalam pemberian
tindakan
3. Nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menjaga nutrisi pasien tetap
kebutuhan tubuh makan dengan porsi yang stabil dan mencegah rasa
berhubungan dengan sedikit tapi sering mual muntah
kurangnya intake makanan 2. Untuk mempermudah
2. Berikan makanan yang pasien menelan
Tujuan: lunak 3. Kebersihan mulut dapat
Setelah dilakukan tindakan 3. Lakukan oral hygiene merangsang nafsu makan
keperawatan selama 3x24 pasien
jam kebutuhan nutrisi pasien 4. Mengetahui perkembangan
terpenuhi status nutrisi pasien
4. Timbang BB dengan teratur
5. Mengetahui status nutrisi
pasien
Kriteria hasil: 5. Observasi tekstur, turgor 6. Mengetahui keseimbangan
 Keadaan umum cukup kulit pasien nutrisi pasien
 Turgor kulit baik 6. Observasi intake dan output
 BB meningkat nutrisi
 Kesulitan menelan
berkurang

4. Ansietas berhubungan 1. Awasi respon fisiologi 1.Dapat menjadi indikator


dengan perubahan status misalnya: takipnea, palpitasi, derajat takut yang dialami
kesehatan, ancaman pusing, sakit kepala, sensasi pasien, tetapi dapat juga
kematian, nyeri. kesemutan. berhubungan dengan kondisi
fisik atau status syok.
Tujuan: 2. Dorong pernyataan takut 2. Membuat hubungan
Setelah dilakukan tindakan dan ansietas, berikan umpan terapeutik
keperawatan pasien dapat balik.
menunjukkan kecemasan 3. Berikan informasi yang 3. Melibatkan pasien dalam
berkurang atau hilang. akurat. rencana asuhan dan
menurunkan ansietas yang
Kriteria hasil: tak perlu tentang
 Mengungkapkan perasaan ketidaktahuan.
dan pikirannya secara 4. Memindahkan pasien dari
4. Berikan lingkungan yang stresor luar, meningkatkan
terbuka tenang untuk istirahat.
 Melaporkan berkurangnya relaksasi, dapat
cemas dan takut meningkatkan keterampilan
 Mengungkapkan mengerti koping.
tentang peoses penyakit 5. Dorong orang terdekat 5. Membantu menurunkan
untuk tinggal dengan pasien. takut melalui pengalaman
 Mengemukakan menyadari
menakutkan menjadi
terhadap apa yang
6. Tunjukan teknik relaksasi. seorang diri.
diinginkannya yaitu
6. Belajar cara untuk rileks
menyesuaikan diri terhadap
dapat membantu
perubahan fisiknya
menurunkan takutdan
ansietas
5. Kurang pengetahuan 1. Beri pendidikan kesehatan 1. Memberikan pengetahuan
berhubungan dengan (penyuluhan) tentang dasar dimana klien dapat
kurangnya informasi. penyakit, beri kesempatan membuat pilihan informasi
klien atau keluarga untuk tentang kontrol masalah
Tujuan: bertanya, beritahu tentang kesehatan.
Klien mendapatkan pentingnya obat-obatan
informasi yang tepat dan untuk kesembuhan klien. 2. Pengkajian / evaluasi secara
efektif. 2. Evaluasi tingkat periodik meningkatkan
pengetahuan klien pengenalan / pencegahan
Kriteria hasil: dini terhadap komplikasi
Klien dapat menyebutkan seperti ulkus peptik dan
pengertian pendarahan pada lambung.
Penyebab
Tanda dan gejala
Perawatan dan pengobatan.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

4.2 Saran
4.2.1 Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan gastritis.
4.2.2 Mahasiswa
Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen


Ilmu Penyakit Dalam FKU

Mansjoer. Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
NOC. Jakarta : EGC

Nuzulul. 2011. Askep Gastritis. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_ detail-35839-Kep-


Pencernaan-Askep-Gastritis.html. Diakses pada tanggal 2 Juni 2012 Jam 11.00 WIB
Noname. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis. http:// dezlicious.
blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_30.html. Diakses pada tanggal 2
Juni 2012 Jam 11.10 WIB

Anda mungkin juga menyukai