GASTRITIS
Oleh :
1. Ni Made Ayu Pradnyawati ( 102011504 )
2. Ni Kadek Desi Nirmala Sari ( 102011508 )
3. I Kadek Dian Saputra ( 102011509 )
SI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JEMBRANA
2016
GASTRITIS
Laporan Pendahuluan
1. Tinjauan Teori
A. Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang bebrarti inflamasi/peradangan.Gastritis adalah inflamasi dari
mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala
radang mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Price & Wilson 2006).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradanngan pada lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung
sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
b. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung
atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.Pylory).Gastritis kronik dikelompokan lagi dalam 2 tipe
yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronis tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.Penurunan pada
sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemi pernisiosa berkembang pada proses ini.
Gastritis kronik tipe B lebih lazim.Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
B. Etiologi
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak
dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya
gastritis antara lain:
1) Infeksi bakteri . Sebagian besar populasi di dunia teinfeksi oleh bakteri H.Pylori yang hidup
di bagian lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut
terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H.Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H.Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka
waktu yang lama akan menjadi peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan
pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-
racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna
dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi
sebagaian besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak
mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.Obat analgesic anti inflamasi
nomsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxendapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostalglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemaikaian pbat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaian dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritisd dan peptic ulcer.
3) Penggunaan alcohol secara berlebihan. Alcohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap aam lambung
walaupun pada kondisi normal.
4) Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
5) Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6) Kelainan aoutoimune.Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika system kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan
dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kenlenjar-kelenjar penghasil
asam lambung dan mengganggu produksi factor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat mempengaruhi seluruh system dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7) Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding
lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari crohn’s disease (yaitu sakit
perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok dari pada gejala-gejala gastritis.
8) Radiasi dan Kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer.ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung.
9) Penyakit bile refluk. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter
yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam
lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, balik ke dalam lambung. Tapi jika
katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10) Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C. Manifestasi klinik
1) Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas,
seperti: anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah,
perdarahan dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala
gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
2) Manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B12, sakit ulu hati setelah makan,
D. Pemeriksaan Penunjang
Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang
berat atau pengguna aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosa ini ditegakkan dengan
pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang sembab, merah,
mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi dari yang
Pada gastritis kronis diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi.
Untuk pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi pada semua segmen lambung.
Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi helicobacter pylori apalagi jika
ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang
cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.
E. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim – enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan respons
mukosa terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut dengan regenerasi mukosa, karena itu
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi
perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan
keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosa lambung
akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
F. WOC
Obat-obatan (NSAID: Aspirin, Ibuprofen) Bakteri H. Pylori Alkohol Kokain
menyebabkan difusi
dan pepsin
Nyeri epigastrum Mukosa lambung kehilangan integritas jaringan pen. Tonus & peristaltic
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Agama :
Jenis Kelamin :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Alamat :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Diagnosa Medis : Gastritis
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS :
Saat ini :
2) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b. Pola makan-minum
Sebelum sakit :
Saat sakit :
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
.
f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit :
Saat sakit :
h. Pola Aman
Sebelum sakit :
Saat sakit :
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Apatis E4V5M5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 90x/menit
Suhu = 36.6 ̊ C
TD = 110/80 mmHg
RR = 28x/menit
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher :
Inspeksi :
Palpasi
Auskultasi :
2) Dada :
Paru
Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
4) Abdomen :
inspeksi :
Auskultasi :
Perkusi :
Palpasi :
5) Genetalia :
inspeksi :
palpasi :
6) Integumen :
inspeksi :
Palpasi :
7) Ekstremitas :
Atas
Inspeksi :
Palpasi :
Bawah
Inspeksi :
Palpasi :
8) Neurologis :
Status mental dan emosi :
Pengkajian saraf kranial :
Pemeriksaan refleks :
Biceps :
Triceps :
Achilles percussion reflex :
Knee percussion reflex :
Babinsky :
Kaku kuduk :
Brudsinsky 1 :
Brudsinsky 2 :
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
2) Pemeriksaan radiologi
3) Hasil konsultasi
A. ANALISA DATA
DATA INTERPRETASI MASALAH
(Sesuai dengan
patofisiologi)
1. DS:
1) Biasanya pasien mengeluh Peradangan pada dinding Nyeri Akut
sakit pada ulu hati mukosa lambung (gaster)
Pemenuhan nutrisi tidak Gangguan pola makan:
adekuat kurang dari kebutuhan
tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUASI
2 29 DS:
September 1.Tn. “S” mengatakan kalau daerah ulu hatinya masih
2012/19.00 terasa nyeri.
2.Tn.“S” mengatakan masih belum nafsu makan
3.Tn.“S” mengeluh sering merasa mual dan muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : 1/4 porsi /5-6 gelas
T : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,5 C
A : masalah teratasi sebagian
P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)