Anda di halaman 1dari 16

PENYAKIT GASTRITIS

RANI MARIANA

19410043P

YUNI AMBARWATI

19410048P

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
PENYAKIT GASTRITIS

Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di


Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah
kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM
makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan,
tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di
Indonesia.

Salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita masyarakat Indonesia
adalah penyakit gastritis. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung. Penyebabnya bisa karena penderita makan tidak teratur,
terdapat Helycobacter pylori, obat-obatan, atau sebab lain misalnya beban
pikiran yang berat yang menimbulkan stres. (Tjokronegoro,2001)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, kejadian gastritis


di beberapa kota Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi. Di Kota Medan
misalnya, angka kejadian gastritis mencapai 91,6 persen, disusul Jakarta 50
persen, Denpasar 46 persen, Bandung 35,3 persen, Palembang 32,5 persen,
Aceh 31,7 persen, Surabaya 31,2 persen, dan 31,2 persen di Pontianak. Oleh
karena itu penyusun ingin memaparkan faktor resiko, pencegahan dan
intervensi penyakit Gastritis.

A. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah penyakit pencernaan yang juga bisa disebut radang lambung.
Gastritis terjadi ketika lapisan dinding (mukosa) lambung meradang atau
membengkak. Gejala radang lambung dapat muncul secara mendadak (gastritis
akut), atau berlangsung dalam waktu yang lama (gastritis kronis). Kondisi ini
umumnya tidak berbahaya dan dapat disembuhkan dengan pengobatan
tertentu.

Namun dalam beberapa kasus, penyakit radang lambung dapat berkembang


menjadi penyakit GERD (refluks asam lambung) dan bahkan bisa meningkatkan
risiko kanker perut.
Gastritis adalah kondisi yang umum. Namun, penyakit ini lebih banyak dijumpai
pada orang-orang yang sering mengonsumsi obat pereda nyeri seperti aspirin
atau ibuprofen dalam jangka panjang.

Penggunaan obat antinyeri dalam jangka panjang yang tidak perlu dapat
mengiritasi saluran pencernaan. Efek samping ini disebabkan oleh bahan aktif
dari obat yang menghambat enzim COX (siklooksigenase) di lambung.

Enzim COX adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap rangsangan nyeri.
Namun, enzim COX juga sekaligus bekerja mempertahankan lapisan dinding
dalam lambung. Ketika kerja enzim COX terhambat, maka lapisan dinding
lambung akan terkikis dengan sendirinya. Hal ini kemudian membuat
dinding lambung jadi rentan teriritasi dan luka akibat paparan cairan asam
secara terus menerus. Akibatnya, radang dan perdarahan lambung dapat
terjadi. Jika kondisi ini terus dibiarkan, lambung akan berlubang. Dalam kondisi
medis, kondisi ini disebut sebagai perforasi lambung. Selain karena penggunaan
obat antinyeri, radang lambung juga umum menyerang pecandu alkohol.

Penyebab umum gastritis atau radang lambung adalah :


1. Mengonsumsi obat-obatan antinyeri seperti aspirin atau obat NSAID
(ibuprofen, naproxen) dalam jangka panjang.
2. Sering mengonsumsi alkohol.

3. Konsumsi makanan yang asam, pedas, dan berlemak.

4. Konsumsi minuman berkafein.

5. Infeksi perut yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori.

6. Penyakit autoimun.

7. Refluks cairan empedu menuju lambung.

8. Mengalami stres berat.


Gastritis dapat didiagnosis dengan berdasarkan deskripsi gejala radang
lambung yang dialami pasien. Namun untuk memastikan akurasinya, dokter
menjalani tes-tes di bawah ini :

1. Endoskopi
Selama prosedur endoskopi, dokter akan memasukkan selang fleksibel yang
dilengkapi dengan lensa (endoskopi) lewat tenggorokan Anda. Tabung ini
akan masuk melewati kerongkongan, perut, dan usus kecil Anda.

Dengan menggunakan endoskopi, dokter Anda mencari tanda-tanda adanya


radang atau infeksi pada lambung. Jika terdapat tanda yang mencurigakan,
dokter Anda mungkin akan sampel jaringan kecil (biopsi) untuk pemeriksaan
laboratorium.

2. Tes H.pylori
Test H. pylori bisa dilakukan dengan banyak cara, termasuk tes darah, tes
feses, atau dengan tes lewat napas. Untuk tes napas, Anda akan diminta
meminum segelas kecil cairan jernih dan tidak berasa yang mengandung
karbon radioaktif.

Setelahnya pasien akan diminta untuk mengembuskan napas ke dalam


kantong khusus yang kemudian disegel. Jika pasien positif terinfeksi, sampel
napas Anda akan mengandung karbon radioaktif karena bakteri H. pylori
akan memecah cairan tersebut di perut Anda.

B. Etiologi dan Gejala Penyakit Gastritis


Gastritis dibagi menjadi dua, yakni :
1. Gastritis akut
Gatritis dapat terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa (Mukherjee,
2009). Terjadinya iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung,
trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

Penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik dan makanan,
minuman. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan
refluks usus-lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah
termasuk pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada
produksi mukus dan fungsi sel epitel lambung (Price dan Wilson, 2005;
Wibowo, 2007).

Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah
melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang
diproduksi di dinding lambung merupakan lapisan pelindung dinding
lambung dari faktor yang dapat merusak dinding 14 lambung antara lain
asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter
pylori, OAINS, alkohol dan radikal bebas (Greenberg, 2002).

2. Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu
infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).

a. Gastritis infeksi
Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007). Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Saat ini Infeksi
Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab tersering terjadinya
gastritis (Wibowo, 2007; Price dan Wilson, 2005). Infeksi lain yang dapat
menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacter heilmannii,
Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus (Wehbi, 2008).

b. Gastritis non-infeksi
1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, 15 menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12. Kekurangan
vitamin B-12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia,
sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi
seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmue atrophic gastritis terjadi
terutama pada orang tua (Jackson, 2006).
2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee,
2009).
3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis
sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).
4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan
berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener
granulomatus, penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis,
penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell
granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan
granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung
(Wibowo,2007). 16 5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan
collagenous gastritis dan injuri radiasi pada lambung (Sepulveda,
2004). Orang yang menderita kondisi ini sering tidak memunculkan
gejala apa pun sampai didiagnosis. Sebab, gejalanya sering tampak
samar dan dikelirukan sebagai tanda penyakit pencernaan lain.

Namun, harus waspada jika merasakan gejala-gejala yakni hilang nafsu


makan, mual dan muntah, nyeri di perut bagian atas dan merasa kenyang
meski baru makan sedikit. Jika dinding lambung sampai mengalami
perdarahan, dan mungkin merasakan gejala-gejala ini yakni feses berwarna
hitam dan muntah darah atau cairan berwarna pekat seperti kopi.

C. Faktor Resiko Penyakit Gastritis


1. Unchangeable risk factors: Faktor Risiko yang tidak dapat berubah
a. Usia. Usia semakin bertambah membuat penurunan fungsi
pencernaan karena lapisan perut menjadi tipis terutama pada usia
lanjut sehingga penyakit gastritis dan asam lambung sebanyak 60 %
diidap oleh lansia.
b. Jenis Kelamin. Pada autoimun gastritis, penderita wanita diperkirakan
lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 3 : 1.
2. Changeable risk factors: Faktor Risiko yang dapat berubah
a. Pekerjaan. Tuntutan dunia kerja yang keras, dengan deadline target

yang menyita waktu menyebabkan para pekerja mengabaikan


pemenuhan kebutuhan dirinya, terutama dalam menjaga pola makan
tepat waktu dan istirahat yang cukup. Sudah jamak di kota-kota
besar, pekerja kantoran sering dikejar-kejar waktu sehingga nyaris
tidak memiliki jam istirahat yang cukup, walau cuma untuk makan
siang tepat waktu. Pola kerja super sibuk seperti ini juga
menyebabkan stres karena tekanan kerja yang tinggi. Sehingga
pekerja kantoran sangat rentan mengalami penyakit maag.
b. Sering mengonsumsi makanan pedas atau yang kadar lemaknya
tinggi, seperti gorengan.
c. Gaya hidup tidak sehat, misalnya aktif merokok atau kebanyakan

minum minuman beralkohol.


d. Kelebihan berat badan atau obesitas.
e. Sedang menjalani pengobatan tertentu seperti antibiotik, aspirin,
steroid dan pil KB.
f. Stres atau kelelahan.
g. Pola makan tidak teratur.
h. Sering mengonsumsi obat penghilang rasa sakit.
i. Penyakit lain yang disebabkan oleh infeksi: HIV/AIDS, Crohn, dan
infeksi bakteri lainnya.
j. Alergi makanan, khususnya bagi orang pengidap gangguan
pencernaan esophagitis eosinophilic (EoE). Kondisi ini dapat menjadi
pemicu gastritis. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli
alergi untuk menentukan alergi makanan guna menghindari kondisi
gastritis.

D. Pencegahan Penyakit Gastritis


1. Pencegahan Primordial
Penyakit tidak menular memiliki penyebab berhubungan dengan gaya
hidup, penyebabnya pun tidak hanya satu. Sehingga pola hidup sehat
dibutuhkan dalm pencegahan penyakit tidak menular khususnya
Gastritis. Adapun beberapa kebijakan atau regulasi terkait gerakan
hidup sehat, yakni :
a. Instruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Sehat (GERMAS) yang berisi tentang :
1. Peningkatan aktivitas fisik;
2. Peningkatan perilaku hidup sehat;
3. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi;
4. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit;
5. Peningkatan kualitas lingkungan; dan
6. Peningkatan edukasi hidup sehat.
b. Peraturan Kawasan Tanpa Merokok dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif.
Pasal 50, yakni :
“Kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud Dalam pasal 49
antara lain;
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
2. Tempat Proses Belajar Mengajar;
3. Tempat Anak Bermain;
4. Tempat Ibadah
5. Angkutan Umum
6. Tempat Kerja
7. Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan”

2. Pencegahan Primer
Promosi Kesehatan terkait pola hidup sehat, pendidikan kesehatan
tentang aturan makan yang benar agar terhindar penyakit gastritis dan
mengedukasi mengenai gaya hidup yang salah sehinga membuat
seseorang menjadi beresiko mengidap penyakit gastritis.

3. Pencegahan Sekunder
Screening atau Deteksi dini Penyakit. Jangan menunggu terkena
penyakit gastritis. Konsultasi dan cek kesehatan dapat melalui layanan
kesehatan, contohnya : Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular) di Puskesmas atau langsung mengunjungni
fasilitas kesehatan terdekat. Untuk memastikan jenis penyakit gastritis
dapat melakukan tes endoskopi dan tes H. Pyolri.

4. Pencegahan Tersier
a. Kontrol kesehatan, jika pasien sudah mengalami gastritis. Lakukan
kontrol kesehatan secara rutin untuk menurunkan tingkat
keparahan penyakit tersebut.

b. Pengobatan herbal, jika seseorang sudah menderita penyakit


gastritis pencegahannya dapat menggunakan tanaman obat
keluarga (TOGA) sebagai upaya mengurangi rasa sakit akibat
gastritis.

Berdasarkan “Jurnal Aloe Vera efektif sebagai terapi pendamping


nyeri gastritis”, nyeri pada gastritis timbul karena pengikisan
mukosa yang dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti
prostaglandin dan histamine pada lambung yang ikut berperan
dalam merangsang reseptor nyeri. Lidah buaya memiliki peran
dalam proses penyembuhan gastritis, dapat membantu proses
metabolisme, mengurangi mikroorganisme dalam perut,
menetralkan keasaman perut. Keampuhan aloe vera ini sebanding
dengan obat standar ranitidin dan omeprazol dalam kaitannya
dengan kebanyakan gejala.

Uji klinik untuk manusia yaitu pemberian jus 1-2 sendok makan
(setara 10-30 mg hidroksiantraquinon) bermanfaat pada pasien
dengan konstipasi. Efek laksan Aloe terutama karena kandungan 1,
8-dihydroxyanthracene glycosides, aloin A dan B (barbaloin). Dosis
tunggal 1 kapsul (100 mg ekstrak), malam (mulai kerja 8 jam). Aloe
digunakan untuk periode singkat, maksimal 8-10 hari (Permenkes
No. 6 Tahun 2016).

Cara penggunaanya yakni ambillah setengah batang lidah buaya,


kupas kulit luar dan durinya lalu blender. Untuk memberikan rasa
manis, bisa ditambahkan madu. Sebaiknya minum 2 kali dalam
sehari agar manfaatnya lebih terasa.

Selain itu, berdasarkan jurnal “Study Kinetika Reaksi : Ekstrak


Kunyit Kuning dalam Penyembuhan Penyakit Maag”. Tanaman
kunyit dapat mengobati maag. Kunyit mengandung bahan aktif
yaitu kurkumin. Bahan inilah yang memberi manfaat kesehatan
pada kunyit. Kurkumin adalah antioksidan polifenol, yang memiliki
kemampuan sebagai antivirus, antibakteri, dan anti kanker yang
kuat.

Ekstrak dibuat dengan cara memarut kunyit dengan parutan yang


telah disiapkan sebanyak 5 rimpang kunyit yang besar di dalam
mangkok keramik menambahkan air sebanyak 50 ml. Kemudian
dilakukan proses penyaringan agar ampas kunyit berpisah dari
ekstraknya. Ekstrak yang sudah disaring kemudian dimasukkan ke
dalam gelas dan siap untuk diminum.
c. Jangan merokok, rokok mengandung nikotin yang bisa
melemahkan saluran pencernaan. Merokok juga diketahui dapat
menyebabkan refluks asam lambung, yang dapat semakin
mengiritasi dinding lambung. Selain rokok, alkohol dan coklat juga
memiliki efek yang mirip dengan nikotin.
d. Menerapkan pola makan lebih sehat dapat membantu Anda
meredakan gejalanya sekaligus mencegah radang lambung di
kemudian hari. Pola makan yang baik untuk mencegah gastritis
dapat meliputi :
1) Makanan dengan kandungan serat tinggi seperti apel,
oatmeal, brokoli, wortel, dan kacang-kacangan.
2) Makanan rendah lemak seperti ikan, dada ayam, dan dada
kalkun
3) Makanan bersifat basa, seperti sayuran yang direbus.
4) Perbanyak sumber probiotik seperti teh kombucha, yoghurt,
kimchi, kefir, dan tempe. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa makanan atau minuman probiotik dapat membantu
mengatasi infeksi radang lambung yang disebabkan
Helicobacter pylori (H. pylori).

Selain lebih bijak memilah-milih makanan yang lebih sehat,


kebiasaan makan Anda juga perlu diubah menjadi :
1) Biasakan makan lebih sering dengan porsi yang lebih
sedikit. Jika Anda biasa makan besar 3 kali sehari, coba ubah
menjadi makan 5-6 kali sehari dengan porsi yang kecil.
2) Jangan makan sampai kekenyangan karena isi lambung yang
terlalu penuh bisa naik ke tenggorokan.
3) Hindari minuman bersoda dan minuman yang berkafein
seperti coklat, kopi, teh.
4) Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat asam
seperti makanan pedas dan buah-buahan jeruk. Makanan
atau minuman bersifat asam memicu rasa nyeri pada ulu hati.
5) Jangan makan sebelum tidur, karena meningkatkan resiko
refluks asam lambung.
6) Kurangi berat badan, Orang yang kegemukan berisiko lebih
tinggi mengalami radang lambung. Kebiasaan makan dalam
porsi besar dalam jangka panjang meningkatkan tekanan
dalam lambung sehingga isi lambung mudah naik keluar.
Mengurangi berat badan 2-5 kg dapat membantu Anda
mencegah gastritis kambuh kembali.

e. Konsumsi obat pereda nyeri dengan pengawasan dokter


Obat antinyeri NSAID seperti ibuprofen, aspirin, naproxen
seringkali disalahgunakan. Padahal penggunaan dalam jangka
panjang yang sembarangan dapat meningkatkan produksi asam
lambung sehingga Anda rentan mengalami radang lambung. Maka,
gunakan obat antinyeri ini sesuai petunjuk dokter.

Berhati-hatilah juga dalam minum jamu. Produk jamu seringkali


mengandung bahan NSAID sehingga meminumnya dalam jangka
panjang juga memiliki efek yang sama seperti penggunaan OAINS
jangka panjang.

f. Ubah posisi tidur Anda


Posisi tidur terbaik untuk mencegah radang lambung kambuh
kembali adalah berbaring di sisi kiri, dengan menyangga kepala
dan leher pakai bantal tebal.
Posisi ini dapat menjaga cairan asam tetap berada di dasar
lambung sehingga sulit untuk mengalir ke atas.

E. Intervensi

1. Terapi Medis
Gastritis akut maupun kronis biasanya diobati dengan obat antibiotik
atau obat-obatan penurun asam lambung. Pilihan obat gastritis yang
biasanya diresepkan dokter meliputi :
a. Antasida.
b. Obat antihistamine-2 (H2) : famotidine, cimetidine, ranitidine, dan
nizatidine.
c. Pompa penghambat proton (PPI) : omeprazole, esomeprazole,
Iansoprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.

Selain itu, dokter juga dapat menggunakan cairan intravena dan obat-
obatan lain yang lebih kuat untuk mengurangi asam jika gastritis
memburuk. Penderita gastriris harus menghindari alkohol serta
ibuprofen, naproxen, dan aspirin selama minum obat gastritis dari
dokter.

2. Pengobatan di Rumah
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat
membantu mengatasi gastritis akut ataupun kronis yang Anda alami:
a. Hindari makanan, minuman, dan kebiasaan yang dapat
meningkatkan asam lambung
b. Makan sedikit-sedikit tapi sering
c. Makan masakan yang matang
d. Cuci tangan sebelum makan untuk menghindari infeksi
e. Ikuti arahan dokter, jangan mengonsumsi obat tanpa resep atau
berhenti minum obat tanpa izin dokter.
f. Gunakan obatan herbal dari tanaman obat keluarga (TOGA)
sebagai upaya mengurangi rasa sakit akibat gastritis. Berdasarkan
“Jurnal Aloe Vera efektif sebagai terapi pendamping nyeri
gastritis”, Cara penggunaanya yakni ambillah setengah batang
lidah buaya, kupas kulit luar dan durinya lalu blender. Untuk
memberikan rasa manis, bisa ditambahkan madu. Sebaiknya
minum 2 kali dalam sehari agar manfaatnya lebih terasa.
g. Berdasarkan jurnal “Study Kinetika Reaksi : Ekstrak Kunyit Kuning
dalam Penyembuhan Penyakit Maag”. Ekstrak dibuat dengan cara
memarut kunyit dengan parutan yang telah disiapkan sebanyak 5
rimpang kunyit yang besar di dalam mangkok keramik
menambahkan air sebanyak 50 ml. Kemudian dilakukan proses
penyaringan agar ampas kunyit berpisah dari ekstraknya. Ekstrak
yang sudah disaring kemudian dimasukkan ke dalam gelas dan siap
untuk diminum.

F. Kesimpulan
Penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang makin
meningkat. Penyebab umum gastritis adalah pola hidup yang tidak baik
terutama terkait pola makan. Faktor Resiko penyakit ini diantaranya usia,
jenis kelamin, pekerjaan, hobi makanan pedas, gaya hidup yang tidak baik,
obesitas dan sebagainya seperti yang telah dibahas di atas. Pencegahan
penyakit ini meliputi pencegahan primodial, primer, sekunder dan tersier.
Pengobatan penyakit ini dapat menggunakan obat-obatan kimia dan obat-
obatan herbal. Obat-obatan herbal baik digunakan karena sedikit
menimbulkan efek samping dan alami. Diharapkan dengan menerapkan gaya
hidup sehat dan mengetahui pencegahan penyakit gastritis, dapat
menurunkan angka kesakitan gastritis.

SUMBER PUSTAKA

dr. Dr Riawati Mmed. PH. Etiologi Gastritis. AloMedika.


https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/gastritis/etiologi .
Dipublikasi 26 Januari 2019. Diakses 21 Desember 2019
Hikmah, Chofizah Nurul. “Study Kinetika Reaksi : Ekstrak Kunyit Kuning dalam
Penyembuhan Penyakit Maag”. Jurnal Program Study Pendidikan Kimia,
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang, Indonesia
Kusyati, Eni et al. 2018. “Aloe Vera Efektif sebagai Terapi Pendamping Nyeri
Gastritis”. Jurnal SMART Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Karya Husada Semarang, no. 5, hlmn 11-19

Novitha Joseph. Gastritis. Hello Sehat.


https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/gastritis-adalah-radang-lambung/.
Dipublikasi 27 September 2019. Diakses 21 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai