Disusun oleh:
KELOMPOK 1
A. Latar Belakang
Penyakit pada sistem pencernaan merupakan penyebab paling umum
terjadinya nyeri. Salah satunya penyakit gastritis atau yang biasanya di kenal
dengan maag. Gastritis merupakan suatu penyakit iritasi lambung sehingga
menyebabkan perasaan tidak nyaman dan lambung terasa kembung. Lambung
mengalami luka akibat terganggunya fungsi lambung dalam mengolah
makanan. Masyarakat sebagian besar kurang mengenal penyakit gastritis,
mereka lebih sering mengatakan penyakit maag. Gastritis dapat diketahui
dengan cara mewawancarai langsung pasien, tentang apa yang dirasakannya.
Penderita gastritis sering mengalami keluhan keluhan dengan perasaan kepala
yang pusing, perut yang terasa penuh atau kenyang, perut yang terasa panas
dan tidak nyaman, perasaan mual dan ingin merasa muntah.
Kejadian gastritis di Indonesia menurut World Health Organization
(WHO) adalah 40,8% dan beberapa daerah di Indonesia angka kejadian
gastritis cukup tinggi sebesar 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gastritis yang membuat angka
kejadian gastritis juga meningkat menurut World Health Organization
(WHO) angka kematian di dunia akibat kejadian gastritis di rawat inap yaitu
17- 21% dari kasus yang ada pada tahun 2012. Di Indonesia menurut WHO
(2012) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk.
Penyakit gastritis ditimbulkan karena adanya peningkatan asam lambung
yang berlebihan.Nyeri pada gastritis timbul karena pengikisan mukosa yang
dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti prostaglandin dan
histamine pada lambung yang ikut berperan dalam merangsang reseptor
nyeri. Nyeri akibat penyakit gastritis bila tidak ditangani sedini mungkin atau
dibiarkan maka berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan
membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung, selain itu
bisa terjadi komplikasi seperti penyempitan kerongkongan hingga sulit
menelan, esofagus barret, atau terpapar asam lambung pada kerongkongan,
hingga 'bocornya' asam lambung hingga usus halus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. Definisi
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyoto, 2015, hal. 266).
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung. Sakit maag atau
gastritis adalah peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung, yang bisa
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Seperti kita ketahui, lambung
adalah organ pencernaan dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk
menyimpan makanan, mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke usus kecil.
Didalam lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti pepesin, asam
lambung, dan mucus, untuk melindungi dinding lambung sendiri. Bila terjadi
ketidakseimbangan diantara faktor tersebut, minsalnya asam berlebih atau
mucus berkurang, dapat mengiritasi lambung sehinga terjadi proses
peradangan pada lambung (gastritis) (Padmiarson, 2009, hal. 7).
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bahan iritan (Sebayang, 2011). Gastritis adalah penyakit
yang disebabkan oleh meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
inflamasi atau peradangan yang mengenai mukosa lambung (Khanza, et al.,
2017).
B. Klasifikasi
Klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat keparahannya:
a. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan mukosa lambung yang menyebabkan
perdarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan dan merupakan suatu
penyakit yang mudah ditemukan, biasanya bersifat jinak dan dapat
disembuhkan.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri
helicobacter pylori. Gastritis kronis cenderung terjadi pada usia muda yang
menyebabkan penipisan dan degenerasi dinding lambung. (Suratum,
2010).
C. Etiologi
1. Obat-obatan seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indometasin, Ibuprofen dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat
dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka, dan gin
3. Infeksi bakteri seperti H.pylori (paling sering), H.heilmani, Streptococci,
Staphyloccoci, Proteus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis
dan secondary syphilis
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
dan refluks usus-lambung
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang
dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
(Mutaqqin dan Sari, 2013).
D. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi Klinis Gastritis Akut
a. Nyeri pada ulu hati
b. Mual dan muntah
c. Perut kembung
d. Anoreksia (Anggraini, 2015)
2) Manifestasi Klinis Gastritis Kronis
a. Nyeri menetap pada epigastrium
b. Anoreksia
c. Perasaan penuh di dalam perut
d. Mual dan muntah
e. Hematemesis melena (perdarahan pada saluran cerna) (Rika, 2016).
E. WOC
Nyeri
Defisit
Pengetahuan
Defisit Nutrisi
Intoleransi Aktivitas
F. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2011) antara lain:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis
2. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat
4. Anemia pernisiosa, keganasan lambung
G. Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol,
obatobatan antiinflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan
ini dapat menimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat
dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga lambung teraktivasi
oleh rasa mual, muntah dan anoreksia. Anoreksia juga dapat menyebabkan
rasa nyeri yang ditimbulkan karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan
persarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stress, marah melalui serabut
parasimpatik vagus akan menjadi peningkatan transmitter asetilkolin,
histamine, gastrin releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi
lambung. Peningkatan ion H⁺ (hidrogen) yang tidak diikuti peningkatan
penawarnya seperti prostaglandin, HCO₃⁺, mukus akan menjadikan lapisan
mukosa lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi. Prostaglandin dibutuhkan
tubuh untuk memproduksi kekebalan lapisan mukosa, serta bikarbonat untuk
menghambat produksi asam lambung dan meningkatkan aliran dalam
lambung. Semua efek ini diperlukan lambung untuk mempertahankan 11
integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada
mukosa lambung. (Sukarmin, 2012; Rukmana, 2018).
H. Penatalaksanaan Medik
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat
mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis dan meningkatkan
penyembuhan lapisan perut. Pengobatan meliputi:
1) Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium,
untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam 12
lambung, tukak lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada lambung
2) Histamine (H2) blocker, seperti ranitidine, untuk pengobatan jangka
pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus 12 jari, pengobatan keadaan
hiperekskresi patologis
3) Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole untuk pengobatan
jangka pendek tukak duodenum, tukak lambung, refluks esophagus,
gastritis
4) Lanzoprazole, pengobatan jangka pendek tukak lambung, gastritis, tukak
usus (Anggarini, 2018)
I. Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
a. Pemeriksaan darah:
T es ini digunakan untuk memeriksa adanya anti body H.Pylori dalam
darah. Hasilt tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak
dengan bahteri pada suatu waktu dalm hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena imfeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan:
Tes ini dapat menetukan apakah pasien terinfeksi oleh bahteri H.Pylori
atau tidak
c. Pemeriksaan feses:
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.Pylori dalam feses atau tidak. Tes
hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi dengan. Dengan hasil
pemeriksaan seperti berikut warna feses merah kehitam- hitaman, bau
sedukit amis, kosistensinya lembek tetapi ada juga agak keras terdapat
lendir. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses.
Hal ini menunjukan adanya pendarahan pada lambung.
J. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000)
sebagai berikut:
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy: gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat
ulkus jaringan atau cidera
4. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
5. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam noktura penyebab ulkus duodenal.
6. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah
besar diberikan.
7. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh.
8. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi
setelah trasfusi darah.
9. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Pengkajian adalah proses pengumpulan semua data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual pasien (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2010). Adapun beberapa aspek yang dikaji berkaitan dengan
gastritis adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas atau Istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea,
perubahan irama jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, kenaikan tekanan darah, takikardi,
penyakit serebrovaskular, distrimia, kulit pucat, sianisis, diaforesis.
c. Integritas Ego
Berhubungan dengan faktor stress akut atau kronis dapat ditandai
dengan ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi
Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area
gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses. Dapat ditandai
dengan nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif,
diare, atau konstipasi dapat terjadi (penggunaan antasida), haluaran
urine menurun atau pekat.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang menimbulkan gas, makanan pedas, anoreksia, mual,
muntah, masalah menelan seperti cegukan, nyeri ulu hati, sendawa
bau asam, mual atau muntah.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, perubahan keterjagaan, gangguan pengelihatan,
respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perunahan
retina optik.
g. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres
samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut). Nyeri di ulu hati melebar ke kiri.
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea noctural paroksimal, ortopnea, riwayat
merokok, bunyi nafas tambahan, sianosis, disstres respirasi.
i. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala
ke ujung kaki dapat mudah dilakukan pada kondisi klinik.
Pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan
meliputi:
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian
tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang
signifikan. Perawat yang berpengalaman melakukan beberapa
observasi hampir secara bersamaan, sambil menjadi sangat
perseptif terhadap tanda dini adanya abnormalitas. Dalam
melakukan pemeriksaan inspeksi adalah selalu memberi perhatian
pada pasien. Perhatikan semua gerakan dan lihat dengan cermat
bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi. Data yang didapat
berupa, wajah tampak pucat, tampak berhatihati pada daerah yang
sakit, dan berkeringat.
2) Palpasi
Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian tubuh
untuk membuat suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus
fisik. Keterampilan ini sering kali digunakan bersamaan dengan
inspeksi. Selama palpasi, pasien diusahakan dalam keadaan santai
sehingga tidak terjadi ketegangan otot yang dapat mempengaruhi
optimalitas dari hasil pemeriksaan. Pada pasien gastritis ulu hati
akan terasa nyeri saat di palpasi.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan
pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi
ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan
untuk menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Dengan
teknik perkusi lokasi, ukuran, dan densitas struktur dapat
ditentukan. Perkusi membantu memastikan abnormalitas yang
didapat dari pemeriksaan sinar-X atau pengkajian melalui palpasi
dan auskultasi. Pada pasien gastritis suara perkusi abdomen
timpani.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah teknik pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi yang dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar
dengan telinga tanpa alat bantu, meskipun sebagian bunyi dapat
didengar dengan stetoskop untuk mendengarkan bunyi dan
karakteristik. Pada pasien gastritis suara auskultasi bising
lambung dan usus sering terdengar hiperaktif.
L. Pengkajian
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: klien
5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun
tidur)
Sebelum sakit:
- Lama tidur: 8 jam
- Kesulitan tidur: tidak ada
Saat sakit:
- Lama tidur: 5 jam
6. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
Penglihatan normal, pendengaran normal, pengecap dan sensasi normal
11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan, dll)
Keyakinan: klien beragama Islam
Ketaatan beribadah: Klien taat beribadah
IV. Pemeriksaan fisik
BB/TB: 52kg/155 cm
Kepala:
Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, rambut bersih tidak ada ketombe, tidak
rontok, dan tidak beruban
Mata simetris kiri dan kanan kunjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik
a. Penglihatan (normal)
▪ Visus: dioptri
▪ Kornea : jernih
b. Pendengaran
Keluhan lain:
Tidak ada
Hidung:
Bersih, tidak ada benjolan dan tidak ada secret
Mulut/Gigi/Lidah:
Mukosa bibir kering
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Respiratori
a. Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada otot bantu nafas, suara nafas vesikuler
b. Batuk : tidak
Tipe pernapasan :
Sianosis: tidak
▪ Keluhan Lain:
Tidak ada
Kardiovaskular
Pusing Cianosis
▪ Capillary refill :
Neurologis
Sakit Kepla:- Lokasi nyeri : nyeri di ulu hati Frekuensi: hilang timbul
▪ Pupil : isokor
▪ Bicara :
▪ Koordinasi ekastemitas
Integumen
▪ Warna kulit
▪ Kelembaban:
√ Lembab Kering
▪ Turgor : elastis
Abdomen
Perkusi : tympani
Muskuloskeletal
Seksualitas
Wanita:
V. Program terapi:
Ranitidin 150 mg 3x1 tablet, Antasida 500 mg 3x1 tablet (kunya), Lansoprazol 30
mg 2x1 table
Hematokrit % 40 – 50 (P)
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
MCH/HER pg 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER fl 80 – 96
J. Asuhan Keperawatan
A. Analisa Data
Data objektif :
- Klien meringis
- Klien gelisah
2 Data Subjektif: Muntah Defisit nutrisi
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan
- Pasien mengatakan sulit kekurangan nutrisi
untuk menghabiskan
makanan yang diberikan Intake yang tidak
- Klien mengatakan sering ade kuat
merasa mual dan muntah
Defisit nutrisi
Data Objektif:
- Klien lemas
- Makanan klien habis
Cuma ¼ porsi
Data objektif:
- Klien cemas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi
intestinal
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
C. Asuhan Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1: memburuk
2: cukup memburuk Tindakan
3: sedang Observasi
5: membaik yang
mempengaruhi
ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)
ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny. I
2. Usia : 42 tahun
3. Pemenuhan kebutuhan : nutrisi
4. Diagnosa keperawatan : defisit nutrisi
5. Diagnosa medis : gastritis
6. Tindakan yang dilakukan : pemberian nutrisi secara oral
7. Tanggal Tindakan : 13 januari 2021
8. Waktu : 08.00
B. STANDAR PROSEDUR Pemberian nutrisi melalui oral (mulut)
OPERASIONAL
1. Pengertian Tindakan pemberian nutrisi melalui oral (mulut) ini
merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per-
oral secara mandiri
2. Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
3. Prinsip Tindakan Bersih
4. Indikasi 1. Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri
2. Pada pasien yang bisa makan sendiri
5. Kontraindikasi Tidak ada
6. Alat 1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Magkok cuci tangan
7. Pengalas
8. Makanan dengan menu dan porsi sesuai dengan
program
7. Pra interaksi 1. Membaca status klien
2. Identifikasi klien
3. Mencuci tangan
8. Interaksi 1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
9. Kerja 1. Cuci tangan
2. Atur posisi pasien dengan duduk atau setengah duduk
sesuai dengan kondisi pasien
3. Pasang pengalas
4. Tawarkan pasien melakukan ritual makan (misalnya:
berdo’a sebelum makan)
5. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makanan sedikit
demi sedikit dan berikan minum sesudah makan
6. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan
anjurkan duduk sebentar
7. Cuci tangan
10. Terminasi 1. Catat tindakan dan hasil atau respons terhadap tindakan
2. Evaluasi hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Cuci tangan
11. Referensi A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta: EGC: 2004
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin terjadi Tersedak
dan cara pencegahan
2 Identikasi tindakan Memberikan tepukan atau pukulan di belakang punggung
keperawatan lainnya untuk
mengatasi masalah tersebut
3 Identifikasi masalah Ketidaknyamanan
keperawatan lain yang
mungkin muncul (rasional)
4 Tindakan yang dilakukan Menciptakan lingkungan yang nyaman
5 Evaluasi diri Mendokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
6 Rencana tindak lanjut Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny. I
2. Usia : 42 tahun
3. Pemenuhan kebutuhan : pengetahuan
4. Diagnosa keperawatan : defisit pengetahuan
5. Diagnosa medis : gastritis
6. Tindakan yang dilakukan : Pendidikan kesehatan
7. Tanggal Tindakan : 12 januari 2021
8. Waktu : 10.00
B. STANDAR PROSEDUR Pendidikan Kesehatan
OPERASIONAL
1. Pengertian Tindakan memberikan pengertian kepada pasien/keluarga
yang berhubungan dengan keluhan atau penyakitnya agar
keluarga atau pasien memahami tentang penyakit agar
keluarga atau pasien memahami tentang penyakit atau
keluhan yang dialami
2. Tujuan Memberikan pengertian kepada pasien/keluarga agar
memahami masalah penyakitnya, dengan harapan
membantu percepatan penyembuhan dan menghindari
perilaku/pola hidup yang keliru
3. Prinsip Tindakan Suasana lingkungan tenang
4. Alat 1. Kertas
2.Pulpen
3.Leaflet (jika perlu)
5. Pra interaksi 1. Identifikasi klien
2. Mencuci tangan
6. Interaksi 1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
7. Kerja
1. Cuci tangan
2. Menganamnesa keluhan pasien
3. Menentukan diagnose, rencana terapi atau tindakan
4. Memberikan penyuluhan kepada pasien atau
keluarga tentang:
e. PHBS
5. Cuci tangan
8. Terminasi 1. mencatat kegiatan pada rekam medis
2. Evaluasi hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan baik
5. Cuci tangan
9. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:17 Tahun 2015 Tentang Standar Kompetensi
Manajeril Jabatan Fungsional Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin terjadi Tidak ada
dan cara pencegahan
2 Identikasi tindakan Tidak ada
keperawatan lainnya untuk
mengatasi masalah tersebut
3 Identifikasi masalah Tidak ada
keperawatan lain yang
mungkin muncul (rasional)
4 Tindakan yang dilakukan Pendidikan kesehatan
5 Evaluasi diri Mendokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
6 Rencana tindak lanjut Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny. I
2. Usia : 42 tahun
3. Pemenuhan kebutuhan : pemenuhan cairan
4. Diagnosa keperawatan : ketidakseimbangan cairan
5. Diagnosa medis : gastritis
6. Tindakan yang dilakukan : pemasangan infus
7. Tanggal Tindakan : 12 januari 2021
8. Waktu : 13.00
B. STANDAR PROSEDUR Pemasangan Infus
OPERASIONAL
1. Pengertian Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari
pengobatan untuk memasukkan obat, atau cairan ke dalam
tubuh
2. Tujuan Pemberian cairan kepada klien
3. Prinsip Tindakan Bersih
4. Indikasi Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan
5. Kontraindikasi Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis,
sklerosis vena, luka bakar dan infeksi area yang hendak
dipasang infus
4. Alat 1. Infus set
2. Abocath
3. Cairan infus
4. Tornikuet
5. Kapas alkohol
6. Kasa steril
7. Plester, gunting
8. Tiang insus
9. Perlak dan pengalas
6. Pra interaksi 1. Membaca status klien
2. Identifikasi klien
3. Mencuci tangan
7. Interaksi 1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
8. Kerja 1. Mencuci tangan
R : menghindari infeksi silang
2. Salam terapeutik
R :BHSP dengan pasien
3. Identifikasi pasien
R : menghindari kesalahan pemberian tindakan
4. Jelaskan prosedur pada pasien
R : agar pasien tidak bingung
5. Mendekatkan alat
R : memudahkan dalam melaksanakan tindakan
6. Atur pasien pada posisi semi fowler atau supine jika
tidak memungkinkan
R : memberi rasa nyaman pada pasien
7. Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja
R : memudahkan tindakan
8. Letakkan perlak dibawah lengan klien
R : mengindari cairan yang tumpah ke bed pasien
9. Periksa label pasien sesuai dengan kebutuhan cairan
yang akan diberikan.
R : mencegah kesalahan
10.Hubungkan cairan infus dengan infus set dan
gantungkan.
R : memudahkan saat menghubungkan ke jarum infus
11.Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak
ada udara di dalamnya.
R : mengeluarkan udara
12.Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan
pertahankan kesterilan.
R : mencegah udara masuk
13.Kencangkan tournikuet (tekanan dibawah tekanan
sistolik).
R : memudahkan penusukan
14.Anjurkan pasien untuk mengepal dan membukanya
beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan
ditusuk
R : memudahkan penusukan
15.Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas
alkohol, lalu diulangi dengan Arah melingkar dari
dalam keluar lokasi tusukkan.
R : mencegah infeksi
16.Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm
dibawah tusukkan.
R : mempermudah mencari vena
17.Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang
akan ditusuk. setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan
dengan pasli.
R : agar tepat pada saat penusukan
18.Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik
jarum sedikit lalu teruskan plastik iv catheter kedalam
vena
R : menghidari
19.Tekan dengan jari ujung plastik iv catheter
R : mencegah pendarahan
20.Tarik jarum infus keluar
R : agar tidak nyeri
21.Sambungkan plastik iv catheter dengan ujung selang
infus.
R : mengalirkan cairan infus
22.Lepaskan manset
R : mencegah ketegangan otot
23.Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar.
R : mengalirkan cairan infus
24.Fiksasi posisi plastik iv catheter dengan plester.
R : agar tidak lepas
25.Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang stiker yang
sudah diberi tanggal.
L. Analisis Jurnal
DAFTAR PUSTAKA