Anda di halaman 1dari 42

Analisis Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

masalah diagnosa medik: Gastritis

Stase: Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Koordinator: Ns. Chrisyen Damanik, M.Kep
Dosen Pembimbing Akademik: Ns. Anisa Ain, S.Kep., M.Kep
Dosen Pembimbing Klinik: Ns. Nurhayati, S.Kep

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Dwi Ekti Oktafiani P2002012


Erniliana Hibur P2002016
Muja Asmara P2002040
Ni Wayan Ayu Astari P2002042

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit pada sistem pencernaan merupakan penyebab paling umum
terjadinya nyeri. Salah satunya penyakit gastritis atau yang biasanya di kenal
dengan maag. Gastritis merupakan suatu penyakit iritasi lambung sehingga
menyebabkan perasaan tidak nyaman dan lambung terasa kembung. Lambung
mengalami luka akibat terganggunya fungsi lambung dalam mengolah
makanan. Masyarakat sebagian besar kurang mengenal penyakit gastritis,
mereka lebih sering mengatakan penyakit maag. Gastritis dapat diketahui
dengan cara mewawancarai langsung pasien, tentang apa yang dirasakannya.
Penderita gastritis sering mengalami keluhan keluhan dengan perasaan kepala
yang pusing, perut yang terasa penuh atau kenyang, perut yang terasa panas
dan tidak nyaman, perasaan mual dan ingin merasa muntah.
Kejadian gastritis di Indonesia menurut World Health Organization
(WHO) adalah 40,8% dan beberapa daerah di Indonesia angka kejadian
gastritis cukup tinggi sebesar 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gastritis yang membuat angka
kejadian gastritis juga meningkat menurut World Health Organization
(WHO) angka kematian di dunia akibat kejadian gastritis di rawat inap yaitu
17- 21% dari kasus yang ada pada tahun 2012. Di Indonesia menurut WHO
(2012) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk.
Penyakit gastritis ditimbulkan karena adanya peningkatan asam lambung
yang berlebihan.Nyeri pada gastritis timbul karena pengikisan mukosa yang
dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti prostaglandin dan
histamine pada lambung yang ikut berperan dalam merangsang reseptor
nyeri. Nyeri akibat penyakit gastritis bila tidak ditangani sedini mungkin atau
dibiarkan maka berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan
membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung, selain itu
bisa terjadi komplikasi seperti penyempitan kerongkongan hingga sulit
menelan, esofagus barret, atau terpapar asam lambung pada kerongkongan,
hingga 'bocornya' asam lambung hingga usus halus.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medik


Gastritis

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsep gastritis

b. Mengetahui proses keperawatan dalam asuhan keperawatan mengenai


gastritis

c. Mengetahui aspek-aspek pengkajian gastritis dalam asuhan


keperawatan

d. Mengetahui diagnosis keperawatan dalam asuhan keperawatan


mengenai gastritis

e. Mengetahui intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan


mengenai gastritis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyoto, 2015, hal. 266).
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung. Sakit maag atau
gastritis adalah peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung, yang bisa
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Seperti kita ketahui, lambung
adalah organ pencernaan dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk
menyimpan makanan, mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke usus kecil.
Didalam lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti pepesin, asam
lambung, dan mucus, untuk melindungi dinding lambung sendiri. Bila terjadi
ketidakseimbangan diantara faktor tersebut, minsalnya asam berlebih atau
mucus berkurang, dapat mengiritasi lambung sehinga terjadi proses
peradangan pada lambung (gastritis) (Padmiarson, 2009, hal. 7).
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bahan iritan (Sebayang, 2011). Gastritis adalah penyakit
yang disebabkan oleh meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
inflamasi atau peradangan yang mengenai mukosa lambung (Khanza, et al.,
2017).

B. Klasifikasi
Klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat keparahannya:
a. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan mukosa lambung yang menyebabkan
perdarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan dan merupakan suatu
penyakit yang mudah ditemukan, biasanya bersifat jinak dan dapat
disembuhkan.

b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri
helicobacter pylori. Gastritis kronis cenderung terjadi pada usia muda yang
menyebabkan penipisan dan degenerasi dinding lambung. (Suratum,
2010).

C. Etiologi
1. Obat-obatan seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indometasin, Ibuprofen dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat
dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka, dan gin
3. Infeksi bakteri seperti H.pylori (paling sering), H.heilmani, Streptococci,
Staphyloccoci, Proteus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis
dan secondary syphilis
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
dan refluks usus-lambung
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang
dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
(Mutaqqin dan Sari, 2013).
D. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi Klinis Gastritis Akut
a. Nyeri pada ulu hati
b. Mual dan muntah
c. Perut kembung
d. Anoreksia (Anggraini, 2015)
2) Manifestasi Klinis Gastritis Kronis
a. Nyeri menetap pada epigastrium
b. Anoreksia
c. Perasaan penuh di dalam perut
d. Mual dan muntah
e. Hematemesis melena (perdarahan pada saluran cerna) (Rika, 2016).

E. WOC
Nyeri

Defisit
Pengetahuan

Defisit Nutrisi

Risiko Ketidakseimbangan Cairan

Intoleransi Aktivitas

F. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2011) antara lain:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis
2. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat
4. Anemia pernisiosa, keganasan lambung

G. Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol,
obatobatan antiinflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan
ini dapat menimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat
dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga lambung teraktivasi
oleh rasa mual, muntah dan anoreksia. Anoreksia juga dapat menyebabkan
rasa nyeri yang ditimbulkan karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan
persarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stress, marah melalui serabut
parasimpatik vagus akan menjadi peningkatan transmitter asetilkolin,
histamine, gastrin releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi
lambung. Peningkatan ion H⁺ (hidrogen) yang tidak diikuti peningkatan
penawarnya seperti prostaglandin, HCO₃⁺, mukus akan menjadikan lapisan
mukosa lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi. Prostaglandin dibutuhkan
tubuh untuk memproduksi kekebalan lapisan mukosa, serta bikarbonat untuk
menghambat produksi asam lambung dan meningkatkan aliran dalam
lambung. Semua efek ini diperlukan lambung untuk mempertahankan 11
integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada
mukosa lambung. (Sukarmin, 2012; Rukmana, 2018).

H. Penatalaksanaan Medik
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat
mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis dan meningkatkan
penyembuhan lapisan perut. Pengobatan meliputi:
1) Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium,
untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam 12
lambung, tukak lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada lambung
2) Histamine (H2) blocker, seperti ranitidine, untuk pengobatan jangka
pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus 12 jari, pengobatan keadaan
hiperekskresi patologis
3) Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole untuk pengobatan
jangka pendek tukak duodenum, tukak lambung, refluks esophagus,
gastritis
4) Lanzoprazole, pengobatan jangka pendek tukak lambung, gastritis, tukak
usus (Anggarini, 2018)

I. Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
a. Pemeriksaan darah:
T es ini digunakan untuk memeriksa adanya anti body H.Pylori dalam
darah. Hasilt tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak
dengan bahteri pada suatu waktu dalm hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena imfeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan:
Tes ini dapat menetukan apakah pasien terinfeksi oleh bahteri H.Pylori
atau tidak
c. Pemeriksaan feses:
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.Pylori dalam feses atau tidak. Tes
hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi dengan. Dengan hasil
pemeriksaan seperti berikut warna feses merah kehitam- hitaman, bau
sedukit amis, kosistensinya lembek tetapi ada juga agak keras terdapat
lendir. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses.
Hal ini menunjukan adanya pendarahan pada lambung.

J. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000)
sebagai berikut:
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy: gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat
ulkus jaringan atau cidera
4. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
5. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam noktura penyebab ulkus duodenal.
6. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah
besar diberikan.
7. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh.
8. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi
setelah trasfusi darah.
9. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.

K. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan pada pasien gastritis mengikuti proses keperawatan
yang terdiri dariunsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi (Nursalam, 2016).

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Pengkajian adalah proses pengumpulan semua data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual pasien (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2010). Adapun beberapa aspek yang dikaji berkaitan dengan
gastritis adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas atau Istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea,
perubahan irama jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, kenaikan tekanan darah, takikardi,
penyakit serebrovaskular, distrimia, kulit pucat, sianisis, diaforesis.
c. Integritas Ego
Berhubungan dengan faktor stress akut atau kronis dapat ditandai
dengan ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi
Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area
gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses. Dapat ditandai
dengan nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif,
diare, atau konstipasi dapat terjadi (penggunaan antasida), haluaran
urine menurun atau pekat.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang menimbulkan gas, makanan pedas, anoreksia, mual,
muntah, masalah menelan seperti cegukan, nyeri ulu hati, sendawa
bau asam, mual atau muntah.

f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, perubahan keterjagaan, gangguan pengelihatan,
respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perunahan
retina optik.
g. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres
samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut). Nyeri di ulu hati melebar ke kiri.
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea noctural paroksimal, ortopnea, riwayat
merokok, bunyi nafas tambahan, sianosis, disstres respirasi.
i. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala
ke ujung kaki dapat mudah dilakukan pada kondisi klinik.
Pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan
meliputi:
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian
tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang
signifikan. Perawat yang berpengalaman melakukan beberapa
observasi hampir secara bersamaan, sambil menjadi sangat
perseptif terhadap tanda dini adanya abnormalitas. Dalam
melakukan pemeriksaan inspeksi adalah selalu memberi perhatian
pada pasien. Perhatikan semua gerakan dan lihat dengan cermat
bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi. Data yang didapat
berupa, wajah tampak pucat, tampak berhatihati pada daerah yang
sakit, dan berkeringat.
2) Palpasi
Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian tubuh
untuk membuat suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus
fisik. Keterampilan ini sering kali digunakan bersamaan dengan
inspeksi. Selama palpasi, pasien diusahakan dalam keadaan santai
sehingga tidak terjadi ketegangan otot yang dapat mempengaruhi
optimalitas dari hasil pemeriksaan. Pada pasien gastritis ulu hati
akan terasa nyeri saat di palpasi.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan
pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi
ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan
untuk menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Dengan
teknik perkusi lokasi, ukuran, dan densitas struktur dapat
ditentukan. Perkusi membantu memastikan abnormalitas yang
didapat dari pemeriksaan sinar-X atau pengkajian melalui palpasi
dan auskultasi. Pada pasien gastritis suara perkusi abdomen
timpani.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah teknik pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi yang dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar
dengan telinga tanpa alat bantu, meskipun sebagian bunyi dapat
didengar dengan stetoskop untuk mendengarkan bunyi dan
karakteristik. Pada pasien gastritis suara auskultasi bising
lambung dan usus sering terdengar hiperaktif.

L. Pengkajian

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PSIK STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

Nama mahasiswa : Kelompok 1


Tempat praktek : Rumah Sakit
Tanggal : 12 Januari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Suku : Kutai
Nama : Ny. I
Pendidikan : SMP
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : IRT
J. kelamin : Perempuan
Lama bekerja : -
Alamat : Jl. Mawar
Tanggal MRS : 12 Januari 2021
Status : Menikah
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2021
Sumber Informasi : keluarga

II. RIWAYAT PENYAKIT

1. Keluhan utama saat masuk RS:


Klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 12 Januari 2021 dengan keluhan
nyeri ulu hati dan klien mengatakan setiap pagi setelah bangun tidur sering
merasa sakit pada perut sebelah kiri seperti diremas juga terasa panas klien
juga tampak gelisah.

2. Riwayat penyakit sekarang:


Klien mengatakan nyeri dihulu hati, mual dan muntah

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya. Klien tidak pernah
punya riwayat penyakit menular.
4. Genogram:

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: klien

III. PENGKAJIAN SAAT INI (MULAI HARI PERTAMA SAUDARA


MERAWAT KLIEN)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan:
Pasien tidak mengetahui tentang penyakit
2. Pola nutrisi/metabolic Program diit RS:
a. Intake makanan
Sebelum sakit:
- Porsi: 1 porsi
- Makanan kesukaan: suka asam dan makanan pedas
- Pantangan: tidak ada
Saat sakit:
- Porsi: ¼ porsi
- Pantangan: jangan makan pedas-pedas dan asam-asam
b. Intake cairan
Sebelum sakit : minum 5 gelas/hari
Saat sakit : minum 3 gelas per hari
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum sakit:
- Frekuensi: 2x sehari
- Warna: kuning
- Bau: khas
- Konsistensi: lembek
Saat sakit:
- Frekuensi: 1x sehari
- Warna: kuning
- Bau: khas
- Konsistensi: cair
b. Buang air kecil
Sebelum sakit:
- Frekuensi: 5x sehari
- Warna: kuning jernih
- Bau: khas
- Konsistensi: cair
Saat sakit:
- Frekuensi: 3x sehari
- Warna: kuning jernih
- Bau: khas
- Konsistensi: cair

4. Pola aktifitas dan latihan:


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total

5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun
tidur)
Sebelum sakit:
- Lama tidur: 8 jam
- Kesulitan tidur: tidak ada
Saat sakit:
- Lama tidur: 5 jam
6. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
Penglihatan normal, pendengaran normal, pengecap dan sensasi normal

7. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep


diri)
Pasien cemas dengan keadaan dirinya saat ini

8. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi,


dll.)
Pasien masih menstruasi setiap bulannya dan pasien menggunakan kb
suntik 3 bulan

9. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain,


kemampuan keuangan):
Klien mampu beradaptasi di lingkungannya.

10. Pola managemen koping-stess (perubahan terbesar dalam hidup pada


akhir-akhir ini):
Baik

11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan, dll)
Keyakinan: klien beragama Islam
Ketaatan beribadah: Klien taat beribadah
IV. Pemeriksaan fisik

(cephalocaudal) yang meliputi : Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi

keluhan yang dirasakan saat ini:

nyeri dihulu hati, mual dan muntah

TD: 120/90 mm/Hg P: 20 x/m N: 80 x/m S: 36,5oC

BB/TB: 52kg/155 cm

Kepala:

Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, rambut bersih tidak ada ketombe, tidak
rontok, dan tidak beruban

Mata dan Telinga (Penglihatan dan pendengaran)

Mata simetris kiri dan kanan kunjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik

a. Penglihatan (normal)

 Berkurang  Ganda  Kabur  Buta/ gelap

▪ Visus: dioptri

▪ Sklera ikterik : tidak

▪ Konjungtiva : tidak anemis

▪ Nyeri : tidak, intensitas : tidak ada

▪ Kornea : jernih

▪ Alat bantu : tidak ada

b. Pendengaran

√ Normal Berdengung Berkurang Alat bantu Tuli

Keluhan lain:
Tidak ada
Hidung:
Bersih, tidak ada benjolan dan tidak ada secret
Mulut/Gigi/Lidah:
Mukosa bibir kering
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Respiratori

a. Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada otot bantu nafas, suara nafas vesikuler

b. Batuk : tidak

Sputum: tidak ada

c. Napas bunyi : vesikuler

▪ Sesak napas saat : tidak ada

➢ Ekspirasi ➢ Inspirasi ➢ Istirahat ➢ Aktivitas

Tipe pernapasan :

Perut √ Dada Biot

Kussmaul Cynestokes Lainnya

Frekuensi nafas : 20 x/mnt

Penggunaan otot-otot asesori: tidak,

Sianosis: tidak

▪ Keluhan Lain:

Tidak ada

Kardiovaskular

Riwayat Hipertensi: tidak ada Masalah jantung: tidak ada

Demam Rematik: tidak

Bunyi Jantung: “lup-dup” Frekuensi: 80x/menit


Irama: teratur

 Nyeri dada, Intensitas :- Palpitasi

 Pusing  Cianosis

▪ Capillary refill :

 Riwayat Keluhan lainnya: tidak ada

▪ Edema, lokasi : tidak ada grade : tidak ada

▪ Hematoma, lokasi : tidak ada

Neurologis

Rasa ingin pingsan/ pusing: tidak ada

Sakit Kepla:- Lokasi nyeri : nyeri di ulu hati Frekuensi: hilang timbul

▪ GCS : Eye = 4 Verbal = 5 Motorik = 6

▪ Pupil : isokor

▪ Reflek cahaya : +/+

• Sinistra : +/- cepat/lambat

• Dextra : +/- cepat/lambat

▪ Bicara :

√ Komunikatif Aphasia Pelo

▪ Keluhan lain : tidak ada

 Kesemutan  Bingung  Tremor  Gelisah  Kejang

▪ Koordinasi ekastemitas

√ Normal Paralisis, Lokasi :- Plegia, Lokasi :-

▪ Keluhan lain: tidak ada

Integumen
▪ Warna kulit

Kemerahan Pucat Sianosis Jaundice √ Normal

▪ Kelembaban:

√ Lembab Kering

▪ Turgor : elastis

> 2 detik √ < 2 detik

Keluhan lain : tidak ada

Abdomen

Inspeksi : Simetris kiri dan kananwarna kulit sawo matang

Auskultasi : bising usus ( + ) 15x menit

Perkusi : tympani

Palpasi : Perut terasa nyeri saat ditekan,skala nyeri 5 ( nyeri sedang )

Keluhan lain: tidak ada

Muskuloskeletal

 Nyeri otot/tulang, lokasi : intensitas : tidak ada

 Kaku sendi, lokasi : tidak ada

 Bengkak sendi, lokasi : tidak ada

 Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : tidak ada

 Alat bantu, jelaskan : tidak ada

 Pergerakan terbatas, jelaskan : tidak ada

 Keluhan lain, jelaskan : tidak ada

Seksualitas

Aktif melakukan hubungan seksual: iya


Penggunaan alat kontrasepsi: pasien menggunakan kb suntik 3 bulan

Masalah/kesulitan seksual: tidak ada

Perubahan terakhir dalam frekuensi: tidak ada

Wanita:

Usia Menarche : 15 tahun lamanya siklus: 7 hari durasi: 28 hari

Periode menstruasi terakhir: bulan lalu Menopouse: tidak

Melakukan pemeriksaan payudara sendiri: tidak

PAP smear terakhir:

V. Program terapi:

Ranitidin 150 mg 3x1 tablet, Antasida 500 mg 3x1 tablet (kunya), Lansoprazol 30
mg 2x1 table

Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

Ukuran Satuan Nilai Rujukan

Eritrosit (sel darah merah) juta/µl 4,0 – 5,0 (P)


4,5 – 5,5 (L)

Hemoglobin (Hb) g/dL 12,0 – 14,0 (P)


13,0 – 16,0 (L)

Hematokrit % 40 – 50 (P)
45 – 55 (L)

Hitung Jenis

Basofil % 0,0 – 1,0

Eosinofil % 1,0 – 3,0

Batang1 % 2,0 – 6,0

Segmen1 % 50,0 – 70,0

Limfosit % 20,0 – 40,0

Monosit % 2,0 – 8,0


Laju endap darah (LED) mm/jam < 15 (P)
< 10 (L)

Leukosit (sel darah putih) 103/µl 5,0 – 10,0

MCH/HER pg 27 – 31

MCHC/KHER g/dL 32 – 36

MCV/VER fl 80 – 96

Trombosit 103/µl 150 – 400

J. Asuhan Keperawatan
A. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 Data subjektif : Nyeri tekan pada Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri di ulu hati
ulu hati
- P: nyeri saat ditekan Nyeri
- Q: seperti tertusuk-tusuk
- R: nyeri berfokus pada
satu titik
- S: skala nyeri 5
- T: nyeri muncul hilang
timbul

Data objektif :
- Klien meringis
- Klien gelisah
2 Data Subjektif: Muntah Defisit nutrisi
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan
- Pasien mengatakan sulit kekurangan nutrisi
untuk menghabiskan
makanan yang diberikan Intake yang tidak
- Klien mengatakan sering ade kuat
merasa mual dan muntah
Defisit nutrisi
Data Objektif:
- Klien lemas
- Makanan klien habis
Cuma ¼ porsi

3 Data Subjektif: Mual, muntah, Risiko


- Klien mengeluh haus anoreksia Ketidakseimbngan
Cairan
Data Objektif: ↓
- Klien lemas dan pucat Intake nutrisi dan
- Membran mukosa kering cairan tidak
adekuat
4 Data Subjektif: Kurangnya Defisit
- Klien mengatakan cemas terpapar informasi Pengetahuan
terhadap penyakit yang
sedang dideritanya
- Klien mengatakan tidak Defisit
paham dengan Pengetahuan
penyakitnya

Data objektif:
- Klien cemas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi
intestinal
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

C. Asuhan Keperawatan
SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri Akut 1. Tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri


Definisi: Definisi: Definisi:
Pengalaman Pengalaman sensorik Mengidentifikasi dan
sensorik atau atau emosional yang mengelola pengalaman
emosional yang berkaitan dengan sensorik atau
berkaitan kerusakan jaringan actual emosional yang
dengan atau fungsional, dengan berkaitan dengan
kerusakan onset mendadak atau kerusakan jaringan
jaringan actual lambat dan berintensitas atau fungsional dengan
atau fungsional, ringgan hingga berat dan onset mendadak atau
dengan onset konstan lambat dan
mendadak atau berintensitas ringan
lambat dan Setelah dilakukan Tindakan hingga berat dan
berintensitas keperawatan 2 × 24 jam konstan
ringan hingga diharapkan:
berat yang Tindakan
berlangsung - Keluhan nyeri (4) Observasi
kurang dari 3 - Meringis (4)  Identifikasi lokasi,
bulan - Gelisah (4) karakteristik, durasi,
- Kesulitan tidur (4) frekuensi, kualitas,
Penyebab: intensitas nyeri
Agen pencedera Keterangan:  Identifikasi skala
fisik 1: meningkat nyeri
2: cukup meningkat  Identifikasi respons
Gejala dan tanda 3: sedang nyeri non verbal
mayor 4: cukup menurun  Identifikasi faktor
Subjektif: 5: menurun yang memperberat
Mengeluh nyeri dan memperingan
Objektif: -Pola tidur (4) nyeri
- Tampak Terapeutik
meringis Keterangan:  Berikan Teknik
- Gelisah 1: memburuk nonfarmakologis
2: cukup memburuk untuk mengurangi
3: sedang rasa nyeri
4: cukup membaik  Kontrol lingkungan
5: membaik yang memperberat
rasa nyeri
2. Kontrol nyeri  Pertimbangkan jenis
Definisi: dan sumber nyeri
Tindakan untuk dalam pemilihan
meredakan pengalam strategi meredakan
sensorik atau emosional nyeri
yang tidak Edukasi
menyenangkan akibat
 Jelaskan penyebab,
kerusakan jaringan
periode, dan pemicu
nyeri
Setelah dilakukan Tindakan
 Jelaskan strategi
keperawatan 2 × 24 jam
meredakan nyeri
diharapkan:
Kolaborasi
- Kolaborasi
-Melaporkan nyeri terkontrol
pemberian analgetik,
(4)
jika perlu
-Kemampuan mengenali
onset nyeri (4)
2. Pemantauan nyeri
-Kemampuan mengenali
Definisi:
penyebab nyeri (4)
Mengumpulkan dan
menganalisis data nyeri
Keterangan:
1: menurun
Tindakan
2: cukup menurun
Observasi
3: sedang
4: cukup meningkat  Identifikasi faktor
5: meningkat pencetus dan Pereda
nyeri
 Monitor kualitas
nyeri
 Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
 Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
 Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
2. Defisit nutrisi 1. Status nutrisi 1. Manajemen nutri
Definisi: Definisi: Mengidentifikasi dan
Asupan nutrisi Keadekuatan asupan mengelola asupan
tidak cukup nutrisi untuk memenuhi nutrisi yang seimbang
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme Tindakan
kebutuhan Observasi
metabolisme Setelah dilakukan Tindakan - Identifikasi status
keperawatan 2 × 24 jam
nutrisi
diharapkan:
Gejala dan tanda - Identifikasi
mayor:  Porsi makanan yang makanan yang
Objektif dihabiskan (4) disukai
Berat badan - Identifikasi
menurun Keterangan: kebutuhan kalori
minimal 10% 1: menurun dan jenis nutrient
dibawah rentang 2: cukup menurun - Monitor asupan
ideal 3: sedang makanan
4: cukup meningkat - Monitor berat badan
Gejala dan tanda 5: meningkat
minor: 2. Pemantauan nutrisi
Subjektif  Berat badan (4) Definisi:
Nafsu makan  Frekuensi makan (4) Mengumpulkan dan
menurun  Nafsu makan (4) menganalisis data yang
berkaitan dengan

Keterangan: asupan dan status gizi

1: memburuk
2: cukup memburuk Tindakan

3: sedang Observasi

4: cukup membaik - Identifikasi faktor

5: membaik yang
mempengaruhi

2. Perilaku meningkatkan asupa gizi

berat badan - Identifikasi

Definisi: perubahan berat

Tindakan-tindakan yang badan


- Identifikasi pola
dilakukan untuk makan
menambah berat badan - Monitor mual
muntah
Setelah dilakukan Tindakan Terapeutik
keperawatan 2 × 24 jam
- Timbang berat
diharapkan:
badan
 Mengidentifikasi - Monitor hasil
penyebab penurunan
berat badan (4) laboratorium
 Menetapkan target - Dokumentasikan
berat yang sehat (4)
 Mengidentifikasi hasil pemantauan
kebutuhan kalori (4)
 Mengidentifikasi
makanan yang
disukai dan tidak Edukasi
disukai (4)
 Memilih makanan - Jelaskan tujuan dan
dan minuman yang prosedur
berprotein dan
berkalori tinggi (4) pemantauan
- Informasikan hasil
Keterangan:
1: menurun pemantauan, jika
2: cukup menurun perlu
3: sedang
4: cukup meningkat
5: meningkat

3. Risiko 1. Keseimbangan cairan 1. Manajemen Cairan


ketidakseimban Definisi: Definisi:
gan cairan Ekuilibrium antara Mengidentifikasi dan
Definisi: volume cairan di ruang mengelola
Berisiko intraselular dan keseimbangan cairan
mengalami ekstraselular tubuh dan mencegah
penurunan, komplikasi akibat
peningkatan atau Setelah dilakukan tindakan ketidakseimbangan
percepatan keperawatan 1x24 jam cairan
perpindahan diharapkan:
cairan dari Tindakan
intravaskuler, - Asupan makanan (4) Observasi
interstisial atau Keterangan: - Monitor status
intraselular 1: menurun hidrasi
2: cukup menurun - Monitor hasil
3: sedang pemeriksaan
4: cukup meningkat laboratorium
5: meningkat Terapeutik:
- Berikan asupan
- Dehidrasi (4) cairan, sesuai
- Asites (4) kebutuhan
Keterangan: - Berikan cairan
1: meningkat intravena, jika
2: cukup meningkat perlu
3: sedang
4: cukup menurun
5: menurun

- Membran mukosa (4)


Keterangan:
1: memburuk
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik

4. Defisit 1. Tingkat Pengetahuan 1. Edukasi Kesehatan


Pengetahuan Definisi: Definisi:
Definisi: Kecukupan informasi Mengajarkan
Ketiadaan atau kognitif yang berkaitan pengelolaan faktor
kurangnya dengan topik tertentu risiko penyakit dan
informasi perilaku hidup bersih
kognitif yang Setelah dilakukan Tindakan serta sehat
berkaitan keperawatan 2 × 24 jam
dengan topik diharapkan: Tindakan
tertentu Observasi
- Kemampuan - Identifikasi kesiapan
Penyebab: menjelaskan dan kemampuan
Kurang terpapar pengetahuan tentang menerima informasi
informasi suatu topik (4) Terapeutik
- Perilaku sesuai dengan - Sediakan materi dan
Gejala dan tanda pengetahuan (4) media Pendidikan
mayor Kesehatan
Subjektif: Keterangan: - Jadwalkan
Menanyakan 1: menurun Pendidikan
masalah yang 2: cukup menurun Kesehatan sesuai
terjadi 3: sedang kesepakatan
4: cukup meningkat - Berikan kesempatan
5: meningkat untuk bertanya
Edukasi
- Pertayaan tentang - Jelaskan faktor risiko
masalah yang dihadapi yang dapat
(4) mempengaruhi
kesehatan
Keterangan:
1: meningkat
2: cukup meningkat
3: sedang
4: cukup menurun
5: menurun

ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Nama mahasiswa : Kelompok 1


Ruang : Melati Kelompok :4
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny. I
2. Usia : 42 tahun
3. Pemenuhan kebutuhan : nyeri
4. Diagnosa keperawatan : nyeri akut
5. Diagnosa medis : gastritis
6. Tindakan yang dilakukan : manajemen nyeri
7. Tanggal Tindakan : 13 Januari 2021
8. Waktu : 11.00
B. STANDAR PROSEDUR Terapi Relaksi Nafas Dalam
OPERASIONAL
1. Pengertian Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri
pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna
yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi
nyeri
2. Tujuan 1. Meningkatkan aliran udara dan oksigen dalam darah
2. Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
3. Membantu dan meningkatkan relaksasi
4. Meningkatkan kualitas tidur
3. Prinsip Tindakan Suasana lingkungan tenang
4. Indikasi Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut dan
nyeri kronis
5. Kontraindikasi Tidak ada
6. Alat Tidak ada
7. Pra interaksi 1. Membaca status klien
2. Identifikasi klien
3. Mencuci tangan
8. Interaksi 1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
9. Kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
bila ada sesuatu yang kurang dipahami / jelas
2. Atur posisi agar pasien rileks tanpa adanya bebab
fisik, baik duduk maupun berdiri. Apabila pasien
memilih duduk, maka bantu pasien duduk di tepi
tempat tidur atau posisi duduk tegak di kursi. Posisi
juga bisa semifowler, berbaring di tempat tidur
dengan punggung tesangga bantal

3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam


sehingga rongga pasru berisi udara

4. Instruksikan pasien secara perlahan dan


menghembuskan udara membiarkannya keluar diri
setiap bagian anggota tubuh, pada waktu bersamaan
minta pasien untuk memusatkan perhatian betapa
nikmatnya rasanya

5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama


normal beberapa saat (1-2 menit)

6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas


dalam, kemudian menghembuskan dengan cara
perlahan dan merasakan saat ini udara mulai
mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru dan
seterusnya udara dan rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh

7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada


kaki dan tangan, udara yang mengalir dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kaki dan rasakan kehangatannya

8. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik


ini apa bila rasa nyeri kembali lagi

9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien


untuk melakukan secara mandiri

Ulangin latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali


10. Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
11. Referensi Skripsi Luthfiana Rahmawati (2018) Penerapan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Post Operasi
Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Aman Nyaman Di RSUD Sleman
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin terjadi Pasien tidak dapat rileks
dan cara pencegahan Pencegahannya : ciptakan suasana yang nyaman
mengulangi kembali atur suhu ruangan
2 Identikasi tindakan Melakukan observasi setelah melakukan terapi relaksasi
keperawatan lainnya untuk nafas dalam
mengatasi masalah tersebut
3 Identifikasi masalah Pasien tidak rileks
keperawatan lain yang
mungkin muncul (rasional)
4 Tindakan yang dilakukan Menciptakan suasana yang tenang
5 Evaluasi diri Mendokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
6 Rencana tindak lanjut Evaluasi tindakan yang telah dilakukan

ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Nama mahasiswa : Kelompok 1


Ruang : Melati Kelompok :4

NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny. I
2. Usia : 42 tahun
3. Pemenuhan kebutuhan : nutrisi
4. Diagnosa keperawatan : defisit nutrisi
5. Diagnosa medis : gastritis
6. Tindakan yang dilakukan : pemberian nutrisi secara oral
7. Tanggal Tindakan : 13 januari 2021
8. Waktu : 08.00
B. STANDAR PROSEDUR Pemberian nutrisi melalui oral (mulut)
OPERASIONAL
1. Pengertian Tindakan pemberian nutrisi melalui oral (mulut) ini
merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per-
oral secara mandiri
2. Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
3. Prinsip Tindakan Bersih
4. Indikasi 1. Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri
2. Pada pasien yang bisa makan sendiri
5. Kontraindikasi Tidak ada
6. Alat 1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Magkok cuci tangan
7. Pengalas
8. Makanan dengan menu dan porsi sesuai dengan
program
7. Pra interaksi 1. Membaca status klien
2. Identifikasi klien
3. Mencuci tangan
8. Interaksi 1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
9. Kerja 1. Cuci tangan
2. Atur posisi pasien dengan duduk atau setengah duduk
sesuai dengan kondisi pasien
3. Pasang pengalas
4. Tawarkan pasien melakukan ritual makan (misalnya:
berdo’a sebelum makan)
5. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makanan sedikit
demi sedikit dan berikan minum sesudah makan
6. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan
anjurkan duduk sebentar
7. Cuci tangan
10. Terminasi 1. Catat tindakan dan hasil atau respons terhadap tindakan
2. Evaluasi hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Cuci tangan
11. Referensi A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta: EGC: 2004
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin terjadi Tersedak
dan cara pencegahan
2 Identikasi tindakan Memberikan tepukan atau pukulan di belakang punggung
keperawatan lainnya untuk
mengatasi masalah tersebut
3 Identifikasi masalah Ketidaknyamanan
keperawatan lain yang
mungkin muncul (rasional)
4 Tindakan yang dilakukan Menciptakan lingkungan yang nyaman
5 Evaluasi diri Mendokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
6 Rencana tindak lanjut Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Nama mahasiswa : Kelompok 1


Ruang : Melati Kelompok :4

NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny. I
2. Usia : 42 tahun
3. Pemenuhan kebutuhan : pengetahuan
4. Diagnosa keperawatan : defisit pengetahuan
5. Diagnosa medis : gastritis
6. Tindakan yang dilakukan : Pendidikan kesehatan
7. Tanggal Tindakan : 12 januari 2021
8. Waktu : 10.00
B. STANDAR PROSEDUR Pendidikan Kesehatan
OPERASIONAL
1. Pengertian Tindakan memberikan pengertian kepada pasien/keluarga
yang berhubungan dengan keluhan atau penyakitnya agar
keluarga atau pasien memahami tentang penyakit agar
keluarga atau pasien memahami tentang penyakit atau
keluhan yang dialami
2. Tujuan Memberikan pengertian kepada pasien/keluarga agar
memahami masalah penyakitnya, dengan harapan
membantu percepatan penyembuhan dan menghindari
perilaku/pola hidup yang keliru
3. Prinsip Tindakan Suasana lingkungan tenang
4. Alat 1. Kertas
2.Pulpen
3.Leaflet (jika perlu)
5. Pra interaksi 1. Identifikasi klien
2. Mencuci tangan
6. Interaksi 1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
7. Kerja
1. Cuci tangan
2. Menganamnesa keluhan pasien
3. Menentukan diagnose, rencana terapi atau tindakan
4. Memberikan penyuluhan kepada pasien atau
keluarga tentang:

a. Informasi penyakit yang diderita pasien

b. Penggunaan obat secara aman dan efektif untuk


semua obat yang dikonsumsi pasien

c. Makanan yang dianjurkan dan makanan yang


dilarang di konsumsi

d. Aspek etika dan pengobatan

e. PHBS

5. Cuci tangan
8. Terminasi 1. mencatat kegiatan pada rekam medis
2. Evaluasi hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan baik
5. Cuci tangan
9. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:17 Tahun 2015 Tentang Standar Kompetensi
Manajeril Jabatan Fungsional Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin terjadi Tidak ada
dan cara pencegahan
2 Identikasi tindakan Tidak ada
keperawatan lainnya untuk
mengatasi masalah tersebut
3 Identifikasi masalah Tidak ada
keperawatan lain yang
mungkin muncul (rasional)
4 Tindakan yang dilakukan Pendidikan kesehatan
5 Evaluasi diri Mendokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
6 Rencana tindak lanjut Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Nama mahasiswa : Kelompok 1


Ruang : Melati Kelompok :4

NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny. I
2. Usia : 42 tahun
3. Pemenuhan kebutuhan : pemenuhan cairan
4. Diagnosa keperawatan : ketidakseimbangan cairan
5. Diagnosa medis : gastritis
6. Tindakan yang dilakukan : pemasangan infus
7. Tanggal Tindakan : 12 januari 2021
8. Waktu : 13.00
B. STANDAR PROSEDUR Pemasangan Infus
OPERASIONAL
1. Pengertian Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari
pengobatan untuk memasukkan obat, atau cairan ke dalam
tubuh
2. Tujuan Pemberian cairan kepada klien
3. Prinsip Tindakan Bersih
4. Indikasi Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan
5. Kontraindikasi Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis,
sklerosis vena, luka bakar dan infeksi area yang hendak
dipasang infus
4. Alat 1. Infus set
2. Abocath
3. Cairan infus
4. Tornikuet
5. Kapas alkohol
6. Kasa steril
7. Plester, gunting
8. Tiang insus
9. Perlak dan pengalas
6. Pra interaksi 1. Membaca status klien
2. Identifikasi klien
3. Mencuci tangan
7. Interaksi 1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
8. Kerja 1. Mencuci tangan
R : menghindari infeksi silang
2. Salam terapeutik
R :BHSP dengan pasien
3. Identifikasi pasien
R : menghindari kesalahan pemberian tindakan
4. Jelaskan prosedur pada pasien
R : agar pasien tidak bingung
5. Mendekatkan alat
R : memudahkan dalam melaksanakan tindakan
6. Atur pasien pada posisi semi fowler atau supine jika
tidak memungkinkan
R : memberi rasa nyaman pada pasien
7. Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja
R : memudahkan tindakan
8. Letakkan perlak dibawah lengan klien
R : mengindari cairan yang tumpah ke bed pasien
9. Periksa label pasien sesuai dengan kebutuhan cairan
yang akan diberikan.
R : mencegah kesalahan
10.Hubungkan cairan infus dengan infus set dan
gantungkan.
R : memudahkan saat menghubungkan ke jarum infus
11.Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak
ada udara di dalamnya.
R : mengeluarkan udara
12.Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan
pertahankan kesterilan.
R : mencegah udara masuk
13.Kencangkan tournikuet (tekanan dibawah tekanan
sistolik).
R : memudahkan penusukan
14.Anjurkan pasien untuk mengepal dan membukanya
beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan
ditusuk
R : memudahkan penusukan
15.Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas
alkohol, lalu diulangi dengan Arah melingkar dari
dalam keluar lokasi tusukkan.
R : mencegah infeksi
16.Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm
dibawah tusukkan.
R : mempermudah mencari vena
17.Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang
akan ditusuk. setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan
dengan pasli.
R : agar tepat pada saat penusukan
18.Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik
jarum sedikit lalu teruskan plastik iv catheter kedalam
vena
R : menghidari
19.Tekan dengan jari ujung plastik iv catheter
R : mencegah pendarahan
20.Tarik jarum infus keluar
R : agar tidak nyeri
21.Sambungkan plastik iv catheter dengan ujung selang
infus.
R : mengalirkan cairan infus
22.Lepaskan manset
R : mencegah ketegangan otot
23.Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar.
R : mengalirkan cairan infus
24.Fiksasi posisi plastik iv catheter dengan plester.
R : agar tidak lepas
25.Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang stiker yang
sudah diberi tanggal.

R : sesuai dengan kebutuhan


9. Terminasi 1. Bereskan alat
2. Evaluasi hasil kegiatan
3. Cuci tangan
4. Dokumentasi
10. Referensi ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin terjadi Phlebitis
dan cara pencegahan kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada pembuluh
darah vena.

Cara pencegahan: gunakan tekhnik aseptic selama


melakukan tindakan
2 Identikasi tindakan 1. lakukan observasi setelah pemasangan infus
keperawatan lainnya untuk 2. Ganti lokasi penusukan setiap 3 hari sekali
mengatasi masalah tersebut 3. Observasi tanda-tanda sistemik local seperti rubor,
kalor, dollor, edema dan penurunan fungsi
3 Identifikasi masalah 1. Resiko infeki b.d organisme patogenik
keperawatan lain yang
R : tindakan ini merupakan tindakan invasive
mungkin muncul (rasional)
4 Tindakan yang dilakukan Praktek berjalan dengan lancer, tindakan dilakukan dengan
keyakinan dan waktu lebih efisien.
5 Evaluasi diri Mendokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
6 Rencana tindak lanjut Dalam tindakan selanjutnya, saya akan :
1. Lakukan perawatan infus setiap setiap 24-48 jam
sekali.
2. Pantau tanda-tanda infeksi

L. Analisis Jurnal
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis


Di Puskesmas Rengat Kabupaten Indragiri Hulu [skripsi]. Pekanbaru (ID):
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
Khanza, N., N. Isnandari., dan O.P. Lestari. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien
Gastritis [skripsi]. Klaten (ID): STIKes Muhammadiyah Klaten.
Mutaqqin, A., dan K. Sari. 2013. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika.
Rika. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis
Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan [skripsi]. Makassar (ID): UIN
Allauddin Makassar.
Sebayang, E. N. 2011. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis
Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan [skripsi]. Sumatera Utara (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Padmiarson. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta: Bee Medika Indonesia
Priyoto. 2015. Perubahan Dalam Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Dermawan,D. T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan ).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
FKUI. Muttaqin, A. K. S. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai