Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS PENYAKIT TERTINGGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAI

(GASTRITIS)

OLEH :

KOMARIAH
P07120421028N

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, disatu pihak
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak
tertangani, dilain pihak telah terjadi penigkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular
(PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi, modernisasi, dan
globalisasi. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang
paling sering terjadi (Gustin, 2011)
Penyakit gastritis terjadi karena inflamasi pada lapisan lambung yang menjadikan sering
merasa nyeri pada bagian perut. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanaya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Shulfany, 2011; Megawati, 2014). Penyakit
gastritis bila tidak diatasi dengan cepat maka dapat menimbulkan pendarahan
(hemorrhagic gastritis) sehingga banayak darah yang keluar dan berkumpul di lambung.
Selain itu penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi lambung
dan dapat meningkatkan resiko untuk terkena kangker lambung hingga menyebabkan
kematian (Rondonuwu, 2014).
Menurut WHO, insiden gastritis di dunia sekitar 1,8-1,2 juta dari jumlah
penduduk setiap tahunya, di inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5 %), Kanada (35
%), dan Prancis (29,5%). Di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunya. Gastritis biasanaya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. Presentasi
dari angka kejadian gastritis di indonesia menurut WHO adalah 40,8 % dan angka
kejadian gastritis dibeberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevelensi 274.396
kasus dari 238.459.952 jiwa penduduk (Gustin, 2011).
Berdasarkan data kesehatan terbanyak penyakit tidak menular yang terdapat pada
wilayah kerja Puskesmas Pai , penyakit tertinggi adalah Gastritis dengan data penyakit
per tahun sebanyak 357 kasus gastritis.
Dalam kondisi tersebut terjadi respons saraf lokal dari iritasi mukosa yang
menimbulkan masalah keperawatan nyeri (Mutaqin & Sari , 2013). Rasa nyeri
merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan
menyebabkan individu bereaksi memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman
sensori dan emosional yang terlokasikan pada suatu bagian tubuh sering kali dijelaskan
dalam istilah proses destruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas yang terbakar,
melilit seperti emosi kaku, mual dan takut ( Judha , 2012; Megawati, 2014).
Penelitian sebelumnya tentang relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
dilakukan oleh Putri (2017) yang hasilnya menunjukan adanya hubungan signifikan
antara upaya penurunan nyeri dan cemas (dengan relaksasi nafas dalam dan guided
imagery ) untuk mencegah nyeri tidak timbul pada klien gastritis.
Peran perawat dalam asuhan keperawatan pasien gastritis dengan masalah
keperawatan nyeri akut yaitu melakukan manajemen nyeri dengan mengajarkan klien
tehnik relaksasi (nafas dalam) dan tehnik distraksi (distraksi pendengaran).

B. TUJUAN
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?
2. Bagaimana penyebab dari gastritis ?
3. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?
4. Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan preventif ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT GASTRITIS


1. DEFINISI
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik,
difusi atau lokal. Menurut peneliti sebagian besar gastritis disebabkan oleh infeksi
bacterial mukosa lambung yang kronis.selain itu, beberapa bahan yang sering
dimakan dapat menyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung (Wijaya
& Putri , 2013).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung , peradangan
ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel
mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada
lambung (Sukarmin , 2013).
Ada dua jenis gastritis
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut. Gatritis akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, misal makan
terlalu banyak, terlalu cepat,makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termsuk alkohol, aspirin,refluks
empedu atau terapi radiasi.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau
bakteri helicobakter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam
lambung yang padat.
2. ETIOLOGI
Penyebab gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a. Gastritis akut
Banyak faktot yang menyebab gastritis akut seperti :
1) Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide
merupakan obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung
2) Minuman beralkohol
3) Infeksi bakteri seperti H.pylori , H.heilmanii, streptococci
4) Infeksi virus oleh sitomegalovirus
5) Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan
6) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makana berbumbu dan
minuman berkafein.
b. Gastritis kronik
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu
infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
1) Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk kemukosa lambung dan
memberikan manifestasi peradangan kronik
2) Gastritis non-infeksi
 Gastritis akibat kimia dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin
 Gastritis uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung.

3. PATOFISIOLOGI
a. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar
tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus
bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah
fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan.
Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya
pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson,
2000)
b. Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering
disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal,
yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan
penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau
korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis )
mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum )
ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau
pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi
usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001)
4. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung


2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan
istirahat.

3) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam


lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.

4) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara


menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.

5) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,


Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
(Dermawan, 2010)

b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:


Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal :


alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon
encer atau cuka encer

2) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida,
serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau
jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi
dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi
stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic
( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ).
Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12
yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer,
2001)

3) Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:


a) Tirah baring
b) Mengurangi stress
c) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti
pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24
jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara
bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya
berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya,
peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri
yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor –
factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat
penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat
menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan
yang lainnya.
B. SARAN
Diharapkan dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan menejemen nyeri dengan
mengajarkan tehnik relaksasi( napas dalam ) dan tehnik distraksi (distraksi pendengaran )
untuk menurunkan nyeri yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai