H DENGAN KASUS
GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAMBALAMOTU TANGGAL
05 FEBRUARI 2022 SAMPAI DENGAN 05 MARET TAHUN 2022
KABUPATEN PASANGKAYU
ANIFTA
NIM.142012020101
PENDAHULUAN
Gastritis adalah peradangan yang mengenai mokosa lambung yang dapa mengaibatkan
lambung pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisisl yang
menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pecernaan (Sukarmin 2012). Yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung ( Tussakinah,et
al,2018) Faktor iritasi dan infeksi tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan
Menurut Word Health Organization (WHO,2013), insiden Gastritis di Dunia sekitar 1,8-2,1
juta dari China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%) dan Prancis (29,5%).Insiden terjadinya
gastritis di Asia Tenggara sekitar 583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunya (Takdir,et, al,2018
40,8% ,sedangkan di Jawa Timur angka kejadian gastritis sebesar 31,2% dari seluruh kalangan
usia.
sangat ditentukkan oleh pengalaman dan status emosionalnya (Zakiyah 2015).presepsi nyeri
bersifat sangat pribadi dan subjektif,ini terjadi akibat kerusakan jaringan yang nyata, nyeri
Ini dinamakan nyeri akut yang dapat menghilangkan seiring dengan penyembuhan jaringan
(Zakiyah, 2015).Nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan yang akan hilang
selama proses penyembuhannya ,terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6
bulan nyeri yang terjadi pada gastritis timbul karena dinding lambung yang mengalami
Penanganan nyeri pada gastritis dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan
farmakologi dan nonfarmakologi yaitu seperti cara mengurangi dengan teknik relaksasi nafas
dalam imajinasi atau distraksi yang dapat meningkatkan asupan oksigen dan menurunkan
ketegangan otot ( Sukarmin 2012) selain itu,dilakukan pula teknik relaksasi genggam jari sambil
menarik nafas dalam-dalam.Teknik ini dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik
dan emosi,karena genggaman jari akan menghangatkan titik –titik keluar dan masuknya energi
Oleh karena itu berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah
e. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada klien kasus Gastitis di Wilayah kerja Puskesmas
1.4.1 Teoritis
a. Bagi Penulis
b. Bagi Masyarakat
Keperawatan Gerontik dengan Gastritis yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
d. Bagi Puskesmas
wawasan kesehatan bagi pasien khususnya dengan Gastitis dan dapat meningkatkan
kepuasan serta rasa percaya dalam tindakan keperawatan yang telah diberikan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada bab ini,peulis akan menjelaskan tentang teori “ Nyeri pada klien Gastritis dan akan disajika
sebagai berikut : Konsep Gastrits, Konsep Nyeri dan Asuhan Keperawatan Gastritis dengan
masalah Nyeri.
2.1.2 Etiologi
1. Obat-obatan seperti obat Anti-Infamasi Nonsteroid/OAINS (Indometasin,ibuprofen
sering),H.heilmani,Streptococci,Staphyoccoci,Protes spacies,Clostridium
7. Makanan dan minuman yang bersifa iritan.Makanan berbumbu dan minuman dengan
kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi muosa lambung
8. Garam empedu,terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus kecil ke mukosa
2.1.3 Klasifikasi
1. Gastitis Akut
perdarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan dan merupakan suatu penyakit
2. Gastritis Kronis
Gastritis Kronis adalah suatu peradagan permukaan mukosa lambung yang bersifat
terjadi pada usia muda yang menyebaban penipisan dan degenerasi dinding
lambung.
c. Perut kembung
d. Anoreksia
b. Anoreksia
2.1.5 Patofisioogi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol obat-
cemas ,stress ,marah melalu serabut parasimpatik vagus akan menjadi penigkatan
produksi asam lambung .semua efek ini diperlukan lambug untuk memperahankan
integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada mukosa
Faktor Predisposisi :
- Infeksi helicobacter pylori
- Minuman beralkohol
- Stress psikologis
- Stress fisik
Peradangan mukosa
lambung
Gastritis
Nyeri epigastrium
Nyeri akut
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
1) Urea Breath test (tes napas urea), tes serologis ,tes antigen feses untuk
2.2.6 Penatalaksanaan
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat mengurangi
gejala yang mungkin menyertai gastritis dan meningkatkan penyembuhan lapisan perut.
Pengobatan meliputi :
2.2.7.1 Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium,
tukak lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan
pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus 12 jari, pengobatan keadaan hiperekskresi
patologis
2.2.7.3 Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole untuk pengobatan
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis dengan Masalah Nyeri Akut
2.3.1.Pengkajian
a. Nama klien : untuk mengidentifikasi klien dan membedakan antara satu klien
potensi yang sama dapat menderita gastritis (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
bahkan
hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan
al., 2017).
keluhan
mukosa lambung yang merangsang noniseptor 23 nyeri pada lapisan otot lambung
riwayat diet dan pola makan tidak teratur (Muttaqin dan Sari, 2013).
5) Riwayat Penyakit Keluarga : diisi dengan menyebutkan nama penyakit berat yang
terutama
6) Riwayat Alergi : riwayat alergi yang dimiliki klien harus diketahui perawat.
Alergen
dapat berupa makanan, obat, bulu hewan, serbuk sari maupun alergen lain yang
akan
rumah
b. Pola Eliminasi Pola fungsi ekskresi feses, urine dan kulit seperti pola BAB,
BAK,
c. Pola Aktivitas Penderita juga tampak malas untuk beraktivitas, banyak tiduran,
d. Pola Istirahat Difokuskan pada pola tidur, istirahat, relaksasi dan bantuan-
bantuan
e. Pola Kebersihan Diri Difokuskan pada upaya yang dilakukan individu dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental
guna memberikan perasaan stabil dan aman pada diri individu (Ambarwati,
2014).
8) Pemeriksaan Fisik
c) Tanda-tanda vital
120-
d) Kondisi fisik :
ada
atau tidak edema, ada atau tidak lesi, bentuk dan warna dasar
ada atau tidaknya massa pada kepala, ada atau tidaknya nyeri
akibat
ada
atau tidak nyeri tekan (Debora, 2017).
kebersihan, ada atau tidak lesi Palpasi : ada atau tidaknya nyeri
(Mubarak,
et al., 2015).
kering
pembesaran
8. Pemeriksaan thoraks
b) Pemeriksaan jantung
Palpasi : adanya
tubuh
(Sukarmin, 2012).
9. Pemeriksaan abdomen
abdomen,
teriritasi
terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak pada area hepar dan
pancreas
Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen
2012;
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada struktur tulang dan otot pada
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien gastritis adalah nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi pada mukosa lambung (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dengan data
yang mendukung :
2) Objektif
a. Tampak meringis
e. Sulit tidur
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
d. Menarik diri
e. Berfokus pada diri sendiri f. Diaforesis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016)
mengetahui
3. Identifikasi respon
tingkat nyeri
nyeri
klien
meningkat (Tim Pokja Mone, et al.,
nyeri 3. Dengan
seberapa kuat
5. Dengan
2.1.5 Penatalaksaan
Penatalaksanaan yang harus dilakukan menurut Huda & Kusuma (2015), setelah
diagnosis Arthritis Rheumatoid ditegakkan yaitu :
2.2.8.1 Pendidikan atau edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya
serta penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan yang baik
dan terjaminnya ketaatan pasien.
2.2.8.2 OAINS (Obat Antiinflamasi Nonsteroid) diberikan sejak dini untuk untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai pada penderita
Arthritis Rheumatoid. OAINS yang dapat diberikan yaitu seperti aspirin, ibu
profen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
2.2.8.3 DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs) digunakan untuk melindungi
rawan sendi dsn tulang dari proses destruksi yang diakibatkan oleh Arthritis
Rheumatoid. Jika diberikan obat ini, maka mula khasiatnya baru akan terlihat 3-12
bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektifitasnya dalam menekan proses
Rheumatoid akan berkurang. Jenis-jenis yang digunakan yaitu Klorukuin, Sulfasalazine,
D-penisilamin, Garam Emas, Obat Imunosupresif, Kortikosteroid.
3) Tanda-tanda vital
a. Suhu meningkat (> 370 C).
b. Nadi meningkat (N: 70-82x/menit).
c. Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
d. Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
4) Pola fungsi kesehatan
Perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan mobilisasi.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Menggambarkan persepsi,
pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
b) Pola nutrisi Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan
elektolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/muntah, dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan
penggunaan kateter.
d) Pola tidur dan istirahat Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan
persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur pada siang dan malam,
masalah tidur, dan insomnia.
e) Pola aktivitas dan istirahat Menggambarkan pola latihan, aktivitas,
fungsi pernafasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi,
irama dan kedalaman pernafasan. Pengkajian Indeks KATZ. Indeks
Katz (Nasrullah, 2016)
1) Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar kecil,
berpakaian, dan mandi.
2) Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut.
3) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
4) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
5) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil,
dan satu fungsii tambahan. (6) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar mandi, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
6) Ketergantungan pada semua fungsi tersebut.
Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan aktivitas sehari-hari tercantum dalam tabel berikut
Tabel 2.1 Penilaian hasil dari pelaksanaan aktivitas sehari-hari
Nilai Penilaian Kriteria
6 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian,
pergi ke toilet, berpindah, kontinen dan
makan
5 Tergantung paling ringan Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali salah satu dari fungsi diatas
4 Tergantung ringan Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali mandi dan satu fungsi lainnya
3 Tergantung sedang Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali mandi, berpakaian, dan satu
dari lainnya
2 Tergantung berat Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali mandi, berpakaian, pergi ke
toilet, dan satu fungsi lainnya
16-20 : Mandiri
3.1 Pengkajian
1. Riwayat Klien / Data Biografis
Nama : Ny. A
Umur : 63 tahun
Alamat : Dusun Sawi
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Mandar
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Tanggal Pengkajian : 12 Februari 2022
No.Hp : 0812 5896 3312
Orang yang paling dekat : Anak
2. Riwayat hidup
a. Pasangan : Meninggal
Tahun meninggal : 2011
Penyebab meninggal : penyakit jantung dan stroke
b. Anak : hidup
Nama : Tn.N
Alamat : dusun sawi
3. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Petani
Pekerjaan saat sebelumnya : petani
Sumber pendapatan saat ini : hasil kebun
4. Riwayat tempat tinggal
Tipe tempat tinggal : semi permanen
Jumlah kamar : 2 kamar
Jumlah orang dalam rumah : 4 orang
Derajat privasi : terbuka
Tetangga terdekat : Ny. R
Genogram
Gambar 3.1 Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Meninggal
: Pasien
4 4
Keterangan:
Skor yang didapatkan pasien yaitu A, karena pasien bisa melakukan 6 kegiatan dengan mandiri
2. Modifikasi dari Barthel Indeks
Tabel 3.2 Barthel Indeks
No KRITERIA Nilai
1 Makan 1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
3. Mandiri √
2 Mandi 1. Tergantung orang lain
2. Mandiri √
3 Perawatan diri 1. Membutuhkan bantuan
orang lain
2. Mandiri dalam perawatan
muka, rambut, gigi, dan
bercukur √
4 Berpakaian 1. Tergantung orang lain
2. Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
3. Mandiri √
5 Buang air kecil 1. Inkontinensia atau pakai
kateter dan tidak terkontrol
2. Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
3. Kontinensia (teratur untuk
lebih dari 7 hari) √
6 Buang air besar 1. Inkontinensia (tidak teratur
atau perlu enema)
2. Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
3. Kontinensia (teratur) √
7 Penggunaan toilet 1. Tergantung bantuan orang
lain
2. Membutuhkan bantuan,
tapi dapat melakukan beberapa
hal sendiri
3. Mandiri √
8 Transfer 1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
3. Bantuan kecil (1 orang)
4. Mandiri √
9 Mobilitas 1. Immobile (tidak mampu)
2. Menggunakan kursi roda
3. Berjalan dengan bantuan satu orang √
4. Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10 Naik turun tangga 1. Tidak mampu
2. Membutuhkan bantuan (alat bantu) √
3. Mandiri
Score Total 18
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Skor yang didapat yaitu 18, yang mana klien mengalami ketergantungan ringan
-
Kesimpulan:
Ya Tidak NO PERTANYAAN
√ 01 Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
√ 02 Apakah anda mengurangi aktivitas sehari-hari?
√ 03 Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong?
√ 04 Apakah anda merasa bosan?
√ 05 Apakah anda selalu bersemangat?
√ 06 Apakah anda takut sesuatu terjadi pada anda?
√ 07 Apakah anda selalu merasa bahagia?
√ 08 Apakah anda sering merasa putus asa?
√ 09 Apakah anda merasa tak berguna?
√ 10 Apakah anda merasa berenergi?
-
Interpretasi:
Nilai YA :6
Nilai TIDAK : 4
kesimpulannya Klien merasa Depresi
Data Fokus
Tabel 3.5
Analisa Data
Hari Pertama
Alkima, N., Safrida., & Husin, M. D. (2017). Pengetahuan dan Sikap Manula Tentang Penyakit
Rematik di Kemukiman Lamlhom Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah, 2(3), 20-25.
Andri, J., Karmila, R., Padila, P., Harsismanto, J., & Sartika, A. (2019). Pengaruh Terapi Senam
Ergonimis terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Lansia. Journal of
Telenursing (JOTING), 1(2), 304-313. https://doi.org/https://doi.org/10.315
39/joting.vli2.933
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta.: Trans Info Media
Junaidi. I. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular Kelompok Gramedia
Kelley, 2014. Penggunaan Anti-Inflamasi Non Steroid Yang Rasional Pada Penanggulangan
Nyeri Rematik. FK USU. Medan
Lahemma, A. (2019). Pengaruh Terapi Back Massage terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada
Penderita Arthritis Rheumatoid, 1-7
Mawarni, T., & Despiyadi, D. (2018). Pengaruh Pemberian Stimulus Kutaneus Slow Stroke Back
Massage (SSBM) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Rematik pada Lansia di Panti
Sosial Tahun 2018. Caring Nursing Journal, 2(2), 60-66
Mujahidullah, K. (2012). Merawat Lansia dengan Cinta dan Kasih Sayang. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Padila, P. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (Vol. 44, Issue 8).
https:/doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Setyo, A. (2019). Status Kesehatan Lansia Berdayaguna. Surabaya : PT. Media Sahabat
Cendikia. Hal 29.
Silaban, N. Y. (2016). Gambaran Pengetahuan Penderita Rematik tentang Perawatan Nyeri
Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 2(1), 46055.
https://doi.org.10.2411/jikeperawatan.v2i1.235
Simanjuntak, E. E. (2016). Pengaruh rutinitas senam rematik terhadap penurunan tingkat nyeri
pada lansia yang menderita rematik di panti sosial tresna werdha budi luhur jambi tahun
2015. Scienta Journal, 5(01), 20-24.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI