Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.

H DENGAN KASUS
GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAMBALAMOTU TANGGAL
05 FEBRUARI 2022 SAMPAI DENGAN 05 MARET TAHUN 2022
KABUPATEN PASANGKAYU

ANIFTA
NIM.142012020101

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
ST.FATIMAH MAMUJU
2021/2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah peradangan yang mengenai mokosa lambung yang dapa mengaibatkan

lambung pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisisl yang

menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pecernaan (Sukarmin 2012). Yang

disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung ( Tussakinah,et

al,2018) Faktor iritasi dan infeksi tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan

mukosa pelindung dinding lambung.Sehingga menimbulkan adanya variasi keluhan pada

abdomen salah satunya keluhan nyeri yaitu epigastrium (LeMone, et,al,2016).

Menurut Word Health Organization (WHO,2013), insiden Gastritis di Dunia sekitar 1,8-2,1

juta dari China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%) dan Prancis (29,5%).Insiden terjadinya

gastritis di Asia Tenggara sekitar 583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunya (Takdir,et, al,2018

Data Kmentrian Kesehatan RI (2014),menyatakan angka kejadian gastritis di Indonesia sebesar

40,8% ,sedangkan di Jawa Timur angka kejadian gastritis sebesar 31,2% dari seluruh kalangan

usia.

Nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenaka,presepsi nyeri seseorang

sangat ditentukkan oleh pengalaman dan status emosionalnya (Zakiyah 2015).presepsi nyeri

bersifat sangat pribadi dan subjektif,ini terjadi akibat kerusakan jaringan yang nyata, nyeri
Ini dinamakan nyeri akut yang dapat menghilangkan seiring dengan penyembuhan jaringan

(Zakiyah, 2015).Nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan yang akan hilang

selama proses penyembuhannya ,terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6

bulan nyeri yang terjadi pada gastritis timbul karena dinding lambung yang mengalami

peradangan akibat terpapar zat iritasi dn faktor penyebab lainnya.

Penanganan nyeri pada gastritis dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan

farmakologi dan nonfarmakologi yaitu seperti cara mengurangi dengan teknik relaksasi nafas

dalam imajinasi atau distraksi yang dapat meningkatkan asupan oksigen dan menurunkan

ketegangan otot ( Sukarmin 2012) selain itu,dilakukan pula teknik relaksasi genggam jari sambil

menarik nafas dalam-dalam.Teknik ini dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik

dan emosi,karena genggaman jari akan menghangatkan titik –titik keluar dan masuknya energi

yang terletak pada jari tangan kita(Utami dan Kartika,2018).

Oleh karena itu berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. H dengan Gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu 2022”.


1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakuknan Pengkajian Keperawatan pada klien kasus Gastritis di Wilayah kerja

Puskesmas Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu.

b. Menetapkan Diagnosa Keperawatan pada klien kasus Gastritis di Wilayah kerja

Puskesmas Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu.

c. Menyusun Rencana Keperawatan pada klien kasus Gastritis di Wilayah kerja

Puskesmas Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu.

d. Melaksanakan tindakan Keperawatan pada klien kasus Gastrtis di Wilayah kerja

Puskesmas Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu.

e. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada klien kasus Gastitis di Wilayah kerja Puskesmas

Bambalamotu Kabupaten Pasangkayu.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Teoritis

Hasil penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi dalam bidang Keperawatan Gerontik tentang Asuhan

Keperawatan Pada Klien dengan Gastritis.


1.4.2 Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman khususnya

Asuhan Keperawatan dalam bidang Gerontik pada pasien Gastritis.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan

Gerontik dengan Gastritis yang mungkin dialami oleh sebagian masyarakat.

c. Bagi Institusi Pendidkan

Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar tentang Asuhan

Keperawatan Gerontik dengan Gastritis yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

praktik mahasiswa keperawatan.

d. Bagi Puskesmas

Sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan serta memberikan

wawasan kesehatan bagi pasien khususnya dengan Gastitis dan dapat meningkatkan

kepuasan serta rasa percaya dalam tindakan keperawatan yang telah diberikan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

Pada bab ini,peulis akan menjelaskan tentang teori “ Nyeri pada klien Gastritis dan akan disajika

sebagai berikut : Konsep Gastrits, Konsep Nyeri dan Asuhan Keperawatan Gastritis dengan

masalah Nyeri.

2.1 Konsep Gastritis

2.1.1 Definisi Gastritis


Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukos

lambungyang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhidengan bahan ritan

(Sebayang 2011),Gastrtis adalah penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya asam

lambung sehingga mengakibatka inflamasi atau peradangan yang mengenai mukosa

lambung ( Khanza et ,al, 2017)

2.1.2 Etiologi
1. Obat-obatan seperti obat Anti-Infamasi Nonsteroid/OAINS (Indometasin,ibuprofen

dan Asam Salisiat ),Sulfonamide, Steroid, kokain,agen komoterapi (Mitomisin,5-

Fluoro-2-deoxyuridine0,Salisilat da digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.

2. Minuman beralkhol seperti Whisxy,Vodka,dan gin.

3. Infeks bakteri seperti H.Pylory (paling

sering),H.heilmani,Streptococci,Staphyoccoci,Protes spacies,Clostridium

species,E.Coli,Tubercolosis dan secondary syphlis.

4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus

5. Infeksi Jamur seperti Cadidiasis,Histoplamosis dan Pycomycosis.

6. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar,sepsis,trauma,pembedahan gagal


napas ,gagal ginjalkersakan susunan saraf pusat dan refluks usus lambng.

7. Makanan dan minuman yang bersifa iritan.Makanan berbumbu dan minuman dengan

kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi muosa lambung

8. Garam empedu,terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus kecil ke mukosa

lambung sehingga menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

9. Iskemia,hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambug

10. Trama langsung lambung,berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan

mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa ,yang dapat menimbulkan

respon peradangan pada mukosa lambung

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat keparahannya :

1. Gastitis Akut

Gastritis Akut merupakan peradangan mukosa lambung yang menyebabkan

perdarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan dan merupakan suatu penyakit

yang mudah ditemukan,biasanya bersifat jinak dan dapat disemuhka.

2. Gastritis Kronis

Gastritis Kronis adalah suatu peradagan permukaan mukosa lambung yang bersifat

menahun, yang disebababkan oleh ulkus atau bakteri.Gastritis kronis cenderung

terjadi pada usia muda yang menyebaban penipisan dan degenerasi dinding

lambung.

2.1.4 Manifestasi Klinis Gastritis

1) Manifestasi Klinis Gastritis Akut

a. Nyeri pada ulu hati

b. Mual dan muntah

c. Perut kembung
d. Anoreksia

2) Manifestasi Klinis Gastritis Kronis

a. Nyeri menetap pada epigastrium

b. Anoreksia

c. Perasaan penuh dalam perut

d. Mual dan muntah


e. Heatemesis melena (perdarahan pada saluran cerna)

2.1.5 Patofisioogi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol obat-

obatan antiiflamasi nonsteroid,infeksi helicobacter pylori.Pengikisan ini dapat

menimbulkan reaksi peradangan.Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh

peningkatan sekresi asam lambung sehingga lambung teraktivasi oleh rasa

mual,muntah dan anoreksia.Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang

ditimbulka karena kontak HCI dengan mukosa gaster.Peningkatan sekresi lambung

dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan persarafan,misalnya dalam kondisi

cemas ,stress ,marah melalu serabut parasimpatik vagus akan menjadi penigkatan

transmitter asetikolin,histamine,gastrin releasing peptide yang dapat meningkatkan

sekresi lambung.Peningkatan ion H (hidrogen) yang tidak diikuti peningkatan

peenawarnya seperti prostaglandin ,HCO3+,mukus akan menjadikan lapisan mukosa

lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi.Prostaglandin dibutukan untuk tubuh

memproduksi kekebalan lapisan mukosa ,serta bikarbonat untuk menghambat

produksi asam lambung .semua efek ini diperlukan lambug untuk memperahankan

integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada mukosa

lambung (Sukarmin,2012;Rukmana 2018)


2.2.5 Pathway
Pathway Gastristis dengan masalah nyeri akut :
Bagan 2.1 Pathway gastristis

Faktor Predisposisi :
- Infeksi helicobacter pylori

- Makanan dan minuman yang bersifat iritan

- Minuman beralkohol

- Obat – obatan OAINs

- Stress psikologis

- Stress fisik

Sintesis prostaglandin Sekresi H⁺ Sekresi pepsinogen

Perlindungan mukosa menurun Agregasi bahan kimia

Peradangan mukosa
lambung

Gastritis

Respon saraf lokal dari iritasi mukosa

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Nyeri epigastrium

Nyeri akut
2.1.6 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit

Gastritis menurut (LeMone,et.al 2016), yaitu :

1) Urea Breath test (tes napas urea), tes serologis ,tes antigen feses untuk

pemeriksaan adanya infeksi h,pylori

2) Analisis lambung ,untuk mengkaji sekresi asam hidroklorat

3) Kadar hemoglobin ,hematokrit dan sel darah merah dievaluasi untuk

mengetahui adanya anemia

4) Kadar vitamin B12 serum,diukur untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya

anemia pernisiosa.Kadar normal vitamin B12 adalah 200-1000pg/ml.

5) Endoscopi saluran cerna atas untuk menginspeksi perubahan mukosa lambung

mengidentifikasi area perdarahan dan mendapatkan jaringan untuk biopsy.

2.2.6 Penatalaksanaan
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat mengurangi

gejala yang mungkin menyertai gastritis dan meningkatkan penyembuhan lapisan perut.

Pengobatan meliputi :

2.2.7.1 Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium,

untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam 12 lambung,

tukak lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan

perasaan penuh pada lambung

2.2.7.2 Histamine (H2) blocker, seperti ranitidine, untuk pengobatan jangka

pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus 12 jari, pengobatan keadaan hiperekskresi

patologis
2.2.7.3 Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole untuk pengobatan

jangka pendek tukak duodenum, tukak lambung, refluks esophagus, gastritis

2.2.7.3 Lanzoprazole, pengobatan jangka pendek tukak lambung, gastritis, tukak

usus (Anggarini, 2018)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis dengan Masalah Nyeri Akut

2.3.1.Pengkajian

1) Anamnese Identitas klien

a. Nama klien : untuk mengidentifikasi klien dan membedakan antara satu klien

dengan klien yang lainnya

b. Usia : untuk mengidentifikasi usia klien gastritis

c. Jenis kelamin : menurut jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan mempunyai

potensi yang sama dapat menderita gastritis (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

d. Pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan

pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini

bahkan

hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan

makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini (Khanza , et

al., 2017).

2) Keluhan utama : Keluhan utama : penderita datang ke rumah sakit dengan

keluhan

nyeri epigastrium. Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium diakibatkan iritasi

mukosa lambung yang merangsang noniseptor 23 nyeri pada lapisan otot lambung

pada bagian pleksus saraf mienterikus (Auerbach) (Sukarmin, 2012). 3) Riwayat


Penyakit Sekarang : keluhan pasien berupa nyeri ulu hati sampai datang ke rumah

sakit (Mardalena, 2018).

4) Riwayat Penyakit Dahulu : pasien gastritis dengan riwayat kebiasaan

mengkonsumsi makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein,

alkohol yang merupakan agen-agen yang menyebabkan iritasi mukosa lambung,

riwayat diet dan pola makan tidak teratur (Muttaqin dan Sari, 2013).

5) Riwayat Penyakit Keluarga : diisi dengan menyebutkan nama penyakit berat yang

pernah diderita oleh keluarga dan dikhususkan terhadap riwayat kesehatan

terutama

penyakit genetik dan penyakit keturunan (Setiadi, 2012).

6) Riwayat Alergi : riwayat alergi yang dimiliki klien harus diketahui perawat.

Alergen

dapat berupa makanan, obat, bulu hewan, serbuk sari maupun alergen lain yang

dapat menimbulkan alergi (Debora, 2017).

7) Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola Nutrisi Peningkatan asam lambung pada penderita

gastritis akan menurunkan nafsu makan, karena produk sekretorik lambung

akan

lebih banyak mengisi lumen lambung (Sukarmin, 2012).penderita datang ke

rumah

b. Pola Eliminasi Pola fungsi ekskresi feses, urine dan kulit seperti pola BAB,

BAK,

dan gangguan atau kesulitan ekskresi. Faktor yang mempengaruhi fungsi


ekskresi

seperti pemasukan cairan dan aktivitas (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

c. Pola Aktivitas Penderita juga tampak malas untuk beraktivitas, banyak tiduran,

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, BAB, BAK banyak

dibantu oleh keluarga (Sukarmin, 2012).

d. Pola Istirahat Difokuskan pada pola tidur, istirahat, relaksasi dan bantuan-

bantuan

untuk merubah pola tersebut (Setiadi, 2012).

e. Pola Kebersihan Diri Difokuskan pada upaya yang dilakukan individu dalam

memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental

guna memberikan perasaan stabil dan aman pada diri individu (Ambarwati,

2014).

8) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : kemungkinan lemah akibat penurunan

oksigen jaringan, cairan tubuh dan nutrisi.

b) Tingkat kesadaran mungkin masih composmentis sampai apatis kalau disertai

penurunan perfusi dan elektrolit (kalium, natrium, kalsium) 25

c) Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah: terjadi peningkatan tekanan darah. Normalnya sistole

120-

139 mmHg, diastole 80-89 mmHg

b. Suhu : suhu tubuh dalam batas normal. Normalnya 36,5- 37,5◦C

c. Nadi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah menjadi


lemah, volume darah menurun sehingga jantung melakukan kompensasi

menaikkan heart rate untuk menaikkan cardiac output dalam mencukupi

kebutuhan tubuh. Normalnya, 60-100x/menit

d. Frekuensi pernapasan : pernapasan lebih cepat sekitar 24- 30x/menit.

Normalnya 18-24x/menit (Sukarmin, 2012; Debora, 2017)

d) Kondisi fisik :

1. Pemeriksaan kulit dan kuku Inspeksi : persebaran warna kulit,

ada

atau tidak edema, ada atau tidak lesi, bentuk dan warna dasar

kuku Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit elastis atau tidak,

CRT, suhu akral dingin atau hangat (Mubarak, et al., 2015).

2. Pemeriksaan kepala Inspeksi : bentuk kepala, kebersihan pada

kulit kepala, kebotakan dan tanda-tanda kemerahan 26 Palpasi :

ada atau tidaknya massa pada kepala, ada atau tidaknya nyeri

tekan (Ambarwati, 2014).

3. Pemeriksaan mata Inspeksi : kemungkinan kelihatan cekung

akibat

penurunan cairan tubuh dan anemis akibat penurunan oksigen

jaringan, anemia perniosa, anemia defisiensi besi Palpasi : kaji

kekenyalan pada bola mata (Sukarmin, 2012).

4. Pemeriksaan hidung Inspeksi : kesimetrisan lubang hidung,

kepatenan jalan napas, ada atau tidak pernapasan cuping hidung

Palpasi : ada atau tidak massa, ada atau tidak pembengkakan,

ada
atau tidak nyeri tekan (Debora, 2017).

5. Pemeriksaan telinga Inspeksi : kesimetrisan daun telinga,

kebersihan, ada atau tidak lesi Palpasi : ada atau tidaknya nyeri

tekan pada daun telinga saat ditarik dan tragus ditekan

(Mubarak,

et al., 2015).

6. Pemeriksaan mulut Inspeksi : kemungkinan mukosa mulut

kering

akibat penurunan cairan intrasel mukosa, bibir pecah-pecah, bau

mulut tidak sedap, ada atau tidaknya perdarahan pada gusi,

kebersihan lidah (Setiadi, 2012).

7. Pemeriksaan leher Inspeksi : ada atau tidaknya pembengkakan,

ada atau tidak jaringan parut Palpasi : ada atau tidak

pembesaran

kelenjar limfe, teraba atau tidak kelenjar tiroid (Estrada, 2014).

8. Pemeriksaan thoraks

a) Pemeriksaan dinding dada dan paru-paru

Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada, warna kulit,

ada atau tidak lesi

Palpasi : pergerakan dinding dada, ada

atau tidak massa, pemeriksaan taktil fremitus Perkusi :

hasil normal perkusi adalah resonan

Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan suara


nafas vasikuler (Debora 2017)

b) Pemeriksaan jantung

Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis,tampak atau

tidak vena jugularis

Palpasi : adanya

peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah menjadi

lemah, volume darah menurun sehingga jantung

melakukan kompensasi menaikkan heart rate untuk

menaikkan cardiac output dalam mencukup kebutuhan

tubuh

Auskultasi : ada atau tidak bunyi jantung tambahan

(Sukarmin, 2012).

9. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : persebaran warna kulit, bentuk dan pergerakan dinding

abdomen,

tampak kembung atau normal

Auskultasi : dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan terjadi

penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit) karena lambung

teriritasi

Perkusi : mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen bagian epigastrium,

terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak pada area hepar dan
pancreas

Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen

bagian epigastrium, ada atau tidak pembesaran pada hepar (Sukarmin,

2012;

Bickley, 2015; Debora, 2017).

10. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : kesimetrisan ekstremitas atas dan bawah, ada atau tidak

pembengkakan, kelengkapan jumlah jari

Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada struktur tulang dan otot pada

pergelangan tangan dan kaki (Estrada, 2014)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien gastritis adalah nyeri akut berhubungan

dengan inflamasi pada mukosa lambung (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dengan data

yang mendukung :

Gejala dan tanda mayor :

1) Subjektif Klien mengeluh nyeri

2) Objektif
a. Tampak meringis

b. Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)

c. Klien tampak gelisah

d. Frekuensi nadi meningkat

e. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor :

1) Subjektif

Tidak tersedia

2) Objektif

a. Tekanan darah meningkat

b. Pola napas berubah

c. Nafsu makan berubah

d. Menarik diri

e. Berfokus pada diri sendiri f. Diaforesis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016)

2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi Keperawatan pada klien Gastritis dengan masalah Nyeri Akut.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Tujuan : - Keluhan nyeri Observasi

Nyeri klien menurun, dalam 1. Identifikasi 1. Dengan

berkurang rentang skala 1- mengidentifika si


setelah 3 (Tim Pokja lokasi, dapat membantu

dilakukan SLKI DPP karakteristik, perawat untuk

tindakan PPNI, 2018) durasi, berfokus pada

asuhan - Sikap protektif frekuensi, penyebab nyeri

keperawat an menurun (Tim kualitas dan dan

selama 3x24 Pokja SLKI intensitas nyeri manajemennya

jam DPP PPNI, (Tim Pokja (Muttaqin dan

2018) SIKI DPP Sari, 2013)

- Kemampuan PPNI, 2018) 2. Dengan

menggenali 2. Identifikasi mengetahui skala

penyebab nyeri skala nyeri (Tim nyeri klien dapat

Pokja SIKI DPP membantu

PPNI, 2018) perawat untuk

mengetahui
3. Identifikasi respon
tingkat nyeri
nyeri
klien
meningkat (Tim Pokja Mone, et al.,

SLKI DPP PPNI, 2018) 3. Identifikasi respon 2015)

nyeri 3. Dengan

- Kemampuan non verbal (Tim Pokja mengidentifikasi

mengontrol nyeri SIKI DPP PPNI, 2018) respon nyeri non

meningkat (Tim Pokja verbal klien dapat

SLKI DPP PPNI, 2018) Edukasi mengetahui

seberapa kuat

- Kemampuan nyeri yang

menggunakan teknik non dirasakan oleh

farmakologis meningkat 4. Ajarkan teknik non klien (Anggarini,

(Tim Pokja SLKI DPP farmakologis untuk 2018)

PPNI, 2018) mengurangi rasa nyeri

(Tim Pokja SIKI DPP 4. Pemberian

- Gelisah menurun (Tim PPNI, 2018) teknik

Pokja SLKI DPP PPNI, nonfarmakologis

2018) dapat membantu

5. Jelaskan tujuan dan klien dalam

- Keluhan sulit tidur manfaat teknik napas (Tim mengurangi

menurun (Tim Pokja Pokja SIKI DPP PPNI, kecemasan nyeri

SLKI DPP PPNI, 2018) 2018) (Zakiyah, 2015)

5. Dengan

6. Jelaskan prosedur teknik menjelaskan

napas (Tim Pokja SIKI tujuan dan

DPP PPNI, 2018) manfaat dapat


remeh penyakit ini bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa
dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit
ini (Khanza , et al., 2017). 2) Keluhan utama : penderita datang ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri epigastrium. Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium
diakibatkan iritasi mukosa lambung yang merangsang noniseptor
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit Gastritis
menurut (LeMone,et.al 2016), yaitu :
2.2.7.1 Faktor Rheumatoid, Fiksasi Lateks, dan Reaksi-reaksi aglutinasi.
2.2.7.2 Laju Endap darah : Umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) dan mungkin dapat
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
2.2.7.3 Protein C-reaktif : positif selama eksaserbasi.
2.2.7.4 Sel darah putih : Meningkat pada saat timbulnya proses inflamasi.
2.2.7.5 Hemoglobin : Pada penderita Arthritis Rheumatoid umumnya akan menunjukkan
anemia sedang.
2.2.7.6 Ig (IgM dan IgG) : Terjadi peningkatan besar yang menunjukkan proses
autoimmune sebagai penyebab dari Arthritis Rheumatoid.
2.2.7.7 Sinar X dari sendi yang sakit : Menunjukkan adanya pembengkakan pada jaringan
lunak, adanya erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak
sendi dan sublaksacio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2.2.7.8 Scan Radionuklida : Dilakukan untuk mengidentifikasi adanya peradangan pada
sinovium.
2.2.7.9 Artroskopi Langsung dan Aspirasi cairan sinovial.
2.2.7.10 Biopsi membrane sinovial : Menunjukka adanya perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

2.1.5 Penatalaksaan
Penatalaksanaan yang harus dilakukan menurut Huda & Kusuma (2015), setelah
diagnosis Arthritis Rheumatoid ditegakkan yaitu :
2.2.8.1 Pendidikan atau edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya
serta penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan yang baik
dan terjaminnya ketaatan pasien.
2.2.8.2 OAINS (Obat Antiinflamasi Nonsteroid) diberikan sejak dini untuk untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai pada penderita
Arthritis Rheumatoid. OAINS yang dapat diberikan yaitu seperti aspirin, ibu
profen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
2.2.8.3 DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs) digunakan untuk melindungi
rawan sendi dsn tulang dari proses destruksi yang diakibatkan oleh Arthritis
Rheumatoid. Jika diberikan obat ini, maka mula khasiatnya baru akan terlihat 3-12
bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektifitasnya dalam menekan proses
Rheumatoid akan berkurang. Jenis-jenis yang digunakan yaitu Klorukuin, Sulfasalazine,
D-penisilamin, Garam Emas, Obat Imunosupresif, Kortikosteroid.

2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis


2
2.3.1 Pengkajian
Identitas
Identitas klien yang biasa di kaji pada penyakit sistem muskuloskeletal adalah usia,
karena ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien di atas usia
60 tahun.
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit muskuloskeletal
seperti: Rheumatoid Arthritis, Gout Arthtritis, Osteoarthritis dan Osteopororis adalah
klien mengeluh nyeripada persendian yang terkena karena adanya keterbatasan gerak
yang menyebabkan keterbatasan mobilitas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien
dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai kelayan dibawa ke Rumah
Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah Sakit
Umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana perubahannya
dan data yang didapatkan saat pengkajian.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal sebelumnya,
riwayat pekerjan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
muskuloskeletal, penggunaan, obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan
merokok.
d. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
karena faktor genetik/keturunan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
muskuloskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis.

3) Tanda-tanda vital
a. Suhu meningkat (> 370 C).
b. Nadi meningkat (N: 70-82x/menit).
c. Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
d. Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
4) Pola fungsi kesehatan
Perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan mobilisasi.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Menggambarkan persepsi,
pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
b) Pola nutrisi Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan
elektolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/muntah, dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan
penggunaan kateter.
d) Pola tidur dan istirahat Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan
persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur pada siang dan malam,
masalah tidur, dan insomnia.
e) Pola aktivitas dan istirahat Menggambarkan pola latihan, aktivitas,
fungsi pernafasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi,
irama dan kedalaman pernafasan. Pengkajian Indeks KATZ. Indeks
Katz (Nasrullah, 2016)
1) Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar kecil,
berpakaian, dan mandi.
2) Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut.
3) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
4) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
5) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil,
dan satu fungsii tambahan. (6) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar mandi, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
6) Ketergantungan pada semua fungsi tersebut.
Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan aktivitas sehari-hari tercantum dalam tabel berikut
Tabel 2.1 Penilaian hasil dari pelaksanaan aktivitas sehari-hari
Nilai Penilaian Kriteria
6 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian,
pergi ke toilet, berpindah, kontinen dan
makan
5 Tergantung paling ringan Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali salah satu dari fungsi diatas
4 Tergantung ringan Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali mandi dan satu fungsi lainnya
3 Tergantung sedang Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali mandi, berpakaian, dan satu
dari lainnya
2 Tergantung berat Mandiri pada semua fungsi diatas,
kecuali mandi, berpakaian, pergi ke
toilet, dan satu fungsi lainnya

Tabel 2.2 Kemampuan ADL (aktivitas sehari-hari)

NO Pernyataan Mandiri (2) Sebagian (1) Tergantung (0)


1. Memelihara kebersihan diri (mandi,
gosok gigi, cuci rambut, potong
kuku, cukur kumis)
2. Memelihara kebersihan lingkungan
(tempat tidur, lemari, kursi ,meja)
3. Buang air kecil dan besar di kamar
mandi (membersihkan dan
mengeringkan)
4. Mengonsumsi makanan yang telah
disediakan
5. Mengelola keuangan untuk
kebutuhan sehari-hari
6. Mengonsumsi makanan yang telah
disediakan
7. Mengambil keputusan sendiri
8. Melakukan aktivitas diwaktu luang
(olahraga, pengajian, hobi, rekreasi)
9. Menggunakan sarana transportasi
umum
10. Menjalankan ibadah sesuai agama
dan kepercayaan

Keterangan : 0-10 : Tergantung


11-15 : Sebagian

16-20 : Mandiri

5) Pola sensori dan kognitif


Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Pada klien katarak
dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata. Pengkajian Status
Mental menggunakan tabel ShortPortable Mental Status Quisionare (SPMSQ).
Tabel 2.3 Short portable mental status quisionare
Benar Salah No Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa anak anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapakah presiden Indonesia saat ini?
8 Siapakah presiden Indonsia sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru secara menurun
Jumlah
Interprestasi Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 :fungsi intelektual kerusakan berat
6) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri.
Tabel 2.4 Kondisi depresi
NO Pernyataan Depresi (2) Risiko (1) Gangguan (0)
1. Merasa tidak puas dengan kehidupan
2. Merasa tidak bahagia
3. Merasa hampa/kosong/kesepian
4. Merasa tidak punya semangat hidup
5. Merasa tidak berdaya
6. Merasa diri selalu punya masalah
7. Merasa tidak bahagia
8. Merasa tidak ada harapan hidup
9. Merasa tidak ada minat
10 Merasa tidaka ingin hidup

7) Pola seksual dan reproduksi Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap


seksualitas.
8) Pola mekanisme penanggulangan stress dan koping Menggambarkan
kemampuan untuk menangani stress.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai
keyakinan termasuk spiritual (Allen, 1998 dalam Aspiani, 2014). Data
mengenai keyakinan spiritual klien diperoleh dari riwayat umum klien
(pilihan agama atau orientasi agama); pengkajian riwayat keperawatan yang
menyeluruh, dan observasi klinis perilaku klien, verbalisasi, alam perasaan,
dan sebagainya.
10) Pemeriksaan penunjang
a. Faktor reumatoid: positif pada 80-95% kasus.
b. Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
c. Reaksi-reaksi aglutinasi: positif pada lebih dari 50% kasus kasus khas.
d. LED: umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
e. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
f. SDP: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
g. Ig (Ig M dan Ig G): peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR
h. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan pembekakan pada
jaringan lunak, erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartistik yang terjadi secara bersamaan.
i. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium. Artoskopi
Langsung: visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
j. Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
k. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis b.d kerusakan muskuloskeletal kronis.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
c. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal.
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
2.3.3 Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri kronis b.d kerusakan muskuloskeletal kronis
Tujuan : Diharapkan tingkat nyeri menurun.
Kriteria hasil : Keluhan nyeri berkurang, tampak meringis menurun, sikap protektif
menurun.
Intervensi keperawatan :
Observasi manajemen nyeri
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, intensitas nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri.
3) Identifikasi faktor penyebab nyeri.
4) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologi.
2) Kontak lingkungan yang mempercepat rasa nyeri (suhu, pencahayaan,
kebisingan).
3) Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi
1) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi pereda nyeri.
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
4) Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi
5) Kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu).
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan sendi.
Tujuan : Diharapkan mobilisasi fisik meningkat.
Kriteria hasil : Pergerakan sendi meningkat, status neurologi membaik, aktivitas
tidak dibantu lagi,
Intervensi keperawatan :
Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
2) Identifikasi indikasi dan kontra indikasi mobilisasi.
3) Monitor kemajuan pasien/keluarga dalam melakukan mobilisasi.
Terapeutik
1) Persiapan materi, media dan alat-alat seperti bantal, gait belt.
2) Jadwalkan waktu pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan pasien
dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
Edukasi
1) Jelaskan prosedur, tujuan, indikasi, dan kontra indikasi.
2) Ajarkan cara mengidentifikasi sarana dan prasarana yang mendukung untuk
mobilisasi di rumah.
3) Demonstrasi cara melatih rentang gerak (misalkan gerakan dilakukan
dengan perlahan, dimulai dari kepala ke esktremitas, gerakan semua
persendian sesuai dengan rentang gerak normal, cara melatih rentang gerak
pada sisi ekstremitas yang yang parese dengan menggunakan ekstremitas
yang normal.
c. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal
Tujuan : Diharapkan kebersihan diri meningkat.
Kriteria hasil : Kenyamanan meningkat, kebershan diri meningkat.
Intervensi keperawatan :
Observasi
1) Identifikasi pengetahuan tentang perawatan diri.
2) Identifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang dialami.
3) Identifikasi metode pembelajaran yang sesuai (diskusi, Tanya jawab,
penggunaan alat bantu, audio atau visual, lisan, tulisan).
Terapeutik
1) Rencanakan strategi edukasi, termasuk tujuan yang realistis.
2) Jadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran sesuai penyakit.
3) Berikan penguatan positif terhadap kemampuan yang didapat.
Edukasi
1) Ajarkan perawtan diri, praaktek keperawtan diri, dan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
2) Ajurkan mendemonstrasikan praktek perawatan diri sesuai kemampuan.
3) Anjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang perawatan mandiri.
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : Diharapkan pengetahuan meningkat.
Kriteria hasil : Kepatuhan meningkat, pengetahuan meningkat.
Intervensi keperawatan :
Observasi
1) Identifikasi informasi yang akan disampaikan.
2) Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini.
3) Identifikasi kesiapan menerima informasi.
Terapeutik
1) Lakukan penguatan potensi pasien dan keluarga untuk menerima informasi.
2) Libatkan pengambilan keputusan dalam untuk menerima informasi.
3) Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang membutuhkan layanan
keperawatan.
4) Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien membutuhkan
bantuan.
5) Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk mengingatkan atau follow up
kondisi pasien.
6) Fasilitasi akses pelayanan pada saat dibutuhkan.
Edukasi
1) Berikan informasi berupa alur, leaflet atau gambar untuk memudahkan
pasien mendapatkan informasi kesehatan.
2) Anjurkan keluarga mendampingi pasien.
2.3.4 Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam
tindakan selama fase implementasi ini merupakan fase kerja actual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang
bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikaan pada
saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klie perlu
dilakukan sebelumnya. (Huda & Kusuma, 2015).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Menurut Huda & Kusuma (2015). Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan untuk mengukur keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien, bila masalah tidak dapat dipecahkan atau timbul masalah baru maka
perawat harus bersama untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah yang ada.
BAB III
TINJAUAN KASUS
RIWAYAT KESEHATAN

3.1 Pengkajian
1. Riwayat Klien / Data Biografis
Nama : Ny. A
Umur : 63 tahun
Alamat : Dusun Sawi
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Mandar
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Tanggal Pengkajian : 12 Februari 2022
No.Hp : 0812 5896 3312
Orang yang paling dekat : Anak
2. Riwayat hidup
a. Pasangan : Meninggal
Tahun meninggal : 2011
Penyebab meninggal : penyakit jantung dan stroke
b. Anak : hidup
Nama : Tn.N
Alamat : dusun sawi
3. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Petani
Pekerjaan saat sebelumnya : petani
Sumber pendapatan saat ini : hasil kebun
4. Riwayat tempat tinggal
Tipe tempat tinggal : semi permanen
Jumlah kamar : 2 kamar
Jumlah orang dalam rumah : 4 orang
Derajat privasi : terbuka
Tetangga terdekat : Ny. R

Denah Rumah Ny.A

5. Riwayat Aktivitas di waktu Luang


Hobbi / Minat : pergi ke kebun meski di bantu oleh anak
Liburan / perjalanan : Tidak bisa pergi-pergi dikarenakan mengurus kebun
6. Sistem pelayanan yang digunakan
Puskesmas dan pustu : Pustu Sawi
7. Gambaran aktivitas sehari-hari :
Tiap hari bangun subuh ibadah, pergi kebun di bantu anak menggunakan sepeda motor,
mengurus kebun, pulang sore hari, bersih-bersih badan kadang dibantu anak serta makan
malam dan tidur.
8. Status Kesehatan Saat Ini : Ny. A merasa nyeri pada area lutut dan kaki, Ny. A mengatakan
tidak kontrol lagi ke puskesmas sejak 6 bulan lalu.
9. Riwayat Kesehatan Sekarang : Kronologis dan penyakit yang diderita saat ini secara lengkap
meliputi (PQRST).
P= Nyeri timbul apabila setelah beraktivitas dan ketika pagi atau cuaca dingin
Q= Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R= Nyeri dibagian lutut dan kaki
S= Skala nyeri 7
T= Hilang timbul
10. Pemahaman tentang status penuaan : klien sudah mengerti jika makin hari
badannya akan makin lemah di karenakan proses umur namun tidak mengerti
mengapa kaki dan lututnya selalu terasa sakit.
11. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien sering merasakan sakit
tapi tidak pernah dirawat di rumah sakit atau puskesmas
12. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Penyakit yang pernah diderita
yaitu Maag, pengapuran tulang, dan anemia.
13. Penyaki masa kanak-kanak : tidak ingat
14. Penyakit serius kronik : tidak tahu
15. Trauma : saat suami meninggal
16. Perawatan dirumah sakit : tidak pernah di rawat di rumah sakit
17. Operasi : tidak ada
Obat-obatan
Nama obat : natrium diclopenat,antasida,piroxicam
Dosis obat : 3x1 sehari
Bagaimana /kapan menggunakan : ada yang sesudah makan dan ada yang sebelum
makan
Dokter yang mengintruksikannya : dokter puskesmas
Tanggal resep : setiap seminggu sekali rutin ambil obat dipuskesmas
dan pustu
18. Masalah-masalah berkaitan dengan konsumsi obat
Defisit : tidak ada
Efek samping : sering merasa mual saat setelah konsumsi obat-
obatan
Kesulitan memperoleh obat : akses puskesmas jauh dari tempat tinggal jadi hanya
mengandalkan pustu terdekat
19. Riwayat alergi
Obat-obatan : tidak ada
Makanan : tidak ada
Alergen : tidak ada
Faktor lingkungan : tidak ada
20. Nutrisi
Pola konsumsi : 3 x sehari bersama anak-anak
Masalah masukan makanan : pendapatan tidak adekuat
Kebiasaan sebelum dan setelah makan : minum kopi
21. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada keluarga Ny. A yang menderita Arthritis
Rheumatoid

Genogram
Gambar 3.1 Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Meninggal
: Pasien

22. Tinjauan Sistem


a. Keadaan Umum : Baik
b. Sistem Integumen : Tidak ada lesi/luka, turgor kulit baik
c. Sistem Hemopoietik : Tidak ada perdarahan serta pembengkakan
d. Kepala : Tidak ada trauma kepala
e. Mata : Tidak ada perubahan penglihatan
f. Telinga : Tidak ada perubahan pendengaran dan tidak ada infeksi
g. Mulut, Tenggorok, dan Leher : Tidak ada sakit tenggorok ataupun sulit menelan,
tidak ada perdarahan pada gusi, tidak ada kekakuan, nyeri dan benjolan pada leher
h. Payudara : Tidak ada benjolan dan nyeri
i. Sistem Pernapasan : Tidak ada batuk, sesak napas, tidak ada suara napas
j. Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada nyeri dada dan sesak napas
k. Sistem Gastrointestinal : Tidak ada nyeri ulu hati, benjolan dan mual muntah
l. Sistem Perkemihan : Frekuensi 4-5 kali/hari, tidak ada nyeri berkemih
m. Sistem Genitoreproduksi : Tidak ada masalah pada organ genitalia
n. Sistem Muskuloskeletal : Adanya nyeri persendian yaitu lutut
dan kaki Kekuatan otot 5 5

4 4

Kekuatan otot Ny. A bagian ekstremitas bawah mengalami penurunan fungsi


o. Sistem
Saraf Pusat
GCS: 15
NI : Fungsi indera penciuman/hidung baik
N II : Fungsi penglihatan Ny. P baik
N III, IV, VI : Reflek pupil mengecil saat terkena cahaya, dan Ny. P bisa
menggerakkan bola mata ke kanan dan ke kiri
NV : Tidak ada nyeri pada bagian wajah
N VII : Dapat menggerakkan alis, menutup kedua mata, tersenyum dan wajah
simetris
N VIII : Fungsi pendengaran Ny. P baik
N IX, X, XII : Fungsi pengecapan baik, reflek menelan baik, Ny. P dapat
menggerakkan lidahnya
N XI : Ny. P dapat menggerakkan leher dan bahunya
23. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Perubahan psikologis, data yang dikaji:
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan? (Menerima dan
ikhlas menjalani proses penuaan)
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak? (Iya, merasa
dibutuhkan oleh keluarga)
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
(Iya, Ny. A mengatakan segala sesuatu sudah ada yang mengatur)
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami?
(Dengan beribadah/curhat dengan teman Ny. A)
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri? (Iya, mudah bergaul
dengan siapapum)
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan?
(Ny. A tidak merasa sering mengalami kegagalan)
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang? (Bisa lebih sehat
dari keadaan sekarang)
8) fungsi kognitif: klien tidak mengetahui kenapa kaki dan lututnya
selalu terasa sakit apalagi pada musim dingin/hujan.
b. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia? (Dari anak dan kebun)
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang?
(Mengurus kebun dibantu anaknya )
3) Dengan siapa dia tinggal? (Anak, cucu dan menantu)
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia? (Tidak ada)
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya? (Merasa
nyaman dengan lingkungannya )
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah? (Sangat jarang sekali)
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi?(Teman, keluarga dan orang yang
ingin bertamu)
c. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya? (Iya, secara teratur)
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin?
(Mengikuti pengajian 2 kali seminggu)
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa? (Dengan berdoa dan beribadah)
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal? (Iya, tidak mengeluh)
1. Pengkajian Fungsional Klien (KATZ Indeks)

Tabel 3.1 KATZ Indeks


Skor Kriteria
(A) Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
Mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
Tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, ke kamar kecil,
dan satu fungsi tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
Tambahan
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
lain C, D, E atau F

Keterangan:
Skor yang didapatkan pasien yaitu A, karena pasien bisa melakukan 6 kegiatan dengan mandiri
2. Modifikasi dari Barthel Indeks
Tabel 3.2 Barthel Indeks
No KRITERIA Nilai
1 Makan 1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
3. Mandiri √
2 Mandi 1. Tergantung orang lain
2. Mandiri √
3 Perawatan diri 1. Membutuhkan bantuan
orang lain
2. Mandiri dalam perawatan
muka, rambut, gigi, dan
bercukur √
4 Berpakaian 1. Tergantung orang lain
2. Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
3. Mandiri √
5 Buang air kecil 1. Inkontinensia atau pakai
kateter dan tidak terkontrol
2. Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
3. Kontinensia (teratur untuk
lebih dari 7 hari) √
6 Buang air besar 1. Inkontinensia (tidak teratur
atau perlu enema)
2. Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
3. Kontinensia (teratur) √
7 Penggunaan toilet 1. Tergantung bantuan orang
lain
2. Membutuhkan bantuan,
tapi dapat melakukan beberapa
hal sendiri
3. Mandiri √
8 Transfer 1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
3. Bantuan kecil (1 orang)
4. Mandiri √
9 Mobilitas 1. Immobile (tidak mampu)
2. Menggunakan kursi roda
3. Berjalan dengan bantuan satu orang √
4. Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10 Naik turun tangga 1. Tidak mampu
2. Membutuhkan bantuan (alat bantu) √
3. Mandiri
Score Total 18

Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Skor yang didapat yaitu 18, yang mana klien mengalami ketergantungan ringan

3. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. WALKEY IMPAIRMENT MEASUREMENT (ISAACS)

Tabel 3.3 Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama Tempat ini
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Tahun berapa anda lahir?
√ 08 Bulan berapa anda lahir?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun

  -
Kesimpulan:

Kesalahan 0-2: fungsi intelektual utuh


Kesalahan 3-4: keruskan intelektual ringan
Kesalahan 5-7: kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10: kerusakan intelektual berat
Didapatkan hasil pasien menjawab semua pertanyaan dengan benar, kesimpulannya yaitu
intelektual pasien masih utuh

b. Skala Depresi Geriatrik Yesavage


Tabel 3.4 Skala Depresi Geriatrik Yesavage

Ya Tidak NO PERTANYAAN
√ 01 Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
√ 02 Apakah anda mengurangi aktivitas sehari-hari?
√ 03 Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong?
√ 04 Apakah anda merasa bosan?
√ 05 Apakah anda selalu bersemangat?
√ 06 Apakah anda takut sesuatu terjadi pada anda?
√ 07 Apakah anda selalu merasa bahagia?
√ 08 Apakah anda sering merasa putus asa?
√ 09 Apakah anda merasa tak berguna?
√ 10 Apakah anda merasa berenergi?

  -
Interpretasi:

Nilai YA :6
Nilai TIDAK : 4
kesimpulannya Klien merasa Depresi

Data Fokus
Tabel 3.5

Data Subjektif Data Objektif


- Ny. A mengatakan sering merasa - Ny. A tampak memegang lututnya. Skala
nyeri pada lutut dan kaki nyeri 7
- Ny. A mengatakan sulit berjalan - Ny. A tampak meringis
saat kambuh sendiri - Ny. A tampak nyeri ketika banyak
- Ny. A mengatakan tidak bisa beraktivitas
banyak beraktivitas dan selalu di - Ny. A kurang mengerti saat ditanya
bantu oleh anaknya mengenai Arthritis Rheumatoid
- Ny. A Mengatakan tidak mengerti
penyebab dan mengatasi Arthritis

Analisa Data

Tabel 3.6 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
DS: Proses penuaan Nyeri Kronis
- Ny. A mengatakan ↓
sering merasa nyeri pada Penurunan jumlah cairan
lutut dan kaki sinovial
- Ny. A mengatakan ↓
sulit berjalan saat Kerusakan sendi
kambuh ↓
- Ny. A mengatakan Peradangan pada sendi
tidak bisa banyak ↓
beraktivitas Kerusakan muskuloskeletal
- DO: kronis
- Ny. A tampak ↓
memegang lututnya. Nyeri
Skala nyeri 7
DS: Gangguan fungsi kognitif Defisit Pengetahuan
- Ny. A Mengatakan tidak ↓
mengerti penyebab dan Kurang minat dalam belajar
mengatasi Arthritis ↓
Rheumatoid
Ny. A mengatakan tidak Kekeliruan mengikuti
bisa banyak beraktivitas anjuran
DO: ↓
- Ny. A kurang Kurang terpapar informasi
mengerti saat ditanya ↓
mengenai Arthritis Defisit Pengetahuan
Rheumatoid

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis berhubungan dengan muskuloskeletal kronis ditandai dengan mengeluh nyeri
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menanyakan masalah yang dihadapi
3.3 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
dengan 2 x24 jam diharapkan karakteristik, frekuensi,
muskuloskeletal tingkat nyeri menurun intensitas nyeri.
kronis ditandai Kriteria Hasil : 2. Identifikasi skala nyeri.
dengan mengeluh 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor penyebab
nyeri berkurang nyeri.
2. Tampak meringis 4. Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
3. Sikap protektif Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi pereda
nyeri.
3. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan terknik non
farmakologi untuk
mengurngi nyeri
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2. Defisit Setelah dilakukan Observasi
pengetahuan tindakan keperawatan 1. Identifikasi informasi yang
berhubungan 2x24 jam diharapkan akan disampaikan
dengan kurang pengetahuan meningkat 2. Identifikasi pemahaman
terpapar informasi Kriteria Hasil : tentang kondisi kesehatan
ditandai dengan 1. Kepatuhan saat ini
menanyakan meningkat 3. Identifikasi kesiapan
masalah yang 2. Pengetahuan menerima informasi saat ini
dihadapi meningkat Terapeutik
1. Lakukan penguatan potensi
pasien dan keluarga untuk
menerima informasi.
2. Libatkan pengambilan
keputusan untuk menerima
informasi.
3. Fasilitasi mengenali kondisi
tubuh yang membutuhkan
layanan keperawatan.
4. Berikan nomor kontak yang
dapat dihubungi jika pasien
membutuhkan bantuan.
5. Catat identitas dan nomor
kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow
up kondisi pasien.
6. Fasilitasi akses pelayanan
pada saat dibutuhkan.
Edukasi
1. Berikan informasi berupa
alur, leaflet atau gambar
untuk memudahkan pasien
mendapatkan informasi
kesehatan.
2. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi pasien.

3.4 Implementasi Keperawatan


Tabel 3.8 Implementasi Keperawatan

Pertemuan hari pertama


NO Diagnosa Waktu Implementasi
Keperawatan
1. Nyeri kronis Sabtu, 12 Observasi
berhubungan Februari 2022 1. Mengidentifikasi lokasi,
dengan Pukul 13:00 s/d karakteristik, durasi, frekuensi,
musculoskeletal 15:00 wita kualitas, intensitas nyeri.
kronis ditandai Menggunakan PQRST.
dengan 2. Mengidentifikasi skala nyeri.
mengeluh nyeri Terapeutik
1. Memberikan dan melatih teknik
nonfarmakologi (kompres hangat)
untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan). Dengan cara
mengurangi cahaya yang masuk
ke dalam ruangan dan
meredupkan lampu agar suhu di
ruangan tidak menjadi panas.
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab dan
pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan
kompres hangat pada bagian yang
nyeri.
2. Defisit Sabtu, 12 Observasi
pengetahuan februari 2022, 1. Mengidentifikasi informasi yang
berhubungan pukul 15.00 s/d akan disampaikan.
dengan kurang 16.00 wita 2. Mengidentifikasi pemahaman
terpapar tentang kesehatan saat ini.
informasi 3. Mengidentifikasi kesiapan klien
ditandai dengan menerima informasi.
menanyakan Terapeutik
masalah yang 4. Memberikan nomor kontak yang
dihadapi dapat dihubungi jika pasien
membutuhkan bantuan.
5. Mencatat identitas dan nomor
kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow up
kondisi pasien.
Edukasi
1. Memberikan informasi berupa
alur, leaflet (pengertian penyakit,
penyebab, factor resiko, makanan
yang boleh dikonsumsi dan yang
tidak boleh dikonsumsi) atau
gambar untuk memudahkan
pasien mendapatkan informasi
kesehatan.
2. Menganjurkan keluarga
mendampingi pasien.

Pertemuan hari kedua


NO Diagnosa Hari/tanggal Implementasi
Keperawatan
1. Nyeri kronis Minggu, 13 Observasi
berhubungan februari 2022,
dengan pukul 13.00 s/d 1. Mengidentifikasi lokasi,
musculoskeletal 15.00 wita karakteristik, durasi, frekuensi,
kronis ditandai kualitas, intensitas nyeri.
dengan Menggunakan PQRST.
mengeluh nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri.
Terapeutik
1. Memberikan teknik
nonfarmakologi (kompres hangat)
untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan). Dengan cara
mengurangi cahaya yang masuk
ke dalam ruangan dan
meredupkan lampu agar suhu di
ruangan tidak menjadi panas.
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab dan
pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan
kompres hangat pada bagian yang
nyeri.
2. Defisit Minggu, 13 Observasi
pengetahuan februari 2022, 1. Mengidentifikasi informasi yang
berhubungan pukul 15.00 s/d akan disampaikan.
dengan kurang 16.00 wita 2. Mengidentifikasi pemahaman
terpapar tentang kesehatan saat ini.
informasi 3. Mengidentifikasi kesiapan klien
ditandai dengan menerima informasi.
menanyakan Terapeutik
masalah yang 1. Memberikan nomor kontak yang
dihadapi dapat dihubungi jika pasien
membutuhkan bantuan.
2. Mencatat identitas dan nomor
kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow up
kondisi pasien.
Edukasi
1. Memberikan informasi berupa
alur, leaflet (pengertian penyakit,
penyebab, factor resiko, makanan
yang boleh dikonsumsi dan yang
tidak boleh dikonsumsi) atau
gambar untuk memudahkan
pasien mendapatkan informasi
kesehatan.
2. Menganjurkan keluarga
mendampingi pasien.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.9 Evaluasi Keperawatan

Hari Pertama

NO Diagnosa Waktu Evaluasi


1. Nyeri kronis Sabtu, 19 S:
behubungan februari 2022, - Klien mengatakan masih nyeri
dengan pukul 10.00 s/d O:
musculoskeletal 11.00 wita - Klien masih tampak meringis
kronis ditandai - Skala nyeri 8
dengan A:
mengeluh nyeri - Nyeri belum teratasi, skala nyeri 8
P:
- Kaji skala, karakteristik, lokasi, durasi,
kualitas, intensitas nyeri
- Melanjutkan teknik nonfarmakologis
(kompres hangat)
2. Defisit Sabtu, 19 S:
pengetahuan februari 2022, - Klien mengatakan sedikit memahami
berhubungan pukul 11.00 s/d tentang Arthritis Rheumatoid
dengan kurang 12.00 wita O:
terpapar - Klien tampak bingung saat ditanya
informasi tentang penyebab sakit yang di derita
ditandai dengan A:
menanyakan - Defisit pengetahuan teratasi sebagian
masalah yang P:
dihadapi - Memotivasi klien untuk selalu menjaga
pola makan
- Memotivasi klien agar tidak terlalu
banyak beraktivitas
Hari Kedua

NO Diagnosa Waktu Evaluasi


1. Nyeri kronis Minggu, 20 S:
berhubungan februari 2022, - Klien mengatakan nyeri sudah
dengan pukul 10.00 s/d berkurang dari sebelumnya
muskuloskeletal 11.00 wita O:
kronis ditandai - Klien masih tampak sedikit meringis
dengan - Skala nyeri 6
mengeluh nyeri A:
- Nyeri teratasi sebagian
P:
- Melakukan kompres hangat secara rutin
- Mengurangi aktivitas yang berat
2. Defisit Minggu, 20 S:
pengetahuan februari 2022, - Klien mengatakan sudah paham tentang
berhubungan pukul 11.00 s/d penyakitnya
dengan kurang 12.00 wita O:
terpapar - Klien bisa menjawab pertanyaan yang
informasi diberikan
ditandai dengan A:
menanyakan - Defisit pengetahuan teratasi
masalah yang P:
dihadapi - Memotivasi klien agar selalu menjaga
pola makannya
- Memotivasi klien agar menghindari hal
yang menyebabkan kekambuhan
DAFTAR PUSTAKA

Alkima, N., Safrida., & Husin, M. D. (2017). Pengetahuan dan Sikap Manula Tentang Penyakit
Rematik di Kemukiman Lamlhom Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah, 2(3), 20-25.

Andri, J., Karmila, R., Padila, P., Harsismanto, J., & Sartika, A. (2019). Pengaruh Terapi Senam
Ergonimis terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Lansia. Journal of
Telenursing (JOTING), 1(2), 304-313. https://doi.org/https://doi.org/10.315
39/joting.vli2.933

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta.: Trans Info Media

Budiono, 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika


Huda, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa 1Medis&
NANDA. Yogyakarta: Mediaction.

Junaidi. I. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular Kelompok Gramedia

Kelley, 2014. Penggunaan Anti-Inflamasi Non Steroid Yang Rasional Pada Penanggulangan
Nyeri Rematik. FK USU. Medan

Lahemma, A. (2019). Pengaruh Terapi Back Massage terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada
Penderita Arthritis Rheumatoid, 1-7

Mawarni, T., & Despiyadi, D. (2018). Pengaruh Pemberian Stimulus Kutaneus Slow Stroke Back
Massage (SSBM) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Rematik pada Lansia di Panti
Sosial Tahun 2018. Caring Nursing Journal, 2(2), 60-66

Mujahidullah, K. (2012). Merawat Lansia dengan Cinta dan Kasih Sayang. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.

Padila, P. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Padila, P. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (Vol. 44, Issue 8).
https:/doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Setyo, A. (2019). Status Kesehatan Lansia Berdayaguna. Surabaya : PT. Media Sahabat
Cendikia. Hal 29.
Silaban, N. Y. (2016). Gambaran Pengetahuan Penderita Rematik tentang Perawatan Nyeri
Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 2(1), 46055.
https://doi.org.10.2411/jikeperawatan.v2i1.235
Simanjuntak, E. E. (2016). Pengaruh rutinitas senam rematik terhadap penurunan tingkat nyeri
pada lansia yang menderita rematik di panti sosial tresna werdha budi luhur jambi tahun
2015. Scienta Journal, 5(01), 20-24.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Zairin. (2016). Gangguan Muskuloskeletal (2nd ed.). JAKARTA: SALEMBA MEDIKA.


LAMPIRAN DOKUMENTASI

PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI HARI PERTAMA

IMPLEMENTASI HARI KEDUA


LAMPIRAN DOKUMENTASI

EVALUASI HARI PERTAMA

EVALUASI HARI KEDUA

Anda mungkin juga menyukai