Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PRAKTIKUM

PRACTICE COMPOUNDING AND DISPENSING

SWAMEDIKASI

“GASTRITIS”

DOSEN PENGAMPU :

Mamik Ponco Rahayau, M.Si., Apt.

DISUSUN OLEH :

KELAS (B2) KELOMPOK 4

Maria Skolastika Salu (1920384265)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Gastritis atau lebih sering kita menyebutnya dengan penyakit maag


merupakan penyakit yang dapat mengganggu aktivitas dan bisa berakibat fatal
apabila tidak ditangani dengan baik. Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan
mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah
satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik atau ruangan penyakit dalam pada
umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini bisa
menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Orang yang sering mengkonsumsi makanan
yang dapat merangsang produksi asam lambung dan memilki pola makan yang
tidak teratur biasanya juga dapat terkena penyakit gastritis. Gastritis juga dapat
disebabkan oleh beberapa infeksi mikroorganisme.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori (H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.
Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan
penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia
terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah
sepanjang hidup. Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan
Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan
diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori
Penemuan infeksi Helicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya
kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian
gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang terjadinya gastritis adalah nyeri pada ulu hati, selain itu juga bisa
terjadi mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun, wajah pucat, keluar keringat
dingin, sering bersendawa dan pada kondisi yang parah bisa terjadi muntah darah.
Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai dewasa
sehingga butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua kita
semua,sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi
untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :


1.      Apakah pengertian penyakit gastritis?
2.      Bagaimanakah epidemologi penyakit gastritis ?
3.      Bagaimanakah klasifikasi penyakit gastritis ?
4.      Bagaimanakah pathogenesis penyakit gastritis ?
5.      Apa sajakah faktor resiko penyakit gastritis ?
6.      Bagaimanakah gejala klinis penyakit gastritis ?
7.      Bagaimanakah diagnosis penyakit gastritis ?
8.      Bagaimanakah pencegahan penyakit gastritis ?
9.      Bagaimanakah pengobatan/penanggulangan penyakit gastritis ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis
2. Untuk mengetahui epidemologi penyakit gastritis
3. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit gastritis
4. Untuk mengetahui pathogenesis penyakit gastritis
5. Untuk mengetahui faktor resiko penyakit gastritis
6. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit gastritis
7. Untuk mengetahui diagnosis penyakit gastritis
8. Untuk mengetahui pencegahan penyakit gastritis
9. Untuk mengetahui pengobatan/penanggulangan penyakit gastritis
BAB II
ISI

A.    PENGERTIAN
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh
berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung.
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosive. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosif apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Penyakit ini
dijumpai di klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-
penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang
dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas.
Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya
tidak tercapai. Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan khusus
yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.
Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis kronik
sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung, tetapi hubungan
sebab akibat antara keduanya belum pernah dapat dibuktikan.
B.     EPIDEMIOLOGI
Adanya kasus gastritis di masyarakat :
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Hospital pada
tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi pada
saluran pencernaan adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4% dengan
infeksi usus, 3.5% dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit infeksi lainnya.
2. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya,
menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan. Di penjuru
dunia saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain
& Co dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden di Medan,
Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dari jumlah responden
menderita gastritis.
3. Menurut Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi Gastroenterologi-
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari
hasil penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan
dispepsia, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organik. Kelainan
ini ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan
endoskopi. Suatu penelitian lain dengan junlah pasien yang cukup besar dan
melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia juga menunjukkan
tingginya penderita gastritis kronis. Dari 7.092 kasus dispepsia yang dilakukan
endoskopi, ditemukan 86.41% pemderita mengalami dispepsia fungsional. Data-
data penelitian dari luar negeri juga menunjukkan angka yang tidak terlalu
berbeda.
C.    KLASIFIKASI
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis
kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling
berhubungan.
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosif.Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101).Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan
Suddart, 2000, hal : 188).
Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B:
 Dikatakan gastritis kronik tipe A (korpus) jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.
Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
 Gastritis kronik tipe B (antrum) lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
D.    PATOGENESIS
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung,
yaitu :
1.      Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H meningkat.
2.      Perfusi  mukosa lambung yang terganggu.
3.      Jumlah asam lambung.
Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stres fisik akan
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah
infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu.Mukosal barrier pada
penderita stres fisis biasanya tidak terganggu. Hal inilah yang membedakannya
dengan gastritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis
karena bahan kimia, obat, mukosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H
meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat
kerusakan mukosal barrier oleh cairan usus.
Pada umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits kronik
sering dijumpai bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya anemia, penyakit
Addison dan Gondok, anemia kekurangan besi idiopatik. Gastritis kronik antrum-
pilorus hampir selalu terdapat bersamaan dengan ulkus lambung kronik. Beberapa
peneliti menghubungkan gastritis kronik fundus dengan proses imunologi. Hal ini
didasarkan pada kenyataan kira-kira 60% serum penderita gastritis kronik fundus
mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya. Gastritis kronik antrum-pilorus
biasanya dihubungkan dengan refluks usus-lambung.

E.     FAKTOR RISIKO


1. Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), pola makan merupakan salah satu faktor
terjadinya gastritis yakni pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi
makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam
lambung meningkat.
a.    Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung
tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong
antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung (Okviani 2011).

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis.
Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam
lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri
(Ester 2001). Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar
glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.

Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa
lambung serta menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium (Baliwati 2004).
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi.
Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga
dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi
tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala
tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar
(Nadesul 2005). Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan
sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks
akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan
makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong 2001).

b.    Jenis Makanan.


Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani 2011).
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan
muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam
seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi
pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani 2011). Gastritis dapat
disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat
menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah,
kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti
makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu
yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian
usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam
lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam
yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar
2009).
c.    Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah
benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan
berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas
(kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi
lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi
seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung (Baliwati 2004).
2.    Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis
bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati
yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung
untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih
asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi
kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam chlorogenic. Studi yang
diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwa berbagai faktor seperti
keasaman, kafein atau kandungan mineral lain dalam kopi bisa memicu tingginya
asam lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang harus bertanggung jawab
(Anonim 2011). Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf
pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab
itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa
segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk.
Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan
pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi
getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang
meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani
2011). Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum
kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang
memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya
disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak
bertambah parah (Warianto 2011).
3.    Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The Miracle of Enzyme”
menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih
dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai
contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak antioksidan dapat membunuh bakteri
dan memiliki efek antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi
efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan
membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa
buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah teroksidasi (Shinya
2008). Tanin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi
terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi
lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih
kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan
proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin
menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada
membran mukosa usus (Shinya 2008). Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau
udara dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat ini juga berfungsi
membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung
perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang
menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis
atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada keganasan lambung
4.    Rokok.
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam sebatang
rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun.
Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti
gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene,
hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane,
coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain nikotin,
peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi racun lainnya turut
bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan (Budiyanto
2010).
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup esofagus
dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung,
menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan cairan
lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung meningkat sebagai
respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi
kemampuan cimetidine (obat penghambat asam lambung) dan obat-obatan lainnya
dalam menurunkan asam lambung pada malam hari, dimana hal tersebut memegang
peranan penting dalam proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung.
Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi
bikarbonat dan aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat
dengan komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat
menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak
peptik (Beyer 2004). Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang
mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis) sampai tukak
lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna juga lebih sulit selama
orang tersebut tidak berhenti merokok (Depkes RI 2001).
5.    Obat-Obatan.
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan
sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001). Asam asetil
salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam
salisilat yang dapat dipakai secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan
obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase,
menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam
arakhidonat. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan
prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu
faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain menghambat produksi
prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat
merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam
dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap
hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis
6.    Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan
seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia,
yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut

a) Stress Psikis Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung
yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan,
lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang,
keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya
adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan
kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup

b) Stress Fisik Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus
serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi
dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan
dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung (Anonim 2010). Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis.
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam
tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal,
sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan
mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.

7.    Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan
kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang
terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan
menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau
racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras
lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol (Almatsier 2002).
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan
hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang
tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam
jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan
berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi
mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak
mukosa lambung, memperburuk gejala tukak peptik, dan mengganggu penyembuhan
tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya kesanggupan mencerna dan
menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi
serta fisiologi mukosa gastrointestinal (Beyer 2004).
8.    Infeksi Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan
batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan
lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di
dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut
terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi
Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus
peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis .
9.    Usia.
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan
dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia
mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi
Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.
Sebaliknya, jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup
yang tidak sehat. Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum
meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya
pada dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat
usia mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga
berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan
penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Suyono 2001).
F.     GEJALA KLINIS
1.      Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih
baik atau lebih buru ketika makan
2.      Mual
3.      Muntah
4.       Kehilangan selera makan
5.      Kembung
6.       Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7.      Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara
bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas
dan terasa penuh atau kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan
pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga
terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan
muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian
kecil saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia,
nausea, nyeri seperti ulkus peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan
fisis sering tidak dapat dijumpai kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan
midepigastrium yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak
membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji coba ciling tidak
normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi aklorhidria.
Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat.
Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik
fundus.
G.    DIAGNOSIS
Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan
gejalanya menetap maka dokter akan menduganya Gastritis. Dan bila seseorang
didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan
untuk mengetahui secara jelas penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
1.      Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori  dalam darah. Hasil
tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat gastritis.
2.      Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.
3.      Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
4.      Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada  jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau
dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.
5.      Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
dironsen
H.    PENCEGAHAN GASTRITIS
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan
pencegahan seperti dibawah ini:
·         Makan yang teratur
·         Hindari alkohol
·         Makan dalam porsi kecil dan sering
·         Menghindari stress
·         Mengunyah 32 kali
·         Menghindari rokok
I.       PENGOBATAN/PENANGGULANGAN
1). Cara Perawatan Gastritis
 Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan
tidak merangsang asam lambung
 Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti makanan
pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung
 Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh kopi,
alkohol
 Makan secara teratur
 Minum obat secara teratur
 Hindari stress fisik dan psikologis
2). Pemberian Obat-obatan
Pengobatan yang dilakukan terhadap Gastritis bergantung pada penyebabnya.
Pada banyak kasus Gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat sangat
bermanfaat. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-obatan yang
mengiritasi lambung juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan bila
timbul komplikasi atau akibat lain dari Gastritis.
Kategori obat pada Gastritis adalah :
 Antasid : menetalisir asam lambung dan menghilangkan nyeri
 Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung yang diproduksi
 Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan menghambat
H.pylori.
BAB III
PENYELESAIAN KASUS

Seorang ibu umur 30 tahun sedang hamil 3 bulan datang ke apotik dengan keluhan
nyeri perut bagian kiri atas disebabkan minum obat penghilang nyeri. Sebelumnya
belum pernah mengalami penyakit ini, tidak memiliki penyakit lain, tidak memiliki
alergi.
Penyelesaian :

Pasien disarankan untuk menggunakan obat ranitidin 150 mg 2 x sehari 1 tablet


diminum sebelum makan. Menyarankan pasien untuk selalu makan tepat waktu dan
sebaiknya obat penghilang nyeri tidak digunakan (apabila nyeri tidak berat). Banyak
minum air putih. Makan makanan yang bergizi. Kemudian menyarankan apabila
keluhan dalam waktu 3 hari tidak kunjung membaik, segera ke dokter untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Dialog

Apoteker ( A ) | Pasien ( P )
A : Selamat siang bu
P : Selamat siang mbak
A : Perkenalkan saya Maria, Apoteker diapotik ini. Ada yang bisa saya bantu bu ?
P : Iya mbak, saya kesini mau beli obat untuk nyeri perut
A : Apakah ibu sebelumnya sudah pernah membeli obat diapotik ini ?
P : Belum mbak
A :Kalo begitu apa saya boleh minta waktu ibu sebentar untuk mengisi data
dokumentasi swamedikasi ?
P : Iya boleh mbak
A : Maaf bu, nama ibu siapa dan umurnya brapa ?
P : Bu Putri, umur 30 tahun mbak
A : Alamatnya dimana bu ?
P : Jl. Letjen Sutoyo, mbak
A : Apa ada nomor telepon yang bisa saya hubungi ?
P : Ada, mbak. 085123456789
A : Baik bu, sekarang apakah ibu bisa jelaskan keluhan yang ibu rasakan ?
P : Beberapa hari ini perut saya bagian kiri atas sakit mbak dan saya sekarang lagi
hamil mbak
A : Sejak kapan ibu merasakan sakit tersebut ?
P : Sudah 3 hari ini mbak
A : Apakah ibu pernah mengalami nyeri perut ini sebelumnya ?
P : Belum mbak, ini baru pertama kali
A : Apakah ibu sudah memeriksanya ke dokter ?
P : Belum mbak, ini saya langsung ke apotik. Tapi dulu saya pernah periksa ke dokter
sebelum saya hamil
A : Dulu waktu ibu ke dokter ibu dikasih obat apa ?
P : Obatnya kalo ga salah namanya rani apa gitu mbak, saya juga lupa namanya
A : Ranitidin ya bu ?
P : Iya mbak itu nama obatnya
A : selain mengonsumsi obat tersebut, apakah ibu pernah mengonsumsi obat lain ?
P : Iya mbak, 2 bulan ini saya mengonsumsi obat penghilang nyeri
A : baik bu. Apakah ibu memiliki riwayat penyakit lain ?
P : Tidak ada mbak
A : baik bu, tunggu sebentar ya. Saya ambilkan obatnya
P : iya mbak
Apoteker mengambil obat sesuai dengan kondisi pasien
A : ini saya berikan obat ranitidin 150 mg untuk mengatasi nyeri perut yang ibu alami.
Jadi nanti obat ini diminum 2 kali sehari 1 tablet 30 menit sebelum makan
P : baik mbak, tapi apakah obat ini aman untuk kandungan saya ?
A : iya bu, obat ini termasuk aman untuk kandungan ibu. Tetapi jika selama 3 hari ibu
mengkonsumsi obat ini dan nyerinya belum juga berkurang atau hilang, langsung
diperiksakan ke dokter ya bu. Jangan lupa obat disimpan ditempat yang aman,
jauh dari jangkauan anak-anak dan tidak terpapar sinar matahari langsung.
P : Baik mbak
A : saya sarankan untuk selalu makan tepat waktu dan karna Ibu sedang hamil
sebaiknya tidak menggunakan sembarang obat. Apabila ingin menggunakan obat
sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter. Jangan lupa banyak minum air putih
dan makan makanan yang bergizi juga juga ya Bu.
P : iya mbak
A: mungkin masih ada yang mau ditanyakan?
P : tidak ada lagi mba
A : kalau begitu, tolong ibu ulangi apa yang saya katakan tadi Bu?
P : iya mbak, saya mendapatkan obat ranitidin. obat ini diminum 2 kali sehari 1 tablet
30 menit sebelum makan. Saya juga disarankan untuk selalu makan tepat waktu
dan karena saya sedang hamil sebaiknya tidak menggunakan sembarang obat.
Apabila ingin menggunakan obat sebaiknya saya konsultasikan dulu dengan
dokter. Saya juga harus banyak minum air putih dan makan makanan yang
bergizi. Untuk obat yang saya dapat harus disimpan ditempat yang aman, jauh
dari jangkauan anak-anak dan tidak terpapar sinar matahari langsung.
A : baik Bu, saya rasa ibu sudah paham, ini obatnya bu, nanti dibayar dikasir ya
P : iya, terima kasih ya mbak
A : sama-sama bu, semoga lekas sembuh
Nama Pasien Ibu Putri
Jenis Kelamin Wanita
Usia 30 tahun
Alamat Jalan letjen sutoyo
No tlpn 085123456789
Tanggal pasie 16/09/2019
n datang
Keluhan pasie Nyeri perut bagian kiri atas disebabkan minum obat penghila
n ng nyeri
Riwayat alergi -
Pasien pernah Ya/tidak*) *coret salah satu
datang sebelu
mnya :
Obat yang diberikan : ranitidine 150 mg
Nama Obat Dosis Cara pema No Batch Tanggal
kaian ED
Ranitidin 150 m 2 x sehari KKCRIM82 04 2022
g 1 tablet. Di 434
minum seb
elum maka
n

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat dimpulkan bahwa :
1. Gastritis atau yang lebih dikenal maag adalah penyakit tidak menular yang
disebabkan imflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung.
2. Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis
kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling
berhubungan.
3. Ada banyak factor risiko yang dapat menyebabkan maag antara lain, pola makan
yang tidak teratur, jenis makanan yang dapat memicu asam lambung kopi, teh, rokok,
alcohol, stress, obat-obatan, dan usia
4. Gejala gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya. Biasanya
penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa tidak nyaman
di perut sebelah atas.
5. Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari semua factor risiko yang
dapat memicu timbulnya penyakit gastritis.
6. Pengobatan dengan memberikan obat yang dapat menetralisir asam lambung
seperti antasida, selain itu selalu perhatikan pola konsumsi makanan, hindari makanan
yang dapat memicu naiknya asam lambung.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat.
http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-Ternyata-
Nikmat/
Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC 
Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia
Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/-
pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf
Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya.
http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinya
Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI 
Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan.
http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640
Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004.
Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorders.

Anda mungkin juga menyukai