PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gastritis adalah gangguan kesehatan yang sering muncul
akibat pola makan yang salah dan stres (Siswono, 2007). Penyakit gastritis
adalah suatu penyakit luka atau lecet pada mukosa lambung. Seseorang
penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan nyeri pada lambung,
mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa sesak, nyeri pada ulu hati, tidak
ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik,keringat dingin, pusing atau
bersendawa serta dapat juga terjadi perdarahan saluran cerna (Suyono, 2008).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014
bahwa Indonesia berada pada urutan keempat menurut banyaknya jumlah
penderita gastritis setelah Amerika Serikat, Inggris dan Bangladesh dengan
jumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2014). Di Negara-Negara Asia,
Indonesia berada pada urutan ke tiga setelah negara India dan Thailand yaitu
berjumlah 123 ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri kota yang
penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalah Kota Jakarta
yaitu 25 ribu penduduk. Pemicu dari penyakit gastritis di Jakarta yaitu
dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja
sehingga mengakibatkan makan menjadi tidak teratur dan banyak menderita
penyakit gastritis ini (Profil Dinkes, 2014).
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa
kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, lalu
di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%,
Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%. Hal
tersebut disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat (Depkes, 2014).
Di Sulawesi Selatan tahun 2015, menunjukkan bahwa kasus baru
penderita gastritis pada penderita rawat jalan di RS terdapat 5 kasus (0,16%)
yang berusia 0-28 hari, 43 kasus (0,35%) yang berusia 28 hari-<1 tahun, 15
kasus (0,03%) yang berusia 1-4 tahun, serta 916 kasus (2,23%) pada usia 60
tahun (Profil Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015).
Dinas Kesehatan Toraja Utara Tahun 2014 menurut urutan besar
penyakit di Puskesmas, gastritis menempati urutan ke-4 (Dinas Kesehatan
Toraja Utara 2014). Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas ini cenderung
tidak memperhatikan pola makan mereka, dikarenakan kebiasaan mereka
makan makanan yang mengandung gas seperti sayur kol dan nangka, selain itu
mereka juga cenderung makan makanan yang asam seperti asam pedas, asam
durian dan makanan pedas yang dapat merangsang dan meningkatkan asam
lambung, dan makanan tersebut yang paling berisiko meningkatkan gastritis
(Suratun, 2010).
Berdasarkan
Fenomena
Diatas
Maka
Peneliti
Tertarik
Untuk
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Di
Puskesmas Tikala Kabupaten Toraja Utara Tahun 2016.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya Pola Makan Masyarakat Di Puskesmas
Tikala
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Gastritis
1. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung atau peradangan pada lapisan lambung Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya inflitrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut (Dermawan, 2010).
Gastritis merupakan radang jaringan dinding lambung yang timbul
akibat infeksi virus atau bakteri patogen yang masuk kedalam saluran
pencernaan (Mustakin, 2009).
1) Iritasi
yang
disebabkan
oleh
obat-obatan,
aspirin,
obat
antiinflamasi nonsteroid
2) Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan
3) Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Unversitas Leeds,
mengungkapkan stress dapat mempengaruhi kebiasaan makan
seseorang. Saat stres, orang cenderung makan lebih sedikit, stres
juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan
merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan.
Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, bahkan bisa
luka
4) Waktu makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, atau
sering makan berlebihan.
5) Menurut penelitian yang dilakukan Herlan pada tahun 2011 sekitar
20% faktor etiologi dari gastritis akut yaitu terlalu banyak
makanan yang berbumbu. Pada orang yang sering meminum
Alkohol dan bahan kimia lainya yang dapat menyebabkan
peradangan dan perlukaan pada lambung.
6) Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar,
sepsis. Secara makroskopik, terdapat erosi mukosa dengan lokasi
berbeda jika disebabkan karena obat-obatan AINS, terutama
ditemukan didaerah antrum, namun dapat juga menjalar.
Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi
propia
mukosa
superfisialis
dan
edema
yang
kelenjer-kelenjer
mukkosa
usus
halus
yang
bakteri
tersebut,
kemungkinan
diperparah
oleh
c) Gastritis Tipe AB
Merupakan ganstritis yang distribusi anatomisnya menyebar
keseluruh gaster, penyebaran kearah korpus cenderung
meningkat dengan bertambahnya usia.
3) Dua aspek penting sebagai etiologi gastritis kronik yakni :
a) Aspek Imunologis
Hubungan antara sistem imun dan gastritis kronik menjadi
jelas dengan auto antibodi terhadap faktor intrinsik lambung
(intrinsik faktor antibodi) dan sel parietal (parietal sel antibodi)
pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibodi terhadap sel
b) Aspek Bakteriologis
Untuk menentukan kaeadaan bakteri pada gastritis, biopsi
harus dilakukan pada saat pasien tidak mendapat antimikroba
selama 4 minggu. Bakteri yang paling penting sebagai
penyebab gastritis adalah helicobakter pylori. Selain mikroba
dan prose imunologis, faktor lain yang berpengaruh terhadap
patogenesis gastritis kronik adalah refluk kronik cairan
pankreatobillier, asam empedu dan lisolesitin (Suyono, 2008).
3. Gastrtitis Organik Dan Gastritis Fungsional
10
11
4. Patofisiologi Gastritis
Gastritis terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena
jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam
HCL) dan pepsi, erosi yang terkait berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi dan kerja asam-pepsin atau berkenaan dengan penurunan
pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mukus cukup untuk bertindak sebagai barier terhadap HCL.
Seseorang
12
13
perdarahan
yang
akan
menyebabkan
nyeri
dan
hypovolemik.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan
terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi
atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin
dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga
menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga
bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser (Suratum, 2010).
5. Penyebab Gastritis
a. Penyebab Gastritis akut
Dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya, sebagian besar karena
gastritis erosif menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat.
14
15
16
17
Ditemukan
pula
perdarahan
saluran
cerna
berupa
18
19
20
menjadi dua kategori Tipe A (Altrofik atau Fundal) dan tipe B (Antral)
(Dermawan, 2010).
Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal,
karena mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A
merupakan suatu penyakit auto imun yang disebabkan oleh adanya
auto antibodi terhadap sel. Parietal kelenjar lambung dan faktor
intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan Chief
Cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya
kadar gastrin (Baugman, 2011).
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena
umunya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan Gastritis kronis Tipe A. Penyebab utama
gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter Pylory. Faktor
etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang
berlebihan, merokok, dan refluks dapat mencetuskan terjadinya ulkus
peptikum dan karsinoma (Suyono, 2008).
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit
yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan
antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian
lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang
diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia
defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka
21
kronis
diatasi
dengan
memodifikasi
diet
dan
lapisan
dalam
lambung
terkelupas
sehingga
22
23
24
pokok,
selain
makanan-makanan
lain
yang
mulai
25
26
akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak
bibinya.
e. Rasa lapar, nafsu makan dan rasa kenyang
Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan
karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu
makan merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan
seseorang untuk makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan
puas karena telah memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat
pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa
kenyang dilakukan oleh system sraf pusat, yaitu hipotalamus.
f. Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan.
Sariawan atau gigi yang sakit sering kali membuat individu memilih
makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan,
memilih menahan lapar daripada makan. Pola makan yang dianjurkan
adalah pola yang sumbangan energinya 60-70% berasal dari karbohidrat
, 15-20% dari protein dan 20-30% dari lemak, disamping cukup akan
vitamin, mineral dan serat. Pola makan tersebut terbagi dalam 3 periode
yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Peranan sarapan tidak
boleh diabaikan, karena makanan menentukan kerja tubuh dari pagi
hingga siang hari.
3. Tujuan Makan
a. Memperoleh energi yang berguna untuk pertumbuhan
b. Mengganti sel tubuh yang rusak
c. Mengatur metabolisme tubuh
d. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Uripi,
2006).
4. Tujuan Makanan Yang Kita Makan
a. Untuk menyediakan berbagai nutrisi bagi tubuh.
27
Ada enam kelas utama nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan
yaitu:
1) Karbohidrat
2) Lemak
3) Protein
4) Vitamin
5) Mineral
6) Air
5. Jumlah/Porsi Makanan Yang Dikonsumsi
WHO, secara sederhana menggambarkan kebutuhan pangan yang
dikonsumsi sebagai sebuah piramida makanan. Bagian terbawah piramida
makanan tersusun atas bahan-bahan pangan sumber karbohidrat (roti, nasi,
seral, pasta, jagung dan lain-lain), yang dianjurkan untuk dikonsumsi
sebanyak 6-11 porsi sehari. Bagian tengah piramida terdiri atas 2-4 porsi
buah-buahan, 3-5 porsi sayur- sayuran, 2-3 porsi daging, unggas, ikan,
telur, dan kacang-kacangan. Sedangkan bagian atas piramida hanya terdiri
atas sedikit lemak, minyak dan pemanis gula (Prita, 2010).
Sebagai pedoman secara umum setiap hari dianjurkan makan tiga
kali sehari yang terdiri dari 1 piring nasi atau penukarnya, 1 potong ikan
atau penukarnya, 1 potong tempe atau penukarnya, 1 mangkok sayuran dan
buah-buahan. Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk
dengan jumlah energy yang dikeluarkan. Porsi merupakan suatu ukuran
maupun takaran makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam
mengkonsumsi makanan haruslah seimbang dengan kebutuhan remaja atau
dewasa yang disesuaikan dengan umur dan porsi ini disesuaikan dengan
piramide makanan yaitu karbohidrat 50-60%, lemak 25-30% dan protein
15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari energi yang
28
29
30
b. Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun
yang dijual di depan rumah atau di toko atau di supermarket. Makanan
selingan menurut bentuknya terdiri dari :
1) Makanan selingan bentuk kering seperti kripik pisang, kripik
singkong, kacang telor, pop corn dan sebagainya.
2) Makanan selingan berbentuk basah seperti lemper, semar, mendem,
tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.
3) Makanan selingan berbentuk kuah seperti bakso, mie ayam, empekempek, mie ketupat dan sebagainya.
7. Fungsi makanan
Setiap makhluk hidup akan membutuhkan makanan untuk dapat tetap
bertahan hidup. Mengapa manusia memerlukan makanan? karena makanan
diperlukan tubuh manusia untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan
sehingga tubuh tetap sehat. Asupan gizi yang baik tidak akan terpenuhi
tanpa makanan yang sehat. Makanan yang sehat adalah makanan yang
mengandung semua zat gizi. Zat gizi tesebut di butuhkan tubuh untuk
memperoleh energi. Selain itu, zat gizi digunakan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta memelihara kesehatan. Zat zat
31
32
lambung kosong antara 3-4 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan
dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
Frekuensi yang telah distandarkan oleh Depkes di mana anjuran
makan satu hari rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia
dengan energi 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan
1900 dan proteinnya 50. (Depkes RI, 2009). Orang yang memiliki pola
makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut
harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam
lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa
nyeri . Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga
tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung
terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam
lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar
epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung
sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke
kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.
9. Jadwal makan
Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi
(jam 07.00-08.00), selingan (jam 10.00) siang (jam 13.00-14.00), selingan
33
(jam 17.00) sore/malam (jam 19.00). Jadwal adalah teratur makan pagi,
selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan malam, makan ini
sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Disini
hanya ditekankan untuk mengkonsumsi makanan yang tidak menyebabkan
pengeluaran asam lambung secara berlebih. Jadi jadwal makan harus
teratur, lebih baik makan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur
daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak teratur (Almatsier, 2010).
Direktorat Gizi Masyarakat Republik Indonesia mengeluarkan
Pedoman Umum Gizi seimbang sebagai berikut:
a. Makan aneka ragam makanan
b. Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energy
c. Makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy
d. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
10.
energy
Gunakan garam beryodium
Makan makanan sumber zat besi
Berikan ASI pada bayi
Biasakan makan pagi
Minum air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
Hindari minum minuman beralkohol
Makan makanan yang aman bagi kesehatan
Beri label pada makanan yang dikemas.
Cara Pengolahan Makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah
34
lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak yang hilang.
Membentuk Pola Makan yang Baik
Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaian
buah.
Kurangi makanan belemak.
Batasi makanan bergula.
Kurangi makanan yang banyak mengandung garam.
Makan teratur.
Memberikan pengetahuan gizi.
Menciptakan suasana yang menggembirakan saat makan.
Menananmkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan.
Menanamkan adat sopan santun saat makan.
Hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
36
A. Kerangka konsep
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang Hubungan
Pola
Makan
Dengan
Kejadian
Gastritis
Di
Puskesmas
Tikala
Variabel Dependen
Pola Makan
Gaya hidup
Pengetahuan
Kejadian Gastritis
Perilaku
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
B. Hipotesis
Gambar 3.1
Ada Hubungan Pola Makan Dengan
Gastritis Di Puskesmas
Kerangka Kejadian
Konsep
Tikala Kabupaten Toraja Utara Tahun 2016
C. Defenisi Operasional
Variabel
Defenisi
operasional
Kriteria Objektif
Kejadian
Gastritis
Suatu
peradangan
atau perdarahan pada
mukosa
lambung
yang
disebabkan
oleh faktor iritasi,
infeksi,
dan
ketidakteraturan
dalam pola makan
misalnya
makan
terlalu banyak,cepat,
telat makan,makan
37
Skala
Alat
ukur
Kuesione
r
Pola Makan
makanan
yang
terlalu
banyak
bumbu dan pedas
Menggambarkan
frekuensi
makan,
jenis
makanan,
waktu makan, dan
jumlah
makanan
responden.
Kuesione
r
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan cross sectional
yaitu
38
39
40
P =
F
X
N
100%
Dimana :
P : Presentase yang dicari
F : Jumlah pengamatan
N : Jumlah sampel
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel
bebas secara sendiri-sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan
uji statistik Chi-Square dan tingkat kemaknaan ()=0,05. Dikatakan ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen jika nilai
p < = 0,05. Adapun uji statistic yang digunakan adalah baik analisis
univariat maupun bivariat akan dilakukan dengan menggunakan bantuan
computer yaitu program SPSS versi 21.
( f 0f h )2
Fh
Keterangan :
x2
= Chi Kuadrat (hubungan variabel dependen dan variabel
independen)
F0
= Frekuensi yang di observasi (nilai observasi)
Fh
= Frekuensi yang diharapkan dihitung (nilai sampel)
= Jumlah
I. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu system yang harus dipatuhi oleh peneliti
saat melakukan penelitian yang melibatkan manusia sebagai responden
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Aprianto. 2009. Faktor Risiko Gastritis pada pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Lubuan Baji dan Rumah Sakit Pelamonia Tinkat II Kota Makassar
Tahun 2009. Makassar.
Anonym. 2009. Pola makan Sehat. http://gayahidupsehat.org/pola-makan-sehat/.
43
44
Pustaka Pelajar.
45
Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan.
Jogjakarta : Laksana.
Okviani. 2011. Frekuensi Makan. http://blogspot.com/2012/05/pengertian-frekuensimakan.html.
Rehan. 2009. Penyakit Maag. http://techniquestips.com/makanan-sehat/.
1 Putri, Rona Sari Mahaji, Agustin, Hanum & Wulansari. 2010. Hubungan Pola
Makan
dengan
Timbulnya
Gastritis
pada
Pasien
di
Universitas
2012]
Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya
46
Safitri, Dyah Ayu. 2011. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kejadian
Gastritis
pada
Siswi-Siswi
SMA
Negeri
Bayat
Klaten.
Gastritis.
2012.
http://dr-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan
47
makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari
suatu kelompok masyarakat tertentu (Harna,2009).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
2. Pola Makan terdiri dari :
a. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung
tergantung sifat dan jenis makanan. Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong
antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam
secukupnya saja, untuk memenuhi energi dan sebagian zat gizi sebelum tiba
makan siang. Lebih baik lagi jika makanan ringan sekitar pukul 10.00. Menu
sarapan yang baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup
air untuk mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi. Pilihlah
menu yang praktis dan mudah di siapkan dan usahakan untuk makan pagi karena
penting dan mempersiapkan energi dalam beraktivitas dalam sehari.
b. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
serap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara unuk menghilangkan
rasa bosan. Sehingga mengurangi selera makan. Menyusun hidangan seha
memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh
kombinasi bahan makanan yang memperhitung dengan tepat akan memberikan
hidangan sehat baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan
makanan adalah guna memperoleh intake yang baik dan bervariasi.
c. Tujuan Makan
Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh energi
yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur
metabolism ubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit.
d. Fungsi Makanan
Manfaat makanan bagi mahluk hidup, termasuk manusia antara lain :
1) Memberikan bahan untuk membangun dan memelihara tubuh disamping
memperbaiki bagian tubuh yang rusak.
2) Memberikan energi (tenaga) yang dibutuhkan untuk kebutuhan bergerak dan
bekerja.
3) Memberikan rasa kenyang yang berpengaruh terhadap ketentraman yang
berarti mempunyai dampak posiif terhadap kesehatan. Dengan demikian,
kecukupan akan makanan mempunyai arti biologis dan psikologis.
e. Cara pengolahan makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapa diolah dengan cara sebagai
berikut :
48
49
a. Hindari makanan yang banyak mengandung gas. Seperti lemak, sawi, kol,
nangka, pisang ambon, kedondong, buah yang kering san minuman bersoda.
b. Hindari makanan yang merangsang keluarnya asam lambung. Seperti kopi,
minuman beralkohol 5-20%, anggur putih dan buah stratus.
c. Hindari makanan yang sulit dicerna yang membuat lambung lambat kosong
misalnya : makanan berlemak, kue tart, keju.
d. Hindari makanan yang merusak dinding lambung. Seperti cuka, pedas, merica
dan bumbu yang merangsang.
e. Hindari makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah. Seperti
alkohol, coklat, makanan tinggi lemak dan gorengan.
f. Hindari beberapa sumber karbohidrat. Seperti beras ketan, mie, bihun, jagung,
singkong, tales, serta dodol.
4. Pola Makan Sehat
a. Makanlah sesuai waktu
b. Biasakan membawa bekal makan dari rumah. Selain menghemat uang jajan,
membawa makan siang dari rumah akan menghemat waktumu dengan tidak perlu
mengantri di outlet makanan.
c. Pilih makanan yang dipanggang atau rebus, bukan digoreng. Di bandingkan
makanan yang dipanggang atau rebus, makanan yang digoreng mempunya 50%
kalori atau lemak lebih banyak.
d. Kurangi fastfood. Makansekali-kali boleh, tetapi jaga porsinya dan hindari
fastfood berukuran besar. Kalori dalam fastfood berukuran besar akan ditumpuk
menjadi lemak dan mengakibatkan naiknya berat badan. Kebanyakan fastfood
juga kaya akan lemak jenuh, gula, garam, dan kurang nutrisi penting vitamin dan
mineral.
e. Mengemil dengan sehat. Salah sau cemilan sehat adalah buah dan sayur.
Selain kaya serat, buah san sayur mengandung vitamin dan mineral yang baik
untuk kesehatan. Supaya tidak bosan, variasikan dengan yogurt buah, jus, atau
salad.
f. Makan nutrisi yang cukup dan seimbang. Selain karbohidrat (nasi, roti, pasta),
juga konsumsi protein (daging ayam tanpa kulit, daging sapi tanpa lemak), lemak
(ikan, kacang, salad dressing rendah lemah, alpukat), juga buah dan sayur dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
g. Hindari soft drink. Minuman ini tidak mengandung vitamin, mineral, protein
aau serat. Daripada minum soft drink dengan hanya mendapakan asupan
karbohidrat, lebih baik minum susu dengan kandungan nutrisi yang lebih
baragam, terutama nutrisi kalsium yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan
tulang.
B.
Teori
Gastritis
1.
Definisi
Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini
dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung samapai terlepasnya epitel
mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada
lambung
(Sukarmin,
2012).
Menurut Hirlan dalam Suyono (2008), gastritis adalah proses inflamasi pada
50
51
timbul
rasa
nyeri
.
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu
dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa
dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan
lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat
makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri
di
sekitar
epigastrium.
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk
beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat
berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan
mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas
terbakar.
c.
Jenis
Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Sitorus,
2009).
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan
muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu
makannya.Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali
dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan
tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih
mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau
mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena
lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan
lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya.Akibatnya, isi lambung dan
asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum
diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa
panas
di
ulu
hati
dan
dapat
mengiritasi
(Smelter,
2008).
d.
Porsi
Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan.Setiap orang harus makan makanan dalam
jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh (Santoso, 2008).
Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh
dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar
dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan
dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan
atau luka pada lambung.
52
e. Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis
bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati
yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang
lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan
yang
lebih
asam
dan
dapat
mengiritasi
lambung.
Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum
kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang
memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung
biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar
kondisinya tidak bertambah parah (Warianto, 2011).
f.
Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya. MD, dalam buku The Miracle of Enzyme
menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan
lebih dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut
gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak antioksidan dapat
membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis polifenol yang
mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika
beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin.
Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki
rasa
sepat
dan
mudah
teroksidasi.
Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap
protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi
lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih
kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan
proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi
tannin menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi
pada
membran
mukosa
usus.
Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah
berubah menjadi asam tanat.Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein
mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan
sehingga sel-sel mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan
orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus
peptic, hingga mengarah pada keganasan lambung.
g.
Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.Dalam sebatang
rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun.
Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya
seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol,
perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen, benzopyrene,
urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain
nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi racun
lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan
(Yanti,
2008).
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup
esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam
53
Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan
kemampuannya sebagai pelarut lipida.Kemampuannya melarutkan lipida yang
terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan
menghancurkan struktur sel tersebut.Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau
racun.Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman
keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol.
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung
dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka
panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan
lambung.Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung
berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak,
alkohol
dapat
mengiritasi
mukosa
lambung
dan
duodenum.
j.
Pemakaian
obat
antiinflamasi
nonsteroid.
Pemakaian obat antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat,
aspilets dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan produksi asam lambung yang
berlebihan sehingga mengiritasi asam lambung karena terjadinya difusi balik ion
hidrogen ke epitel lambung. Selain itu obat ini juga dapat mengakibatkan
kerusakan langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan sifatnya
yang asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung (Sukarmin, 2012).
k.
Usia
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis
dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih
54
Pencegahan
Gastritis
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya lakukan pencegahan
gastritis
dibawah
ini:
a. Mengatur pola makan yang normal dengan memilih makanan yang
seimbang
dengan
kebutuhan
dan
jadwal
makan
yang
teratur.
b. Batasi atau hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi
alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung bahkan menyebabkan
terkelupas
sehingga
terjadi
peradangan-pendarahan
di
lambung.
c. Makanan sebaiknya lunak, mudah di cerna, makan dengan porsi kecil tapi
sering dan sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam.
d. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Karena
orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulcer. Merokok juga
akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan
resiko
kanker
lambung.
e.
Bila harus mengkonsumsi obat karena suatu penyakit, sebaiknya
menggunakan obat sesuai dosis yang benar dan tidak mengganggu fungsi
lambung.
55
f.
Hindari stress dan tekanan emosi yang berlebihan karena dapat
mempengaruhi kerja lambung
6.
Penatalaksanaan
Gastritis
Menurut Suyono (2008), penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut adalah
dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan posisi kecil dan
sering.Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa
antagonis reseptor H2 inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga
ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan
resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan
obat yang dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif. Pencegahan dapat
dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai pH
lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap
dianjurkan.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan
klinis yang berat.Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid
pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Derivat Prostaglandin
Mukosa.
Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek
teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila
keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada
sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan
endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi.
Gastrektomisebaiknya
dilakukan
hanya
atas
dasar
abolut.
Penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah ditandai oleh progesif epitel
kelenjar disertai sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan
mukosa mempunyai permukaan yang rata, Gastritis kronis ini digolongkan
menjadi dua kategori tipe A (altrofik atau fundal) dan tipe B (antral).
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai.
Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi
Helicobacter Pylory. Namun demikian, lesi tidak selalu muncul dengan gastritis
kronis alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila
terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka
penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan
vitamin
B12
dan
terapi
yang
sesuai.
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat,
mengurangi dan memulai farmakoterapi. Apabila penyebabnya adalah
Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antasida, obat Pompa Proton Inhibitor
(PPI), yang bekerja mengurangi jumlah asam lambung dan antibiotik seperti
Amoxicillin dan Klaritromisin untuk membunuh bakteri. Infeksi ini dapat
menyebabkan kanker ata ulkus di usus (Dermawan, 2010).
56