Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

Y
KHUSUSNYA Ny. P
DENGAN PASIEN GASTRITIS DI RT 005/ RW 002
KEC. PASAR REBO

Pembimbing : Ignatius Warsino, SKM, M.kes

..

DISUSUN OLEH

M RAIHAN HIDAYAT

(1834037)

3A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI D III KEPERAWATAN
JAKARTA
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metoda penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini banyak negara yang sudah berkembang, salah
satunya negara indonesia. Semakin berkembangnya suatu negara maka
semakin meningkat juga tingkat stressor yang dimiliki oleh penduduk negara
tersebut. Disaat seorang individu mengalami stres, maka produksi asam
lambung dari individu tersebut akan meningkat. Produksi asam lambung yang
meningkat tersebut akan mengiritasi lambung, sehimgga dapat menyebabkan
individu tersebut dapat merasakan nyeri ulu hati atau bisa disebut juga dengan
sakit maag / gastritis. Dan gastritis ini dapat juga sering diakibatkan oleh
seseorang yang melakukan diet yang salah, dimana individu ini pola
makannya selalau telat atau tidak teratur.
World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap
beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian
diseluruh dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1
juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevelensi
gastritris yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di barat berkisar
4,1% dan bersifat asimptomatik (Lin et al, 2013).
Presentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO tahun
2009 adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah (2006), di kota Surabaya angka kejadian
gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian
infeksi cukup tinggi yaitu sebesar 91,6%.

2
Selain itu, kunyit juga banyak digunakan untuk mengatasi gejala
heartburn karena asam lambung naik, radang, dan sakit perut. Bahan aktif
curcumin berperan besar dalam memberikan beragam manfaat kunyit untuk
kesehatan. Sekedar info, curcumin merupakan antioksidan polifenol.
Antioksidan ini bertindak sebagai agen antivirus, antibakteri, dan potensial
sebagai antikanker. 

Ada studi yang mengaitkan manfaat tak langsung kunyit untuk mengatasi
penyakit asam lambung naik atau gastroesophageal reflux disease. 
Penelitian pada 2007 menunjukkan, dan penyakit asam lambung disebabkan
peradangan dan stres oksidatif. Dari studi tersebut, cara mengobati asam
lambung dan GERD perlu menggunakan zat dengan kandungan antioksidan
dan antiinflamasi. 

Dalam studi laboratorium terpisah pada 2011 juga menunjukkan, zat


antiinflamasi curcumin bisa mencegah peradangan esofagus. Dengan
demikian, kunyit dan ekstrak curcumin potensial digunakan sebagai obat
asam lambung alami.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk
mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada keluarga yang mengalami Gastritis dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga. Sedangkan tujuan khusus
penyusunan makalah ilmiah ini adalah agar penulis mampu :
1. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan gastritis .
2. Menganalisis data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah
gastritis
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan masalah
gastritis

3
4. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada keluarga
dengan masalah gastritis
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah
gastritis
6. Pendokurnentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga dengan
masalah gastritis
7. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan
kasus nyata.
8. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat serta alternatif
pemecahannya.
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan
keperawatan keluarga Ny. P khususnya Ny.P dengan gastritis di Kecamatan
Pasar Rebo yang dilaksanakan mulai tanggal 14 sampai dengan 18 Maret
2021.

D. Metoda Penulisan
Metoda yang digunakan dalam penyusunan rnakalah ilmiah ini adalah :
1. Metoda deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses
keperawatan. Dalam pengumpulan data, tehnik yang digunakan yaitu
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber yang
berhuungan dengan judul makalah ilmiah yang dibahas.

E. Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini ilmiah ini terdiri dan lima bab yaitu : Bab
satu berisi tentang pendahuluan terdiri dan latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metoda penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua berisi
tentang tinjauan teori terdiri dari konsep penyakit gastritis, dan konsep asuhan
keperawatan keluarga. Bab tiga berisi tentang tinjauan kasus terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan

4
evaluasi. Bab empat berisi tentang pembahasan yang dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi. Bab
lima yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut lagi mengenai konsep penyakit gastritis
dan konsep asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang mengalami
gastritis.

A. Konsep Menua
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2006).

B. Konsep masalah kesehatan


Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai pengertian, patofisiologi dan
penatalaksanaan medis.

6
1. Pengertian
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang
sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis
(Hardi & Huda Amin, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab terpenting
dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang
timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).

2. Patofisiologi
Gastritis yang paling sering terjadi adalah akut dan kronik.
1. Gastritis akut
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau
alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa mejadi ganggren atau perforasi.
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini
mengsekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam
tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit
kepala, malas, mual, dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan
cegukan. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus
dan dapat mengakibatkan kolik dan diare.

2. Gastritis kronik
Terjadi gastritis kronik apabila infiltasi sel-sel radang yang terjadi pada
lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang
kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadiran granulosit neutrofil pada
daerah tersebut menandakan adanya aktifitas. Gastritis kronik dapat dibagi

7
menjadi beberapa bentuk tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan
etiologi yang menjadi dasar pikiran pembagian tersebut. Klasifikasi histologi
yang sering digunakan membagi gastritis kronik menjadi :
a. Gastritis kronik superfisial apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik
terbatas pada lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang
memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap
utuh.
b. Gastritis kronik atrofik, sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih
dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih
nyata.
c. Atrofi lambung yang dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik.
Pada saat itu struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain
secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga
menurun.
d. Metaplasia intestinal, suatu peradangan histologis kelenjar-kelenjar
mukosa lambung menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang
mengandung sel goblet.
Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronik dapat dibagi menjadi :
a. Gastritis kronik korpus sering disebut dengan gastritis tipe A menurut
pembagian dahulu. Gastritis tipe A sering dihubungkan dengan proses
autoimunm, dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa. Sel parietal yang
mengandung kelenjar mengalami kerusakan sehingga sekresi asam
lambung menurun. Pada manusia sel parietal juga berfungsi menghasilkan
faktor intrinsik oleh karena itu, pada pasien gastritis tipe A terjadi
gangguan absorsi vitamin B 12 yang menyebabkan timbulnya anemia
pernisiosa.
b. Gastritis kronik antrum sering disebut juga sebagai gastritis kronik tipe B.
gastritis tipe ini merupakan gastritis yang paling sering dijumpai dan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kuman Helicobacter
pylori.

8
c. Gastritis Tipe AB merupakan gastritis kronik yang distribusi anatominya
menyebar keseluruh gaster.

3. Penatalaksanaan medis
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alhokol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parentral. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran
dan pentralisasian agen penyebab.
Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, kurangi stres, dan memulai parmakoterapi. Helicobacter pylori dapat
diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoksilin). Pasien dengan
gastritis A biasanya mengalami malabsorsi vitamin B 12 yang disebabkan
oleh adanya antibodi terhadap faktor intrinsik

C. Konsep asuhan keperawatan keluarga


Pada sub bab ini akan dibahas lebih lanjut lagi mengenai konsep asuhan
keperawatan keluarga yang meliputi konsep keluarga, tipe atau jenis keluarga,
struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, dan tahap-tahap dan
tuugas-tugas perkembangan keluarga.
1. Konsep Keluarga
Dalam konsep keluarga akan dibahas mengenai pengertian keluarga dan
keperawatan keluarga, tipe atau jenis keluarga, struktur keluarga, peran
keluarga, fungsi keluarga, tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangan keluarga.
a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit tekecil dan masyarakat yang terdiri an kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehat an RI, 1998). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

9
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G
Bailon dan Aracelis Maglaya, 1998). Keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan-katan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman,
1998).

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan keluarga adalah


kelompok dua orang atau lebih yang tergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau pengangkatan dan tinggal bersama dalam satu rumah tangga,
berinteraksi, mempunyai peran dan menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan dan mempunyai keterikatan emosi.
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan
sebagai saran / penyalur (Salvicion G Ballion dan Aracelis Maglaya, 1978).

b. Tipe atau jenis keluarga


Tipe keluarga ada dua yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non
tradisional (Friedman, 1998).
1. Tipe keluarga tradisional, terdiri dari :
a) Nuclear family atau keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dan Ayah,
Ibu dan Anak-anak.
b) Extended family atau keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
bibi, atau paman.
c) Dyad family yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
d) Single parent, yaitu suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan
anak, kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e) Single Adult yaitu rumah tangga yang terdiri dan seorang yang dewasa.

10
f) Keluarga usia lanjut, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
g) Blended family, yaitu suatu rumah tangga yang membawa anak dan
perkawinan sebelumnya.
2. Tipe keluarga non tradisional, terdiri dari :
a) Keluarga komuni, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah.
c) Homo seksual dan lesbian, yaitu dua individu sejenis hidup hersama
dalam satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri.
d) Keluarga dengan orang tua dan anak tanpa menikah (biasanya ibu dan
anak).

c. Struktur keluarga
Struktur keluarga (Friedman, 1998) terdiri dari :
1) Pola dan proses komunikasi dikatakan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatlkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan. Dan dikatakn
tidak berfungi apabila tertutup, gossip negative, tidak terfokus pada suatu
hal dan selalu mengulang issue dan pendapat sendiri.
2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan bailk komunikasi formal maupun
infrormal.
3) Struktur kekuatan adalah kernampuan (potensi atau actual) dan individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah penilaku orang
lain kearah positif yang terdiri dari legitimate/power/authority, refrent
power, expert power, reward power, coersive power dan affektif power.
4) Nilai keluarga dan norma nilai adalah sistem, ide-ide, sikap dan
keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.
Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan
sosial tertentu.

11
d. Peran keluarga
Peran keluarga rnenggarnbarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dan
keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peran ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, herperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dan kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dan lingkungannya
2) Peran ibu : sebagai istri dan ibu dan anak-anaknya, ibu memounyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dan peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosialnya sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

e. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga
antara lain :
a) Fungsi afektif, yaitu erat hubungannya dengan fungsi internal keluarga itu
sendiri yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berhasilnya Fungsi
efektif dalam keluarga dapat dilihat dan bahagia dan gembiranya seluruh
anggota keluarga dan masing-masing anggota keluarga mengembangkan
gambaran dirinya secara positif, perasaan yang berarti dan merupakan
sumber kasih sayang.
b) Fungsi sosialisasi, yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

12
lingkungan sosial (Friedman,1998). Sosialisasi dirnulai sejak lahir,
keluarga merupakan tempat dirnana individu belajar bersosialiasi,
perkembangan individu dan keluarga berhasil tercapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga. Yang terwujud dalam
bersosialisasi, disiplin dalam keluarga, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c) Fungsi reproduksi, yaitu untuk merumuskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d) Fungsi ekonomi, yaitu memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan seluruh
keluarga seperti pengadaan sumber dana untuk kebutuhan sandang,
pangan, dan papan.
e) Fungsi Perawatan kesehatan, yaitu keluarga berfungsi untuk
melaksanakan asuhan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
sakit, kemampuan dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kcsehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
perneliharaan kesehatan dapat dilihat dan tugas keluarga yang
dilaksanakan sehingga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluanga.

f. Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga


Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan yang
harus mereka capai agar mereka puas selama suatu tahap seperti individu-
individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus mereka
capai agar mereka puas selama suatu tahap perkembangan dan agar mereka
mampu beralih ketahap berikutnya dengan berhasil, setiap tahap
perkembangan keluarga pun mempunyai tugas-tugas perkembangan yang
spesifik. Tugas-tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab
yang harus dicapai keluarga selama setiap perkembangannya. Menurut Duvall
dan Mifler, dikutip dari Friedman (1998), tugas perkembangan terbagi atas:
1. Keluarga Pemula (Beginning Family) : Perkawinan dan
sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru. Tugasnya

13
yaitu membina perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga Berencana (keputusan
tentang kedudukan sebagai orang tua)
2. Keluarga yang sedang mengasuh anak (Child Bearing):
Kelahiran anak pertama hingga berusia 30 bulan. Tugasnya yaitu
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam sebuah keluarga), rekonsiliasi
tugastugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek nenek.
3. Keluarga dengan anak usia prasekolah : Anak pertama berusia
2 1/2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Tugasnya yaitu
memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan, mensosialisasikan anak. mengintegrasikan anak yang
baru sernentara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak).
4. Keluarga dengan anak usia sekolah : Dimulai ketika anak
pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir
pada usia 13 tahun. Tugasnya mensosialisasikan anak-anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan rnengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan perkawinan yang
mernuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja : Ketika anak pertama melewati
umur 13 tahun, tahap kelima dan siklus kehidupan keluarga dimulai.
Tugasnya yaitu rnenyeirnbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara
orang tua dan anak-anak.

14
6. Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda: Permulaan
dan fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan
rurnah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak
terakhir meninggalkan rumah. Tugasnya yaitu memperluas siklus
keluarga dengan mernasukkan anggota keluarga bani yang didapatkan
melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut
usia dan sakit-sakitan dan suami maupun isteri.
7. Orang tua usia pertengahan : Tahap ketujuh dan siklus
kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orang tua, dirnulai ketika
anak terakhir meninggalkan rurnah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tugasnya yaitu menyediakan lingkungan
yang rneningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan
yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-
anak, memperkokoh hubungan perkawinan.
8. Keluarga dalam masa pensiun dan lansia: Tahap terakhir siklus
kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki usia pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugasnya yaitu
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan
terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,
mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk
memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup).

2. Konsep proses keperawatan keluarga


Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada keluarga menurut Friedmen ( 1998 ) sebagai
berikut :

15
1) Data dasar keluarga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, agama,
status sosial ekonomi, aktifitas rekreasi, rayat dan tahap perkembangan
keluarga, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya.
2) Lingkungan meliputi perumahan, denah rumah, pengelolaan sampah,
sumber air, jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dan
fasilitas kesehatan, karakteristik tetangga dan komunitas, mobilitas
geografis keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung
keluarga.
3) Pola dan proses komunikasi keluarga yang meliputi : hubungan antar
keluarga, fungsi komunikasi dalam keluarga, kemampuan setiap anggota
keluarga menjadi pandengar, kejelasan dalam penyampain, perasaan
terhadap komunikasi dan interaksi, cara keluarga dalam penyampaian
pesan.
4) Struktur kekuatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi : siapa yang
mengambil keputusan, yang mengatur anggaran belanja, tempat
tinggal,disiplin dan aktivitas anak, dan cara pengambilan keputusan.
5) Struktur peran keluarga meliputi paran baik secara formal atau peran yang
tidak formal.
6) Nilai-nilai keluarga yang meliputi ; nilai kebudayaan yang dianut
keluarga, dan bagaimana nilai tersebut mempengaruhi keluarga.
7) Fungsi afektif, data yang harus di kaji adalah bagaimana respon keluarga
terhadap kebutuhan anggota keluarga.
8) Fungsi sosialisasi,bagaimana keluarga membesarkan anak, yang
bertanggungjawab dalam membesarkan anak,bagaimana anak dihargai,
masalah-masalah keluarga dalam mem besarkan anak.
9) Fungsi perawatan kesehatan ( penjajakan tahap 2 ) berkaitan dengan 5
tugas keluarga, hal yang perlu dikaji adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah, data yang
perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan, yang meliputi pengertian, tanda dan gejala factor

16
penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehtan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah
kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah keluarga
dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada dan apakah keluarga
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan menghadapi
masalah.
c. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengatasi masalah
kesehatan, data yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang
keadaan penyakitnya ( sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa dan
cara perawatannya ), pengetahuan keluarga tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, pengetahuan keluarga
tentang sumber-sumber yang ada dalam keluarga ( anggota keluarga
yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas
fisik dan psikososial ), bagaimana sikap keluarga yang sakit.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat, data yang perlu dikaji adalah : pengetahuan
keluarga tentang sumber-sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana
keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,
pengetahuan keluarga, pentingnya hygine sanitasi, pengetahuan
keluarga tentang upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap atau
pandangan keluarga terhadap hyginesanitasi dan kekompakan antar
keluarga.
e. Untuk mengetahui kemampuan : keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan, begaimana keluarga memahami keuntungan-keuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan, apakah keluarga mempunyai
pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, dan apakah
petugas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

17
10) Stres dan strategi koping, meliputi stressor jangka pendek dan panjang,
kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang
digunakan, dan stategi koping disfungsional.

b. Diagnosa keperawatan
Dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan keluarga, maka kita
perlu untuk memahami tipologi diagnosa keperawatan dan penapisan masalah
untuk memprionitaskan diagnosa keperawatan yang ada.
1) Tipologi diagnosa keperawatan keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), dan moditikasi oleh Fakultas ilmu
keperawatan (2000). bahwa tipologi diagnosa keperawatan keluarga ada tiga,
yaitu :
a) Aktual ( defisit / gangguan kesehatan ) yaitu bila didapatkan data tanda &
gejala gangguan kesehatan.
b) Risiko ( ancaman kesehatan ) yaitu bila sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan.
c) Potensial ( keadaan sejahtera atau “ weilness” ) yaitu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan seahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga kategori sakit berdasarkan
gambaran kemampuan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan,
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan). Berdasarkan hasil pengkajian
tahap dua. Jika terganggu lebih dari satu tugas, maka dapat digunakan tugas
ke tiga, jika terganggu domain satu tugas, maka gunakan tugas yang dominan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan kemungkinan ditemukan lebih dari


satu diagnosa keperawatan, untuk itu perawat harus memprioritaskan masalah
kepeperawatan tersebut. Prioritas masalah terdiri dan kriteria, bobot dan
pembenaran. Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga
menggunakan kriteria sebagai berikut :

18
Kriteria Skor Bobot
(1). Sifat masalah
Skala : - Tidak / kurang sehat / aktual 3 1
- Ancaman kesehatan / resiko 2
- Keadaan sejahtera / potensial 1
(2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : - Mudah 2 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat diubah 0
(3) Potensi masalah untuk dicegah
Skala : - Tinggi 2 1
- Sedang 1
- Rendah 0
(4) Menonjolkan masalah
Skala : - Masalah berat, harus segera diatasi 2 1
- Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan

Cara penghitungan skore


Tentukan skor untuk setiap kriteria kemudian lakukan perhitungan skor
dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot lalu jumlahkan
hasil perhitungan skor seluruh kriteria
Skor
xBobot
SkorTertin ggi
Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
1. Sifat masalah : tidak / kurang sehat, ancaman kesehatan & sejahtera
kurang / tidak sehat bobot tinggi karena memerlukan tindakan yang
segera & biasanya dirasakan oleh keluarga. Sejahtera bobot tinggi karena

19
memerlukan faktor kebudayaan dapat memberikan dukungan bagi
keluarga untuk mengatasi masalah dengan baik.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil
mengurangi atau mencegah masalah jika ada intervensi. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan :
a. Pengetahuan & teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan
untuk menangani masalah.
b. Sumber daya keluarga ; dalam bentuk fisik, keuangan &
tenaga
c. Sumber daya perawatan dalam bentuk pengetahuan,
ketrampilan & waktu
d. Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi
masyarakat & dukungan sosial masyarakat.
3. Potensi masalah dapat dicegah : sifat & beratnya masalah yang akan
timbul yang dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan
a. Kepelikan masalah : berkaitan dengan beratnya penyakit / masalah,
pronosa makin sedikit kemungkinan untuk merubah / mencegah sehingga
makin kecil potensi masalah yang akan timbul.
b. Lamanya masalah kaitannva dengan jangka waktu terjadinya masalah
tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung
dengan potensi masalah bila dicegah.
c. Adanya kelompok “ high risk” atau kelompok yang peka / rawan, adanya
kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi masalah bila
dicegah
4. Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga, melihat & menilai
masalah tentang beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk
diatasi. Hal yang perlu diperhatikan perawat perlu menilai persepsi atau
bagairnana keluarga melihat masalah. Jika keluarga menyadari masalah
dan merasa perlu ditangani segera mendapat skor tertinggi.

20
Dalam pembenaran yang harus diuraikan adalah alasan penentuan sub
kriteria, dampak terhadap kesehatan keluarga, serta ditunjang dengan data
hasil pengkajian. Setelah masalah diprioritaskan dianjutkan dengan langkah
perencanaan keperawatan.

c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan yang telah teridentifikasi. Rencana keperawatan yang
berkualitas dapat menjamin keberhasilan dalam rnencapai tujuan serta
mengatasi masalah keperawatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana
keperawatan keluarga yaitu :
1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa data secara
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
2) Rencana yang baik harus realistik artinya dapat dilaksanakan dan
menghasilkan apa yang diharapkan.
3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi
kesehatan. Misalnya, jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak
memungkinkan pemberian pelayanan secara Cuma-cuma, maka perawat
harus mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana
keperawatan dan tindakan keperawatan.
4) Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan
prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga dan bukan untuk
keluarga.
5) Rencana keperawatan sebaiknya dibuat tertulis. Hal ini berguna bagi
perawat maupun tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam
mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.

Perencanaan asuhan keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu :


1) Sebagai alat komunikasi antara perawat dalam memberikan asuhan

21
keperawatan kepada keluarga.
2). Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan pada
keluarga.
3). Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil sebagai pedoman hagi setiap
perawat dalam melakukan tindakan kepada keluarga serta melakukan
evaluasi.

Menurut Wright dan Leahey, (1984), dikutip oleh Freedman (1998) ada 2
tingkatan intervensi yaitu intervensi tingkat dasar dan intervensi tingkat
lanjut. intervensi dasar adalah intervensi bersifat sunortif dan mendidik
(edukatif yang langsung kearah sasaran). Sedangkan intervensi tingkat lanjut
adalah sejumlah intervensi terapi keluarga yang bersifat psikososial dan tidak
langsung, Freedman (1970) mengklasifikasi intervensi keperawatan sebagai
berikut:
1). Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan
langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang tidak dapat
melakukan keluarga.
2). Fasilitatif, perawat keluarga memfasilitasi pemanfaatan pelayanan yang
dihutuhkan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial,
transportasi, dan pelayanan kesehatan di rumah.
3). Perkembangan, tujuan perawatan diarah kepada kemandirian keluarga dan
membantu keluarga memanfaatkan sumber-sumber perawatan kesehatan
pribadi seperti sistem dukungan sosial internal maupun eksternal.
Wright dan Leahey, (1984) menggolongkan intervensi keperawatan dalam
tingkatan fungsi keluarga yaitu :
a). Kognitif, intervensi diarahkan pada fungsi keluarga tingkat kognitif yang
terdiri dari tindakan perawat memberkan informasi dan gagasan baru
tentang suatu keadaan atau pengalaman.
b). Afektif tindakan yang dirancang untuk mengubah emosi dan anggota
keluarga, sehingga keluarga dapat menyelesaikan masalahnya lebih
efektif Misainya membantu mengurangi kecemasan dalam merawat anak

22
yang sakit.
c). Perilaku, strategi perawatan yang diarahkan untuk membantu anggota
keluarga berinteraksi / bertingkah laku satu sama lain. misalnya mengajar
keluarga untuk berkomunikasi secara lebih fungsional seperti mendengar
satu sama lain tanpa menginterupsi.

Langkah pertama dalam perencanaan keperawatan adalah perumusan


tujuan yang berorientasi pada klien. Penyusunan tujuan bersama keluarga
menjadi penentu perencanaan yang efektif. Salah satu premis utama daalam
keperawatan keluarga adalah bahwa keluarga mempunyai tanggung jawab
akhir dalam mengatur kehidupannya dan perawat harus menghormati
keyakinan keluarga tersebut (Carey, 1998). Ada dua macam tujuan yaitu
tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang (Goal)
adalah tujan umum yang merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat
dicapai oleh keluarga melalui semua usaha. Contoh dan tujuan jangka
panjang adalah : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1
minggu pada keluarga Ny. S efektif terutama pada Ny. S

Tujuan jangka panjang (sasaran) ditentukan oleh perawat bersama dengan


keluarga berhubungan dengan masalah keperawatan keluarga. Sedangkan
tujuan jangka pendek atau obyektif merupakan pernyataan spesifik tentang
hasil tindakan keperawatan yang sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat
dicapat, realistik serta ada batasan waktu. Tujuan jangka pendek penting
untuk memotivasi dan memberikan kepercayaan kepada keluarga, serta
membimbing keluarga kearah pencapaian tujuan yang lebih komprehensif.
Dalam penyusunan tujuan sangat diperlukan kerja sama dengan keluarga
dalam membedakan masalah-masalah yang perlu diselesaikan dengan
intervensi keperawatan. Contoh tujuan jangka pendek : Setelah pertemuan
5x45 menit keluarga dapat mengenal masalah gastritis dengan menjelaskan
pengertian gastritis, penyebab, dan pembagian gastritis beserta tanda dan
gejalanya.

23
Setelah tujuan ditetapkan dilanjutkan dengan menentukan pendekatan dan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam memilih tindakan
keperawatan sangat bergantung pada masalah keperawatan dan sumber-
sumber yang tersedia untuk menyelesaikan masalah. Pada asuhan
keperawatan keluarga, tindakan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi
atau rnenghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya masalah
keperawatan Masalah keperawatan yang timbul dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan.

Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk


mengatasi penyebab masalah keperawatan :
Untuk membantu keluarga dalam rangka menstimulasi kesadaran dan
penerimaan terhadap masalah keperawatan keluarga, hal yang dilakukan
adalah perluas dasar pengetahuan keluarga tentang masalah yang sedang
dihadapi, bantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dan situasi yang
ada, hubungan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah
ditentukan, kembangkan sikap positif dalam menghadapi masalah.

Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang


tepat dalam rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dapat dilakukan
adalah diskusikan dengan keluarga tentang konsekuensi yang akan timbul jika
tidak melakukan tindakan, perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif
kernungkinan yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan alternatif tersebut, diskusikan dengan keluarga tentang manfaat
dan masing-masing alternatif tindakan.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan


perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan
tindakan antara lain demonstrasikan tindakan yang diperlukan, rnanfaatkan

24
fasilitas / sarana yang ada dirumah keluarga, hindari hal-hal yang merintangi
keberhasilan keluarga dalam merujuk klien atau mencari pertolongan kepada
tim kesehatan yang ada.

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalarn menciptakan


lingkungan yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan
antara lain, bantu keluarga mencari cara untuk menghindari adanya ancaman
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, bantu keluarga dalam
rangka memperbaiki fasilitas fisik yang ada, hindarkan ancaman psikologis
dalam keluarga dengan cara memperbaiki pola komunikasi keluarga,
rnemperjelas peran masing-masing anggota keluarga, kernbangkan
kesanggupan keluarga dalam rangka pemenuhan kebutuhan psikososial.

Untuk membantu keluarga dalam mernanfaatkan fasilitas kesehatan


yang ada, maka perawat dapat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan
tepat tentang sumber daya yang ada dimasyarakat dan cara
memanfaatkannya. Seperti instansi kesehatan, program peningkatan
kesehatan, dan organisasi-organisasi di masyarakat.
Setelah perencanaan disusun dilanjutkan dengan langkah yang terakhir yaitu
menentukan kriteria dan standar evaluasi.

d. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga merupakan salah
satu tahapan proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapat
kesempatan untuk meningkatkan minat keluarga dan mengadakan perbaikan
ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan,
kesulitan dan kebingungan keluarga dalam rnenghadapi masalah kesehatan
yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga (keuangan),
tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku. Disamping itu,
termasuk respon dan penerimaan keluarga, sarana dan prasarana yang ada

25
pada keluarga, didasarkan pada rencana asuhan keperawatan keluarga yang
telah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini ada beberapa faktor
penghambat, baik itu dan keluarga maupun dan petugas itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain :
1). Dari keluarga, keluarga kurang mampu memperoleh informasi, keluarga
tidak mendapatkan informasi yang tidak lengkap, sehingga melihat
masalah secara sebagian, keluarga tidak dapat mengkaitkan informasi
dengan situasi yang sedang dihadapi, keluarga tidak mau rnenghadapi
situasi, anggota keluarga tidak mau rnenghadapi tekanan sosial dan
keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku,
keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga, tidak
percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh perawat.
2). Dari petugas, petugas atau perawat cenderung rnenggunakan satu pola
pendekatan (perawat kaku), petugas kurang memberikan penghargaan
atau perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya, petugas kurang
mampu mengambil tindakan dan rnenggunakan bermacam teknik dalam
mengatasi masalah yang rumit.

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu proses keperawatan dalam menentukan
sejauh mana tujuan keperawatan telah tercapai. Pada umumnya terdapat dua
jenis evaluasi, yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi
kuantitatif adalah kuantitas atau jumlah kegiatan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi kualitatif difokuskan pada salah satu dan tiga dimensi
yaitu dimensi struktur atau sumber, terkait dengan tenaa manusia atau bahan-
bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan, dimensi proses, dan
dimensi hasil tindakan yang kita lakukan. Dan ketiga dimensi ini untuk
melihat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dapat dilihat dan dimensi
yang terakhir yaitu dimensi hasil. Adapun metode yang sering dipakai untuk
menentukan apakah tujuan dan tindakan keperawatan telah tercapai adalah

26
sebagai berikut
1). Observasi langsung, metode ini adalah metode yang paling valid untuk
menentukan adanya perubahan, yaitu bila interpretasi yang subyektif dan
pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrurnen yang tepat dan
pelunjuk tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2). Memeriksa laporan, laporan mengenai test diagnostik yang menunjukan
perubahan dalam status kesehatan pasien dapat diperoleh dan kartu
penderita.
3). Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang
lebih rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga
yang berperan penting.
4). Latihan simulasi, latihan simulasi ini berguna menentukan perkembangan
kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat
keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. P


DI RT 005/ RW 002
KEC. PASAR REBO

A. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. Y


2. Usia : 55 thn
3. Pendidikan : SMA
4. Alamat : Jalan Kalisari Raya, Pasar Rebo, Rt.
005 Rw. 002
Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 13710
5. Pekerjaan : Pengusaha Rotan
6. Komposisi Keluarga :

No Nama Kelamin Hub.Dg KK TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan


1. Ibu rumah
Ny. P P Istri 50 tahun SMA
tangga
2 Tn. W L Anak 23 Tahun SMA bekerja
3. Belum
Ny. C L Anak 20 Tahun SMA
bekerja
4. Belum
Ny. S P Anak 15 Tahun SMP
Bekerja

28
7. Genogram

60 45
65

.
Tn Y
55 50
Ny. P Gastritis
. .

23 15
20
Tn.W Ny. C Ny. S

= Laki-laki

= Perempuan

=klien

= 1 Rumah

= Kepala Keluarga

Berdasarkan genogram diatas tidak di temukan riwayat penyakit

29
keturunan

8. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.Y merupakan tipe keluarga dengan tipe Nuclear Family
(keluarga inti), dimana didalam satu rumah terdiri dari ayah, ibu dan
anak.

9. Suku Bangsa
Suku bangsa, keluarga Tn. Y dan Ny.P berasal dari suku jawa tidak
ada pantangan atau suku yang mengikat dalam keluarga, tidak ada
pantangan yang bertentangan dengan kesehatan keluarga, bahasa yang
digunakan di rumah menggunakan bahasa indonesia.

10. Agama
Seluruh keluarga Tn. Y bergama islam, dalam pelaksanaan kegiatan
beribadah sesuai dengan agama yang dianut yaitu shalat 5 waktu dan
berdoa. Agama dijadikan sebagai dasar kegiatan oleh keluarga Tn. Y
dalam membina hubungan yang baik antar sesama.

11. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Tn. Y bekerja sebagai Karyawan BANK BRI penghasilan perbulanya
Rp.3.000.000/bulan, sedangkan Ny P kegiatanya hanya sebagai ibu
rumah tangga yang berdagang makanan kecil-kecilan, Tn. W dan
Ny.C masih sekolah belum, Ny.P mengatakan penghasilan
keluarganya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan keluarga
mempunyai tabungan. Yang mengelola keuangan adalah Ny. P.

12. Aktivitas Rekreasi Keluarga


keluarga Tn. Y jarang berekreasi, karena keadaan ekonomi dan sibuk

30
di pekerjaan, jika ada waktu luang keluarga hanya menonton TV saja.

13. Riwayat dan Tahapan Perkembangan


Keluarga Tn. Y dalam tahap keluarga dengan usia dewasa yaitu
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, Mempertahankan
keintiman pasangan, Membantu orangtua suami/istri yang sedang
sakit dan memasuki masa tua, Membantu anak untuk mandiri di
masyarakat, Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

14. Riwayat Keluarga Inti


Tn.Y dan Ny.P merupakan pasangan suami istri dengan latar belakang
budaya yang sama. Mereka berpacaran terlebih dahulu sebelum
menikah. Saat menikah, keduanya berada pada usia yang sudah
matang yaitu Tn. Y 55 tahun dan Ny. P berusia 23 tahun. Keluarga
dikaruniai anak setelah 1 tahun menikah yaitu Tn. W. Setelah itu Ny.
S baru mempunyai anak lagi setelah anak pertama berusia 3 tahun dan
mempunyai anak lagi saat usia anak kedua 5 tahun. Tn.Y jarang
pulang kerumah karna kerjanya di luar kota. Saat ini kondisi Ny.P
pusing, cepat lelah dan sering nyeri lambung, mual dan muntah. Ny.P
sudah di diagnosis Gastritis sejak 3 tahun lalu saat berobat ke
puskesmas. Saat ditanya mengenai Gastritis, Ny. P dapat menjelaskan
dengan sederhana bahwa Gastritis adalah penyakit lambung. Ny. P
tidak mengetahui penyebab dari Gastritis, selain itu Ny. P tidak
mengetahui tanda dan gejala Gastritis selain nyeri lambung. Menurut
Ny. S penyakitnya tidak terlalu mengkhawatirkan, dan tetap dapat
menjalankan aktivitas seperti biasa.

15. Riwayat Keluarga sebelumnya

Keluarga Tn.H kusunya Ny.S mengatakan bahwa sudah di diagnosis


Gastritisl sejak 3 tahun lalu saat berobat ke puskesmas tetapi

31
keluarganya Ny.P dari pihak bapak/ibu tidak ada yang menderita
Gastritis. Menurut Ny.P suaminya tidak memiliki riwayat kesehatan
yang buruk dari orangtuanya.

B. Lingkungan
1. Perumahan
Jenis rumah permanen, luas bangunan 60m 2, luas pekarangan 80m2.
Memiliki pekarangan rumah, status rumah milik sendiri, atap rumah
menggunakan genteng, ventilasi rumah cukup terdapatjendela depan,
kurang dari 10 % luas lantai dan pencahayaan cukup, rumah
berdempetan dengan rumah sebelahnya, penataan rumah Tn. Y rapih.
Penerangan dalam rumah menggunakan listrik, lantai terbuat dari
keramik, kondisi kebersihan rumah secara menyeluruh berdebu,
terdapat teras, ruang tamu, kamar tidur, kamar tidur dan dapur.

2. Denah rumah

2 3

5 4

Keterangan:
1. Ruang tamu/Ruang keluarga
2. Dapur
3. Kamar mandi
4. Kamar tidur 1
5. Kamar tidur 2

3. Pengelolaan Sampah

32
Sampah rumah tangga dari Tn.Y, dikumpulkan didalam wadah yang
tertutup, keluarga memiliki tempat pembuangan sampah tertutup
menggunakan ember bekas yang sudah tidak di gunakan, dan dibawa
oleh petugas pengelola sampah setiap 2 hari sekali.

4. Sumber Air
Ny.P mengatakan untuk memenuhi kebutuhan air seperti mencuci,
mandi, mck menggunakan air PAM. Namun untuk masak dan minum
keluarga menggunakan air isi ulang galon.

5. Jamban Keluarga
Keluarga Tn. P mempunyai fasilitas jamban sendiri yang cukup
bersih, tipe leher angsa kemudian di alirkan ke septictank, jarak
sumber air dengan penampungan tinja >10 meter.

6. Pembuangan Air Limbah


Keluarga Ny.P mengatakan saluran pembuangan limbah dari kamar
mandi, dan dapur itu di alirkan ke saluran air got yang ada disamping
rumah, dalam kondisi terdapat sampah-sampah kecil di saluran
pembuangannya danaliran air di got tampak mengalir pelan

7. Fasilitas sosial dan Fasilitas Kesehatan.


Keluarga Tn.Y kusuhnya Ny.P mengatakan jarang melakukan
kegiatan pengajian dan kegiatan lain yang ada dilingkungan rumah ,
Ny.P mengatakan jika penyakitnya kambuh dan sangat mengganggu
memanfaatkan fasilitas kesehatan , fasilitas kesehatan puskesmas
dapat terjangkau menggunakan motor dengan jarak 700 m.

8. Karakteristik Tetangga dan Komunitas :


Lingkungan di mana keluarga Ny.P tinggal merupakan tempat hunian

33
yang padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya
kurang dari 1 meter. Terdapat banyak rumah petak atau rumah
kontrakan disekitar rumah Ny. P. Antar tetangga sangat rukun, mereka
terkadang menghabiskan waktu untuk mengobrol di teras salah satu
rumah.

9. Mobilitas Geografis Keluarga


Keluarga Tn.P menempati rumah yang sekarang ditempati sudah 10
tahun ,. Ny.P mengatakan lebih nyaman dan tidak mau pindah

10. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Tn. Y kurang aktif dalam kegiatan warga di wilayahnya karna sibuk
bekerja. Ny. P mengatakan mengikuti kegiatan seperti arisan, di
lingkungan tersebut ada banyak suku dan budaya, akan tetapi
kehidupan di lingkungan tersebut selalu rukun, karena mereka
menganggap tetangga adalah keluarga yang setiap saat seandainya ada
kesulitan pasti tetangga yang duluan membantu.

11. Sistem Pendukung Keluarga


Semua anggota keluarga Tn.H memiliki kartu jaminan kesehatan
(Kartu Indonesia Sehat), Keluarga Ny.S berhubungan baik dan sangat
akrab dengan kelurga besar , saling mendukung dan saling menyapa
satu dengan yang lainya. Dukungan juga di dapat dari tetangga-
tetangga dekat rumah yang sudah seperti saudara sendiri.

C. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Ny.P mengatakan pola komunikasi didalam keluarganya terbukan dan
dua arah, keluarga selalu berkomunikasi dengan anggota keluarga
lainya untuk membuat keputusan yang diambil, apabila ada masalah
dalam keluarga diselesaikan bersama-sama tanpa ada perdebatan.

34
2. Struktur kekuatan keluarga :
Menurut Ny.P, kekuasaan dibagi menurut peran masing-masing.
Untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan kepentingan
rumah tangga, Tn. Y menyerahkan sepenuhnya pada Ny. P namun
apabila tidak bisa diatasi, Ny. P selalu meminta bantuan dan
pertimbangan Tn. Y. Selain itu Tn. Y selalu membeikan tanggung
jawab keuangan kepada Ny. P. Apabila terdapat keputusan penting
dan mendesak biasanya dimusyawarahkan terlebih dahulu.

3. Struktur peran :
Tn. P beperan sebagai Ayah dan suami, ia merupakan pencari nafkah
dan merupakan pemimpin keluarga. Perannya di keluarga dilakukan
sebaik-baiknya, menurut Ny.P, Tn.Y selalu berusaha menjadi suami
dan ayah yang baik.ia selalu berusaha memenuhi keinginan istri dan
anaknya. Tn. Y tidak pernah mengambil keputusan sepihak, ia selalu
melibatkan Ny. P untuk memberikan masukan. Tn. Y selalu
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan keluarga jika libur
bekerja. Ny.P Ibu dan istri, merupakan ibu rumah tangga. Ia selalu
berusaha memberikan yang terbaik dan mengasuh anak-anaknya
dengan sebaik-baiknya. Ia pun merasa sangat dihargai oleh suaminya
sehingga tidak mau mengecawakan Tn. Y. Dan anak-anaknya masih
tinggal satu rumah mereka saling membantu kebutuhan dirumah.

4. Nilai dan norma budaya :


Dalam keluarga Tn.Y tidak ada larangan dan pantangan yang dijalani
nilai yang mereka anut adalah nilai-nilai betawi karena mereka berasal
dari suku yang sama, mereka sudah terbiasa dengan nilai dan budaya
tempat tinggal mereka. Hanya saja dalam masakan Ny.P membatasi
makanan yang berlemak karna punya penyakit hiperkolesterol.

35
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Menurut Ny.P,didalam keluarganya saling menyayangi satu sama
lain, Ny.P mengatakan jika tidak pernah membeda-bedakan anak-
anaknya jika anaknya melakukan kesalahan diberi teguran dan
selalu mengajarkan untuk disiplin dan berani bertanggungjawab
jika melakukan kesalahan, sangat memperhatikan kesehatan
anaknya, Ny.S mengatakan jika anak-anaknya sangat dekat baik
ke Tn.Y maupun ke dirinya sendiri. Ny.P mengatakan selalu
berusaha membicarakan dan menyelesaikan secara keluarga tanpa
emosi dengan Tn.Y dengan cara mencari waktu terbaik untuk
mendiskusikan. Mereka selalu berusaha menerapkan komunikasi
terbuka dalam segala hal sehingga jarang terjadi perselisihan.
Semua anggota selalu memberi semangat dan dukungan.

2. Fungsi sosialisasi :

Menurut Ny.P, Tn.P sangat mudah bersosialisasi dengan tetangga di


lingkungan sekitar tempat tinggalnya berjalan dengan baik walaupun
jarang pulang karna bekerja. Begitu juga dengan anak-anak mereka
masih sering mengikuti kegiatan pemuda-pemuda.

3. Fungsi reproduksi :

Tn. Y dan Ny. P mengatakan tidak mau mempunyai anak lagi dan
sudah bersyukur mempunyai tiga orang anak . Mereka sepakat untuk
membesarkan anak nya dengan baik sampai mereka menemukan
pendamping hidupnya masing-masing, pada waktu itu Ny.S
mengatakan dulu memakai KB dan untuk saat Ny.S tidak
menggunakan KB karna sudah monopouse.

E. Stress dan Koping Keluarga


1. Stresor jangka pendek

36
Keluarga mengatakan ingin penyakitn Ny.P cepat sembuh
2. Stressor jangka panjang
Ny.P memikirkan masalah kesehatanya dan memikirkan anak-
anaknya karena belum ada yang menikah.

3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Jika ada masalah dan perbedaan pendapat selalu diselesaikan


dengan baik-baik dan terbuka untuk mendapat keputusan bersama
4. Stressor koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan adalah keluarga menyatakan bila
ada masalah menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah tanpa
ada pertengkarang yang akan merugikan diri sendiri maupun
oranglain.

5. Strategi adaptasi disfungsional


Keluarga terutama Ny. P secara sadar telah melakukan adaptasi
disfungsional yaitu apabila tidak memiliki biaya untuk membeli
sayuran, Ny. P masih dapat memtik sayur di kebun belakang rumah
mereka. Dalam menyelesaikan setiap masalah selalu berada pada
hal-hal yang positif yang tidak merugikan diri sendiri maupun
orang lain.

1. Pemeriksaan Fisik
Tn.Y, Tn.W, Tn.C tidak terkaji karena sedang tidak ada di rumah

Pemeriksaan Tn. H Ny.S Tn.W Tn.C Nn.S

Kepala Rambut Rambut


lebat, hitam, lebat, hitam,
bersih dan lurus, bersih
tidak ada dan tidak

37
benjolan ada benjolan
Tanda – tanda TD = 120/ 60 TD=120/80
vital mmHg mmHg
N = 80 x/mt N= 90 x/mt
R = 20 x/mt R = 18 x/mt
S = 36,50C S = 360C

BB = 84 kg BB=45 kg
TB=155 cm, TB=160cm
kondisi kondisi
normal normal

Mata mata tidak mata tidak


anemis, anemis

Hidung Tidak Tidak


bersekret, bersekret,
tidak ada tidak ada
kelainan kelainan
penciuman penciuman

Mulut Mukosa Mukosa


lembab, lembab,
kesulitan kesulitan
menelen = - menelen = -
Leher Tidak ada Tidak ada
benjolan, benjolan,
tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran
kelenjar linfe kelenjar
linfe
Dada Bunyi Bunyi

38
jantung dan jantung dan
paru normal paru normal
Abdomen Tidak ada Tidak ada
kembung kembung
Tangan Tidak ada . Tidak ada
pembengkak pembengkak
an, turgor an, turgor
baik. baik.

Kaki Tidak ada Tidak ada


pembengkak pembengkak
an, turgor an, turgor
baik baik
Keluhan Nyeri di Tidak ada
umum bagian perut,
suka mual
dan muntah
Telinga . Tidak Tidak
berserumen, berserumen,
tidak ada tidak ada
kelainan kelainan
pendengaran. pendengaran
.
Kulit Turgor kulit Turgor kulit
baik, lembab, baik,
elastisitas lembab,
kulit baik. elastisitas
kulit baik.
Kesimpulan Gastritis Normal

F. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga Tn.Y kusunya Ny.P mengatakan selalu berdoa dan berharap di

39
berikan kesembuhan dan kesehatan untuk semua anggota keluarganya,
keluarga selalu bersyukur atas nikmat rejeki yang telah diberikan. Ny.P
dan keluarga mengharapkan jika datangnya perawat kerumahnya bisa
membantu mengatasi masalah kesehatanya, membantu untuk mengubah
pola hidup yang tidak sehat, karena informasi yang diberikan bisa
menambah wawasan tentang kesehatan dan membantunya dalam
merubah kebiasaanya yang merupakan pantangan untuk penyakit
Gastritis, dan melakukan pencegahan agar tidak pada anggota keluarga
yang lain.

G. Fungsi Perawatan Kesehatan


Ny. S mengatakan kalau keluarga Tn Y mengetahui akan peyakit
hipertensi, tetapi keluarga masih belum semua tahu penyebab, gejala
dan komplikasi dari Gastritis, sehingga keluarga belum terlalu
mengerti akan cara pencegahan Gastritis, hal ini dikatakan kalau Ny.P
sering bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan Tn
Y yang masih berperilaku yang kurang baik untuk kesehatan.
Ny. P mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, Ny. P
memberikan obat yang tersedia di rumah dan apabila tidak ada
perubahan terhadap penyakitnya baru di bawa ke fasilitas kesehatan
terdekat.
Ny. P mengatakan bahwa dirinya sudah ke fasilitas kesehatan untuk
mengobati penyakitnya, tetapi karena aktifitas Ny. P yang padat
sehingga Ny.S terkadang sering mual dan muntah yang berkelanjutan.
Keluarga Ny.P mengetahui pentingnya memodifikasi perilaku dan
lingkungan yaitu dengan cara berolahraga, istirahat yang teratur,
rumah yang sehat, kebersihan rumah, perlunya ventilasi tetapi karena
tuntutan kerja dan aktifita rumah yang padat hal itu belum bisa di
lakukan secara maximal. Tetapi keuarga akan berusaha agar
keluarganya selalu sehat.
Keluarga Tn. Y sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

40
yaitu dengan mendatangi fasilitas kesehatan untuk mengobati
penyakitnya, tetapi masih belum rutin untuk kontrol kesehatanya.
Keluarga percaya dengan fasilitas kesehatan yang ada terbukti
keluarga apabila ada yang sakit di bawa berobat ke fasilitas kesehatan
yang ada.
A. Analisa Data

No DATA DIAGNOSA
1. DS : Ketidak efektifan
- Ny. P mengatakan bahwa Ny. P pemeliharaan kesehatan
memiliki riwayat gastritis pada Ny. P
- Ny. P mengatakan bahwa gastritis
adalah penyakit yang disebabkan
karena telat makan.
- Ny. P mengatakan jika gastritisnya
kambuh yang dirasakan nyeri pada
ulu hati, mual tapi tidak muntah
- Ny. P mengatakan tidak
mengetahui akibat dari
penyakitnya jika dibiarkan terus
menerus.
- Keluarga mengatakan tidak tau
akibat yang terjadi pada Ny. P
apabila tidak dirawat.
- Keluarga mengatakan tidak mampu
merawat Ny. P yang sakit. Itu
terbukti saat Ny.P sakit hanya
diberi obat dari warung dan tidak
ada perawatan lainnya yang
keluarga lakukan.
- Keluarga belum memanfaatkan

41
fasilitas kesehatan, itu terbukti
bahwa keluarga tidak
memeriksakan langsung penyakit
Ny.P ke puskesmas. Keluarga
mengatakan takut untuk
memeriksakan kesehatan nya.

DO :
- TTV 110/80 mmHg
- Ny. S terlihat makan sedikit

2 DS : Ketidakseimbanagan
Pasien mengatakan lemas, mual,
nutrisi kurang dari
muntah
Pasien mengatakan hanya minum kebutuhan tubuh
susu cerelak dan air putih
berhubungan dengan
DO :
 Pasien terlihat lemas Menurunnya nafsu
Pasien tampak tidak mau makan makan mual, muntah

B. Penapisan Masalah
1. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. S
No Kriteria Bobot perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : 1 3/3x1= 1 Ny. S mengatakan
Aktual terkena gastritis karena
pol makan yang tidak
teratur. Penyakit ini di
rasakan sejak 2thn.

42
Pemeriksaan fisik Ny.S
TTV : 110/80 mmHg
2 Kemungkinan 2 2/2x2 = 2 Pengetahuan tentang
masalah untuk gastritis dapat di
diubah : Mudah tingkatkan keluarga
cukup untuk biaya
pengobatan terdapat
petugas kesehatan yang
siap membantu dan
fasilitas kesehatan dapat
di jangkau
3. Potensi masalah 1 2/3x1= 2/3 Ny.P mengatakan
untuk dicegah : penyakit ini dirasakan
Cukup sejak 2thn terakhir,
Ny.S sangat sulit untuk
makan dan jarang
berobat ke fasilitas
kesehatan
4. Menonjolnya 1 2/2x1= 1 Ny. P mengatakan ingin
masalah : Masalah segera sembuh dan
yang benar-benar membaik, upaya yang
harus segera di lakukannya adalah
ditangani lebih mengontrol
makanan.
Jumlah 4 2/3

2. Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Menurunnya nafsu makan mual pada Ny. P
NO Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran

43
1. Sifat 2/3x1=2/3 2/3 Perilaku Ny.P yang gemar makan
masalah:Resiko sembarangan membeli junk food dan malas
masak menjadi Resiko penyakit yang timbul.

2. Kemungkinan 1/2x2=1/2 ½ Kemungkinan masalah untuk diubah adalah


sebagian karena Ny.E memiliki jaminan
untuk dirubah:
kesehatan ,layanan kesehatan mudah
sebagian dijangkau ,namun Ny.E tidak mau kontrol
dan
berobat ke fasilitas kesehatan.

3. Potensial 1/3x1=1/3 1/3 Masalah sudah terjadi namun dapa dicegah ,


dicegah:Rendah Ny.E mau melakukan minum obat dan
minum kunyit hangat dirumah.
4. Menonjolnya 0/2x1=0 0 Ny P tidak merasakan adanya masalah karena
masalah: Ny.P selama ini tidak pernah menderita sakit
masalah tidak yang parah seperti ini sering mual dan
dirasakan. muntah
Total 1½

Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :


1. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. P, skor : 4
2/3
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Tn. Y, skor : 1½

C. Perencanaan
N DX Tujuan Rencana Intervensi
O keperawatan
Umu Khusus Kriteria Standar
m
1 Ketida Setela Setelah Respon Pengetah 1. Observasi

44
k h dilakuka Verbal uan dan pengetahuan
efektif dilaku n Pengeta pemaham keluarga
an kan tindakan huan an tentang
pemeli tindak pendidik proses keluarga Gastritis
haraan an an penyakit meningka 2. Berikan
keseha kepera kesehata Gastritis t keluarga
tan watan n selama a. (pengetah tentang
pada selama 1 x 30 Pengerti uan penkes
Ny.S 3 kali menit an terbatas) Gastritis
pertem keluarga penyakit (pengetah 3. Diskusikan
uan mampu : Gastritis uan baik) kembali
keluar Mengena b. Faktor tentang: tentang
ga l masalah penyeba a. pengertian,
dihara Gastritis b Pengertia faktor
pkan Gastritis n penyebab dan
dapat c. Tanda penyakit tanda gejala
teratas dan Gastritis Gastritis
i. gejala b. Faktor 4. Kolaborasi
Gastritis penyebab dengan kader
Gastritis kesehatan
c. Tanda setempat
dan 5. Berikan
gejala pujian karena
Gastritis keluarga
mampu
menjawab
pertanyaan
Keluarga Respon Ny. S 1. Diskusikan
mampu verbal mampu dengan
mengam Pengam mengamb keluarga
bil bilan il tentang

45
keputusa keputusa keputusan pemberian
n yang n untuk untuk makanan dan
tepat melakuk masalah minuman
an dengan akibat
perawata Gastritis Gastritis
n dengan 2. Motivasi
memaha keluarga
mi akibat sesering
dari mungkin
penyakit memberi
Gastritis: makan
Malnutris supaya tidak
i terjadi
malnutrisi
yang
berlebihan
akibat
Gastritis
3. Berikan
reinforcement
positif
Keluarga Respon Keluarga 1. Kaji
mampu kognitif mampu pengetahuan
merawat Manaje melakuka keluarga cara
anggota men n merawat
keluarga diri: perawata penderita
yang penyakit n Gastritis
menderit Gastritis manajem 2. Beriikan
a en diri penkes dan
Gastritis Gastritis mendemonstr
seperti: asi-kan cara

46
Cara pembuatan
perawata jamu kunyit
n 3. Minta
Gastritis keluarga
untuk
mendemonstr
asikannya
kembali
4. Berikan
pujian karena
keluarga
mampu
mendemonstr
asi-kan cara
membuat
jamu kunyit

Keluarga Respon Keluarga 1. Kaji


mampu Kognitif mampu kemampuan
memodifi Perilaku memodifi keluarga
kasi patuh: kasi memodifikasi
lingkung perawata perilaku lingkungan
an untuk n dan perawata 2. Anjurkan
mengatas pengoba n dan keluarga
i tan yang pengobat untuk
Gastritis disarank an yang melakukan
an disaranka cara
n seperti: pencegahan
a. Cara Gastritis
pencegah 3. Berikan pujian
an karena

47
Gastritis keluarga
Mencuci mampu
tangan memodifikasi
sebelum lingkungan
makan
Menjaga
pola
makan

Keluarga Respon Fasilitas 1) Diskusikan


mampu Kognitif kesehatan dengan
memanfa Respon yang keluarga
atkan verbal digunaka tentang
fasilitas dan n untuk fasilitas
kesehata psikomo mengatasi kesehatan
n dan tor Gastritis 2) Berikan
pelayana adalah motivasi ke
n Puskesma keluarga
kesehata s, dokter untuk tetap
n yang praktik, rutin
ada klinik 24 memeriksa
jam,manf kesehatan di
aat puskesmas
kunjunga 3) Berikan
n fasilitas reinforcement
kesehatan positif
adalah:
mendapat
fasilitas
kesehatan
,dan

48
pendidika
n
kesehatan

2 Perilaku
Set Set Setelah Verbal Ketergant  Diskusikan
. kesehata Setelah dilakukan ungan bersama
n dilakuk kunjungan Mengkon keluarga
cenderu an 1x45 sumsi tentang
ng interven menit, junk food pengertian
beresiko si keluarga adalah ketergangunga
pada Ny kepera mampu: Hobi Ny n.
P watan 2 1. menge P yang  Jelaskan pada
kali nal sering keluarga
pertemu bahaya nyemil tentang
an, atau saat penyebab
diharap penya dirumah seseorang
kan kit karena membeli junk
keluarg lanjut harga nya food
a akibat yang sembarangan:
mampu makan murah karena
menceg yang pengaruh
ah berlem keluarga,
resiko ak,ma teman, atau
terjadin kan karena
ya yang kepribadiannya
penyaki pedas .
t akibat 2. Penge  Beri
Mengk rtian kesempatan
onsums keterg keluarga untuk
i junck antun bertanya
food, g tentang hal

49
makana meng yang tidak
n yang konsu dimengerti.
berlema msi  Bimbing
k pada maka keluarga untuk
Ny P nan mengulangi
junk apa yang telah
food didiskusikan
3. Penye atau
bab dijelaskan.
keterg  Beri pujian
antun atas
gan kemampuan
makan keluarga
an menyebutkan
junk kembali apa
food yang telah
dijelaskan
atau
didiskusikan.
Keluarga Verbal Keluarga  Jelaskan
dapat mengatak kepada
mengam an keluarga
bil keputusan tentang akibat
keputusa ya untuk lanjut dari
n untuk membant makanan
mencega u Ny. P sembarangan.
h Ny P berhenti  Bimbing
mengkon atau keluarga untuk
sumsi menguran menyebutkan
sembaran gi kembali akibat
gan makanan merokok.

50
junk food  Bimbing dan
motivasi
keluarga untuk
mengambil
keputusan
dalam
mengatasi
ketergantungan
makanan junk
food.
 Beri pujian
atas
keputusan
yang diambil
keluarga
untuk
mencegah
ketergantung
an rokok
pada An.S.

Keluarga Verbal  Keluarg  Jelaskan pada


dapat redemen a dapat keluarga
membant trasi menjela tentang cara
u An.S skan mengurangi
untuk tentang atau berhenti
mengura cara merokok pada
ngi atau menceg An.S meliputi:
berhenti ah atau Cara
makan mengur memberikan
makanan angi pada An.S,

51
yang junk komunikasi
sembaran food efektif.
ga. pada  Demonstrasika
Ny P n kepada
yaitu keluarga
tetap tentang:
membe  Cara
rikan berkomun
dukung ikasi yang
an dan efektif
perhatia  Cara
n pada memeberi
Ny P kan
tentuka dukungan.
n  Beri
apakah kesempatan
akan keluarga untuk
berhent mendemonstra
i total sikan kembali
atau cara membantu
berhent mengurangi
i sedikit atau berhenti
demi beli junk food.
sedikit.  Beri
 Keluarg kesempatan
a dapat keluarga untuk
menyeb menanyakan
utkan hal-hal yang
cara tidak jelas atau
memba dimengerti.
ntu Ny  Beri pujian

52
P keluarga atas
mengur keberhasilan
angi tindakan
atau yang
berhent dilakukan
i keluarga.
makana
n
sembar
angan.
 Keluarg
a dapat
mende
monstra
sikan
kembali
dengan
benar
tentang:
Cara
berkom
unikasi
yang
efektip
Cara
member
ikan
dukung
an.

Keluarga Verbal, Keluarga  Diskusikan

53
mampu psikomo dapat dengan
memodifi tor, menyebut keluarga
kasi kunjung kan cara tentang
lingkung an yang memodifi modifikasi
an untuk tidak di kasi: lingkungan
membant duga.  Lingku yang dapat
u ngan membantu An.
mengura fisik S mengurangi
ngi atau rumah atau berhenti
berhenti yaitu: merokok untuk
mengkon  Mem mencegah
sumsi buat penyakit akibat
makanan maka makan
yang nan sembarangan.
jorok sendir  Motivasi
pada Ny i keluarga untuk
P untuk  Tidak dapat menata
mencega maka lingkungan
h n rumah baik
terjadiny yang fisik maupun
a pedas psikologis
penyakit dan yang dapat
akibat berle membantu
makan mak An.S
yang Keluarga mengurangi
pedas. dapat atau berhenti
memodifi makan
kasi sembarangan
lingkunga untuk
n agar Ny mencegah
P penyakit.

54
berhenti  Beri pujian
mengkon atas penataan
sumsi lingkungan
junk food yang telah
dilakukan
oleh
keluarga.

55
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Setelah membahas penyakit Gastritis ini secara teoritis dan membandingkan dengan
kasus nyata yang ada di lapangan, maka penulis dapat mengemukakan perbedaan dan
persamaan antara teori dan kasus yang ada di lapangan, yaitu :
1. Pengkajian
Dalam pengkajian, penulis mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori yaitu adanya
mual dan tidak nafsu makan pada pasien. Muntah dan pusing juga ada namun sudah
berkurang karena therapi yang telah diberikan. Kebiasaan makan yang tidak teratur.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus ini ditemukan masalah utama yang dialami klien adalah ketidak efektifan
pemeliharaan kesehatan pada Ny. P dan Perilaku kesehatan beresiko pada Tn. Y.

3. Perencanaan
Pada tahan ini penulis membuat prioritas masalah, hasil yang diharapkan dan
rencana tindakan. Pada teori dan kasus ada kesamaan dalam prioritas masalahnya yaitu
ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn. Y dan Perilaku kesehatan cenderung
beresiko pada Ny. P.

4. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah ditetapkan menurut prioritas masalah. Penulis tidak mengalami
hambatan karena pasien kooperatif dan mau bekerja sama dengan perawat sehingga dapat
membantu dalam pelaksanaan askepnya.

5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap penilaian terhadap keberhasilan intervensi yang
diberikan kepada pasien. Dari hasil evaluasi hampir semua masalah yang ada dapat teratasi
yaitu:

56
1. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. P, Ny. P paham dan
mengerti tentang pengertian, penyebab dan tanda gejala Gastritis. Akibat dari
penyakit gastritis adalah makan tidak teratur, makan pedas. Mampu
mendemonstrasikan cara pembuatan jamu kunyit. Keluarga tahu manfaat
fasilitas kesehatan, mau menggunakan fasilitas kesehatan
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Tn. Y. Tn. Y paham apa itu roko,
akibat dari meroko, bagaimana cara mengurangi meroko, dan bisa
mendemonstrasikan apabila ada ke inginan untuk meroko dengan cara memakan
permen dan Tn. Y ingin berhenti untuk meroko. Keluarga tahu manfaat fasilitas
kesehatan dan mau menggunakan fasilitas kesehatan.

57
BAB V
KESIMPULAN

Setelah membandingkan secara teori dan kasus nyata yang ada di lapangan,
penulis dapat membuat beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung.
2. Penyebabnya pada pasien antara lain pola makan yang tidak teratur dan makanan
yang terkontaminasi.
3. Asuhan keperawatan dilakukan bekerja sama dengan orang lain dan pasien.

Proses penyembuhan pada penyakit ini juga tergantung pada berat ringannya
penyakit, peran perawat masih diperlukan saat pasien sembuh dan pulang sehingga
keluarga dapat meneruskan apa yang telah dilakukan di rumah. Adapun yang dapat
dilakukan di rumah adalah :

1. Jaga kebersihan makanan dan atur pola makannya juga diet yang telah dianjurkan.
2. Pasien diberi daftar/catatan zat-zat yang harus dihindari.
3. Ketaatan dalam minum obat juga membantu proses penyembuhan.
Semoga dengan diberikan penyuluhan dapat mengurangi resiko penyakit ini.

58
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Herdman, T. Heather. (2012).
Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. (terjemahan Made
Sumarwati & Nike Subekti). Jakarta: EGC Jhonson, L., & Leny, R. (2010).
Keperawatan Keluarga: plus contoh askep keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
Komang, Ayu. (2010).
Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto Misnadiarly.
(2009).
Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi
Mycobacteria pada Ulcer Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor Padila.
(2012).
Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
Ratu, A. R., & Adwan, G. M. (2013).
Penyakit Hati, Lambung, Usus dan Ambeien. Yogyakarta: Nuha Medika
BSTRAK EFEK EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.)
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK MUKOSA LAMBUNG MENCIT
MODEL GASTRITIS YANG DI INDUKSI ASETOSAL

59

Anda mungkin juga menyukai