Anda di halaman 1dari 21

GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL (GASTRITIS)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Patologi
yang dibina oleh Ibu Dr. Ir. Rr. Endang Sutjiati, M.Kes

Oleh:
Umu Zahro (P17111182050)
Shafa Sundus Salsabila (P17111183067)
Oktavia Indri Safitri (P17111183068)
Isnaini Mufidatul Ulum (P17111183070)
Muhamad Ezra Fadhil L (P17111183093)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN GIZI
D4 GIZI
Agustus 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Gangguan Sistem
Gastrointestinal (Gastritis)”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis tentu menyadari, dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kritik dan saran pembaca sangatlah
dibutuhkan untuk perbaikan makalah berikutnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, khusunya kepada
dosen Patologi yaitu Ibu Dr. Ir. Rr. Endang Sutjiati, M.Kes yang telah
membimbing dalam penulisan makalah ini.
Demikian yang dapat disampaikan, diharapkan supaya makalah yang telah
dibuat dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Malang, 15 Agustus 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................. i


Daftar isi ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3. Tujuan ......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Gastritis secara medis dan gizi .................................................... 3
2.2. Etiologi ...................................................................................................... 3
2.3. Tanda dan Gejala ...................................................................................... 5
2.4. Patogenesis ................................................................................................ 9
2.5. Skema ..................................................................................................... 12
2.6. Pencegahan ..............................................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 16
3.2. Saran ........................................................................................................ 16

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 17

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gastritis atau lebih sering kita menyebutnya dengan penyakit maag
adalah penyakit yang dapat mengganggu aktivitas dan bisa berakibat fatal
apabila tidak ditangani dengan baik. Orang yang sering mengkonsumsi
makanan yang dapat merangsang produksi asam lambung dan memilki pola
makan yang tidak teratur biasanya dapat terkena penyakit gastritis. Gastritis
juga dapat disebabkan oleh beberapa infeksi mikroorganisme. Salah satu gejala
terjadinya gastritis adalah nyeri pada ulu hati, selain itu juga bisa terjadi mual,
muntah, lemas, nafsu makan menurun, wajah pucat, keluar keringat dingin,
sering bersendawa dan pada kondisi yang parah bisa terjadi muntah darah
(Wijoyo, 2009).
Gastritis merupakan suatu inflamasi pada mukosa lambung. Gastritis
bukan penyakit tunggal, lebih tepatnya merupakan suatu kelompok penyakit
yang mempunyai perubahan peradangan pada mukosa lambung yang sama
tetapi ciriciri klinis ,karakteristik histologis dan patogenesis yang berlainan
(McGuigan, 2000).
Insiden gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan
diderita lebih dari 1,7 milyar orang. Pada negara yang sedang berkembang
infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai
pada usia tua (Astuti, 2010).
Infeksi bakteri Helicobacter pylori (HP) merupakan penyebab umum dari
gastritis kronis non erosif. Sekitar 35% orang dewasa terinfeksi HP, tetapi
prevalensi infeksi HP dalam kelompok-kelompok minoritas dan imigran
jauh lebih tinggi. Anak-anak usia 2-8 di negara berkembang mendapatkan
infeksi di tingkat 10% per tahun. Di Amerika Serikat tingkat infeksi
tahunan kurang dari 1% (Springhouse, 2005). Angka kejadian infeksi
gastiritis HP pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang
cukup tinggi. Di Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2% ,
Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi
sebesar 91,6%. Di Jawa, khususnya Jawa Tengah, penyakit gastritis ini

1
mencapai 47% (Astuti,2010).
Faktor etiologi gastritis adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok
(5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi
(2%) (Herlan, 2001).
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan gastritis?
1.2.2 Apa faktor etiologi dari gastritis?
1.2.3 Bagaimana patogenesis pada gastritis?
1.2.4 Bagaimana tanda dan gejala yang dialami penderita gastritis?
1.2.5 Bagaimana skema penyakit gastritis?
1.2.6 Bagaimana pencegahan dari gastritis?
1.3.Tujuan
1.3.1. Mengetahui definisi dari gastritis.
1.3.2. Mengetahui etiologi dari gastritis.
1.3.3. Mengetahui patogenesis dari gastritis.
1.3.4. Mengetahui tanda dan gejala gastritis.
1.3.5. Mengetahui skema penyakit gastritis.
1.3.6. Mengetahui cara mencegah gastritis.
1.4.Manfaat
1.4.1. Dapat mengetahui definisi dari gastritis.
1.4.2. Dapat mengetahui etiologi dari gastritis.
1.4.3. Dapat mengetahui patogenesis dari gastritis.
1.4.4. Dapat mengetahui tanda dan gejala gastritis.
1.4.5. Dapat mengetahui skema penyakit gastritis.
1.4.6. Dapat mengetahui cara mencegah gastritis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Gastritis
Menurut Medis:
Gastritis adalah suatu kondisi dimana terjadi peradangan pada
mukosa lambung sehingga mengakibatkan pembengkakakn pada
mukosa lambung bahkan hingga lepasnya epitel mukosa superfisial
yang menyebabkan gangguan saluran pencernaan (Sukarmin, 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebuh (Suyono Slamet, 2001).
Menurut Gizi:
Gastritis adalah penyakit yang terjadi karena pola makan yang
tidak teratur sehingga menyebabkan peningkatan produksi asam
lambung dirangsang oleh konsumsi makanan atau minuman (Diyono,
2013).
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh
diet yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunnee an suddarth, 2001).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala
sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet,
memiliki respon yang baik dengan antasid atau supresi asam (Grace,
Pierce A., dkk, 2006).
2.2. Etiologi
Penyebab dari Gastritis sebagai
berikut:
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik
kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam
tubuh melalui alat-alat penecernaan mulai dari mulut sampai usus
halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis
makanan. Jika ratarata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam.

3
Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung (Okviani, 2011).

b. Jenis Makanan

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan


merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk
berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di
ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut
membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila
kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali
dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus
dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan
gastritis (Okviani, 2011).

c. Stress
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar
asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung
dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan
terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya
tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan
kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi
yang cukup (Friscaan, 2010).

d. Faktor Usia
Faktor Usia sangat berpengaruh terhadap penyakit gastritis.
Orang yang berusia lebih dari 40 tahun lebih berpotensi terkena
penyakit gastritis, hal ini terkait dengan lapisan mukosa yang
menipis. Pada lansia juga terdapat beberapa perubahan anatomi
fisiologi seperti jumlah sel yang lebih sedikit. Penurunan ini juga
terjadi pada lapisan ukosa lambung. Menurut Jackson (2006)
lanjut usia dapat meningkatkan resiko gangguan mukosa lambung

4
karena dinding mukosa lambung yang menipis. Hal ini sejalan
dengan pendapat Ismayadi (2004).

e. Tingkat pengetahuan
Selain faktor usia, faktor yang menyebabkan gastritis yaitu
tingkat pengetahuan yang rendah. Hal ini disebabkan karena
hubungan tidak langsung antara pengetahuan dengan persepsi
gangguan lambung. Pengetahuan mengenai gangguan lambungm
akan mempengaruhi perilaku konsumsi dan persepsim gangguan
lambung. Pengetahuan merupakan salah satu penentu perilaku
seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari dari tahu,m dan
terjadi setelah orang elakukan pengindraan terhadap ombjek
tertentu. Pengindraan terjadi elalui panca indera yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, pendengaran, dan perasa. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmojo, 2003 dalam Linggasari,2008).

f. Obat yang mengiritasi lambung


Faktor lain yang menyebabkan gastritis yang tidak kalah
penting yaitu konsumsi obat yang mengiritasi lambung. Beberapa
macam obat yang bersifat asam atau basa keras dapat
menyebabkan gastritis. Obat-obatan yang mengandung salisilat
misalnya aspirin (sering digunakan sebagai obat pereda sakit
kepala) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat
menimbulkan gastritis (Vera Uripi, 2001:19).
Obat-obat tertentu yang mengandung aspirin, obat-obat
reumatik, dan golongan kortikosteroid dapat menyebabkan
penyakit gastitis bila lambung penderitanya terlalu peka terhadap
bahan-bahan tersebut (Ronal H. Sitorus, 1996:30).

2.3 Tanda dan Gejala


Keluhan-keluhan yang disampaikan oleh penderita sakit
maag/ gastritis meliputi rasa tidak enak di uluhati dalam jangka

5
waktu tertentu (beberapa jam, hari atau minggu). Nyeri, pedih atau
rasa terbakar/ tertusuk/ teriris di uluhati, dapat juga dibelakang
tulang dada atau menjalar ke belakang (punggung). Rasa sakit ini
dapat berkurang, tetap atau bertambah jika perut diisi makanan
(sesudah makan). Pada penderita sakit maag/ gsatritis berkurang
setelah muntah. Rasa sakit ini ada yang dirasakan pada pagi/ siang
hari, dan ada juga yang dirasakan terutama pada malam hari,
sampai-sampai penderita terbangun dari tidurnya ditengah malam
akibat rasa sakit yang hebat. Selain rasa nyeri uluhati, penderita
sakit maag/ gastritis mengeluh rasa penuh di perut bagian atas
terutama sesudah makan, cepat kenyang, kembung, bersendawa,
mual, muntah, rasa asam di mulut (A.B. Wardoyo, 1997:51-52).

2.4.1 Tanda dan gejala dari gastritis menurut Nurhayati (2010):


a. Klinis
1. Nyeri ulu hati
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses
peradangan yang terjadi akibat dari adanya iritasi pada mukosa
lambung.

2. Melena dan Hematemesis


Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah
pengeluarn feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan
oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak

6
antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,
sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerahmerahan dan
bergumpal-gumpal.( Nettina, Sandra M. 2001. dalam Moratimur)

Perdarahan saluran cerna bagian atas

Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti


aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran
pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus.
Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi
hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya
biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. ( Sylvia, A price.
2005. dalam Moratimur ).
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses
perdarahan yang berawal dari adanya iritasi dan erosi pada mukosa
lambung. Berikut tanda dan gejala gastritis akut dan gastritis
kronik

7
1. Gastritis akut: Nyeri epigastrum, mual, muntah, dan
perdarahan terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi
terlihat mukosa lambung hypermia dan udiem, mungkin juga
ditemukan erosi perdarahan aktif.
2. Gastritis kronik: kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan
lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti
tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan
karsinoma lambung.
b. Behavior

1. Anoreksia, Nausea dan Vomitus


Anoreksia adalah nafsu makan menurun. Nausea (mual) adalah
kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di
tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan
seorang individu bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering
disertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis
termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia, pucat dan penurunan
tingkat pernapasan. Vomitus (Muntah) didefinisikan sebagai
ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui mulut, seringkali
membutuhkan dorongan yang kuat.
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena
adanya peningkatan kadar asam lambung di dalam tubuh
khususnya pada organ lambung.

2.4.2Tanda dan gejala dari gastritis menurut Okviani (2011) dan


Aminudin (2013):
a. Intake zat gizi
1. Rasa terbakar dilambung dan akan menjadi semakin parah
ketika sedang makan
2. Nafsu makan menurun secara drastis
b. Klinis
1. Mual dan sering muntah, wajah pucat, suhu badan naik

8
2. Tekanan darah menurun, pusing
3. Nyeri ulu hati
4. Keringat dingin
5. Nadi cepat
6. Kadang berat badan menurun
7. Perut terasa nyeri, perih (kembung dan sesak) dibagian atas
perut (ulu hati)
8. Merasa lambung sangat penuh ketika habis makan
9. Sering sendawa ketika keadaan lapar
10. Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah
perut

2.4 Patogenesis Berkaitan dengan Makanan


Penyebab gastritis berkaitan dengan makanan,
penyimpangan kebiasaan makan, cara makan serta konsumsi jenis
makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis akut, faktor
penyimpangan makanan merupakan titik awal yang
mempengaruhi terjadinya perubahan dinding
lambung.Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang
oleh konsumsi makanan atau minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol,
serta makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat
mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan
dinding lambung menjadi semakin parah sehingga akan
menimbulkan luka pada dinding lambung. Jika tidak lekas
ditangani, penyakit ini akan berubah menjadi gastritis kronis (Vera
Uripi, 2001: 19). Namun, gastritis juga dapat timbul setelah makan
makanan pedas, asam, minum kopi atau alkohol (Endang
Lanywati, 2001:19).
Terjadinya gastritis salah satunya dapat disebabkan oleh pola
makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan,
jenis, dan jumlah makanan sehingga lambung menjadi sensitif bila
asam lambung meningkat.
1. Frekuensi Makan

9
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari
baik kualitatif dan kuantitatif. Individu yang memiliki pola
makan tidak teratur mudah terserang gastritis. Pada saat perut
harus diisi, tetapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya,
asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,
sehingga timbul rasa nyeri. Secara almi lambung akan terus
memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang
kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan, kadar glukosa dalam
darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung
terstimulasi. Bila seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam,
maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di epigastrum.
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung
sulit untuk beradaptasi. Jika hal tersebut berlangsung lama,
produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat
mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut
menjadi tukak lambung.
2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau
dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling
sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Mengkonsumsi
makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi.
Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati
yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut
membuat nafsu makan penderita makin berkurang. Bila
kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali
dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-
menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut gastritis.

10
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang
tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan
penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, dan
makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan
berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena
lambung membutuhkan waktu lebih lama untuk mencerna dan
lambat meneruskannya kebagian usus selebihnya. Akibatnya,
isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung
untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam
duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa
panas di ulu hati dan dapat mengiritasi.
3. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan
dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh.
Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam
tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, makanan dalam
porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada
akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti
ini dapat menimbulkann peradangan atau luka pada lambung.

2.5 Skema atau Mekanisme Gastritis

11
1. Skema sebab-akibat penyakit gastritis

2. Skema terjadinya penyakit gastritis

Mekanisme dari gastritis sendiri diawali dengan mukosa yang


rusak akibat pengaruh Helicobacter pylory yang memiliki gen yang
memproduksi suatu urease yang menguraikan urea dan membentuk
toksin seperti ammonium klorida yang mampu menyebabkan cidera
epitel lambung.
Selain itu, protease dan fosfolipase dari bakteri menguraikan
kompleks glikoprotein lemak yang menyebabkan pertahanan

12
mukosa lambung menurun. Setelah invasi dari Helicobacter pylory
dapat menyebabkan atrofi dan metaplasia epitel lambung dan
terdapat infiltrasi dari neutrofil. Erosi epitel ini dapat menembus
sampai pada lapisan yang lebih dalamlagi seperti lapisan muscularis
mukosa ataupun lapisan submukosa dan menyebabkan ulkus peptik
ataupun ulkus lambung.

2.6 Pencegahan atau Intervensi Penyakit Gastritis


Meningkatkan pengetahuan merupakan langkah penting
dalam proses pencegahan atau intervensi gastritis. Menurut Gastin
(2013), Pengetahuan merupakan salah satu pendorong seseorang
untuk merubah perilaku atau mengadopsi perilaku baru. Namun,
Peningkatan pengetahuan saja tidak cukup untuk mencegah
terjadinya gastritis tanpa diiringi dengan tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Apabila individu hanya mengetahui tetapi
tidak mengaplikasikannya, maka pengetahuan tersebut akan sia-
sia. Promosi kesehatan yang intensif tentang faktor yang terkait
dengan gastritis perlu diberikan oleh petugas kesehatan secara
berkesinambungan, agar masyarakat mau menerapkan pola hidup
sehat, baik dalam bentuk penyuluhan langsung atau melalui media
lainnya, seperti pamflet atau leaflet agar dapat
dilakukanpencegahan dan mengurangi kasus gastritis.
Pencegahan secara medis :
1. Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit
maag.
2. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan
menggunakan obat pengialng rasa sakit dari golongan
NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen dan obat-
obat tersebut dapat mengiritasi lambung.
3. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tapi
sering serta memperbanyak makan makanan yang
mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan roti akan
menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan

13
yang dapat mengiritasi lambung, misalkan makanan yang
pedas, asam, dogoreng, dan berlemak.

Pencegahan secara non medis :


1. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya
konsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang
lambung, bahkan menyebabkan lapisan dalam lambung
terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan
perdarahan di lambung.
2. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan
pelindung lambung. Oleh karena itu, orang yang merokok
lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok
juga akan meningkatkan asam lambung, melambatkan
kesembuhan, dan meningkatkan risiko kanker lambung.
3. Memelihara tubuh. Masalah saluran pencernaan seperti
rasa terbakar di lambung, kembung, dan konstipasi lebih
umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan berat
badan (obesitas). Oleh karena itu, memelihara berat badan
agar tetap ideal dapat mencegah terjadinya sakit maag.
4. Memperbanyak olahraga. Olahraga aerobik dapat
meningkatkan detak jantung yang dapat menstimulasi
aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut
dilepaskan dengan lebih cepat. Disarankan aerobik
dilakuakn setidaknya selam 30 menit setiap harinya.
5. Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan serangan
jantung dan stroke. Kejadian ini akan menekan respons
imun dan akan mengakibatkan gangguan pada kulit.
Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi
asam lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres
seseorang berbeda-beda untuk setiap orang. Untuk
menurunkan tingkat stress anda disarankan banyak
mengkonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat,
berolahraga secara teratur, serta selalu menenangkan

14
pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran dengan
melakukan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan
darah, kelelahan dan rasa letih.

BAB III
PENUTUP

15
3.1 Kesimpulan
Penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya
kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan,
dan zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi. Gejala
gastritis diantaranya tidak nyaman sampai nyeri pada saluran
pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, lambung merasa
penuh, kembung, bersendawa, merasa cepat kenyang, perut
keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding
lambung.
3.2. Saran
1. Salah satu cara yang baik untuk terhindar atau mencegah
terjadinya penyakit gastrtitis baik yang kronis maupun akut yakni
dimulai dari cara hidup sehat dan selalu memperhatikan konsumsi
makanan dan minum kita sehari-hari dan yang tidak kalah
pentingnya selalu memperhatikan kondisi psikologi agar tidak
terlalu banyak fikiran (stres).
2. Apabila telah memiliki riwayat penyakit gastritis baik akut
maupun kronis dan telah terbiasa mengonsumsi obat, hendaknya
konsumsi obat juga diperhatikan agar tidak terjadi peningkatan
penyakit dan kembali lagi selalu memperhatikan asupan makan
serta minuman sehari-hari.
Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

DAFTAR RUJUKAN

16
Anonim. (2017). Preskripsi Gastritis.
https://www.slideshare.net/sejahterapia/pre skripsi -gastritis). Di
akses pada 17 Agustus 2019.
Anonim. 2016. Jaring- Jaring Penyebab Penyakit Gastritis,
(http://nchumsworld.blogspot.com/2016/04/jaring-jaring-
penyebabpenyakit.html), diakses tanggal 16 Agustus 2019.
Ayu, K. Carisna, A.R., dkk. 2014. Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis,
(https://www. academia. edu/1221 4942/Lapora n_Pe ndahuluan
_dan_Asuhan _Keperawatan_ Gastritis), diakses tanggal 16
Agustus 2019.
Basagili, M., I. 2017. Diet Gastritis (Maag).
https://ahligizi.id/artikel/detailartikel/ 4/terbaru_terpopuler/Diet-
Gastritis-(Maag).
Chumairoh, N. (2016). Jaring-Jaring Penyebab Penyakit Gastritis. (http://
nchumsworld.blogspot.com/). Diakses pada 17 Agustus 2019.
Darmawan, W. 2014. Asuhan Keperawatan Penderita Gastritis. Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
Gustin, R. K. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Gastritis Pada Pasien Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Gulai
Bancah Kota Bukittinggi Tahun 2011. Diunduh dari: URL:
http://repository. unand. ac. id/17045/1/17-
JURNAL_PENELITIAN. pdf. Diakses pada 16 Agustus 2019.
Murjayanah, A. 2011. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Gastristis. Universitas Negeri Semarang.
Moratimur, S. Hematematis Melena. https://www.academia.edu/
28331644/ HEMATEMESIS_MELENA.docx
Riadi, M. 2016. Pengertian, Jenis, Gejala & Faktor Penyebab Gastritis,
(https://www.kajianpustaka.com/2016/08/pengertian-jenis-gejala-
faktorpenyebab.html), diakses tanggal 16 Agustus 2019.
Sebayang, E. N. (2013). Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan
Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas
SumateraUtara.
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24623). Diakses
pada 16 Agustus 2019.
Setyowati, W. A. 2017. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Dengan
Gastritis,
(http://eprints.ums.ac.id/52059/4/NASKAH%20PUBLIKASI%2
0FAK.pdf ), diakses tanggal 16 Agustus 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai