Disusun oleh :
Anisa Zulfitri
(P032013411006)
Dosen Pengajar :
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air Susu Ibu merupakan makanan ideal bagi neonatus. ASI menyediakan nutrisi-nutrisi
yang spesifik dengan kebutuhan bayi sesuai dengan umurnya. ASI memiliki fungsi menjaga
keseimbangan nutrisi, mengandung faktor-faktor imunologis, zat anti bakteri dan faktor-
faktor yang bekerja sebagai sinyal biologis untuk memicu pertumbuhan dan diferensiasi seluler.
Komposisi ASI terdiri dari zat-zat gizi yang struktur dan kualitasnya sangat cocok untuk
bayi dan mudah diserap oleh bayi. Kandungan zat gizi ASI seperti adanya protein dan lemak,
mengandung laktosa dan vitamin, ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki
kandungan air yang cukup sekalipun berada pada iklim panas. Komposisi ASI tidak selalu
sama, tergantung pada spesies, keadaan ibu, dan saat permulaan atau akhir pemberian susu.
Bahkan dalam waktu 24 jam, komposisi ini berbeda-beda.
Kalsium berfungsi dalam pembentukkan tulang dan gigi, proses pembekuan darah, dan
kontraksi otot. Jika asupan kalsium ibu rendah tubuh akan mengambil persediaan kalsium
dari dalam tulang untuk memproduksi ASI, hal ini akan mengakibatkan densitas tulang ibu
menjadi berkurang dan berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis.
1.2 PRINSIP
Dengan adanya hidrogen peroksida, ion-ion Kalsium bereaksi dengan glioksal-bis (2-
hidroksianil) memebentuk kompleks berwarna merah. Konsentrasi Kalsium ditentukan secara
semi-kuantitatif dengan membandingkan zona reaksi pada tes strip dengan warna pada kertas
tabel warna secara visual.
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui cara menentukan kadar kalsium dalam sampel ASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN KALSIUM
Kalsium adalah mineral paling banyak dalam tubuh dan termasuk paling penting.
Tumbuh membutuhkan kalsium untuk membentuk dan memperbaiki tulang dan gigi,
membantu fungsi saraf, kontraksi otot, pembentukan darah dan berperan dalam fungsi
jantung. Semua kalsium yang masuk kedalam tubuh (melalui makanan atau asupan) sebagian
besar disimpan oleh tubuh dan tidak dibuang melalui urin atau feses. Pada kondisi normal,
kadar kalsium terkontrol dengan baik. Saat jumlah kalsium menurun, kalsium dilepaskan dari
tulang untuk mengembalikan jumlah kalsium dalam darah. Saat jumlah kalsium darah naik,
kelebihan kalsium mungkin disimpan ditulang atau dikeluarkan dari tubuh melalui urin atau
feses.
Kalsium termasuk kedalam salah satu makro elemen, yaitu mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari. Kalsium adalah salah satu makro elemen
selain natrium, kalium, mangan, phosphor, clorium, dan sulfur. Makro elemen berfungsi
sebagai zat yang aktif dalam metabolism atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan
jaringan. Kalsium, mangan, dan phosphor terutama terdapat sebagai bagian penting dari
struktur sel dan jaringan sedangkan elemen lainnya termasuk kedalam keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh sekitar 99%
total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama
dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma dan cairan ekstravaskular.
Kalsium didalam tulang mudah dimobilisasikan kedalam cairan tubuh dan darah, bila
diperlukan untuk diteruskan kepada sel-sel jaringan yang lebih memerlukannya. Terutama
trabecule dari struktur tulang merupakan tempat penimbunan kalsium yang mudah sekali
melepaskan kalsium untuk dipergunakan kedalam keperluan lain.
Berikut beberapa akibat atau dampak yang bisa muncul karena kekurangan kalsium pada
tubuh Ibu menyusui, antara lain:
a. Kram Otot
Gejala ini merupakan akibat yang juga bisa muncul karena kekurangan kalsium dalam
tubuh. Gejala awal yang biasanya timbul ialah otot yang terasa sakit, terutama pada
bagian paha, lengan, dan ketiak ketika digunakan untuk bergerak atau aktivitas fisik
seperti memutar, melangkah, dan lainnya.
Kalsium juga memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari serangan virus dan bakteri
jahat. Dengan demikian, kekurangan asupan kalsium akan menyebabkan tubuh mudah
terserang virus, apalagi pada sang bayi yang sistem kekebalan tubuhnya tidak sebaik
ibunya sehingga akan mudah terserang penyakit.
c. Terganggunya Fungsi Saraf
Fungsi kalsium lainnya yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi saraf dan otot
sehingga kekurangan kalsium dapat menyebabkan melemahnya otot dan detak jantung
yang tidak teratur. Penyakit seperti hipokalsemia yang disebabkan karena kurangnya
kalsium dalam tubuh bisa saja muncul dan dapat menyebabkan kesemutan atau mati rasa
pada bagian jari-jari. Dengan kata lain, fungsi saraf terganggu, disamping dampak
lainnya, seperti tekanan darah rendah dan gagal jantung kongestif.
d. Mengakibatkan Kejang
Gejala ini merupakan gejala paling akut dari penyakit hipokalsemia. Hal ini disebabkan
karena kalsium yang diperlukan oleh tubuh sebagai fungsi neurologis dan
pengembangan, serta menyebabkan kerusakan pada otak. Satu hal yang harus diwaspai
bahwa gejala hipokalsemia sulit terdekti pada bayi.
e. Insomnia
Kekurangan asupan kalsium dalam tubuh juga bisa menyebabkan sang Ibu menyusui
mengalami insomnia (susah tidur). Hal ini dikarenakan kalsium yang sebagaimana telah
disebutkan di awal untuk mengoptimalkan fungsi saraf sehingga saat tubuh tidak
mendapat asupan kalsium yang cukup, maka beberapa organ penting seperti jantung akan
terganggu. Dengan kata lain, sistem saraf akan mengalami gangguan seperti telah
dijelaskan pada poin 3. Gangguan-gangguan itulah yang memiliki potensi untuk
menyebabkan seseorang mengalami insomnia (susah tidur).
f. Mudah Sakit Gigi
Tidak hanya sakit gigi saat hamil saja, mudah sakit gigi juga bisa dialami oleh Ibu ketika
masa menyusui pasca melahirkan karena kekurangan asupan kalsium dalam tubuh.
Gejala ini dikarenakan asupan kalsium yang kurang di tubuh memaksa bayi mengambil
asupan kalsium dari gigi dan tulang Ibunya. Apabila hal ini dibiarkan secara terus-
menerus, maka cadangan kalsium yang ada di dalam gigi dan tulang Ibu tersebut akan
semakin berkurang sehingga pada tahap itulah sang Ibu akan rentan mengalami sakit
gigi.
g. Pengeroposan Tulang
Hal ini juga akibat lanjutan yang kemungkinan besar terjadi setelah sakit gigi sehingga
sang Ibu akan mengalami pengeropan tulang (osteoporosis) dini. Keadaan ini sudah tidak
asing lagi jika kalsium yang merupakan mineral sebagai nutrisi utama tulang tidak bisa
terpenuhi. Karena kalsium juga berperan penting dalam pembentukan tulang, bahkan
kalsium adalah komponen utamanya
a. Mengakibatkan Mual-mual
Kelebihan kalsium pada ibu hamil kurang baik, sebab akan menyebabkan wanita
hamil menjadi sering merasa mual-mual bahkan muntah. Rasa mual-mual ini bahkan
bisa terjadi hingga proses persalinan.
b. Menyebabkan Osteoporosis
Kalsium merupakan suplemen penting untuk kesehatan tulang, namun apabila
dikonsumsi secara berlebih oleh seorang wanita yang sedang hamil maka akan
mengalami degenerasi tulang atau memudarnya kembali tulang sehingga akan
menyebabkan beresiko osteoporosis.
c. Memicu Kanker
Seorang wanita hamil yang memiliki keturunan atau gen kanker dari keluarganya,
sebaiknya tidak disarankan untuk mengkonsumsi asupan kalsium secara berlebih.
Karena asupan kalsium secara berlebih dapat memicu tumbuhnya sel kanker, selain
itu kelebihan kalsium dapat mengganggu peredaran darah selama masa hamil.
d. Batu Ginjal
Selain dapat memicu kanker kelebihan kalsium juga dapat menyebabkan ibu hamil
mengalami masalah batu ginjal. Kalsium yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan
dibuang melalui saluran kemih dan ginjal. Bila terjadi penumpukan, maka suatu saat
batu ginjal bisa saja menyerang.
e. Sulit Buang Air Besar
Apabila seorang wanita hamil mengalami kelebihan kalsium, ibu hamil akan sering
mengalami masalah susah buang air besar. Hal itu terjadi karena zat sisa menjadi
lebih keras sehingga akan sulit dikeluarkan.
BAB III
METODE
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Hari/tanggal : Jumat, 26 November 2021
Tempat : Daring
3. Tabung reaksi
3.2.2 BAHAN
1. ASI 25 mL
3. NaOH 1 M
4. HCl 1 M
5. Larutan standar Ca
3.3 PROSEDUR
Al-Rahmad AH. Kajian stunting pada anak balita ditinjau dari pemberian ASI ekslusif, MP-
ASI,
status imunisasi dan karakteristik keluarga di kota
Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Indonesia. 2010;
01:65-70