DISUSUN OLEH:
ARINI CINTYA
P032013411008
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU PKN
DI DESA LIMAU MANIS KECAMATAN KAMPAR
KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2023
Mengetahui ,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik hidayah – Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kelompok
PKN Desa Limau Manis ini.
Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan PKN yang dilaksanakan selama
3 minggu efektif di Desa Limau Manis Kecamatan Kampar. Penyusunan laporan
ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang telah meluangkan waktunya
sampai laporan ini selesai. Oleh karena itu, melalui laporan ini,kami
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Anwar, SH selaku Kepala Desa yang telah menerima kami
untuk melakukan Praktik Kerja Nyata ini.
2. Ibu Yessi Elvira, S.Tr. Keb selaku Bidan Desa yang telah membimbing
dan membantu kami dalam menyelesaikan masalah Kesehatan yang ada di
Desa Limau Manis ini.
3. bu Ns. Sari Anggela, M. Kep, Sp. Kep, A selaku dosen pembimbing.
4. Ibu Yessi Marlina, S.Gz, MPH, Dietisien selaku dosen pembimbing.
5. Dan Jajaran perangkat desa yang telah membantu dan melancarkan segala
kegiatan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa PKN Poltekkes Riau.
Kami telah berupaya semaksimalnya namun keterbatasan kami,laporan ini
masih kurag sempurna. Oleh karena itu,sangat disarankan kritik da saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................... I
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. I
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
PENUTUP............................................................................................................................. 28
5.1 KESIMPULAN................................................................................................................28
5.2 SARAN..........................................................................................................................28
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 30
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Praktek Kerja Nyata (PKN) wajib diikuti oleh mahasiswa tingkat akhir
yaitu semester VI pada Diploma III (DIII) Keperawatan, DIII Kebidanan, DIII
Gizi. Mata kuliah tersebut dilaksanakan pada waktu dan lokasi yang sama serta
terintegrasi antar Program Studi sehingga terjadi kolaborasi antar calon profesi
kesehatan (Interprofessional Education-IPE).
PKN terdiri dari 3 Satuan Kredit Semester (SKS) sesuai dengan
Kurikulum Program Studi DIII di Poltekkes Kemenkes Riau sebagai mata kuliah
kurikulum institusi. Mata kuliah PKN akan dapat terwujud jika didukung dengan
adanya komitmen semua individu dalam organisasi atau yang sering disebut
komitmen organisasi (Robbins, 2007).
PKN merupakan bentuk pembelajaran untuk mempraktikkan teori dalam
rangka mencapai jenjang Ahli Madya dan juga merupakan bentuk internship.
PKN membahas penerapan pengetahuan tentang pengelolaan kegiatan/manajemen
program kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan/atau Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam skala mikro yang direncanakan baik program baru maupun
program yang sedang dibina. Pengalaman kerja nyata dibawah bimbingan
intensif untuk melaksanakan program kesehatan skala mikro yang direncanakan
baik program baru maupun yang sedang dibina dan melaksanakan evaluasi
intervensi kesehatan dalam skala mikro di masyarakat desa. Pelaksanaaan
kegiatan PKN ini merupakan pengembangan metode pembelajaran problem based
learning/metode pemecahan masalah dengan melibatkan semua program studi.
Poltekkes Kemenkes Riau telah menetapkan Center of Excellent dengan m
enitikberatkan pada masalah stunting. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, per
sentase stunting di provinsi Riau sekitar 25%. Persentase ini merupakan angka ya
ng cukup tinggi. Sesuai dengan standar WHO, suatu wilayah dikategorikan baik b
ila prevalensi balita pendek kurang dari 20%.
Kegiatan PKN mencoba menitikberatkan untuk mencari solusi agar masya
rakat khususnya di lokasi dengan persentase tertinggi, terpapar dengan edukasi pe
ncegahan stunting. Oleh karena itu, mahasiswa yang akan menjalani kegiatan PK
N harus mempersiapkan rancangan kegiatan melalui Planning of Action (POA) kh
ususnya tentang edukasi penanganan dan pencegahan stunting sejak dini. Kerangk
2
a acuan PKN ini perlu disusun sebagai acuan dan petunjuk teknis dalam pelaksaan
aan PKN di lingkungan Poltekkes Kemenkes Riau.
1.2 Tujuan
Tujuan umum kegiatan PKN ini adalah mahasiswa mampu melaksanakan
pelayanan kesehatan di masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara
maksimal dengan metode Interprofessional Education (IPE) yang mengandung
unsur kerjasama, komunikasi, etik dan tanggung jawab.
Tujuan khusus dari kegiatan PKN adalah mahasiswa mampu mencapai
kompetensi yang berkaitan dengan pengembangan kolaborasi yang meliputi area
kompetensi, yaitu:
1. Mampu menganalisa, merumuskan masalah, merencanakan,
melaksanakan, mendokumentasikan dan menyajikan informasi
kesehatan, serta evaluasi berdasarkan data yang ada di lokasi dengan
menerapkan interprofesi.
2. Mampu melakukan komunikasi dan memberikan informasi yang akurat
kepada individu, keluarga, dan masyarakat dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan menerapkan interprofesi.
3. Mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melalui upaya
promotif dan preventif dengan menerapkan interprofesi.
4. Mampu melakukan kerjasama antar profesi yang beretika dan
bertanggung jawab.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 IPE
2.2.1 Definisi IPE
Interprofessional Education (IPE) adalah suatu pelaksanaan pembelajaran
yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan
kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelaksanaanya dapat dilakukan dalam
semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik
untuk menciptakan tenaga kesehatan yang professional. Beberapa ahli
mengungkapkan IPE dapat menjadi dasar dalam pembentukan kolaborasi. IPE
merupakan hal yang potensial sebagai media kolaborasi antar profesional
kesehatan dengan menanamkan pengetahuan dan skill dasar antar profesional
dalam masa pendidikan. IPE merupakan hal yang penting dalam membantu
pengembangan konsep kerja sama antar profesional yang ada dengan
mempromosikan sikap dan perilaku yang positif antar profesi yang terlibat di
dalamnya.
5
2.2.3 Manfaat IPE
Proses IPE memberikan manfaat bagi profesi kesehatan untuk dapat
bertukar pikiran dan mengubah cara berinteraksi dalam berkomunikasi antar
tenaga kesehatan. Menurut CIHC (2009), manfaat dari IPE antara lain :
- Meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan
membuat hasil yang positif dalam melayani pasien.
- Meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan
yang memerlukan kerja secara kolaborasi.
- Membuat pengalaman yang lebih baik dan nyaman dalam belajar
bagi peserta didik.
- Secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh World Health Organization (2010)
tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE kolaboratif yaitu
strategi ini dapat mengubah cara berinteraksi tenaga kesehatan dengan profesi
kesehatan lain dalam memberikan perawatan. Adanya proses IPE dapat
menjadikan profesi kesehatan lebih memahami peran antar profesi dan
menerapkan sikap saling menghormati dengan menjalakan peran sesuai
profesinya.
6
2.2.5 Metode pembelajaran IPE
Berbagai metode yang dapat di lakukan dalam proses pembelajaran IPE
adalah metode pada keterampilan klinik antar profesi kesehatan, menggunakan
sistem dokumentasi kesehatan elektronik, pembelajaran berbasis masalah, serta
studi kasus yang berfokus terhadap pasien. Terdapat 5 metode yang dapat
dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran IPE, yaitu: kuliah klasikal, kuliah
tutorial PBL (Problem Based Learning), kuliah laboratorium, kuliah skills
laboratorium & kuliah profesi atau klinis-lapangan (Sedyowinarso,2015).
7
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
2) Data Umum
Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Limau
Manis, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Tahun 2022
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(%)
1. Perempuan 949 49%
2. Laki-Laki 996 51%
Jumlah 1.945 100%
8
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Dusun,RT, RW, dan
Jumlah KK di Desa Limau Manis, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Tahun
2022.
Desa Jumlah Du Jumlah R Jumlah RT Jumlah KK
sun W
Limau Mani 3 6 12 570
s
9
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Agama di Desa Limau Manis, Kecamatan
Kampar, Kabupaten Kampar Tahun 2022
No. Agama Jumlah Persentase (%)
1. Islam 1.945 100%
2. Katolik - -
3. Kristen - -
4. Hindu - -
5. Budha - -
Jumlah 1.945 100%
10
3) Data Khusus
Tabel 7. Jumlah Ibu Hamil di Desa Limau Manis, Kecamatan Kampar,
Kabupaten Kampar Tahun 2022
NO Kategori Jumlah Persentase
1 Normal 11 100%
2 Resiko tinggi 0 0%
Jumlah 11 100%
11
3.2 Gambaran Kasus Komunitas
TAHAP DISKUSI KELOMPOK
Tanggal & Waktu 16-18 Januari 2023 & 16.15 WIB
Kegiatan
Pembimbing Ns. Sari Anggela, M. Kep, Sp. Kep. A
Tim Kelompok - Gizi : Arini Cintya
- Perawat : Alfina Fitriyani
- Bidan : Cesaria
SKENARIO Sekelompok Mahasiswa PKN Poltekkes Kemenkes Riau yang terdiri
dari seorang mahasiswa dari jurusan gizi, perawat dan bidan melakukan
pengkajian ke keluarga pasien yaitu keluarga Ny. A yang beralamat di
Dusun I Kabun Desa Limau Manis. Ny. A merupakan seorang Ibu
Nifas yang melahirkan anak Perempuan pada tanggal 18 bulan
Desember lalu. Ny. A saat ini berusia 20 tahun, Ia tinggal serumah
dengan Ibu, Ayah, Adik, Suami dan Anaknya. Setelah dilakukan
skrining dan pengkajian ditemukan berbagai masalah Kesehatan yag
berkaitan dengan penerapan PHBS. Maka setelah pengkajian selesai
sekelompok mahasiswa PKN melakukan intervensi kepada keluarga Tn.
R, khususnya pada Ny. A sebagai ibu bayi yang berisiko
mengakibatkan terjadinya penyakit infeksi pada bayi yang dilakukan
dengan cara memberikan penkes terkait PHBS dan matei mengenai
personal hyegine.
SASARAN PEMB Ibu Bayi
ELAJARAN
RUANG LINGKU - Perilaku Hidup Sehat dan Bersih dan personal hygiene
P BAHASAN
KATA BARU -
12
nyaan dari setiap k Profesi Kebidanan:
elompok) - Apakah ibu merasakan perubahan fisiologi setelah melahirkan
atau pada masa nifas?
Profesi gizi:
- Apakah selama masa nifas nafsu makan ibu baik?
MASALAH YANG - Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang tidak dan baik
DITEMUKAN dan personal hygiene yang juga tidak berjalan dengan baik.
ANALISA MASA PERILAKU TIDAK HIDUP BERSIH DAN SEHAT
LAH
KEBERSIHAN IBU
PENYAKIT INFEKSI
FAKTOR RISIKO STUNTING
13
pada ibu nifas Bidan
ataupun ibu
menyusui
KESIMPULAN Keluarga Tn. R dan Ny. A mengalami defisit pengetahuan tentang
Perilaku Hidup bersih dan Sehat dan penerapan personal hygiene yang
masih kurang. Sehingga risiko terjadinya penyakit infeksi pada bayi Ny.
A yang nantinya juga akan menyebabkan terjadinya kejadian stunting.
JAWABAN PERT 1. Apakah ada pengetahuan baru yang kamu peroleh? (Sebutkan)
ANYAAN REFLE 2. Apakah ada pengetahuan yang sudah kamu miliki dapat
KSI digunakan/bermanfaat dalam penyelesaian kasus ini? (Sebutkan)
3. Apakah Anda merasa nyaman mendiskusikan Pemicu ini?
4. Apakah ada anggota tim yang dominan?
5. Apakah Anda merasakan adanya perbedaan profesi ?
1. Keluarga Binaan
Pengkajian Ny. A dilakukan pada tanggal 16-18 Januari, yang dimana
diawali dengan penggalian masalah atau pengkajian data lalu pada hari terakhir
dilakukan intervensi berupa konseling kepada keluarga binaan. Pengkajian
dilakukan dari personal masing-masing individu yang ada di rumah sampai
lingkungan tempat tinggal keluarga Ny. A. Tindakan yang dilakukan pada
keluarga binaan ini yaitu secara IPE, asuhan keluarga akan dilakukan sampai
metode SOAP.
1. Data umum
A. Biografi kepala keluarga
1. Nama : Tn. R
2. Umur : 24 Th
3. Agama : Islam
4. Pekerjaaan : Wiraswasta
5. Pendidikan : SMA
6. Suku/ bangsa : Melayu
14
B. Anggota keluarga
Nama : Ny. A
Usia : 20 Tahun
Agama : Islam
15
a) Pemeriksaan Fisik
16
balita diare.
d) Riwayat Praktik Menyusui
Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner, diketahui bahwa
Ny. A memberikan kolostrum seluruhnya kepada anak, namun Ny. A tidak
melakukan IMD dengan anaknya. Hingga saat ini Ny. A tetap memberikan
Asi Eksklusif kepada anaknya.
e) Riwayat Praktik Pemberian PASI, Pemberian Makan sesuai Respon, Pola
Asuh Pemberian Makan dan Pantangan Makan
Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner, diketahui bahwa
Ny. A memberikan pengganti asi yaitu susu formula untuk anaknya saat
Asi setelah melahirkan tidak keluar.
f) Praktik Kebersihan diri
Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner, diketahui bahwa
untuk kebersihan diri ibu menjawab pada saat akan makan dan setelah
membersihkan kotoran anaknya. Untuk kebersihan balita, ibu biasanya
memandikan anak sebanyak 2 kali sehari.
g) Perawatan ketika bayi/balita sakit
Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner, diketahui untuk
perawatan saat bayi sakit, tidak langsung dibawa ke faskes terdekat. Ia hanya
memberikan obat – obat yang ada dirumah. Namun jika anak sakit dalam
rentang waktu 2x24 jam, maka ibu akan membawa anaknya ke bidan hikma.
h) Pemanfaatan Posyandu dan Puskesmas Pembantu
Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner, diketahui bahwa
ibu tidak memanfaatkan posyandu dan puskesmas pembantu di Desa Limau
Manis dengan melakukan pengobatan ke bidan desa lain.
i) Konsumsi Energi dan Zat-Zat Gizi
Hasil recall 1x24 jam saat pengkajian, dapat diketahui bahwa ibu dan
balita kurang asupan energy dan zat gizi lainnya, dengan hasil recall energi
ibu sebesar1.570 kkal, protein 22 gr, lemak 50 gr, dan karbohidrat 328 gr .
Recall 1x24 jam dapat terlihat bahwa kurangnya variasi makanan dan jarang
mengkonsumsi protein nabati
j) Status Ibu Balita
17
Ny. S ketika pengkajian memiliki berat badan saat ini 60 Kg, tinggi
badan 152 cm.
a. Masalah Kesehatan
Ny. A merupakan seorang Ibu Nifas yang sudah melahirkan seorang anak
pada 18 Desember 2022. Saat ini Ny. A berusia 20 tahun 6 bulan, yang
beralamat di dusun I Kabun. Ny. A masih memiliki satu orang anak dari
perkawinan dengan Tn. R satu tahun sebelumnya. Hasil pengkajian dan
pengamatan Ny. A tidak menerepkan PHBS dengan baik, dilihat dari
penampilan Ibu dan dari hasil wawancara, bahwa Ibu tidak mengganti pakaian
selama 2 hari pengkajian dan Ibu tidak mencuci tangan sebelum berkontak
dengan anak, ha itu tidak menjamin bahwa tangan ibu selalu bersih yang
nantinya juga akan menyusui anaknya. Lalu, dikarenakan Ny. A juga sebagai
ibu baru, jadi ia belum menggunakan KB setelah kelahiran anaknya.
b. Intervensi Keluarga
18
c. Implementasi Keluarga
a. Mahasiswa Kebidanan : Melakukan edukasi tentang pentingtinya Kb
bagi ibu.
b. Mahasiswa Keperawatan : Melakukan edukasi tentang cara perawatan
luka setelah melahirkan dan edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam lingkungan rumah dan personal hygiene.
c. Mahasiswa Gizi : Memberikan contoh makanan sesuai kebutuhan
dengan kebutuhan ibu nifas ataupun ibu menyusui.
d. Evaluasi Keluarga
a. Mahasiswa Kebidanan : Ibu bayi mengerti dan akan menggunakan Kb
untuk menjaga jarak kehamilannya.
b. Mahasiswa Keperawatan : Ibu bayi mengerti dan memahami apa yang
dijelaskan tentang cara perawatan luka setelah melahirkan kemudian dapat
lebih berhati-hati untuk mengurangi risiko perdarahan setelah melahirkan
atau pada saat masa nifas, selanjutnya ibu lebih memahami tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam lingkungan rumah dan personal
hygiene.
c. Mahasiswa Gizi : Ibu bayi memahami pola makan yang baik bagi dirinya
selaku ibu nifas ataupun sebagai ibu menyusui kemudian sesuai dengan
prinsip gizi seimbang dan sesuai kebutuhannya.
19
3.3 Rencana Penyelesaian Kasus Secara Kolaborasi Antar Profesi
Tempat: Desa Limau Manis Kecamatan Kampar
PROFESI GANGGUAN / MASALAH YANG DITEMUK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Rencana Penyelesai
AN an masalah Interve
nsi
Gangguan Fakt Gangguan pa Gangguan pad Faktor Sosio Faktor Lingkun Faktor Geneti Faktor Perilaku
or BIOLOGI (p da aktivitas h a fungsi peran demografi gan k
atofisiologi, pat arian (daily pasien dalam
ologi anatomi) activity) keluarga / mas
yarakat
Perawat Perilaku Hidup Tidak ada Permasalahan Tidak Ada Lingkungan Tidak Ada Kebersihan Diri - Penkes PHB
merokok di
20
dalam rumah
Bidan KB pada ibu Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak ada Lingkungan Kurangnya Memberikan
penkes mengenai
sekitar pasien respon terhdap
pentingnya Kb bagi
yang aktivitas yang di
ibu
mengatakan ajarkan
bahwa Kb
akan
memperlambat
proses
penyembuhan
jika digunakan
setelah
melahirkan
Gizi - Tidak ada Tidak Ada Tidak Ada Banyak penjual Tidak Ada Perilaku ibu yan Memberikan
21
lebih suka makanan asupan makanan
bervariasi seimbang
22
Nama Anggota Tim: 1. Arini Cintya
2. Alfina Fitriyani
3. Cesaria
MASALAH PA TUJUAN PENATALAKSA INDIKATOR KEBER RENCANA INTERVENSI KEGIATAN INTERVEN TIM YANG BERTA
SIEN NAAN HASILAN (DIURUTKAN BERDASA SI NGGUNG JAWAB
RKAN PRIORITAS)
hygiene
Untuk memberikan Ibu dapat memakai Kb - Memberikan penkes - Memberikan penke - Bidan
pada ibu setelah kepada ibu terkait Kb memberikan jarak memberikan jarak
Pemenuhan Untuk memenuhi asupan Kebutuhan nutrisi ibu - Memberikan penkes - Memberikan - Gizi
23
asupan nutrisi nutrisi bagi ibu nifas selama menyusui dan ataupun konseling penkes ataupun - Bidan
bagi ibu nifas ataupun ibu menyusui selama masa nifas dapat mengenai asupan konseling
ataupun ibu terpenuhi dengan baik makanan yang baik mengenai asupan
prinsip gizi
seimbang
24
3.4 Implementasi IPE terhadap Kasus
No Kegiatan Profesi yang
. bertanggung jawab
1. Pemberian edukasi terkait makanan yang Gizi
sesuai dengan keadaan ibu nifas atau ibu
menyusui dengan prinsip gizi seimbang
2 Pemberian edukasi terkait Kb kepada ibu Bidan
3 Pemberian penyuluhan mengenai cara Perawat
perawatan luka pada ibu setelah
melahirkan
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukannya pengkajian pada ibu nifas didapatkan bahwa Ibu tidak mengganti
pakaian selama 2 hari pengkajian dan ibu tidak mencuci tangan saat hendak menyusui atau saat
akan berkontak dengan anak dan masih ada keluarga yang merokok di dalam rumah. Dalam hal
ini dengan penanganan yang akan diberikan sesuai intervensi yang telah disusun, diharapkan ada
pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik terkait dengan permasalahan yang didapati. Dalam
intervensi ini disusun oleh 3 profesi yaitu Perawat, Bidan, dan Gizi.
Perilaku yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit. Perubahan perilaku tidak mudah
untuk dilakukan, namun mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Dampak dari perilaku yang tidak bersih bisa mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk
perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tingginya angka penyebaran suatu
penyakit termasuk penyakit diare yang mempunyai resiko penularan dan penyebaran cukup
tinggi. Penyakit diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh
keadaan kebersihan baik perorangan (personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan
perumahan, sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal
hygieneyang baik akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya
penyakit diare. Personal hygiene dan sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa terwujud
apabila didukung oleh perilaku masyrakat yang baik atau perilaku yang mendukung terhadap
program-program pembangunan kesehatan termasuk program pemberantasan dan program
penanggulangan penyakit diare (Mas et al., 2017).
Kejadiaan stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor langsung adalah
kurangnya asupan makan dan adanya penyakit infeksi. Penyakit infeksi menyebabkan
metabolisme nutrisi di dalam tubuh terganggu sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi saat
pertumbuhan. Faktor lainnya adalah pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi
dan kebersihan yang buruk dan rendahnya pelayanan Kesehatan (Lynawati, 2020).
Faktor penyebab langsung status gizi kurang (stunting) yaitu konsumsi makanan dan
penyakit infeksi. Konsumsi makanan yang rendah menyebabkan sistem imun menurun dan
mudah terserang penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan
26
di tingkat rumah tangga, pola asuh anak, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan, pendidikan
ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan
kemiskinan. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi
(Lynawati, 2020).
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman tersebut dibahas dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 Tentang
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dijelaskan bahwa adanya penyusunan dalam usaha
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di seluruh Indonesia yang merujuk kepada
pola manajemen PHBS, mulai dari tahap peninjauan, perencanaan, dan pelaksanaan. Selain itu
juga dalam hal pemantauan dan penilaian. PHBS adalah bentuk promosi kesehatan agar
masyarakat di Indonesia hidup di lingkungan yang bersih dan sehat (Purbo et al., 2022).
BAB V
27
PENUTUP
V.1Kesimpulan
Kejadiaan stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor langsung adalah
kurangnya asupan makan dan adanya penyakit infeksi. Penyakit infeksi menyebabkan
metabolisme nutrisi di dalam tubuh terganggu sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi saat
pertumbuhan. Faktor lainnya adalah pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi
dan kebersihan yang buruk dan rendahnya pelayanan Kesehatan.
. Penyakit diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh
keadaan kebersihan baik perorangan (personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan
perumahan, sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal
hygieneyang baik akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya
penyakit diare.
Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab setiap anggota rumah
tangga, pemerintah beserta jajaran terkait untuk menfasilitasi kegiatan PHBS agar dapat berjalan
secara efektif ( Maryunani, 2013).
V.2Saran
Agar dapat terhindar dari berbagi risiko penyakit infeksi, alangkah baiknya setiap individu
di keluarga, khususnya ibu menyusui yang juga memberikan asi eksklusif dan juga akan
berkontak langsung dengab bayinya dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan
dapat menjalankan personal hygiene dengan baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Eldawati, S. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Dengan Praktik Perawatan
Masa Nifas Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Bulan Januari-Maret 2015. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(3), 228–237.
Lynawati. (2020). Hubungan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih Sehat ) Terhadap Stunting di Desa
Kedung Malang Kabupaten Banyumas. Jurnal HUMMANSI (Humaniora, Manajemen,
Akuntansi), 3(1), 41–46.
Mas, E. M., Yudiernawati, A., & Maemunah, N. (2017). HUBUNGAN PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK
BALITA (1-5 TAHUN) DI POSYANDU MAWAR KELURAHAN MERJOSARI
WILAYAH PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG. Nursing News, 2(3), 488–500.
Noftalina, E. (2021). UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENALI TANDA
BAHAYA NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR. Jurnal Inovasi & Terapan Pengabdian
Masyarakat Politeknik ‘Aisyiyah Pontianak, 1(1), 1–5.
Purbo, M. Z., Sari, A. P., Anaqoh, J. S., Arnes, A., Putri, N. S., Hiyyah, F., Fakhriyah, A.,
Rafligo, B., Agnia, R., Agustina, N., & Fahrudin, T. M. (2022). Pengenalan dan
Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) dalam Pencegahan Stunting di
PAUD Desa Ngoro. Jurnal Mangente, 2(1), 1–10.
29
LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat Tingkat Keluarga
30
31
32
33
Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan Pengkajian
34