Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA


PRAKONSEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KALIRUNGKUT SURABAYA

Disusun Oleh :

LELI RATNA KARIN WIJAYANTI


NIM. P27824621028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN


PENGEMBANGAN DAN PENDERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan kebidanan holistik pada prakonsepsi dengan sasaran Catin ini
dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik blok 2 yang telah dilaksanakan di
Puskesmas Kalirungkut Surabaya periode praktik tanggal 8 November s/d 20
November 2021

Surabaya, 20 November 2021

Leli Ratna Karin W


NIM. P27824621028

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Sri Ningsih, AMd. Keb Evi Pratami, SST., M.Keb Novita Eka K, SST., M.Keb
NIP. 19700929 199103 2 008 NIP. 19790524 200212 2 001 NIP. 19841130 200912 2 001

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

dr. Bernadetta Martini Evi Pratami, SST., M.Keb


NIP. 19610608 198802 2 001 NIP. 19790524 200212 2 001

ii
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan


hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul
“Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Prakonsepsi dengan Sasaran Catin
di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut Surabaya”. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 2 (catin) pada Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. dr. Bernadetta Martini, selaku Kepala Puskesmas Kalirungkut.
3. Ibu Sri Ningsih., AMd. Keb selaku Bidan Koordinator sekaligus
Pembimbing Praktik Lapangan Puskesmas Kalirungkut.
4. Ibu Evi Pratami, SST., M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 1
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun
laporan ini.
5. Ibu Novita Eka K, SST., M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun
laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 20 November 2021

Penyusun
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Tujuan.................................................................................................................6
1.3 Lama Praktik.....................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI.........................................................................................7
2.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi................................................................7
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi...........................................18
BAB 3 TINJAUAN KASUS.......................................................................................21
BAB 4 PEMBAHASAN.............................................................................................25
BAB 5 PENUTUP......................................................................................................26
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................26
5.2 Saran.................................................................................................................26
Daftar Pustaka...........................................................................................................27
Lampiran....................................................................................................................28
5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan profesi bidan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
lulusan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan sesuai sebagai seorang
bidan ahli professional, bekerja secara mandiri, mampu mengembangkan diri
dan beretika. Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta tuntutan masyarakat
yang semakin kritis terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan,
memberikan konsekuensi kepada lulusan bidan untuk meningkatkan hard skill,
soft skill dan pengetahuannya serta bertindak sesuai kompetensi dan
kewenangannya. Kurikulum Program Studi Pendidikan Profesi Bidan yang
disusun dengan mengacu kada KKNI level 7, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas lulusan, yang pada akhirnya dapat memenuhi standar kompetensi
dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas.
Pembelajaran pada tahap profesi dilaksanakan dengan system blok.
Blok 2 dilaksanakan untuk mencapai capaian pembelajaran yang kompeten
dalam memberikan asuhan kebidanan secara holistic pada prakonsepsi dengan
sasaran catin. Model pembimbingan yang digunakan perseptorship-mentorship.
Dengan system ini diharapkan peserta didik mengintegrasikan seluruh
pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga mampu melakukan peran
sebagai bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya.
Menurut Yessi Harnani, dkk (2015) sehat adalah suatu kondisi dimana
segala sesuatu berjalan normal, sesuai fungsinya dan sebagaiana mestinya.
Secara sinonim sehat diartikan sebagai keadaan tidak sakit. Sedangkan menurut
WHO sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang
sempurna dan bukan sekedar tidak ada penyakit atau kelemahan.
Menurut Yessi Harnani, dkk (2015) kesehatan reproduksi berasal dari kata
“re” yang artinya kembali dan produksi yang artinya membuat atau
menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan
manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan
yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia. Menurut WHO (1992), kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, social, dan lingkungan,
bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Periode prakonsepsi sering juga disebut sebagai periode kritis I, yaitu
periode kritis pertama yang harus diperhatikan calon ayah/ibu jauh hari sebelum
memiliki anak. (Bambang sujiono, dkk2014)
Selama ini banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-
kondisi pada masa sebelum terjadinya proses konsepsi (pre-conseption phase),
6

sehingga para calon bapak dan calon ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan
proses kehamilan dan persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena
minimnya pengetahuan tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan karena
kurangnya penyuluhan terhadap mereka.
Menurut hasil penelitian para ahli, baik ahli psikologi anak, ahli kedokteran
anak, ahli mikrobiologi yang menekuni tentang otak anak, maupun ahli gizi
anak, bahwa kondisi-kondisi prakonsepsi sangat berpengaruh pada
pembentukan potensi anak yang diwariskan dari orang tua, kakek-nenek, dan
anggoa keluarga terdekatnya. Dengan demikian kondisi prakonsepsi yang baik
akan membentuk potensi bawaan yang baik pula.
Adapun kondisi-kondisi pra konsepsi yang mempengaruhi pembentukan
potensi bawaan anak antara lain : kesehatan dan kebugaran calon bapak/ ibu,
kesiapan aspek fisik, psikis calon bapak, ibu, kesiapan aspek social dan
ekonomi calon bapak ibu, serta pemenuhan kebutuhan gizi calon bapak dan
ibu.. Pembentukan potensi yang kurang baik pada saat terjadi proses konsepsi
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan potensi bawaan menjadi tidak
optimal selama proses kehamilan sampai saat bayi dilahirkan hingga menjelang
usia 5 tahun (balita) (golden periode).
7

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk mempersiapkan
pasangan agar sehat sehingga perempuan dapat menjalankan proses
kehamilan, persalinan yang sehat dan selamat serta melahirkan bayi yang
sehat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memberikan pelayanan kesehatan pada catin
2. Terlaksananya koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan masa prakonsepsi
3. Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan
masa prakonsepsi
1.3 Lama Praktik
Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut, Lama
praktik ini yaitu 8 November 2021 s/d 20 Desember 2021
8

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


2.1.1 Pengertian
Adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh , tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi.
2.1.2 Pentingnya Kesehatan Reproduksi
1) Catin dan PUS perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses, fungsi, dan perilaku reproduksi yang sehat dan
aman.
2) Catin perempuan dan wanita usia subur (WUS) akan menjadi calon ibu
yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat dapat melahirkan
anak yang sehat dan berkualitas.
3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi calon ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan
keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman.
4) Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit . perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, nifas, keguguran, dan pemakaian alat
kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara
social maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual
termasuk HIV.
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk menjaga kesehatan reproduksi.
2.1.3 Penerapan Kesetaraan Gender Dalam Pernikahan
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain misalnya :
a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing.
b) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.
d) Laki-laki mendukung terlaksananya ASI eksklusif
9

2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal sebagai berikut :


a) kekerasan secara fisik (memukul, menjambak, menampar, menyulut
dengan rokok, melukai, dll)
b) kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam, dll)
c) kekerasan seksual
d) penelantaran rumah tangga.
2.1.4 Hak dan Kesehatan Reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap
laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya. Hak-hak ini menjamin setiap pasangan dan individu
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk memperoleh
informasi kesehatan reproduksi.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan:
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya
b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS), HIV-AIDS dan
infeksi saluran reproduksi (ISR) serta memahami cara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif.
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masing alat dan obat kontrasepsi.
d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangan, serta dilakukan
dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
2.1.5 Perilaku Yang Sebaiknya Dihindari Dalam Aktivitas Seksual Untuk
Menjaga Kesehatan Reproduksi :
1) melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut.
10

2.1.6 Cara Merawat Organ Reproduksi


LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN LAKI-LAKI
PEREMPUAN
 Pakaian dalam  Bersihkan organ  Menjaga
diganti minimal 2 repsoduksi dari kebersihan organ
kali sehari depan dan kelamin
 Menggunakan kebelakang dengan  Dianjurkan sunat
pakaian dalam menggunakan air untuk menjaga
yang menyerap bersih dan kebersihan kulup
keringat dan keringkan (bagian luar yang
cairan  Sebaiknya tidak menutupi kepala
 Bersihkan organ menggunakan penis)
kelamin sampai cairan pembilas  Jika ada keluhan
bersih dan kering. vagina karena pada organ
 Menggunakan dapat membunuh kelamin dan
celana yang tidak bakteri baik dalam daerah sekitar
ketat vagina dan kelamin segera
 Membersihkan memicu memeriksakan
organ kelamin tumbuhnya jamur. diri ke petugas
setelah BAK dan  Pilihlah pembalut kesehatan
BAB berkualitas yang
lembut dan
mempunyai daya
serap tinggi.
Jangan memakai
pembalut dalam
waktu lama. Saat
menstruasi ganti
pembalut sesering
mungkin
 Jika sering
keputihan, berbau,
berwarna dan
terasa gatal, serta
keluhan organ
reproduksi lainnya
segera
memeriksakan diri
ke petugas
kesehatan.
2.1.7 Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ reproduk sisehingga
dapat melakukan fungsi reproduksi secara bertanggung jawab.
11

2.1.8 Asupan Gizi Prakonsepsi


1. Asam Folat
2. Zat Besi
3. Vitamin C, E, B6
4. Zinc
5. Selenium
6. Kalsium
Tiga Bulan Menjelang Prakonsepsi
a) Vitamin dalam jumlah cukup
b) Pil suplemen antioksidan 400 mcg Asam Folat
c) Zinc diperlukan untuk proteksi sperma terhadap radikal bebas
d) Asam lemak esensial dapat berasal dari ikan segar

Dua Bulan Menjelang Prakonsepsi

a) Perbanyak Vitamin C 500 mg/hari dari buah – buahan atau suplemen


dengan konsultasi dokter
b) Beta karoten seperti pada wortel, jeruk, dan kiwi
Satu Bulan Menjelang Prakonsepsi
Perbanyak konsumsi Vitamin C 1000 mg/hari dari buah – buahan atau
suplemen dengan konsultasi dokter
Selama Kehamilan
a) Lebih banyak Asam Folat dan Zat Besi
b) Suplemen Zinc untuk menurunkan risiko prematuritas
12

2.1.9 Kehamilan Dan Perencanaan Kehamilan


a. Kehamilan
1) Kehamilan adalah adalah masa dimana seorang perempuan
memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Setiap
kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya dengan baik.
2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai
pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri
untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil:
a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktivitas rutin dengan menjaga
kesehatan dan cukup istirahat.
b) Tidak boleh mengonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
c) Hindari merokok (baik aktif maupun pasif) dan mengonsumsi
alkohol.
d) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
b. Perencanaan Kehamilan
1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan saat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak
2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah:
a) Terlalu muda (< 20 tahun)
b) Terlalu tua (> 35 tahun)
c) Terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun)
d) Terlalu sering hamil (> 3 anak)
Bila terjadi kehamilan dengan 4 terlalu akan berdampak tidak baik
untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan
karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan
terhindar dari penyakit.
13

c. Dampak Usia Kehamilan Muda Dan Kehamilan Usia Tua


KEHAMILAN PADA KEHAMILAN PADA USIA TUA
USIA MUDA (<20 (> 35 TAHUN)
TAHUN)
 Organ reprosuksi  Dapat meningkatkan resiko
belum berkembang hipertensi dalam kehamilan
sempurna  Diabetes
 Keracunan  Pre-eklampsi
kehamilan (pre  Bayi berat lahir rendah
eklamsi)  Cacat bawaan
 Keguguran  Lahir sebelum waktunya
 Perdarahan  Keguguran
 Resiko paggul
sempit sehingga
menyulitkan saat
bersalin
 Bayi lahir sebelum
waktunya
 Bayi berat lahir
rendah (BBLR)
 Cacat bawaan
 Masalah mental
social (ibu belum
siap menerima
kehamilan)
Cara mencegah kehamilan di usia muda, yaitu:
1) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia di atas 20 tahun
2) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan di atas 20 tahun.
3) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai metode
kontrasepsi yang dapat digunakan untuk menunda kehamilan sesuai
dengan kondisi pasangan suami istri.
d. Metode Kontrasepsi Yang Dapat Digunakan Untuk Penundaan Dan
Penjarangan Kehamilan
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Implan
14

2) Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)


a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
b) Kondom
c) KB Suntik
d) KB Pil
e. Pesan utama
Setiap kehamilan harus direncanakan dan dipersiapkan dengan baik.
2.1.10 Kondisi Dan Penyakit Yang Perlu Diwaspadal Pada Catin
a. Kondisi Dibawah Ini Perlu Diwaspadai Pada Catin Yang Akan
Merencanakan Kehamilan
1) Anemia
2) Malnutrisi (obesitas KEK, dll)
3) Hipertensi dalam kehamilan
4) Kesehatan mulut (caries, penyakit periodontal,dll)
b. Penyakit-Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Pada Catin
1) HIV AIDS
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
3) Hepatitis B
4) Diabetes Melitus
5) TORCH
6) Malaria
7) Penyakit genetik (talasemia dan hemofilia)
8) Depresi/ansietas
Selain kondisi-kondisi diatas, bagi PUS perlu juga mewaspadai
penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim. Untuk
mendeteksi kanker payudara dapat dilakukan pemeriksaan
SADANIS dan mammografi, sedangkan untuk mendeteksi kanker
leher rahim dapat dilakukan pemeriksaan IVA test atau papsmear.
c. Pesan utama
15

Catin dan PUS perlu mengetahui penyakit yang perlu diwaspadai dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah
penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai
2.1.11 Kesehatan jiwa
a. Pengertian
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat menghadapi tekanan
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya.
b. Ciri-Ciri Sehat Jiwa
1) Perasaan sehat dan bahagia
2) Menyadari kemampuan diri
3) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
4) Dapat menerima orang lain apa adanya
5) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
6) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
7) Mampu menghadapi tantangan hidup
8) Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu memiliki kesehatan jiwa yang baik untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan berkualitas.
16

2.1.12 Pengetahuan Tentang Fertilitas/Kesuburan (Masa Subur)


a Cara Menghitung Masa Subur
Kehamilan terjadi ketika sel sperma dari laki-laki masuk ke dalam
rahim perempuan dan membuahi sel telur, kehamilan terjadi jika
dilakukan pada masa subur. Masa subur dapat diketahui dengan cara
menghitung ovulasi/masa subur pada wanita, Puncak masa subur
biasanya terjadi pada 13 hari setelah haid hari pertama, sedangkan
masa subur biasanya akan terjadi kurang lebih 3 hari sebelum dan
sesudah menuju puncak masa subur tersebut.
b. Tanda-Tanda Masa Subur
1) Perubahan lendir serviks
Jika dalam masa subur cairan ini bertekstur lengket dan kental.
Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan meningkatnya
jumlah cairan dan perubahan tekstur menjadi bewarna bening dan
bertekstur lebih cair.
2) Dorongan seksual meningkat hormon kewanitaan akan meningkat
dalam masa subur sehingga berpengaruh terhadap hasrat seksual.
3) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak
Meningkatnya hormon progesterone ketika masa subur akan memicu
kenaikan sultu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh tesebut hanya
sedikit ( 0,5°C), maka cukup sulit mengamati kenaikan masa subur
hanya dengan memperhatikan kenaikan suhu tubuh pada wanita Oleh
karena itu cara ini jarang digunakan sebagai acuan Akibat lain dari
meningkatnya produksi hormon yang tinggi menyebabkan payudara
menjadi lebih lunak.
c. Infertilitas
Infertilitas adalah kegagalan pasangan suami isteri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi,
selama satu tahun. Faktor yang mempengaruhi infertilitas adalah:
 Umur
 Lama infertilitas
 Emosi
 Lingkungan Hubungan seksual
 Kondisi sosial dan ekonomi
 Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
 Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas
 Penyebab lain.
17

Selain faktor diatas, infertilitas juga dapat dipengaruhi oleh infeksi


bakteri dan virus yang dapat ditularkan melalui makanan atau hewan
peliharaan, seperti:
 Salmonella
 Campylobacter (menyebabkan diare)
 Listeria (dapat menyebabkan keguguran pada wanita hamil)
 Toxoplasmosis
Untuk mencegah terinfeksi bakteri dan virus tersebut, tenaga
kesehatan juga harus menginformasikan mengenai cara memasak
makanan yang baik :
 Makanan yang berpotensi terkontaminasi harus didinginkan dan
dikonsumsi sesegera mungkin
 Telur dan daging harus dimasak matang
 Susu harus dipasteurisasi
Pada pria, pajanan dengan bahan kimia/zat di tempat kerja, seperti
radiasi, zat kimia, NAPZA, dan pajanan panas, dapat berpengaruh
pada:
 Jumlah sperma berkurang, jika tidak ada sperma yang diproduksi
menyebabkan infertilitas.
 Bentuk sperma yang tidak normal, sehingga kemampuan sperma
untuk membuahi ovum berkurang.
 Performa seksual berkurang
 Kromosom pada sperma berubah atau rusak dan berdampak pada
kemampuan sperma untuk membuahi atau berpengaruh pada
perkembangan janin
Untuk melindungi diri dari pajanan bahan kimia, dapat dilakukan
langkah berikut:
 Simpan bahan kimia di tempat yang aman setelah di gunakan.
 Cuci tangan setelah bekerja, sebelum makan, dan sesudah BAB/
BAK
 Hindari kontak secara langsung dengan bahan kimia.
 Untuk mencegah kontaminasi di rumah, ganti pakaian kerja dan
cuci secara terpisah.
 Ikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja.
18

d. Pesan utama
Kenali masa subur anda dan pasangan sebagai bagian dari
perencanaan kehamilan. Bila anda mengalami masalah fertilitas
segera konsultasikan dengan dokter atau bidan.

2.1.13 Kekerasan Dalam Rumah Tangga


a. Pengertian
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak (KIP/A) adalah segala
bentuk tindak kekerasan berbasis gender yang berakibat, atau
mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau
penderitaan terhadap perempuan dan anak, termasuk ancaman dari
tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena
kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi.
b. Jenis-Jenis Kekerasan
 Kekerasan Fisik: pemukulan dengan tangan kosong atau alat,
melukai dengan senjata tajam atau senjata api.
 Kekerasan Psikologis (Emosional): Penghinaan, perselingkuhan,
memaki-maki
 Kekerasan Ekonomi (Penelantaran). Kekerasan Seksual (mulai
dari pelecehan seksual hingga perkosaan)
 Perdagangan orang.
c. Pesan Utama
Setap pernikahan harus terbebas dari tindak kekerasan, baik kekerasan
fisik, psikis, dan seksual. Hubungan suami istri harus didasari
penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam
kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman,
dan kekerasan.
19

2.1.14 Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi Bagi Catin dan PUS


a. Pengertian
Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi catin dan PUS adalah
pemeriksaan kesehatan yang ditujukan bagi pasangan catin dan PUS
untuk mengetahui status kesehatan masing-masing pasangan.
b. Jenis pemeriksaan
1) Anamnesis termasuk skrining status imunisasi Tetanus
2) Pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan status gizi serta
pemeriksaan kesehatan jiwa.
3) Pemeriksaan penunjang (laboratorium): Hb, golongan darah, dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi.
4) Pelayanan: KIE/konseling. imunisasi Tetanus sesuai status,
pelayanan gizi, dan pelayanan lain sesual indikasi.
c. Pesan utama
Catin dan PUS berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk
menentukan status kesehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman.
20

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi


2.2.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama: untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
2) Umur: untuk memastikan usia dan sebagai identitas
3) Suku/bangsa: untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah
dalam melaksanakan tindakan kebidanan
4) Agama: untuk memperoleh informasi tentang agama yang
dianutsehingga mempermudah kita untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
5) Pendidikan: untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau
dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan
menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan klien.
6) Alamat: ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
b. Keluhan Utama
Keluhan atau sesuatu yang dirasakan oleh pasien yang mendorong pasien
mencari layanan kesehatan (Kemenkes RI, 2017:63).
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche, teratur, lama haid, disminorhea, banyaknya
darah haid.
d. Riwayat penyakit sekarang
Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan perkembangan gejala
dari keluhan utama tersebut. Dimulai saat pertama kali pasien merasakan
keluhan. Obat-obatan yang pernah digunakan, apakah ada keinginan
menunda kehamilan, skrining TT.
e. Riwayat penyakit dahulu
Keterangan terperinci mengenai semua penyakit yang pernah dialami dan
sedapat mungkin diurutkan menurut urutan waktu. Riwayat alergi,
riwayat operasi, riwayat trauma fisik, riwayat penyakit golongan (khusus
laki-laki).
f. Riwayat penyakit keluarga
Berisi riwayat kesehatan anggota keluarga
g. Riwayat social ekonomi
Pendidikan terahir, riwayat pekerjaan, riwayat perilaku beresiko
h. Sexuality (aktivitas seksual)
Adanya perilaku seksual pranikah, atau perilaku seksual beresiko,
kemungkinan terjadi kehamilan, kemungkinan IMS/HIV, kemungkinan
kekerasan seksual
i. Riwayat Psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain: kepercayaan diri
kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian
21

masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-


hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal
pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua,
kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa lalu
yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara
terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak
keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas
pernikahan tersebut (Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar
budaya atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu
yang spesifik, misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan
cinta dan keintiman, cara berkomunikasi, keyakinan beragama,
komitmen dan sikap yang mengarah pada perkawinan itu sendiri,
nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan
pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).
j. Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20

Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa yaitu SRQ-20


Pertanyaan Y T
o Apakah anda sering menderita sakit kepala ?
o Apakah anda kehilangan nafsu makan ?
o Apakah tidur anda tidak lelap ?
o Apakah anda mudah jadi takut ?
o Apakah anda merasa cemas, tegang dan khwatir ?
o Apakah tangan anda gemetar ?
o Apakah anda mengalami gangguan pencernaan ?
o Apakah anda merasa sulit berpikir jernih ?
o Apakah anda tidak bahagia ?
o Apakah anda sering menangis ?
o Apakah anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari
– hari ?
o Apakah anda mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan ?
o Apakah aktivitas/tugas sehari – hari anda terbengkalai ?
o Apakah anda merasa tidak mampu berperan dalam
kehidupan ini ?
o Apakah anda kehilangan minat terhadap banyak hal ?
22

o Apakah anda merasa tidak berharga ?


o Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup
anda ?
o Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu ?
o Apakah anda merasa tidak enak di perut ?
o Apakah anda mudah lelah ?

Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari calon pengantin wanita dan pengantin pria
dari 20 pertanyaan apabila ada 5-7 jawaban “YA” berarti menunjukkan
adanya penyimpangan masalah kejiwaan.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Keadaan umumnya baik, kesadaran komposmentis (Romauli, 2011).
2) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah: untuk mengetahui tekanan darah, tekanan darah
normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara
70 sampai 90 mmHg.
2. Nadi: untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-
80x/menit.
3. Respirasi: untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit,
pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar
20-30x/menit.
4. Suhu: untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal suhu
badan berkisar 36,5 – 37,5°C.
3) Pemeriksaan fisik
1. Mata: untuk mengetahui apakah conjungtiva, sklera, kelopak mata
(odema), visus, adakah kelainan atau tidak.
2. Hidung: untuk mengetahui fungsi penciuman, adanya pengeluaran
sekret dan ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,septum
deviasi, dll.
3. Telinga: untuk mengetahui adanya pengeluaran cairan, serumen
dan kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau
tidak.
4. Mulut: untuk mengetahui keadaan bibir sianosis, pucat,
kelembaban, karies gigi, pembengkakan gusi, bercak putih /
jamur., lidah bersih atau tidak, gigi karies/ tidak.
5. Leher: untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis.
6. Dada: kelaianan bentuk dada, tulang belakang, sikatriks, bunyi
jantung, suara paru, benjolan payudara
23

7. Abdomen: untuk mengetahui adanya nyeri tekan abdominal,


bising usus, hepar/limpa, massa, bekas operasi
8. Genetalia: bila ada indikasi sesuai sasaran. Keputihan abnormal,
luka, lecet, bengkak pada pangkal paha, adanya
vegetasi/kondiloma/jengger ayam, gatal/rasa terbakar.
9. Anus: untuk mengetahui kebersihan anus, ada/tidak hemoroid,
luka.
10. Ekstremitas atas dan bawah: untuk mengetahui bentuk,ada
gangguan/kelainan atau tidak, oedema, dan keterbatasan gerak

b. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, BB
berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan harus selalu
dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. (Marmi, 2015:121-
122).
Kelebihan bobot dimana dapat mempengaruhi kesuburan dikarenakan
timbunan lemak di ovarium yang mengganggu perkembangan embrio.
Kegemukan berpengaruh kepada subfertilitas pada wanita yang dapat
mempengaruhi organ reproduksi yang dapat menyebabkan menstruasi
yang tidak teratur, subfertilitas, polycystic ovary syndrome (PCOS),
kanker rahim, endometrium, payudara dan serviks (Chavarro et all,
2008).
2) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/
panjang badan tidak seperti berat badan yang relatif kurang sensitif
pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat. (Marmi, 2015:122)
3) Indeks Masa Tubuh
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indeks Masa
Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi catin
dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. (Kemenkes RI,
2017:21)
4) LILA
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita
LILA pada WUS untuk mengetahui adanya risiko KEK.
c. Program terapi yang diperoleh (bila ada)

d. Pemeriksaan penunjang
1) Hb :
24

2) Pemeriksaan golda dan rhesus


3) Pemeriksaan urin rutin
4) Sadanis
5) Iva test / papa smear
2.2.2 Diagnosa
Nn. X usia ....... tahun dengan ……. ......., keadaan baik, prognosis baik.
2.2.3 Penatalaksanaan
1) KIE
2) Pelayanan gizi
3) Imunisasi
4) Pelayanan kontrasepsi
5) Pengobatan/ terapi
25

BAB 3

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Selasa, 9 November 2021
Pukul : 12.00 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Kalirungkut
Oleh : Leli Ratna Karin W

1.1 Data Subyektif


1.1.1 Biodata
Nama : Nn. W / Tn. Y
Umur : 25 tahun / 26 tahun
Agama : Islam / Islam
Suku/bangsa : Jawa / Jawa
Pendidikan : SMA / SMA
Alamat : Rungkut Asri Utara No. 48
Nomor Telp : 08225194xxxx

1.1.2 Keluhan
Utama : Pasien datang ke puskesmas untuk mengurus surat
keterangan untuk menikah, tanggal menikah 29-1-
2022
Tambahan :-
1.1.3 Riwayat menstruasi
1. Menarche : 12 tahun (Kelas 1 SMP)
2. Siklus : Teratur (28-30 hari)
3. Jumlah darah : 2-3 kali ganti pembalut
4. Lama : 6 hari
5. Flour albus : Tidak ada
6. HPHT : 11-10-2021
7. Keluhan : Tidak ada
1.1.4 Riwayat penyakit sekarang :
Tidak sedang menderita penyakit kronis/menular apapun seperti (darah
tinggi, kencing manis, jantug, asma, ginjal, hepatitis, TBC), ibu
mengatakan tidak ingin menunda kehamilan, namun ibu belum
menanyakan pada calon suami apakah ingin menunda kehamilan / tidak
dan mengatakan sepertinya dari calon suami juga tidak ingin menunda
kehamilan sama sepertinya, status imunisasi TT, ibu mengatakan telah
melakukan imunisasi dasar lengkap pada saat bayi, dan pada saat sd tidak
pernah absen untuk imunisasi, ibu telah melakukan imunisasi TT di
26

rumah sakit 1 minggu yang lalu, status TT ibu lengkap T5, ibu juga
mengatakan telah melakukan imunisasi covid-19 dosis ke 2 (lengkap)
1.1.5 Riwayat penyakit dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit kronis/menular apapun seperti (darah
tinggi, kencing manis, jantug, asma, ginjal, hepatitis, TBC). Tidak ada
riwayat alergi obat atau makanan, tidak ada riwayat operasi dan tidak ada
riwayat trauma fisik.
1.1.6 Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit kronis/menular seperti (darah tinggi, jantung,
asma, ginjal, DM, hepatitis, TBC), dan tidak ada riwayat keturunan
kembar dalam keluarga.
1.1.7 Riwayat social ekonomi :
Pendidikan terakhir ibu adalah SMA/SMA dan saat ini tidak bekerja ,
tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak pernah menggunakan
obat-obatan terlarang atau NAPZA.
1.1.8 Sexuality (aktivitas seksual) :
Ibu tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan
mengatakan selama ini tidak pernah mengalami pelecehan seksual dalam
bentuk apapun.
1.1.9 Riwayat psikososial dan spiritual
Dalam adat kebiasaan Nn. W dan Tn. Y tidak ada kebiasaan yang
merugikan. Nn. W dan Tn. Y sudah siap secara lahir dan batin
melaksanakan pernikahan dan tidak ada paksaan. Catin cukup bahagia dan
kedua belah pihak keluarga sudah menyetujui.
Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20
Catin Catin
No Pertanyaan Wanita Pria
Y T Y T
1 Apakah anda sering menderita sakit kepala? √ √
2 Apakah anda kehilangan nafsu makan? √ √
3 Apakah tidur anda tidak lelap? √ √
4 Apakah anda mudah jadi takut? √ √
Apakah anda merasa cemas, tegang dan
5 √ √
khawatir?
6 Apakah tangan anda gemetar? √ √
Apakah anda mengalami gangguan
7 √ √
pencernaan?
8 Apakah anda merasa sulit berpikir jernih? √ √
9 Apakah anda tidak bahagia? √ √
27

10 Apakah anda sering menangis? √ √


Apakah anda merasa sulit untuk menikmati
11 √ √
aktivitas sehari – hari?
Apakah anda mengalami kesulitan untuk
12 √ √
mengambil keputusan?
Apakah aktivitas/tugas sehari – hari anda
13 √ √
terbengkalai?
Apakah anda merasa tidak mampu berperan
14 √ √
dalam kehidupan ini?
Apakah anda kehilangan minat terhadap
15 √ √
banyak hal?
16 Apakah anda merasa tidak berharga? √ √
Apakah anda mempunyai pikiran untuk
17 √ √
mengakhiri hidup anda?
18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu? √ √
19 Apakah anda merasa tidak enak di perut? √ √
20 Apakah anda mudah lelah? √ √
Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 oleh Nn. W dan Tn. Y dari 20 pertanyaan
jawaban Y=0, T=20 yang berarti tidak menunjukkan adanya penyimpangan
masalah kejiwaan.
28

1.2 Data Obyektif


1.2.9 Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 BB : 61 kg
Suhu : 36.70c TB : 164 cm
Nadi : 81 x/m IMT : 23.46 (normal)
Respirasi : 20 x/m LILA : 26 cm
1.2.10 Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak
Mata tidak odema
Telinga : Tidak ada cairan/ serumen abnormal
Hidung : Tidak ada gangguan fungsi penciuman, hidung
Bersih, tidak ada secret abnormal
Mulut : Bibir lembab, tidak pucat, tidak sianosis, tidak
Ada karies gigi, tidak ada pembengkakan gusi
leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe
Dada : Tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada
Kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada
Benjolan abnormal di payudara.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada
Bising usus abnormal, tidak teraba masa
Abnormal, tidak terlihat bekas operasi apapun
Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian
Ekstremitas
Atas : Normal/ tidak ada kelainan,tidak odema,
Tidak ada keterbatasan gerak
Bawah : Normal / tidak ada kelainan, reflek patella (+),
Tidak odema , tidak ada keterbatasan gerak

1.2.11 Pemeriksaan Penunjang


a. Hb : 12,9 (P: 12,0-16,0 g/dl)
b. IMS : Non Reaktif
c. RPR : Non Reaktif
d. RBC/MCV/MCH : 4,58x106 / 79,2 / 26,0
e. Golda : - (Reagen Kosong)
f. HbsAg : - ( Reagen kosong)
1.2.12 Analisa
Nn. W usia 25 tahun dengan keadaan baik
29

1.2.13 Penatalaksanaan
TANGGAL PENATALAKSANAAN TTD
9-11-2021 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
fisik pada pasien, bahwa kondisi
pasien dalam batas normal
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas
2. Menyarankan pasien untuk
melakukan pemeriksaan lab
Ev. Pasien bersedia untuk
melakukan pemeriksaan lab
3. Menjelaskan hasil dari
pemeriksaan lab kepada pasien
bahwa hasil pemeriksaan dalam
batas normal, namun ada
pemeriksaan lab yang tidak
dilakukan seperti hbsAg, golda
dikarenakan reagen puskesmas
kosong
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas
4. Memberikan surat keterangan
nikah kepada pasien karena sudah
memenuhi syarat yang diajukan
Ev. Pasien menerima surat
keterangan menikah
5. Memberi KIE tentang
pemeriksaan kesehatan reproduksi
bagi catin
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
6. Memberi KIE berupa
pengetahuan kesehatan reproduksi
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
7. Memberi KIE tentang
perencanaan kehamilan
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
8. Memberi KIE kondisi dan
penyakit yang harus diwaspadai
30

catin
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
9. Memberi KIE tentang kesehatan
jiwa
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
10. Memberi KIE tentang
fertilitas/kesuburan (masa subur)
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
11. Memberi KIE tentang kekerasan
dalam rumah tangga
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
31

BAB 4

PEMBAHASAN

Periode prakonsepsi merupakan periode kritis pertama yang harus


diperhatikan calon ayah/ibu jauh hari sebelum memiliki anak. Selama ini
banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-kondisi pada masa
sebelum terjadinya proses konsepsi (pre-conseption phase), sehingga para calon
bapak dan calon ibu hanya berkonsentrasi pada proses kehamilan dan
persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena minimnya pengetahuan tentang
kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan karena kurangnya penyuluhan terhadap
mereka.
Pada kasus ini membahas tentang Nn. W usia 25 tahun datang ke
puskesmas pada tanggal 9 November 2021 untuk meminta surat keterangan
yang akan di gunakan ke KUA, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Nn. W
dalam batas normal TD : 110/70, S : 36,7 0C, N : 81x/m Rr : 20 x/m,
pemeriksaan IMT dan LILA dalam batas normal, hasil laboratorium Nn. W
semua dalam batas normal.
Dari hasil pengkajian tersebut dapat di Tarik analisa Nn. W usia 25 tahun
dengan keadaan baik, prognosa baik. Sehingga penatalaksanaan yang diberikan
pada Nn. W berupa pemberian KIE pemeriksaan kesehatan reproduksi,
pengetahuan kesehatan reproduksi, kehamilan dan perencanaan kehamilan,
kondisi penyakit yang harus diwaspadai catin, kesehatan jiwa, fertilitas / masa
subur, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Menurut abdul aziz (2018) mendidik anak bukanlah urusan yang mudah. Ia
harus dimulai dan dirancang sebelum seseorang melangkah kepada jenjang
pernikahan. Ia bermula ketika seorang laki-laki mencari pasangan yang shalihah
dan berpegang teguh pada nilai-nilai agama, sebagaimana yang diwasiatkan
Rasulullah SAW. Pendidikan akan terus berlangsung hingga pasangan tersebut
mendapatkan keturunan.
Menurut Bambang sujiono, dkk (2014) seseorang dikatakan sehat, apabila
secara medis dinyatakan terbebas dari brbagai macam penyakit, sehingga dapat
melakukan apa saja tanpa adanya batasan, keraguan dan akibat negative
lainnya. Sehat adalah suatu keadaan dimana secara fisik (organ fisik, termasuk
organ reproduksi) dan psikis (mental, emosional, sosial dan spiritual) dalam
keadaan normal. Kesehatan seperti inilah yang dibutuhkan calon ibu dan bapak
yang berkeinginan segera memiliki anak. Keadaan sehat ini nantinya secara
langsung akan berpengaruh terhadap kondisi janin selama proses kehamilan,
dan kondisi bayi setelah dilahirkan. Pemeriksaan kesehatan tubuh pra nikah
juga penting untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang secara langsung
ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi potensi bawaan janin. Maksud dan
tujuan pemeriksaan kesehatan tubuh pra nikah adalah untuk mengetahui secara
pasti bahwa waktu ernikahan yang direncanakan merupakan waktu yang tepat
dan kedua calon orang tua telah terbebas dari penyakit yang membahayakan
32

kehidupan janin selama proses kehamilan. Dengan demikian jika ternyata kedua
atau salah satu dari calon orang tua menunjukkan gejala-gejala penyakit tertentu
yang membahayakan bagi kelangsungan hidup calon anak, baik saat di dalam
kandungan ataupun setelah dilahirkan, sebaiknya penyakit tersebut
disembuhkan terlebih dahulu.
Menurut Ni made parwati (2020) konseling adalah usaha yang dilakukan
secara professional oleh orang terlatih dengan tujuan membantu klien untuk
mengembangkan diri, memberi dukungan terhadap krisis, serta memberi
bimbingan atau pemecahan masalah. Konseling adalah aktivitas sederhana,
sekaligus rumit. Sederhana karena kita hanya perlu berbicara kepada seseorang
yang tentunya mau mendengarkan sebuah masalah. Sederhana karena jika
dilihat dari luar, ini hanya sebuah proses komunikasi biasa. Namun, dalam
kenyataan nya hal ini menjadi rumit karena memerlukan berbagai proses, yaitu
menyatakan, mendengarkan, mengerti, dimengerti, serta refleksi dan bertindak.
Hubungan antara konselor dan klien yang terjadi secara stimultan juga
melibatkan kompleksitas bahasa verbal dan non verbal. Di balik kesederhanaan
dan kompleksitasnya, konseling menjadi topic besar yang terbukti memiliki
peran penting. Konseling adalah hubungan kerja sama untuk membantu klien
memecahkan masalah tertentu dalam kehidupannya, membuat klien lebih
mengerti dirinya, dan lebih dapat menyesuaikan dirinya. Dalam konseling juga
terdapat proses yang bertujuan memberi keterampilan, pengetahuan dan akses
kepada sumber daya sehingga klien dapat meningkatkan fungsinya. Konseling
dapat dilakukan secara individual, pasangan suami-istri, atau keluarga sebagai
satu unit.
Menurut Finanda Nurus Syafa’ah (2020) Konseling sebagai upaya alternatif
untuk meningkatkan pengetahuan calon pegantin, hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh konseling terhadap pengetahuan calon pengantin
wanita.
Feby Suryafma (2020) menyatakan terdapat pengaruh edukasi kesehatan
reproduksi dan seksual dengan metode kognitif proaktif pada remaja putri
SMAN 6 padang dengan nilai p value (p=0,001).
Menurut Waode Fifin (2014). Salah satu yang menyebabkan masalah status
gizi wanita dewasa adalah kurangnya pengetahuan, didapati pengetahuan gizi
seimbang dan perilaku gizi seimbang dipengaruhi oleh pengetahuan wanita pra
konsepsi di kota makasar tahun 2014.
Penulis berpendapat bahwa periode prakonsepsi merupakan periode yang
kritis yang harus diperhatikan oleh calon ayah ataupun ibu. Namun faktanya
masa ini seringkali terlupakan, pemeriksaan kesehatan pra nikah dipandang
hanya sebagai sebuah keharusan dan syarat menikah saja. Padahal sebenarnya
pada periode ini adalah periode dimana calon suami-istri melakukan persiapan
sebagai calon ayah dan ibu yang nantinya akan memiliki keturunan. Tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk
calon buah hati mereka, mereka menginginkan jika anak yang dilahirkannya
nanti menjadi generasi yang sehat dan cerdas. Disinilah pentingnya
menanamkan pengetahuan pada pasien dengan melakukan pemberian konseling
33

pranikah. Pemberian konseling prakonsepsi sangat penting untuk


mempersiapkan kehamilan, selain untuk melindungi ibu, hal ini juga ditujukan
agar nantinya ibu dapat melalui rangkaian proses kehamilan, persalinan, dan
nifas yang sehat dan aman, serta anak-anak yang dilahirkan nantinya dapat
menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas. Berkualitas disini dalam artian
menjadi anak yang sehat, cerdas dan juga dapat bersaing di era global.
Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada Nn. W didapati bahwa
semua pemeriksaan dalam batas normal yang artinya Nn. W dinyatakan sudah
bisa dinyatakan sehat. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. W berupa
pemberian konseling prakonsepsi, hasil evaluasi menyatakan bahwa Nn. W
mengerti dengan penjelasan petugas, dan aktif menjawab saat diberikan
pertanyaan. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa Nn. W telah
lolos / siap untuk proses kehamilan, serta pemberian asuhan yang dilakukan
pada Nn. W berupa penguatan dan pemberian pengetahuan pada calon ibu
untuk persiapan menikah dan perencanaan kehamilan telah tercapai.
34

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Periode prakonsepsi merupakan periode kritis pertama yang harus
diperhatikan calon ayah/ibu jauh hari sebelum memiliki anak. Minimnya
pengetahuan bagi calon ibu / ayah, akan berdampak pada keturunan yang
dihasilkan nantinya, disinilah terjadi kerjasama antara petugas dan calon
pengantin dengan adanya pemberian konseling prakonsepsi, seperti
kesehatan reproduksi yang sangat dibutuhkan, serta kesediaan catin untuk
dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboraturium. Pada Nn. W
usia 25 tahun telah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan dengan hasil dalam batas normal. Dengan
dilakukannya konseling tentang pengetahuan prakonsepsi seperti persiapan
kehamilan ibu, yang bertujuan untuk melindungi ibu, hal ini juga ditujukan
agar nantinya ibu dapat melalui rangkaian proses kehamilan, persalinan,
dan nifas yang sehat dan aman serta anak-anak yang dilahirkan nantinya
dapat menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas. Serta asupan gizi yang
dibutuhkan menjelang prakonsepsi seperti Asam Folat, Zat Besi, Vitamin
C, B6, Zinc, Selenium dan Kalsium. Dengan pemberian konseling maka
catin memiliki pengetahuan yang update tentang hal – hal yang penting
pada masa prakonsepsi, dengan dievaluasi diakhir maka catin aktif
bertanya dan memahami dengan penjelasan yang telah disampaikan oleh
pengkaji.
5.2 Saran
Sebaiknya pemberian konseling prakonsepsi tidak hanya dilakukan pada
calon pengantin saja akan tetapi sudah harus mulai ditanamkan sejak dini
saat remaja, mengingat banyaknya calon pengantin yang masih dibawah 20
tahun, dengan adanya konseling prakonsepsi lebih dini maka mereka akan
lebih memperhatikan dan mempersiapkan sebagai calon ayah/ibu, dengan
menghasilkan anak yang sehat dan berkualitas.
35

Daftar Pustaka
Abdul aziz. 2018. Membangun karakter anak dengan al qur’an. Semarang
: Cv. Pilar nusantara.

Bambang sujiono, dkk.2014. Persiapan Kehamilan. Jakarta: Elex media


komputindo.

Buku Pedoman Panduan Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada


Prakonsepsi. 2021.

Feby Suryafma (2020). Pengaruh edukasi kesehatan reproduksi dan


sekseual dengan metode proaktif dalam peningkatan pengetahuan
persiapan masa pra konsepsi remaja putri di SMAN 6 padang.
http://scholar.unand.ac.id/61709/

Finanda Nurus syafa’ah (2020). Konseling sebagai upaya alternative


untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin. Poltekkes
tanjungkarang http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1452/

Ni made parwati. 2020. Modul konseling bagi petugas kesehatan di


puskesmas. Yogyakarta : ANDI.

Yessi Harnani, dkk. 2015. Teori Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :


Deepublish.

Waode Fifin E. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap perilaku gizi


seimbang pada wanita pra konsepsi di kota makasar.
https://core.ac.uk/download/pdf/25496504.pdf
36

Lampiran
37

Anda mungkin juga menyukai