Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA KELUARGA


BERENCANA DAN PELAYANAN KONTRASEPSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGIRIAN SURABAYA
Ny. “A” P2A0 Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting

Disusun Oleh:
Ramadhana Larasati P27824620036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Keluarga Berencana dan Pelayanan


Kontrasepsi ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan Praktik Blok 7 yang telah
dilaksanakan di Puskesmas Pegirian periode praktik
Tanggal : 26 Oktober S/D 7 November 2020

Surabaya, November 2020

Ramadhana Larasati
NIM.P27824620036

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Lis Pangestutik, S.ST., M.M.Kes Sherly Jeniawaty, S.ST., M.Kes Queen Khoirun Nisa’ M., S.ST., M.Keb
NIP.196504011985012002 NIP. 198001202002122003 NIP.198212132008012007

Mengetahui

Kepala Puskesmas Ketua Program Studi

dr. Evi Susanti Evi Pratami, S.ST. M.Keb


NIP.196903032002122005 NIP. 197905242002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik
Asuhan Kebidanan Holistik pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di
Wilayah Kerja Puskesmas Pegirian Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah
satu syarat menyelesaikan tugas blok 7 (Kontrasepsi) pada Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. dr. Evi Susanti, selaku Kepala Puskesmas Pegirian.
3. Lis Pangestutik, SST, selaku Bidan Koordinator sekaligus pembimbing praktik
klinik Puskesmas Pegirian.
4. Sherly Jeniawaty SST., M.Kes, selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Queen Khoirun Nisa Mairo, SST, M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2
yang telah memberi arahan, dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, November 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman :

Halaman Judul.........................................................................................................i
Lembar Pengesahan................................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik ..................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................................4
1.3 Waktu dan Tempat Praktik...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Tinjauan Teori..................................................................................................5
2.1.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana...............................................................5
2.1.2 Konsep Dasar Kontrasepsi............................................................................7
2.1.3 Konsep Dasar DMPA...................................................................................11
2.1.4 Konsep Dasar Spotting.................................................................................16
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan
Spotting...........................................................................................................20
2.2.1 Pengkajian....................................................................................................23
2.2.2 Interpretasi Data...........................................................................................23
2.2.3 Diagnosa dan Masalah Potensial..................................................................23
2.2.4 Kebutuhan Tindakan Segera.........................................................................23
2.2.5 Perencanaan..................................................................................................23
2.2.6 Implementasi................................................................................................24
2.2.7 Evaluasi........................................................................................................24
BAB III TINJAUAN KASUS ..............................................................................25
3.1 Data Subjektif..................................................................................................25

iv
3.2 Data Objektif ..................................................................................................27
3.3 Analisa Data ...................................................................................................28
3.4 Penatalaksanaan...............................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................34
5.1 Kesimpulan......................................................................................................34
5.2 Saran................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................35

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi masalah kependudukan yang cukup mendesak merupakan


masalah yang di hadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara
berkembang, termasuk di Indonesia. Hal ini dilihat dari jumlah penduduk yang
relatif besar, pertumbuhan yang relatif cepat, penyebaran yang tidak merata, serta
arus urbanisasi yang relatif tinggi. Maka dari itu, di Indonesia untuk mengatasi
pertambahan penduduk, pemerintah terus berupaya dengan program keluarga
berencana nasional.1
Menurut UU No.52/Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, mengamanatkan keluarga berencana sebagai upaya
1) mengatur kelahiran anak; 2) jarak dan usia ideal melahirkan; 3) mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.1
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 20122 menunjukkan kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan utama di
Indonesia dengan persentase sebesar 67,56%, disusul oleh kontrasepsi pil 17,82%,
implan 6,67%, IUD/AKDR 2,74%, kondom 2,51%, MOW 2,23%, MOP 0,37%.
Sama hal nya dengan akseptor KB aktif di Indonesia, berdasarkan data
BKKBN sampai dengan bulan Juli 2014, tercatat kontrasepsi suntik juga menjadi
pilihan utama di Jawa Barat dengan persentase 48,09%, disusul oleh IUD/AKDR
19,25%, Pil 15,65%, MOW (9,75%), Kondom 4,21%, Implan 2,94% dan MOP
0,12%. Sedangkan peserta KB aktif di Kota Surabaya tahun 2015 akseptor yang
menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 60.213 akseptor (62,31%), Pil 19.973
akseptor (20,66%), IUD 9.932 akseptor (10,27%), Implan 2.704 akseptor (2,79%),
Kondom 2.301 akseptor (2,38%), MOW 1.351 akseptor (1,39%) dan MOP 159
akseptor (0,16%).3

1
Kontrasepsi suntik merupakan salah satu jenis kontrasepsi efektif yang
menjadi pilihan ibu. Ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah.
Cara ini mulai di sukai masyarakat dan di perkirakan setengah juta pasangan
memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan. Namun demikian KB
suntik juga mempunyai keuntungan dan efek samping. Keuntungan kontrasepsi
suntik secara umum yaitu mempunyai efektifitas yang tinggi selama tahun
pertama penggunaan dan efek samping dari kontrasepsi suntik yaitu seperti
amenorea, perdarahan bercak/spotting dan menoragia. Seperti halnya dengan
kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala
(pusing), perubahan berat badan, perubahan tekanan darah.4
Berdasarkan penelitian Putri, Nurullita dan Pujianti, yang berjudul
Gambaran Pola Menstruasi Akseptor Kontrasepsi Suntik 1 bulan dan 3 bulan di
BPM T Tlogosari Kota Semarang didapatkan hasil bahwa karakteristik akseptor
kontrasepsi 1 bulan dan 3 bulan berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan
menunjukkan sebagian besar akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan
berumur 20 – 35 tahun yaitu 68,8%, sebagian besar berpendidikan menengah
dengan 73,8% serta sebagian besar akseptor tidak bekerja yaitu 62,5%. Sebagian
besar akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu 62,2% dapat mengalami mentruasi
yang teratur tiap bulannya dengan lama siklus, lama hari, gambaran darah dan
banyaknya darah yang keluar dikatakan normal. 21,6% mengalami perdarahan
bukan haid, olighomenorrhea dan hipomenorrhea dengan bentuk perdarahan flek
(spotting). 16,2% akseptor mengalami amenorrhea. Mayoritas akseptor
kontrasepsi 3 bulan mengalami amenorrhea yaitu 81,4%. Sisanya sebesar 18,6%
akseptor mengalami perdarahan bukan haid, olighomenorrhea dan hipomenorrhea
dengan bentuk perdarahan flek (Spotting). Sebagian besar akseptor Kontrasepsi
suntik 1 bulan tidak mengalami gangguan pola menstruasi, sedangkan mayoritas
akseptor kontasepsi suntik 3 bulan mengalami gangguan pola menstruasi. Data
akseptor KB yang mengalami gangguan karena efek samping KB suntik di Kota
Surabaya tahun 2015 tercatat sejumlah total 1.107 orang. Efek samping tersebut
diantaranya perubahan berat badan 325 (29,35%), amenorea 291 (26,28%),

2
perdarahan bercak/spotting 267 (24,11%), perubahan tekanan darah 100 (9,03%),
sakit kepala 88 (7,94%), mual 24 (2,16%).5
Peran pemerintah dalam program KB diantarnya usaha pemerintah dalam
menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi
program keluarga berencana nasional telah di ubah mewujudkan keluarga yang
berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis.4
Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program
dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu pokok dalam
program Keluarga Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak
segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan norma keluarga kecil bahagia sejahtera dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia indonesia. Cara yang digunakan untuk
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera yaitu mengatur jarak
kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi. Peran bidan dalam
memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana.6
Berdasarkan data diatas, perdarahan bercak/spotting sebagai efek samping
dari kontrasepsi suntik masih tinggi, hal ini menjadikan penulis tertarik untuk
mengkaji lebih detail mengenai perdarahan bercak/spotting melalui Kasus
Komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3
Bulan dengan Spotting Di Puskesmas Pegirian Surabaya”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Peranan Keluarga Berencana (KB) sangat diperlukan untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada
akhirnya dapat mencegah kematian ibu. “Empat Terlalu”

3
1.2.2 Tujuan Khusus
Peranan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk
mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui:
1. Mengatur waktu, jarak, dan jumlah kehamilan
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan, dan nifas
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan
yang mengalami komplikasi selama kehamilan
1.3 Waktu dan Tempat Praktik
Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pegirian Surabaya,
pada tanggal 26 Oktober - 7 November 2020.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana
1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.7
Berdasarkan UU No.52/2009, disebutkan bahwa Keluarga Berencana
merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.1
2. Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan umum Program Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara
pengaturan pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.7
Tujuan khusus program KB adalah:
1) Tujuan demografi yaitu untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk
akibat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunkan angka kelahiran.
2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lenih dari satu tahun namun belum mendapatkan keturunan, hal ini guna
mewujudkan keluarga bahagia.
4) Konseling perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

5
5) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas maksudnya keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
3. Sasaran Keluarga Berencana
Sasaran program KB seperti tertuang dalam (RPJMN 2015-2019)8 adalah:
1) Laju pertumbuhan penduduk bisa dipangkas menjadi 1,27% per tahun.
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,36% per perempuan.
3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi
(Unmeet need) menjadi 5%.
4) Meningkatnya peserta KB pria menjadi 5%.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan
efisien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama wanita menjadi 21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan program KB nasional.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Keluarga Berencana mencakup sebagai berikut :
1) Ibu Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak.
2) Suami Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat memperbaiki
kesehatan fisik, mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
3) Seluruh Keluarga Dilaksanakan program KB dapat meningkatkan
kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak
dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikanserta
kasih sayang orang tuanya.

6
2. Konsep Dasar Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi pengertian kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan akibat perkawinan sel telur
yang matang dengan sel sperma, sehingga tidak terjadi kehamilan.9
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sperma.1
Kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan oleh satu
pihak atau kedua belah pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang
sudah matang. Manfaatnya yaitu mencegah terjadinya kematian, mengurangi
angka kesakitan ibu dan anak, mengatur kelahiran anak sesuai yang
diinginkan dan dapat menghindari terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan.10
2. Tujuan Kontrasepsi
Menurut Handayani mengatakan, dalam pemilihan jenis kontrasepsi
didasarkan pada tujuan penggunaan kontrasepsi, yaitu:
1) Tujuan Umum
Sulistyawati mengatakan program KB bertujuan untuk memenuhi
permintaan
pelayanan KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya
akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga kecil
berkualitas.
2) Tujuan khusus
a. Fase Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia dibawah 20
tahun dianjurkan menunda kehamilannya.

7
b. Fase Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan) Masa saat istri
berusia 20-30 tahun adalah masa usia yang paling baik untuk
melahirkan 2 anak dengan jarak 3-4 tahun.
c. Fase Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi) Saat usia istri
diatas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah
mempunyai 2 anak.11
3. Jenis-jenis Metode Kontrasepsi

Beberapa jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan


kontrasepsi, yaitu:

1) Metode Sederhana
a. Metode Sederhana tanpa Alat
Metode kontrasepsi yang digunakan dalam Metode Sederhana tanpa
Alat yaitu seperti Metode Kalender, Metode Suhu Basal, Metode
Lendir Serviks, Metode Koitus Interuptus, Metode Amenore Laktasi
(MAL).
a) MAL
MAL adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
makanan tambahan makanan atau minuman apapun
lainnya.Metode Amenore Laktasi (MAL) atau Lactational
Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode
keluarga berencana alamiah apabila tidak dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain (Purwoastuti, E, dan Walyani, ES,
2015:203).
b) Metode Kalender
Metode Kalender atau Pantang Berkala, yaitu senggama dihindari
pada masa subur, yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau
terdapat tanda-tanda adanya lendir encer dari liang vagina. Untuk
perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi,

8
siklus terpendek dikurangi. Antara kedua waktu senggama
dihindari
c) Metode Lendir Serviks
Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi
Billings (MOB), dilakukan dengan wanita memantau lendir
serviksnya setiap hari. Lendir berfariasi selama siklus, mungkin
tidak ada lendir atau mungkin terlihat lengket dan jika
direntangkan diantara kedua jari, akan putus lendir tersebut dikenal
dengan lender tidak subur
d) Metode Senggama Terputus
Senggama Terputus (Koitus Interruptus), ialah penarikan penis dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan
kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya
oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-
kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini
dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.
Keuntungan, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat ataupun
persiapan, tetapi kekurangannya adalah untuk menyukseskan cara
ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak laki-laki
e) Metode Suhu Basal
Metode Suhu Basal, ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan
mengukur suhu badan secara teliti dengan thermometer khusus
yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,10C untuk
mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil suhu pada tubuh.
b. Metode Sederhana dengan Alat
Jenis kontrasepsi yang digunakan dalam metode ini yaitu Kondom,
Diafragma, Spermisida.
a) Kondom Pria
Kondom Pria, merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau

9
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual
b) Kondom Wanita
Kondom Wanita, alat ini merupakan plastik polyuterhane yang
luntur berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 15 cm dan
diameter 7 cm, salah satu ujungnya tertutup, ujung bawah yang
terbuka dilingkari cincin lunak yang ditempatkan pada vagina
c) Diafragma

Diafragma, adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari


lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks

d) Spermisida
Spermisida, adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas
dalam bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria atau
dissolvable film dan krim.
2) Metode Operasi
a. Tubektomi (MOW)
Tubektumi dilakukan pada wanita dengan melakukan tindakan pada
kedua saluran telurnya, sehingga wanita yang bersangkutan tidak dapat
memiliki keturunan lagi.
b. Vasektomi (MOP)
Vasektomi dilakukan pada pria dengan cara melakukan tindakan pada
vas deferens sehingga alur transfortasi sperma terhambat dan proses
fertilasi tidak terjadi.
3) Metode Modern
a. Kontrasepsi Oral
Konrasepsi Oral yaitu kontrasepsi berbentuk obat yang harus di
konsumsi setiap hari.
b. Suntik/Injeksi

10
Suntik/Injeksi yaitu jenis kontrasepsi yang dilakukan dengan cara
injeksi pada ibu, dengan jarak pemberian injeksi selanjutnya sesuai
dengan jenis injeksi yang digunakan.
c. Subkutis/Implan
Subkutis/Implan yaitu jenis kontrasepsi yang diberikan dengan
pemasangan alat di bawah kulit.
d. Intra Uterine Device (IUD)
IUD yaitu jenis kontrasepsi yang diberikan dengan cara pemasangan
alat di dalam rahim.12
4. Penapisan Metode Kontrasepsi Hormonal (pil, suntik, implant)
Tabel 2.1 Penapisan Metode Kontrasepsi Hormonal

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Hari Pertama Haid Terakhir
2 Menyusui dan tidak kurang dari
minggu pasca salin
3 Perdarahan bercak antara haid setela
senggama
4 Ikterus pada kulit atau sklera mata
5 Nyeri kepala hebat atau gangguan
visual
6 Nyeri hebat pada betis, paha atau
dada, atau tungkai bengkak (oedema)
7 Tekanan darah di atas 160 mmHg
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
8 Massa atau benjolan pada payudara
9 Sedang minum obat-obatan epilepsy
Sumber : Sri Handayani (2010)

3. Konsep Dasar DMPA


1. Pengertian DMPA (Depo Medroksi Progresteron Asetat)
DMPA (Depo Medroksi Progresteron Asetat) adalah alat kontrasepsi
berupa cairan yang hanya hormon progesteron di suntikkan secara intra
muskuler ke dalam tubuh wanita secara (periodik) setiap 3 bulan sekali.14

11
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat) atau Depo Provera,
diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan secara
intamuskular di daerah bokong dan dianjurkan untuk diberikan tidak lebih dari
12 minggu dan 5 hari setelah suntikan terakhir.16

2. Efektivitas
DMPA memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan pertahun asal penyuntikan dilakukan secara benar sesuai jadwal
yang telah ditentukan.15
Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam
mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang
sangat efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini
karena wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan tidak ada
penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare atau muntah.17
3. Keuntungan
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka cukup panjang, karena ovulasi tidak akan
terjadi setelah 14 minggu penyuntikan.
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami - istri.
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6) Sedikit efek samping.
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai menopause.
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10) Menurunkan kejadian penyakit ilmiah payudara.
11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.4
4. Kerugian

12
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a. Siklus haid yang memendek dan memanjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d. Tidak haid sarna sekali (aminorhea ).
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek-samping suntikan berikut.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
Hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan
kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan.
8) Terjadi perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9) Pada penggunanan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
10) Pada penggunanan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi dan dapat menimbulkan sakit
kepala, nervousitas dan jerawat.4
5. Mekanisme Kerja
1) Mencegah Ovulasi
Kadar FSH dan LH menurunkan dan tidak terjadi sentakan LH (LH
surger). Respon kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin- releas-ing
hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi
hipotalamus dikelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK, yang
tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan
hipo-estrogenik.

13
Pada pemakaian DMPA, endrometrium menjadi dangkal dan astrofis
dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi
oedematous. Dengan pemakai jangka lama, endrometrium bisa menjadi
sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan
sedikit jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan
tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah
suntikan DMPA yang terakhir
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
3) Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi.
4) Menghambat tranfortasi gamet oleh tuba
5) Membuat endrometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi
dari ovum yang telah dibuhai.4
6. Indikasi
Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin menurut (Pinem,
2014) yaitu :
1) Usia reproduksi, nulipara dan telah memiliki anak
2) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi
3) Setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus
4) Telah mempunyai banyak anak tetapi belum menginginkan tubektomi
5) Perokok, tekanan darah 180/110 mmHg, masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia
6) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat untuk
tuberkulosis (rifampisin)
7) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen
8) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi dan mendekati usia
menopause.16
7. Kontra indikasi
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin, yaitu:
1) Hamil atau dicurigai hamil karena risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran

14
2) perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore
4) menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes melitus disertai komplikasi
6) Kanker pada traktus genitalia

8. Waktu Penggunaan
Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntikan adalah setiap saat selama
hamil siklus haid, asal ibu tersebut diyakini tidak hamil, mulai hari pertama
sampai hari ke – 7 siklus haid. Pada ibu yang tidak haid, asalkan ibu tersebut
tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat. Selama 7 hari
setelah suntikan tidak boleh bersanggama. Perempuan yang menggunakan
kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan.
Bila kontrasepsi sebelumnya dipakai dengan benar dan ibu tidak hamil,
suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu haid
berikutnya datang. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi yang
akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang
sebelumnya. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinnya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi
yang akan diberikan dapat segera disuntikan, asal saja ibu tidak hamil.
Pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah suntikan ibu tidak boleh bersenggama.16
9. Cara Penyuntikan
Cara penyuntikan kontrasepsi suntikan yaitu:
1) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila terdapat
endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara menghangatkannya.
Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu didinginkan.
2) Semua obat harus dihisap kedalam alat suntik dengan jumla 3 ml dan dosis
150 mg

15
3) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah
dibasahi dengan isopropyl alkohol 60% - 90%. Tunggu dulu sampai kulit
kering, baru disuntik.
4) Suntikan DMPA, secara intramuskuler dalam – dalam didaerah pantat
(bila suntikan terlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan
berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan diberikan
setiap 90 hari. Jangan melakukan masase pada tempat suntikan.16
10. Efek Samping
1) Gangguan siklus haid / menstruasi.
Misalnya : haid yang tidak teratur, perdarahan bercak spotting antar masa
haid dan kadang kala amenore.
2) Perubahan berat badan
Kenaikan berat badan (biasanya tidak lebih dari 1 - 2 kg)
3) Sakit Kepala
4) Mual dan muntah
Pastikan tidak terdapat hamil. Hal ini biasa dan akan hilang dengan
sendirinya dalam waktu dekat.16
4. Konsep Dasar Spotting
1. Pengertian Spotting
Spotting adalah perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak tetapi
tidak berbahaya.7
Spotting adalah perdarahan intermenstrual yang jumlahnya sedikit sekali,
sehingga memerlukan pemakaian tampon atau kain atau kassa pembalut, dan
juga merupakan perdarahan ringan yang tidak berbahaya. Bila
perdarahan/spotting terus berlanjut atau setelah haid namun kemudian terjadi
perdarahan yang hebat maka perlu dicari penyebabnya.19
2. Penyebab Spotting
Spotting terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga
endometrium mengalami perubahan histology.7
Spotting dapat disebabkan berbagai faktor yang bervariasi. Penyebabnya
sangat tergantung pada usia, dan tahap perkembangan yang sedang dijalani

16
oleh seorang perempuan. Beberapa faktor penyebab spotting yang umum
terjadi adalah:
1) Awal mengalami menstruasi
Saat memasuki usia remaja, perempuan akan berada di fase awal
mengalami menstruasi. Pada saat itu, tubuh yang masih beradaptasi
terhadap perubahan hormon, akan sangat mungkin mengalami bercak.
2) Pemakaian alat kontrasepsi
Alat-alat kontrasepsi seperti pil KB, suntik hormon, IUD, maupun implan,
semuanya dapat menyebabkan bercak di antara siklus menstruasi. Bercak
ini bisa terjadi secara spontan, ataupun saat kamu mengalami salah satu
kondisi berikut ini:
a. Baru menggunakan alat kontrasepsi berbasis hormone
b. Melewati dosis atau tidak minum pil KB sesuai dosis yang dianjurkan
c. Baru saja mengubah jenis atau dosis kontrasepsi
d. Menggunakan alat kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
3) Proses pembuahan
Sebagian besar perempuan mengalami siklus menstruasi normal kira-kira
setiap 28 hari sekali. Dilansir dari Healthline, sekitar 3 persen di antaranya
diketahui mengalami bercak antara 11 sampai 21 hari setelah hari pertama
haid terakhirnya. Bercak pada periode ini biasanya terjadi ketika indung
telur melepaskan sel telur. Warna bercak umumnya adalah merah muda
terang atau merah. Spotting akibat ovulasi biasanya akan berlangsung
sekitar 1 hingga 2 hari di tengah siklus menstruasimu.
4) Kehamilan
Bercak yang terjadi selama kehamilan adalah hal yang wajar terjadi.
Sekitar 15 hingga 25 persen perempuan, akan mengalami bercak selama
trimester pertama mereka. Perdarahan yang terjadi seringkali ringan, dan
warnanya berkisar di antara merah muda, merah, atau coklat. Meski
terbilang normal, kamu harus tetap memberi tahu dokter mengenai kondisi
ini.
5) Gangguan sistem reproduksi

17
Beberapa masalah kesehatan yang menyangkut sistem reproduksi
perempuan, seperti fibroid, polip, atau komplikasi dari kontrasepsi
hormonal juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya spotting.
Penyebab bercak dapat bervariasi tergantung pada usia wanita dan tahap
kehidupannya. Bercak bisa menjadi normal pada wanita muda dalam beberapa
tahun pertama periode menstruasi mereka dan pada wanita yang mendekati
menopause. Kontrasepsi hormonal atau terapi hormon juga merupakan
penyebab umum bercak. Dalam kasus lain, bercak disebabkan oleh kelainan
keseimbangan hormon.
1) Penyebab bercak ginekologi
Bercak bisa disebabkan oleh gangguan ginekologi termasuk:
a. Kista (kantung jinak yang berisi cairan, udara, atau bahan lain)
b. Hiperplasia endometrium
c. Menorrhagia (pendarahan hebat selama periode menstruasi)
d. Keguguran (dini)
e. Sindrom ovarium polikistik
f. Beberapa penyakit menular seksual
g. Fibroid uterus atau tumor rahim non-kanker
h. Polip atau massa uterus di endometrium
2) Penyebab hormonal bercak
Bercak juga bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon termasuk:
a. Perubahan kadar estrogen atau progesterone
b. Kontrasepsi hormonal (pil KB, koyo atau suntikan; alat kontrasepsi
dalam rahim)
c. Terapi hormone
d. Hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif)
e. Hipotiroidisme (tiroid kurang aktif)
3) Penyebab bercak yang serius atau mengancam jiwa
Dalam beberapa kasus, bercak mungkin merupakan gejala dari kondisi
serius atau mengancam jiwa yang harus segera dievaluasi. Kondisi
tersebut meliputi:

18
a. Kanker serviks
b. Kehamilan ektopik (kehamilan yang mengancam jiwa yang tumbuh di
luar rahim)
c. Penyakit radang panggul (infeksi pada organ genital internal)
d. Kanker endometrium (kanker selaput rahim)
e. Kanker ovarium
f. Penyakit radang panggul (PID, infeksi pada organ reproduksi wanita)
g. Kanker vagina
h. Trauma vagina atau perut
3. Gejala Spotting
Gejala Spotting menurut Manuaba (2010) yaitu perdarahan sedikit –
sedikit berupa bercak atau flek diantara siklus menstruasi.
Sedangkan menurut Sulistiawaty (2014) gangguan haid seperti : siklus
haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak.
Perdarahan yang diakibatkan bercak, biasanya jauh lebih ringan daripada
perdarahan menstruasi pada umumnya. Bahkan tak akan memerlukan
pembalut atau tampon untuk mengatasinya. Beberapa gejala lain yang umum
menyertai terjadinya spotting adalah:
1. Pendarahan hebat selama siklus menstruasi
2. Menstruasi tidak teratur
3. Sakit perut
4. Rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil
5. Nyeri atau terbakar saat berhubungan seksual
6. Keputihan, kemerahan, atau gatal pada organ kewanitaan
4. Penanganan Spotting
1) Memberitahu kllien bahwa perdarahan ringan seperti Spotting sering
dijumpai tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan.
2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin
melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan yaitu :

19
a. Dengan pil kontrasepsi kombinasi 2x1 tablet sehari, setelah perdarahan
berhenti dosis di turunkan 1x1 tablet sehari, kemudian di hentikan
sama sekali.
b. Premolut N 2x1 tablet sehari sampai perdarahan berhenti, setelah
perdarahan berhenti dosis obat di turunkan menjadi 1x1 tablet sehari
kemudian di hentikan sama sekali. (diberikan sesudah konsultasi
dengan dokter ahli kebidanan).
c. Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien
tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi, maka suntikan jangan
dilanjutkan lagi dan pilihkan jenis kontrasepsi yang lain.7
2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik 3
bulan dengan Spotting
1. Pengkajian

Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui anamnesa


maupun pemeriksaan umum untuk menilai keadaan klien secara menyeluruh 19
Tahap ini meliputi :
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.19 Data subyektif meliputi:
1) Biodata
Identitas pasien dan penanggung jawab. Identitas meliputi Nama Pasien,
Umur, Suku/Bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.19
2) Keluhan utama
Mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan. Pada spotting
keluhan yang dirasakan oleh klien yaitu keluar bercak secara terus
menerus.20
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah
berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan hubungan suami istri dapat
memberikan wawasan tentang keluhan yang ada.
4) Riwayat menstruasi

20
Menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur
atau tidak, keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini
dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai faktor
alat kontrasepsi.
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya
(abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam
kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada
kehamilan, persalinan ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut
mengetahui penyebabnya.
6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui KB yang pernah dipakai, jenis dan lama
berlangsungnya dan keluhan selama menjadi akseptor KB yang
digunakan.
7) Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun penyakit
keluarga seperti jantung. Ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi,
epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi.
8) Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga
kebersiahan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah
terpenuhi gizinya atau tidak.
a. Pola nutrisi : mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien
dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada
pasien.
b. Pola eliminasi : untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK dan
bagaimana keseimbangan antara intake dan output.
c. Pola istirahat : untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan
malam.
d. Aktifitas : untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari.
e. Personal hygiene : untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.

21
f. Pola Seksual : untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan ibu
dan bagaimana posisi dalam hubungan seksual.19
2. Data Obyektif
Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan pemeriksaan
laboratorium.
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang,
atau lemas. Pada kasus leukorea keadaan ibu baik.
b. Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai
composmentis, apatis, somnollen, sopor, koma, atau delirium.
c. Tanda vital
a) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg
b) Pengukuran Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,60C - 37,6°C
c) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit. Normalnya 80–90 x/menit
d) Respirasi : untuk menghitung frekuensi pernafasan pasien dalam
1 menit, batas normalnya 18-24 x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
a. Muka : keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedem, adakah cloasma gravidarum
b. Mata : konjungtiva merah muda atau tidak, sclera putih atau
pucat
c. Hidung : untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip adakah
hidung tersumbat
d. Telinga : untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak , ada
caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak
e. Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid,
tumor dan pembesaran getah bening.
f. Payudara : apakah ada benjolan tumor dan apakah ukuranya simetris

22
g. Abdomen : apakah ada jaringan parut atau bekas operasi.Adakah
nyeri tekan dan adanya masa
h. Genetalia :
Vulva : terdapat bercak – bercak darah.
Inspekulo : keadaan vagina baik, serviks tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan misalnya pemeriksaan USG.19

2. Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan, di interpretasikan sehingga
dirumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan adalah
diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan.21
Dalam merumuskan diagnosa spotting di lihat dari data – data yang
di kumpulkan dan hasil pemeriksaan. diagnosa spotting di tegakkan
apabila akseptor KB suntik 3 bulan mengalami bercak – bercak secara
terus menerus.7
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul.
Berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.21 diagnosa
potensial pada kasus spotting yaitu Menomethroragia.7
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosa potensial yang
berkembang lebih lanjut danmenimbulkan komplikasi, sehingga dapat
segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan diagnosa potensial yang
muncul.21
Tindakan segera tidak dilakukan karena tidak muncul masalah
potensial di karenakan penanganan yang tepat dan observasi yang baik.
Bercak ibu berhenti setelah mengkonsumsi therapy obat B6 dan Pil
kombinasi.7
5. Intervensi

23
Pada pengkajian rencana tindakan yang dilakukan sesuai dengan
asuhan perencanaan yang menyeluruh yaitu dengan mengobservasi
pendarahan, mengobservasi keadaan umum, menjelaskan faktor yang
menyebabkan pendarahan, memberikan dukungan fisiologis, dan
memberikan therapy obat B6 Dan pil kombinasi.21
Perencanaan merupakan pengembangan rencana perawatan yang
komperhensif, ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini adalah
sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah
diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk
memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang
telah direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang manyeluruh.21
Pelaksanaan pada akseptor dengan spotting yaitu melaksanakan
apa yang telah di rencanakan.7
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah yang sudah ada
dapat di atasi sesuai dengan yang sudah direncanakan dan dilakukan pada
kasus. Keadaan ibu semakin membaik. Hasil evaluasi setelah dilakukan
pengobatan, keadaan ibu sudah baik, sudah tidak ada bercak – bercak
darah.20

24
BAB 3
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 26-10-2020
Pukul : 09.00 WIB
Oleh : Ramadhana Larasati
3.1 Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Ny. “A”
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Pegirian

Nama Suami : Tn. “W”


Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK

25
Pekerjaan : Karyawan pabrik
Alamat : Pegirian
b. Keluhan
Keluar flek-flek dari jalan lahir mulai tanggal 14-10-2020 hingga
sekarang. Pasien cemas karena sudah berulang mengalami spotting
c. Riwayat haid :
Menarche :13 th
Dismenorhea : tidak ada
Siklus haid : 28-30 hari (teratur) sebelum menggunakan KB suntik
bulan
Lama : 6-7 hari
Banyaknya : 3-4 pembalut/hari
Lour albus : tidak ada
HPHT : 24-09-2020

d. Riwayat Obstetri yang lalu

Keadaan
Ana Usia Penyulit
Penolong Jenis BB/ Anak
k Kehamila Persalina JK ASI
Persalinan Persalinan PB Sekaran
Ke- n n
g
1 Aterm Bidan Spontan Tidak ada P 2800gr/ Hidup, Eksklusif
49 cm 9 tahun
2 Aterm Dokter SC Mata L 3700gr/ Hidup, Tidak
minus 10 50cm 9 bulan Eksklusif
kanan dan
kiri

e. Riwayat KB
No Metode Lama Keluhan
1. Koitus 1 tahun Tidak ada
Interruptus
2. Kondom 7 tahun Tidak ada

26
3. Suntik 3 bulan 6 bulan bulan Mei pasien mengalami flek-
flek (spotting) selama 2 minggu,
lalu pada bulan Juni mengalami
menstruasi 2 kali dalam sebulan
dan pada bulan agustus mengalami
flek-flek (spotting) selama 2
minggu.

f. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien tidak memiliki penyakit menurun (DM, hipertensi, thalasemia,
asma), namun pasien memiliki riwayat penyakit hepatitis B
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular (HIV, TBC, Hepatitis)
dan menurun (Hipertensi, Diabetes, Asma, Jantung)
h. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali
Lama menikah 10 tahun
i. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Aktivitas :
Kegiatan pasien sehari-hari memasak, mencuci baju, membersihkan
rumah, dan mengasuh anak
2) Nutrisi :
Makan 2-3/hari, menu bervariasi (nasi, sayur, lauk), suka makan
pedas, tidak ada alergi makanan
Minum 6-8 gelas/hari (air putih, teh manis)
3) Personal Hygiene :
Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, ganti celana dalam 2-3x/hari
setiap setelah mandi, ganti pembalut 3-4x/hari selama mengalami
spotting dan menstruasi
4) Eliminasi :
BAB 1x/hari, BAK 5-6x/hari

27
5) Istirahat :
tidak pernah tidur siang, malam tidur 3-5 jam karena anak kadang
terbangun di malam hari
3.2 Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 °C
Nadi : 86/menit
Respirasi : 18/menit
b. Pemeriksaan Antropometri
BB : 55 kg
TB : 155 cm
IMT : 22,8
LILA : 24 cm
c. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat, tidak kuning
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi.
Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid maupun kelenjar limfe.
Dada : pernafasannya teratur, pada payudara tidak terdapat massa
serta tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : terdapat bekas SC (kondisi baik), tidak teraba massa, tidak
ada nyeri tekan
Genetalia : rambut pubis rapih, tidak ada tanda-tanda iritasi, terdapat
bercak darah/flek pada vulva dan pembalut yang dipakai, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholin
Ekstremitas
Atas : pergerakan bebas

28
Bawah : pergerakan bebas

4.3 Analisa Data


P2A0 Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan spotting

4.4 Penatalaksanaan

No Paraf
Waktu Penatalaksanaan
. Pelaksana
1 09.15 WIB 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan. Pasien
mengerti kondisinya saat ini
2. Memberitahu pasien jika pasien
mengalami spotting dan memberi
pengertian tentang spotting. Pasien
mengerti tentang spotting
3. Memberitahu pasien bahwa yang
dialami pasien normal terjadi pada
pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan
dan berangsur-angsur akan
menghilang. Pasien mengerti
5. Memberikan edukasi tentang efek
samping kontrasepsi suntik 3 bulan.
Pasien mengerti edukasi yang
diberikan
6. Menjelaskan pada pasien bahwa tetap
bisa sholat, jika mengalami flek-flek
lebih dari 2 minggu karena bukan
termasuk darah haid. Pasien

29
memahami edukasi yang diberikan
7. Memberikan terapi :
- Sulfas ferros 1x1
- Asam mefenamat 3x1
- Vitamin C 1x1
8. Menganjurkan pasien untuk konsultasi
ke psikolog. Pasien bersedia konsul
saat kontrol nanti
9. Menganjurkan ibu untuk
menggunakan kontrasepsi yang tidak
mengandung hormon seperti IUD bila
merasa terganggu dengan keluhan
yang dialami. Pasien masih
memikirkan untuk tetap menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan atau beralih
ke kontrasepsi lainnya.

30
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 06-11-2020
Pukul : 08.30 WIB
S :
Sudah tidak keluar flek-flek, pasien ingin beralih menggunakan kontrasepsi
kondom karena cemas dan takut akan mengalami flek-flek lagi
O :
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,6 °C
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 18x/menit
- Pemeriksaan Fisik :
Genetalia : rambut pubis rapih, tidak ada tanda-tanda iritasi, tidak
terdapat bercak darah/flek pada vulva, tidak ada pembesaran kelenjar bartholin
- Skrining gejala cemas menggunakan SRQ hasil skor 2, artinya tidak ada
masalah. Pasien tidak pernah cerita ke orang lain ketika ada masalah
A :
P2A0 Akseptor KB Suntik 3 bulan
P :
No Waktu Penatalaksanaan Paraf

31
. Pelaksana
1 08.40 WIB 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan. Pasien
mengerti kondisinya saat ini.
2. Memberitahu pasien jika pasien sudah
tidak mengalami spotting. Pasien
mengerti kondisinya namun masih
cemas jika terulang kembali
3. Menjelaskan pada pasien tingkat
keefektifan menggunakan metode
kondom lebih rendah daripada suntik 3
bulan. Pasien mengerti
4. Menganjurkan pasien untuk
menggunakan metode kontrasepsi
jangka Panjang (IUD) karena anak
masih usia < 2 tahun, dan risiko tinggi
bila terjadi kehamilan. Pasien ingin
menggunakan kontrasepsi IUD jika
tidak dilakukan swab covid-19
5. Menjelaskan pada pasien bahwa
sekarang tidak perlu swab untuk
menggunakan IUD. Pasien mengerti
dan berencana menggunakan IUD
bulan depan
6. Menjelaskan secara detail efek samping
penggunaan IUD dan efektifitasnya,
Pasien memahami
2 09.30 7. Melakukan kolaborasi dengan psikolog :
- Mengajarkan pasien manajemen
stress yang benar
- Menganjurkan pasien untuk sering
bercerita/sharing ke suami dan

32
keluarga jika terdapat masalah

BAB 4
PEMBAHASAN

Pengkajian data subjektif ditemukan bahwa Ny.”A” merupakan pengguna


kontrasepsi suntik 3 bulan, dengan keluhan keluar flek-flek dari jalan lahir. Maka
Ny. “A” termasuk dalam keluarga berencana, sesuai dengan teori Sulistyawati
(2012)7 bahwa Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi. Ny.
“A” saat ini umur 35 tahun, jumlah anak 2, anak terakhir umur 9 bulan, sedang
menyusui dan tidak ingin punya anak dulu, hal ini sesuai dengan teori Mulyani
(2013)13 bahwa indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien
menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang atau klien telah mempunyai
cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok
untuk klien yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari
atau saat melakukan sanggama, dan klien yang sedang menyusui. Klien yang
mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok
menggunakan kontrasepsi suntik.
Pada pengkajian data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik terdapat
bercak darah (flek-flek) di vulva dan pembalut yang dipakai pasien dimana hal
ini sesuai dengan teori menurut menurut (Sulistyawati, 2012) 7 dimana terdapat
beberapa efek samping penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan diantaranya
yaitu : gangguan haid (seperti : amenorea, menoragia, metroragia, spotting),
leukorhea (keputihan), timbulnya jerawat, perubahan libido.

Analisa data dari kasus Ny. “A” adalah P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan

33
dengan spotting. Analisa ini tegakkan berdasarkan dari hasil pengkajian data
subjektif dan objektif.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Melalui pengkajian data subjektif ditemukan bahwa Ny.”A” merupakan
pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan, saat ini umur 35 tahun, jumlah anak 2,
anak terakhir umur 9 bulan, sedang menyusui, tidak ingin punya anak dulu
dengan keluhan keluar flek-flek dari jalan lahir. Pada pengkajian data
objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik terdapat bercak darah (flek-flek)
di vulva dan pembalut yang dipakai pasien.
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan Ny. “A” akseptor KB suntik
3 bulan dengan spotting. Intervensi yang diberikan terkait masalah spotting
yaitu konseling efek samping kontrasepsi suntik 3 bulan.

5.2 Saran

Diharapkan pasien memahami efek samping dari penggunaan kontrasepsi


suntik 3 bulan dan mengkonsumsi vitamin yang telah diberikan. Diharapkan
pasien menunda kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang yang telah disepakati bersama pasangan

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukawati, AB. (2014) Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Dalam


Tanya Jawab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2. SDKI. (2012). Survei demografi dan kesehatan Indonesia. Jakarta
3. BKKBN. (2014). Profil hasil pendataan keluarga tahun 2014.
http://.bkkbn.go.id (Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020)
4. Saiffudin, AB., Affandi, B., Baharuddin, M., Soekir, S. (2012) Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
5. Putri, D.Y., Nurullita, U. & Pujiati, N. (2012) Gambaran Pola Menstruasi
Akseptor Kontrasepsi Suntik 1 bulan dan 3 bulan. [Internet] Available from:
http://jurnal.unimus.ac.id (Diakses 28 Oktober 2020)
6. Wiknjosastro, H. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
7. Sulistyawati, A. (2012) Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Medika.
8. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2014. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Jakarta.
9. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana [BKKBN]. (2012). Buku
Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta : BKKBN
10. Sety, L. M. (2014, April). Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan
Gangguan Menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal Kesehatan, 5, 60-
66.

35
11. Handayani, S. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Yogyakarta :
Pustaka Rihana.
12. Affandi, Adriaansz, Gunardi, Koesno. (2014). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
13. Mulyani, N.S., Rinawati. (2013) Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
14. Syarifuddin & Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
15. Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
16. Pinem, S. (2014). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media
17. Everett, S. (2008). Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif.
Jakarta: EGC.
18. Verawaty, S.N & Rahayu. (2012). Merawat dan menjaga kesehatan seksual
wanita. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.
19. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik
keperawatan professional. (Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.
20. Estiwidani dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya.
21. Varney, Helen, dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta: EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai