Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.

1 Tahun 2020

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA PUTRI DENGAN KEPUTIHAN

Risa Pitriani

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Jl. Mustafa Sari No. 5 Tangkerang Selatan, Pekanbaru
risapitriani@htp.ac.id

INTISARI
Latar Belakang Studi Kasus: Sekitar 70% remaja putri mengalami masalah keputihan.
Keputihan yang terjadi pada remaja putri tersebut kebanyakan disebabkan oleh masih minimnya
kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama dalam kebersihan organ genetalia.
Tujuan Studi Kasus: Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu remaja putri dengan
keputihan menggunakan metode SOAP.
Metode Studi Kasus: Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan
pendekatan Continuity Of Care diberikan pada siswi kelas X SMAN 6 Pekanbaru Jl. Bambu
Kuning No 28, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru dari 03-10 Juli
2019. Subyeknya Nn. S Umur 17 tahun. Jenis data primer. Cara pengumpulan data anamnesa,
observasi, pemeriksaan dan dokumentasi. Analisa data dengan membandingkan antara data yang
diperoleh dengan teori yang ada.
Laporan Kasus dan Bahasan: Saat ditanyakan Nn.S mengatakan telah mengalami keputihan
sejak 3 bulan yang lalu, keputihan yang dilami yaitu sebelum menstruasi dan saat stress,
keputihan berbentuk encer, keputihannya tidak berbau dan tidak gatal.
Simpulan: Asuhan kebidanan dilaksanakan menggunakan pendekatan dengan
pendokumentasian SOAP (Subjektif, Objektif, Asesmen, Penatalaksanaan). Tidak ditemukan
kesenjangan pada hasil data Subjektif dan Objektif. Sehingga setelah semua data terkumpul
dapat disimpulkan Analisa dan melakukan Penatalaksanaan sesuai dengan teori.
Saran: Diharapkan pihak Sekolah SMAN 6 Pekanbaru, dapat meningkatkan pendidikan dan
pengetahuan siswi dengan melibatkan tenaga kesehatan setempat dengan cara memberikan
penyuluhan, poster, leaflet khususnya tentang penanganan keputihan pada remaja putri.

Kata Kunci : Remaja, Keputihan dan pencegahan keputihan

PENDAHULUAN flour albus bagi remaja putri terutama

Remaja merupakan fase masa sebelum dan sesudah haid

perkembangan yang paling kompleks (Novrinta, 2011).

dengan segala permasalahannya. Fase Flour albus atau keputihan

paling penting bagi remaja adalah masa merupakan gejala yang berupa cairan

pubertas, dimana bagi remaja putri yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia

ditandai dengan matangnya organ yang tidak berupa darah. Pengeluaran

reproduksi. Kematangan organ cairan ini sebagai keadaan faal dari

reproduksi akan menjadi faktor pencetus saluran kelamin wanita. Seluruh

48
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

permukaan saluran kelamin wanita Negeri 2 Rambah Samo Kabupaten

mempunyai kemampuan untuk Rokan Hulu Provinsi Riau dengan 126

mengeluarkan cairan berupa lendir responden didapatkan hasil bahwa

jenuh, tidak berwarna dan tidak berbau 84,9% remaja putri pernah mengalami

busuk (Premasemara, 2009). keputihan, 72,8% dengan pengetahuan

World Health Organization yang tinggi dan 69% dengan sikap yang

(WHO) (2010) menyatakan pada bahwa positif (Kursani, et all., 2015).

5% remaja didunia terjangkit PMS Bila dilihat dari hasil data diatas

dengan gejala keputihan setiap banyak remaja yang mengalami

tahunnya, dan sebesar 75% wanita di keputihan, tetapi banyak juga remaja

seluruh dunia setidaknya mengalami yang menganggap keputihan bukanlah

candidiasis atau penyebab keputihan hal yang serius. Sehingga banyak remaja

sebanyak satu kali dalam seumur yang kurang memperhatikan kebersihan

hidupnya (Febryary, Astuti, & Hartinah, personal hygienenya. Keputihan

2018). merupakan masalah yang harus

Di Indonesia (2013) ada sekitar ditangani, karena apabila keputihan

70% remaja putri mengalami masalah yang dialami remaja dalam 3 bulan

keputihan. Keputihan yang terjadi pada berturut-turut dan tidak diobati dengan

remaja putri tersebut kebanyakan benar akan menyebabkan terjadinya

disebabkan oleh masih minimnya berbagai penyakit infeksi kandungan

kesadaran untuk menjaga kesehatan (Kursani, et all., 2015).

terutama dalam kebersihan organ Untuk memberikan pelayanan

genetalia (YUNIANTI dalam Hariana kesehatan kepada remaja puskesmas

R, dkk, 2015). yang ada di Pekanbaru telah

Berdasarkan hasil penelitian yang menyediakan pelayanan PKPR

dilakukan oleh Insani (2011) di SLTP (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja).

49
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

Pelayanan PKPR bertujuan untuk pemberian asuhan pada remaja dengan

remaja memeriksa atau berkonsultasi gangguan reproduksi.

tentang masalah kesehatan reproduksi,

walaupun belum semua Puskesmas METODE STUDI KASUS

PKPR memberikan pelayanaan kepada Studi kasus ini menggunakan metode

remaja secara terpisah. Sebagian besar deskriptif observasional dengan pendekatan

layanan remaja masih digabungkan Continuity Of Care diberikan pada siswi

dengan pelayanan umum (Kementerian kelas X SMAN 6 Pekanbaru Jl. Bambu

Kesehatan RI, 2014). Kuning No 28, Kelurahan Rejosari,

Berdasarkan studi pendahuluan Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru

yang dilakukan pada Siswi kelas X dari 03-10 Juli 2019. Subyeknya Nn. S

SMAN 6 Pekanbaru, dari 10 orang siswi Umur 17 tahun. Jenis data primer. Cara

tersebut hanya 4 orang siswi yang pengumpulan data anamnesa, observasi,

mengetahui bagaimana cara mengatasi pemeriksaan dan dokumentasi. Analisa data

keputihan, sedangkan 6 orang lainnya dengan membandingkan antara data yang

mengalami keputihan dan tidak diperoleh dengan teori yang ada.

mengetahui bagaimana cara

mengatasinya. Oleh karena itu perlu HASIL STUDI KASUS

dilakukan asuhan kepada para remaja Kunjungan ini dilakukan pada hari

putri tersebut. Berdasarkan atas hal Rabu tanggal 03 Juli 2019 pukul 15.20 Wib

tersebut penulis tertarik untuk Data Subjektif

melakukaan asuhan kebidanan dengan a. Mengalami keputihan sejak 3 bulan

judul “Asuhan Kebidanan pada yang lalu, keputihan yang dialami yaitu

Remaja Dengan Keputihan di SMAN sebelum menstruasi dan saat stress.

6 Pekanbaru Tahun 2019” sesuai Keputihannya berbentuk bening dan

prosedur dan wewenang bidan pada

50
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

encer, keputihannya tidak berbau dan makan sayur, kadang kadang makan

tidak gatal. gorengan.

b. Menarche pada usia 10 tahun Data Objektif

c. Haid atau menstruasi bulan sebelumnya K/U baik, kesadaran compos mentis,

tanggal 08 juni 2019, biasanya TD : 120/80 mmHg, N : 76 x/i, P : 20 x/i, S :

menstruasi kadang maju kadang 36,1˚C, BB : 58 Kg, TB : 154 Cm. Tampak

mundur 2-3 hari. keputihan dicelana dalam klien tampak

d. Merasa khawatir dengan keadaannya. seperti susu dan berlendir.

Klien juga mengatakan sebelumnya ia Analisa/Assesment

tidak mengetahui apa itu keputihan. Nn. S umur 17 tahun dengan

Tidak pernah mengeringkan vagina keputihan

setelah BAB/ BAK sebelum memakai Penatalaksanaan

celana dalam. Penatalaksanaan yang dilakukan

e. Tidak mengetahui bahwa bahan dari pada studi kasus ini sesuai dengan teori yang

celana dalam sangat berpengaruh ada disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

dengan keputihan. Menggunakan celana

dalam bahan jersey. PEMBAHASAN

f. Tidak memiliki riwayat penyakit kronis 1. Data Subjektif

yang akan mempengaruhi timbulnya Data subjektif menggambarkan

keputihan pendokumentasian hasil pengumpulan

g. Semenjak libur sekolah klien juga data klien melalui anamnesa.

sering bergadang, disebabkan Berdasarkan hasil penelitian yang

kurangnya aktivitas diluar rumah. dilakukan, peneliti menemukan

h. Suka makan sayur dan kadang-kadang beberapa data subjektif yang dapat

suka ngemil, seminggu terakhir kadang secara langsung dari pasien diantaranya

adalah klien mengatakan sudah terjadi

51
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

keputihan selama 3 bulan terakhir, pendokumentasian hasil pemeriksaan

warnanya bening, cair atau encer tidak fisik klien, hasil laboratorium, dan tes

berbau dan tidak gatal. Keputihannya diagnostik lainnya yang dirumuskan

sebelum menstruasi atau pada saat dalam data fokus untuk mendukung

stress. Merasa sangat khawatir dengan asuhan (Sondakh, 2013). Pada teori

keadaannya. Pada saat BAB/BAK tidak asuhan kebidanan keputihan meliputi

dikeringkan setelah cebok langsung pemeriksaan keadaan umum, tanda

menggunakan celana dalam. Tidak vital, pemeriksaan dalam seperti

pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan

kesehatan reproduksi dan personal laboratorium. Adapun pemeriksaan

hygiene. Menurut (Katharini, 2009) dalam dilakukan terhadap wanita yang

dalam (Tustiyani, 2015) penyebab sudah menikah (Manuaba, 2010).

keputihan yaitu kurangnya menjaga 3. Assasment

kebersihan genitalia yang menimbulkan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa

keputihan, serta pada saat mereka dalam yang ditegakkan bidan dalam lingkup

keadaan stress, kelelahan dan kurang praktek kebidanan dan memenuhi

tidur juga dapat menyebabkan standar nomenklatur diagnose

keputihan. Keputihan ada 2 macam kebidanan (Essawibawa, 2011) dalam

fisiologis dan patologis. Keputihan (Tustiyani, 2015). Diagnosa kebidanan

fisiologis terjadi pada saat subur, serta sendiri didapat dari data dasar yang

saat sesudah dan sebelum menstruasi terdiri dari data subjektif dan data

yang memiliki ciri-ciri: keputihan encer, objektif. Diagnosa yang ditegakkan

bening, tidak berbau dan tidak gatal adalah Nn.”S” dengan keputihan.Dari

(Nadesul, 2010). data yang diperoleh, dapat ditarik

2. Data Objektif kesimpulan bahwa Nona S sedang

Data objektif menggambarkan mengalami keputihan fisiologis yang

52
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

disebabkan oleh faktor kebersihan. dalam mencegah keputihan antara lain

4. Penatalaksanaan menjaga kebersihan daerah vagina.

Menurut (Sondakh, 2013) planning Mencuci bagian vulva (bagian luar

menggambarkan pendokumentasian vagina) setiap hari dan menjaga agar

tindakan dan evaluasi perencanaan, tetap kering harus dilakukan untuk

implementasi berdasarkan pengumpulan mencegah tumbuhnya bakteri dan

data subjektif, objektif dan assasment jamur. Remaja juga sebaiknya

sesuai kebutuhan pasien. Planning pada menggunakan sabun non parfum saat

kasus ini penulis memberikan mandi untuk mencegah timbulnya iritasi

pendidikan kesehatan tentang pada vagina. Menghindari penggunaan

keputihan, dimana pendidikan cairan pembersih kewanitaan yang

kesehatan ini untuk meningkatkan mengandung deodoran dan bahan kimia

pengetahuan sehingga mampu terlalu berlebihan, karena hal itu dapat

memelihara serta meningkatkan mengganggu pH cairan kewanitaan dan

kesehatannya sendiri, dalam mengubah, dapat merangsang munculnya jamur

menumbuhkan dan mengembangkan atau bakteri. Menjaga kuku tetap bersih

perilaku positif. Pendidikan kesehatan dan pendek merupakan salah satu cara

bermanfaat untuk membantu orang- untuk mencegah keputihan pada remaja.

orang mengontrol kesehatan mereka Kuku dapat terinfeksi Candida akibat

sendiri dengan cara memengaruhi, garukan pada kulit yang terinfeksi.

memungkinkan dan menguatkan Candida yang tertimbun dibawah kuku

keputusan atau tindakan sesuai dengan tersebut dapat menular ke vagina saat

nilai dan tujuan mereka sendiri mandi atau cebok (Army, 2007) dalam

(Maulana, 2009). (Johar et al., 2013).

Menurut Army (2007) dalam (Johar

et al., 2013), hal yang dapat dilakukan

53
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

KESIMPULAN dilahan agar mahasiswa dapat

Setelah dilakukan pengkajian sampai meningkatkan pengetahuan dan

evaluasi kasus tidak terdapat kesenjangan keterampilan pada remaja atau wanita.

antara teori dan praktik di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

SARAN
Febryary, D. R., Astuti, S., & Hartinah, H.
1. Bagi Tempat Penelitian (2018). Gambaran Pengetahuan, Sikap
Dan Perilaku Remaja Putri Dalam
Diharapkan pihak Sekolah SMAN 6 Penanganan Keputihan Di Desa
Cilayung. Jurnal Sistem
Pekanbaru, dapat meningkatkan Kesehatan, 2(1),
Johar, W. E., Rejeki, S., & Khayati, N.
pendidikan dan pengetahuan siswi (2013). Persepsi dan Upaya
Pencegahan Keputihan pada
dengan melibatkan tenaga kesehatan Remaja Putri di SMA
Muhammadiyah 1 Semarang.
setempat dengan cara memberikan JKMat (Jurnal Keperawatan
Maternitas), 1, 37–45.
penyuluhan, poster, leaflet khususnya
Kementerian Kesehatan RI. (2014).
tentang penanganan keputihan pada Pedoman Standar Nasional
Pelayanan Kesehatan Peduli
remaja putri. Remaja (PKPR) [Guidance of
national standard of adolescent
2. Bagi Institusi Pendidikan health services] (1st ed.).
https://doi.org/613.043.3. Ind.b
Diharapkan kampus STIKES Hang
Kursani, et all., E. (2015). Faktor-faktor
Tuah Pekanbaru dapat menyiapkan dan yang mempengaruhi terjadinya
flour albus (Keputihan) pada remaja
memperbanyak referensi atau akses putri. Jurnal Maternity, 2(1), 30–
36.
jurnal terutama tentang penanganan
Manuaba, I. (2010). Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan & Keluarga
keputihan, agar mahasiswa dapat
Berencana Untuk Pendidikan Bidan
(3rd ed.; S. P. Barus, ed.). Jakarta:
membuat pendokumentasian asuhan
EGC.
kebidanan tersebut dengan baik dan Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan
(1st ed.; E. K. Yudha, ed.). Jakarta:
bena EGC.
Serta dapat lebih meningkatkan mutu Nadesul, H. (2009). Kiat Sehat Pranikah
Menjadi Calon Ibu, Membesarkan
pendidikan baik teori maupun praktik Bayi

54
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

Nadesul, H. (2010). Cantik Cerda & Premasemara. (2009). Pengetahuan Dan


Feminin kesehatan Perempuan Sikap Remaja Perempuan
Sepanjang MAsa (1st ed.; J. Mengenai Cara Mencegah Dan
Kustana, ed.). Jakarta: PT Kompas Mengatasi Keputihan Di Klinik
Media Nusantara. Remaja Kisara Pada Tahun 2009.
Jurnal Seksologi Indonesia.
Novrinta, A. D. (2011). Hubungan
Antara Pengetahuan Dan Perilaku Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan
Menjaga Kebersihan Genetalia Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Eksterna Dengan Kejadian (16th ed.S. dan R. A. Carolina, ed.).
Keputihan Pada Siswi SMA Negeri jakarta: Penerbit Erlangga.
4 Semarang. Artikel Karya Tulis
Ilmiah. Tustiyani, L. D. (2015). Program studi
https://doi.org/10.1002/chem.20109 diploma iii kebidanan sekolah
0025 tinggi imu kesehatan kusuma
husada surakarta 2015

55

Anda mungkin juga menyukai