Anda di halaman 1dari 86

GAMBARAN PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR

NORMAL 0 - 6 JAM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI


SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan

Oleh:
RIRIN KUSUMA WARDANI MANGIDI
NIM.P00324014066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III
2017
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama : Ririn Kusuma Wardani Mangidi

2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 25 November 1996

3. Agama : Islam

4. Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia

5. Alamat :Jln. Gersamata, Kecamatan Wua-wua

B. JENJANG PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Teteasa Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 2 Andolo (sekarang SMP N 23 Konsel) Tamat Tahun

2011

3. SMA Negeri 1 Andolo (sekarang SMA N 6 Konsel) Tamat Tahun

2014

4. Mahasiswi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun

2014- sampai sekarang.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini walaupun dalam bentuk

yang sederhana, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Kebidanan Poltekkes Kendari dengan judul

“Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0 – 6 jam di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017”.

Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan, sampai

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, terdapat hambatan maupun kesulitan

yang dijumpai penulis akan tetapi semuanya dapat teratasi berkat

bantuan, bimbingan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada Ibu

Hendra Yulita, SKM, MPH selaku pembimbing I dan Ibu Yustiari, S.Si.T,

M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini hingga selesai.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua

pihak, baik lembaga maupun pribadi sebagaimana penulis sebutkan

dibawah ini:

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kendari.

3. Kepala Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari dr.I Putu Dewa

Ardika Sp.OG.

4. Ibu Hj. Syahrianti S.Si.T, M.Kes Penguji I, Ibu Arulfa S.Si.T, M.Keb

selaku Penguji II dan Andi Malahayati S.Si.T, M.Kes selaku Penguji III.

5. Para dosen dan seluruh staf tata usaha di lingkungan Politeknik

Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan.

6. KTI ini peneliti persembahkan terkhusus untuk kedua orang tua saya

tercinta, Alm. Bapak Irwan Mangidi dan Almh. Ibu Nurlian Kakia yang

telah membesarkan, mengasuh, doa restunya yang tiada ternilai

harganya demi kesuksesan studi yang peneliti laksanakan, semoga

beliau diberi tempat yang layak disisi Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini masih terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan yang

disebabkan oleh keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan

penulis. Oleh karena itu saran, pendapat dan kritikansangat penulis

harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat Bagi kita

semua

Kendari, 21 Juli 2017

Penulis
ABSTRAK

GAMBARAN PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR NORMAL


0 - 6 JAM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2017
1 2 2
Ririn Kusama Wardani Hendra Yulita Yustiari

Latar belakang: Kejadian kematian tertinggi pada bayi dan balita terjadi pada masa
neonatus. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari)
menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian
bayi.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 - 6 jam
di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017.
Metode penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif
yang dilakukan dengan survey observasi dimaksudkan untuk mendeskripsikan fakta
mengenai suatu keadaan secara objektif. Jumlah sampel sebanyak 17 bayi baru lahir
normal umur 0-6 jam yang diambil secara Accidental sampling dengan data primer yang
diperoleh melalui obsesrvasi secara langsung
Hasil penelitian: Penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pembersihan
jalan nafas, pemotongan tali pusat, penilaian apgar score dan pemantauan tanda bahaya
dilakukan pada semua bayi yaitu 17 bayi (100%). Sedangkan bayi yang diIMD sebanyak
7 bayi, tidak di IMD 10 bayi, diberi Vitamin K sebanyak 14 (82,4%) bayi dan tidak diberi
Vitamin K sebanyak 3 bayi (17,6%). Bayi yang diberi Hepatitis B sebanyak 5 bayi (29,4%)
dan tidak diberi Hepatitis B sebanyak 12 bayi (70,6%). Bayi yang dilakukan pencegahan
infeksi mata sejumlah 11 bayi (64,7%) dan tidak dilakukan pencegahan infeksi mata
sebanyak 6 bayi (35,3%). Dan bayi yang dilakukan pemeriksaan fisik sebanyak 12 bayi
(70,6%) dan yang tidak dilakukan pemeriksaan fisik sebanyak 5 bayi (29,4%).
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar bayi baru lahir telah
ditatalaksana dengan baik.

Kata Kunci : Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal

Daftar Pustaka : 19 (2009-2012)

1. Mahasiswa
2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Telaah Pustaka ....................................................................... 8
B. Landasan Teori ....................................................................... 32
C. Kerangka Konsep ................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ....................................................................... 34
B. WaktudanTempat.................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 34
D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ......................... 35
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................ 38
F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 39
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..................................... 39
H. Penyajian Data........................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 41
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 43
C. Pembahasan.......................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 61
B. Saran .................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Hal


Tabel Nilai
2.1 APGAR……………………………………………… 10
Tabel Penilaian Score Down…………………………………
2.2 12
Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
0-6 Jam berdasarkan pembersihan Jalan Nafas….. 44
4.1
Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
0-6 Jam berdasarkan Pemotongan Tali 44
4.2
Pusat………

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal


0-6 Jam berdasarkan Penilaian Apgar Score……… 45
4.3
Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
0-6 Jam berdasarkan Inisiasi Menyusu 45
4.4
Dini…………
Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
0-6 Jam berdasarkan Pemberian Vitamin K……….. 46
4.5
Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
0-6 Jam berdasarkan Pemberian Hepatitis B……… 46
4.6
Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
0-6 Jam berdasarkan Pencegahan Infeksi 47
4.7
Mata……

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal


0-6 Jam berdasarkan Pemeriksaan Fisik…………… 47
4.8
Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
0-6 Jam berdasarkan Pemnatauan Tanda 48
4.9
Bahaya…
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 Tabel Obsefrvasi Penelitian

Lampiran 3 Master Tabel Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Unit PPM Poltekkes Kemenkes


Kendari

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSU


Dewi Sartika

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu

indikator di suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal

masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya penurunan

angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal

dan neonatal yang berkualitas keadaan masyarakat yang belum

terlaksana (Sarwono, 2010).

Kejadian kematian tertinggi pada bayi dan balita terjadi pada

masa neonatus.Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada

tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.Perhatian terhadap

upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi

penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59%

kematian bayi (Kemenkes RI, 2014).

Risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan

komplikasi pada minggu pertama kelahiran, maka setiap bayi baru

lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering,

minimal dua kali dalam minggu pertama.Langkah ini dilakukan untuk

menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya

pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk

mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan


kematian.Kunjunganneonatus merupakan salah satu intervensi untuk

menurunkan kematian bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2014).

Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan di

dalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan

diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar

terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi

semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anak adalah sistem

pernapasan, sirkulasi, ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah

diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk menangani

bayi baru lahir (Suparyanto, 2012).

Bayi Baru Lahir adalah janin yang lahir melalui proses

persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan. Periode

neonatal adalah periode yang sangat penting dalam kehidupan. Dari

penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi

pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang

baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan

menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat

seumur hidup,bahkan kematian misalnya sebagai akibat hipotermi

pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang

dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan

mengakibatkan kerusakan otak, akibat selanjutnya adalah

perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan

keterlambatan tumbuh kembang. Pada dasarnya perkembangan


abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja.

Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan yang

lebih cepat atau lebih bagus dari pada rata-rata, misalnya: anak yang

memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau disebut anak berbakat.

Oleh karena itu, dalam penyajian ini perkembangan anak luar biasa,

khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu kesatuan

dalam perkembangan abnormal (Hapsari, 2011).

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode

neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia,

mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada BBLR, pemberian

ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare,

pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan

stimulasi psikologi merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan

bayi dan anak. Hal ini akan memberikan kontribusi yang positif dalam

penurunan angka kematian bayi (Suryaningtyas, 2013).

Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan

28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal),

pada umumnya disebabkan oleh Tetanus Neonatorum, Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain seperti pertumbuhan janin

yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya oksigen dalam

rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan

saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir) (Dinkes

Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014).


Kematian neonatal terbesar di Sulawesi Tenggara

disebabkan oleh sebab lain-lain sebanyak 244 orang, BBLR 120

orang, asfiksia 89 orang, sepsis 9 orang dan tetanus 3 orang, dengan

demikian total kematian neonatal tahun 2012 adalah 484 orang, hal

ini menunjukkan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi

yang paling tinggi, yaitu 484 kematian dari 693 bayi (Profil Kesehatan

Sulawesi Tenggara, 2014).

Kriteria penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam

seperti pencegahan infeksi, membersihakan jalan nafas, memotong

tali pusat, penialian apgar score,inisiasi menyusu dini, pemberian

vitamin K, pemberian Imunisasi Hb0, pencegahan infeksi

mata,pemeriksaan Fisik Bayi baru Lahir serta pemantauan tanda

bahaya dan pencegahan kehilangan panas melalui tunda manda

selama 6 jam(Kemenkes RI, 2013).

Oleh karena itu peran bidan dalam mengatasi terjadinya

komplikasi pada bayi maka perlu dilakukan asuhan kebidanan yang

memadai dan paripurna dalam rangka melaksanakan fungsinya

untuk dalam meningkatkan pelaksanaan bayi baru lahir normal 0-6

jam sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan taraf hidup ibu dan

bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI dan AKB.

Berdasarkan hasil survey data yang ada di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika pada tahun 2016, terdapat 213 bayi lahir normal,

dan dari 10 bayi yang dilahirkan, semua bayi langsung dibawa ke


ruang bayi dan tidak dilakukan inisiasi menyusu dini. Berdasarkan

uraian di atas maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam di

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0 - 6 jam di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 - 6

jam di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Meninjau bayi baru lahir normal 0 - 6 jam dengan pelaksanaan

Pembersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Tahun 2017

b. Meninjau bayi baru lahir normal 0 - 6 jam dengan pelaksanaan

Pemotongan Tali Pusat di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Tahun 2017

c. Meninjau bayi baru lahir normal 0 - 6 jam dengan pelaksanaan

Penilaian Apgar Score Pusat di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Tahun 2017


d. Meninjau bayi baru lahir normal 0 - 6 jam dengan pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Tahun 2017.

e. Meninjau penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 - 6 jam

dengan Pemberian Vitamin K1 di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Tahun 2017

f. Meninjau penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 - 6 jam

dengan Pemberian Imunisasi Hb0 di Rumah Sakit Umum

Dewi Sartika Tahun 2017

g. Meninjau penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 - 6 jam

dengan Pencegahan Infeksi Mata di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Tahun 2017

h. Meninjau penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 - 6 jam

dengan Pemeriksaan Fisik Bayi di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Tahun 2017.

i. Meninjau bayi baru lahir normal 0 - 6 jam dengan pelaksanaan

Pemantauan tanda bahaya di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi Pendidikan

Diharapakan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang

penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Tahun 2017


2. Bagi Rumah Sakit Dewi Sartika

Dapat menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan dan

peningkatan kualitas pelayanan khususnya pada penatalaksanaan

bayi baru lahir normal

3. Bagi Penulis

a. Sebagai aplikasi antara ilmu yang didapat di Institusi Pendidikan

dengan kondisi nyata di lapangan.

b. Untuk menambah wawasan, pola pikir, pengalaman dan

meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan bayi baru

lahir normal 0 - 6 jam.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Nurlia dengan Judul

Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal diRumah Sakit Khusus

DaerahIbu dan Anak Pertiwi Makassar tahun 2015 dengan tiga

variabel bebas yaitu Pembersihan Jalan Nafas, Pemotongan Tali

Pusat, Inisiasi Menyusu Dini, Pemberian Vit K, dan Imunisasi Hb0.

Perbedaan dengan penelitian yang penulis

lakukan adalah tahun penelitian, tempat penelitian dan terdapat 8

varibel bebas yang diteliti yaitu Pembersihan Jalan Nafas,

Pemotongan Tali Pusat, Penialaian Apgar Score, Inisiasi Menyusu

Dini, Pemberian Vit K1, Imunisasi Hb0, Pencegahan Infeksi Mata,

Pemeriksaan Fisik serta pemantauan tanda bahaya bayi baru lahir

normal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Khusus tentang Bayi Baru Lahir Normal

a. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal

1) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam

pertama kelahiran (Saifuddin, 2009).

2) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.

Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu

(Donna 2003 dalam Suparyanto, 2012).

3) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir

2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2012).

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

1) Berat badan 2500 – 4000 gram

2) Panjang badan 48 – 52 cm

3) Lingkar dada 30 – 38 cm

4) Lingkar Kepala 33 – 35 cm

5) Frekuensi jantung 120 – 160 x / menit

6) Pernafasan + 60 – 80 x /menit kulit kemerah – merahan dan

licin karena jaringan subkutan cukup

7) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna
8) Kuku agak panjang dan lemas

9) Genitalia

10)Perempuan, Labia mayora sudah menutupi labia minora

11)Laki-laki, Testis sudah turun, skrotum sudah ada

12)Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

13)Refleks morrow atau gerakan memeluk bila dikagetkan

sudah baik

14)Refleks mengenggam sudah baik

15)Eliminasi baik mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama

meonium berwarna hitam kecoklatan (Sitiatava RP, 2012).

c. Penilaian pada Bayi Baru Lahir

a) Penilaian awal bayi baru lahir

b) Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih

dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera

lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:

a) Apakah bayi cukup bulan ?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

c) Apakah bayi menangis atau bernapas ?

d) Apakah tonus otot bayi baik ?

Jika bayi cukup bulan dan atau air ketuban bercampur

mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau

megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan

langkah resusitasi.
Keadaan umum bayi dinilai setelah lahir dengan

penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk

mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang

dinilai ada 5 poin

a) Appearance (warna kulit)

b) Pulse rate (denyut jantung)

c) Grimace (tonus otot)

d) Activity (aktivitas)

e) Respiratory (pernapasan) (Kemenkes RI, 2013).

Setiap penilaian diberi nilai 0, 1, dan 2. Bila dalam 2

menit nilai apgar tidak mencapai 7, maka harus dilakukan

tindakan resusitasi lebih lanjut, oleh karena bila bayi

mendertita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan

terjadinya gejala-gejala neurologik lanjutan di kemudian hari

lebih besar. berhubungan dengan itu penilaian apgar selain

pada umur 1 menit, juga pada umur 5 menit (Vivian , 2010).

Tabel 2.1 Nilai APGAR

Skor
Tanda
0 1 2

Appearance Badan merah, Sekuruh tubuh


Pucat
(Warna kulit) ektrimitas biru kemerahan

Pulse Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit


(denyut jantung)

Sedikit gerakan
Grimace
Tidak ada mimik/ Batuk/ bersin
(tonus otot)
menyeringai

Ekstrimitas
Activity
Tidak ada dalam sedikit Gerakan aktif
(aktivitas)
fleksi

Respiration Lemah/ tidak Baik/


Tidak ada
pernapasan teratur menangis

Interpretasi:

a) Nilai 1-3 asfiksia berat

b) Nilai 4-6 asfiksia sedang

c) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal) (Vivian, 2010).

c) Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda

kegawatan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi baru lahir

sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda

berikut:

a) Sulit minum

b) Sianosis sentral (lidah biru)

c) Perut kembung

d) Periode apneu

e) Kejang/periode kejang-kejang kecil


f) Merintih

g) Perdarahan

h) Sangat kuning

i) Berat badan lahir < 1500 gram

Tabel 2.2 Penilaian Score Down

Penilaian 0 1 2

Frekuensi
<60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
nafas

Tidak Hilang
Hilang dengan
cyanosis Tidak ada dengan pemberian
pemberian O2
O2

Retraksi Tidak ada Ringan Berat

Tidak ada Penurunan


Air Entry Penurunan berat
penurunan ringan

Dapat

didengar Terdengar tanpa


Merintih Tidak ada
dengan stetoscope

stetoscope

Keterangan:

Skor < 4 : tidak ada gawat nafas

Skor 4-7 : gawat nafas

Skor > 7 : ancaman gagal nafas (Saifudin, 2009).


2. Tinjauan Tentang Neonatus

a. Pengertian Neonatus

1) Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), dijelaskan

bahwa neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga

berumur empat minggu. Neonatus adalah fase awal

ketika seorang manusia lahir ke bumi (Weni, dkk, 2010).

2) Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh

dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Vivian N, 2011).

3) Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi

kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.

Pertumbuhan dan perkembangan normal masa neonatal

adalah 28 hari (Wahyuni S, 2011).

4) Masa neonatus adalah dapat dikatakan dengan singkat

masa usia anak dari sejak lahir ke dunia sampai dengan

4 minggu atau 0-28 hari (Suparyanto,2012).

b. Periode Neonatal

Periode neonatal meliputi jangka waktu sejak bayi baru lahir

sampai dengan usia 4 minggu terbagi menjadi 2 periode, antara

lain :

1) Perode Neonatal Dini yang meliputi jangka waktu 0 - 7 hari

setelah lahir
2) Periode lanjutan merupakan periode neonatal yang meliputi

jangka waktu 8 - 28 hari setelah lahir (Wahyuni S, 2011).

Neonatus yakni suatu organisme yang sedang

tumbuh yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri. Ada 3

faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi ini :

1) Maturasi

Maturisasi yang mempersiapkan fetus untuk transisi dari

kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauteri dan

berhubungan lebih erat dangan masa gestasi dibandingkan

dengan berat badan lahir.

2) Adaptasi

Diperlukan neonatus untuk dapat tetap hidup dalam

lingkungan baru yang dibandingkan dengan lingkungan

selama menjadi fetus, kurang menyenangkan.

3) Toleransi

Dimiliki oleh bayi yang hipoksia, kadar gula yang rendah,

tetapi bagi orang dewasa mungkin sudah fatal tapi pada bayi

belum berakibat fatal(Dewi, 2013).

c. Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Neonatus

1) Perubahan sistem pernapasn

a) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari

faring yang bercabang dan kemudian bercabang kembali

membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini

terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8

tahun sampai jumlah bronkus dan alveolus akan

sepenuhnya berkembang.

b) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

(1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

(2) Mengembangkan jaringan alveolus untuk pertama

kali.

c) Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan dalam paru-

paru.Pada saat melalui jalan lahir selama persalinan,

sekitar sepertiga cairan diperas dari paru-paru.

d) Fungsi pernapasan dalam kaitannya dengan

kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat

penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran

udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah dalam

paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Pengerutan

pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah

yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam

alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi


jaringan, yang akan memperburuk hipoksia

(Nurasiah,dkk. 2014).

2) Perubahan sistem sirkulasi darah

Setelah bayi lahir, darah bayi harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh

guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat

sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim

harus terjadi dua perubahan besar yaitu:

a) Penutupan foramen ovale

b) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan

aorta (Nurasiah,dkk. 2014).

3) Perubahan sistem termogulasi

Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka

sehingga akan mengalami stress dengan adanya

perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat meninggalkan

lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi kemudian masuk ke

lingkungan ruang bersalin yang lebih dingin. Suhu dingin ini

menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga

mendinginkan darah bayi (Nurasiah,dkk. 2014).

Mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir

kehilangan panas:
a) Konduksi, pemindahan panas dari tubuh bayi dihantarkan

ke benda sekitar yang suhu lebih rendah melalui kontak

langsung.

b) Konveksi, panas yang hilang dari tubuh bayi ke udara

sekitar yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang

bergantung pada kecepatan dan suhu udara).

c) Radiasi, panas yang dipancarkan dari bayi ke lingkungan

yang lebih (pemindahan panas antara objek yang

memiliki suhu berbeda).

d) Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan

yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara

(perpindahan panas dengan cara mengubah cairan

menjadi uap) (Dewi, 2013)

4) Perubahan gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mengisap dan

menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang

sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.Kemampuan

bayi baru lahir untuk menelan dan mencerna makanan

masih terbatas.Hubungan antara esophagus bawah dan

lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan

gumoh pada bayi. Kapasitas lambung sendiri sangat

terbatas, kurang dari 30 cc, untuk seorang bayi baru lahir

cukup bulan. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5


sampai 3 jam. Itulah sebabnya bayi memerlukan ASI

sesering mungkin.Pada saat makanan masuk ke lambung

terjadilah gerakan peristaltik cepat.Bayi yang diberi ASI

dapat bertinja 8-10 kali sehari atau paling sedikit 2-3 kali

sehari (Nurasiah,dkk. 2014).

5) Perubahan sistem metabolisme

Untuk memfungsikan otak diperlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat memakai

klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada saat

baru lahir, glukosa darah akan turun lebih cepat (1-2 jam).

Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3

cara:

a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir harus didorong

untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis).

c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain, terutama

lemak (glukoneogenesis) (Nurasiah,dkk. 2014).

6) Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,

sehingga menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi dan

alergi. Sistem imunitas yang matang akan akan memberikan

kekebalan alami atau didapat. Kekebalan alami terdiri dari


struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau

meminimalkan infeksi. Berikut ini beberapa contoh

kekebalan alami:

a) Perlindungan oleh kulit dan membran mukosa

b) Fungsi saringan saluran pernapasan

c) Pembentukan koloni mikroba kulit dan usus

d) Perlindungan kimia oleh lindungan asam lambung

(Nurasiah, dkk. 2014).

7) Perubahan sistem reproduksi

a) Wanita

Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel griminal

primitive.Sel-sel ini mengandung komplemen lengkap

ovarium yang matur terbentuk oogonia lagi setelah bayi

cukup bulan lahir.Konteks ovarium yang terutama terdiri

dari folikel primordial, membentuk bagian ovarium yang

lebih tebal pada bayi baru lahir dari pada orang

dewasa.Jumlah ovum berkurang sekitar 90% sejak bayi

sampai dewasa.Pada bayi cukup bulan, labia mayora

menutupi labia minora.Pada bayi premature klitoris

menonjol dan labia mayora kecil terbuka.

b) Pria

Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi lahir laki-

laki.Preputium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi


baru lahir.Muara uretra dapat tertutup preputium dan

tidak tertarik ke belakang selama tiga samapai empat

bulan (Nurasiah,dkk. 2014).

8) Perubahan sistem muskeletal

Otot sudah dalam keadaan lengkap setelah lahir, tetapi

tumbuh melalui proses hipertropi. Tumpang tindih atau

molase dapat terjadi pada waktu lahir karena tulang

pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami

osifikasi.Molase dapat hilang beberapa hari setelah

melahirkan.

Pada bayi baru lahir, lutut sering berjauhan saat kaki

diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah

terlihat lengkungan pada telapak kaki.Ekstremitas harus

simetris.Harus terdapat kuku jari tangan dan kaki.Garis

telapak kaki dan tangan sudah terlihat (Nurasiah, dkk. 2014).

9) Perubahan sistem neurologi

Sistem neurologi belum matang saat lahir.Reflek dapat

menunjukan normal dari integritas sistem saraf dan sistem

muskeletal.Otak memerlukan glukosa sebagai sumber

energi dan suplai oksigen dalam jumluh besar untuk system

metabolism yang adekuat.Kebutuhan glukosa perlu dipantau

dengan cermat pada bayi baru lahir yang mengalami

hipoglikemi (Nurasiah, dkk. 2014).


Bayi baru lahir memiliki perilaku atau refleks. Beberapa

reflek primitif yang terdapat pada neonatal antara lain :

a) Refleks kedipan, merupakan respon terhadap cahaya

terang yang mengindikasikan normalnya saraf optik.

b) Refleks menghisap (rooting refleks) merupakan refleks

bayi yang membuka mulut atau mencari puting susu.

Apabila diberi rangsangan pada ujung mulut kepala akan

menoleh kearah rangsangan, bibir dibawah dan lidah

akan bergerak kearah rangsangan serta bila dimasukkan

sesuatu kedalam mulutnya akan membuat menghisap.

c) Sucking reflex, yang dilihat pada saat bayi menyusu.

d) Tonick neck reflex, letakkan dalam posisi telentang, putar

kepala ke satu sisi dengan badan ditahan, ekstremitas

terekstensi pada sisi kepala yang diputar, tetapi

ekstremitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan normal,

bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika

diputar ke sisi pengujian saraf assesori.

e) Refleks menggenggam (grasping refleks) dengan

perlakuan bila telapak tangan dirangsang akan membei

reaksi seperti menggenggam.

f) Refleks Moro dengan perlakuan bila diberi rangsangan

yang mengejutkan atau spontan akan terjadi reflek


lengan dan tangan terbuka serta kemudian diakhiri

dengan adduksi lengan.

g) Refleks berjalan (walking refleks) dengan perlakuan

apabila bayi diangkat tegak dan kakinya ditekankan pada

satu bidang datar, maka bayi akan melakukan gerakan

melangkah seolah-olah berjalan.

h) Babinsky refleks apabila diberi rangsangan atau digores

pada sisi lateral telapak kaki ke arah atas kemudian akan

ada gerakan jari sepanjang telapak tangan (Dewi, 2013).

10)Perubahan sistem integumentasi

Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit bayi berwarna merah

dengan sedikir vernik kaseosa.Sedangakan pada bayi

premature kulit tembus pandang dan banyak verniks.Vernik

kaseosa berfungsi dengan dermis dan berfungsi sebagai

pelindung.Pada saat lahir, vernik tidak semua dihilangkan,

karena diabsorbsi kulit bayi dan hilang dalam 24 jam.Kulit

bayi sangan sensitive dan sangat mudah rusak.Bayi baru

lahir tidak memerlukan bedak atau krim, karena zat-zat kimia

dapat mempengaruhi pH kulit bayi (Nurasiah, dkk. 2014).

Kulit neonatal yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan

padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak

tangan, kaki dan selangkangan. Kulit biasanya dilapisi

dengan zat lemak berwarna kekuningan terutama di daerah-


daerah lipatan dan bahu yang disebut vernik kaseosa(Dewi,

2013).

3. Tinjaun Tentang Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal

1) Membersihkan jalan nafas

Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas

atau kain kasa steril satu demi satu,dimulai dari luar

kedalam.Sesudah bayi lahir lengkap,saat lahir segera dicatat

dengan jam waktu(stop-watch).Kemudian kedua kaki bayi

dipegang dengan satu tangan,sedangkan tangan yang lain

memegang kepala bayi yang lebih rendah dengan sudut ± 300

daripada kaki dengan posisinya ekstensi sedikit untuk

memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakhea

dan farings.Sementara itu seorang membantu mengisap lendir

dan cairan dengan alat pengisap lender (Sumarah, 2008).

Bayi normal akan menangis dalam 30 detik,tidak perlu dilakukan

tindakan apapun oleh karena bayi mulai bernafas spontan dan

warna kulitnya kemerah-merahan.Kemudian bayi diletakkan

mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit dibawah

introitus vagina.Bila mulut bayi masih belum bersih dari cairan

dan lendir, pengisapan lendir diteruskan,mula-mula dari

mulut,kemudian dari lubang hidung,supaya jalan nafas bebas

dan bayi dapat bernafas sebaik-baiknya.Lambung bayi pun


perlu diisap untuk mencegah adanya inhalasi of the

vomit(Kemenkes RI, 2013).

2) Memotong dan merawat tali pusat

Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 3 cm dari dinding perut

bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.

Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan

terbuka tanpa dibubuhi apapun(Kemenkes RI, 2013).

3) Menilai Apgar Score

a) Penilaian awal bayi baru lahir

b) Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih

dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera

lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:

(1) Apakah bayi cukup bulan ?

(2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

(3) Apakah bayi menangis atau bernapas ?

(4) Apakah tonus otot bayi baik ?

Jika bayi cukup bulan dan atau air ketuban bercampur

mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau

megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan

langkah resusitasi.

Keadaan umum bayi dinilai setelah lahir dengan

penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk


mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang

dinilai ada 5 poin

(1) Appearance (warna kulit)

(2) Pulse rate (denyut jantung)

(3) Grimace (tonus otot)

(4) Activity (aktivitas)

(5) Respiratory (pernapasan).

Setiap penilaian diberi nilai 0, 1, dan 2. Bila dalam 2 menit

nilai apgar tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan

resusitasi lebih lanjut, oleh karena bila bayi mendertita asfiksia

lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala

neurologik lanjutan di kemudian hari lebih besar. berhubungan

dengan itu penilaian apgar selain pada umur 1 menit, juga pada

umur 5 menit (Kemenkes RI, 2013).

4) Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu

sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan

anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita.

Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu

sekitar satu hingga dua jam (Hapsari, 2011).

Proses Inisiasi Menyusu Dini :

a) Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi

langsung diletakan di dada si ibu tanpa membersihkan si


bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu

badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi.

Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu

jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan

ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah mengatur bahwa

si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan

kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu,

biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan

ternyata hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir

keadaannya setelah trauma melahirkan.

b) Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis

kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak

merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan

tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya

akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini

bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari

proses ini tergantung dari si bayi.

c) Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan

melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau

tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga

ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau

yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi

membantu untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak.


Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika sudah

mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si

ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada

si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si

bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya.

Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena

hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus

membersihkan dada si ibu.

d) Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu

si ibu, yang bertujuan untuk kegiatan ini juga tergantung dari

si bayi itu.

e) Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu.

Proses Inisiasi Menyusu Dini pada Partus Spontan adalah

sebagai berikut:

a) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar

bersalin.

b) Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk

mengurangi atau tidak menggunakan obat kimiawi

c) Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama kepala,

kecuali tangannya tanpa menghilangkan vernix mulut dan

hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.

d) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurapkan

di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu


dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti.

Bayi dapat diberi topi

e) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi.

Biarkan bayi mencari puting sendiri.

f) Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum

menyusu.

g) Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu

selama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi

sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu dan bayi bersentuhan

sampai setidaknya 1 jam.

h) Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu

dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan

memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat

pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi.

i) Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya

1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan

untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.

j) Rawat gabung bayi, ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar,

dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

k) Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali

atas indikasi medis, tidak diberi dot atau empeng (Kemenkes

RI, 2013).
5) Pemberian vitamin K

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan

suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi

beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah,

seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta

beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum

banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah.

Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:

a) Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau.

Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K

mixed micelles (KMM).

b) Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal

seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.

c) Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang

merupakan vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi

pada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan

anemia hemolitik.

Kejadian perdarahan biasanya terjadi pada umbilicus, dan cepal

hematoma karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir

dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25-0,5 %. Perdarahan akibat

defisiensi vitamin K1 (PDVK) dapat terjadi spontan atau

perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena

atau pada operasi, disebabkan karena berkurangnya faktor


pembekuan darah (koagulasi) yang tergantung pada vitamin K

yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor koagulasi lainnya,

kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal.

Cara Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis

a) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1

profilaksis.

b) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1

(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi

10 mg Vitamin K1 per 1 ml.

Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :

a) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1

ml, kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri

bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal,

diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.

b) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi

hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.

c) Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1

dengan dosis dan cara yang sama.

d) Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin

K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1)

dengan dosis dan cara yang sama.

Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan

observasi.(Kemenkes RI, 2013).


6) Pencegahan Infeksi Mata

Beri salep mata antibiotika pada kedua mata untuk merawat

mata bayi.Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat

diberikan setelah ibu dan keluarga memomong dan diberi ASI.

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata

tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam

waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata

tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.

7) Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Terdapat jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B, jadwal

pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0

(segera setelah lahir menggunakan uniject), jadwal kedua

imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0 dan DPT

+ Hepatitis B (Combi I, II dan III) pada 2,3 dan 4bulan usia bayi.

8) Pemeriksaan Fisik Bayi baru Lahir

Hari pertama kelahiran bayi sangat penting.Banyak perubahan

yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan

di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim.


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin

jika terdapat kelainan pada bayi.Risiko terbesar kematian BBL

terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir

di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di

fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.Pemeriksaan Fisik

bayi baru lahir meliputi pemeriksaan fisik secara umum,

pemeriksaan fisik head to toe yaitu menilai adanya kelainan

pada bayi baru lahir seperti labioskiziz, labioplatoskiziz,

hodrosefalus, atresia ani, atresia eshofhagus, omfalokel dan

lain-lainserta pemeriksaan antropometri.

9) Pemantauan Tanda Bahaya

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda

sering tidakspesifik.Tanda ini dapat terlihat pada saat atau

sesudah bayi lahir, saat bayibaru lahir datang atau saat

perawatan di rumah sakit.Pengelolaan awal bayibaru lahir

dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan

yanglebih buruk.

Tanda ini mencakup:

a) Tidak bisa menyusu

b) Kejang

c) Mengantuk atau tidak sadar

d) Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan

berhenti selama >15 detik)


e) Frekuensi napas > 60 kali/menit

f) Merintih

g) Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

Sianosis sentral (Kemenkes RI, 2013).

B. Landasan Teori

Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan

baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin

(Vivian, 2011).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram (Depkes RI, 2012).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

penatalaksanaan adalah pengaturan atau pengurusan.

Penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam maksudnya ialah

pemberian perawatan atau asuhan secara medis (tenaga kesehatan)

pada bayi yan baru lahir yaitu 0-6 jam pertama kelahiran.

Penatalaksanaan bayi baru lahir 0-6 jam meliputi:

pencegahan infeksi membersihkan jalan nafas, penilaian apgar

score,bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,

memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,

inisiasi menyusu dini, pemberian vitamin K, pencegahan infeksi mata,

pemberian imunisasi, mulai pemberian ASI, pemeriksaan fisik bayi


baru lahir, pemantauan tanda bahaya dan pencegahan kehilangan

panas melalui tunda manda selama 6 jam (Kemenkes RI, 2013).

C. Kerangka Konsep
Pembersihan Jalan Nafas

Pemotongan Tali Pusat

Penilaian Apgar Score

Inisiasi Menyusu Dini


Penatalaksanaan
Bayi baru lahir Pemberian Vitamin K1
normal 0 – 6 jam
Pemberian Imunisasi HB0

Pencegahan Infeksi Mata

Pemeriksaan Fisik

Pemantauan Tanda Bahaya

Variabel Dependent Variabel Independent

Gambar 2.1 Keranga Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kualitatif yang dilakukan dengan survey observasi dimaksudkan untuk

mendeskripsikan fakta mengenai suatu keadaan secara objektif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Mei sampai

Junitahun 2017 di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua bayi yang lahir normal di Rumah

Sakit Umum Dewi Sartikapada bulan Juli tahun 2017.

2. Sampel

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bayi yang

lahir Normal di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendaripada bulan

Mei sampai Juni tahun 2017 sebanyak 17 bayi.Teknik pengambilan

sampel secara accidental sampling


D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (independent) yaitu Pembersihan Jalan Nafas,

Pemotongan Tali Pusat, Penilaian apgarscore, Inisiasi Menyusu

Dini, Pemberian Vit. K1, Imunisasi Hb0, Pencegahan Infeksi

Mata, Pemeriksaan Fisik Bayi baru lahir dan pemantauan tanda

bahaya.

b. Variabel terikat (dependent) yaitu Penatalaksanaan Bayi Baru

Lahir Normal.

2. Definisi Operasional

a. Pembersihan Jalan Nafas dalam penelitian ini adalah

penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan

lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan

yang berada disekitar mulut dan hidung dengan kapas dan kain

kasa steril atau pengisap lender.

Kriteria Objektif:

Ya : Jika dilakukan pembersihan lendir dan cairan dari jalan

nafas

Tidak : Jika tidak dilakukan pembersihan lendir dan cairan dari

jalan nafas (Sumarah, 2008).

b. Pemotongan Tali Pusat dalam penelitian ini adalahtali pusat

dipotong 3 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan


diikat dengan pengikat steril untuk mempercepat proses

peneringan tali pusat.

Ya : Jika dilakukan pemotongan tali Pusat dengan jarak 3 cm

dari dinding perut bayidengan gunting steril dan diikat dengan

pengikat steril

Tidak : Jika pemotongan tali Pusat tidak dilakukan dengan jarak

3 cm dari dinding perut bayidengan gunting steril dan diikat

dengan pengikat steril (Dewi, 2013).

c. Penialian Apgar Score adalah penilaian yang dilakukan pada

bayi baru lahir yang meliputi appearance (warna kulit), pulse

rate (denyut jantung), grimace (tonus otot)activity (aktivitas) dan

respiratory (pernapasan)

Ya : Jika dilakukan penilaian apgar score

Tidak : jika tidak dilakukan penilaian apgar score

d. Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi baru

lahir 0-6 jam dalam penelitian ini adalah pemberian asuhan

kebidanan yang diberikan kepada ibu dan bayi dengan

membiarkan bayi menyusu sendiri 5 menit setelah lahirselama

1-2 jam.

Kriteria Objektif:

Ya : Jika bayi dibiarkan menyusu sendiri segera

setelahlahir
Tidak : Jika bayi tidak dibiarkan menyusu sendiri segera

setelah lahir

(Hapsari, 2011).

e. Penatalaksanaan Pemberian Vit. K1 (Phitomenadione) dosis 1

ml pada bayi baru lahir 0-6 jam dalam penelitian ini adalah

pemberian asuhan kebidanan yang diberikan kepada semua

bayi baru lahir dengan memberikan vitamin K1 satu jam setelah

bayi lahir.

Kriteria Objektif:

Ya : Jika bayi diberikan vitamin K1

Tidak : Jika bayi tidak diberikan vitamin K1 (Dewi, 2013)

f. Penatalaksanaan Pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir

0-6 jam dalam penelitian ini adalah pemberian asuhan

kebidanan yang diberikan kepada bayiyaitu imunisasi HB0.

Kriteria Objektif:

Ya : Jika bayi diberikan imunisasi HB0

Tidak : Jika bayi tidak diberikan imunisasi HB0 (Dewi, 2013).

g. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahirdalam penelitian ini adalah

pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada bayi baru lahir

meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan head

to toe.

Ya : jika pemeriksaan pada bayi baru lahir dilakukan

secara menyuluruh
Tidak : jika pemeriksaan pada bayi baru lahir tidak dilakukan

secara menyuluruh (Nurasiah, dkk. 2014).

h. Pencegahan Infeksi Mata pada bayi baru lahir 0-6 jam dalam

penelitian ini adalah pemberian salep mata antibiotika pada

kedua mata yaitu tetrasiklin 1 % dan tetes mata (oxytetracyclin)

yang diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran.

Ya : Jika bayi diberikan perawatan mata

Tidak : Jika bayi tidak diberikan perawatan mata

(Nurasiah, dkk. 2014).

i. Pemantauan Tanda Bahaya dalam penelitian ini

adalahPengelolaan awal bayibaru lahir dengan memantau dan

mencegah keadaan yanglebih buruk pada bayi baru lahir

normal.

Ya : jika dilakukan pemantauan Tanda Bahaya

Tidak : Jika tidak dilakukan pemantauan tanda bahaya (Dewi,

2013).

E. Jenis dan Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui teknikobservasi

secara langsung terhadap tindakan bidan dalam

penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 – 6 jam di Ruang

Bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.


Pengumpulan data malalui obsrvasi yang dilakukan dalam

bentuk ceklist yang berjumlah 9 point yang mengenai

keterampilan bidan yang meliputi keterampilan bidan dalam

melakukan penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam

sesuai prosedur.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah semua data yang diperoleh dari buku

register dan dokumentasi bayi baru lahir.

2. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan

wawancara secara mendalam terhadap bidan dalam

penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0 – 6 jam yang meliputi

pembersihan jalan nafas, penilaian apgar score, pemotongan tali

pusat, pelaksanaan inisiasi menyusu dini, pemberian suntikan

vitamin K1, imunisasi Hepatitis B0, pencegahan infeksi pada mata,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir dan pemantauan tanda bahaya.

F. Instrument Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini meliputi :

1. Lembar observasi atau daftar ceklist yang berisi pembersihan jalan

nafas, penilaian apgar score, pemotongan tali pusat, pelaksanaan

inisiasi menyusu dini, pemberian suntikan vitamin K1, imunisasi


Hepatitis B0, pencegahan infeksi pada mata, pemeriksaan fisik bayi

baru lahir dan pemantauan tanda bahaya..

2. Apabila tindakan pentalaksanaan dilakukan secara menyeluruh

maka pada tabel diberi tanda (√) dan jika tidak dilakukan secara

menyeluruh maka pada tabel diberi tanda (-) .

G. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil lembar observasi/ceklist sebagai

hasil pengumpulan data dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.Dalam penelitian ini dilakukan analisis univariabel secara

deskriptif sederhana berupa persentase. Rumus yang digunakan

adalah:

= K

Keterangan :

P : Nilai persentase yang diperoleh

f : Jumlah variabel

n : Jumlah sampel penelitian

K : Konstanta (100 %) (Arikunto, 2010).

H. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel

distribusi, dinarasikan secara deskriptif variabel yang diteliti dan

dipresentatif.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

RSU Dewi Sartika terletak di jalan Kapten Piere Tendean no

188 Kecamatan Baruga Kota Kendari ibu kotaProvinsi Sulawesi

Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena berada di tengah-tengah

lingkungan pemukiman penduduk dan mudah di jangkau dengan

kendaraan umum karena berada di sisi jalan raya dengan batas-batas

sebagai berikut :

a. Sebelah utara : perumahan penduduk

b. Sebelah selatan : jalan raya kapten piere tendean

c. Sebelah timur : perumahan penduduk

d. Sebelah barat : perumahan penduduk

1. Lingkungan fisik

RSU dewi sartika berdiri diatas tanah seluas 1.624 m² , rencana

pengembangan 1.208 m².

2. Status

RSU Dewi Sartika mulai di bangun pada tahun 2009 dengan izin

operasional sementara dari walikota Kendari no 56/izin/XI/2010/001

tanggal 5 november 2010, maka RS ini resmi berfungsi dan

melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan dibawah

naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang sekaligus

sebagai pemilik RS dengan klasifikasi D.


3. Organisasi dan Manajemen

Pemimpin RSU Dewi Sartika disebut direktur.Direktur dibantu oleh

3 orang koordinator dibidang pelayanan medis dan koordinator

pelayanan administrasi umum.

Koordinator bidang pelayanan medis membawahi beberapa

unit, yakni :

a. Unit rawat jalan

b. Unit gawat darurat

c. Unit rawat inap

Koordinator bidang pelayanan penunjang medis membawahi

beberapa unit :

a. Unit Gizi

b. Unit laboratorium

c. Unit farmasi

d. Sanitasi / kesehatan lingkungan

Koordinator bidang administrasi umum membawahi

beberapa urusan

a. Urusan administrasi umum dan kepegawaian

b. Urusan administrasi keuangan

c. Urusan perlengkapan umum

d. Urusan keamanan
Selain pengorganisasian tersebut diatas terapat 2 (Dua)

kelompok yang sifatnya kemitraan yakni :

a. Kelompok Dokter Spesialis/konsuler

b. Kelompok pengawasan intern

4. Tugas pokok dan Fungsi RS

Tugas pokok dan fungsi RSU Dewi Sartika adalah

melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan

mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut

diatas RSU Dewi Sartika mempunyai fungsi :

a. Menyelenggarakan pelayanan medik

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pelayanan dan pelatihan

f. Menyelenggarakan adimistrasi umum dan keuangan

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam beberapa tabel

distribusi disertai dengan narasi atau penjelasan yang dianalisissecara

analisis univariat sebagai berikut:


1. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam
Berdasarkan Pembersihan Jalan Nafas

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru


4.1 LahirNormal 0-6 Jam Berdasarkan Pembersihan
Jalan Nafas

Pembersihan Jalan Frekuensi Presentase (%)


Nafas
Ya 17 100
Tidak 0 0
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

Tabel 4.1 Menggambarkan bahwa penatalaksanaan bayi baru lahir

normal 0-6 jam yaitu pembersihan jalan nafas dilakukan pada

semua bayi baru lahir berjumlah 17 bayi (100%).

2. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pemotongan Tali Pusat

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru


4.2 LahirNormal 0-6 Jam Berdasarkan Pemotongan
Tali Pusat

Pemotongan Tali Frekuensi Presentase (%)


Pusat
Ya 17 100
Tidak 0 0
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

Tabel 4.2 Menggambarkan bahwa penatalaksanaan bayi baru lahir

normal 0-6 jam yaitu pemotongan tali pusat dilakukan pada semua

bayi baru lahir berjumlah 17 bayi (100%).


3. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam
Berdasarkan Penilaian Apgar Score

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru


4.3 LahirNormal 0-6 Jam Berdasarkan Penilaian
Apgar Score

Penilaian Apgar Frekuensi Presentase (%)


Score
Ya 17 100
Tidak 0 0
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

Tabel 4.3 Menggambarkan bahwa penatalaksanaan bayi baru lahir

normal 0-6 jam yaitu penilaian apgar score dilakukan pada semua

bayi baru lahir berjumlah 17 bayi (100%).

4. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Inisiasi Menyusu Dini

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


4.4 Normal 0-6 Jam Berdasarkan Inisiasi Menyusu
Dini

Inisiasi Menyusu Dini Frekuensi Presentase (%)


Ya 7 41,2
Tidak 10 58,8
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

Tabel 4.4 Menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru lahir normal 0-

6 jam yang diinisiasi menyusu dini sejumlah 7 bayi (41,2%) dan

yang tidak diinisiasi menyusu dini sejumlah 10 bayi (58,8%).


5. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6
JamBerdasarkan Pemberian Vitamin K1

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


4.5 Normal 0-6 Jam Berdasarkan Pemberian Vitamin
K1

Pemberian Vitamin K Frekuensi Presentase (%)


Ya 14 82,4
Tidak 3 17,6
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

Tabel 4.5 Menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru lahir normal 0-

6 jam yang diberi suntikan Vitamin K1 sejumlah 14 bayi (82,4%)

dan yang tidak diberi suntikan Vitamin K1 sejumlah 3 bayi (17,6%)

karenaketerbatasan stok vitamin K1 di rumah sakit.

6. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


4.6 Normal 0-6 Jam Berdasarkan Pemberian
Imunisasi Hepatitis B

Pemberian Frekuensi Presentase (%)


Imunisasi HB0
Ya 5 29,4
Tidak 12 70,6
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)
Tabel 4.6 Menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru lahir normal 0-

6 jam yang diberi Imunisasi Hepatitis B sejumlah 5 bayi (29,4%)

dan yang tidak diberi Imunisasi Hepatitis B sejumlah 12 bayi

(70,6%).

7. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6


JamBerdasarkanPencegahan Infeksi Mata

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal


4.7 0-6 Jam Berdasarkan Pencegahan Infeksi Mata

Pencegahan Infeksi Frekuensi Presentase (%)


Mata
Ya 11 64,7
Tidak 6 35,3
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

Tabel 4.7 Menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru lahir normal 0-

6 jam yang dilakukan pencegahan infeksi mata sejumlah 11 bayi

(64,7%) dan yang tidak dilakukan pencegahan infeksi mata

sejumlah 6 bayi (35,3%).

8. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6


JamBerdasarkanPemeriksaan Fisik

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal


4.8 0-6 Jam Berdasarkan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Frekuensi Presentase (%)


Ya 12 70,6
Tidak 5 29,4
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)
Tabel 4.8 Menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru lahir normal 0-

6 jam yang dilakukan pemeriksaan fisik sejumlah 12 bayi (70,6%)

dan yang tidak dilakukan pemeriksaan fisik sejumlah 5 bayi

(29,4%).

9. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6


JamBerdasarkanPemantauan Tanda Bahaya

Tabel Distribusi Penatalaksanaan Bayi Baru


4.9 LahirNormal 0-6 Jam Berdasarkan Pemantauan
Tanda Bahaya

Pemantauan Tanda Frekuensi Presentase (%)


Bahaya
Ya 17 100
Tidak 0 0
Total 17 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

Tabel 4.9 Menggambarkan bahwa penatalaksanaan bayi baru lahir

normal 0-6 jam yaitu pemantauan tanda bahaya dilakukan pada

semua bayi baru lahir yang berjumlah 17 bayi (100%).

C. Pembahasan

Dari hasil penelitian tentang gambaran penatalaksanaan bayi baru

lahir normal 0-6 jam di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari

tahun 2017 adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pembersihan Jalan Nafas

Hasil Penelitian menggambarkan bahwa penatalaksanaan

bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pembersihan jalan nafas
dilakukan pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi

(100%).Berdasarkan hasil obesrvasi, setiap bayi yang baru lahir

langsung dibersihkan jalan nafasnya oleh bidan menggunakan

pengisap lendir delee.Hal ini menunjukan bahwa penatalaksaan

bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pembersihan jalan nafas pada

bayi baru lahir di RSU Dewi Sartika Kota Kendari telah terlaksana

dengan baik.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan yang menyatakan bahwa tindakan pembersihan

jalan nafas harus dilakukan pada bayi yang baru lahir.Perntayaan

bidan sebagai berikut:

“Setiap bayi yang baru lahir, harus dibersihkan jalan nafasnya, agar

bayi bisa benafas dengan normal” (Bidan A)

“Apakah semua bayi baru lahir langsung dibersihkan jalan nafasnya

bidan?” (Peneliti)

“Iya dek, bayi yang lahir semua langsung dibersihkan jalan

nafasnya”.

Kemudian dinilai apakah bayinya menangis kuat atau megap-

megap.Kalau menangis kuat, kita kemudian mebungkus bayi

dengan sarung atau kain bersih” (Bidan A).


Kotak 1
“Kalau megap-megap langsung di resusitasi ya bidan?” (peneliti)

“iya, langsung dilakukan


Tujuan umum langkah
dalam awal kebidanan
asuhan resusitasi” (Bidan A) lahir
bayi baru

adalah mempertahankan pernafasan dengan meletakan kepala


lebih rendah dari badan segera lakukan penghisapan lendir. Pada

bayi normal dalam beberapa detik sampai satu menit akan segera

bernafas. Perubahan fisiologis sistem pernapasanpertama pada

bayi normal terjadi 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini

timbul akibat aktivitas nomal dari susunan saraf pusat seperti

sentuhan, perubahan suhu dari dalam uterus keluar uterus yang

semuanya mengarahkan diafragma serta alat – alat pernafasan

lainnya (Gabriel Duc, 2007).

2. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pemotongan Tali Pusat

Hasil penelitian menggambarkan bahwa penatalaksanaan

bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pemotongan tali pusat

dilakukan pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi

(100%).Berdasarkan hasil observasi di ruang bersalin RSU Dewi

Sartika, setelah dua menit bayi lahir, bidan kemudian langsung

memotong tali pusat bayi sesuai dengan prosedur dan langkah

dalam asuhan Persalinan normal.Hal ini menunjukan bahwa

penatalaksaan bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pemotongan tali

pusat pada bayi baru lahir di RSU Dewi Sartika Kota Kendari telah

terlaksana dengan baik.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan yang menyatakan bahwa bayi lahir langsung

dikeringkan, kemudia fundus dicek apakah janin tunggal atau


ganda, kemuadian bidan memeberitahu ibu bahwa akan disuntik

oksitosin dan dilanjutkan dengan pemotongan tali pusat.

Pernyataan bidan sebagai berikut:

“dek, kalau mau dipotong tali pusatnya, urut dulu kebagian pusat

bayi, kemudian pasang klem pertama pada jarak sekitar 3 cm dari

pusat bayi” (Bidan A)


Kotak 2

“Selanjutnya, urut lagi tali pusat menunju bagian ibu dan pasang

klem kedua 2 cm dari klem pertama” (Bidan B)

“Iya, lalu tali pusatnya di potong dengan tangan posisi tangan kiri
membentuk mangkok” (Bidan A).
Kotak 3
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 3 cm dari dinding perut bayi

dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali

pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka tanpa

dibubuhi apapun (Kemenkes RI, 2013).

3. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Penilaian Apgar Score

Hasil penelitian menggambarkan bahwa penatalaksanaan

bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu penilaian apgar score dilakukan

pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi (100%). Berdasarkan

hasil obeservasi Rumas Sakit dewi Sartika, setiap bayi yang baru

lahir langsung dilakukan penilaian apgar score oleh bidan yang

bertugas. Hal ini menunjukan bahwa penatalaksaan bayi baru lahir


normal 0-6 jam yaitu penilaian apgar score pada bayi baru lahir di

RSU Dewi Sartika Kota Kendari telah terlaksana dengan baik.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan yang menyatakan bahwa bayi lahir selalu dilakukan

penilaian apgar score. Pernyataan bidan sebagai berikut:

“Dek, tadikan pas lahir langsung dilakukan penialain dan

pemberihan jalan nafas, sekarang menit ke 5 kita pantau lagi


Kotak 4
APGAR Bayinya” (BidanA).
Pernyatan bidan Bidan A diperkuat oleh bidan B dengan

pernyataan sebagai berikut:

“iya, agar kita bisa lihat bayinya masih bernafas normal tidak,

jangan sampai nilai APGARnya menurun” (Bidan B) Kotak 5

APGAR Score merupakan pemeriksaan pada bayi ketika

baru lahir,yang dilakukan masih dikamar bersalin. Pemeriksan ini

secara cepat akan mengevaluasi keadaan fisik bayi baru lahir dan

sekaligus mengenali ada tanda–tanda darurat yang memerlukan

dilakukannya tindakan segera pada bayi baru lahir.Tes ini biasanya

diberikan pada bayi sebanyak dua kali : pada menit pertama

setelah bayi lahir dan dilakukan kembali pada menit ke-5 setelah

bayi lahir. Ketika penilaian bayi pada menit pertama dan ke-2

memiliki hasil yang rendah,maka penilaian akan dilakukan lagi pada

menit ke-10,namun hal ini jarang terjadi.Pemeriksaan APGAR ini


bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan

bernapas,kekuatan tonus otot (lemah atau aktif), kemampuan

refieks dan warna kulit (kemerahan atau biru) (Dharmasetiawani,

2008).

4. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Inisiasi Menyusu Dini

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru

lahir normal 0-6 jam yang diinisiasi menyusu dini sejumlah 7 bayi

(41,2%) dan yang tidak diinisiasi menyusu dini sejumlah 10 bayi

(58,8%).

Berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit Dewi Sartika, bayi

yang baru lahir dilakukan inisisasi menyusu dini.Bayi yang diInisiasi

menyusu dini dan yang tidak diinisaiasi menyusu dini tergantung

dari setiap bidan yang bertugas pada saat persalinan.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan A yang menyatakan bahwa bayi yang lahir

dilakukan IMD. Pernyataan bidan sebagai berikut:

“Ini bayinya dikasi tengkurap diatas dada ibu, supaya bayinya

mulai belajar mencari putting” (Bidan A) Kotak 6

Hal ini berbeda dengan yang disampaikan oleh bidan C

bahwa bayi tidak di IMD dan dan langsung di bawa diruangan lain.

Petikan wawancara sebagai berikut:

“Bidan, Bayinya tidak di IMD?” (Peneliti)

“Kalau bayinya langsung menangis kuat, kita tidak IMD lagi.Itu

menadakan bahwa bayinya sehat” (Bidan C). Kotak 7


Inisiasi menyusu dini merupakan langkah yang harus segera

dilakukan setelah bayi lahir dengan cara meletakkan bayi diatas

perut ibu. Proses ini membuat bayi mencara putting secara alamiah

dengan upayanya sendiri untuk merangsang keluarnya ASI

pertama kali. IMD sangan erat kaitannya dengan kemampuan ibu

untuk menghasilkan ASI sebagai sumber nutrisi bayi diawal

kehidupan terutama pembentukan sel-sel otak(Dharmasetiawani,

2008).

5. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pemberian Vitamin K1

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru

lahir normal 0-6 jam yang diberi suntikan Vitamin K1 sejumlah 14

bayi (82,4%) dan yang tidak diberi suntikan Vitamin K1 sejumlah 3

bayi (17,6%).

Berdasarkan hasil obeservasi, Bayi tidak diberi suntikan

Vitamin K1 karena tidak ada persediaan vitamin K1 di Rumah

Sakit.. Sehingga bidan sulit menyediakan obat vitamin K1 yang

seharusnya diberikan pada setiap bayi baru lahir. Terjadinya

ketidakcukupan obat atau penyediaan stok obat merupakan suatu

masalah yangsering dijumpai baik di rumah sakit maupun

Puskesmas, dimana masalah tersebut bukan hanya diepngaruhi

oleh faktor dana tetapi juga dipengaruhi oleh proses pengelolaan


yang meliputi perencanaan permintaan atau pengadaan dan

penyediaan obat (pengelolaan logistic informal triangulasi).

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan D yang menyatakan bahwa ada sebagian bayi tidak

diberikan Suntikan Vitamin K1 karena keterbatasan stok obat.

Pernyataan bidan saat bayi lahir diberikan vitamin K1dalam

wawancara sebagai berikut:

“De, kalau mau kasi vit k1 tau kan di paha mana?” (Bidan A)

“Iya bidan, disebelah kiri paha bayi” (peneliti)

(Oke, sebentar tolong diberikan Vit.K1nya nah!” (Bidan A). Kotak 8

Pernyataan bidan pada persalinan lain saat bayi tidak diberikan

Vitamin K1 sebagai berikut:

“Bidan, satu jam setelah lahir bayinya mau divit ka ? (Peneliti)


“Tidak dek, soalnya sekarang vit K1.lagi sementara kosong, Bisa

dicek dibagian logistik obat di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

(bagian triangulasi) (Bidan D)


Kotak 9

Pernyataan bidan D diperkuat dengan pengecekan bagian

pengadaan obat atau pegelola logistik yang menunjukan bahwa

pada saat penelitian, stok vitamin K1 sementara kosong dan masih

dalam proses pengusulan untuk pengadaan barang.

Vitamin K1 merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan

darah.System pembekuan darah pada neonatus masih


imatur.Cadangan Vitamin K1 pada bayi baru lahir juga rendah, hal

ini disebabkan oleh sedikitnya transfer vitamin K1 dari ibu melalui

plasenta serta tidak mampu mensintesa Vitamin K1 pada bayi.Oleh

karena itu, perlu diberikan Vitamin K1 secara injeksi ataupun peoral

pada bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan pada bayi baru

lahir.(Ayu, 2011).

6. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru

lahir normal 0-6 jam yang diberi Imunisasi Hepatitis B sejumlah 5

bayi (29,4%) dan yang tidak diberi Imunisasi Hepatitis B sejumlah

12 bayi (70,6%).

Berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit Dewi Sartika,

bayi tidak diberi Imunisasi Hepatitis B karena tidak adanya stok

obat.sehinggabidan sulit menyediakan Hepatitis B0 yang

seharusnya diberikan pada setiap bayi baru lahir.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan yang menyatakan bahwa ada beberapa bayi yang

tidak diberikan hepatitis B. Pernyataan bidan pada saat bayi

diberikan Hb0 sebagai berikut:

“dek, sebentar tolong dikasi Hb0 bayinya” (bidan A)

“Oooh, iya bidan” (peneliti) Kotak 10


Pernyataan bidanE ketika bayi baru lahir tidak diberikan Hb0

sebagai berikut:

“dek, hari ini bayi tidak diberi Hb0. Soalnya lagi kosong di rumah

sakit. Jadi ditunggu sampai ada penyediaan obat” (Bidan E)

Kotak 11
Pernyataan bidan D diperkuat dengan pengecekan bagian

pengadaan obat atau pegelola logistik yang menunjukan bahwa

pada saat penelitian, stok Hb0 sementara kosong dan masih dalam

proses pengusulan untuk pengadaan barang.

Terjadinya ketidakcukupan obat atau penyediaan stok obat

merupakan suatu masalah yangsering dijumpai baik di rumah sakit

maupun Puskesmas, dimana masalah tersebut bukan hanya

diepngaruhi oleh faktor dana tetapi juga dipengaruhi oleh proses

pengelolaan yang meliputi perencanaan permintaan atau

pengadaan dan penyediaan obat. Selain faktor tersebut, pemberian

imuniasi pada bayi baru lahir usia 0–6 jam juga dipengaruhi oleh

bidan yang bertugas pada saat persalinan.

Hepatitis B adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dan bisa merusak hati. Jika dibiarkan, penyakit ini akan

semakin berat dan bisa berubah menjadi kanker hati. Oleh karena

itu, pemberian vaksin hepatitis B pada bayi yang baru lahir sangat

lah penting sebagai langakah awal untuk mencegah datangnya

berbagai penyakit. Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah


penyebaran hepatitis A dan hepatitis B. Manfaat imunisasi hepatitis

B akan meningkat jika di berikan pada bayi yang masih berusia 0

sampai 7 hari.

7. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pencegahan Infeksi Mata

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru

lahir normal 0-6 jam yang dilakukan pencegahan infeksi mata

sejumlah 11 bayi (64,7%) dan yang tidak dilakukan pencegahan

infeksi mata sejumlah 6 bayi (35,3%).

Berdasarkan hasil observasi, pada saat bayi baru lahir, bayi

dibawa keruang bayi dan dilakukan penatalaksanaan bayi baru

lahir yaitu diberikan salep mata oleh bidan. Asumsi Peneliti, bayi

yang tidak diberikan salep mata di RumahSakit Dewi sartika

Dipengaruhi oleh bidan yang bertugas pada saat itu dan

ketersediaan stok obat di rumah sakit yaitu Vit. K phitomenadione,

Hb0 dan salep mata.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan yang menyatakan bahwa bayi tidak diberikan salep

mata. Pernyataan bidan sebagai berikut:

“kemarin stok salep mata habis. Jadi bayinya nda disalep matami

kasian” (bidan E). Kotak 12

Pemberian salep mata atau tetes mata dilakukan untuk

mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi yang dapat berasat


dari salurah kelahiran atau saat proses melahirkan. Salep mata

diberikan pada bayi karena proses adaptasi cahaya dan adanya

kotoran pada bayi.

8. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pemeriksaan Fisik

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 17 bayi baru lahir

normal 0-6 jam yang dilakukan pemeriksaan fisik sejumlah 12 bayi

(70,6%) dan yang tidak dilakukan pemeriksaan fisik sejumlah 5 bayi

(29,4%).

Berdasarkan hasil obsevasi, bayi baru lahir yang langsung

menangis kuat, tidak lagi dilakukan pemerikaan fisik secara

menyeluruh oleh oleh bidan.Asumsi peneliti, pemeriksaan fisik pada

bayi baru lahir normal di Rumah Sakit Dewi Sartika dilakukan pada

setiap bayi baru lahir, namun apabila bayi telah menangis kuat,

maka pemeriksaan fisik tidak lagi dilakukan secara menyeluruh.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan yang menyatakan bahwa ada bayi yang diperiksa

secara menyeluruh dan ada juga yang tidak diperiksa. Hasil

wawancara sebagai berikut:

“de, ini badan bayinya diperiksa semua nah! Soalnya tadi tidak

telalu kuat dia menangis” (bidan C).

“Bidan kalau yang menangis kuat bagaimana?” (peneliti)

“Biasanya kalau menagis kuat dan keadaan Nampak bagus, kita


Kotak 13
sudah tidak perksa lengkap lagi” (bidan C)
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir bertujuan untuk mengetahui

sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.Risiko terbesar

kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga

jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap

tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan

Fisik bayi baru lahir meliputi pemeriksaan fisik secara umum,

pemeriksaan fisik head to toe yaitu menilai adanya kelainan pada

bayi baru lahir seperti labioskiziz (bibir sumbing), labioplatoskiziz,

hodrosefalus, atresia ani, atresia eshofhagus, omfalokel, usus

terurai (penonjolan usus atau isi perut) dan lain-lainserta

pemeriksaan antropometri.

9. Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6 Jam


Berdasarkan Pemantauan Tanda Bahaya

Hasil penelitian menggambarkan bahwa penatalaksanaan

bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pemantauan tanda bahaya

dilakukan pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi

(100%).Berdasarkan hasil obeservasi Rumah Sakit Dewi Sartika,

setiap bayi yang baru lahir dilakukan pemantauan tanda bahaya

oleh bidan yang bertugas.Hal ini menunjukan bahwa penatalaksaan

bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pemantauan tanda bahaya

pada bayi baru lahir di RSU Dewi Sartika Kota Kendari telah

terlaksana dengan baik.


Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara

terhadap bidan yang menyatakan bahwa semua bayi yang baru

lahir selalu dilakukan pemantauan tanda bahaya untuk memastikan

kondisi bayi. Pernyataan bidan sebagai berikut:

“dek, bayinya setiap 1 jam harus dilihat, jangan sampai ada

masalah” (Bidan A)

“Jaga bayi itu harus ekstra, maksunya kita pantau terus keadaan,

jangan sampai tidak bernafas, atau tali pusatnya berdarah, Jangan

sampai dia ngompol atau lapar…. Apa saja pokoknya…” Kotak


(Bidan14
E)

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi

muda sering tidakspesifik.Tanda ini dapat terlihat pada saat atau

sesudah bayi lahir, saat bayibaru lahir datang atau saat perawatan

di rumah sakit.

Bayi baru lahir biasanya mudah sakit, jika sakit bis aberubah cepat

menjadi kondisi yang serius dan berat. Bahkan bisa menyebabkan

bayi meninggal dunia.Gejala sakit pada bayi baru lahir memang

sulit dikenali. Dengan mengetahui tanda bahaya, bayi akan cepat

mendapat pertolongan sehingga dapat mencegah kematian.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hasil penelitian yang dilakukan

di Rumas Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017, maka

dapat disimpulkan:

1. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pembersihan

jalan nafas dilakukan pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi

(100%).

2. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pemotongan

tali pusat dilakukan pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi

(100%).

3. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu penilaian

apgar SCORE dilakukan pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi

(100%).

4. Dari 17 bayi yang diobservasi, yang diinisiasi menyusu dini

sejumlah sejumlah 7 bayi (41,2%) dan yang tidak diinisiasi

menyusu dini sejumlah 10 bayi (58,8%).

5. Dari 17 bayi yang diobservasi, yang diberi suntikan Vitamin K1

sejumlah 14 bayi (82,4%) dan yang tidak diberi suntikan Vitamin K1

sejumlah 3 bayi (17,6%).


6. Dari 17 bayi yang diobservasi, yang diberi Imunisasi Hepatitis B

sejumlah 5 bayi (29,4%) dan yang tidak diberi Imunisasi Hepatitis B

sejumlah 12 bayi (70,6%).

7. Dari 17 bayi yang diobservasi, yang dilakukan pencegahan infeksi

mata sejumlah 11 bayi (64,7%) dan yang tidak dilakukan

pencegahan infeksi mata sejumlah 6 bayi (35,3%).

8. Dari 17 bayi yang diobservasi, yang dilakukan pemeriksaan fisik

sejumlah 12 bayi (70,6%) dan yang tidak dilakukan pemeriksaan

fisik sejumlah 5 bayi (29,4%).

9. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6 jam yaitu pemantauan

tanda bahaya dilakukan pada semua bayi yang berjumlah 17 bayi

(100%).

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika,dapat menjadi bahan

evaluasi khususnya dalam pengadaan fasilitas dan pengadaan

obat dan bagi bidan agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan

dalam pentalaksanaan bayi baru lahir normal dalam rangka

menurunkan Angka Kematian Bayi

2. Bagi peneliti lain, untuk dapat melakukan penelitian lanjutan baik

dengan menambahkan variabel maupun dengan desain penelitian

yang berbeda.
3. Bagi Institusi Pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber informasi

dan gambaran tentang penatalaksanaan bayi baru lahir normal 0-6

jam
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Ayu, S. 2011. Asuhan pada Bayi Baru Lahir. Jakarta : Intan Pariwara.

Dharma, S. 2008. IMD dan Bounding Attachement. Jakarta: Salemba


Medika

Depkes RI, 2012. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal &
Inisiasi Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta.

Dewi, 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2014. Kendari: Profil


Kesehatan Sulawesi Tenggara

Gabriel, D. Fisika Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hapsari, 2011. IMD dan Bounding Attachement. Internet:


https://superbidanhapsari.wordpress.com. Diakses tanggal 15
November 2016

Kemenkes RI, 2013. Sekretariat Jendral Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2013 Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Diakses tanggal 16 Maret 2017 di
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
profil-kesehatan-html.

___________, 2014. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Nurasiah, Ani R, dan Dewi LD. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi
Bidan. Bandung : PT Refika Aditama.

Saifuddin, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. JNPK-KR: Jakarta.

Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.


Sitiatava, RP. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita untuk
Keperawatan dan Kebidanan. Jogjakarta :D-Medika.

Suparyanto, 2012. Konsep tentang BBL. Internet: http://dr-


suparyanto.blogspot.com. diakses tanggal 18 November 2016
Suryananingtyas, L. 2013. Pemberian Vitamin K. Internet:
http://wwwlilistyas.blogspot.co.id. Diakses tanggal 18 November
2016

Vivian, N. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta :


Salemba Medika.

Wahyuni, S. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC.

Weni, Sitiavana, R. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.


Jakarta: Nuha Medika
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan tidak keberatan dan bersedia menjadi

responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh Ririn Kusuma

Wardani Mangidi dari mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

dengan Judul Gambaran Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal 0-6

Jam di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017. Saya

juga sudah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan.

Kendari, Juni 2017

Peneliti, Responden,

(RIRIN KUSUMA WARDANI ( ………………………………….)

MANGIDI)
DOKUMENTASI PENELITIAN DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI
TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai