Anda di halaman 1dari 86

GAMBARAN PENATALAKSANAAN VULVA HYGIENE

PADA IBU NIFAS DI RSUD KOTA KENDARI


TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan

Oleh:

ARNI
NIM.P00324014034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III
2017
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arni

NIM : P00324014043

Pogran Studi : Diploma III Kebidanan

Judul KTI : Gambaran Pelaksanaan Vulva Hygiene di RSUD

Kota Kendari Tahun 2017

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran

saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir

ini adalah hasil jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Kendari, 22 Juli 2017


Yang membuat pernyataan

Arni
NIM.P00324014043

RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS

1. Nama : Arni

2. Tempat Tanggal Lahir : Konda, 31 Desember 1994

3. Agama : Islam

4. Suku / Bangsa :Tolaki / Indonesia

5. Alamat : Desa Lebo Jaya Kel. Konda Kab.

Konsel

B. JENJANG PENDIDIKAN

1. SD Negeri Lamonggi Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 2Konsel Tamat Tahun 2011

3. SMA Negeri 3 Konsel Tamat Tahun 2014

4. Mahasiswi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun

2014- sampai sekarang


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Gambaran Pelaksanaan

Vulva Hygiene di RSUD Kota Kendari Tahun 2017” yang disusun untuk

memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh derajat Diploma III

pada Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.

Penulis menyadari apa yang penulis sajikan bukanlah merupakan

suatu bentuk penulisan yang sempurna, meskipun pada prinsipnya penulis

telah berupaya semaksimal mungkin dengan segenap modal pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki untuk mewujudkan penulisan ini.

Dalam upaya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah melibatkan

banyak bantuan yang tak terkira dari berbagai pihak, oleh karena itu

penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Halijah, SKM.,M.Kes selaku Pembimbing I

dan Ibu Nasrawati, S.Si.T.,MPH selaku pembimbing II untuk semua

pengorbanan waktu, pikiran dan tenaga selama penulis menyusun

Proposal Penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kendari.

3. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha di lingkungan Politeknik

Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan.

4. Hj. Dr. Asrida, M.Kes selaku Direktur RSUD Kota Kendari yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian.

5. Ibu Irmayanti, SKM.,M.Kes selaku kepala ruangan kamar bersalin

RSUD Kota Kendari.

6. Teristimewa dan tercintake pada Ayahanda (Edi), Ibunda (Ariani), serta

kakakku Suriadi Sudirja, Momon, Eni dan Adik-adikku Ardi, Salsa atas

do’a, dan dukungan dan kasih sayang yang begitu besar, yang telah

berkorban demi kesuksesan penulis dan juga pengorbanan baik materi

maupun tenaga, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan

Kebidanan.

7. Sahabat-sahabat terbaikku, dan rekan-rekan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan Angkatan 2014,

terima kasih sudah mau berbagi semangat dan atas segala dukungan

serta kebersamaan kita.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua. Tak ada kata yang patut dan tak ada harapan

yang penulis berikan kecuali memberikan dari Allah SWT, atasn kebaikan

dan dorongan dari semua pihak yang turut membantu baik selama proses

penyusunan maupun penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Kendari, 22 Juli 2017

Penulis
ABSTRAK

GAMBARAN PELAKSANAAN VULVA HYGIENE PADA IBU NIFAS DI


RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2017

Arni1 Halijah2 Nasrawati 2

Latar belakang: Kesehatan wanita merupakan hal yang penting bagi


bangsa. Khususnya untuk kesehatan reproduksi. Jumlah kasus infeksi
nifas tahun 2013 yaitu sejumlah 375.082 kasus infeksi dari 5.138.107 ibu
bersalin atau sekitar 7,3%. Angka ini merupakan jumlah yang cukup
signifikan dan memberi subangsi terhadap Angka Kematian Ibu di
Indonesia
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan vulva
hygiene pada ibu nifas di RSUD Kota Kendari Tahun 2017
Metode penelitian: Jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif
observasional untuk menggambarkan keadaan di dalam suatu komunitas
masyarakat dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang menggunakan
Teknik pengambilan sampel accidental sampling
Hasil penelitian: Dari 30 sampel yang diteliti, ibu nifas dengan vulva
hygine baik sejumlah 21 orang (70%) dan yang buruk sejumlah 9 orang
(30%). Ibu nifas dengan vulva hygine baik, umur 20 – 35 tahun yaitu 16
orang (53,4%), dan yang buruk juga umur 20-35 tahun yaitu sejumlah 4
orang (13,3%), ibu nifas dengan vulva hygine baik, frekuensi tertinggi yaitu
kelompok pendidikan menengah yaitu 13 orang (43,3%) dan yang buruk
tertinggi pendidikan dasar dan menengah yaitu 4 orang (13,3%) serta ibu
nifas dengan vulva hygine baik, frekuensi tertinggi paritas II-IV yaitu 14
orang (46,7%) dan yang buruk paling tinggi paritas II-IV yaitu 4 orang
(13,3%).
Kesimpulan: ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygine baik, frekuensi
tertinggi umur 20 – 35 tahun, pendidikan menengah dan paritas II-IV,

Kata Kunci : Pelaksanaan Vulva Hygine

Daftar Pustaka : 34 (2004-2017)

1. Mahasiswa
2. Dosen Poltekkes
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................... iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
E. Keaslian Penelitian ............................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Telaah Pustaka................................................................... 8
1. Tinjauan Tentang Masa Nifas........................................ 8
2. Tinjauan Tentang Alat Reproduksi Wanita .................... 20
3. TinjauanTentang Vulva Hygiene.................................... 26
4. Tinjauan Tentang Umur, Tingkat Pendidikan
Dan Paritas.................................................................... 34
B. Landasan Teori................................................................... 39
C. Kerangka Konsep ............................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................... 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................. 42
C. Populasi dan Sampel .......................................................... 42
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................... 43
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 44
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data........................ 44
G. Penyajian Data .................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 47
B. Hasil Penelitian .................................................................... 52
C. Pembahasan........................................................................ 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .......................................................................... 61
B. Saran ................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Hal


Tabel 4.1 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD Kota
Kendari tahun 2017……………………………..... 50

Tabel 4.2 Distribusi Pelaksanaan Vulva Hygine di RSUD Kota


Kendari tahun 2017…………………………………...... 52

Tabel 4.3 Karakteristik Ibu Nifas di RSUD Kota Kendari tahun


2017……………………………………………………….. 52

Tabel 4.4 Pelaksanaan Vulva Hygine Berdasarkan umur di


RSUD Kota Kendari tahun 2017………………………. 53

Tabel 4.5 Pelaksanaan Vulva Hygine Berdasarkan Tingkat


Pendidikan di RSUD Kota Kendari tahun 2017..........
54
Tabel 4.8 Distribusi Pelaksanaan Vulva Hygine Berdasarkan
Paritas di RSUD Kota Kendari tahun 2017…………... 55
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Permintaan Menjadi Responden

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

3. Kuisioner Penelitian

4. Prosedur Pelaksanaan Vulva Hygine

5. Master Tabel Penelitian

6. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari

7. Surat Izin Penelitian dari Unit PPM Poltekkes Kemenkes Kendari

8. Surat Izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Kendari

9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSUD Kota Kendari


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan wanita merupakan hal yang sangat penting bagi

bangsa. Kenyataan menunjukan bahwa umur hidup bangsa Indonesia

semakin meningkat sejalan degan peningkatan kualitas kesehatan

yang berarti temasuk pula wanita. Khususnya untuk kesehatan

reproduksi, kesehatan wanita memegang peranan yang sangatlah

penting dalam pembentukan generasi yang berkualitas dalam segi

fisiknya, maka tak berlebihan bahwa kesehatan reproduksi mendapat

perhatian khusus (Akhyar, 2008).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6

minggu. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer

yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti

masase sesudah melahirkan (Sarwono, 2010).

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi petugas

kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan

yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai

masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi pada masa nifas,

seperti sepsispuerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu,

infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor tiga setelah


perdarahan dan hipertensi sehingga sangat tepat jika para tenaga

kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya

permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan

bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan

perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas

dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sarwono, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2012 mencapai

359 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI per 100 ribu

kelahiran hidup masih sangat lamban untuk mencapai target Millenium

Developments Goals (MDGs). Diperkirakan setiap tahunnya 300.000

ibu di dunia meninggal saat melahirkan dan 99% kematian ibu terjadi

di negara berkembang. Target AKI di Indonesia pada tahun 2015

adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu

berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada

tahun 2015 (Cooper, 2011).

Jumlah kasus infeksi nifas pada tahun 2013 yaitu sejumlah

375.082 kasus infeksi dari 5.138.107 ibu bersalin atau sekitar 7,3%.

Angka ini merupakan jumlah yang cukup signifikan dan member

sumbangsih terhadap AKI di Indonesia (Kemenkes RI, 2015).


Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, luka-

luka biasanya ringan, tetapi kadang terjadi luka yang luas dan

berbahaya, sehingga setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaan

vulva dan perineum (Sumarah, 2009). Ibu yang bersalin secara normal

beberapa ada yang tidak mengalami robekan karena jalan lahirnya

cukup elastis ketika dilalui bayi saat proses persalinan. Namun ada

yang memerlukan bantuan dokter maupun bidan untuk memperlebar

jalan lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan di daerah

perineum (Astuti, 2007).

Ibu nifas yang mengalami luka perineum, bersalin secara

normal sangat rentan terhadap terjadinya infeksi, karena apabila tidak

dijaga dengan baik dapat terjadi infeksi dan kebersihan daerah

perineumyang tidak terjaga akan sangat berpengaruh terhadap

kesembuhan setelah proses persalinan (Puspitaningtyas, 2011).

Dalam penelitian Suprapto (2008), bahwa salah satu unsur

penting dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan anak adalah

persalinan yang bersih dan aman yang merupakan bagian ketiga dari

empat pilar safe motherhood yang dikategorikan sebagai pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan, semakin tinggi cakupan persalinan

semakin rendah risiko terjadinya kematian ibu.

Kebersihan vulva pada masa nifas harus dilakukan, karena

pada masa nifas banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.

Vagina merupakanorgan terbuka sehingga memudahkan kuman yang


berada di daerah sekitar menjalar ke rahim. Infeksi dapat terjadi karena

ibu nifas kurang telaten melakukan perawatan pasca persalinan. Ibu

biasanya takut menyentuh daerah vulva atau sekitarnya sehingga

memilih tidak membersihkannya, padahal dalam keadaan luka

perineum pun tetap harus dibersihkan agar tidak terjadi infeksi (Astuti,

2007).

Vulva hygiene adalah membersihkan daerah kemaluan dan

sekitarnya pada wanita.Daerahnya meliputi daerah genital dan

perineal. Membersihkan daerah genital tidak hanya dilakukan ketika

mandi tetapi hendaknya juga dilakukan setelah selesai buang air kecil.

Hal ini dilakukan karena daerah tersebut merupakan sumber bakteri

baik dari dalam maupun dari luar. Bakteri dari luar ada karena daerah

tersebut cenderung lembab. Adanya bakteri di daerah tersebut

merupakan risiko terjadinya infeksi. Dengan demikian asuhan masa

nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis bayi

ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas

terjadi dalam 24 jam pertama (Supriadi, 2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Kota Kendari,

jumlah ibu yang melahirkan normal dari tahun 2013 sebesar 165

orang, pada tahun 2014 jumlah ibu yang melahirkan normal sebanyak

198 orang, pada tahun 2015 jumlah ibu yang melahirkan normal

sebanyak 140 orang, pada tahun 2016 bulan Januari sampai bulan
Oktober jumlah ibu yang melahirkan normal sebanyak 127 orang

(RSUD Kota Kendari, 2016).

Berdasarkan survey awal penulis di RSUD Kota Kendari pada

tanggal 03 November 2016 terdapat 127 orang ibu yang melahirkan

normal, dengan hasil wawancara awal dari 10 orang ibu yang

melahirkan normal, 6 orang diantaranya mengatakan belum

mengetahui secara mendalam tentang vulva hygiene serta ibu merasa

takut menyentuh daerah sekitar vulva.

Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Gambaran

Penatalaksanaan Vulva Hygiene pada Ibu Nifas di RSUD Kota Kendari

Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian ini yaitu “bagaimanakah gambaran pelaksanaan vulva

hygiene pada ibu nifas di RSUD Kota Kendari Tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan vulva hygiene pada ibu

nifas di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.


2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan vulva hygiene

pada ibu nifas berdasarkan umur ibu di RSUD Kota Kendari

Tahun 2017.

b. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan vulva hygiene

pada ibu nifas berdasarkan tingkat pendidikan ibu di RSUD Kota

Kendari Tahun 2017.

c. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan vulva hygiene

pada ibu nifas berdasarkan paritas ibu di RSUD Kota Kendari

Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

a. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan

perbandingan pada penanganan kasus kebidanan.

b. Menghasilkan bidan profesional yang memiliki pengetahuan

yang memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.

2. Bagi Instansi Terkait

Peneltian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi

pihak RSUD Kota Kendari untuk lebih memperhatikan kualitas

tenaga kebidanan dalam menciptakan SDM yang bekualitas dalam

melakukan pelayanan terhadap masyarakat.


3. Bagi Peneliti

Penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bertambahnya

ilmu pengetahuan bagi peneliti dan dapat dijadikan panduan bagi

para peneliti selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Sulis Puspito Rini (2015) Hubungan perilaku vulva hygiene

dengan kejadian keputihan patologis pada siswi kelas X di SMA Negeri

3 Bantul. Dalam penelitian tersebut metode yang digunakan adalah

metode deskriptif, teknik pengambilan sampel adalah simple random

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 45 orang responden.

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah

judul, tahun penelitian, tempat penelitian dan varibel bebas yang diteliti

yaitu umur, tingkat pendididikan dan paritas dengan sampel penelitian

ibu nifas normal dengan menggunakan metode penelitian yaitu

deskriptif observasional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Tentang Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan

kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan untuk

memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil

dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas (puerperiem),

berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan

partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah

melahirkan (Sarwono, 2010).

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu

selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah

selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi

kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai

akibat adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses

persalinan (Sarwono, 2010).

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi

petugas kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena

pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu

mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada

komplikasi pada masa nifas, seperti sepsispuerperalis. Jika


ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan

penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan

sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan

perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada

ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang

dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan

perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka

morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat

(Sarwono, 2010).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena

merupakan masa kritis bayi ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa

69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,

dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

b. Tahap Masa Nifas

Menurut Saminem (2010), Tahapan yang terjadi pada

masa nifas adalah sebagai berikut :

1) Periode immediatepostpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24

jam.Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,

misalnya perdarahan karena atoniauteri. Oleh karena itu,

bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan

suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam

keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau

busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan

cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)

Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

c. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan

bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi

pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu,

mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan

ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan

budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan

mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang

baik antara ibu dan anak (Saminem, 2010).

d. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali

kunjungan, masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi dan


menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan pertama

dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan ini

dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas

karena atoniauteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, dan merujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan

konselingkepada ibu dan salah satu anggota keluarga

bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena

atoniauteri, pemberian ASI dini, melakukan hubungan antara ibu

dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia dan jika petugas kesehatan menolong

persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk

2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan stabil (Sarwono, 2010).

Kunjungan kedua dilakukan pada 6 hari setelah

persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk

memastikan involusiuteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

cairan, istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan

konseling pada ibu, mengenali asuhan pada bayi,tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

(Sarwono, 2010).
Kunjungan ketiga dilakukan pada 2 minggu setelah

persalinan, kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan

yang kedua. Setelah kunjungan ketiga dilakukan maka

dilakukanlah kunjungan keempat dilakukan 6 minggu setelah

persalinan yang merupakan kunjungan terakhir selama masa

nifas kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu

tentang penyulit-penyulit yang ia dan bayi alami, juga

memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB

secara dini (Sarwono, 2010).

e. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas

Menurut Nugroho (2010), perubahan fisiologi masa nifas

adalah sebagai berikut :

1) Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun

eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genitalia

ini dalam keseluruhan disebut involusi.Disamping involusi ini,

terjadi juga perubahan-perubahan yang lain, yakni

hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini

karena pengaruh lactogenichormon dan kelenjar hipofisis

terhadap kelenjar-kelenjar mammae.

Setelah janin dilahirkan fundusuteri kira-kira setinggi

pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri


kurang lebih 2 jari dibawah pusat.Uterus menyerupai suatu

buah alpukat gepeng berukuran panjang ± 15 cm, lebar ± 12

cm dan tebal ± 10 cm, dinding uterus sendiri ± 5 cm

sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis

daripada bagian lain. Pada hari ke-5 postpartum uterus ± 7

cm di atas simfisis atau setengah simfisis pusat, stelah 12

hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfsis.

Bagian bekas impantasi plasenta merupakan suatu

luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavumuteri, segera

setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter

kurang lebih 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian

plasenta yang tertinggal. Setelah 2 minggu diameternya

menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.

2) Uterusgravidusaterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu

minggu postpartum berat uterus akan menjadi ± 500 gram, 2

minggu postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu

postpartum berat uterus menjadi 40 sampai 60 gram (berat

uterus normal ± 30 gram). Otot-otot uterus berkontraksi segera

postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara

anyaman otot-otot uterusakan terjepit. Proses ini akan

menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

3) Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah

mengerut kembali keukuran semula, selama kehamilan, rahim


merupakan tempat janin hidup dan tumbuh. Rahim melindungi

janin dari lingkungan luar, menyediakan gizi melalui uri. Dan

akhirnya dengan kontraksi ototnya mengelurkan bayi ke dunia.

Sekarang unsur-unsur tersebut telah dilalui dan rahim menjalani

involusi. Segera setelah melahirkan, berat badan menjadi 1000

gram dan dapat dirasakan sebagai kantung yang kuat

membulat, mencapai tali pusat, pada hari ke-14 setelah

kelahiran, ukurannya menyusut menjadi 350 gram dan tidak lagi

dapat dirasakn keberadaannya di dalam perut, pada hari ke 60

(8 minggu) setelah kelahiran, rahim kembali keukuran normal.

Involusi disebabkan oleh pembengkakan serabut otot dan

penyerapan substansinya. Sebagian kedalam aliran darah dan

sebagian lagi ke dalam lochea.

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari

kavumuteri dan vagina selama masa nifas. Pada hari pertama

dan kedua lochearubra atau kurenta, terdiri atas darah segar

bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

vernikskaseosa, lanugo dan mekonium. Pada hari ke-3 sampai

hari ke-7 sampai hari ke-14 cairan yang keluar berwarna kuning,

cairan ini tidak berdarah lagi. Setelah dua minggu, lochea hanya

merupakan cairan putih yang disebut dengan locheaalba.

Lochea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau

menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada locheaserosa, bau


ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur dengan

keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk

yang menandakan adanya infeksi.

4) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah trombosit,

degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada

hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai

permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan

selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada

pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.

5) Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk

serviks agar menggangah seperti corong, segera setelah

bayi lahir.Bentuk ini disebabkan oleh corpusuteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks berbentuk semacam cincin.

f. Perubahan sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini

disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama

persalinan.Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan

dengan jahitan pada perineum, jangan sampai lepas dan rasa takut
pada nyeri.Buang air besar harus dilakukan tiga sampai empat hari

setelah persalinan (Handayani, 2010).

g. Perubahan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,

tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala

dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat

persalinan (Handayani,2010).

h. Perubahan sistem muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterusakan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta

dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragmapelvis serta fasia yang

meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi

ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan

menjadi retropleksi karena ligamentumrotundum menjadi kendor.Tidak

jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan

karena ligamen, fasia jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor,

stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan

(Handayani, 2010).

i. Perubahan tanda-tanda vital

Menurut Ambarwati (2010), perubahan tanda-tanda vital

pada masa nifas antara lain :


1) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 3,72º c. Sesudah

partus dapat naik ± 0,5ºc dari keadaam normal, namun tidak

akan melebihi 8ºc. Sesudah 2 jam pertama melahirkan

umumnya suhu badan akan kembali normal. Nilai suhu lebih

dari 38ºc mungkin terjadi infeksi pada klien.

2) Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus,

dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardi dan suhu

tubuh tidak panas. Mungkin ada perdarahan berlebihan atau

ada vitiumkordis pada penderita pada masa nifas umumnya

denyut nadi lebih dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan

pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian

kembali seperti keadaan semula.

3) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan

hipertensi postpartumakan menghilang dengan sendirinya

apabila tidakterdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya

dalam setengah bulan tanpa pengobatan.

j. Perawatan Masa Nifas

Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan

menggunakan adanya kemungkinan perdarahan postpartum

dan infeksi.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas

episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan

sebaik-baiknya penolong persalinan harus tetap waspada

sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi


kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum. Umumnya ibu

sangat lelah setelah melahirkan, karena ia harus cukup dalam

pemenuhan istirahatnya (Sarwono, 2010).

Dari hal tersebut ibu harus dianjurkan untuk tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian ibu boleh

miring kiri dan kanan, untuk mencegah thrombosis.Pada hari

kedua bantulah ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan,

dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang

(Sarwono,2010).

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam

postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih

atau sekali berkemih belum melebihi 100cc, maka dilakukan

kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,

tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Sebab-sebab ibu

postpartum mengalami sulit berkemih yaitu berkurangnya

tekanan intraabdominal,otot-otot perut masih lemah, edemadan

uretra, dinding kandung kemih kurang sensitif (Sarwono, 2010).

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar

(defekasi) setelah hari kedua postpartum.Jika hari ketiga belum

juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per

rektal.Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa

BAB, maka dilakukan klisma (Handayani,2010).


Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan

terhadap infeksi.Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting

untuk mencegah terjadinya infeksi.Kebersihan tubuh, pakaian,

tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga

(Handayani, 2010).

Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after

pains atau mules, dapat diberi analgetik atau sedatif supaya ia

dapat beristirahat atau tidur. Delapan jam postpartum wanita

tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang

timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontraindikasi untuk

menyususi bayinya, seperti wanita yang menderita

tifusadominalis, tubercolosis aktif, diabetesmelitus berat,

psikosis, puting susunya tertarik ke dalam dan lain-lain.Bayi

dengan labiopalatoskiziz(sumbing) tidak dapat menyusui oleh

karena tidak dapat menginap.Hendaknya hal ini diketahui oleh

bidan atau dokter yang menolongnya.Minumannya harus

diberikan melalui sonde.Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan

dengan alat seperti ekstrasi vakum atau cunam dianjurkan untuk

tidak menyusui sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma

kapitis.Pada hari ketiga atau keempat bayi tersebut baru

diperbolehkan untuk menyusui bila tidak ada kontra indikasi

(Handayani, 2010).
Perawatan mammae harus sudah dilakukan sejak

kehamilan, areola mammae dan puting susu dicuci teratur

dengan sabun dan diberi minyak atau cream agar tetap lemas,

jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah sebelum

menyusui mammae harus dibikin lemas dengan melakukan

massase secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan

puting susu dibersihkan barulah bayi disusui (Sarwono, 2010).

Dianjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan, sarankan ibu untuk kembali pada

kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur

siang atau beristirahat selagi bayi tidur (Supriadi, 2011).

2. Tinjauan Tentang Alat Reproduksi Wanita

Secara umum alat reproduksi wanita terbagi atas dua bagian

yaitu terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat kelamin bagian

dalam.Alat kelamin wanita terdiri dari bagian-bagian di bawah ini

(Manuaba, 2009).
a. Alat Kelamin Bagian Luar

Gambar 2.1 Organ Genetalia Externa Wanita

Menurut Sarwono (2007), Alat kelamin bagian luar terdiri

dari beberapa bagian yaitu:

1) Vagina (Saluran Senggama)

Vagina merupakan saluran maskulo membranasea

(otot selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia

luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot

sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan

dilatih.Selaput vagina tidak mempunyai lipatan sirkule

(berkerut) yang disebut rugae. Dinding depan vagina tidak

mempunyai kelenjar sehingga cairan yang selalu membasahi

berasal dari kelenjar rahim. Sebagian dari rahim yang

menonjol pada vagina disebut porsio (leher rahim).Vagina

(saluran senggama) mempunyai fungsi penting sebagai jalan

lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual,

saluran untuk mengalirkan lender dan darah menstruasi.


2) Rahim (Uterus)

Bentuk rahim seperti buah pir dengan berat sekitar 30

gram, terletak di panggul kecil di antara rectum (bagian usus

sebelum dubur) dan di depannya terletak kandung

kemih.Bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat

sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat

kehamilan. Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis yang

mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembang sehingga

dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan selama

9 bulan.Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan

mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan lahir.

3) Tuba Fallopi

Tuba pallopii berasal dari ujung ligamentium, berjalan

ke arah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Tuba pallopii

bukan merupakan saluran lurus tetapi mempunyai bagian

yang lebar sehingga membedakannya menjadi empat

bagian. Ujungnya terbuka dan mempunyai fimbriae (rumbai-

rumbai) sehingga dapat menangkap ovum (telur) saat terjadi

pelepasan telur (ovulasi).Saluran telur ini merupakan hasil

konsepsi (hasil pembuahan) menuju rahim.Tuba pallopii

merupakan bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan

menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas).

Fungsi tuba pallopii sangat vital dalam proses kehamilan,


yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, tempat

terjadinya pembuahan (ferlititas), menjadi saluran dan

tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu

menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.

4) Indung Telur (Ovarium)

Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul

dan digantungkan ke rahim oleh ligamentum ovarii

propriumdan ke dinding panggul oleh ligamentuminfundibulo

pelvikum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita

yang paling utama sehingga mempunyai dampak

kewanitaan dalam pengaturan proses menstruasi. Indung

telur mengeluarkan telur (ovum) setian bulan silih berganti

kanan dan kiri.Saat telur (ovum) dikeluarkan wanita disebut

dalam masa subur.Masa menopause semua telur

menghilang.

5) Parametrium (Penyangga Rahim)

Parametrium merupakan lipatan peritoneum dengan

berbagai penebalan yang menghubungkan rahim dengan

tulang panggul.Lipatan atasnya mengandung tuba fallopi dan

ikut serta menyangga indung telur.Bagian ini sensitif

terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.

Keseluruhan alat reproduksi wanita berada di rongga

panggul. Wanita mempunyai bentuk dan ukuran rongga


panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Perubahan

ukuran panggul digunakan untuk mengukur umur kehamilan.

b. Alat Kelamin Bagian Dalam

Menurut Widyastuti (2009), Alat kelamin bagian dalam

terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1) Vulva

Vulva adalah suatu daerah yang menyelubungi

vagina.Vulva terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia

minora, klitoris, himen, vestibulum, orificium urethrae

eksternum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

2) Mons Veneris

Mons veneris disebut juga gunung venus, menonjol

bagian depan menutup tulang kemaluan.Bagian yang

menonjol di atas simfisis dan pada wanita dewasa ditutupi

oleh rambut kemaluan sebagai tanda seksualitas sekunder.

3) Labia Mayora (Bibir Besar Kemaluan)

Labia Mayora berasal dari mons veneris, bentuknya

lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah.

Bagian luar labia mayoraterdiri dari kulit berambut, kelenjar

lemak, dan kelenjar keringat, bagian dalamnya tidak

berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini

mengandung banyak ujung syaraf sehingga sensitif saat

berhubungan seks.Lapisan lemak dengan bentuk lipatan


seperti bibir, terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong

mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak serupa

dengan yang ada di mons veneris.

4) Labia Minora (Bibir Kecil Kemaluan)

Labia minora merupakan lipatan kecil di bagian dalam

labia mayora.Bagian depannya mengelilingi klitoris.Kedua

labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat

menjadi besar saat keinginan seks bertambah.Labia ini

analog dengan kulit skrotum pada pria.Lipatan jaringan tipis

sebelah dalam dari labia mayora dan merupakan jalan

masuk ke vagina.Banyak terdapat pembuluh darah, otot

polos dan ujung serabut saraf sehingga merupakan bagian

yang sensitif.

5) Klitoris

Klitoris merupakan bagian yang erektil, seperti venis

pada pria, mengandung banyak pembuluh darah dan serat

saraf sehingga sangat sensitif saat berhubungan seks.Organ

kecil yang terdiri dari korpusyang banyak pembuluh darah

dan ujung serabut saraf, sangat sensitif dan berperan besar

dalam fungsi seksual kaitannya dengan pencapaian

orgasme.
6) Vestibulum

Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labiakanan-kiri

dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang

pertemuan labia minora.Pada bagian vestibulum terdapat

muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar

bartolin, dan kelenjar sken (kelenjar-kelenjar ini akan

mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan

dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi

penis).

7) Himen (Selaput Dara)

Himen merupakan selaput tipis yang menutupi

sebagian lubang vagina luar.Pada umumnya himen

berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah

menstruasiatau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim

dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat

hubungan seks pertama himenakan robek dan

mengeluarkan darah. Setelah melahirkan himen merupakan

tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis.

8) Perineum

Perineum adalah dareah tepi bawah vulva dengan tepi

depan anus. Batas waktu otot diafragma pevis.

3. Tinjauan Tentang Vulva Hygiene

a. Definisi Vulva Hygiene


Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva)

yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan

mencegah infeksi.Vulva hygiene adalah tindakan membersihkan

daerah kewanitaan yaitu.bagianvulva dan di daerah sekitarnya,

yang mana adalah untuk pemenuhan kebutuhan yang bertujuan

untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi oleh

vulva dan anuspada ibu yang dalam masa antara kelahiran

plasenta sampai dengan kembalinya organ generic seperti pawa

waktu sebelum hamil (Ayu, 2010).

Pada masa post partum seorang ibu sangat rentan

terhadap terjadinya infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri

sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.Anjurkan ibu

untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

lingkungannya. Sering melakukan vulva hygiene akan

meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi, tindakan

yang paling sering dilakukan adalah menggunakan air yang di

alirkan dapat pula ditambahkan antiseptic atas vulva setelah

berkemih atau defikasi, hindari penyemprotan langsung, ajarkan

ibu untuk membersihkan sendiri (Ayu, 2010).

b. Manfaat Vulva Hygiene

Menurut Kusmiran Eni (2011), Perawatanvagina memiliki

beberapa manfaat, antara lain:


1) Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan

nyaman.

2) Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-

gatal.

3) Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5-4,5).

c. Tujuan Vulva Hygiene

Menurut Kusmiran Eni (2011), Ada beberapa tujuan dari

vulva hygiene antara lain :

1) Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.

2) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di

sekitar vulva di luar vagina.

3) Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu

3,5-4,5.

4) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan

protozoa.

5) Mencegah timbulnya keputihan.

d. Cara Perawatan Vulva Hygiene

Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan.Hal ini

juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual.Cara memelihara

organ intim tanpa kuman dilakukan sehari-hari dimulai bangun tidur

dan mandi pagi. Alat reproduksi dapat tekena sejenis jamur atau

kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman

apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencuci vagina dengan air


kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas

vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan

adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan

yang abnormal.Keputihan juga bisa timbul karena pengobatan

abnormal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit

menular seksual (Kusmiran Eni, 2011).

Beberapa cara merawat organ reproduksi adalah sebagai

berikut (Kusmiran Eni, 2011) :

1) Mencuci tangan sebelum dan sesuah menyentuh darah

kewanitaan.

2) Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena

dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatatl.

Gunakan pembersih kewanitaan yang menggunakan Ph

balance 3,5 untuk menghindari irirtasi.

3) Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakain

sebab jika tidak dikeringkan menyebabkan celana dalam yang

dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman

dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang

bakteri dan jamur.

4) Tidak diperbolehkan menaburkan bedak pada vagina dan

daerah di sekitarnya, karena kemungkinan bedak tersebut

akan menggumpal di sela-sela lipatan vagina yang sulit


terjangkau tangan untuk dibersihkan dan akan mengundang

kuman.

5) Disediakan celana dalam ganti di dalam tas kemana pun

pergi, hal ini menghindari kemungkinan celana dalam

menjadi basah.

6) Pakailah celana dalam dari bahan katun karena dapat

menyerap keringat dengan sempurna.

7) Menghindari pemakaian celana dalam dari satin atau bahan

sintetik lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi

panas dan lembab.

8) Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan

dengan menggunakan shower toilet. Semprotlah permukaan

luar vagina dengan pelan dan menggosoknya dengan

tangan.

9) Gantilah celah dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga

kali sehari.

10)Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua

sampai tiga jam. Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata

justru dapat mengakibatkan infeksi bakteri, jamur serta

jerawat atau bisul pada daerah genitalia. Ini terjadi karena

pantyliner membuat daerah kewanitaan makin lembab.

Meskipun lapisan atas pantyliner memiliki daya serap untuk

menjaga higienitas daerah kewanitaan, akan tetapi bagian


dasar dari pantyliner ini terbuat dari plastik, seihngga kulit

tidak bisa bernafas lega karena kurangnya sirkulasi udara.

Jadi sebaiknya jangan menggunakan pantyliner.

11)Sebaiknya tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon,

jeans dan kulit.

12)Saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan ke

belakang. Hal ini untuk menghindari terbawanya kuman dari

anus ke vagina.

13)Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum

panjang secara teratur.

14)Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah

kemaluan.

15)Apabila kita menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum

duduk siram dulu WC tersebut (di-flishing) terlebih dahulu

kemaluan.

16)Jangan garuk organ intim segatal apapun. Membilas dengan

air hangat juga tidak disarankan mengingat cara itu justru

bisa membuat kulit di sekitar organ intim bertambah merah

dan membuat rasa gatal semakin menjadi-jadi. Lebih baik

kompres vagina dengan air es sehingga pembuluh darah di

wilayah organ intim tersebut menciut, warna merahnya

berkurang, dan rasa gatal menghilang. Alternatif lain, basuh

vagina dengan rebusan air sirih yang sudah didinginkan.


Atau gunakan PK yang dicampur dengan air dingin.

Takarannya 1 sendok teh untuk air satu ember ukuran

sedang. Penggunaan PK dengan dosis tidak tepat bisa

membakar kulit dan membuatnya kering berwarna

kecoklatan.

17)Bersihkan vagina setiap buang air kecil (BAK) dan buang

besar (BAB). Air yang digunakan untuk membasuh harus

bersih, yakni air mengalir yang langsung dari keran.

Penelitian menguak air dalam bak/ember di toilet umum

mengandung 70% jamur candida albicans. Sedangkan air

yang mengalir dari keran toilet umum mengandung kurang

lebih 10-20% jenis jamur yang sama. Kebersihan vagina

juga berkaitan erat dengan trik pembasuhannya. Yang benar

adalah dari arah depan vagina ke belakang anus dan bukan

dari arah anus ke vagina. Setelah dibasuh keringkan organ

intim dengan handuk lembut agar tidak basah.

Adapun cara pemeliharaan organ reproduksi adalah

sebagai berikut (Kusmiran Eni, 2011) :

1) Tidak menggunakan benda yang dapat mengotori vagina.

2) Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.

3) Tidak menggunakan celana dalam yang terlalu ketat.

4) Pemakaian pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.


e. Perilaku vulva hygiene

Perilaku adalah totalitas pengahayan aktivitas yang

merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara

berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran,

ingatan, fantasi. Penerimaan perilaku baru disadari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif.

Seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulis.

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygine adalah

1) Faktor yang mempermudah adalah faktor utama yang

mempenagruhi perilaku adalah sikap, pengetahuan, konsep

diri, kepercayaan, nilai dan informasi. Selain itu faktor

seperti demografi misalnya status ekonomi, keluarga, juga

mempegaruhi perilaku seseorang.

2) Faktor pendukung, faktor ini menentukan keinginan

terlaksana seperti sarana prasarana, keahlian dan

keterampilan.

3) Faktor pendorong yang memperkuat perubahan perilaku

vulva hygiene seseorang dikarenakan adanya perilaku dan

sikap orang lain seperti suami, keluarga, teman dan

lingkungan sekitar lainnya (Notoatmodjo, 2010).

Standar yang dapat digunakan untuk mengetahui perilaku

seseorang dapat dikatakan baik atau buruk dengan


menggunakan standar angka penilaian dalam sebuah

quisioner sebagai berikut :

1) Perilaku Baik : Apabila dilakukan sesuai dengan

Prosedur penatalaksanaan vulva hygiene dan skor

penilaian dari kuisioner >52

2) Perilaku Buruk: Apabila dilakukan tidak sesuai dengan

Prosedur penatalaksanaan vulva hygiene atau skor

penilaian kuisioner ≤ 52 (Notoatmodjo, 2010).

4. Tinjauan Tentang Umur, Tingkat Pendidikan dan Paritas

a. Umur

2. Pengertian

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang tahun (Nursalam, 2007).

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa

akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi

kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya (Nursalam, 2007).

Umur mempengaruhi fertilitas (Kesuburan), fertilitas mulai

menurun saat wanita berumur 30 tahun dan menurun dengan

cepat saat wanita berusia 35 tahun. Pasangan yang lebih tua

dari 35 tahun akan membutuhkan waktu 2 kali lipat dari


pasangan yang lebih muda, dan jika seseorang wanita hamil

berumur lebih dari 35 tahun maka risiko baik ibu maupun bayi

akan meningkat (Nursalam, 2007).

3. Penggolongan

Menurut Curtis, B, (2005) penggolongan umur dalam

reproduksi ibu terbagi atas 3 bagian yaitu :

a) Umur kurang dari 20 tahun

Suatu kondisi ibu terlalu muda hamil dimana organ-organ

reproduksinya dan emosional belum matang.

b) Umur 20-35 tahun

Merupakan suatu periode usia yang paling baik untuk

reproduksi dimana organ-organ reproduksi sudah matang

dan siap menerima kehamilan atau melahirkan anak.

c) Umur lebih dari 35 tahun

Suatu kondisi ibu terlalu tua hamil dan sering timbul

masalah kesehatan seperti hipertensi, atonia uteri,

penyakit-penyakit kronis lainnya dimana organ-organ

reproduksinya sudah mulai menurun.

b. Tingkat Pendidikan

1) Pengertian

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan


apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo,

2008).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan

tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

2) Unsur-unsur Pendidikan

Unsur-unsur pendidikan menurut Notoatmojo (2008)

yaitu:

a) Input

Input yaitu sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok,

masyarakat

b) Pendidik

Pendidik yaitu pelaku pendidikan.

c) Proses

Proses yaitu upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain

d) Output

Output yaitu melakukan apa yang diharapkan/perilaku.


3) Tujuan pendidikan

Menanamkan pengetahuan pengertian, pendapat dan

konsep, Mengubah sikap dan persepsi, Menanamkan

tingkah laku/kebiasaan yang baru (Notoatmodjo, 2008).

4) Tingkatan Pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan

dibagi menjadi :

a) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain.

b) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan

menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti

SMP, SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

sekolah tinggi, institut dan universitas.

c. Paritas

1. Pengertian

Paritas adalah keadaan seoran wanita sehubungan

dengan kelahiran anak yang dapat hidup (Dorlan, W.A.,2006).


Paritas adalah seorang wanita yang sudah pernah

melahirkan bayi yang dapat hidup atau viabel (Saifuddin,

A.B.,2011).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan

janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang

lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak

mempengaruhi paritas (Bobak, I.,2004).

2. Pembagian kelompok paritas

Paritas dapat mempengaruhi perilaku ibu terhadap

vulva hygiene.Pada wanita normal yang sudah pernah

melahirkan janin hidup akan lebih mengetahui vulva hygiene

(Saifuddin, A.B.,2011).

Paritas dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a) Primipara

Primapara adalah seorang wanita yang sudah menjalani

kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas untuk

pertama kalinya (Bobak, I.,2004)

b) Multipara

Multipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani 2

atau lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai

tahap viabilitas (Bobak, I.,2004).


c) Grande multipara

Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan

bayi 5 kali atau lebih sampai standar mampu hidup

(Bobak, I.,2004).

B. Landasan Teori

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6

minggu. Masa nifas (puerperiem), berasal dari bahasa latin, yaitu puer

yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa

sesudah melahirkan (Sarwono, 2010).

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi petugas

kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan

yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai

masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi pada masa nifas,

seperti sepsispuerperalis.Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu,

infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah

perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan

memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya

permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan

bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan

perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas

dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sarwono, 2010).


Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu, 2010). Vulva

hygiene adalah tindakan membersihkan daerah kewanitaan

yaitu.bagianvulva dan di daerah sekitarnya, yang mana adalah untuk

pemenuhan kebutuhan yang bertujuan untuk menyehatkan daerah

antara paha yang dibatasi oleh vulva dan anuspada ibu yang dalam

masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ

generic seperti pawa waktu sebelum hamil (Ayu, 2010).

Pada masa post partum seorang ibu sangat rentan terhadap

terjadinya infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk

mencegah terjadinya infeksi.Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan

tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungannya. Sering melakukan

vulva hygiene akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi,

tindakan yang paling sering dilakukan adalah menggunakan air yang di

alirkan dapat pula ditambahkan antiseptic atas vulva setelah berkemih

atau defikasi, hindari penyemprotan langsung, ajarkan ibu untuk

membersihkan sendiri (Ayu, 2010)


C. Kerangka Konsep

Umur

Vulva Hygiene
Tingkat Pendidikan

Paritas

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Variabel bebas (independent) = Umur, Tingkat Pendidikan dan Paritas

Variabel terikat (dependent) = Vulva Hygiene pada ibu nifas


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

observasional untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya

(objektif) di dalam suatu komunitas masyarakat (Ircham Machfoedz,

2005).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Juli tahun

2017

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD Kota Kendari Tahun 2017

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang

dirawat di ruang kebidanan RSUD Kota Kendari tahun 2016

sejumlah 217 Ibu Nifas.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas normal yang

dirawat di ruang kebidanan RSUD Kota Kendari dengan jumlah

sampel sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel

menggunakan accidental sampling, karena jenis penelitian yang


digunakan adalah deskriptif observasional dimana jumlah sampel

tidak terpaut pada ketetapan jumlah sampel.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (independent) yaitu umur, tingkat pendidikan

dan paritas.

b. Variabel terikat (dependent) yaitu penatalaksanaan vulva

hygiene pada ibu nifas

2. Definisi Operasional

b. Pelaksanaan vulva hygine

Kriteria Objektif :

1) Baik : Apabila dilakukan sesuai dengan Prosedur

penatalaksanaan vulva hygiene dan skor penilaian dari

kuisioner >52

2) Buruk: Apabila dilakukan tidak sesuai dengan Prosedur

penatalaksanaan vulva hygiene atau skor penilaian kuisioner

≤ 52 (Notoatmodjo, 2010)

c. Umur adalah usia yang dimiliki ibu nifas terhitung sejak ibu lahir

sampai dengan waktu setelah persalinan.

Kriteria objektif :

1) < 20 Tahun

2) 20-35 Tahun

3) > 35 Tahun (Manuaba, IBG, 2008)


d. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal yang telah

diselesaikan responden pada saat penelitian.

Kriteria Objektif :

1) Pendidikan Dasar : Tidak tamat SD, SD, SMP

2) Pendidikan Menengah : SMA/SMK/MA/MAK

2) Pendidikan Tinggi : Diploma /PT (UU RI No. 20 Tahun 2013

e. Paritas adalah jumlah kelahiran janin hidup.

Kriteria Objektif :

1) Primipara (I)

2) Multipara (II-IV)

3) Grandemultipara (>IV) (Sarwono, 2010).

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner,

lembar observasi atau daftar ceklist yang berisi tentang variabel yang

diteliti, meliputi umur, tingkat pendidikan, paritas dan gambaran

penatalaksanaan vulva hygiene.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang digunakan

sebagai panduan wawancara pada responden diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Penyuntingan data (editing), dilakukan dengan pengecekan isian

pada instrument, apakah data yang sudah terkumpul sudah jelas,

lengkap dan relevan.


2. Pengkodean data (coding), dilakukan dengan merubah data yang

berupa huruf menjadi angka.

3. Pengolahan data (prosessing), dilakukan dengan memeriksa

kembali apabila ada kesalahan dalam perlengkapan.

4. Pembersihan data (cleaning), dilakukan dengan memeriksa kembali

apabila ada kesalahan dalam perekapan.

5. Skoring, perhitungan dengan komputer dengan menggunakan

microsof excel untuk presentase setiap variabel.

6. Tabulating, menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

setelah dilakukan penghitungan secara manual maupun

menggunakan Microsoft excel.

Proses menghitung data-data hasil observasi dan kuesioner

yang sudah diberi kode serta dimasukkan ke dalam tabel. Data yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data dapat disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.Dalam penelitian ini dilakukan analisis

univariabel secara deskriptif sederhana berupa presentase. Rumus

yang digunakan adalah :

= 100
Keterangan :

f = frekuensi

p = presentase

n = jumlah sampel (Budiarto, 2009).

G. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel

distribusi, dinarasikan secara deskriptif variabel yang diteliti dan

dipresentatif.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari

terletak di Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan

Kendari dengan luas lahan 3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2,

dimana merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah

Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami

beberapa kali perubahan.

Sejak tanggal 4 Desember 2011, RSUD Kota Kendari

direlokalisasi di tempat baru. Saat ini, RSUD Abunawas terletak di

Kota Kendari, tepatnya di Jl. Brigjen Z.A. Zugianto No. 39 Kelurahan

Kambu, Kecamatan Kambu dengan luas lahan 13.000 m2 dan batas

wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan tanah warga dan sungai.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Z.A. Zugianto by pass.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan masuk rujab wakil

walikota

d. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi empang warga.

RSUD Kota Kendari adalah rumah sakit negeri kelas C

sejak tanggal 03 Oktober 2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1857/12, yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas serta


menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini

tersedia 107 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah

sakit di Sulawesi Tenggara yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur

inap.

Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki

sarana gedung sebagai berikut:

a. Gedung Anthurium (Kantor)

b. Gedung Bougenville (poliklinik)

c. Gedung (IGD)

d. Gedung Matahari (Radiologi)

e. Gedung Crysant (Kamar Operasi)

f. Gedung Asoka (ICU)

g. Gedung Teratai (Ponek)

h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)

i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)

j. Gedung Melati (Rawat inap bedah)

k. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP Kls I dan Kls II)

l. Gedung Instalasi Gizi

m. Gedung Loundry

n. Gedung Laboratorium

o. Gedung Kamar Jenazah


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari

mempunyai visi yaitu “Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”.

Sedangkan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yaitu:

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan

menciptakan pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta

terjangkau oleh masyarakat.

b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota

Kendari menjadi RS Mitra Keluarga.

c. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana

medis serta non medis serta penunjang medis, agar tercipta

kondisi yang aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan

keluarganya serta masyarakat pada umumnya.

Motto RSUD Kota Kendari adalah Senyum, Salam, Sapa,

Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap pengguna jasa

rumah sakit. Tugas pokok RSUD Abunawas Kota Kendari, yaitu:

a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan,

pemulihan, yang dilakukan secara terpadu dengan upaya

peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya

rujukan.

b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar

pelayanan
RSUD Kota Kendari memiliki jumlah tenaga kesehatan dan

non kesehatan sebanyak 451 orang yang terdiri dari

status PNS sebanyak 194 orang dan status Non PNS atau

sukarela sebanyak 244 orang. Untuk lebih jelasnya distribusi

tenaga kesehatan dan non kesehatan di RSUD Kota Kendari

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD


Kota Kendari Tahun 2017

No Nama PNS Non PNS PNS Mou Jumlah


1 Dokter Spesialis 12 4 8 24
2 Dokter Umum 9 5 3 17
3 Dokter Gigi 3 0 1 4
4 S1 Ners 3 18 0 21
5 S1 Perawat 19 7 0 26
6 D3 Perawat 31 100 1 132
7 SPK 11 1 0 12
8 S1 Perawat Gigi 1 0 0 1
9 D3 Perawat Gigi 2 3 0 5
11 D4 Kebidanan 8 0 0 8
12 D3 Kebidanan 20 35 0 55
13 S2 kesmas 7 0 0 7
14 S1 Kesmas 14 10 0 24
15 D3 Kesling 2 0 0 2
16 Apoteker 4 0 0 4
17 S1 Farmasi 3 1 0 4
18 D3 Farmasi 4 3 0 7
19 S1 Gizi 0 3 0 3
20 D3 Gizi 6 2 0 8
21 Analis Kesehatan 4 12 0 16
22 S1 Fisioterapi 1 0 0 1
23 D3 Fisioterapi 1 0 0 1
24 D3 Rekam Medik 1 0 0 1
25 S3 Akipuntur 1 0 0 1
26 S3 Okuvasi Terapi 1 0 0 1
27 S3 radiologi 1 1 0 2
28 D3 Teknik Gigi 1 0 0 1
29 S1 Psikologi 2 0 0 2
30 S1 Ekonomi 1 4 0 5
31 D1 Komputer 1 0 0 1
32 D3 Komputer 1 0 0 1
33 S1 Komputer 1 0 0 1
34 S1 Sosial Politik 2 1 0 3
35 S1 Tekno. Pangan 1 0 0 1
36 S2 Hukum 1 0 0 1
37 S2 Manajemen 2 0 0 2
38 S1 Manajemen 0 1 0 1
39 S1 Informatika 0 1 0 1
40 SMA 9 25 0 34
41 SMP dan SD 2 7 0 9
J U M L A H 194 244 13 451
Sumber: RSUD Kota Kendari, 2017.
B. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Pelaksanaan Vulva Hygiene di RSUD Kota Kendari


tahun 2017

Tabel 4.2 Distribusi Pelaksanaan Vulva Hygiene di RSUD


Kota Kendari tahun 2017

Vulva Hygiene Frekuensi Presentase (%)


Baik 21 70
Buruk 9 30
Total 30 100
Sumber: data Primer diolah tahun 2017

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pelaksanaan vulva hygiene yang

baik berjumlah 21 sampel (70%) dan yang vulva hygiene yang

buruk sejumlah 9 sampel (30%).

2. Gambaran Umur Ibu Nifas di RSUD Kota Kendari tahun 2017

Tabel 4.3 Karakteristik Ibu Nifas di RSUD Kota Kendari tahun


2017

Karakteristik Frekuensi Presentase (%)


Umur
< 20 tahun 4 13,3
20-35 tahun 20 66,7
>35 tahun 6 20
30 100
Pendidikan
Dasar 5 16,6
Menengah 17 56,7
Tinggi 8 26,7
30 100
Paritas
I 3 10
II-IV 18 60
>IV 9 30
30 100
Sumber: data Primer diolah tahun 2017
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa karakteristik ibu nifas berdasarkan

kelompok umur , frekuensi tertinggi terdapat pada sampel dengan

umur 20–35 tahun sebanyak 20 orang (66,7%) dan yang terendah

terdapat pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 4 orang

(13,3%), Karakateristik ibu nifas berdasarkan tingkat pendidikan

frekuensi tertinggi terdapat pada sampel dengan tingkat pendidikan

menengah yaitu sebanyak 17 orang (50%) dan yang terendah

terdapat pada kelompok pendidikan dasar yaitu sebanyak 5 orang

(16,6%) sedangkan karakteristik ibu nifas berdasarkan paritas,

frekuensi tertinggi terdapat pada paritas II-IV sebanyak 18 orang

(60%) dan yang terendah terdapat pada kelompok paritas I

sebanyak 3 orang (11%).

3. Gambaran Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Umur

Tabel 4.4 Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Umur di


RSUD Kota Kendari tahun 2017

Pelaksanaan Vulva Hygiene


Jumlah
Umur Ibu Baik Buruk
n % N % n %
< 20 1 3,3 3 10 4 13,3
20 – 35 16 53,4 4 13,3 20 66,7
> 35 4 13,3 2 6,7 6 20
Total 21 70 9 30 30 100
Sumber: data Primer diolah tahun 2017

Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 30 sampel yang diteliti, ibu nifas

dengan pelaksanaan vulva hygiene baik, frekuensi tertinggi

terdapat pada kelompok umur 20 – 35 tahun yaitu 16 orang


(53,4%) dan frekuensi terendah pada kelompok umur < 20 yaitu 1

orang (3,3 %).

Sedangkan ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene buruk,

frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur 20 – 35 tahun

yaitu 4 orang (13,3%) dan frekuensi terendah pada kelompok umur

>35 tahun yaitu 4 orang (13,3 %).

4. Gambaran Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Tingkat


Pendidikan

Tabel 4.5 Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan tingkat


Pendidikan di RSUD Kota Kendari tahun 2017

Pelaksanaan Vulva Hygiene


Tingkat Jumlah
Pendidikan Baik Buruk
n % N % n %
Dasar 1 3,3 4 13,3 5 16,6
Menengah 13 43,3 4 13,3 17 56,6
Tinggi 7 23,4 1 3,3 8 26,7
Total 21 70 9 30 30 100
Sumber: data Primer diolah tahun 2017

Tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 30 sampel yang diteliti, ibu nifas

dengan pelaksanaan vulva hygiene baik, frekuensi tertinggi

terdapat pada kelompok pendidikan menengah yaitu 13 orang

(43,3%) dan frekuensi terendah pada kelompok pendidikan dasar

yaitu 1 orang (3,3 %). Sedangkan ibu nifas dengan pelaksanaan

vulva hygiene buruk, frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok

pendidikan dasar dan pendidikan menengah yaitu masing-masing 4

orang (13,3%) dan frekuensi terendah pada kelompok pendidikan

tinggi yaitu 1 orang (3,3%).


5. Gambaran Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Paritas

Tabel 4.6 Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Paritas di


RSUD Kota Kendari tahun 2017

Pelaksanaan Vulva Hygiene


Jumlah
Paritas Baik Buruk
n % N % n %
I 0 0 3 10 3 10
II-IV 14 46,7 4 13,3 18 60
>IV 7 23,3 2 6,7 9 30
Total 21 70 9 30 30 100
Sumber: data Primer diolah tahun 2017

Tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 30 sampel yang diteliti, ibu nifas

dengan pelaksanaan vulva hygiene baik, frekuensi tertinggi

terdapat pada kelompok paritas II-IV yaitu 14 orang (46,7%) dan

frekuensi terendah pada kelompok paritas I yaitu 0 orang (0 %).

Sedangkan ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene buruk,

frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok paritas II-IV yaitu 4

orang (13,3%) dan frekuensi terendah pada kelompok paritas >IV

yaitu 2 orang (6,7%).

C. PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian

yang telah dilakukan di RSUD Kota Kendari, maka secara terperinci

hasil penelitian tersebut dapat dibahas berdasarkan variabel berikut :

1. Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Umur


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang

diteliti, ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene baik, frekuensi

tertinggi terdapat pada kelompok umur 20 – 35 tahun yaitu 16

orang (53,4%) dan frekuensi terendah pada kelompok umur < 20

yaitu 1 orang (3,3 %). Sedangkan ibu nifas dengan pelaksanaan

vulva hygene buruk, frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok

umur 20 – 35 tahun yaitu 4 orang (13,3%) dan frekuensi terendah

pada kelompok umur >35 tahun yaitu 4 orang (13,3 %). Hal ini

menunjukan bahwa umur sesorang mempengaruhi sikap dalam

pelaksanaan vulva hygiene dan ibu nifas dengan vulva hygiene

baik paling tinggi pada kelompok umur 20 – 35 tahun, dikarenakan

jumlah sampel dalam penelitian ini terbanyak pada kelompok umur

umur 20 – 35 tahun (Sarwono, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Cholish Umairoh tahun 2012 Dengan Judul

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva Hygiene

pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Daerah Rubini Mempawah

menunjukan bahwa umur ibu mempengaruhi perilaku vulva hygiene

dan ibu nifas dengan vulva hygiene baik paling tinggi pada

kelompok umur 20-35 tahun.

Menurut Green tahun 2006, umur merupakan faktor

predisposisi yang berhubungan pola pikir dan perilaku sesorang.

Wanita umur 20-35 tahun biasanya mempunyai perilaku vulva


hygiene yang baik dan senantiasa menjaga kesehatan organ

reproduksinya.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik (Notoadmojo, 2012)

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja (Nursalam, 2007).

2. Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang

diteliti, ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene baik, frekuensi

tertinggi terdapat pada kelompok pendidikan menengah yaitu 13

orang (43,3%), kemudian pendidikan tinggi yaitu 7 orang (23,4)

dan frekuensi terendah pada kelompok pendidikan dasar yaitu 1

orang (3,3 %). Sedangkan ibu nifas dengan pelaksanaan vulva

hygiene buruk, frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok

pendidikan dasar dan pendidikan menengah yaitu masing-masing 4

orang (13,3%) dan frekuensi terendah pada kelompok pendidikan

tinggi yaitu 1 orang (3,3%).

Notoatmodjo 2008 yang menyatakan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka akan semakin baik pula perilakunya


dalam hal ini perilaku vulva hygiene dan begitu pula sebaliknya,

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Cholish Umairoh

tahun 2012 Dengan Judul Identifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku vulva Hygiene pada Ibu Nifas di Rumah

Sakit Umum Daerah Rubini Mempawah menunjukkan bahwa

pendidikan ibu mempengaruhi perilaku vulva hygiene dan ibu nifas

dengan vulva hygiene baik paling tinggi pada kelompok pendidikan

menengah, dikarenakan jumlah sampel terbanyak pada kelompok

dengan pendidikan menengah.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Annisa Nurhayati pada

tahun 2013 di Daerah Pondok Cabe Ilir di Jakarta dengan hasil

penelitian bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan

dengan sikap dan perilaku vulva hygiene seseorang, serta

persentase ibu nifas dengan vulva hygiene baik tertinggi pada

kelompok pendidikan menengah.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2008).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,


perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional, 2002).

3. Pelaksanaan Vulva Hygiene Berdasarkan Paritas

Hasil penelitian bahwa dari 30 sampel yang diteliti, ibu nifas

dengan pelaksanaan vulva hygiene baik, frekuensi tertinggi

terdapat pada kelompok paritas II-IV yaitu 14 orang (46,7%) dan

frekuensi terendah pada kelompok paritas I yaitu 0 orang (0 %).

Sedangkan ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene buruk,

frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok paritas II-IV yaitu 4

orang (13,3%) dan frekuensi terendah pada kelompok paritas >IV

yaitu 2 orang (6,7%). Hal ini sejalan dengan teori yang menyakan

bahwa Paritas dapat mempengaruhi perilaku ibu terhadap vulva

hygiene yaitu semakin tinggi paritas, maka sikap vulva hygine

seorang ibu akan semakin baik. Hal ini dipengaruhi oleh

pengalaman yang telah didapat oleh ibu persalinan sebelumnya

(Azwar, 2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Cholish Umairoh tahun 2012 Dengan Judul

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva Hygiene

pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Daerah Rubini Mempawah

menunjukan bahwa paritas ibu mempengaruhi perilaku vulva

hygiene dan ibu nifas dengan vulva hygiene baik paling tinggi pada
kelompok paritas II-IV, dikarenakan jumlah sampel terbanyak

adalah paritas II-IV.

Sesuatu yang dialami oleh sesorang akan akan

mempengaruhi penghayatan dan stimulus seseorang. Tanggapan

akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap. Menurut

Bleckler dan Weggins bahwa sikap yang diperoleh lewat

pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap

pengalaman berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat berupa

predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila

kondisi dan situasi yang memungkinkan (Azwar, 2013).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin

hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup

atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas

(Bobak, I, 2004). Paritas dapat mempengaruhi perilaku ibu

terhadap vulva hygiene. Pada wanita normal yang sudah pernah

melahirkan janin hidup akan lebih mengetahui vulva hygiene

(Saifuddin, 2011).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hasil penelitian yang dilakukan di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari tahun 2017, maka dapat

disimpulkan:

1. Ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene dengan kategori baik

berdasarkan umur, frekuensi tertinggi pada kelompok umur 20-35

tahun yaitu 16 orang (53,4%).

2. Ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene dengan kategori baik

berdasarkan tingkat pendidikan, frekuensi tertinggi pada kelompok

tingak pendidikan menengah yaitu 13 orang (43,3%).

3. Ibu nifas dengan pelaksanaan vulva hygiene dengan kategori baik

berdasarkan paritas, frekuensi tertinggi pada kelompok paritas I-IV

yaitu 14 orang (46,7%).

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan agar lebih meningkatkan

kualitas pelayanan kebidanan khususnya pendidikan dan konseling

pada ibu nifas agar memperhatikan kebersihan vulva untuk

meningkatkan derajat kesehatan ibu.

2. Bagi ibu nifas agar selalu memahami pentingnya menjaga

kesehatan alat reproduksi, khususnya dalam menjaga kebersihan

vulva.
3. Bagi peneliti lain, untuk dapat melakukan penelitian lanjutan baik

dengan menambahkan variabel maupun dengan desain penelitian

yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA

Agatha, M. 2015. Hubungan Usia Kehamilan dan Paritas dengan Kejadian


Ketuban Pecah Dini di RSUD DR. Rubini Mempawah. Skripsi.

Akhyar Y. 2008 Gambaran kejadian perdarahan postpartum.


(http://kebidanan.blogspot.com online diakses tanggal 5 November
2016).

Ambarwati. 2011. Perawatan Ibu Bersalin. Fitramaya.Yogyakarta.

Anita, 2013. Hubungan Usia Kehamilan dan Paritas dengan Kejadain


Ketuban Pecah Dini di RSUD dr. Achmad Diponegoro Putussibau
tahun 2012. Skripsi.

Annisa, N. 2013. Hubungan Sikap, Perilaku Vaginal Hygine terhadap


Kejadian Keputihan Patologi pada Remaja Putri di Daerah Pondok
Cabe Ilir. Jakarta :Skripsi.

Astuti AW., Sulisno M., dan Hirawati H. 2007. Hubungan Perilaku Vulva
Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di
SMU Negeri 2 Ungaran Semarang. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan.Volume 4, Nomor 2, Desember 2008 Hal 59-65.

Ayu, HK., 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. (Jakarta:


Penerbit Sagung Seto.

Azhari, Akyas, 2009. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta :Teraju


PT. Mizan Publika.

Azwar, 2011. Ilmu Kandungan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Budiarto, E. 2009. Biostatistik untuk kedokteran dan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta : EGC.

Cooper. 2011. Sectio Caesarea. Http//,wordpress.com. (Diakses 07 April


2017).

Cholish Umairoh, 2012 Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku vulva Hygine pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Daerah
Rubini Mempawah. Skripsi
Curtis Glade B, FACOG, 2005, Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Minggu
Perminggu, Arcan, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta :Pusat Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003.Undang-UndangNomor 20 Tahun


2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Dinkes ProvinsiSultra. 2016. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi


Tenggara, Kendari.

Dorland, W., 2006.Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

Handayani, S. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Tridasa Printer, Jakarta.

Hidayatullah. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung :Refika


Aditama.
Ircham, Machfoedz. 2005. Metodologi Penelitian :Bidang Kesehatan
Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta :Fitramaya.

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia.

Keraf, Noer, 2009. Model Pembelajar Kooperatif, Jakarta. Deparetemen


Pendidikan Nasional Direktorat Pendidiakan Tinggi.

Kusmiran Eni, 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :Salemba


Medika.
Manuaba, E, I Bagus, G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.EGC, Jakarta.

Notoatmodjo S. 2008. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta.

------------------, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta

Nugroho,T. 2010. Buku Ajar : Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Nuha


Medika, Yogyakarta.

Nursalam. 2007. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian


Keperawatan. Jakarta

RSUD Kota Kendari, 2016.Rekam Medik Pasien. Kendari. Sulawesi


Tenggara.
__________________ 2017 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari. Sulawesi Tenggara
Saifuddin, A.B.,2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: EGC.

Saminem, 2009. Kehamilan Normal. EGC, Jakarta.

Sarwono, 2010.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal: Jakarta :Yayasan Bina Pustaka.

-----------. 2010. AsuhanKebidanan III (Nifas). Trans Info Media. Jakarta

Sulis,P.R. 2015. Hubungan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian


Keputihan Patologis Pada Siswi Kelas X SMA Negeri 3 Bantul.
Naskah Publikasi. STIK Aisyiyah Yogyakarta.

Sumarah. 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Bersalin. Yogyakarta :Penerbit Fitramaya.

Suprapto, A. 2008. Pola Pertolongan Persalinan 5 Tahun Terakhir


Hubungannya Dengan Faktor Social Ekonomi Indonesia.(Online),
Http://digilib.litbang. Depkes.go.id diaksestanggal 26 April 2017.
Supriadi. 2011. Buku 3 Asuhan Postpartum. Pusdiknaskes, Jakarta.

Widyastuti, Adityaningputri. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:


Fitramaya.

Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka.

World Health Organization. 2008. Integrated Management of Pregnancy


And Childbirth (IMPAC) :Essential Care Practice Guide For
Pregnancy And Childbirth. Geneva, WHO.
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth.Bapak / Ibu

Di -

Tempat

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari, maka saya :

Nama : ARNI

NIM : P00324014034

Akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran

Penatalaksanaan Vulva Hygiene pada Ibu Nifas di RSUD Kota Kendari

Tahun 2016. Untuk kepentingan tersebut saya mohon bapak/ibu untuk

berkenan menjadi responden pada penelitian ini. Identitas dan informasi

yang berkaitan dengan bapak/ibu dirahasiakan oleh peneliti.

Atas partisipasi dan dukungannya disampaikan terimakasih.

Kendari, Mei 2017

Hormat Saya,

ARNI
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawahini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan tidak keberatan dan bersedia menjadi

responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh ARNI dari mahasiswi

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan dengan Judul Karakteristik

Penatalaksanaan Vulva Hygiene pada Ibu Nifas di RSUD Kota Kendari

Tahun 2016. Saya juga sudah mendapat penjelasan tentang penelitian

yang akan dilakukan.

Kendari, Mei 2017

Peneliti Responden,

(ARNI) ( ………………………….)
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENATALAKSANAAN VULVA HYGIENE PADA IBU NIFAS


DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2017

A. Identitas Responden

No. Register :

Nama :

Alamat :

B. Umur Respoden
1. <20 Tahun
2. 20 – 35 Tahun
3. > 35 Tahun

C. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Ibu Ceklis ( √ )


1. Tidak Tamat SD
2. Tamat Sekolah Dasar (SD)
3. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4. Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)
5. Tamat Perguruan Tinggi (DIII/S-1)

D. ParitasResponden

1) Primipara (I)

2) Multipara (II-IV)

3) Grandemultipara (>IV)
Lampiran 4

PROSEDUR PELAKSANAAN VULVA HYNIGE PADA IBU NIFAS

NO PROSEDUR TINDAKAN YA TIDAK


1 Mencuci tangan sebelum dan sesuah menyentuh darah
kewanitaan
2 Menghindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin
karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau
gatal
3 Menggunakan pembersih kewanitaan yang menggunakan
Ph balance 3,5 untuk menghindari irirtasi
4 Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakain
sebab jika tidak dikeringkan menyebabkan celana dalam
yang dipakai menjadi basah dan lembab
5 Tidak menaburkan bedak pada vagina dan daerah di
sekitarnya
6 Menyediakan celana dalam ganti di dalam tas kemana pun
pergi, hal ini menghindari kemungkinan celana dalam
menjadi basah
7 Memakai celana dalam dari bahan katun karena dapat
menyerap keringat dengan sempurna
8 Menghindari pemakaian celana dalam dari satin atau bahan
sintetik lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi
panas dan lembab
9 Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan shower toilet. Menyemprot
permukaan luar vagina dengan pelan dan menggosoknya
dengan tangan
10 Mengganti celah dalam sekurang-kurangnya dua sampai
tiga kali sehari
11 Menggunakan pantyliner antara dua sampai tiga jam
12 Tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon, jeans
dan kulit.
13 Cebok setelah BAB atau BAK, dibilas dari arah depan ke
belakang
14 Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum
panjang secara teratur
15 Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah
kemaluan
16 Apabila kita menggunakan WC umum, sebelum duduk
menyiram dulu WC tersebut (di-flishing) terlebih dahulu
kemaluan
17 Tidak garuk organ intim segatal apapun
Sumber : Kusmiran Eni, 2011)

Anda mungkin juga menyukai