Anda di halaman 1dari 22

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan/Antenatal

2.1.1 Pengertian

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

osbtetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantaun rutin selama kehamilan (Saifuddin, 2010)

Menurut Dinas Kesehatan Depkes (2012) terdapat beberapa pengertian

mengenai asuhan antenatal, yaitu sebagai berikut :

1) Asuhan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan

memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti

dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama

kehamilan

2) Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin rahim

3) Pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga

mampu menghadapi persalinan, masa nifas, persiapan memberikan ASI,

dan pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar (Yalifah, 2009)


2

2.1.2 Tujuan Antenatal

Menurut Saifuddin (2010), asuhan kehamilan atau yang sering disebut

Ante Natal Care (ANC) bertujuan untuk :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu dan bayi

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif

Menurut Yulifa (2009) asuhan kehamilan (ANC) bertujuan untuk :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta

pertumbuhan dan perkembangan bayi.

2) Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin

3) Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan

4) Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi

5) Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI eksklusif.


3

2.1.3 Asuhan Standar Antenatal “14 T”

1) Timbang berat badan

Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 10,5 kg selama

hamil atau kenaikan terjadi sekitar setengah kg per minggu. Berat badan

yang bertambah terlalu besar atau kurang, perlu mendapat perhatian

khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan.

2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah yang normal adalah 110/80-120/80 mmHg, hati-hati ada

hipertensi/preeklampsia. Hipertensi yang ditemukan pada trimester satu

menunjukkan kemungkinan adanya penyakit hipertensi kronik sedangkan

hipertensi yang terjadi setelah trimester satu kemungkinan merupakan

hipertensi yang timbul dalam kehamilan.

3) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter

yang digunakan untuk memperkirakan umur kehamilan. Bila tinggi

fundus uteri tidak sesai dengan usia kehamilan mungkin terdapat

pertumbuhan janin.

4) Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap

Vaksin tetanus antenatal dapat menurunkan kematian bayi karena tetanus.

Vaksinasi ini juga dapat mencegah kematian ibu yang disebabkan oleh

tetanus. Semua orang harus dibertahu tentang 5 suntikan tetanus dan


4

mereka harus menyimpan kart imunisasi yang mereka terima dengan

baik. Sesuai dengan WHO, jika ibu yang tidak pernah diberikan

imunisasi tetanus, ia harus mendapatkan paling sedikitnya 2 kali suntikan

selama kehamilannya, yakni pertama pada saat kunjungan antenatal

pertama dan untuk kedua kali pada 4 minggu kemudian.

5) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan

Tablet ini mengandung 200 mg sulfat ferosus 0,25 mg asam folat yang

diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet fe adalah untuk memenuhi

kebutuhan fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masalah kehamilan

kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.

6) Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS) bila diperlukan

Pemeriksaan ini di lakukan pada pertama kali ibu datang yang di ambil

specimen darah vena ± 2 cc. bertujuan untuk mengetahui adanya

treponemapalidum atau penyakit menular seksual.

7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Suatu bentuk wawancara untuk memperoleh pengertian yang lebih baik

mengenai dirinya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang

sedang di hadapinya.

8) Tes/ pemeriksaan HB

Pemeriksaan HB di lakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali,

pemeriksaan HB ini adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada

ibu hamil.
5

9) Tes/pemeriksaan urine protein

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu

hamil.

10) Tes reduksi urine

Di lakukan pemeriksaan urin reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi

penyakit DM atau riwayat penyakit pada keluarga dan suami.

11) Perawatan payudara(tekan, pijat payudara)

Meliputi senam payudara, perawatan payusdara, pijat tekan payudara yang di

tujukan kepada ibu hamil.

12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

Senam ibu hamil bermanfaat untuk membantu ibu dalam mempersiapkan

persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah

sembelit.

13) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok)

Di berikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di daerah

edemis, gangguan ini adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada

tumbuh kembang manusia.

14) Terapi obat malaria

Malaria adalah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh gigitan

nyamuk anopheles yang terinfeksi. Dampak penyakit tersebut

mengakibatkan kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi

abortus, partus prematorus juga anemia.


6

(Ika, Saryono, 2010)

2.1.4 Kunjungan Ibu Hamil

Kunjungan ibu hamil yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga

profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar

yang ditetapkan.

1. Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)

Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan sejak pertama kali dan

seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama

1 periode kehamilan berlangsung.

2. Kunjungan ke-4 (K4)

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke-4 atau lebih

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan,

dengan syarat minimal 1 kali untuk trimester I dan II, serta minimal 2

kali untuk trimester III.

2.1.5 Jadwal Pemeriksaan

1. Kebijakan Program

Menurut Saifuddin (2010) kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan

paling sedikit 4 kali selama kehamilan.

a. 1 Kali triwulan pertama

b. 1 Kali triwulan kedua

c. 2 Kali triwulan ketiga


7
8

2. Jadwal Pemeriksaan Ideal

Kunjungan ideal selama kehamilan adalah :

a) Pemeriksaan pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu

mengatakan terlambat haid 1 bulan

b) Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan

c) Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan

d) Satu kali setiap minggu sampai usia kehamilan 9 bulan

e) Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan-keluhan.

(Yulifah, 2009)

3. Standar Pelayanan Kebidanan

Menurut (Yulifah, 2009) standar pelayanan antenatal di komunitas

tidak berbeda dengan pelayanan di klinik, standar tersebut meliputi :

1) Identifikasi ibu hamil

2) Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

3) Palpasi abdomen

4) Pengolahan anemia pada kehamilan

5) Pengelolaan dini pada kasus hipertensi dalam kehamilan

6) Persiapan persalinan

Menurut Soepardan (2010) ruang lingkup standar pelayanan kebidanan

meliputi 24 standar yang dikelompokkan menjadi standar pelayanan

umum (2 standar), standar pelayanan antenatal (6 standar), standar


9

pertolongan persalinan (4 standar), standar pelayanan nifas (3 standar) dan

standar penanganan kegawatdaruratan obstetri-neonatus (9 standar) yaitu :

1) Standar Pelayanan Umum

Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat

Standar 2 : Pencatatan dan pelaporan

2) Standar Pelayanan Antenatal

Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan antenatal

Standar 5 : Palpasi abdomen

Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Standar 8 : Persiapan persalinan

(Yulifah, 2009)

3) Standar Pertolongan Persalinan

Standar 9 : Asuhan persalinan kala I

Standar 10 : Persalinana Kala II yang aman

Standar 11 : Penatalaksanaan aktif pelepasanuri kala III

Standar 12 : Penanganan kala II dengan komplikasi gawat janin

melalui episiotomi

(Yulifah, 2009)

4) Standar Pelayanan Nifas

Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir


10

Standar 14 : Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan

Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

5) Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatus

Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada

trimester III

Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklampsia

Standar 18 : Penanganan kegawatan pada partus lama/ macet

Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor

Standar 20 : Penanganan retensio plasenta

Standar 21 : Penanganan perdarahan postpartum primer

Standar 22 : Penaganan perdarahan postpartum sekunder

Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis

Standar 24 : Penaganan asfiksia neonatorum

Karena peneliti mengambil judul pemeriksaan kehamilan,

maka dibawah ini hanya akan dijelaskan enam standar pelayanan

antenatal atau pemeriksaan kehamilan sebagai berikut:

1. Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami, serta anggota keluarga lainnya agar

mendorong dan membantu ibu untuk memeriksakan kehamilan

sejak dini dan secara teratur.


11

2. Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesis serta pemantauan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan janin

berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal adanya kelainan

pada kehamilan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,

penyakit menular seksual (PMS)1infe1csi HIV; memberikan

pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus

mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan

kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang

diperlukan dan merujuk untuk tindakan selanjutnya.

3. Standar 5 : Palpasi abdomen

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara saksama dn

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila

umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah

janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4. Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, identifikasi, penanganan

atau rujukan untuk semua kasus anemia pada kehamilan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.


12

5. Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya,

serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

6. Standar 8 : Persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, serta

keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik. Di samping itu,

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk juga harus

direncanakan bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan

hendaknya melakukan kunjungan rumah.

2.2 Kunjungan K-4

2.2.1 Definisi

Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan

petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa

selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga

sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya

ataupun di posyandu (Depkes, 2012).


13

Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan,

dengan distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I,

minimal 1 kali pada triwulan II, dan minimal 2 kali pada triwulan III (Depkes,

2012).

2.2.2 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K-4)

Dengan indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat diketahui

cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan

dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat

perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan

kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA (Depkes, 2012)

Rumusnya adalah sebagai berikut :

Jumlah kunjungan ibu hamil keempat (K4)


------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

2.2.3 Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

Pelaksanaan pelayanan antenatal hingga ibu hamil mencapai

kunjungan K4 dilakukan sesuai pedoman pemeriksaan antenatal yaitu standar

Antenatal Care 7T. untuk memperluas cakupan pelayanan antenatal di

masyarakat, kegiatan pemeriksaan dapat diintegrasikan dan dikoordinasikan

dengan kegiatan lain, misalnya : kegiatan puskesmas keliling, kegiatan tim

KB keliling, kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kegiatan posyandu,


14

dan lain-lain. Tempat pemberian pelayanan antenatal dapat bersifat statis

(tetap) dan aktif (mobile), yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, pondok

bersalin desa, posyandu, rumah penduduk, rumah sakit pemerintah / swasta,

rumah sakit bersalin, rumah sakit ibu dan anak, dan tempat praktek swasta

(bidan, dokter) (Depkes RI, 2012).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan K-4

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan seorang ibu tentang kehamilan sangat diperlukan untuk

menjalani proses kehamilannya. Banyak sumber informasi yang dapat

diperoleh ibu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilannya, seperti

dari petugas kesehatan (bidan, dokter) saat menjalani pemeriksaan dengan

melakukan tanya jawab (konseling), maupun dari media massa yaitu

informasi yang diperoleh dari media elektronik (televisi) maupun media cetak

(majalah, koran, tabloid, poster, dan lain-lain). Pada umumnya, jika

pengetahuan ibu sudah baik maka akan memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan (Suryanti, 2014)

Akan tetapi seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan

yang baik dan bertempat tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja

belum pernah memanfaatkan sarana kesehatan. Ada juga ibu yang tidak mau

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan karena kurang pengetahuan yang

baik tentang fasilitas kesehatan yang ada, tetapi karena sesuatu hal maka ibu
15

tersebut akan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut. Misalnya ketika

seorang ibu hamil terpaksa minta bantuan dokter / bidan karena mengalami

perdarahan yang pada awalnya melakukan pemeriksaan di dukun bayi, tetapi

karena pelayanan yang diberikan dokter (bidan) cukup baik maka ibu hamil

tersebut akan memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada (Istiarti, 2013).

2.3.2 Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010) Pendidikan secara umum adalah


segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan


pendidikan di dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan
kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor prilaku.

Menurut Perundang-Undangan Republik Indonesia Tahun 2003,


jenjang pendidikan dibagi atas tiga, yaitu:
a. Jenjang pendidikan Dasar/Rendah
1) Pendidikan yang paling rendah atau yang mendasari.
2) Pendidikan yang termasuk pendidikan dasar, yaitu SD, Madrasah dan
SMP.
16

b. Jenjang Pendidikan Menengah

1) Pendidikan yang mendasari pendidikan tinggi

2) Pendidikan yang termasuk pendidikan menengah yaitu SMA,

Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan.

c. Jenjang pendidikan Tinggi

1) Pendidikan yang paling tinggi.


2) Pendidikan yang termasuk pendidikan tinggi yaitu Diploma dan
sarjana.
Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi ibu dalam

melakukan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan. Semakin tinggi

pendidikan seorang ibu maka semakin baik pula pengetahuan ibu, begitu

pun sebaliknya bila pendidikan ibu rendah maka pengetahuan ibu pun

semakin kurang. Ibu yang berpendidikan tinggi mayoritas akan melakukan

kunjungan ulang sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh bidan atau

dokter, sedangkan ibu yang yang berpendidikan rendah walaupun sudah

diberikan arahan oleh bidan atau dokter untuk melakukan kunjungan

pemeriksaan ulang belum tentu mau dilakukannya karena ibu tersebut tidak

atau kurang memahami dan biasanya lebih percaya kepada cara-cara

tradisional atau mitos-mitos yang pernah ia dengar (Widya, 2013)


17

2.3.3 Status Sosial Ekonomi

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang

adalah tingkat sosial ekonomi (FKM UI, 2007). Ekonomi seseorang

mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-

harinya. Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang

dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan

dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk

pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Pada umumnya keterbatasan ekonomi menjadi faktor yang dominan

dalam mempengaruhi kematian maternal selain pengetahuan atau pendidikan.

Keterbatasan ekonomi dapat mendorong ibu hamil tidak melakukan

pemeriksaan rutin karena tidak mampu membayarnya. Selain itu, rendahnya

tingkat pendidikan yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang

kehamilan atau kelain-kelainan dalam kehamilan kurang diperhatikan yang

pada akhirnya dapat membawa resiko yang tidak diinginkan. Akibat dari

rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan banyak

menimbulkan adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang

dilahirkan atau bahkan kedua-duanya (Haryanti, 2012)


18

Berdasarkan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun

2014 oleh Badan Pusat Statistik, pendapatan untuk pedesaan dibedakan

menjadi 2 golongan yaitu :

1. Pendapatan rendah di bawah Rp. 1.825.000,-/bulan

2. Pendapatan tinggi Rp. 1.825.000,-/bulan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Multiyana (2013) dengan judul faktor-faktor

yang mempengaruhi rendahnya cakupan K4 pada ibu hamil di BPS Susilawati.

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang melakukan

kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan (K4) di BPS Susilawati tahun 2013.

Sampel penelitian ini berjumlah 30 responden. Dari hasil univariat didapatkan

ibu hamil yang melakukan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan(K4) standar

17 responden (56,7%), yang melakukan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan

(K4) tidak standar 13 responden (43,3%), pengetahuan baik 21 responden (70%),

pengetahuan kurang 9 responden (30%), pendidikan tinggi 17 responden (56,7),

pendidikan rendah 13 responden (43,3%), status sosial ekonomi tinggi 21

responden (70%) dan status sosial ekonomi rendah 9 responden (30%). Dari hasil

analisis bivariat uji statistik chi-square secara komputerisasi di dapatkan adanya

hubungan pengetahuan, dan umur dengan kunjungan ulang pemeriksaan


19

kehamilan (K4) dengan nilai p value (0,002) untuk pengetahuan, p value (0,002)

untuk pendidikan dan p value (0,000) untuk status sosial ekonomi.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep dan variabel-variabel, baik independent (variabel bebas,

sebab dan mempengaruhi) maupun dependen (variabel tergantung), akibat dan

pengaruhi yang ingin diamati atau diukur melalui pengertian-pengertian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini variabel dependen yang akan diteliti yaitu kunjungan

K4 sedangkan variabel independen pengetahuan, pendidikan dan status sosial

ekonomi.

Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Pendidikan Cakupan Kunjungan K4

Status Sosial Ekonomi


20

2.6 Definisi Operasional

2.6.1 Variabel Dependen

Cakupan Kunjungan K4

1. Definisi : kontak ibu hamil yang keempat atau lebih

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak

sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I,

minimal 1 kali pada triwulan II, dan minimal 2

kali pada triwulan III (Depkes, 2012).

2. Cara ukur : Wawancara

3. Alat Ukur : Kuesioner

4. Hasil ukur : 1. Baik, jika ibu melakukan kunjungan K4

minimal 4 kali selama kehamilan.

2. Kurang: bila ibu melakukan kunjungan K4 < 4

kali

5. Skala ukur : Nominal

2.6.2 Variabel Independen

1. Pengetahuan

a) Definisi : Pemahaman ibu tentang pemeriksaan kehamilan

b) Cara ukur : Wawancara

c) Alat Ukur : Kuesioner


21

d) Hasil Ukur : 1. Baik: Jika dapat menjawab pertanyaan

dengan benar > 75% dari semua

pertanyaan yang diberikan

2. Kurang : Jika hanya dapat menjawab pertanyan

< 75% dari semua pertanyaan yang

diberikan.

e) Skala ukur : Ordinal

2. Pendidikan

a. Definisi : Jenjang sekolah formal terakhir yang telah

diselesaikan oleh dan mendapatkan ijazah

(Notoatmodjo, 2007)

b. Cara ukur : Wawancara

c. Alat Ukur : Kuesioner

d. Hasil Ukur : 1. Tinggi :Jika > SMA/sederajat

2. Rendah:Jika < SMP/sederajat

b. Skala ukur : Ordinal

3. Status Sosial Ekonomi

a. Definisi : Gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam

masyarakat

b. Cara ukur : Wawancara

c. Alat ukur : kuesioner


22

d. Hasil ukur : 1) Tinggi, bila pendapatan keluarga >

Rp. 1.825.000,-/bulan.

2) Kurang, bila pendapatan keluarga <

Rp. 1.825.000,-/bulan.

e. Skala ukur : Ordinal

2.7 Hipotesa

1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan cakupan kunjungan K4.

2. Ada hubungan pendidikan ibu dengan cakupan kunjungan K4.

3. Ada hubungan status sosial ekonomi dengan cakupan kunjungan K4.

Anda mungkin juga menyukai