Anda di halaman 1dari 113

PENGARUH KETERPAPARAN INFORMASI TERHADAP PERILAKU

WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER


RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT
(IVA) DI DESA KAREMOTINGGE KECAMATAN
TIRAWUTA KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Diploma IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH

NI WAYAN SUMANTARI
P00312017077

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV
2018
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

Pengaruh Keterpaparan Informasi terhadap perilaku wanita usia

subur dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan metode

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di desa Karemotingge

Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur

Tahun 2018

Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Terapan

Kebidanan pada Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kendari, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi

dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Politeknik Kesehatan

Kendari maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali

bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Kendari, Agustus 2018

Ni Wayan Sumantari
NIM P00312017077

iv
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Ni Wayan Sumantari

Tempat/ Tanggal Lahir : Puasana, 08 Januari 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Suku/ Kebangsaan : Bali/ Indonesia

Alamat : Jln. Ambon Permai, Anduonohu

II. PENDIDIKAN

1. TK Trisari, Tamat Tahun 1998

2. SD Negeri 1 Tribudaya, Tamat Tahun 2004

3. SMP Negeri 1 Kendari, Tamat Tahun 2007

4. SMA Negeri 1 Kendari, Tamat Tahun 2010

5. Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari, Tamat Tahun 2013

6. Program Studi D-IV Kebidanan Alih Jenjang Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari, Masuk Tahun 2017 sampai

sekarang.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas limpahan rahmat dan karuniaNyalah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Keterpaparan Informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam

deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual Asam

Asetat (IVA) di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten

Kolaka Timur tahun 2018”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang

membantu, oleh karena itu dengan segala kerendahan dan keikhlasan

hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya

terutama kepada ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku pembimbing I dan

ibu Elyasari, SST, M.Keb selaku pembimbing II yang telah banyak

membimbing sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kendari.

3. Bapak Ashar Moita sebagai Kepala Desa Karemotingge Kecamatan

Tirawuta

4. Ibu Hasmia Naningsih, SST, M.Keb, Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes,

Ibu Fitriyanti, SST, M.Keb selaku penguji dalam skripsi ini.

vi
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu

pengetahuan serta bimbingan selama mengikuti pendidikan.

6. Teristimewa untuk kedua orang tua, Ayahanda “I Nyoman Surapati”

dan Ibunda “Ni Wayan Candri”, saudara-saudaraku tersayang

(Sukma, Dona, Doni, Vally). Terimakasih atas doa, dukungan,

motivasi, dan pengorbanan serta kasih sayang yang begitu besar

kepada penulis, serta seluruh keluarga yang memberikan dukungan

moril sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Politeknik

Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan.

7. Semua rekan-rekan mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan,

dorongan, motivasi, kasih sayang, serta doa yang tulus ikhlas selama

penulis menempuh pendidikan, khususnya sahabat-sahabatku Muji,

Sari, Sofi, Kak Nesa, Dede, Fitrah. Terima kasih telah mau berbagi

semangat dan dukungan serta kebersamaan kita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan

pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.

Kendari, Agustus 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................v
KATA PENGANTAR ...............................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
ABSTRAK ...............................................................................................ix
ABSTRACT ..............................................................................................x
MOTTO ...................................................................................................xi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 6
C. Tujuan .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka .................................................................... 10
B. Landasan Teori .................................................................... 45
C. Kerangka Teori .................................................................... 49
D. Kerangka Konsep ................................................................. 50
E. Hipotesis Penelitian .............................................................. 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 51
B. Waktu dan Tempat ............................................................... 51
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 52
D. Variable Penelitian ............................................................... 54

viii
E. Definisi Operasional ............................................................. 55
F. Instrument Penelitian ........................................................... 56
G. Jenis dan Sumber Data Penelitian ....................................... 57
H. Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 58
I. Alur Penelitian ...................................................................... 59
J. Etika Penelitian .................................................................... 60
K. Pengolahan Data dan Analisis ............................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 64
B. Hasil Penelitian ................................................................... 65
C. Pembahasan ....................................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 76
B. Saran .................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
ABSTRAK

PENGARUH KETERPAPARAN INFORMASI TERHADAP PERILAKU WANITA


USIA SUBUR DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN
METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA
KAREMOTINGGE KECAMATAN TIRAWUTA
KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN 2018

Ni Wayan Sumantari1, Askrening2, Elyasari2

Latar Belakang: Kanker serviks adalah jenis tumor ganas yang mengenai
lapisan epitel dari leher rahim. Metode skrinning salah satunya dengan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA). Kurangnya pengetahuan terkait skrinning IVA
membuat terlambatnya deteksi dini kanker serviks yang dilakukan oleh wanita.
Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh keterpaparan informasi terhadap
perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan metode
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta
Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.
Metode Penelitian: Metode quasi eksperimen tanpa kelompok control dengan
pendekatan one group pre test - post test design. Populasi sebanyak 81 orang,
sampel berjumlah 45 orang dengan teknik purposive sampling. Menggunakan
analisis univariabel dalam bentuk distribusi dan persentasi dan bivariabel dengan
perhitungan statistic McNemar dan diolah menggunakan SPSS 22.
Hasil Penelitian: Hasil pre-test, dari 45 WUS terdapat 13 orang (28.9%)
berperilaku baik dan 32 orang (71.1%) berperilaku kurang. Pada saat post-test
yang berperilaku baik meningkat menjadi 37 orang (82.2%), berperilaku kurang
menjadi 8 orang (17.8%). Ada pengaruh yang kuat antara keterpaparan
informasi dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan
metode IVA.
Kesimpulan: ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan perilaku
WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA.

Kata Kunci: Keterpaparan informasi, IVA

1. Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.


2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.

x
ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INFORMATION EXPOSURE TO WOMEN'S FERTILIZER


AGE’S BEHAVIOR IN EARLY DETECTION OF CERVICAL CANCER USING
VISUAL INSPECTION USE ACETATE ACID METHOD IN KAREMOTINGGE,
TIRAWUTA EAST KOLAKA
2018

Ni Wayan Sumantari1, Askrening2, Elyasari2

Background: Cervical cancer is a type of a malignant tumor that affects the


epithelial layer of the cervix. Skrinning method one of them with Visual Inspection
use Acetate Acid (IVA). However, the lack of knowledge about IVA made it too
late for early detection for women of cervical cancer.
Objective: To determine the influence of information exposure on the behavior of
women fertilizer age in early detection of cervical cancer by Visual Acid Acetate
Inspection (IVA) method in Karemotingge, Tirawuta, East Kolaka Regency on
2018.
Method of Research: Quasi-experimental method without a control group use
one group pretest - posttest design. The population are 81 people, 45 people for
sample with purposive sampling technique. Using univariable analysis and
bivariables with McNemar statistical calculations and processed using SPSS 22.
Results of Research: The results of the pre-test, from 45 WUS there were 13
people (28.9%) have well behavior and 32 people (71.1%) have less behavior.
While of post-test that behaved well increased to be 37 people (82.2%) and who
behaved less became 8 people (17.8%). There is a strong influence between
information exposure and WUS behavior in early detection of cervical cancer
using IVA method.
Conclusion: there is any correlation between information exposure with WUS
behavior in early detection of cervical cancer using IVA method.

Keywords: Information exposure, IVA

1. Student of Kendari HealthPolytechnic Department of Midwifery.


2. Lecturer of Kendari Health Polytechnic Department of Midwifery.

xi
MOTTO

Hidup adalah perjuangan....

Berjuang untuk meraih asa dan impian

Menggapai masa depan yang cerah

Namun,,, Semua itu tak mudah

Kita tak bisa meraihnya tanpa usaha

Ribuan cobaan dan terpaan dialami

Kerikil-kerikil kecil nan tajam menggores langkah ini

Menyerah bukan penyelesaian

...... sebab orang sukses tak terbentuk begitu saja

Hidup terus berjalan.....

Tak kan terhenti jika kita mengatakan cukup

Hadapi setiap problema yang ada…..

.......Bukan menghindar

Bangkit, berjuang, dan berdoa

Jangan menyerah dan tetap optimis

Percayalah.....

Tuhan akan memberikan jawaban atas usaha kita

Karena hidup adalah proses dan kita harus banyak

belajar,,,

Yaaaa belajar…

Belajar menjadi tangguh dan seorang pejuang yang

pantang menyerah.

xii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ni Wayan Sumantari
NIM : P00312017077
Program Studi : DIV Kebidanan
Jenis Karya : Skripsi
Dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Poltekkes
Kemenkes Kendari Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-exclusif Royalty-
free Right) atas skripsi saya yang berjudul :

Pengaruh Keterpaparan Informasi terhadap perilaku wanita usia subur


dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA) di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten
Kolaka Timur tahun 2018.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Poltekkes Kemenkes


Kendari berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan dan menampilkan atau
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Kendari, Agustus 2018

Ni Wayan Sumantari
P00312017077

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ……………………… 49


Gambar 2 Kerangka Konsep ……………………… 50
Gambar 3 Alur Penelitian ……………………… 59

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan umur ……… 65


Tabel 4.2 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan
pendidikan ...…… 66
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan .……. 67
Tabel 4.4 Distribusi data pre-test dan post-test pada WUS
dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan
metode IVA ....…. 67
Table 4.5 Hasil uji statistik pengaruh keterpaparan informasi
terhadap perilaku WUS dalam deteksi dini kanker
leher rahim dengan metode IVA ……. 68

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Uji Valitas Kuisioner

Lampiran 2 : Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Uji Statistik dengan SPSS 22

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian dari Litbang

Lampiran 7 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian

Lampiran 8 : Lembar Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 9 : Kuisioner Penelitian

Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks adalah jenis tumor ganas yang mengenai lapisan

permukaan (epitel) dari leher rahim. Kanker ini dapat terjadi karena

sel-sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan berubah

sifat tidak seperti sel-sel normal. Kanker ini terjadi pada serviks atau

leher rahim ,suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang

merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim dan

liang senggama/vagina. Angka kejadian kanker di dunia memasuki

masa kritis dimana setiap tahun angka kejadian kanker tersebut

semakin meningkat. Terdapat banyak jenis kanker yang ada di dunia

salah satunya adalah kanker serviks. Kanker ini menempati urutan

keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia setelah kanker

payudara, kolorektum, dan paru (Astrid, 2015).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015,

diseluruh dunia terdapat 14,1 juta kanker baru dan 8,2 juta kematian

akibat kanker serta 32,6 juta orang yang hidup dengan kanker (dalam

waktu 5 tahun dari diagnosis) dan hampir 87 % terjadi di negara

berkembang. Sedangkan pada tahun 2016 hampir 9 juta orang

meninggal akibat kanker serviks. Angka kejadian kanker serviks di


2

asia tenggara yaitu 30-44,9 per 100.000 perempuan tiap tahun (WHO,

2016).

Berdasarkan IARC (International Agency For Research On

Cancer) pada tahun 2016, diketahui terdapat 14.067.894 kasus baru

kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker diseluruh dunia. Di asia

dilaporkan 312.990 kasus kanker serviks (59%) dan 50 % mengalami

kematian (IARC, 2016).

Sampai saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian

terbanyak penyakit kanker di Negara berkembang. Angka kejadian

penyakit ini rendah pada wanita yang berumur di bawah 25 tahun,

namun insiden meningkat pada wanita yang berumur 35 tahun sampai

40 tahun dan mencapai titik pada usia 50 tahun. Setidaknya setiap

tahun diseluruh dunia lebih dari 260.000 kematian terjadi akibat

kanker serviks dan 87% diantaranya terjadi dinegara berkembang,

termasuk Indonesia. Diperkirakan setiap harinya muncul 40-45 kasus

baru dan sekitar 20-25 orang meninggal akibat kanker serviks

(Ningtyasari, 2016).

Indonesia sendiri angka kejadian kanker masih cukup tinggi.

Menurut WHO, di Indonesia kanker serviks menempati urutan kedua

setelah kanker payudara. Didapatkan kasus baru kanker serviks

sekitar 20.928 dan kematian akibat kanker serviks dengan persentase

10,3%. Angka kejadian kanker serviks di Indonesia berdasarkan data

Depkes RI tahun 2015, diperkirakan 100/100.000 perempuan

pertahun (Kementerian Kesehatan RI, 2015).


3

Sedangkan, pada tahun 2016, penyakit kanker serviks di

Indonesia mengalami peningkatan dengan prevalensi sebesar 3,9%

jumlah pengidap kanker serviks atau sebanyak 17,8 juta jiwa dan

tahun 2017 sebanyak 21, 7 juta jiwa (Yayasan Kanker Indonesia,

2017).

Di Sulawesi Tenggara prevalensi kanker serviks yaitu sebesar

0,3% dengan estimasi jumlah penderita kanker serviks sebanyak 354

kasus (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Pada tahun 2015, dari 3.223

perempuan usia 30-50 tahun yang diperiksa, ditemukan 50 kasus IVA

positif (1,55%). Dan pada tahun 2016 cakupan pemeriksaan IVA

mengalami peningkatan menjadi 1,25 % dari 1.925.943 perempuan

usia 30-50 tahun (Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2016).

Berdasarkan data penderita kanker serviks di RSU Bahteramas

provinsi Sulawesi Tenggara, total penderita kanker serviks dari tahun

2012-2015 sebanyak 53 orang. Pada tahun 2012 total pasien kanker

serviks sebanyak 11 orang, tahun 2013 total pasien kanker serviks

sebanyak 8 orang, dan tahun 2015 tercatat total penderita kanker

serviks sebanyak 22 orang. (RSU Bahteramas, 2015).

Meningkatnya jumlah kasus kanker serviks di Indonesia pada

setiap tahunnya ini dapat menjadi ancaman besar bagi dunia

kesehatan, karena mayoritas penderitanya baru terdeteksi dan datang

pada stadim lanjut. Padahal kanker serviks dapat dicegah dan

terdeteksi lebih awal jika wanita usia subur mempunyai pengetahuan


4

yang baik dan kesadaran melakukan deteksi dini (Kemenkes RI,

2015).

Metode skrinning dapat menurunkan tingkat kematian pada

kanker serviks (American Cancer Society, 2014). Tingkat kematian di

Amerika yang sudah menerapkan metode skrinning dari tahun 2006

hingga 2010 menurun 1,2 % per tahun. Metode skrinning dapat

dilakukan salah satunya dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).

Pemeriksaan IVA dilakukan dengan mengamati secara langsung

bagian serviks yang telah dipulas dengan cairan asam asetat (asam

cuka) 3-5 % selama kurang lebih 1 menit (Delia, 2010). Metode

skrinning IVA merupakan metode yang mudah, murah serta praktis.

Pemeriksaan ini tersedia di puskesmas-puskesmas setempat

sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah

mengharapkan program ini dapat mempermudah masyarakat dalam

melakukan skrinning atau deteksi dini sehingga dapat menekan

peningkatan kasus kanker serviks serta menurunkan angka mortalitas

akibat kanker serviks.

Pemeriksaan IVA merupakan salah satu cara untuk melakukan

deteksi dini kanker serviks yang paling sederhana dengan

menggunakan asam asetat 3-5%, meski demikian masih banyak

Wanita Usia Subur (WUS) yang kurang termotivasi untuk melakukan

pemeriksaan IVA (Marmi, 2013). Pemeriksaan IVA mulai dikenal

dimasyarakat semenjak ditetapkannya program pemerintah tentang

deteksi dini kanker serviks yang bekerja sama dengan jaminan


5

kesehatan, seperti Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS).

Melalui program ini masyarakat dapat melakukan pemeriksaan IVA

secara gratis.

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, populasi

perempuan usia 30-50 tahun di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

2015 sejumlah 385.435 orang. Data portal pencapaian program

deteksi dini kanker leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun di

Sulawesi Tenggara sejumlah 625 orang dengan presentase IVA positif

sebesar 3,48 %. (Profil Dinkes Prov Sultra, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Flora (2016), menunjukkan

bahwa factor keterpaparan informasi dengan perilaku deteksi dini

kanker leher rahim metode IVA menunjukkan ada hubungan yang

bermakna secara statistik antara informasi tentang program IVA di

Puskesmas Candiroto yang di terima ibu dengan perilaku deteksi dini

kanker leher rahim metode IVA.

Dari hasil studi pendahuluan pada masyarakat di desa

Karemotingge Kecamatan Tirawuta, diketahui bahwa faktor yang

membuat terlambatnya deteksi dini yang dilakukan oleh wanita

karena kurangnya pengetahuan terkait skrinning dan IVA tes. Hasil

wawancara dari 6 orang wanita di desa Karemotingge, didapatkan 3

diantaranya tidak tahu mengenai skrinning maupun pemeriksaan

untuk deteksi dini kanker serviks, 1 orang mengatakan mengetahui

tentang skrinning IVA namun tidak tahu penjabarannya dan untuk

2 orang lagi mengatakan tahu mengenai deteksi dini kanker serviks


6

(Pap Smear), tapi tidak tahu bagaimana pemeriksaannya dan dimana

harus memeriksakannya. Disinilah pentingnya peran tenaga

kesehatan untuk melakukan pendidikan kesehatan dengan

memberikan informasi terkait skrinning IVA untuk deteksi dini kanker

serviks kepada masyarakat.

Atas dasar uraian diatas itulah sehingga peneliti tertarik untuk

mengambil judul “ Pengaruh Keterpaparan Informasi terhadap

perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker leher rahim

dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di desa

Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur tahun

2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “ Adakah Pengaruh Keterpaparan Informasi

terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker leher

rahim dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di desa

Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur tahun

2018”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

Keterpaparan Informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam

deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual


7

Asam Asetat (IVA) di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui bagaimana perilaku wanita usia subur

mengenai pemeriksaan IVA sebelum diberikan pendidikan

kesehatan di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

b. Mengetahui perubahan perilaku wanita usia subur

mengenai pemeriksaan IVA setelah diberikan pendidikan

kesehatan di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

c. Mengetahui keterpaparan informasi dalam mempengaruhi

perilaku WUS untuk pemeriksaan IVA di desa Karemotingge

Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

d. Menganalisis antara keterpaparan informasi dalam

mempengaruhi perilaku WUS untuk pemeriksaan IVA di desa

Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur

tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan mengenai besarnya pengaruh

Keterpaparan Informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam

deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual

Asam Asetat (IVA) di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta


8

Kabupaten Kolaka Timur, serta penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

menambah wawasan tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai

pentingnya pemeriksaan IVA untuk mendeteksi secara dini kanker

serviks serta mendorong masyarakat agar berpartisipasi dalam

melakukan pemeriksaan tersebut.

E. Keaslian Penelitian

1. Flora, Dr. Drg. Henry (2016). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode

Inspeksi Visual Asam Asetat Di Puskesmas Candiroto Kabupaten

Temanggung”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional

analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Variabel yang diteliti adalah dukungan suami, dukungan teman,

keterpaparan informasi, umur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikap, dan dukungan tenaga kesehatan.

Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode

quasi eksperimen, desain one group pre-test dan post test dan

variabel yang digunakan adalah keterpaparan informasi yang

mempengaruhi perilaku pemeriksaan IVA. Perbedaan lainnya

yaitu teknik pengambilan sampelnya menggunakan simple

random sampling, sedangkan peneliti menggunakan purposive

sampling.
9

2. Sulastri, Romadani, dan Andari (2014). “Efektifitas Promosi

Kesehatan Sebagai Deteksi Dini Kanker Serviks Untuk

Menurunkan Angka Kematian”. Penelitian ini dilakukan di Desa

Pucangan Kartasura dengan menggunakan metode quasi

eksperimen, desain one group pre-test dan post test. Pemilihan

sample dengan accidental sampling, sedangkan peneliti

menggunakan purposive sampling. Variabel yang diteliti adalah

pengetahuan dan sikap, sedangkan peneliti hanya menggunakan

variabel keterpaparan informasi yang mempengaruhi perilaku

pemeriksaan IVA.

3. Taufia, Dina (2017). “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Deteksi Dini

Kanker Leher Rahim Metode IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang Tahun 2017”. Jenis penelitian adalah survey

analitik dengan desain cross sectional, sedangkan peneliti

menggunakan metode quasi eksperimen, desain one group pre-

test dan post test. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive

sampling. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan, Sikap dan

keterpaparan informasi, sedangkan peneliti hanya menggunakan

variabel keterpaparan informasi yang mempengaruhi perilaku

pemeriksaan IVA.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Kanker Serviks

a. Definisi

Kanker serviks adalah jenis tumor ganas yang mengenai

lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim. Kanker ini dapat

terjadi karena sel-sel permukaan tersebut mengalami

penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel-sel normal.

Kanker ini terjadi pada serviks atau leher rahim ,suatu daerah

pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke

arah rahim, letaknya antara rahim dan liang senggama/vagina

(Astrid, 2015).

Kanker serviks adalah tumor ganas primer pada mulut rahim

(serviks uteri). Kanker serviks merupakan jenis kanker

terbanyak kedua pada wanita dan penyebab lebih dari

250.000 kematian di dunia pada tahun 2015. Diantara tumor

ganas ginekologis, kanker serviks menduduki peringkat

pertama di Indonesia primer pada mulut rahim (Rasjidi, 2010).

Kanker serviks adalah hasil akhir perubahan progresif epitel

serviks, kira-kira 90 % terjadi pada sambungan skuamokolumner.

Sekitar 1-2 % wanita berumur lebih dari 40 tahun akan mengalami


11

kanker serviks. Umur rata-rata saat ditegakkan diagnosis adalah

45-47 tahun tetapi penyakit ini dapat muncul jauh lebih awal

(Benson and Pernoll’s, 2009).

b. Etiologi

Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang

terinfeksi oleh HPV (Human Papilloma-virus). HPV merupakan

virus DNA menginfeksi sel-sel epithelial (kulit dan mukosa). Virus

ini berasal dari familia Papovaviridae dan genus Papillomavirus.

Papovavirus merupakan virus kecil berdiameter 45-55 nm,

mempunyai genom beruntai ganda yang sirkuler, diliputi oleh

kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pada sel) yang

tidak berpembungkus, dan menunjukkan bentuk simetri

ikosahedral. Apabila berkembang biak pada inti sel, Papovavirus

dapat menyebabkan infeksi laten dan kronis pada penjamu

alamiahnya serta tumor pada beberapa binatang. Infeksi HPV

umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual.

Selama hidupnya, hampir separuh wanita dan laki-laki

pernah terkena infeksi HPV (80% dari wanita terkena infeksi

sebelum umur 50 tahun). Sebagian infeksi HPV bersifat hilang

muncul, sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu kurang lebih

dua tahun pasca infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi

tersebut yang menetap dalam jangka lama, sehingga

menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi prakanker. Human

papillomavirus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih dari


12

100 tipe, dimana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya

dan akan lenyap dengan sendirinya. Dari 100 tipe HPV tersebut,

hanya 30 di antaranya yang berisiko kanker serviks. Adapun tipe

yang paling berisiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45 yang sering

ditemukan pada kanker maupun lesi prakanker serviks, yaitu

menimbulkan kerusakan sel lendir luar menuju keganasan. Dari

tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab tersering

kanker serviks yang terjadi di seluruh dunia. HPV tipe 16

mendominasi infeksi (50-60%) pada penderita kanker serviks

disusul dengan tipe 18 (10- 15%). Berbeda dengan kanker

endometrium, kebanyakan penderita kanker serviks adalah wanita

usia subur (terbanyak usia 45-50 tahun) (Rasjidi, 2010).

Kebanyakan kanker serviks yang sedang berlangsung

berkembang secara lambat dari dysplasia hingga keganasan akut.

Diperkirakan peralihan dari CIS menjadi kanker invasif

memerlukan waktu kira-kira 7 tahun. Sebagian besar kanker

serviks berkembang dalam lapisan intraepitel yang aktif secara

seluler pada sambungan skuamokulomner (Benson and Pernoll’s,

2009).

Menurut Rasjidi, Secara umum, etiologi terjadinya kanker

serviks, diantaranya:

1) Gangguan Sistem Kekebalan

Wanita yang terkena gangguan kekebalan tubuh atau

kondisi imunosuspresi (penurunan kekebalan tubuh) dapat


13

terjadi peningkatan terjadinya kanker serviks (leher rahim).

Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan

tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat

mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari

noninvasive menjadi invasive (tidak ganas menjadi ganas).

2) HPV (Human Papillomavirus)

Penelitian memperlihatkan bahwa infeksi HPV dapat

menyebabkan kanker serviks (leher rahim). Hal ini terdeteksi

menggunakan penelitian molecular. Pada 99,7% wanita

dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV

merupakan penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel

normal menjadi sel ganas) . Terdapat 138 strain HPV yang

sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui

hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang

dubur dan alat kelamin. Ada 4 tipe HPV yang biasa

menyebabkan masalah di manusia. Seperti 2 subtipe HPV

dengan risiko tinggi keganasan. Yaitu tipe 16 dan 18 yang

ditemukan pada 70% kanker serviks (leher rahim). Serta HPV

tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts

(kutil kelamin).

3) Herpes Simpleks Virus (HVS) Tipe 2

Pada awal tahun 1970 herpes simpleks tipe 2 banyak

dibicarakan, lantaran sebagai timbulnya kanker serviks atau

kanker leher rahim. Namun ternyata virus itu tidak berperan


14

besar dalam timbulnya kanker serviks. Virus ini hanya diduga

sebagai faktor pemicu terjadinya kanker. Atau dianggap sama

dengan karsinogen kimia atau fisik.

4) Perubahan Fisiologik Epitel Serviks

Jaringan epitel pada serviks ada dua jenis yaitu epitel

skuamosa dan epitel kolumnar. Kedua epitel tersebut

dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK).

Namun letaknya menyesuaikan usia, aktivitas seksual dan

paritas.Pada wanita yang seksualitasnya tinggi maka

skuamosa-kolumnar (SSK) terletak di ostium eksternum.

Wanita dapat terjadi perubahan fisiologis pada jaringan epitel

serviks. Jaringan epitel kolumnar akan digantikan epitel

skuamosa yang disebut dengan metaplasia.

Perubahan ini terjadi karena pH yang rendah dan

biasanya sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses

metaplasia ini maka terdapat 2 SSK, yaitu skuamosa-

kolumnar (SSK) asli dan skuamosa-kolumnar (SSK) baru.

Menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru

dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua skuamosa-

kolumnar ini disebut daerah transformasi. Perubahan pH yang

terendah ini kemungkinan bisa disebabkan karena aktivitas

bahan pemicu kanker serviks. Hasil ini berbahaya karena

dapat mengubah sel yang normal menjadi sel yang tidak

normal.
15

5) Perubahan Neoplastik Epiptel Serviks

Proses terjadinya kanker serviks begitu erat dengan

proses metaplasia. Akibat pH rendah maka bahan-bahan

pemicu kanker dapat bermutasi dan dapat mengubah sel

aktif metaplasia. Ini menimbulkan sel-sel berpotensi ganas.

Bisa saja mutagen yang bermutasi berasal dari Human

Papilloma Virus (HPV). Sel yang mengalami mutasi

tersebut dapat berkembang menjadi sel diplastik dan

dapat menyebabkan kelainan epitel. Dari dysplasia ringan,

dysplasia sedang, dysplasia berat dapat berkembang menjadi

karsinoma invasive. Tingkat dysplasia dan karsinoma in-situ

dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker .

6) Merokok

Sebuah penelitian menunjukkan, lendir serviks pada

wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang

ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya

tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi

virus.Wanita perokok memiliki risiko dua kali lebih besar

terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang

tidak merokok Tembakau merusak sistem kekebalan dan

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi

HPV pada serviks. Merokok meningkatkan tingkat reproduksi

virus human papilloma (HPV) pada laki-laki yang ditemukan

pada sebuah penelitian di Jerman. Merokok juga dapat


16

mempercepat pengembangan sel yang disebut sel Squamous

Intraephithelial Lesions(SIL). Sel yang dapat menyebabkan

kanker serviks.

7) Usia

Penyakit yang terjadi di serviks pada organ reproduksi

wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim terletak

antara rahim(uterus) dengan liang senggama (vagina) yang

menyerang wanita usia lanjut maupun yang berusia 20-30

tahun.Semakin tua usia seseorang akan mengalami

proses kemunduran pada organ tubuh, sehingga pada usia

lanjut lebih banyak kemungkinan jatuh sakit, atau mudah

mengalami infeksi. Meningkatnya risiko kanker serviks

pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya

dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap

karsinogen serta makin melemahnya sistim imun tubuh.

8) Paritas

Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita

pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas yang

berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari dua

orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat

menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada

mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan

normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel


17

abnormal dari epitel pada mulut rahim. Dan dapat

berkembang menjadi keganasan.

9) Usia wanita saat menikah

Menurut Undang-Undang Perkawinan No.27 Tahun 1983,

disebutkan bahwa calon pengantin bagi wanita adalah

diatas 20 tahun dan pria adalah diatas 25 tahun. Dengan

begitu maka kedua pasangan mempunyai kesiapan fisik

dan mental. Sebab seorang perempuan disebut siap fisik

jika telah menyelesaikan pertumbuhannya, yaitu di atas usia

20 tahun. Hal ini berkaitan erat dengan belum sempurnanya

perkembangan organ reproduksi. Dalam kenyataannya

menikah dini mempunyai beberapa risiko. Selain

kurangnya kesiapan mental juga mempunyai risiko lebih besar

mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena

pada saat usia muda, sel-sel rahim masih belum matang.

Sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang

dibawa oleh sperma. Dan segala macam perubahannya. Jika

belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang

tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati. Dengan begitu

maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker.

10)Pemakaian Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5

tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker serviks

sebanyak dua kali. Menurut penelitian jika menggunakan


18

metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang

menggunakan kombinasi mekanik dan hormon

memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker serviks

terhadap agen penyebab infeksi. Sedangkan jika memakai

kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu

lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relative 1,53 kali.

WHO melaporkan risiko relative pada pemakaian kontrasepsi

oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan

lamanya pemakaian. Oleh karena itu wanita pemakai pil KB

harus rutin menjalani pemeriksaan Pap Smear (minimal 1 kali

dalam 1 tahun) . Menurut penelitian Eka (2009),

menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu >4

tahun meningkatkan risiko kanker serviks sebesar 0,20 kali

lebih besar daripada pasien yang tidak menggunakan

kontrasepsi oral dalam jangka lama ≤ 4 tahun.

11)Hubungan Seks Pada Usia Muda (< 16 tahun)

Hubungan seksual pada usia dini meningkatkan risiko

terserang kanker serviks dua kali lebih besar dibandingkan

wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20

tahun. Faktor risiko ini merupakan faktor utama. Sebab

semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan

seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks.

Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan

hubungan seks pada usia kurang dari 16 tahun mempunyai


19

risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia

lebih dari 20 tahun.

Pada usia 12 – 20 tahun, organ reproduksi wanita sedang

aktif berkembang. Idealnya, ketika sel sedang membelah

secara aktif, tidak terjadi kontak langsung atau rangsangan

apapun dari luar. Kontak atau rangsangan dari luar, seperti

penis atau sperma, dapat memicu perubahan sifat sel menjadi

tidak normal. Sel yang tidak normal ini kemungkinan besar

bertambah banyak jika ada luka saat terjadi hubungan

seksual. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi

menyebabkan kanker serviks atau kanker leher rahim.

Masa inkubasi kanker serviks bisa bertahan hingga lima

tahun. Perubahan dari dysplasia ringan sampai kanker

sampai stadium 0 memerlukan waktu 5 tahun. Sedangkan

untuk menjadi kanker invasive waktunya cukup lama yaitu

antara 3-10 tahun. Tetapi bila sudah invasif, untuk meluas dan

menyebar memerlukan waktu yang sangat singkat. Misalnya,

dari kanker serviks stadium I sampai meninggal hanya

memerlukan waktu kurang dari 5 tahun. Dengan begitu jika

sudah tahu penyebabnya jangan sekali-kali mencoba yang

dapat memicu kanker serviks.


20

12)Riwayat pernah menderita kondiloma atau penyakit menular

seksual

Angka kejadian kanker serviks akan meningkat pada

wanita yang mempunyai riwayat menderita penyakit menular

seksual dan pernah menderita kondiloma. Hal ini dikarenakan

suatu agen penyakit menular seksual mungkin bekerja pada

suatu bagian tertentu diserviks yang paling rentan, yakni zona

transformasi, sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan

sel yang abnormal (Cuningham, 2011).

13)Pasangan Seksual Lebih Dari Satu (Multipartner Sexs)

Banyak faktor penyebab berkembangnya kanker serviks.

Diantaranya adalah perilaku bergonta-ganti pasangan akan

meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang

ditularkan seperti infeksi Human Papilloma Virus (HPV)

telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

serviks. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat

pada wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau

lebih. Disamping itu, virus herpes simpleks tipe-2 menjadi

faktor pendamping.

Ditemukan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan

bahwa golongan wanita yang mulai mempunyai pasangan

seksual yang berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita

kanker serviks. Sebab wanita yang bergonta-ganti pasangan

akan rentan terkena virus HPV. Tinjauan teoritis mengenai


21

etiologi kanker serviks menunjukkan bahwa faktor risiko lain

yang penting adalah hubungan seksual suami dengan wanita

tuna susila (WTS). Dari WTS itu suami dapat membawa virus

dan menularkan pada istrinya.

Dari data yang tersusun sampai akhir abad 20,

menyingkap adanya hubungan antara kanker serviks dengan

sumber yang dapat menimbulkan infeksi. Karsinogen ini

bekerja di daerah transformasi, menghasilkan suatu

gradasi kelainan permulaan keganasan, dan paling

berbahaya bila terpapar dalam waktu 10 tahun. Keterlibatan

peranan pria terlihat dari adanya hubungan antara kejadian

kanker serviks dengan kanker penis di wilayah tertentu.

Banyak penyebab yang dapat menimbulkan kanker serviks

(leher rahim), tetapi penyakit ini sebaiknya digolongkan ke

dalam penyakit akibat hubungan seksual. Penyakit kelamin

dan keganasan kanker serviks saling berkaitan secara bebas.

Dan terdapat hubungan sebab akibat antara beberapa

penyakit akibat hubungan seksual dengan kanker serviks.

c. Klasifikasi

1) Makroskopis

a) Stadium Preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan cervicitis chronic biasa.


22

b) Stadium Permulaan

Sering tampak sebagai lesi disekitar ostium externum,

pada batas kedua jenis epitel. Tampaknya sebagai daerah

yang granuler, keras, lebih tinggi dari sekitarnya dan mudah

berdarah. Kadang-kadang permukaannya ditutup oleh

pertumbuhan papiler.

c) Stadium Setengah Lanjut (moderately advanced stage)

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir portio.

Bentuknya seperti bloemkol (cauliflower growth). Bentuk ini

disebut evertingatau exophytic. Bila tumbuhnya ke dalam

jaringan serviks disebut invertingatau endophytic. Teraba

sebagai indurasi yang keras.

d) Stadium Lanjut

Terjadi pengrusakan dari jaringan yang serviks, sehingga

tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan

mudah berdarah. Vagina disekitarnya jadi keras, juga

ligamentum latum sebagai akibat infiltrasi jaringan kanker

dan juga karena infeksi. Kalau tumbuhnya hanya exophytic

saja, serviks dapat sedemikian besarnya, sehingga mengisi

seluruh vagina tetapi tanpa infiltrasi ke jaringan sekitarnya.

Selanjutnya jaringan kanker dapat mengenai rectum,

kandung kencing dan menyebabkan fistula.


23

2) Stadium Perkembangan Kanker Serviks

Berdasarkan tingkat keganasannya, perkembangan kanker

serviks terbagi dalam beberapa stadium. Dimulai dari

stadium nol yang bersifat noninvasif hingga stadium IV yang

sudah menyebar ke organ – organ tubuh yang lain.

a) Stadium 0

Stadium 0 ini juga disebut carcinoma in situ. Sebab,

pada stadium ini, sel – sel kanker belum menyebar ke

jaringan lain (noninvasif). Kanker masih kecil dan hanya

terbatas pada permukaan serviks. Selain itu, kanker hanya

ditemukan di lapisan atas dari sel – sel pada jaringan yang

melapisi serviks. Angka harapan hidup penderita kanker

stadium ini dalam lima tahun adalah 100%.

b) Stadium I

Pada tingkat ini, pertumbuhan kanker hanya sebatas

serviks. Namun, kanker telah menyerang serviks di bagian

bawah lapisan atas dari sel – sel serviks dan ini ditemukan

hanya di leher rahim (serviks). Angka harapan hidup

penderitas kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 85

%. Kanker pada stadium ini masih dibagi dalam empat

tingkat, yaitu :

(1) Stadium IA 1

Perkembangan kanker tahap ini mengalami

peningkatan ukuran. Kedalamannya kurang dari 3 mm


24

dan besarnya dari 7 mm. Namun, dokter tidak dapat

melihat sel kanker ini tanpa mikroskop.

(2) Stadium IA 2

Sama halnya dengan stadium IA 1, dokter tidak

dapat melihat sel kanker ini tanpa mikroskop. Hampir

saja, ukuran kanker pada stadium ini bertambah lebar.

Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari

7 mm.

(3) Stadium IB 1

Pada stadium ini, dokter sudah mulai dapat melihat

kanker dengan mata telanjang karena ukuran sel kanker

kian membesar. Namun, ukurannya tidak lebih besar

dari 4 cm.

(4) Stadium IB 2

Serupa dengan stadium IB2, dokter juga dapat

melihat sel kanker dengan mata telanjang. Ukuran sel

kanker sudah lebih besar dari 4 cm.

c) Stadium II

Lokasi kanker pada stadium ini meliputi serviks (leher

rahim) dan uterus (rahim), namun belum menyebar ke

dinding pelvis atau bagian bawah vagina dan tidak mencapai

dinding panggul. Kanker menyebar melewati leher rahim

(serviks) menyerang jaringan – jaringan disekitarnya. Kanker

meluas ke bagian atas dari vagina (dua pertiga bagian atas)


25

dan tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah

dari vagina atau dinding pelvis (lapisan dari bagian tubuh

antara pinggul). Angka harapan hidup penderita kanker

stadium ini dalam lima tahun adalah 50 – 60%.

Perkembangan kanker pada stadium ini, disebabkan

menjadi dua stadium, yaitu :

(1) Stadium IIA

Kanker meluas sampai atas vagina, tapi belum

menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung

(parametrium) sekitar rahim, namun melibatkan 2/3

bagian atas vagina.

(2) Stadium IIB

Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina

dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.

Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan

dinding samping panggul.

d) Stadium III

Pada stadium ini, kanker telah menyebar dari serviks

dan uterus ke bagian bawah vagina atau mungkin juga telah

menyebar ke dinding pelvis dan simpul – simpul getah

bening yang berdekatan. Angka harapan hidup penderita

kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 30%.


26

Tahap perkembangan kanker stadium ini dibagi dua :

(1) Stadium IIIA

Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul

dan melibatkan sepertiga vagina bagian bawah.

(2) Stadium IIIB

Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang

menghambat proses berkemih, sehingga menyebabkan

timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal.

e) Stadium IV

Kanker mungkin telah dirawat, namun telah kembali

setelah suatu periode waktu yang selama waktu ini tidak

dapat terdeteksi. Kanker mungkin timbul kembali pada

leher rahim (serviks) atau pada bagian -bagian lain tubuh.

Kanker menyebar sampai ke kandung kemih atau

rectum, atau meluas melampaui panggul. Angka harapan

hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah

5%. Perkembangan kanker stadium ini terbagi dalam dua

tahapan yakni :

(1) Stadium IVA

Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti

kandung kemih dan rectum.

(2) Stadium IVB

Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh,

seperti paru – paru, hati, dan tulang.


27

3) Mikroskopis

a) Ca intraepithelial/ Ca in situ

Keadaan dimana seluruh lapisan epitel gepeng diganti

oleh sel abnormal yang tidak berdiferensiasi, yang tidak

dapat dibedakan dengan sel-sel cancer, perubahan-

perubahan ini belum menembus membran basalis atau

saluran lympha.

b) Ca invasive

Umumnya gejala belum sesuai dengan derajat ketidak

matangan sel. Makin tidak matang sel-selnya, makin

radiosensitive.

Berikut daftar gambar dari tingkat stadium pada kanker leher

rahim:
28

d. Gejala Penderita Kanker Serviks

Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita

tidak mengalami gejala atau tanda yang khas. Namun sering

ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

1) Keluar cairan encer dari vagina (keputihan).

2) Pendarahan setelah senggama yang kemudian dapat

berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.

3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

4) Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuninga-

kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.

5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah

bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah

pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.

Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena

kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan

poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel

vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala

akibat metastatis jauh.

e. Keadaan Sel Pre Kanker

Sel-sel permukaan kanker serviks bisa tampak tidak normal

namun bisa juga menjadi ganas. Para peneliti yakin bahwa

beberapa perubahan abnormal pada sel- sel serviks (leher rahim)


29

adalah awal dari sebuah perjalanan lambat yang dapat

menyebabkan kanker. Hal itu diawali dengan keadaan pra kanker

dapat menjadi kanker. Perubahan ketidaknormalan sel-sel

permukaan serviks disebut dengan lesi skuamosa intraepitel.

Lesi dapat berarti kelainan jaringan. Sedangkan intraepitel berarti

sel-sel yang tidak normal hanya ditemukan di lapisan

permukaan. Sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu :

1) Lesi Tingkat Rendah

Lesi tingkat rendah adalah perubahan awal pada ukuran,

bentuk dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks.

Ada beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan

sendirinya. Namun ada pula lesi yang lain yang tumbuh

menjadi besar dan lebih tidak normal. Lesi ini dapat

membentuk lesi tingkat tinggi.

Lesi tingkat rendah biasa disebut dysplasia ringan atau

neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1). Lesi tingkat rendah

paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun,

tetapi juga bisa terjadi pada semua kelompok usia.

2) Lesi Tingkat Tinggi

Lesi tingkat tinggi adalah sejumlah besar sel prekanker

yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan

prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks.

Walaupun selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sel-


30

sel tersebut tidak akan menjadi ganas, namun dapat menyusup

ke lapisan serviks yang lebih dalam.

Lesi tingkat tinggi biasa disebut Denham dysplasia

menengah atau dysplasia berat, NIS 2 atau 3 atau

karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling seri ng

ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun. Setelah

menjalani lesi tingkat rendah dan tingkat tinggi maka sel-sel

yang abnormal dapat menyebar ke serviks, jaringan maupun

orang lain. Hal itulah yang disebut dengan kanker serviks.

f. Pengobatan Lesi Prekanker

Mencegah lesi pra kanker dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Namun pencegahannya tergantung kepada

beberapa faktor yaitu :

1) Tingkat lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi).

2) Rencana penderita untuk hamil lagi

3) Usia dan keadaan umum penderita.

Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan

lebih lanjut, jika pemeriksaan awal dilakukan. Terutama juga

jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada

waktu pemeriksaan biopsy. Namun dengan syarat penderita

harus menjalani pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan

panggul secara rutin. Pengobatan pada lesi prakanker bisa

berupa:

1) Kriosurgeri (pembekuan)
31

2) Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)

3) Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang

abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya.

4) LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau konisasi.

Jika pasien menjalani pengobatan, pasien kemungkinan akan

merasakan kram atau nyeri lainnya. Dapat juga disertai dengan

perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina. Pada

beberapa, penderita mungkin perlu dilakukan histerektomi

(pengangkatan rahim). Terutama jika sel-sel abnormal ditemukan

di dalam lubang serviks. Histerektomi dilakukan jika penderita

tidak memiliki rencana untuk hamil lagi .

g. Penyebaran (Metafisis)

Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu :

1) Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar

getah bening lainnya.

2) Melalui pembuluh darah (hematogen)

3) Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus,

vagina, kandung kencing dan rektum.

Penyebaran jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe

terutama ke paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan

supraklavikuler, tulang dan hati. Penyebaran ke paru-paru

menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang

nyeri dada. Kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening

supraklavikula terutama sebelah kiri.


32

2. Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

a. Pengertian IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat)

Inspeksi Visual dengan asam asetat (IVA) adalah

pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka

dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas dengan

cara mengusap atau mengoles leher rahim (serviks) menggunakan

asam asetat 3-5 % dengan bantuan lidi wotten. Cara ini dilakukan

untuk melihat perubahan warna yang terjadi pasca dilakukan

olesan asam asetat. Perubahan warna ini biasa diamati langsung

setelah 1-2 menit pasca pengolesan dan dapat diamati dengan

mata telanjang (Astrid, 2015).

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan

sebuah metode sederhana untuk mendeteksi lesi pra-kanker

serviks sedini mungkin. Alat ini begitu sederhana sebab saat

pemeriksaannya tidak perlu ke laboratorium, dan bahan serta alat

pemeriksaannya pun tersedia di pusat pelayanan kesehatan

dasar atau Puskesmas, serta terbukti efektif untuk mendeteksi dini

kanker leher rahim (Direktorat PPTM Kementrian Kesehatan RI,

2011).

Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan dengan cara melihat

langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan asam

asetat 3-5 %. Setelah pemulasan asam asetat 3-5 %, maka akan

ada perubahan warna yaitu tampak bercak putih, maka


33

kemungkinan ada kelainan tahap pra-kanker serviks (Romauli,

2009).

b. Keunggulan Pemeriksaan dengan metode IVA

IVA atau kepanjangan dari Inspeksi Visual Asam Asetat,

pertama kali ditemukan olah Sankaranarayanan dkk. Deteksi

dengan metode IVA ini sangat cocok diterapkan di negara

berkembang dengan berbagai alasan, yaitu mudah dilakukan,

biaya pemeriksaan cukup terjangkau oleh seluruh kalangan

terutama untuk kalangan menengah ke bawah, efektif serta

tidak invasive dan bisa dilakukan oleh bidan, perawat, dan

dokter yang sudah mendapatkan pelatihan mengenai

pemeriksaan dengan metode IVA ini. Hasil pemeriksaan pun

bisa segera diketahui, dengan tingkat sensitivitas 65-95% serta

spesivitasnya yang cukup baik dan akurat yaitu sekitar 54-98 %

(Astrid, 2015).

c. Peralatan dan Bahan

Alat untuk melakukan tes IVA adalah sebagai berikut :

1) Ruangan tertutup karena pasien diperiksa dengan posisi

litotomi

2) Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada

pada posisi litotomi.

3) Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks.

4) Sabun dan air untuk mencuci tangan.

5) Speculum vagina yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi.


34

6) Sarung tangan sekali pakai dan sudah didesinfeksi tingkat

tinggi

7) Lidi wotten dan kapas.

8) Asam asetat (3-5%).

9) Larutan klorin 0,5 % dalam wadah untuk dikontaminasi.

10) Format pencatatan (Putri, 2013).

d. Syarat dilakukan test IVA

Sebelum menjalani test IVA, ada beberapa syarat yang harus

diperhatikan:

1) Pasien sudah pernah melakukan hubungan seksual.

2) Tidak sedang datang bulan atau menstruasi.

3) Tidak sedang hamil.

4) Tidak melakukan hubungan seksual minimal 24 jam sebelum

pemeriksaan.

e. Prosedur Pemeriksaan IVA

Prosedur pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :

1) IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam

asetat 3-5% pada permukaan mulut rahim. Pada lesi

prakanker akan menampilkan warna. Hasil dari pemeriksaan

ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA

positif. Maka jika hal itu terjadi maka dapat dilakukan biopsy.

2) Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan

atau dokter di Puskesmas atau di tempat praktek bidan

dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis.


35

f. Langkah-langkah pemeriksaan IVA

1) Persiapan Pasien

a) Melakukan informent consent.

b) Menyiapkan lingkungan sekitar pasien, tempat tidur

ginekologi dan lampu sorot.

c) Menganjurkan klien berbaring di tempat tidur ginekologi

dengan posisi litotomi.

2) Persiapan Alat

a) Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti

handscoen, speculum cocor bebek, asam setat 3 - 5 %

dalam botol,, kom steril, lidi wotten, tampon tang/venster

klem, kasa steril, formulir pemeriksaan sitologi, lampu

sorot/senter, Waskom berisi larutan klorin 0,5 %, tempat

sampah, tempat tidur ginekologi, dan sampiran.

b) Menyusun perlengkapan /bahan secara ergonomis.

3) Pelaksanaan

a) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir

dengan metode enam langkah dan mengeringkan dengan

handuk kering dan bersih.

b) Memakai handscoen steril.

c) Melakukan vulva hygiene.

d) Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda

infeksi.

e) Memasang speculum dalam vagina.


36

f) Inspeksi keadaan serviks, apakah ada tanda-tanda sebagai

berikut:

(1) Jika permukaan serviks berwarna kusam, berbenjol dan

mudah berdarah maka curigai kanker.

(2) Jika tampak warna kemerahan yang merata di daerah

serviks disertasi cairan vagina abnormal maka curigai

infeksi.

g) Bila kedua hal diatas tidak ditemukan, identifikasi daerah

sambungan zona transformasi (sambungan skuamo-

kolumnar/SSK) pada leher rahim.

h) Masukkan lidi wotten yang telah dibasahi asam asetat 3 – 5

% lalu oles disekitar SSK dan tunggu hasilnya hingga 1-2

menit.

i) Setelah 1-2 menit, amati dengan cermat daerah zona

transformasi, apakah muncul bercak putih (aceto white).

j) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kapas steril

dengan menggunakan tampon tang.

k) Mengeluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.

l) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.

m)Rapikan ibu dan rendam alat-alat dalam larutan klorin 0,5 %

dan melepas sarung tangan.

n) Mencuci tangan

o) Menyampaikan hasil pemeriksaan.


37

p) Mencatat hasil pengamatan dan gambar daerah temuan

(Astrid, 2015).

g. Kategori Pemeriksaan IVA

Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu

kategori yang dapat dipergunakan adalah :

1) IVA negatif, maka akan menunjukkan serviks (leher rahim)

normal.

2) IVA radang, adalah serviks dengan radang (servisitis) atau

kelainan jinak lainnya (polip serviks).

3) IVA positif, adalah ditemukannya bercak putih (aceto white

ephitelium). Inilah gejala pra kanker. Kelompok ini yang

menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan

metode IVA. Sebab temuan ini mengarah pada diagnosis

Serviks-pra kanker (dysplasia ringan-sedang-berat atau

kanker serviks in situ).

4) IVA-kanker serviks, Pada tahap ini pun sangat sulit

menurunkan temuan stadium kanker serviks. Walaupun begitu

akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker

serviks bila ditemukan masih pada stadium invasive dini

(stadium IB-IIA).

h. Orang-orang yang dirujuk untuk Tes IVA

Jika hasilnya adalah positif maka pemeriksaan sebaiknya

dilanjutkan dengan pap smear di laboratorium atau gynescopy

oleh dokter ahli kandungan.


38

Yang dirujuk untuk tes IVA adalah :

1) Setiap wanita yang sudah/pernah menikah

2) Wanita yang beresiko tinggi terkena kanker serviks,

seperti perokok menikah muda, sering berganti pasangan

3) Memiliki banyak anak

4) Mengidap penyakit infeksi menular seksual.

3. Perilaku

a. Teori Dasar Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain:

berbicara, berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, membaca,

menulis dan sebagainya. Dari uraian tersebut perilaku manusia

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmojo, 2014).

Menurut Skinner, yang dikuti oleh Notoatmojo (2014),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh

karena itu, perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon

balik.

Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan

atau aktivitas organisme atau maklhuk hidup yang bersangkutan.


39

Menurut ahli psikologi bahwa perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Perilaku terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor

utama yaitu :

1) Stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut

(faktor eksternal).

Faktor eksternal atau stimulus adalah merupakan faktor

lingkungan ,baik lingkungan fisik maupun non fisik dalam

bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Dari

penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar

perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor

sosial dan budaya dimana seseorang berada.

2) Respon merupakan faktor dari dalam diri orang yang

bersangkutan (faktor internal).

Faktor internal yaang menentukan seseorang itu

merespon stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan,

persepsi, motivasi , fantasi, sugesti, dan sebagainya.

Berdasarkan teori preced-proceed yang dikembangkan

oleh Lawrence Green (1980) , perilaku ditentukan oleh tiga faktor

utama yaitu :

1) Factor predisposisi (Predisposing Factors) yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai

dan sebagainya.
40

2) Faktor - faktor pemungkin (Enabling Factors), yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas,

obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

3) Factor - faktor pendorong atau penguat ( Renforcing Factors)

yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan

atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar dan merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar).

b. Proses Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor

tersebut antara lain.

1) Persepsi, persepsi adalah sebagai pengalaman yang

dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, dan sebagainya.

2) Motivasi, motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak

untuk mencapai suatu tujuan tertentu, hasil dari pada

dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

3) Emosi, perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek

psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat


41

dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani

merupakan hasil keturunan (bawaan) oleh karena itu perilaku

yang timbul karena emosi adalah perilaku bawaan.

4) Belajar diartikan sebagai satu pembentukan perilaku

dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awareness (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari atau

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau

bersifat langgeng (Notoatmojo, 2014).


42

Menurut teori WHO, yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok (determinan),

yaitu:

1. Thoughts and feeling (pemikiran dan perasaan)

2. Personal reference, adanya acuan atau referensi dari

seseorang atau pribadi yang dipercayai.

3. Resources, sumber daya yang tersedia merupakan

pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau

masyarakat .

4. Culture, sosial budaya setempat biasanya sangat

berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.

4. Keterpaparan Informasi/Media Massa

a. Pengertian Informasi

Informasi adalah data yang dapat diolah menjadi sebuah

bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam

pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi

ini merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima (Kritanto,

2003).

Informasi merupakan data yang berasal dari fakta yang

tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan (proses) menjadi

bentuk yang berguna atau bermanfaat bagi pemakainya. Jadi

kesimpulannya, informasi adalah data yang lebih berarti dan


43

berguna yang dikomunikasikan ke penerima untuk digunakan

dalam pengambilan keputusan (Yusuf, 2009).

b. Sumber-sumber informasi

Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan

oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru dan

mempunyai ciri-ciri yaitu dapat dilihat, dibaca, dipelajari, diteliti,

dikaji, dan dianalisis sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri

maupun orang lain. Jenis-jenis sumber informasi:

1) Visual, yaitu sumber informasi yang dapat dilihat oleh indera

penglihatan, dapat berbentuk tulisan dan gambar. Contoh:

buku, jurnal, makalah.

2) Audio, yaitu sumber informasi yang dapat diperoleh melalui

indera pendengaran, karena hanya berupa suara. Contoh:

radio.

3) Audiovisual, yaitu sumber informasi yang dapat diperoleh baik

melalui indera penglihatan maupun pendengaran. Contoh:

televisi, pakar/ahli, internet.

c. Pengaruh keterpaparan informasi terhadap perilaku

Pernah diterima atau tidaknya informasi tentang kesehatan

oleh masyarakat akan menentukan perilaku kesehatan

masyarakat tersebut. Informasi dapat diterima melalui petugas

langsung dalam bentuk penyuluhan, pendidikan kesehatan, dari

perangkat desa melalui siaran dikelompok-kelompok dasawisma


44

atau yang lain, melalui media massa , leaflet, siaran telefisi dan

lain-lain.

Menurut Rahmawati (2011), bahwa perilaku masih

menjadi penghambat pada WUS untuk menentukan deteksi dini

kanker leher rahim. Proses Pembentukan /perubahan perilaku

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri

individu maupun luar individu. Sikap seseorang dapat berubah

dengan tambahan informasi dari kelompok sosialnya.

Keterpaparan individu terhadap informasi kesehatan akan

mendorong terjadinya perilaku kesehatan. Meskipun kini kanker

serviks disebut sebagai kanker pembunuh wanita pertama di

Indonesia, kenyataannya masih banyak wanita yang belum

mengetahui tentang kanker serviks. Wanita harus mengetahui

dengan apa dan bagaimana kanker serviks yang

sebenarnya, dengan begitu wanita bisa melakukan

pencegahan ketika belum terinfeksi atau mengetahui cara

penanganan yang tepat jika terinfeksi oleh virus penyebab kanker

serviks. Dalam hal ini, artinya masih banyak wanita yang belum

mendapatkan informasi tentang kanker servik.

Keterpaparan informasi dapat dikategorikan menjadi 2

kelompok yaitu sebagai berikut :

a. Keterpaparan informasi baik, jika pernah menerima informasi

dalam 2 tahun terakhir sebanyak > 2 kali baik dari petugas

kesehatan , kader, TV, radio, leaflet, poster atau yang lain


45

b. Keterpaparan informasi kurang baik, jika tidak pernah

menerima informasi dalam 2 tahun atau pernah hanya <

terakhir sebanyak > 2 kali baik dari petugas kesehatan ,

kader, TV, radio, leaflet, poster atau yang lain.

B. Landasan Teori

Kanker serviks adalah jenis tumor ganas yang mengenai lapisan

permukaan (epitel) dari leher rahim. Kanker ini dapat terjadi karena sel-

sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat

tidak seperti sel-sel normal. Kanker ini terjadi pada serviks atau leher

rahim ,suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan

pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim dan liang

senggama/vagina (Astrid, 2015).

Kanker Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak

kedua pada wanita dan penyebab lebih dari 250.000 kematian di

dunia pada tahun 2015. Diantara tumor ganas ginekologis, kanker

serviks menduduki peringkat pertama di Indonesia primer pada

mulut rahim (Rasjidi, 2010).

Inspeksi Visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan

leher rahim secara visual menggunakan asam cuka dengan mata

telanjang untuk mendeteksi abnormalitas dengan cara mengusap atau

mengoles leher rahim (serviks) menggunakan asam asetat 3-5 %

dengan bantuan lidi wotten. Cara ini dilakukan untuk melihat perubahan

warna yang terjadi pasca dilakukan olesan asam asetat. Perubahan


46

warna ini biasa diamati langsung setelah 1-2 menit pasca pengolesan

dan dapat diamati dengan mata telanjang (Astrid, 2015).

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan sebuah

metode sederhana untuk mendeteksi lesi pra-kanker serviks sedini

mungkin. Alat ini begitu sederhana sebab saat pemeriksaannya tidak

perlu ke laboratorium, dan bahan serta alat pemeriksaannya pun

tersedia di pusat pelayanan kesehatan dasar atau Puskesmas, serta

terbukti efektif untuk mendeteksi dini kanker leher rahim (Direktorat

PPTM Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Menurut Skinner, yang dikuti oleh Notoatmojo (2014), merumuskan

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena itu, perilaku terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon balik.

Pernah diterima atau tidaknya informasi tentang kesehatan oleh

masyarakat akan menentukan perilaku kesehatan masyarakat

tersebut. Informasi dapat diterima melalui petugas langsung dalam

bentuk penyuluhan, pendidikan kesehatan, dari perangkat desa melalui

siaran dikelompok-kelompok dasawisma atau yang lain, melalui media

massa , leaflet, siaran telefisi dan lain-lain.

Menurut Rohmawati (2011), bahwa perilaku masih menjadi

penghambat pada WUS untuk menentukan deteksi dini kanker leher

rahim. Proses Pembentukan /perubahan perilaku dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor baik dari dalam diri individu maupun luar individu.
47

Sikap seseorang dapat berubah dengan tambahan informasi dari

kelompok sosialnya. Keterpaparan individu terhadap informasi

kesehatan akan mendorong terjadinya perilaku kesehatan. Meskipun

kini kanker serviks disebut sebagai kanker pembunuh wanita

pertama diindonesia, kenyataannya masih banyak wanita yang belum

mengetahui tentang kanker serviks. Wanita harus mengetahui

dengan apa dan bagaimana kanker serviks yang sebenarnya,

dengan begitu wanita bisa melakukan pencegahan ketika belum

terinfeksi atau mengetahui cara penanganan yang tepat jika terinfeksi

oleh virus penyebab kanker serviks. Dalam hal ini, artinya masih

banyak wanita yang belum mendapatkan informasi tentang kanker

servik.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awareness (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari atau

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).

Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


48

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat

langgeng (Notoatmojo, 2014).

Menurut teori WHO, yang menyebabkan seseorang itu berperilaku

tertentu karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu:

1. Thoughts and feeling (pemikiran dan perasaan)

2. Personal reference, adanya acuan atau referensi dari seseorang

atau pribadi yang dipercayai.

3. Resources, sumber daya yang tersedia merupakan pendukung

untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat .

4. Culture, sosial budaya setempat biasanya sangat berpengaruh

terhadap terbentuknya perilaku seseorang.


49

C. Kerangka Teori

D. Sumber Informasi:
 Visual
 Audio
 Audiovisual

Terpapar Informasi

Wanita Usia Subur Respon/Umpan


Balik

Kesadaran
(Awareness)

Tertarik (Interest)

Evaluasi
(Evaluation)

Percobaan (Trial)

Adoption
(Adoption)

Perilaku skrining
IVA

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori


50

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Variabel Dependen Variabel Independen

Perilaku WUS dalam


deteksi dini kanker leher
Keterpaparan Informasi rahim dengan metode
IVA

Gambar 2. Bagian Kerangka Konsep

Keterangan:

Variable bebas (independen) : keterpaparan informasi

Variable terikat (dependen) : Perilaku WUS dalam deteksi dini kanker

leher rahim dengan metode IVA

E. Hipoteses Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji chi square,

dengan hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh keterpaparan informasi terhadap perilaku wanita

usia subur dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di desa

Karemotingge Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur

tahun 2018”.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen tanpa

kelompok control dengan pendekatan one group pre test - post test

design. Penelitian dilakukan sebanyak dua kali, yaitu observasi

sebelum eksperimen (01) disebut pre test, dan observasi sesudah

eskperimen (02) disebut post test dengan satu kelompok sampel. Pre

test dan post test dilakukan dengan menggunakan kuisioner.

(Notoadmojo, 2012)

Secara skematis dapat dilukiskan sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Desain penelitian one group pre test – post test

Keterangan :

O1 : observasi pre test (kuisioner)

X : perlakuan (penyuluhan kanker serviks dan skrining IVA)

O2 : observasi post test (kuisioner)

B. Waktu Dan Tempat

1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian akan dilakukan di desa Karemotingge

Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur.


52

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juni sampai

dengan Juli 2018.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur

yang telah menikah atau sudah pernah menikah dan belum pernah

melakukan pemeriksaan IVA di desa Karemotingge Kecamatan

Tirawuta tahun 2018 yaitu berjumlah 81 orang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian

kecil wanita usia subur yang telah menikah atau sudah pernah

menikah dan belum pernah melakukan pemeriksaan IVA di desa

Karemotingge Kecamatan Tirawuta tahun 2018 yaitu berjumlah 45

orang.

3. Besar sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan

sampel. Besaran Sampel dalam penelitian ini ditentukan

berdasarkan rumus slovin dari Riyanto (2013) yaitu sebagai

berikut :

N
n = 1+N(d)2

n= 81
1+81(0,1)2

= 44,75 ≈ 45
53

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

D : tingkat signifikan (d = 0,1) (Notoatmodjo, 2012).

Adapun kriteria sampling sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2012).

1) Wanita yang sudah/pernah menikah

2) Wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual

3) Wanita yang belum pernah melakukan pemeriksaan IVA

4) Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden dan mengikuti

rangkaian penelitian secara keseluruhan

b. Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

1) Wanita yang belum pernah menikah

2) Wanita yang belum pernah sama sekali berhubungan

seksual

3) Wanita yang sudah pernah melakukan pemeriksaan IVA

4) Ibu-ibu yang tidak bersedia menjadi responden dan

mengikuti rangkaian penelitian secara keseluruhan

4. Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang


54

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri. Teknik ini berdasarkan ciri atau sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel

secara purposive sampling, yakni mula-mula peneliti

mengidentifikasi semua karakteristik populasi, misalnya dengan

mengadakan studi pendahuluan atau dengan mempelajari

berbagai hal yang berhubungan dengan populasi. Kemudian

peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangan, sebagian dari

anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga teknik

pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan pribadi

peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2012).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Variabel Independent adalah suatu stimulus aktivitas yang

dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada

dependen variable (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini yang

menjadi variabel independent adalah keterpaparan informasi.

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas atau variabel independen (Notoadmodjo, 2012).

Pada penelitian ini variabel dependen adalah perilaku WUS dalam

deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA.


55

E. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian Pengaruh Keterpaparan

Informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker

leher rahim dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

No Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Keterangan

1 Variabel Keadaan Sumber kuisioner Nominal 1 : terpapar


independent : ketika seorang informasi (jika
Keterpaparan individu telah  Penyuluh responden
informasi terkena atau an mengatakan
mendapatkan YA dan
suatu jawaban
informasi. benar ≥80%)
2 : tidak
terpapar (jika
responden
mengatakan
TIDAK dan
jawaban
benar <80%)

2 Variabel Tindakan atau Bentuk kuisioner Ordinal 1 : Baik ( jika


Dependen : . aktivitas perilaku responden
perilaku WUS seorang wanita (respon) bersedia
dalam deteksi untuk yang timbul dilakukan
dini kanker leher melakukan dari pemeriksaan
rahim dengan pemeriksaan keterpapara IVA)
metode IVA. IVA n informasi 2 : Kurang
 Baik (jika
(Perilak responden
u +) tidak
 Kurang bersedia
(Perila dilakukan
ku -) pemeriksaan
IVA)
56

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Notoadmodjo, 2012). Dalam pengumpulan data pada penelitian

ini digunakan alat berupa kuisioner. Kuisioner yang digunakan telah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada penelitian sebelumnya,

yaitu Rahmita (2016). Jenis pertanyaan dalam kuisoner ini adalah

pertanyaan tertutup. Responden hanya memilih satu diantara

pertanyaan yang sesuai dengan pendapatnya dan diberikan skor 1

untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurannya artinya bahwa valid tidaknya suatu alat ukur

tergantung pada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan

pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Tes yang digunakan berupa tes objektif, maka mengukur

validitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi

product moment yang dibantu dengan program computer SPSS

versi 22. Kemudian untuk mengetahui valid atau tidaknya butir

soal, maka harga dibandingkan dengan . Jika hasil

perhitungan > maka butir soal dinyatakan valid.Namun

jika sebaliknya maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid dan

soal tersebut harus direvisi atau dihilangkan.


57

2. Uji Realibilitas

Selain pengujian validitas, sebuah tes juga harus memiliki

reliabilitas. Reabilitas alat penilaian dalah ketetapan alat tersebut

dalam menilai apa yang dinilainya. Tes pengetahuan yang baik

harus memiliki reliabilitas yang dapat dipercaya, artinya setelah

tes pengetahuan dilaksanakan berulang kali terhadap subjek yang

sama hasilnya akan relative sama.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan

menggunakan rumus alpha cronbach yang perhitungannya

dibantu dengan program computer SPSS versi 22. Harga rhitung

yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel dengan taraf

signifikansi 5%. Jika > makan soal yang diujikan

memiliki kriteria reliabel..

G. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dimana data

yang diteliti yaitu menggunakan perhitungan atau angka-angka.

2. Sumber data

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang

diambil dari hasil kuisioner yang diberikan kepada responden.


58

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut :

1. Peneliti mulai pengambilan data dengan memberikan kuesioner

kepada responden secara bersamaan beserta Data Pribadi

Responden. Setiap kuesioner diminta untuk diisi secara lengkap

sesuai dengan petunjuk.

2. Kemudian dari data tersebut dikelompokan keterpaparan informasi

tentang perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim

dengan metode IVA

3. Selanjutnya perhitungan skor kuesioner untuk menentukan bentuk

perilaku yang dimiliki oleh responden

4. Setelah diperoleh skor, dilakukan perhitungan statistic McNemar

dan akan diolah dengan Statistical Product and Service Soution 22

(SPSS 22).
59

I. Alur Penelitian

Kerangka kerja merupakan penetapan untuk suatu penelitian.

Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang

akan disajikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012). Adapun

kerangka kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

WUS yang belum pernah melakukan pemeriksaan IVA di desa


Karemotingge Kecamatan Tirawuta tahun 2018

Sampel penelitian adalah sebagaian WUS yang belum pernah


melakukan pemeriksaan IVA ditentukan jumlahnya
menggunakan tehnik purposive sampling sebanyak 45 orang

Pengumpulan data

( Pengisian Kuisioner oleh responden)

Pengolahan dan analisis data

Data

Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka kerja Penelitian


60

J. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan

Lembar persetujuan yang akan diteliti diberi persetujuan

menjadi responden yang berisi informasi mengenai tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, selain itu peneliti menjamin

kerahasian penelitian serta data yang diperoleh hanya akan

digunakan untuk pengembangan ilmu (kepentingan penelitian).

Responden diberi kesempatan membaca isi lembar persetujuan

tersebut selanjutnya mencantumkan tandatangan sebagai bukti

kesediaan menjadi objek penelitian. Jika subjek menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak-hak subjek.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan yang diberikan subjek penelitian dijamin oleh

peneliti dan tidak akan disampaikan ke pihak lain yang tidak

berkaitan dengan penelitian.

3. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, maka dalam

kegiatan pendokumentasian hasil penelitian ini, peneliti hanya

akan menggunakan inisial nama responden untuk menjelaskan

karakteristik responden penelitian.


61

K. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti

kembali apakah isian pada lembar pengumpulan data (Kuisione)

sudah cukup baik sebagai upanya menjaga kualitas data agar

dapat diproses lebih lanjut

b. Coding

Coding adalah mengklafikasikan jawaban dari responden

menurut kriteria tertentu. Klafikasi pada umumnya ditandai

dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka.

c. Scoring

Scoring adalah penentuan jumlah score, tahap ini meliputi

nilai untuk masing-masing pertnyaan dan penjumlahan hasil

scoring dari semua pertanyaan.

d. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan untuk meringkas data yang

masuk kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan. Proses

tabulasi meliputi mempersiapkan tabel dengan kolom dan baru

yang disusun dengan cermat untuk mengelompokan data

tentang variable (Notoadmodjo, 2012).


62

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variable dari hasil

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentasi

dari setiap variable yang diteliti.

= 100%

Keterangan :
P = persentase
F = frekuensi yang sedang dicari presentasinya
N = jumlah sampel
Untuk variabel keterpaparan informasi, skor untuk WUS yang

terpapar informasi diperoleh dari hasil kuisioner, skor 1 jika

jawaban benar, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimal 15

dan skor minimal 0. Untuk mencari skala interval dengan

menggunakan rumus :

Skala Interval = {a (m - n)}/b

= {1 (15 - 0)}/10

= 15/10

= 1,5

Keterangan :

a = jumlah atribut

m = skor tertinggi yang mungkin terjadi

n = skor terendah yang mungkin terjadi

b = jumlah skor penilaian yang ingin dicapai


63

Skor yang didapatkan dibagi dengan skala interval,

kemudian hasilnya di masukan kedalam kriteria. (Dhames Vidia

Angsuko, 2009)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variable

bebas dan variabel terikat. Analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perhitungan statistic McNemar dengan

menggunakan system komputerisasi statistical product and

service solution (SPSS) 22 untuk menentukan nilai t-tabel

dengan tingkat kepercayaan 95%


x x
=
1 1
n + n

Keterangan :

Xa = rata rata pre test

Xb = rata rata kelompok b

Sp = standar deviasi gabungan

Sa = standar deviasi pre test

Sb = standar deviasi pos test

na = bayaknya sampel pre test

nb = banyaknya sampel post test

Df = na + nb 2
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada tanggal 28 Juni sampai 31 Juli

2018 pada wanita usia subur yang telah menikah di desa Karemotingge

Kecamatan Tirawuta Kabupaten Konawe Selatan.

1. Keadaan Geografis

Desa Karemotingge terletak di Wilayah Kecamatan Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tinondo

Kabupaten Kolaka Timur.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tawainalu Kecamatan

Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tawainalu

Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Matabondu Kecamatan

Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Desa Karemotingge adalah 457 jiwa

dengan jumlah WUS sebanyak 81 orang.


65

3. Sarana dan Prasarana

Desa Karemotingge mempunyai 1 tempat ibadah yaitu mesjid,

1 balai desa, 1 Taman Kanak-kanak, dan 1 Sekolah Dasar, serta 1

tempat wisata yaitu Permandian Baros.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Responden dalam penelitian ini adalah wanita usia subur di

desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan umur

Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)


< 20 3 6.7
20-35 23 51.1
> 35 19 42.2
Total 45 100
Sumber : Data Primer, 2018

Dari table 4.1 frekuensi usia terbanyak pada rentang usia 20-35

tahun yaitu sebanyak 23 orang atau 51.1% sedangkan frekuensi

usia paling sedikit pada rentang usia < 20 tahun yaitu sebanyak 3

orang atau 6.7%.

b. Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan

Responden dalam penelitian ini adalah wanita usia subur di

desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta yang memiliki latar

pendidikan yang berbeda-beda.


66

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan pendidikan

Jenjang pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Sekolah 5 11.1
SD 21 46.7
SMP 12 26.7
SMA 7 15.5
Total 45 100
Sumber : Data Primer, 2018

Dari tabel 4.2 frekuensi jenjang pendidikan terbanyak yaitu SD

sebanyak 21 orang atau 46.7% sedangkan frekuensi jenjang

pendidikan paling sedikit yaitu Tidak Sekolah sebanyak 5 orang

atau 11.1 %.

c. Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan

Responden dalam penelitian ini adalah wanita usia subur di

desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta yang memiliki pekerjaan

yang berbeda-beda.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


IRT 23 51.1
Petani 14 31.1
Wiraswasta 5 11.1
Honorer 3 6.7
Total 45 100
Sumber : Data Primer, 2018

Dari table 4.3 frekuensi pekerjaan terbanyak yaitu IRT

sebanyak 23 orang atau 51.1% sedangkan frekuensi pekerjaan

paling sedikit yaitu honorer sebanyak 3 orang atau 6.7%.


67

d. Tabel 4.4 distribusi data pre-test dan post-test pada WUS dalam

deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA

Kategori Pre-test Post-test


N % N %
Baik 13 28.9 % 37 82.2 %
Kurang 32 71.1 % 8 17.8 %
Jumlah 45 100 % 45 100 %
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil pada saat pre-test

responden yang berperilaku baik sebanyak 13 orang atau 28.9% dan

yang berperilaku kurang 32 orang atau 71.1% sedangkan pada

post-test yang berperilaku baik meningkat menjadi 37 orang atau

82.2% dan yang berperilaku kurang berkurang menjadi 8 orang atau

17.8%.

2. Analisis Bivariat

Berdasarkan data yang dikumpulkan, dilakukan analisis

dengan uji mcNemar , kemudian data diolah dengan SPSS versi

22. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh antara keterpaparan informasi terhadap perilaku wanita

usia subur dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan metode

IVA.

Dalam penelitian ini variabel bebas (independen) adalah

keterpaparan informasi dan variabel terikat (dependen) adalah

perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode IVA.
68

Tabel 4.5 Hasil uji statistik pengaruh keterpaparan

informasi terhadap perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher

rahim dengan metode IVA

Value Exact Sig. (2-sided)

McNemar Test .000a

N of Valid 45

Cases

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan hasil uji analisis pada tabel 4.5 menunjukkan

bahwa penelitian dari 45 responden diperoleh nilai signifikansi (p)

sebesar 0.000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang kuat antara keterpaparan informasi dengan

perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode IVA.

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden berdasarkan umur, pendidikan, dan

pekerjaan

Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan

kesehatan adalah karakteristik dari responden yang terdiri dari

umur, pendidikan, dan pekerjaan.

Pada penelitian ini sebagian besar responden berumur 20-

35 tahun, yang masih dalam usia produktif. Terutama responden

yang berumur lebih dari 30 tahun memiliki kemungkinan memiliki

lesi prakanker lebih tinggi dibandingkan dengan usia dibawah 30


69

tahun. Hasil penelitian juga didapatkan bahwa responden kedua

terbanyak adalah usia >35 tahun, jadi responden pada rentang

usia tersebut akan merasa lebih penting untuk melakukan tes IVA

(Lu-lu, 2012). Selain itu umur dapat mempengaruhi daya tangkap

seseorang, semakin bertambah usia seseorang maka akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Selain itu semakin cukup umur seseorang akan lebih dewasa dan

mudah percaya sehingga informasi tentang kanker leher rahim dan

pentingnya metode tes IVA akan lebih mudah diterima

(Notoatmojdo, 2014)

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa hanya

sebagian dari kelompok responden memiliki latar pendidikan SMA.

Keberhasilan pendidikan kesehatan dapat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, karena tingkat pendidikan seseorang dapat

mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi yang

diterimanya. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

menyerap informasi yang disampaikan (Notoatmodjo,2014). Akan

tetapi teori ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang

menunjukkan banyak responden yang memiliki pendidikan rendah,

namun 82.2% responden mengikuti post-test yaitu test IVA. Hal itu

bisa diakibatkan saling berbagi informasi dan adanya dukungan

sosial antar responden setelah mendapatkan informasi kesehatan.

Sehingga berpengaruh pada ketertarikan serta kemauan

responden untuk mengikuti test IVA.


70

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah

dari jumlah responden menjadi ibu rumah tangga. Pekerjaan

seseorang dapat mempengaruhi penghasilan dan pendapatan.

Semakin tinggi ekonomi seseorang akan semakin mudah pula

upaya penerimaan atau akses informasi baru sehingga akhirnya

dapat mempengaruhi hasil dari paparan informasi mengenai

deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA (Notoatmojdo,

2014). Namun pada penelitian ini walaupun sebagian besar

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga akan tetapi hasil

penelitian menunjukkan terdapat peningkatan yang baik pada

perilaku deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA. Hal

ini dimungkinkan adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti

dukungan sosial antar responden.

2. Perilaku WUS dalam Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan

Metode IVA sebelum diberikan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian yang termuat dalam tabel 4.4

mengenai hasil pre-test pada 45 responden dengan hasil yang

bervariasi. Responden yang berperilaku baik sebanyak 13 orang

atau 28.9% dan yang berperilaku kurang 32 orang atau 71.1%.

Masih rendahnya tingkat perilaku responden dalam deteksi dini

kanker leher rahim dengan metode IVA dipengaruhi oleh masih

kurangnya akses informasi yang dimiliki oleh sebagian besar

responden. Selain itu, responden belum diberikan intervensi oleh

peneliti berupa informasi tentang IVA test. Responden dalam


71

penelitian ini adalah WUS dengan rentang usia 18-49 tahun

dengan responden terbanyak pada rentang usia 20-35 tahun

sejumlah 23 responden. Pada rentang usia ini adalah masa-masa

paling produktif wanita. Namun, pada masa ini wanita juga sangat

rentan untuk terkena kanker leher rahim (Septia, 2017).

3. Perilaku WUS dalam Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan

Metode IVA sesudah diberikan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian yang termuat dalam tabel 4.4

mengenai hasil post-test pada 45 responden. Perilaku post-test

diukur melalui kuisioner mau atau tidaknya responden melakukan

pemeriksaan IVA. Responden yang berperilaku baik dengan mau

melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA

meningkat sebanyak 37 orang atau 82.2%. Peningkatan jumlah

responden yang berperilaku baik dalam deteksi dini kanker leher

rahim dengan metode IVA dikarenakan keterpaparan informasi

oleh responden. Infomasi yang diperoleh berasal dari

penyampaian informasi oleh peneliti.

Namun responden tidak keseluruhan perilakunya berubah

menjadi baik. Masih ada pula responden yang memiliki perilaku

kurang yang artinya mereka tidak mau melakukan deteksi dini

kanker leher rahim dengan metode IVA yaitu, sebanyak 8 orang

atau 17.8%. Adanya perbedaan perubahan perilaku yang terjadi

disebabkan karena perbedaan kemampuan dan kemauan

seseorang dalam menerima informasi berbeda-beda. Sesuai


72

dengan teori Machfoedz (2005) kesediaan setiap orang

mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap persepsi dari

informasi yang datang kepada dirinya.

4. Pengaruh Keterpaparan Informasi terhadap Perilaku Wanita

Usia Subur dalam Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan

Metode IVA

Pengaruh keterpaparan informasi secara jelas dapat dilihat

dari hasil post-test menunjukkan bahwa responden yang

berperilaku baik mengalami peningkatan dari 28.9% menjadi

82.2%. Hal ini dikarenakan ada beberapa responden yang sudah

pernah mendapat akses informasi baik itu melalui media cetak,

media elektronik maupun penyuluhan yang pernah mereka ikuti

sebelumnya.

Pemberian informasi adalah proses transfer teknologi,

edukasi, inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervise, pemantauan dan

evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan

perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas manusia dari manusia

itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang

bisa diamati langsung maupun yang tidak bisa diamati oleh pihak

luar yang merupakan reaksi seseorang dari stimulus.

Pemberian/keterpaparan informasi tentang deteksi dini kanker

leher rahim dengan metode IVA merupakan kegiatan yang

bertujuan mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif

untuk melakukan skrining awal.


73

Hal lain yang menunjukkan keterpaparan informasi

berpengaruh pada perilaku deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode IVA adalah pada table 4.5. Berdasarkan hasil uji

McNemar diperoleh nilai p=0.000 (p<0.05) yang artinya terdapat

perbedaan perilaku yang signifikan sebelum dan sesudah

pemberian informasi. Perilaku deteksi dini kanker leher rahim

dengan metode IVA meningkat menjadi lebih baik setelah

diberikan informasi. Hal in sesuai dengan apa yang disampaikan

oleh Arif (2009) bahwa penyuluhan/pemberian informasi bukan

hanya sekedar proses penyebaran informasi dan proses

penerangan atau pemberian penjelasan tetapi juga sebagai proses

perubahan perilaku.

Proses perubahan perilaku ini merupakan perwujudan dari

pengetahuan, ketertarikan, sikap, dan keterampilan menjadi

sebuah perilaku baru yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung. Dengan kata lain kegiatan penyuluhan atau

pemberian informasi ini tidak berhenti pada penyebarluasan

informasi, dan memberikan penerangan, tetapi juga merupakan

proses yang dilakukan secara terus-menerus sampai terjadinya

perubahan perilaku yang ditujukan kepada sasaran atau

responden penelitian. Kegiatan pemberian informasi atau

penyuluhan merupakan stimulus yang diberikan kepada

responden penelitian. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

seseorang yang mengalami stimulus atau objek kesehatan,


74

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa

yang diketahui, proses selanjutnya dapat melaksanakan atau

mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya (Notoatmojdo,

2010).

Perubahan perilaku pada wanita usia subur tidak lepas dari

perhatian dan ketertarikan responden saat diberikan penjelasan

mengenai deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA.

Peningkatan pengetahuan/pemikiran yang terjadi pada responden

akan menimbulkan perubahan perilaku pada responden. Hal ini

pula yang menyebabkan perubahan perilaku pada setiap

responden berbeda-beda sesuai dengan perhatian dan

ketertarikan dari responden. Hal ini sesuai dengan teori Roger

dalam Notoatmodjo (2014) awal perubahan perilaku adalah

kesadaran dan ketertarikan pada seseorang dalam penyampaian

materi. Salah satu respon yang ditimbulkan adalah dengan

meningkatnya pengetahuan. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Heldayanti Sirenden (2017) keterpaparan

informasi sangat berpengaruh pada pengetahuan dan sikap

seseorang terhadap sesuatu. Semakin banyak informasi yang

dimiliki maka akan semakin baik sikap dan perilaku yang dimiliki.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

disajikan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode IVA sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas

berperilaku kurang yaitu sebanyak 32 responden atau 71.1%

2. Perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode IVA sesudah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas

berperilaku baik yaitu sebanyak 37 responden atau 82.2%

3. Keterpaparan informasi mempengaruhi perubahan perilaku WUS

dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA,

perilaku baik WUS mengalami peningkatan dari 28.9% menjadi

82.2%

4. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh keterpaparan informasi

terhadap perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim

dengan metode IVA dengan nilai p=0.000 (p<0.05).


76

B. Saran

Berdasarkan penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Bagi Puskesmas setempat

Diharapkan kepada petugas kesehatan setempat lebih aktif

lagi memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

terutama WUS mengenai pentingnya deteksi dini kanker leher

rahim dan dalam pemeriksaan IVA lebih memperhatikan privacy

sehingga dapat mengatasi keengganan masyarakat untuk

menjalani tes IVA yang diakibatkan karena rasa malu.

2. Bagi responden penelitian dan Masyarakat

Diharapkan bagi responden yang masih berperilaku kurang

dapat merubah perilakunya menjadi lebih baik dengan cara

meningkatkan pengetahuannya dengan mengakses media sosial

maupun dari media massa lainnya serta bertanya atau mencari

informasi kepada petugas kesehatan tentang pentingnya deteksi

dini kanker leher rahim terutama metode IVA.

Diharapkan masyarakat khususnya wanita yang sudah

menikah dan sudah pernah melakukan hubungan seksual untuk

rutin melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim,

sehingga dapat menekan angka kejadian kanker serviks.


77

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk mengembangkan penelitian tentang

faktor-faktor lain yang mempengaruhi perubahan perilaku seperti

dukungan sosial dan kebudayaan

4. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan

dan wawasan dalam penerapan teori-teori yang sudah diperoleh

selama kuliah, serta sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kendari.


DAFTAR PUSTAKA

Ardani, dkk. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Astrid, dkk. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim & Rahim.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Benson C. Ralph, Pernoll L. Martin. 2009. Buku Saku Obstetric dan


Ginekologi Edisi 9. Jakarta:EGC

Cuningham. 2011. Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetric. Jakarta: EGC

Dinkes Sultra. 2015. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara


Tahun 2015. Diunduh tanggal 22 Mei 2018, pukul 05.12 WITA

Flora, Dr. Drg. Henry. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat Di Puskesmas Candiroto Kabupaten
Temanggung. FKM Universitas Diponegoro : Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal). Diunduh tanggal 20 Mei 2018, pukul
06.00 WITA

International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. 2016.


Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence world
wide in 2016. Diakses tanggal 22 Mei 2018, pukul 05.00 WITA

Kemenkes RI. 2011. Buku Pegangan Peserta Pencegahan Kanker Leher


Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta: Departemen
Kesehatanan RI

. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Diunduh


tanggal 22 Mei 2018, pukul 04.25 WITA

. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Diunduh


tanggal 22 Mei 2018, pukul 04.40 WITA
. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Diunduh
tanggal 22 Mei 2018, pukul 09.00 WITA

Kritanto, Andri. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Gava


Medika

LU-Lu et all 2012. Population based study on the prevalence and risk
factors for human papilloma vius infection in quijjing of yunan
province, southwest china. Virology journal, 9 (153):1-8.
Diakses pada tanggal 20 Juli 2018,pukul 05.10 WITA

Mahfoedz Ircham. 2005. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi


Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2014, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ningtyasari, Dian. 2016. Pendidikan Kesehatan tentang Deteksi Dini


Kanker Leher Rahim Melalui Metode IVA Test. Diunduh tanggal
21 Mei 2018,pukul 07.00 WITA

Rahmawati, Eni. 2011. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).


Yogyakarta: Nuha Medika

Rasjidi, Imam. 2010. Ginekologi Onkologi. Jakarta : Sagung Seto

Rekam Medis RSU Bahteramas. 2015. Penderita Kanker Serviks Tahun


2015. Kendari: RSU Bahteramas

Septia Umi, 2017. Wanita usia produktif rentan kanker serviks. Jurnal
bidan sumut vol 1. Diunduh pada tanggal 26 Juli 2018, jam
05.30 Wita
Sirenden H. 2017. Hubungan Sumber Informasi dan Sikap Sadari pada
Siswi SMAN 2 Surakarta, KTI. Diunduh pada tanggal 26 Juli
2018, pukul 04.20 Wita

Sulastri, Romadani. 2014. Efektifitas Promosi Kesehatan Sebagai


Deteksi Dini Kaker Serviks Untuk Menurunkan Angka
Kematian. Diunduh tanggal 20 Mei 2018, pukul 06.30 WITA

Taufia, Dina. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim Metode IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang. Diunduh tanggal 20 Mei 2018, pukul 06.20
WITA

WHO. 2017. Angka Kejadian Kanker Serviks di Asia Tenggara. Diunduh


tanggal 21 Mei 2018, pukul 20.15 WITA.

Yayasan Kanker Indonesia. 2017. Penderita Kanker di Indonesia Tahun


2017. Diakses tanggal 26 Mei 2018, pukul 14.25 WITA

Yusuf, Efendi. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan.


Jakarta: Bumi Aksara
Lampiran 1
VALIDITAS KUISIONER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
3 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12
4 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 9
5 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12
6 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12
7 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11
8 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
12 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11
13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14
14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
15 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
16 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11
17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13
18 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 10
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
22 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11
23 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13
24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
25 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
26 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
28 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 10
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.47914 0.39223 0.51549 0.4287 0.47914 0.71154 0.53932 0.47914 0.53932 0.41931 0.53932 0.84984 0.47914 0.38516 1
Lampiran 2
MASTER TABEL
No. Responden Nama Responden Umur Responden Pendidikan Pekerjaan pre-test kode post-test kode
1 Ny. F 23 SMA Honorer kurang 2 baik 1
2 Ny. G 25 SMA Wiraswasta kurang 2 baik 1
3 Ny.T 28 SMP IRT kurang 2 baik 1
4 Ny. H 33 SMP Wiraswasta kurang 2 baik 1
5 Ny. Y 36 SD IRT kurang 2 kurang 2
6 Ny. U 29 SMP IRT baik 1 baik 1
7 Ny. K 18 SMA Honorer kurang 2 baik 1
8 Ny. J 31 SD IRT baik 1 baik 1
9 Ny. Y 30 SD Petani baik 1 baik 1
10 Ny. O 35 SMP IRT kurang 2 baik 1
11 Ny. D 22 SD IRT kurang 2 baik 1
12 Ny. H 34 SMP Petani baik 1 baik 1
13 Ny. J 43 Tidak Sekolah Petani baik 1 baik 1
14 Ny. L 29 SD IRT kurang 2 baik 1
15 Ny. G 33 SMP Petani baik 1 baik 1
16 Ny. S 19 SMA Honorer baik 1 baik 1
17 Ny. S 28 SD Petani kurang 2 kurang 2
18 Ny. B 26 SMA Wiraswasta kurang 2 baik 1
19 Ny. P 39 SD Petani baik 1 baik 1
20 Ny. A 34 SD Petani baik 1 baik 1
21 Ny. L 38 SD IRT kurang 2 kurang 2
22 Ny. M 30 SD IRT kurang 2 kurang 2
23 Ny. T 34 SMP Petani baik 1 baik 1
24 Ny. E 18 SMA Wiraswasta kurang 2 baik 1
25 Ny. S 29 SMP Petani baik 1 baik 1
26 Ny. A 32 SD IRT kurang 2 baik 1
27 Ny. B 27 SMA Wiraswasta kurang 2 baik 1
28 Ny. Y 26 SMP Petani baik 1 baik 1
29 Ny. D 39 SMP IRT baik 1 baik 1
30 Ny. T 40 SD IRT kurang 2 baik 1
31 Ny. F 40 SMP IRT kurang 2 baik 1
32 Ny. G 47 Tidak Sekolah Petani kurang 2 kurang 2
33 Ny.T 47 Tidak Sekolah IRT kurang 2 kurang 2
34 Ny. H 46 SD IRT kurang 2 baik 1
35 Ny. Y 48 Tidak Sekolah Petani kurang 2 kurang 2
36 Ny. U 43 SD IRT kurang 2 baik 1
37 Ny. K 46 SD IRT kurang 2 baik 1
38 Ny. J 45 SD IRT kurang 2 baik 1
39 Ny. Y 43 SD IRT kurang 2 baik 1
40 Ny. O 35 SD IRT kurang 2 baik 1
41 Ny. D 46 SD Petani kurang 2 baik 1
42 Ny. H 49 Tidak Sekolah IRT kurang 2 kurang 2
43 Ny. J 35 SMP IRT kurang 2 baik 1
44 Ny. L 42 SD IRT kurang 2 baik 1
45 Ny. G 41 SD Petani kurang 2 baik 1
Keterangan 1 = Baik
2 = Kurang
Lampiran 3

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre-test iva * post-test iva 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%

pre-test iva * post-test iva Crosstabulation


Count
post-test iva
baik kurang Total
pre-test iva baik 12 1 13
kurang 25 7 32
Total 37 8 45

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
a
McNemar Test .000
N of Valid Cases 45
a. Binomial distribution used.
Lampiran 4

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan tidak keberatan dan bersedia menjadi

responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh Ni Wayan Sumantari

dari Program Studi Ilmu Kebidanan Poltekkes Kendari dengan judul

penilitian Pengaruh Keterpaparan Informasi terhadap perilaku wanita usia

subur dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA) di desa Karemotingge Kecamatan Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018. Saya juga sudah mendapat

penjelasan tentang penilitian yang dilakukan.

Karemotingge, Juli 2018

Peneliti Responden

(Ni Wayan Sumantari) ( )


Lampiran 9

KUISIONER

PENGARUH KETERPAPARAN INFORMASI TERHADAP PERILAKU


WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER
RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT
(IVA) DI DESA KAREMOTINGGE KECAMATAN
TIRAWUTA KABUPATEN KOLAKA TIMUR

TAHUN 2018

No. Responden :….

Tanggal :…/…/…..

I. Identitas Responden

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

d. Pekerjaan :

Ibu Rumah Tangga

Petani

Wiraswasta

Honorer
(Lanjutan)

PRE TEST

Faktor keterpaparan informasi ibu tentang deteksi dini kanker serviks

menggunakan metode IVA

Berilah tanda (√) pada kotak yang tersedia di bawah ini yang merupakan

jawaban yang sesuai dengan yang ibu alami.

Apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks dan

pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)?

Ya

Tidak

Jika responden menjawab Ya, maka responden melanjutkan untuk

menjawab pertanyaan di bawah ini.

1. Apakah yang dimaksud dengan kanker serviks?

a. Penyakit yang menyebabkan vagina kering

b. Penyakit yang menyerang leher rahim

c. Penyakit ganas yang disebabkan oleh bakteri dan menyerang

rahim

2. Apa saja gejala kanker serviks?

a. Sakit perut dan perdarahan pada vagina

b. Mual, muntah dan keputihan yang keluar terus-menerus

c. Keputihan yang keluar terus-menerus dan perdarahan setelah


berhubungan intim
3. Wanita menjadi lebih mudah menderita kanker serviks apabila?
a. Berganti-ganti pasangan seksual
b. Tidak merokok
c. Tidak berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun
(lanjutan)

4. Penyebab kanker serviks adalah?

a. Bakteri

b. HPV

c. Kuman

5. Bagaimana cara mencegah kanker serviks?

a. Olahraga secara teratur

b. Periksa IVA dan minum jamu

c. Vaksinasi dan periksa IVA

6. Manfaat pemeriksaan awal kanker serviks?

a. Meningkatkan kunjungan puskesmas

b. Menyembuhkan kanker serviks

c. Menemukan adanya gejala kanker pada leher rahim

7. Usia wanita yang paling beresiko terkena kanker serviks adalah?

a. 15-20 tahun

b. 25-35 tahun

c. 40-50 tahun

8. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya gejala kanker serviks adalah?

a. Cek darah

b. Pemeriksaan IVA

c. Pemeriksaan HPV

9. Mengapa berganti-ganti pasangan dapat meningkatkan resiko untuk

terkena kanker serviks?

a. Karena hubungan seks dapat menularkan darah yang terinfeksi


(lanjutan)

b. Karena dengan banyak pasangan kemungkinan untuk tertular HPV

semakin besar

c. Karena dengan bersentuhan saja sudah menularkan HPV

10. Apakah pengertian IVA?

a. Pemeriksaan kandungan

b. Pemeriksaan leher rahim

c. Pemeriksaan vagina

11. Apakah manfaat pemeriksaan IVA?

a. Mendeteksi kehamilan

b. Mencegah vagina kering

c. Mendeteksi gejala awal kanker serviks

12. Kapan sebaiknya seorang wanita mulai melakukan pemeriksaan IVA?


a. Saat menjelang menopause
b. Segera setelah menikah/ melakukan hubungan seksual
c. Saat sedang hamil
13. Berapa kali sebaiknya seorang wanita melakukan pemeriksaan IVA?
a. 3 tahun sekali
b. 2 kali seumur hidup
c. 6 tahun sekali
14. Pemeriksaan IVA dilakukan pada bagian?
a. Perut
b. Leher rahim
c. Rahim
15. Kapan hasil tes IVA dapat diketahui?
a. Satu menit setelah dilakukan pengolesan asam asetat
b. Seminggu setelah pemeriksaan
c. Sebulan setelah pemeriksaan
(lanjutan)

POST TEST

Berilah tanda (√) pada kolom jawaban SS, S, TS atau STS sesuai dengan

pendapat ibu.

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS

Ibu bersedia melakukan pemeriksaan IVA

1. setelah mengetahui tentang bahaya kanker

serviks

Ibu tidak malu dan bersedia untuk diperiksa IVA


2.
oleh petugas terlatih di Puskesmas
Lampiran 10

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 & 2. Kegiatan Penyuluhan

Gambar 3 & 4. Pembagian Kuisioner


Gambar 5. Persiapan Alat dan Bahan untuk Pemeriksaan IVA

Gambar 6. Pemeriksaan IVA


Gambar 7 & 8. Hasil Pemeriksaan IVA

Gambar 9 & 10. Hasil Pemeriksaan IVA

Anda mungkin juga menyukai