Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN SIKAP IBU DALAM


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MAROWO

NURUL ULFIANTI MUSILI


NIM. 16010028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA MANDIRI POSO
2020

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN SIKAP IBU DALAM


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MAROWO

PROPOSAL

NURUL ULFIANTI MUSILI


NIM. 16010028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA MANDIRI POSO
2020

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurul Ulfianti Musili

Nim : 16010028

Menyatakan dengan benar bahwa proposal ini saya susun tanpa tindakan

plagiarisme sesuai dengan ketentuan yang berlaku di STIKes Husada Mandiri

Poso. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya

bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh STIKes

Husada Mandiri Poso kepada saya.

Poso, 09 Juni 2020

Meterai

Nurul Ulfianti Musili


PERNYATAAN ORISINALITAS

Proposal ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nurul Ulfianti Musili

Nim : 16010028

Tanda Tangan : Meterai


PERNYATAAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan Oleh :

Nama : Nurul Ulfianti Musili

Nim : 16010028

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Proposal : Hubungan Motivasi Dengan Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI

Eksklusif Di Wilayah Puskesmas Marowo

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh sarjana pada

program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Husada Mandiri Poso.

DEWAN PENGUJI

Penguji : Ferdy Lainsamputty, M.S., Ns. (...................)

Pembimbing I : Ni Made Dewi Susanti, S.Kep., Ns., M.Kes. (………......)

Pembimbing I : Anggri Alfira Yunita Assa, S.Kep., M.M. (…………...)


Ditetapkan di : STIKes Husada Mandiri Poso

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang, karena hanya dengan limpahan Rahmat-nya lah saya dapat

menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu dengan judul “Hubungan

Motivasi dengan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Marowo”. Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Huasada Mandiri Poso.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyelesaian proposal ini. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Terima kasih kepada kedua orang tua saya Syam Musili dan Hesty Lantang

yang telah mendidik dan membesarkan saya sehingga menjadi seperti

sekarang, dan selalu mendukung dan memberikan nasehat serta motivasi

kepada saya, dan tidak lupa pula kepada tante saya Murniwati yang telah

memberikan saya semangat, nasehat serta dukungan dalam mengerjakan

proposal ini.

2. Tasnim Mahmud, S.Kep., Ns., M.M. selaku Ketua Yayasan STIKes Husada

Mandiri Poso.
3. Ferdy Lainsamputty, M.S., Ns. selaku penguji proposal saya terima kasih atas

waktunya.

4. Ni Made Dewi Susanti, S.Kep., Ns,. M.Kes. selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan

banyak masukan dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Anggri Alvira Yunita S.Kep,. M.M. selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingannya dengan sangat baik

dan banyak memberikan masukan dalam menyelesaikan proposal ini.

6. Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Husada Mandiri

Poso yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan di

Program Studi Ilmu Keperawatan.

7. Saudara kandung saya Alfi Musili yang tak henti-hentinya memberikan

dukungan kepada saya.

8. Teman-teman seperjuangan Angel, Tanti, Elsye, Grace, Ruslin, Ulfia, Yuyun,

Vidya, Radovan, Veni, dan selvida yang telah mensuport selama dalam

pembuatan proposal ini dan tak lupa juga untuk teman-teman seangakatan

2016 lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang saling

menyemangati, mendengar keluh kesah dan selalu membantu memberikan

semangat yang tak hentinya dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai

pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal

ini bisa memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan


khususnya di bidang kesehatan, dan amal yang baik yang diberikan oleh

semua pihak pasti akan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT,

Amin.

Poso, Juni 2020

Peneliti,

Nurul Ulfianti Musili


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARIMSE......................................................iii

PERNYATAAN ORISINILITAS....................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................vi

KATA PENGANTAR......................................................................................vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ………...........................................................................xii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................5

C. Tujuan Penelitian..................................................................................5

1. Tujuan Umum.................................................................................5

2. Tujuan Khusus................................................................................5

D. Manfaat Penelitian................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teoritis Tentang Motivasi Ibu.................................................7

1. Pengertian Motivasi........................................................................7

2. Jenis Motivasi.................................................................................8

3. Tujuan Motivasi..............................................................................9

4. Fungsi Motivasi..............................................................................9

5. Pengukuran Motivasi……………………………………………..10

6. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi……………………………11

B. Konsep Teoritis Tentang Sikap Ibu…………………………..……….11


1. Pengertian Sikap.............................................................................11

2. Struktur sikap..................................................................................12

3. Ciri-Ciri Sikap.................................................................................13

4. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap……………………………….13

5. Pengukuran Sikap…………………………………………………14

C. Konsep Teoritis Tentang ASI Eksklusif...............................................15

1. Pengertian Air Susu Ibu..................................................................15

2. Pengertian ASI Eksklusif................................................................16

3. Pemberian ASI Menurut Stadium Laktasi………………………...16

4. Manfaat ASI Eksklusif……………………………………………17

5. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif…………. 19

6. Klasifikasi Menyusui…………………………………………….. 22

7. Pemberian ASI Eksklusif………………………………………… 23

8. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui……………….25

D. Keaslian Penelitian................................................................................ 26

E. Kerangka Teori..................................................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Penelitian..............................................................................30

B. Hipotesis........ .......................................................................................31

C. Definisi Operasional.............................................................................32
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian..................................................................................34

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling...............................................34

C. Variabel Penelitian................................................................................37

D. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................37

E. Instrumen Penelitian.............................................................................37

F. Etika Penelitian.....................................................................................39

G. Uji Keabsahan Data.............................................................................41

H. Tehnik Pengumpulan Data....................................................................42

I. Pengolahan Data...................................................................................43

J. Analisa Data .......................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................46
DAFTAR GAMBAR

Gambar Kerangka Teori...................................................................................29

Gambar Kerangka Konsep ...............................................................................30


DAFTAR TABEL

Tabel Definisi Operasional...............................................................................32


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Permohonan Izin Menggunakan Kuesioner


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, karena

kandungan gizinya sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI mudah dicerna, karena selain

mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk

mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. The American

Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama dan selanjutnya minimal selama 1 tahun. World health organization

(WHO) dan United Nations Emergency Children’s fund (UNICEF)

merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan, menyusui dalam 1 jam

pertama setelah melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, dan tidak

menggunakan botol atau dot [CITATION Org13 \l 1033 ].

Bayi pada awal bulan paling berisiko terhadap berbagai penyakit, ASI

eksklusif membantu melindungi terhadap diare dan infeksi lainnya. ASI dapat

menurunkan angka infeksi saluran pernafasan bawah, otitis media (infeksi

pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran

Kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis. ASI diberikan minimal enam

bulan tanpa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) inilah yang disebut

dengan ASI eksklusif [ CITATION Pro10 \l 1033 ].


Pencapaian 6 bulan ASI eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi

menyusui dini dalam satu jam pertama. UNICEF menyatakan bahwa 30.000

kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap

tahun bisa bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif. Selain itu

kegagalan pemberian ASI eksklusif menyebabkan jumlah sel otak sebanyak

15-20% sehingga menghemat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap

selanjutnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Sejumlah kepedulian juga datang dari masyarakat yang menyadari

tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi yang bergabung dalam

Kelompok Pendukung ASI (KP ASI) diantaranya yaitu Asosiasi Ibu

menyusui Indonesia (AIMI) yang telah bekerja sama dengan WHO dan

UNICEF. Selain itu juga tersedia rumah menyusui yang merupakan salah satu

rangkaian dalam kampanye Peduli Kesehatan ibu dan anak terutama dalam

pemberian ASI Eksklusif (Dirjen Bina Gizi Kia, 2014).

Data WHO (2016), menunjukkan cakupan ASI Eksklusif pada bayi usia

0-6 bulan di seluruh dunia sebesar 39%. Sedangkan cakupan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia berdasarkan data dan informasi

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 masih rendah yakni sebesar 65,16% di

mana target pencapaian pemberian ASI Eksklusif menurut WHO harus

sebesar 80% (Kemenkes RI, 2018).

Masalah yang berhubungan dengan menyusui biasanya merupakan

momok tersendiri bagi ibu yang menyusui. Hal ini menjadikan ibu malas

untuk menyusui bayinya. Tetapi ketika ibu sudah dibekali oleh pengetahuan
dan motivasi yang bagus tentang cara mengatasi masalah menyusui, ibu tidak

perlu merasa cemas untuk memberikan ASI pada bayinya. Keberhasilan dari

menyusui dapat berasal dari motivasi ibu yang kuat. Oleh karena itu, harus

senantiasa tertanam motivasi dalam setiap diri ibu untuk dapat menyusui

bayinya sendiri. Ibu juga perlu mengetahui manfaat dari ASI, sehingga ibu

akan selalu semangat dalam menyusui bayinya [ CITATION Ast10 \l 1033 ].

Upaya untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI Eksklusif tersebut

masih cukup kurang. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) pada tahun 2013

menunjukkan, cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia baru mencapai

angka 42%. Meski menunjukkan tren kenaikan jika dibanding dengan hasil

Riskesda 2007, angka cakupan ASI Eksklusif masih dinilai jauh dari harapan.

Berdasarkan Penelitian sebelumnya kegagalan pemberian ASI

Eksklusif salah satunya disebabkan rendahnya motivasi ibu dalam pemberian

ASI Eksklusif. Proses pemberian ASI bergantung pada banyak hal yaitu

kebutuhan, harapan, minat, dukungan keluarga, lingkungan, imbalan yang

kesemuannya memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan

motivasi sehingga ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya sampai 6 bulan

[ CITATION Tau11 \l 1033 ].

Imbalan dapat memotivasi ibu dalam melaksanakan ASI Eksklusif

karena dapat menghemat biaya karena tidak perlu membeli susu formula.

Imbalan yang positif akan semakin memotivasi ibu untuk melaksanakan ASI

Eksklusif dan menyusui bayinya [ CITATION Sul11 \l 1033 ].


Dari data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 menunjukan bahwa sebanyak 27% bayi di Indonesia mendapatkan ASI

Eksklusif sampai dengan umur 4-5 bulan. Sedangkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013, angka pemberian ASI Eksklusif pada bayi berumur

0-6 bulan hanya mencapai angka 30,2%. Angka yang relative masih sedikit,

padahal dengan ASI dan menyusui baik ibu dan bayinya akan mendapatkan

banyak manfaat. Bahkan hal ini juga berimbas ke lingkungan, masyarakat,

bangsa, dan Negara (Kemenkes RI, 2013).

Hasil penelitian Maulida (2013) tentang analisis motivasi ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif didapatkan hasil bahwa dari 34 ibu yang

memberikan ASI Eksklusif sebagian besar motivasi ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif pada kategori sedang sebanyak 21 responden (43,7% ) dan dan

sebagian kecil pada kategori tinggi sebanyak 13 responden (27,1% ).

Sedangkan dari penelitian lain di dapatkan hasil motivasi ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif pada kategori motivasi Intrinsik dengan tidak baik

sebanyak 30 responden (56,6%) dan kategori baik sebanyak 23 responden

(43,4%).

Beberapa pernyataan dari hasil wawancara dengan salah satu bidan

setempat di wilayah kerja puskesmas tersebut, menyatakan bahwa sebagian

besar ibu yang mempunyai bayi usia 6 bulan yang aktif melakukan kunjungan

posyandu ternyata bayinya telah dibarengi dengan pemberian susu formula

dan makanan tambahan lainnya sejak usia 3 bulan dengan anggapan kurang

setuju jika hanya diberikan ASI. Tidak hanya itu, faktor kurang motivasi dari
suami dan keluarga kepada ibu yang memberi ASI sehingga dapat

menyebabkan gagalnya dalam memberikan ASI Eksklusif, selain itu karena

alasan keterbatasan waktu dalam memberikan ASI akibat puting susu lecet,

rasa tidak nyaman pada payudara ketika menyusui dan beberapa ibu yang

pekerja lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya.

Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa kurangnya

kesadaran ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sesuai

anjuran pada usia 0-6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan lain.

Pemberian ASI secara Eksklusif dapat menekan angka kematian bayi. Oleh

karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan motivasi dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Marowo.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan dalam latar belakang masalah diatas, dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan

yang signifikan antara motivasi dengan sikap ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Marowo?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan sikap ibu dalam pemberian

ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas marowo.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran motivasi ibu di wilayah kerja Puskesmas

Marowo.

b. Untuk mengidentifikasi Sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di

wilayah Kerja Puskesmas Marowo.

c. Untuk mengetahui Hubungan yang signifikan antara Motivasi dengan

sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pelaksana program

kesehatan ibu dan anak (KIA) dan kader-kader posyandu untuk dapat

memberikan komunikasi, informasi dan edukasi secara berkala tentang

pemberian ASI Eksklusif sehingga diupayakan pemberian dan pencapaian

target ASI Eksklusif secara lebih baik lagi.

2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai tambahan bahan

bacaan dan referensi khususnya bidang keperawatan maternitas dalam

rangka peningkatan motivasi dan sikap dalam pencapaian target pemberian

ASI Eksklusif dengan mengembangkan pendidikan kesehatan terkait

program kesehatan ibu dan anak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada

peneliti dan menambah ilmu pengetahuan dan menjadi pedoman sumber


bacaan untuk peneliti selanjutnya khususnya dalam target pencapaian

pemberian ASI Eksklusif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretis Tentang ASI Eksklusif

1. Pengrtian Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) merupakan bahan makanan utama bayi yang

disekresikan oleh kelenjar payudara ibu yang berupa suatu emulsi lemak

dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik (Soetjiningsih,

2011). ASI juga dapat dimengerti sebagai minuman alami yang sangat

diperlukan bayi dalam masa awal hidupnya utamanya dalam beberapa

bulan di awal kehidupannya. Kemudian Devi [CITATION Dev12 \n \t \l 1033

] juga mengumumkan bahwa ASI merupakan suatu bahan makanan bagi

bayi selama dua tahun pertama kehidupannya yang Allah ciptakan bahan

makanan tersebut keluar melalui payudara seorang ibu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ASI

merupakan suatu bahan makanan alami bagi seorang bayi dan

mengandung banyak zat gizi yang diciptakan Allah melalui perantara

seorang ibu, dimana bahan makanan tersebut dikeluarkan melalui

payudara ibu dan berguna untuk menunjang kehidupan si bayi hingga dua

tahun pertama kehidupannya terutama pada beberapa bulan awal masa

kehidupannya.
2. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan

seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air putih dan tanpa tambahan

makanan seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim

(Arini, 2012).

ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi

sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI

dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (maryunani, 2012). ASI

Esklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman

lain. ASI Eksklusif di anjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan

(Depkes RI, 2017).

3. Pemberian ASI Menurut Stadium Laktasi

a. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar

payudara dari diterima bayi bersifat kental, berwarna kekuningan, dan

lengket. Biasanya kolostrum muncul hingga hari ketiga atau hari

keempat setelah bayi lahir. Kolostrum mengandung tinggi protein

(imunoglobulin), laktosa, lemak, mineral, vitamin, dan zat lainnya.

Kandungan imunoglobulin (IgA, IgG, IgM) kolostrum merupakan


yang paling tinggi di bandingkan dengan ASI Transisi dan ASI matur

sehingga memberikan efek proteksi dari antibodi yang paling tinggi.

Selain itu, efek menguntungkan lainnya dari kolostrum adalah sebagai

pembersih usus bayi dari mekonium dan membantu agar saluran

pencernaan bayi lebih siap dalam menghadapi bahan makanan

selanjutnya (Dewi dan Sunarsih, 2011).

b. ASI Transisi atau Peralihan

Merupakan cairan ASI yang keluar setelah kolostrum, yakni kira-kira

pada hari keempat sampai sepuluh. Pada fase ini, protein akan

menurun, namun karbohidrat dan lemak akan meningkat jumlahnya.

Semakin berjalannya waktu, maka volume ASI pun akan meningkat

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

c. ASI Matur

Merupakan cairan ASI yang berwarna putih kekuningan dikarenakan

mengandung ca-caseinat, riboflavin dan karoten dan disekresikan

mulai hari kesepuluh hingga seterusnya. Kandungan dalam ASI matur

relatif konstan dan semakin menyesuaikan dengan kondisi bayi,

dimana semakin tinggi laktosa, lemak 10 dan nutrisi sehingga

membuat bayi menjadi lebih cepat kenyang. Faktor-faktor antimikroba

juga terdapat didalamnya misalnya sel-sel limfosit, protein,

komplemen, enzim-enzim dan lain-lain (dewi dan Sunarsih, 2011).

4. Manfaat ASI Eksklusif


Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan morbiditas

(angka terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah

dibanding dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Anak yang sehat

tentu lebih berkembang kepandaiannya dibanding dengan anak lebih

sering sakit terutama bila sakitnya berat. Perkembangan kecerdasan sangat

berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang

mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah gizi yang diterima saat

pembentukan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat (Roesli, 2011).

Bayi yang sering ada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat

merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tentram, dan

terlindung. Hal ini yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang

kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya

diri (Arini, 2012).

Manfaat ASI eksklusif selama enam bulan baik untuk bayi maupun

untuk ibunya:

a. Untuk bayi

1. ASI eksklusif merupakan makanan terlengkap yang mengandung

zat gizi yang diperlukan untuk bayi.

2. Mengandung antibody yang melindungi bayi dari penyakit

terutama diare dan gangguan pernafasan.

3. Melindungi terhadap alergi karena tiding mengandung zat yang

mudah dicerna dan gizi mudah diserap.

b. Untuk ibu
1. Menambah panjang kembalinya kesuburan.

2. Mengurangi terjadinya resiko anemia.

3. Mencegah kanker.

4. Ekonomis (Astuti, 2013)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah: (1)

faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal, pendapatan keluarga,

dan status kerja), (2) faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai

wanita), (3) faktor fisik ibu (ibu yang sakit misalnya mastitis, dan

sebagainya, (4) faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat

kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian

ASI eksklusif (Arini, 2012).

Menurut Roesli (2011) alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya adalah ASI tidak cukup, ibu bekerja dengan cuti hanya 3

bulan, takut ditinggal suami, susu formula lebih praktis dibandingkan

dengan ASI. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam

menyusui bayinya, antara lain: faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu

terhadap ASI dan promosi susu formula dan makanan tambahan yang

mempunyai pengaruh terhadap pemberiaan ASI. Pengaruh tersebut dapat

memberikan dampak negative maupun dampak positif dalam

memperlancar pemberiaan ASI ekslusif (Maryunani, 2012).


Berikut beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI

ekslusif menurut beberapa hasil penelitian, dapat dirangkum dalam

penjelasan berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sesuatu hal.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu,

pengindraan melalui pancaindra manusia, yakni penglihatan, penden

garan, penciuman dan rasa raba. Pengetahuan/kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoadmojo, 2010).

b. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Manisfestasi sikap yaitu tidak

dapat dilihat tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari yang tertutup.

Menurut penelitian

bahwa dalam pemberian ASI Eksklusif 63,1 % umumnya pada ibu

dengan sikap yang kurang baik, dan ada faktor lain yang

mempengaruhinya yaitu adat istiadat berupa pantangan-pantangan

tertentu seperti pantangan makan makanan yang kecut dan pedas

selama menyusui untuk mencegah sakit perut bayinya, selain itu

frekuensi pemberian ASI 71,1% ketika bayi membutuhkannya, 10,3%

terjadwal (3-4 kali dalam sehari) dan 18,6% tidak tentu. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap bukan merupakan suatu faktor yang mutlak

untuk melakukan tindakan, tetapi tidak terlepas dari faktor lain seperti

pengetahuan, budaya dan adat istiadat.

c. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2011), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas

atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga me mperoleh

penghasilan untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya.

d. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran

bayi dalam keadaan hidup dengan usia kehamilan >28 minggu.

Menurut Iskandar (2011) menyatakan bahwa hubungan paritas dengan

pemberian ASI eksklusif yang dilakukan di daerah pedesaan Jawa dan

Bali serta di Sumatra dan daerah lainya di tanah air, menyebutkan

bahwa jumlah paritas tinggi cenderung tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan paraitas rendah. Hal ini

sesuai dengan penelitian Tiniat (2009) menunjukkan bahwa ibu dengan

paritas lebih dari satu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya

dibandingkan dengan ibu paritas satu.dalam penelitiannya mengatakan

bahwa dengan ibu memiliki anak yang banyak serta memiliki jarak

kelahiran yang dekat maka ibu tidak memiliki waktu untuk menyusui

anaknya apalagi bayi sudah usia 6-12 bulan maka kebanyakan ibu

memberikan makanan tambahan kepada bayinya karena mereka lebih


percaya bahwa dengan memberikan makanan tambahan pada

dukungan suami.

Menyusui bukan semata-mata tanggung jawab ibu yang

melahirkan bayinya saja. Fungsi ibu dalam menyusui bayi tidak dapat

digantikan oleh suami, tetapi suami juga memiliki peran penting

memberikan dukungan bagi ibu untuk mencapai keberhasilan

menyusui. Hasil penelitian Kurniawan (2013), terdapat hubungan

antara variabel dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif.

6. Klasifikasi Menyusui

Ketika berbicara mengenai ASI, maka hal tersebut tidak bisa

dipisahkan dari menyusui. Berikut ini terdapat tiga jenis variasi dalam

proses menyusui dibedakan atas dasar ada atau tidaknya zat tambahan

makanan atau minuman lain serta substansinya yang diberikan ke bayi

dalam selama proses menyusui, diantaranya yaitu:

a. Menyusui Eksklusif

Merupakan suatu kondisi dimana bayi hanya di berikan asupan ASI

saja tanpa disertai bahan tambahan lainnya kecuali obat, vitamin, atau

mineral (WHO, 2006). Lebih jelasnya lagi, yaitu selama 24 jam

pertama bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan yang lain

(Riskesdas, (2010) dalam Kemenkes RI, 2014).

b. Menyusui Predominan
Menurut Riskesdes (2010) dalam Kemenkes RI (2014) merupakan

suatu kondisi dimana bayi masih disusui namun selama 24 jam

pertama sejak kelahiran pernah diberikan zat tambahan lain selain ASI,

misal air putih, atau teh.

c. Menyusui Parsial

Merupakan susu kondisi dimana bayi tetap diberi ASI namun juga

diberikan makanan buatan selain ASI pada saat usianya sebelum 6

bulan, baik sacara terus menerus atau tidak (Riskesdes, 2010 dalam

Kemenkes RI, 2014).

7. Pemberian ASI Eksklusif

Pengertian ASI Eksklusif menurut PP RI No 33 Tahun 2012

Pemberian ASI Eksklusif yaitu bayi hanya diberikan ASI saja mulai sejak

dilahirkan sehingga berusia 6 bulan tanpa tambahan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain (Kemenkes RI, 2012). Adapun durasi

pemberian ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh WHO dan

Pemerintah RI yakni selama 6 bulan pertama semenjak bayi dilahirkan,

kemudian pemberian ASI diteruskan hingga anak berusia 6 tahun.

Rekomendasi tersebut diambil berdasarkan keefektifan yang dimiliki

oleh ASI eksklusif dalam menangkal penyakit-penyakit terutama untuk

bayi (Kemenkes RI, 2014). Para ahli mengemukakan bahwa hingga 6

bulan pertama manfaat ASI terus meningkat, sehingga akan sangat baik

jika ASI saja yang diberikan pada bayi periode tersebut dan bayi yang
sehat kebutuhan asupannya sudah dapat tercukupi meskipun dengan

diberikan ASI saja (Roesli, 2012).

Meningkat begitu pentingnya ASI eksklusif, maka pemerintah

Indonesia pun sangat mendukung penuh hal ini. Agar ibu merasa

terlindungi dan aman memberikan ASI Eksklusif kepada bayi, Pemerintah

Indonesia membentuk beberapa peraturan untuk mendukung dan

menunjang kelancaran proses pemberian ASI Eksklusif oleh ibu,

diantaranya yaitu:

a. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

b. PP RI No 33 tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif

c. Kemenkes RI No 450/MENKES/IV/2004 Tentang pemberian air susu

Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia.

Pemberian ASI Eksklusif merupakan suatu perilaku kesehatan yang

dilakukan oleh seorang Ibu, dimana terdapat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo

(2010), Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi manusia dalam

melakukan suatu perilaku diantaranya yaitu:

a. Faktor Predisposisi (predisposing faktor)

Faktor ini merupakan faktor yang dapat mendasari atau memotivasi

seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Faktor predisposisi ini

meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai. Pengetahuan tidak

selalu mutlak dapat memberikan perubahan perilaku, namun hubungan

positif diantara keduanya sudah terbukti dalam beberapa penelitian.


Tidak hanya itu saja, umur, tingkat pendidikan dan keterpaparan

informasi termaksud dalam faktor predisposisi (Abdulah, 2012).

Misalnya, seorang ibu memiliki pengetahuan tentang pemberian ASI

Eksklusif pada bayi, maka besar kemungkinan akan tergerak untuk

memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. Terlebih lagi Haryani

(2014), menambahkan bahwa faktor pekerjaan, paritas, nilai sosial

budaya, persepsi dan kebiasaan termaksuk dalam faktor predisposisi.

b. Faktor pemungkin (enabling faktor)

Faktor ini meliputi keterampilan dan ketersediaan sarana dan prasarana

yang diperlukan untuk menunjang terjadinya sesuatu perilaku

kesehatan. Keterampilan yang dimaksud yakni misalnya keterampilan

tenaga kesehatan, sedangkan untuk sarana dan prasarana misalnya

fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan biaya dan jarak untuk

mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, jam operasional

pelayanan kesehatan, ketersediaan fasilitas menyusui ditempat bekerja,

lama meninggalkan bayi dan lain-lain (Abdul, 2010).

c. Faktor penguat (reinforcing faktor)

Faktor ini merupakan faktor yang menitiberatkan pada umpan balik

atau feedback yang biasanya dari pihak sekitar ibu, yang dapat berupa

penilaian positif atau negatif dan kemudian nantinya dapat menentukan

bahwa perilaku kesehatan ini mendapat dukungan atau tidak. Pihak

penguat yang dimaksud misalnya dari pihak keluarga, petugas

kesehatan, masyarakat, dukungan dari tempat bekerja, dan lain-lain.


8. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)

Untuk mewujudkan keberhasilan dalam menyusui ASI Eksklusif,

maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan utamanya oleh ibu

dalam tenega kesehatan yang tertuang dalam sepuluh langka menuju

keberhasilan menyusui yakni (IDAI, 2013):

a. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang

penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.

b. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri

atau lainnya.

c. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah

keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita

infeksi HIV Positif.

d. Melakukan kontak dan menyesui dini bayi yang baru lahir (1/2-1 jam

setelah lahir).

e. Membantu ibu melakukan tehnik menyusui yang benar (posisi

peletakkan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara).

f. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi

lahir.

g. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi.

h. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi.

i. Tidak memberi dot/compeng.


j. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan

kesehatan.

B. Tinjauan Teoritis Tentang Motivasi Ibu

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan

atau menggerakan. Motivasi adalah kondisi fisiologi dan psikologi yang

terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas tertentu guna untuk mencapai satu tujuan atau kebutuhan (Djaali,

2010). Motivasi merupakan pemberian daya penggerak yang menciptakan

kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif

dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.

(Hasibuan, 2012).

Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang

untuk berusaha memenuhi tujuan, kebutuhan, dalam upaya untuk

menciptakan keseimbangan kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam

bentuk perilaku (Syasra, 2011). Berdasarkan beberapa pendapat di atas di

simpulkan bahwa motivasi adalah daya dalam diri individu sebagai

pendorong maupun penggerak yang melatarbelakangi individu untuk

berperilaku dalam mencapai tujuan guna memenuhi kebutuhan psikis

maupun fisiknya. Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan orang

lain yang berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam dalam


bekerja. (Purwanto, 2010) menyebutkan bahwa motivasi mengandung tiga

komponen pokok, yaitu:

a. Menggerakan yang berarti menimbulkan kekuatan pada individu dan

memimpin seseorang untuk bertindak.

b. Mengarahkan untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan

sekitar harus menguatkan (reinforce) itensitas, dorongan-dorongan dan

kekuatan-kekuatan individu atau menyalurkan tingkah laku. Dengan

demikian menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu

diarahkan terhadap sesuatu.

Berdasarkan beberapa definisi dan komponen pokok diatas dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan satu dorongan atau daya tarik

yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku seseorang pada suatu

perbuatan atau pekerjaan guna untuk mencapai keberhasian.

2. Jenis Motivasi

Menurut (Hasibuan, 2012), motivasi dapat dikelompokan menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Motivasi positif (insentif positif), merupakan suatu dorongan untuk

meningkatkan motivasi seseorang dengan memberikan reinforcement

positif kepada orang lain sebagai hadiah, seperti contoh: seorang

manajer bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang

berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan


akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima

yang baik-baik saya.

b. Motivasi negatif (insentif negatif), merupakan suatu dorongan untuk

meningkatkan motivasi seseorang dengan memberikan reinforcement

negatif kepada orang lain sebagai hukuman, contohnya seorang

manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada

mereka yang pekerjannya kurang baik. Dengan memotivasi secara

negatif semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat,

karena rasa takut akan di hukum.

3. Tujuan Motivasi

Secara khusus untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui meliputi

umur, pendidikan, pekerjaan, mengetahui tingkat ekonomi (pendapatan)

ibu menyusui secara eksklusif yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan.

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah

seseorang agar timbul keinginan dan kemaunnya untuk melakukan sesuatu

sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu

(Purwanto, 2012). Tindakan memotivasi akan lebih berhasil jika tujuannya

jelas dan di dasari oleh yang di motivasi serta sesuai dengan kebutuhan

orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang memberikan
motivasi harus mengenal dan memahami latar belakang kehidupan,

kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan di motivasi.

4. Fungsi Motivasi

Menurut (Setiawati, 2012), beberapa fungsi motivasi yaitu sebagai

berikut:

a. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat.

Fungsi motivasi di pandang sebagai pendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu. Motivasi akan menuntut individu untuk melapaskan

energi dalam kegiatannya.

b. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan.

Motivasi akan menggerakan atau menentu seseorang untuk melakukan

kegiatan yang sesuai dengan arah dan tujuan yang hendak di capai.

c. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan.

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk

memprioritas perbuatan atau kegiatan mana yang harus dilakukan guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan atau kegiatan yang

tidak bermanfaat atau mendukung tujuan tersebut.

d. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi.

Pencapaian prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam

melakukan suatu kegiatan.

5. Pengukuran Motivasi
yang disampaikan oleh Stockdale, et al (2008), yaitu pengukuran skala

motivasi “Breasfeeding Motivational Instructional Measurement Scale”

(BMIMS). Pernyataan dalam kuesioner motivasi ini menggunakan

jawaban dengan skala likert yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang

setuju (KS), dan tidak setuju (TS), untuk pernyataan positif skor jawaban

adalah sangat setuju = 3, setuju = 2, kurang setuju = 1, setuju = 0,

sedangkan untuk pernyataan negatif skornya adalah sangat setuju = 0,

sedangkan untuk pernyataan negatif skornya adalah sangat setuju = 0,

setuju = 1, kurang setuju = 2, tidak setuju = 3, sehingga skor total dari 17

pernyataan adalah 51.

6. Faktor lain yang mempengaruhi motivasi

Handoko dalam Sopiyani (2014) mengatakan bahwa ada dua faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal motivasi yang ada pada diri seseoran sedangkan

faktor eksternal motivasi yang berasal dari dukungan orang lain.

Faktor internal terdiri dari:

a. Fisik

b. Proses mental

c. Faktor kemantangan usia

d. Keinginan dalam diri sendri


e. Pengelolaan diri

f. Tingkat pengetahuan.

Faktor eksternal terdiri dari:

a. Lingkungan

b. Penguatan/kekuatan

c. Media.

C. Tinjauan Teoritis Tentang Sikap Ibu

1. Pengertian sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek,

baik yang sifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak

dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup tersebut dan merupakan kesadaran individu untuk

menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi

(Sunaryo, 2012).

Seorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang

perbuatan tersebut positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar

ia melakukannya. Keyakinan berpengaruh pada sikap dan perilaku

seseoarang untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak. Keyakinan ini

dapat berasal dari pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan dimasa

lain dapat juga di pengaruhi oleh informasi tidak langsung mengenai

perilaku tersebut (Azwar, 2012).


2. Struktur sikap

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif

(kepercayaan), komponen emosional (perasaan) dan komponen perilaku

(tindakan). Uraian dari masing-masing komponen adalah sebagi berikut:

a. Komponen kognitif

Kepercayaan dari setiap individu tersebut sudah terpola dalam

pikirannya. Kepercayaan timbul dari apa yang kita lihat dan kita

ketahui. Kepercayaan dapat terus berkembang membentuk pengalaman

pribadi dan akan membentuk stereotype yang sudah berakar sejak lama

dan akan membentuk sikap (Aswar, 2012).

b. Komponen konatif

Komponen perilaku menunjukan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan

dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal ini didasari oleh asumsi

bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Kecendrungan berperilaku sacara konsisten, selaras dengan

kepercayaan dan perasaan yang akan membentuk sikap setiap individu

(Aswar, 2012).

3. Ciri-ciri sikap

Sikap mempunyai beberapa ciri, diantaranya sikap bukan dibawa sejak

lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu.

Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari. Dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan tertentu

yang mempermudah sikap pada orang tersebut (Wawan, 2011).

4. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap (Azwar, 2013).

a. Pengalaman pribadi.

Pengalaman pribadi akan lebih muda membentuk sikap apabila

pengelaman pribadi tesebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain.

Pada umumnya pengaruh orang lain salah satu diantara komponen

sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita angap

penting atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

c. Pengaruh kebudayaan.

Tanpa didasari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap

kita terhadap berbagai masalah, Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakat dan memberi corak pengalaman individu.

d. Media masa.

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya. Berita yang sebenarnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung berpengaruh terhadap sikap penulisnya.

e. Lembaga pendidikan dan Agama


Pendidikan dan agama berpengaruh dalam pembentukan sikap karna

kedua mempunyai konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap didasari oleh emosi. Yang berfungsi sebagai

penyaluran frustasi atau bentuk pertahanan ego. Sikap merupakan yang

sementara dengan segera berlalu, tetapi bisa juga bertahan lama.

5. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap menggunakan dari Iowa Infant feeding Attitude

Scale (IIFAS) (Twells et al, 2016), yang terdiri dari 17 item pernyataan

yang mengandung komponen kognitif (pernyataan nomor

1,2,3,5,9,10,12,13,14,15,,16), afektif (pernyataaan nomor 4,7,11), dan

konatif ( pernyataan nomor 6,8,17) dengan jawaban STS = 1 TS = 2 S = 3

SS = 4. Semua hasil penelitian tersebut kemudian akan dikategorikan

menjadi dua yaitu sikap positif = 1 jika skor ≥ 51 dan sikap negative = 2

jika skor < 51.

D. Keaslian Penelitian

1. Hubungan Dukungan Suami Dengan Sikap Ibu dalam Pemberian Asi

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten jember”.

Di dapatkan hasil bahwa jember merupakan salah satu kabupaten di

Jawa Timur yang memiliki Program Kesehatan ASI Eksklusif. Cakupan

Asi Eksklusif di Kabupaten Jember pada tahun 2012 masih rendah yaitu
32,32% jauh di bawah target yang di tetapkan Dinas Kabupaten Jember

yaitu 75%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menyatahkan

bahwa 5 puskesmas yang memiliki cakupan ASI terendah adalah

Puskesmas Arjasa sebesar 10,82%, puskesmas semboro 14,14%,

Puskesmas Ambulu 17,37%, dan puskesmas Sukorejo 18,83% (Dinas

Kesehatan Kabupaten Jember 2012).

Penelitian terdahulu menggunakan variabel bebas dukungan suami

dan variabel terikat menggunakan sikap ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif, sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel bebas

Motivasi dan variabel terikat sikap ibu, penelitian terlebih dahulu

menggunakan alat ukur Kuesioner dan skala ukur ordinal demikianpun

dengan peneliti sekarang tetap menggunakan alat ukur kuesioner dan

skala ukur ordinal, populasi yang didapatkan oleh peneliti terlebih dahulu

84 dan sampel didapatkan berjumlah 45 orang sedang penelitian sekarang

jumlah populasi 191 dan sampel yang didapatkan 64 orang.

2. Hubungan peran petugas kesehatan dengan Motivasi ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif di Desa Wonorejo Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember”.

Berdasarkan hasil penelitian ini, perawat mampu berperan dalam

memberikan informasi kepada ibi-ibu menyusui mengenai ASI eksklusif

maupun edukasi kepada petugas kesehatan mengenai inisiasi menyusui

dini untuk menghindari pengalaman buruk dalam menyusui maupun

memotivasi ibu dalam melaksanakan program ASI secara eksklusif.


Penelitian terdahulu menggunakan desain penelitian deskriptif

kolerasi dengan metode pendekatan cross sectional sedangkan penelitian

sekarang menggunakan desain penelitian Kuantitatif survey analitik

dengan jenis pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel

pada peneliti dahulu menggunakan teknik non probability sampling

sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teknik pengambilan

sampel dengan purposive sampling.

3. Hubungan Dukungan Sosial Dan Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI

Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Benao Kabupaten Barito

Utara Kalimantan Tengah”

Studi yang dilakukan peneliti di Puskesmas Benao Kalimantan

tengah pada tanggal 16 september 2017 ditemukan data cakupan ASI

eksklusif pada tahun Januari-Agustus 2017 masih sangat rendah, yaitu

hanya sebesar 39,5% dari 80% target nasional.

Penelitian terdahulu menggunakan desain penelitian kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional sedangkan penelitian sekarang

menggunakan penelitian kuantitatif survey analitik dengan jenis

pendekatan cross sectional, penelitian dahulu menggunakan teknik

probability sampling dengan cluster sampling sedangkan penenlitian

sekarang menggunakan teknik dengan cara purposive sampling.


E. Kerangka teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pemberian ASI
Eksklusif
1. Pengetahuan Penurunan
2. Sikap pemberian ASI
Eksklusif
3. Pekerjaan
4. Paritas
Faktor yang
mempengaruhi
pembentukan sikap
1. Pengalaman
pribadi
2. Pengaruh orang Faktor-faktor yang
lain mempengaruh Motivasi
3. Pengaruh 1. Fisik
kebudayaan 2. Proses mental
4. Media massa 3. Faktor kematangan
Gambar 2.1 Kerangka Teori

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan landasan berpikir untuk

melakukan penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2013). Kerangka

konsep dikembangkan berdasarkan kerangka teori yang dibahas dalam

tinjauan teori. Berdasarkan teori konsep yang telah penulis paparkan pada

tinjauan teori dapat diambil kesimpulan bahwa penulis tertarik untuk

mengandalkan penelitian mengenai hubungan motivasi dengan sikap dalam

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas marowo.


Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi Sikap

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan motivasi dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Marowo.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antara

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil

peneliti. Didalam pernyataan hipotesis terkandung variabel yang akan diteliti

dan hubungan antara variabel-variabel tersebut. Pernyataan hipotesis

mengarahkan penelitian untuk menentukan desain penelitian, tehnik

pemilihan sampel, pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2015).

1. Hipotesis Alternatif (HA)

Ha : Ada hubungan yang signifikan anatara motivasi dengan sikap ibu

dalampemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Marowo.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan

untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang

dapat terjadi selama proses penelitian (Burn & Grove, 1991 dalam

Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif survey

analitik dengan jenis pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional

adalah setiap subjek penelitian hanya dilakukan observasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan (Sastroasmoro dan Ismael, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui hubungan motivasi sebagai variabel bebas dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI eksklusif sebagai variabel terikat yang hanya dilakukan

penggumpulan data pada satu waktu yang sama.

B. Populasi, sampel dan sampling penelitian

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian adalah semua ibu yang

mempunyai bayi usia 0-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Marowo

berjumlah 191 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan di

anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada

penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang

berada di Wilayah Kerja Puskesmas Marowo. Pengambilan sampel

menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut :

N
n=
1+ N . D2

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

D : Presisi yang ditetapkan 5 %


N
n=
1+ N (d )

191
n=
1+ 191 ( 0,5 ) 2

191
n = 1+ 191 ( 0,05 )
¿
¿

191
n=
1+ 1,91

191
n=
2,91

n = 65,635

n = 66 sampel

3. Sampling Penelitian

Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam

penelitian dari populasi yang ada (Hidayat, 2012). Teknik pengambilan

sampel dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai

dengan keinginan peneliti yang sesuai dengan keinginan penelitian yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

a. Kriteria inklusi:

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Adapaun

kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:


1. Ibu yang sehat fisik dan mental

2. Ibu yang memiliki bayi yang berusia 0-6 bulan yang masih diberi

ASI

3. Ibu yang tinggal bersama suami

4. Ibu yang siap menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi :

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagi sampel

penelitian. Adapunkriteria eksklusi dalama penelitian ini adalah:

1. Bayi yang diberikan susu formula dibawah usia 6 bulan

2. Ibu yang memiliki bayi dengan kondisi gangguan patologis

3. Ibu yang memiliki masalah gangguan pada payudara.

C. Variabel penelitian

1. Variabel independen adalah variabel bebas yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini

yaitu motivasi dalam pemberian ASI eksklusif.

2. Variabel dependen atau di kenal dengan variabel terkait adalah faktor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan.

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu sikap ibu dalam pemberian

ASI eksklusif.

D. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini direncanakan akan di laksanakan di wilayah kerja

puskesmas marowo pada bulan Juli tahun 2020.

E. Instrumen penelitian

Instrumen menurut (Sugiyono, 2011) digunakan untuk mengukur nilai

variabel yang diteliti sehingga dapat diartikan bahwa instrument adalah suatu

alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Dari pertanyaan diatas, dapat di simpulkan bahwa instrumen merupakan alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data yang yang diperlukan di dalam

suatu penelitian.

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data tentang motivasi dengan

sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Marowo.

a. Kuesioner data demografik

Kuesioner ini dikembangkan oleh peneliti sendiri. Ada beberapa

komponen data faktor demografik termaksud: Umur, pendidikan,

pekerjaan, paritas (jumlah anak), dan usia bayi. Sedangkan karakteristik

kesehatan: Riwayat persalinan dan pemakaian alat kontrasepsi.

b. Kuesioner motivasi

Kuesioner motivasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif merupakan

modifikasi dari teori yang disampaikan oleh Stockdale, et al (2008), yaitu

pengukuran skala motivasi “Breasfeeding Motivational Instructional

Measurement Scale” (BMIMS). Pernyataan dalam kuesioner motivasi ini


menggunakan jawaban dengan skala likert yaitu sangat setuju (SS), setuju

(S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS), untuk pernyataan positif

skor jawaban adalah sangat setuju = 3, setuju = 2, kurang setuju = 1, setuju

= 0, sedangkan untuk pernyataan negatif skornya adalah sangat setuju = 0,

sedangkan untuk pernyataan negatif skornya adalah sangat setuju = 0,

setuju = 1, kurang setuju = 2, tidak setuju = 3, sehingga skor total dari 17

pernyataan adalah 51.

c. Kuesioner sikap ibu

Kuesioner sikap menggunakan dari Iowa Infant feeding Attitude

Scale (IIFAS) (Twells et al, 2016), yang terdiri dari 17 item pernyataan

yang mengandung komponen kognitif (pernyataan nomor

1,2,3,5,9,10,12,13,14,15,,16), afektif (pernyataaan nomor 4,7,11), dan

konatif ( pernyataan nomor 6,8,17) dengan jawaban STS = 1 TS = 2 S = 3

SS 4. Semua hasil penelitian tersebut kemudian akan dikategorikan

menjadi dua yaitu sikap positif = 1 jika skor ≥ 51 dan sikap negative = 2

jika skor < 51.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan bagian prosedur penelitian, dimana kedua

belah pihak memiliki hak dan kewajibannya sesuai dengan prinsip etika dan

moral (Notoatmodjo, 2010) diantaranya sebagai berikut:

1. Informed consent
Pada penelitian ini, peneliti memberikan informed consent (lembar

persetujuan) kepada responden yang berisi tentang informasi yang lengkap

tentang tujuan penelitian dan prosedur penelitian. Responden yang

bersedia menjadi subjek penelitian, di minta untuk mendatangani informed

consent (formulir persetujuan), namun, terhadap responden yang menolak,

penelitian tidak melakukan paksaan ataupun ancaman apapun.

2. Confidentiality

Pertanyaan bahwa informasi apapun yang berkaitan dengan responden

tidak dilaporkan dengan cara apapun dan tidak mungkin di akses oleh

orang lain selain peneliti. Pada penelitian ini, kerahasiaan responden di

jaga dengan tidak menunjukan data hasil penelitian kepada orang lain.

Kerahasiaan informasi atau data yang di peroleh dari responden akan

dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan pada penelitian ini saja

(confidentiality) serta akan dimusnakan setelah proses pelaporan penelitian

diterima sebagai hasil penelitian yang sah.

3. Anonymity

Anonymity yaitu suatu jaminan kerahasiaan indentitas dari responden.

Identitas responden dirahasiakan dan diberi kode tertentu sehingga bukan

nama responden, peneliti hanya mencatumkan kode yang akan di

lampirkan dalam hasil penelitian. Kesesuaian nama responden dan kode

tersebut hanya di ketahui peneliti.

4. Beneficence
Prinsip beneficence menekankan pada manfaat dan kebaikan yang

akan di terima oleh responden (Watson, Mc.Kenna, Couman dan Kead,

2010) manfaat penelitian ini bagi responden antara lain sebagai masukan

bagi perawat dan para praktisi mempunyai implikasi sebagai bahan

pertimbangan kebijaksanaan (policy) dalam menghadapi dan memahami

masalah hubungan antara hubungan motivasi dengan sikap ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas marowo.

5. Non-memaleficence

Tidak ada perlakuan apapun pada subjek penelitian. Subjek penelitian

hanya di minta untuk mengisi lembar kuesioner terkait dengan hubungan

antara dukungan motivasi dengan sikap ibu dalam pembrian ASI Eksklusif

di wilayah kerja puskesmas marowo.

6. Justice

Prinsip justice di wujudkan dengan memperlakukan setiap orang

dengan moral yang benar dan pantas memberi setiap orang haknya, serta

menekankan pada distribusi seimbang dan adil antara beban dan manfaat

(Komite Penelitian Etik Penelitian Kesehatan, 2011). Penerapan prinsip ini

dilakukan oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan yang adil

mencakup seleksi subjek yang adil dan tidak diskriminatif, perlakuan yang

tidak menghukum bagi mereka yang menolak atau mengundurkan diri dari

keikutsertaan dalam penelitian, subjek dapat mengakses penelitian setiap

saat untuk mengklarifikasi informasi, subjek berhak mendapatkan

penjelasan jika di perlukan.


G. Uji keabsahan data

1. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh sebuah alat ukur dapat di handalkan atau di

percaya. Kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat

ukur. Apabila dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari jawaban

atau pertanyaan jika pengamat dilakukan secara berulang. Apabila suatu

alat ukur di gunakan berulang dan hasil yang diperoleh relative konsisten

maka alat ukur tersebut di anggap handal (reliabilitas).

Pengujian reliabilitas terhadap semua item atau pertanyaan yang

dipergunakan pada penelitian ini akan menggunakan formula cronbach

alpha (koefisien alpha cronbach), dimana secara umum dianggap reliable

apabila alpha cronbac ≤ table maka instrument tersebut reliable, dan

sebaliknya nilai alpha cronbac < r table maka instrument tersebut tidak

reliable (Hastono, 2007). Instrument yang dapat digunakan dalam suatu

penelitian minimal mempunyai nilai reliability 0,80 (Dharma, 2011),

sedangkan menurut hastono (2007), pertanyaan dikatakan reliable apabila

nilai alpha cronbac ≥0,60.

Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient

reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item

reliable dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.

dan jika nilai alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna.


Kuesioner untuk mengukur motivasi ibu dalam pemberian ASI

merupakan modifikasi dari Breasfeeding Motivational Instructional

Measurement Scale (BMIMS) Stockdale, et al ( 2008). Kuesioner motivasi

ini dilakukan uji kembali dengan hasil akhir pengujian adalah 17

pernyataan dianggap valid dengan hasil uji reliabilitas 0,972

(Suryaningsih, 2012).

Kuesioner sikap ini menggunakan kuesioner dari Iowa Infant feeding

Attitude Scale (IIFAS) (Twell et al. 2016). Kuesioner sikap ini telah diuji

validitas dan uji reliabilitas dengan hasil, kuesioner dinyatakan valid

dengan nilai cronch alpha 0,938 sehingga kuesioner sikap ini dikatakan

reliabel.

H. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang ditempu untuk mengumpulkan data bagi

responden perawat adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai

data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Diperoleh melalui

dengan observasi, wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden

yang dibagikan oleh peneliti.


b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).

Diperoleh dari data catatan Puskesmas Marowo Kabupaten Tojo Una-una.

I. Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Hulu dan Sinage (2019)

1. Editing

Proses editing ini merupakan proses pemeriksaan dalam meneliti

kembali data tersebut disebut dengan tahap editing. Tahap editng atau

tahap pemeriksaan agar informasi yang didapat jelas, mudah dibaca,

relevan, dan tepat, melalui tahap ini peneliti dapat meningkatkan kualitas

data yang hendak diolah (Suyanto, 2015).

2. Coding

Coding atau perkodean data adalah proses identifikasi dan klasifikasi

setiap pertanyaan yang didapatkan dalam intrumen pengumpulan data

untuk variabel yang diteliti. Tahap coding dilakukan setelah selesai

dilakukan proses editing, coding juga merupakan kode-kode atau angka

tertentu terhadap kolom-kolom (Fatihudin, 2015).

3. Tabulasi

Tabulasi adalah pengkodean data dengan menyajikan data yang

diperoleh dalam tabel-tabel, sehingga hasil peneliatian dapat jelas terbaca.


Penyusunan datap dilakukan dengan menyusun dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, tabel silang dan sebagainya. Tabulasi adalah teknik

pengumpulan dengan menyajikan data yang diperoleh dalam tabel

sehingga dapat jelas terbaca (Hasim, 2019; Hulu & Sinaga, 2019).

4. Entry

Tahap terakhir adalah entry data yang merupakan proses dalam

memasukan atau memindahkan jawaban responden yang sudah diteliti untuk

dimasukan. Kode jawaban terhadapat masing-masing variabel kedalam

media tertentu (Hulu & Sinaga, 2019).

J. Analisa data

Metode analisis data yang dilakukan sebagai berikut:

1. Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk suatu variabel atau

pervariabel. Hasil penelitian akan dibuat dalam tabel distribusi frekuensi

sehingga menghasilkan distribusi dan persentase setiap variabel penelitian.

Variabel yang akan dianalisa univariat adalah data demografi (umur,

pendidikan, pekerjaan, paritas (jumlah anak) dan usia bayi, untuk

karakteristik kesehatan (riwayat persalinan dan pemakaian alat

kontrasepsi), variabel motivasi dan variabel sikap ibu (Ghani & Amalia,

2015).

2. Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara setiap

variabel independen yang di teliti dengan variabel dependen. Analisis

bivariat akan dilakukan dengan menggunakan uji chi-square syarat uji chi-
square alternatifnya harus transpom ke skala ordinal jika nilai expected

countn tidak boleh dibawa 5, dengan nilai p value < 0,05 di gunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua buah variabel menggunakan

program SPSS ( Sujarweni, 2015).

a. Apabila p ≤ 0,05 = HO ditolak, berarti ada hubungan Motivasi dengan

Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Marowo.

b. Apabila p ≥ 0,05 = HO diterima, berarti tidak ada hubungan Motivasi

dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Marowo.

Aturan yang berlaku pada uji chi-square sebagai berikut:

a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai harapan (expected value=E) kurang

dari 5, maka uji yang digunakan adalah fisher exact.

b. Bila pada tabel 2x2 dan semua nilai E >5 (tidak ada nilai E< 5), maka

nilai yang dipakai sebaiknya continuity correction.

c. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka

gunakan uji pearson chi square.

DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Yusnitasari, E., & Armini, A. (2012). Hubungan dukungan suami
dengan produksi ASI pada Ibu Post Partum di wilayah kerja Puskesmas
Senor Kabupaten Tuban. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga,
Surabaya.

Arini, H. (2012). Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian


ASI Eksklusif. Diakses Dari Http://Aperlindraha. Wordpress. Com Pada
Tanggal, 14.

Anwar, K. (2012). Tidak Semata IPK, Tidak Sebatas Wisuda:Memahami


Dinamika Motivasi Berprestasi Akademik Mahasiswa Aktivis (Doctoral
dissertation, [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada).

Astuti, P. (2010). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Post Seksio Sesarea


Tentang ASI Eksklusif Di Rsu Haji Surabaya (Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga).

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori & Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Departemen Kesehatan, RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Devi, M. (2012). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi


balita di pedesaan. Teknologi dan Kejuruan: Jurnal teknologi, Kejuruan
dan Pengajarannya, 33(2).

Fatihudin, Didin. (2015) Metode Penelitian. Sidoarjo: Zifatama Publisher

Hastono. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta : FKM. UI

Hasibuan, Malayu S.P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.
Bumi Aksara. Jakarta.

Hidayat AA. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, (2014). Pekan ASI Sedunia 2014. Kemenkes RI–Dirjen Bina Gizi
dan KIA, kategoro Hot News edisi 22 Juni 2013, tersedia dalam diakses 1
Mei 2020.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018) Pedoman Penyelenggaraan


Pekan Asi Sedunia. tahun 2016. Jakarta.
Maulida H, Afifah E, Sari Dp. (2013)Tingkat Ekonomi Dan Motivasi Ibu Dalam
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Yogyakarta.
3(2):116-22

Maryunani, A. (2012). Inisiasi menyusui dini, Asi eksklusif dan manajemen


laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Notoadmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2011) Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Purwanto, A. S. (2010). Perbedaan motivasi kerja intrinsik dan komitmen


organisasi antara karyawan tetap dengan karyawan kontrak pada Pabrik
Es Saripetojo Surakarta.

Purwanto, R. (2012). Peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada kompeten
Sistem Koordinasi melalui Metode Pembelajaran Teaching Game Team
Terhadap Siswa Kelas XI IPA SMA SMART EKSELENSIA
INDONESIA Tahun Pelajaran 2010-2011. Jurnal Pendidikan Dompet
Dhuafa, 2(01), 55-65.
Proverawati. (2010). Kapita Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.

SETIAWATI, A. (2012). Penggaruh penggunaan Bilinggual Module terhadap


Motivasi Belajar SISWA (Studi Kasus di MAN 2 Kota Cirebon) (Doctoral
dissertation, IAIN Syekh Nurjati Cirebon).

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.CV

Suryaningsih, H (2012) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu


Bayi dan Balita ke Posyandu di Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok
Tahun 2012. (Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

Suyanto. (2015) Metode Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa


Ilmu

Syasra, P. A. (2011). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan


Motivasi Kesembuhan Pasien Tuberkulosis di Kota Pekanbaru. Skripsi
Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Sopiyani, L. (2014). Hubungan antara Dukungan Sosial (Suami) dengan Motivasi
Memberikan ASI Eksklusif pada Ibu-Ibu Di Kabupaten Klaten (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Sunaryo, S., Ulfiana, E., & Yasmara, D. (2012). Pendidikan Kesahatan tentang
ROM meningkatkan Motivasi keluarga dalam melakukan Range Of
Motion (ROM) Pada pasien Stroke Infark di Irna seruni A RSUD Dr.
SOETOMO SURABAYA. Critical Medical and Surgical Nursing
Journal, 3(2).

Sulistyorini, E., & Fitriyani, F. (2011). Gambaran Motivasi Ibu Menyusui dalam
memberikan ASI Eksklusif di Posyandu Melawati Desa Malangan Tanduk
Ampel Boyolali Tahun 2011. Jurnal Kebidanan Indonesia: Journal of
Indonesia Midwifery, 2(2).

Stockdale, J., et al. (2008). Assesing the impact of midwives instruction: The
breastfeeding motivational instructional measurement scale. Evidence
Based Midwifery, 6(1), 27-34.

Suryaningsih, Chatarina. (2012). Pengaruh Demontrasi Dan Pendampingan


Menyusui Terhadap Motivasi Dan Kemampuan Ibu Dalam Pemberian
ASI. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Taufik, A. (2011). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan hasil


penimbangan berat badan bayi. Hubungan pemberian ASI eksklusif
Diakses 5 Mei 2020).

Twells, L.K. et al., 2016. Assessing Infant Feeding Attitudes of Expectant Women
in a Provincial Population in Canada: Validation of the Iowa Infant
feeding Attitude Scale. Journal of Human Lactation, 32(3), pp.9-18.
Available at: doi:10. 1177/0890334414559647 [Accessed Juni 6, 2020].

Wawan, S. (2011). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E


Terhadap Motivasi Belajar Siswa Serta Kaitannya Dengan Hasil Belajar
Biologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Word Health Organization (WHO), 2013. Asuhan Intrapartum. DepKes RI.


Jakarta
KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Motivasi dengan Sikap Ibu Dalam pemberian ASI Eksklusif

di Wilayah Kerja Puskesmas Marowo

ID :

A. Data Demografi
Nama (insial ) :
Umur Ibu :
Pendidikan terakhir : SD SMP
SMA Perguruan tinggi
Tidak sekolah

Pekerjaan : IRT PNS


Swasta Lainya

Jumlah anak :
Usia Bayi :

B. Karakteristik Reproduksi
Pemakaian kontrasepsi ibu : IUD Implan

Kondom Suntik Kb

Hormonal (Pil) Tubektomi

Riwayat Persalinan : Normal

Ceaser
C. Kuesioner Motivasi
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan baik setiap nomor soal pernyataan
2. Pilih satu jawaban sesuai dengan yang anda alami, dengan memberikan
tanda (√ ) pada pilihan yang telah disediakan
3. Jawaban anda adalah rahasia pribadi yang tidak akan diketahui oleh
siapapun karena nama anda tidak tercantum.
4. Keterangan pilihan jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju

NO PERNYATAAN JAWABAN
SS S KS TS
1 Saya merasa kecewa ketika
tidak dapat memberikan ASI
pada bayi
2 Memberikan ASI adalah hal
yang penting bagi bayi dan saya
3 Memberikan ASI adalah hal
yang menyenangkan bagi saya
4 ASI adalah hal yang sangat
berarti bagi bayi dan saya
5 Saya merasa bangga ketika saya
berhasil memberikan ASI pada
bayi
6 Saya merasa aman dan nyaman
ketika bayi saya sudah diberikan
ASI
7 Saya akan memberikan ASI
pada anak saya yang kedua dan
selanjutnya
8 Saya akan terus belajar tentang
bagaimana pemberian ASI yang
baik bagi bayi saya
9 Saya akan bertanya pada
petugas kesehatan jika saya
mengalami kesulitan ketika
memberikan ASI
10 Saya akan mempraktekan
informasi dari petugas kesehatan
tentang pemberian ASI
11 Saya terpaksa memberikan ASI
pada bayi saya karena alasan
ekonomi keluarga
12 bayi saya mempunyai hak untuk
mendapatkan ASI
13 Saya merasa tidak percaya diri
untuk memberikan ASI
14 ASI saya keluar hanya seditik,
tetapi saya akan tetap
memverikan ASI pada bayi saya
sampai ASI saya keluar
15 Pemberian ASI banyak
memberikan keuntungan bagi
saya
16 Saya tidak akan memberikan
ASI karena saya mempunyai
dana untuk membeli susu
formula
17 Saya akan beristirahat yang
cukup dan makan–makanan
yang bergizi sehingga ASI dapat
keluar banyak.
JUMLAH
Sumber: modifikasi teori Stockdale, et al (2008), “Breasfeeding Motivational
Instructional Measurement Scale” (BMIMS).

D. Kuesioner Sikap Ibu

Jawab pernyataan dibawa ini memberikan tanda (√ ) sesuai dengan kondisi


anda.

NO PERNYATAAN JAWABAN
Sangat Tidak setuju Sangat
tidak setuju setuju
setuju
1 Manfaat akhir ASI hanya
selama bayi disusui
2 Pemberian susu formula lebih
muda daripada ASI
3 ASI tidak mengandung zat
besi
4 Menyusui meningkatkan
ikatan ibu dan bayi
5 Bayi yang diberi susu formula
lebih mungkin mengalami
kelebihan berat badan
dibanding bayi yang diberi
ASI
6 Pemberian susu formula
adalah pilihan yang lebih baik
jika ibu berencana untuk
kembali bekerja
7 Ibu yang memberi susu
formula kehilangan salah satu
kegembiraan sebagai ibu
karena harus bekerja diluar
8 Wanita tidak boleh menyusui
ditempat umum misalnya
rumah makan
9 Bayi yang diberi ASI lebih
sehat daripada bayi yang
diberi susu formula
10 Bayi yang diberin ASI
cenderung mengalami
kelebihan berat badan
dibandingkan bayi yang diberi
susu formula
11 Ayah merasa ditinggalkan jika
ibu menyusui
12 ASI merupakan makanan
ideal untuk bayi
13 ASI lebih muda dicerna
dibanding susu formula
14 Susu formula sama sehatnya
bagi bayi seperti ASI
15 Menyusui (ASI ) lebih muda
daripada susu formula
16 ASI lebih murah daripada
susu formula
17 Seorang ibu yang sesekali
minum alcohol sebaiknya
tidak menyusui bayinya
JUMLAH
Sumber: Twells, L.K. et., al., 2016 “Iowa Infant feeding Attitude Scale”
(IIFAS)

Anda mungkin juga menyukai