Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT


KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III MENGHADAPI RENCANA
PERSALINAN PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI PMB APPI
AMMELIA BANTUL YOGYAKARTA

NARA SASMITA
32020107

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ESTU UTOMO
BOYOLALI, 2021
PROPOSAL

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT


KECEMASAN IBU HAMIL MENGHADAPI PERSALINAN PADA
MASA PANDEMI COVID 19 DI PMB APPI AMMELIA BANTUL
YOGYAKARTA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Kebidanan

NARA SASMITA
32020107

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ESTU UTOMO
BOYOLALI, 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Berjudul:
HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT
KECEMASAN IBU HAMIL MENGHADAPI PERSALINAN PADA
MASA PANDEMI COVID 19 DI PMB APPI AMMELIA BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
Nara Sasmita
32020107

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk
diujikan
Boyolali,…...........

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

(Dr. Yanti, S.ST., M.Keb) (Atik Setyaningsih, S.SiT., M.kes)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana pada
Program Studi Sarjana Kebidanan STIKes Estu Utomo. Skripsi ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu. Dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Handayani, S. SiT., M. Kes sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Estu Utomo Boyolali,
2. Ibu Triani Yuliastanti, S. SiT., M. Kes sebagai Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo Boyolali,
3. Dr. Yanti, S.ST., M.Keb sebagai Pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan sehingga Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan,
4. Ibu Atik Setyaningsih, S.SiT., M.kes sebagai Pembimbing pendamping yang
telah memberikan bimbingan sehingga Proposal Skripsi ini dapat
terselesaikan,
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan materil dan moril
kepada penulis sehingga Proposal Skripsi ini selesai pada waktunya, serta
6. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Allah, Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Boyolali, Oktober 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup............................................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 4
F. Keaslian Skripsi............................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12


A. Landasan Teori............................................................................................ 12
B. Kerangka Teori............................................................................................ 21
C. Kerangka Konsep......................................................................................... 22
D. Hipotesis...................................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 23


A. Jenis Dan Desain Penelitian......................................................................... 23
B. Populasi Dan Sampel................................................................................... 23
C. Waktu Dan Tempat...................................................................................... 24
D. Variabel Penelitian....................................................................................... 24
E. Definisi Operasional.................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................................... 21


Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................................. 22

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Judul yang hampir atau sama dari luar STIKes Estu Utomo.................... 5
Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................................ 24

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tanpa terkecuali pernah mengalami kecemasan.
Kecemasan dapat disebabkan oleh pertumbuhan, adanya pengalaman baru
Heriani (2016) dan kecemasan yang mengarah kepada masalah pskiatri
dapat terjadi jika seseorang mengalami tekanan dan perasaaan yang
mendalam dalam jangka waktu yang lama (Maki et al, 2018).
Kehamilan merupakan salah satu sumber stressor yang dialami
oleh wanita. Pada umumnya seorang wanita yang mengetahui dirinya
sedang hamil untuk pertama kalinya akan merasa senang dan disaat yang
bersamaan rasa cemas juga timbul pada wanita tersebut akibat perubahan
yang terjadi pada dirinya serta perkembangan janin yang ada dalam
kandungannya (Maki et al, 2018).
Kecemasan ibu hamil dapat memicu terjadinya rangsangan
kontraksi rahim, akibat kondisi tersebut dapat meningkatkan tekanan darah
sehingga memicu terjadinya preeklamsi, keguguran, BBLR, dan bayi
prematur. (Novriani, 2017). Psikologis ibu menjadi satu dari beberapa
faktor yang berkontribusi dalam terjadinya persalinan lama, dimana
persalinan lama merupakan salah satu penyebab tingginya AKI (Angka
Kematian Ibu) di Indonesia (Heriani, 2016).
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. Secara umum terjadi penurunan
kematian ibu selama periode 1991- 2015 dari 390 menjadi 305 per
100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan
angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang
harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga
kali lipat dibandingkan target MDGs. Diperkirakan pada tahun 2024 AKI
di Indonesia turun menjadi 183/100.000 kelahiran hidup dan di tahun 2030
turun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019).
Jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu) mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada tahun 2015
penurunan jumlah kematian ibu sangat signifikan hingga menjadi sebesar
29 kasus. Namun pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus
dan kembali sedikit turun menjadi 34 pada tahun 2017, namun naik lagi di
tahun 2018 menjadi 36 di tahun 2019 kasus kematian ibu hamil di angka
yang sama dengan tahun sebelumnya. Kasus terbanyak terjadi di
Kabupaten Bantul (13 kasus) dan terendah di Kota Yogyakarta (4 kasus).
Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY adalah
karena Penyakin lain-lain (18), perdarahan (8), hipertensi dalam kehamilan
(2), infeksi (2), dan gangguan sistem peredaran darah (6) (Dinkes DIY,
2019).
Di Kabupaten Bantul Angka kematian ibu pada tahun 2020 naik
dibandingkan tahun 2019. Angka Kematian Ibu Tahun 2019 sebesar
99,45/100.000 Kelahiran Hidup yaitu sejumlah 13 kasus, sedangkan pada
tahun 2020 sebanyak 20 kasus sebesar 157,6/100.000. Hasil Audit
Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu
pada Tahun 2020 adalah Pendarahan 2 kasus, Hipertensi dalam Kehamilan
4 kasus, Gangguan Sistem Peredaran Darah 5 kasus, Infeksi 2 kasus, dan
lainnya 6 kasus (Dinkes Kabupaten Bantul, 2020).
Pada situasi normal, kematian ibu dan kematian neonatal di
Indonesia masih menjadi tantangan besar, apalagi pada saat situasi
bencana. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi bencana nasional non
alam COVID-19 sehingga pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
menjadi salah satu layanan yang terkena dampak baik secara akses
maupun kualitas. Dikhawatirkan, hal ini menyebabkan adanya
peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir (Kemenkes
RI, 2020).

9
Pandemi Covid-19 telah menimbulkan stress dan kecemasan pada ibu
hamil di belahan dunia. Wanita hamil akan sangat mungkin mengalami
gejala depresi dan kecemasan tingkat tinggi selama pandemic Covid-19,
yang mungkin berdampak buruk pada ibu dan janin bahkan pada wanita
dengan social ekonomi rendah (Nicolas dkk, 2020). Hasil penelitian
Yuliani, Diki Retno (2020) di Kecamatan Baturaden, ditemukan
sebanyak 57,5% ibu hamil trimester ketiga mengalami kecemasan
dimana 40% diantaranya ibu hamil tersebut mengalami tingkat
kecemasan ringan hingga sedang (Kemenkes, 2021)

Sebuah studi melaporkan bahwa gejala depresif dan kecemasan


pada wanita hamil setelah deklarasi pandemi COVID-19 lebih tinggi
dibandingkan sebelum deklarasi COVID-19, termasuk kecenderungan
ingin melukai diri sendiri (Wu et al., 2020). Hal tersebut dapat
menyebabkan kondisi bahaya selama kehamilan, sehingga mempengaruhi
kondisi ibu dan janin (Uranku and ksu, 2020).
Menurut Penelitian Yuliani dan Aini (2020) ibu hamil yang
mengalami kecemasan pada saat pandemi covid 19 mencapai 63-68 %.
Menurut penelitian Angesti (2020) ibu hamil yang mengalami kecemasan
mencapai 57,5% dan ada hubungannya dengan kesiapan ibu menghadapi
persalinan dimasa pandemi covid-19.
Hasil Literatur review yang dilakukan oleh Dany Eka Novitasari
(2021) dari penelitian menunjukkan bahwa seluruh artikel penelitian yaitu
sebesar 100% atau sebanyak 10 artikel yang direview dilakukan pada
responden Hasil literatur review artikel penelitian dari (Zeinab et al.,
2021, X Liu et al., 2020, Anna Kajdy et al., 2020, Cheryl A et al., 2020,
Madhuri et al., 2020 Leili Salehi et al., 2020, Theresa Gildner et al., 2021,
Elizabeth Mollard.,et al, 2021, Diki Retno Yuliani., et al, 2020 Claudia
Ravaldi.,et al, 2020) mendapatkan hasil bahwa ibu hamil mengalami
kecemasan dalam menghadapi persalinan di masa pandemi Covid-19.
Tingkat kecemasan yang ditemukan pada ibu hami berada pada kategori

10
kecemasan ringan-sedang hingga kecemasan berat. Adapun yang menjadi
faktor penyebab timbulnya kecemasan pada ibu hamil tersebut antara lain
rasa kawatir ibu terhadap pandemi virus corona, dimana banyak ibu yang
mengalami kecemasan menjelang persalinan, kedua ketakutan ibu hamil
untuk terinfeksi dan menginfeksi orang lain, ketiga informasi yang
diperoleh mengenai manajemen Covid-19 (protokol 5M; menggunakan
masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilisasi), pencegahan dan penanganan yang diperoleh dari
media masa, keempat adalah kejenuhan ibu hamil yang membuat mereka
abai bahkan menjadi tidak percaya dengan gejala Covid-19, serta faktor
ekonomi dikarenakan keadaan pekerjaan suami yang mayoritas bekerja
sebagai petani, peternak dan pegawai pabrik yang di PHK ditambah lagi
dengan biaya persalinan yang cukup besar dikarenakan kondisi ekonomi
dan faktor keluarga tidak memiliki BPJS. Secara umum, kecemasan pada
ibu hamil bisa berakibat pada kesehatan ibu serta bayi. Dengan
terdapatnya pandemi Covid-19 bisa menambah insiden maupun tingkatan
kecemasan pada ibu hamil, sehingga kasus tersebut membutuhkan
penindakan lebih lanjut, untuk mengurangi dampak negatif pada
kesejahteraan ibu serta bayi (Hamzehgardeshi et al, 2021).
Kecemasan dapat diatasi dengan mekanisme koping yang baik,
mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan kecemasan, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri. Mekanisme koping dapat berupa problem focused coping dan
emotion focused coping. Problem focused coping adalah cara-cara
penyelesaian masalah secara langsung disertai tindakan yang ditujukan
untuk menghilangkan atau mengubah sumber dari kecemasan tersebut,
sedangkan emotion focused coping adalah koping yang berorientasi pada
emosi dan hanya bersifat sementara, selama seseorang memandang
permasalahan sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah (Nasir, 2011).

11
Berdasarkan hasil penelitian koping atau cara yang dilakukan oleh
ibu hamil berpengaruh terhadap kecemasan selama masa kehamilan.
Dengan mengetahui mekanisme koping, perawat atau bidan dapat
membuat perencanaan lebih lanjut untuk mengatasi kecemasan pada ibu
hamil dan membantu ibu hamil dalam menggunakan koping yang efektif
(Prastyo dkk, 2018).
Hasil wawancara dengan tiga ibu hami trimester tiga di PMB Appi
Ammelia Bantul Yogyakarta pada bulan Agustus 2021, tiga ibu hamil
mengatakan bahwa dirinya takut dan merasa cemas nantinya akan
menghadapi persalinan pada masa pandemi covid-19. Yang ditakutkan
apa, apa antisipasi yg dilakukan (yg menunjukkan mekanisme kopingnya)
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mencegah terjadinya
komplikasi persalinan yang disebabkan oleh kecemasan pada ibu hamil,
maka penulis tertarik untuk meneliti : “Hubungan mekanisme koping
dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil TM III dalam menghadapi
rencana persalinan pada masa pandemi Covid-19 di PMB Appi Ammelia
Bantul Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui “Apakah ada
hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan ibu hamil
TM III dalam menghadapi renacana persalinan pada masa pandemi Covid-
19 di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat
kecemasan ibu hamil menghadapi persalinan pada masa pandemi
Covid-19.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

12
a. Mengetahui karakteristik responden dilihat dari usia, paritas
kehamilan, pekerjaan, dan pendidikan.
b. Mengetahui jenis mekanisme koping ibu hamil dalam menghadapi
persalinan dimasa pandemi covid-19.
c. Mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu hamil selama
pandemi Covid-19.
d. Mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat
kecemasan pada ibu hamil menghadapi persalinan dimasa
pandemik covid-19.

D. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini membahas tentang permasalahan dalam ruang lingkup
asuhan kebidanan khususnya pada masa kehamilan, yaitu tentang
hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan pada masa pandemi covid-19.
2. Ruang Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang
berkunjung ke PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta
3. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian akan dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang
ditetapkan dari STIKES Estu Utomo mulai November 2021 – April
2022 (Jadwal terlampir). Adapun pengambilan data dilakukan secara
crosssectional untuk variabel bebas dan variabel terikat yaitu selama
lebih kurang satu bulan, dari 22 November – 22 Desember 2022.

4. Ruang Lingkup Tempat


Tempat penelitian ini dilakukan di PMB Appi Ammelia Bantul
Yogyakarta.

13
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan
terkait hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19.
Hasil penelitian selanjutnya diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
mengoptimalkan asuhan kebidanan pada masa kehamilan khususnya
mengatasi kecemasan dalam persiapan persalinan dimasa pandemi
covid-19.
2. Manfaat Praktis
a. Ibu Hamil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi atau cara
mengatasi kecemasan pada ibu hamil yang akan menghadapi
persalinan dimasa pandemi covid-19.
b. Bidan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
acuan dan menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan
kebidanan berdasarkan makanisme koping untuk mengatasi
kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan dimasa
pandemi covid-19 sebagai upaya peningkatan pelayanan antenatal
berkualitas.

F. Keaslian penelitian
Berdasarkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan tentang hubungan
pengetahuan ibu hamil dengan perilaku pencegahan penularan covid-19
antara lain :

14
Table 1.1 Keaslian Penelitian
Perbedaan dan
Persamaan
Peneliti Judul Metode Hasil
Penelitian yang
akan dilakukan
Asmariya Tingkat Penelitian ini Berdasarkan Perbedaan: Metode
h Dkk Kecemasan merupakan hasil yang digunakan yaitu
(2021) Ibu Hamil penelitian penelitian metode kuantitatif,
Pada Masa deskriptif yang mengenai sampel yang
Pandemi bertujuan untuk tingkat digunakan sebagian
Covid-19 Di mengidentifikas kecemasan dari populasi yaitu
Kota i tingkat ibu hamil ibu hamil trimester 3,
Bengkulu kecemasan ibu pada masa tempat penelitian di
hamil pada pandemi PMB Appi Ammelia
masa pandemi Covid-19 Bantul Yogyakarta
Covid-19. dapat dan variable bebas
Sampel dalam disimpulkan penelitian ini adalah
penelitian ini bahwa tingkat mekanisme koping.
adalah total kecemasan Persamaan: variable
populasi ibu hamil terikat yang diteliti
sebanyak pada masa yaitu kecemasan pada
108 responden pandemi ibu hamil.
ibu hamil yang Covid-19
mendapatkan yaitu tidak
pelayanan mempunyai
kesehatan kecemasan
kehamilan di 15 3.7 %, ibu
puskesmas yang hamil dengan
ada di kota kecemasan
Bengkulu pada ringan 39.8
masa pandemi %, ibu hamil
Covid-19 dengan
periode kecemasan
OktoberDesemb sedang 37.0
er 2020. %, ibu hamil
Pengambilan dengan
sampel kecemasan
menggunakan berat 19.4 %
metode dan tidak ada
purposive yang
sampling. Data mengalami
tingkat kecemasan
kecemasan dengan
dikumpulkan kategori
dengan berat/panik
observasi dan (0%). SAR

15
wawancara ibu AN
hamil
menggunakan
lembar
observasi baku
Hamilton
Rating Scale for
anxiety yang
terdiri dari 14
komponen
dengan skor 0=
tidak ada gejala,
1= gejala
ringan, 2=
gejala sedang,
3= gejala berat,
dan 4= gejala
berat sekali.
Panjang kelas
untuk tidak ada
kecemasan <
14, ringan 14 –
20, sedang 21 –
27, berat 28 –
41 dan panik 42
– 56.

Avin Hubungan Penelitian ini Ada hubungan Perbedaan: tempat


Agung Tingkat menggunakan antara Tingkat penelitian yaitu di
Prasetyo Kecemasan desain korelasi Kecemasan PMB Appi Ammelia
dkk Dengan dengan Dengan Bantul. Sampel yang
(2018) Mekanisme pendekatan Mekanisme digunakan, pada
Koping Ibu cross-sectional, Koping Dalam penelitian saya
Dalam Alat ukur yang Menghadapi sampelnya yaitu ibu
Menghadapi digunakan Persalinan Ibu hamil tm 3.
Persalinan menggunakan Primigravida Persamaan:
Pada Ibu HAR-S untuk Trimester 3 Di pendekatan yang
Primigravid variabel tingkat Wilayah Kerja digunakan yaitu
a Trimester kecemasan dan Puskesmas cross-sectional,
3 Di skala likert Kencong variable bebas yaitu
Wilayah untuk variabel Jember dengan mekanisme koping,
Kerja mekanisme p value = 0,04 varibel terikat yaitu
Puskesmas koping. Sample nilai ini lebih kecemasan ibu hamil.
Kencong pada penelitian kecil dari α
Kabupaten ini adalah Ibu (0,05) maka
Jember primigravida secara statistik
yang ada di di sebut
Wilayah Kerja bermanfaat atau
Kencong ada hubungan.
Kabupaten

16
Jember
sebanyak 33
responden
dengan
menggunakan
tekhnik cluster
sampling lalu
menggunakan
Simple Random
Sampling
dengan metode
lotre atau
undian yang
telah ditentukan
dan yang telah
memenuhi
kriteria inklusi.
Tempat
penelitian ini
dilakukan di
wilayah kerja
Puskesmas
Kencong.
Waktu
penelitian ini
dilaksanakan
pada tanggal 02
- 05 Juli 2018
dari penelitian
sampai analisis
data.
Sri Pengaruh Jenis penelitian Lama kala I Perbedaan: sampel
Yunita Tingkat yang digunakan persalinan yang digunakan,
Perangin Kecemasan adalah normal Teknik sampling
Angin dan penelitian survei sebanyak 25 yang digunakan
(2020) Mekanisme analitik tipe orang (62,5%), adalah acidental
Koping Ibu explanatory sedangkan sampling, dan tempat
Primigravid research. responden penelitian di PMB
a terhadap Responden dengan lama Appi Ammelia
Lamanya dalam penelitian kala I Bantul Yogyakarta.
Kala I ini sejumlah 40 persalinan tidak Persamaan: variabel
Persalinan responden. normal cukup bebas dan terikat
Spontan Pengambilan banyak yaitu 15 yaitu mekanisme
sampel dengan orang (37,5%). koping dan
total sampling. Terdapat kecemasan.
Instrumen yang hubungan
digunakan bermakna
lembar antara tingkat
observasi yang kecemasan
isinya mengenai dengan lama

17
respon dan kala I
koping selama persalinan
bersalin. (p=0,001).
Selanjutnya Hasil analisis
dilakukan multivariat
wawancara menjelaskan
selama 24 jam bahwa variabel
pertama tingkat
persalinan. kecemasan dan
Penelitian ini mekanisme
dilakukan di koping secara
klinik bersalin bermakna
swasta wilayah memiliki
kerja Puskesmas pengaruh pada
Delitua lama kala I
Kabupaten Deli persalinan.
Serdang. Tingkat
kecemasan
mempunyai
dampak lebih
besar pada lama
kala I
persalinan yaitu
dilihat dari nilai
Odds Ratio
(OR) = 13,49
(95%Cl
1,94;93,81)
yang berarti ibu
dengan tingkat
kecemasan
berat beresiko
13 kali
mengalami
lama kala I
persalinan tidak
normal
dibandingkan
ibu dengan
tingkat
kecemasan
sedang.
Sedangkan
mekanisme
koping
memiliki nilai
Odds Ratio
(OR) = 10,23
(95%Cl
1,67;62,60)

18
yang berarti ibu
dengan
mekanisme
koping
maladaptif
berisiko 10 kali
mengalami
lama kala I
persalinan tidak
normal
dibandingkan
ibu dengan
mekanisme
koping adaptif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat, yang
telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual
dengan seorang pria yang sehat maka besar kemungkinan akan
mengalami kehamilan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi

19
sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Yosefni dkk, 2018).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam tiga trimester yaitu trimester pertama dimulai dari
konsepsi sampai umur 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempat
sampai 6 bulan kehamilan, dan trimester ketiga dari bulan ketuju
sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2014).
b. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan

Trimester II dan III

1) Pada trimester II ibu hamil merasa mulai menerima kehamilan


dan menerima keberadaan bayinya karena pada masa ini ibu
mulai dapat merasakan gerakan janinya. Sedangkan pada
trimester III ibu hamil mulai merasa takut dan waspada. Hal ini
karena ibu memikirkan keadaan bayinya, perkiraan waktu
bayinya akan lahir (Madriwati dkk, 2018).

2) Faktor psikologis menurut Gunawan (2017) adalah sebagai


berikut :

kecemasan yang terjadi pada ibu hamil dapat memengaruhi


kesehatan ibu dan janin. Dapat mengalami keterlambatan
perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika
kecemasan pada ibu tidak tertangani dengan baik. Selama masa
kehamilan, ibu hamil mengalami perubahan baik perubahan
secara fisik maupun perubahasan secara psikologis. Perubahan-
perubahan yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan
rasa ketidaknyamanan dan rasa cemas selama kehamilan.

20
Kecemasan yang dialami ibu hamil khususnya saat
trimester III terkait dengan adanya rasa khawatir akan
kesehatan ibu dan janin seperti adanya perasaan takut saat
melahirkan. Takut bila janin yang dilahirkan cacat dan bila
terjadi komplikasi saat bersalin atau setelah bersalin.
Kecemasan yang dialami saat trimester I dan III kehamilan
lebih tinggi dari pada saat trimester II kehamilan. Rasa cemas
dan rasa akut yang disertai dengan pikiran-pikiran negatif dapat
mengakibatkan peningkatan kerja saraf simpatis, dan
hipotalamus-hipofisis untuk melepaskan hormon kortisol,
epinefrin dan adrenalin dalam tubuh sehingga memicu jantung
untuk memompa darah lebih cepat dan denyut jantung
bertambah kuat dan cepat. Rasa tidak nyaman, rasa cemas yang
dialami dan peningkatan pelepasan hormon stres akan
berdampak buruk terhap kesehatan ibu hamil itu sendiri dan
kesehatan janin yang dikandung. Seperti dapat meningkatkan
resiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR),
kelahiran prematur, asma, penyakit pada bayi, autis, IUGR
(Intrauterine Growth Retardation), melemahkan kontraksi otot
rahim dan stres postpartum.

Sekresi hormon endorphin dalam tubuh dapat


meningkatkan suasana hati atau merubah mood khususnya pada
ibu hamil trimester III yang mengalami kecemasan. Meskipun
hormone endorphin dapat disekresikan secara alamiah dalam
tubuh namun hormon endorprin juga dapat disekresikan ketika
tubuh dan pikiran dalam keadaan relaksasi. Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan untuk menstimulasi sekresi hormon
endorprin adalah dengan melakukan terapi musik (Gunawan,
2017).

21
Dampak lain dari kecemasan adalah meningkatkan nyeri
saat persalinan, otot-otot menjadi tegang dan ibu cepat lelah,
sehingga berisiko pada persalinan memanjang. Komplikasi
fatal yang dapat terjadi dari hal tersebut adalah kematian ibu.
Kecemasan pada ibu hamil dapat diatas dengan salah satu
teknik nonfarmakologi yaitu terapi musik klasik. (Asmara, dkk,
2017).

2. Kecemasan
a. Definisi kecemasan
Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai
dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan
ketidakamanan (Stuard, 2016). Definisi lain dari kecemasan adalah
respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan
hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan baru
atau yang belum pernah dilakukan (Yuherlida dkk, 2016)
Kecemasan adalah perasaan takut yang dialami setiap individu
ketika menghadapi masalah yang datang secara tiba-tiba (Malfasari
dkk, 2017).
Teori lain mendefinisikan kecemasan sebagai respon yang
dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik. Kecemasan yang
dialami individu dapat menimbulkan kebingungan dan distorasi
persepsi, yang dapat mengganggu proses pembelajaran dengan
menurunkan konsentrasi mengurangi daya ingat, dan mengganggu
kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang lain [ CITATION
Kap10 \l 1057 ].
b. Proses terjadinya cemas
1) Faktor predisposisi
Suart (2016), menjelaskan bahwa proses terjadinya kecemasan
terdiri atas empat fator yang dapat menimbulkan kecemasan,
yaitu:
a) Teori psikoanalitik

22
Teori ini menjelaskan tentang konflik emosional yang
melibatkan dua elmen keperibadian yang biasa disebut
dengan Id dan Ego, Id memiliki dorongan insting dan
impuls seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya, ego berperan penting dalam proses kecemasan
sebab dengan ego individu dapat merasakan adanya
ancaman atau bahaya yang akan datang.
b) Teori interpersonal
Teori interpersonal menjelaskan, kecemasan timbul akibat
perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan, dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan
dengan terauma, seperti trauma perpisahan dan kehilangan
yang kemudian menimbulkan kecemasan terhadap individu.
c) Teori perilaku
Teori perilaku menjelaskan bahwa kecemasan disebabkan
oleh stimulus lingkungan fisik, pola berfikir yang salah,
atau tidak produktif. Individu yang mengalami cemas
cendrung menilai lebih saat adanya ancaman atau bahaya
dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan
dirinya untuk mengatasi ancaman.
Teori biologis
d) Teori biologis menunjukan bahwa otak manusia
mengandung reseptor khusus yang dapat meningkatkan
neuroregulator inhibisi yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan.
Kecemasan biasanya datang disertai dengan gangguan fisik
dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk
mengatasi kecemasan.
2) Faktor presipitasi

23
Stuart (2016) membagi faktor presipitasi, atas dua faktor antara
lain:
a) Faktor Eksternal
(1) Ancaman integritas fisik
Faktor yang meliputi ketidakmampuan fisiologis
terhadap kebutuhan dasar sehari-hari contohnya sakit,
trauma fisik, dan keceakaan.
(2) Ancaman sistem diri
Ancaman sistem diri merupakan ancaman terhadap
indentitas diri, kehilangan, perubahan status dan peran,
tekanan kelompok, serta sosial budaya.
b) Faktor internal
Kaplan dan Saddock (2010) menjelaskan bahwa, faktor
internal yang dapat mempengaruhi kecemasan terdiri atas
empat faktor, yaitu:
(1) Usia
(2) Individu yang memiliki usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan
usia yang lebih tua.
(3) Stresor
Stresor merupakan keadaan yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan dimana individu dituntut
untuk beradaptasi. Sifat stresor dapat berubah secara
tiba-tiba dan dapat mempengaruhi individu dalam
menghadapi kecemasannya. Contohnya semakin
banyak stresor yang dialami mahasiswa, maka semakin
besar dampaknya terhadap fungsi tubuh sehingga jika
itu terjadi stresor yang kecil saja dapat mengakibatkan
reaksi berlebih.
(4) Jenis kelamin

24
Kecemasan cenderung lebih sering dialami oleh wanita,
sebab wanita mwmiliki respon kecemasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini dikarenakn
karena wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada
akhirnya peka juga terhadap perasaan cemas yang
dialami.
(5) Pendidikan
Tingkat pendidikan individu sangat berpengaruh
terhadap kemampuan berfikirnya. Semakin tinggi
tingkat pendidikannya makan semakin mudah individu
dalam berfikir rasional dan menangkap informasi baru,
kemampuan analisis akan mempermudah individu
dalam menguraikan masalah baru.
c. Etiologi kecemasan
Keliat, Wiyono, dan Susanti (2011), mengatakan kecemasan
sebagai suatu perasaan was-was seakan akan sesuatu yang buruk
akan terjadi dan, merasa tidak nyaman, seakan akan ada ancaman
disertai gejala-gejala fisik seperti jatntung berdebar debar, keringat
dingin, dan tangan gemetaran. Stuart (2016) membagi penyebab
kecemasan atas tiga kelompok, antara lain:
1) Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu.
2) Pengalaman traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan
atau bencana.
3) Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapi tujuan.
4) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan
fisiologis, atau gangguan terhadap kebutuhan dasar.
5) Ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan
perubahan peran).
d. Gejala kecemasan
Stuart (2016) menyebutkan bahwa gejala kecemasan ditandai
dengan adanya empat aspek respon kecemasan, antara lain:

25
1) Respon fisiologis
a) Sistem pernafasan: frekuensi nafas cepar, sesak nafas, nafas
dangkal, mudah terengah-engah.
b) Sistem gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak
nyaman, diare, dan mual.
c) Sistem integument: pucat, tubuh berkeringat, wajah
kemerahan, telapak tangan berkeringat.
d) Sistem kardiovaskular: tekanan darah meningkat, jantung
berdebar-debar.
e) Sistem neuromuskuler: reaksi terkejut, insomnia, tremor,
gelisah, gugup, dan wajah tegang.
f) Sistem saluran Perkeihan: sering kecing karena tidak dapat
menahannya.
Keliat, Wiyino, dan Susanti, (2011), tanda dan gejala
kecemasan sebagai berikut:
a) Fisik, berupa sfalgia, jantung berdebar keras dan insomnia,
pusing, berkeringat, mulut kering, nyeri perut, agitasi,
tidakbisa santai, dan tremor.
b) Mental, berupa ketegangan mental (cemas atau bingung,
rasa tegang atau gugup, penurunan konsentrasi).
c) Respon perilaku
Respon prilaku biasanya menunjukan tanda dan gejala
seperti: gelisah, ketegangan fisik, gugup, menarik diri,
menghindar, cepat terkejut, bicara cepat.
d) Respon kongnitif
Pada respon kongnitif biasanya menunjukkan tanda dan
gejala: tidak fokus, perhatian terganggu atau sulit
berkonsentrasi, sering lupa, sulit dalam berfikir, penurunan
kreatifitas, bingung, dan sulit memberikan penilaian.
e) Respon afektif

26
Respon afektif biasanya menunjukkan tanda dan gejala:
khawatir, waspada, mudah marah, elisah, tegang, ketakutan,
hanya fokus terhadap diri sendiri, tidak sabaran.
e. Tingkat kecemasan
Keliat (2011) menyebutkan bahawa tingkat kecemasan terbagi atas
tiga tingkatan:
1) Kecemasan ringan, merupakan kecemasan yang disebabkan
oleh ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan individu menjadi waspada.
2) Kecemasan sedang, kecemasan yang menyebabkan individu
memusatkan perhatian terhadap suatu hal yang dianggap
penting saja dan mengesampingkan hal-hal yang lainnya,
sehingga perhatiannya hanya terpusat pada sesuatu yang
bersifat selektif namun dapat melukukan suatu hal dengan
terarah.
3) Kecemasan berat, terjadi apabila individu mengalami
pengurangan lapang persepsi sehingga cendrung memusatkan
perhatian pada sesusatu yang terperinci dan spesifik dan tidak
dapat memikirkan tentang hal lain. Individu yang mengalami
kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pemikiran.
Pepalu (1963) dalam Stuart (2016) mendefinisikan empat
tingkat kecemasan, yaitu:
1) Kecemasan ringan, merupakan kecemasan yang disebabkan
oleh ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Selama taham
ini seseorang akan waspada dan lapang persepsi meningkat.
Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, den
menangkap lebih dari sebelumnya, jenis kecemasan ringan
dapat memotifasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreatifitas.

27
2) Kecemasan sedang, kecemasan yang menyebabkan individu
memusatkan perhatian terhadap suatu hal yang dianggap
penting saja dan lapang persepsi menyempit sehingga kurang
melihat, mendengar, dan menangkap, namun seseorang yang
mengalami kecemasan sedang masih mampu mengikuti
perintah jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Kecemasan berat ditandai dengan penurunan yang signifikan
pada lapang persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal-hal
yang detail dan tidak berfikir tentang hal yang lain. Semua
prilaku ditujukan untuk mengurangi kecemasan, dan banyak
arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area lain.
4) Panik dikaitkan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang
yang mengalami kepanikan tidak dapat melakukan siatu hal
bahkan dengan arahan sekalipun. Gejala panik merupakan
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit, dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Orang yang mengalami
kepaniakan tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Tingkat kecemasan ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu,
karena tidak kompatibel dengan kehidupan. Kondi panik yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan kelelahan bahkan
kematian.
f. Instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan

3. Mekanisme Koping
a. Definisi
Stuart (2016) mendefinisikan koping sebagai suatu upaya yang
diarahkan pada penatalaksanaan stress, yaitu cara dalam

28
penyelesaian masalah dengan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme koping pada
dasarnya merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap
perubahan-perubahan baik itu dari dalam (Internal) atau dari luar
(External) diri individu itu sendiri.
b. Sumber Koping
Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang
membantu individu dalam menentukan apa yang akan dilakukan.
Sumber koping dapat berupa aset keuangan, kemampuan dalam
pemecahan masalah, keyakinan budaya, kesehatan atau energi,
dukungan spiritual, keyakinan positif, sumber materi dan kesehatan
fisik (Stuart, 2016).
c. Jenis-Jenis Koping
Stuart (2016) menyatakan, ketika individu mengalami ansietas
maka individu tersebut akan menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk menghilangkan ansietas, pada individu yang
mengalami ansietas ringan mekanisme koping yang umum
digunakan adalah menangis, tidur, makan, menguap, tertawa,
latihan fisik, dan melamun. Perilaku moral, seperti merokok, dan
minum-minuman keras merupakan cara lain untuk mengatasi
ansietas ringan.
Pada individu yang mengalami ansietas sedang, berat, dan panik
maka individu tersebut membutuhkan lebih banyak energi untuk
mengatasi ancaman mekanisme koping yang biasanya digunakan
adalah mekanisme koping yang berfokus pada masalah atau tugas,
dan mekanisme koping yang berfokus pada emosi atau ego (Stuart,
2016).
1) Berfokus pada masalah (problem focused coping)
Mekanisme koping yang berfokus pada masalah atau tugas,
merupakan mekanisme koping yang disengaja untuk
memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, dan memuaskan

29
kebutuhan. Reaksi ini mencakup perilaku menyerang atau
tindakan yang dilakukan individu untuk menghilangkan
masalahnya dalam rangka memenuhi kebutuhan, perilaku
menarik diri atau reaksi individu untuk menghindar dari sumber
ancaman, dan perilaku kompromi atau perubahan cara berpikir
individu yang biasa tentang hal-hal tertentu, mengganti tujuan,
atau mengorbankan aspek kebutuhan pribadi. Kemungkinan
pemecahan masalah yang efektif dipengaruhi oleh ekspektasi
seseorang, minimal keberhasilan parsial. Hal ini tergantung
pada memori kesuksesan masa lalu dalam situasi yang sama,
yang memungkinkan seseorang untuk maju dan menghadapi
situasi kecemasan yang sama.
2) Berfokus secara kognitif
Mekanisme koping berfokus pada kognitif, dimana seseorang
mencoba untuk mengontrol makna dari suatu masalah dan
dengan demikian menetralisirnya. Contohnya perbandingan
positif, ketidaktahuan selektif, subtitusi penghargaan, dan
evaluasi benda yang diinginkan.
3) Berfokus pada emosi atau ego
Mekanisme koping individu yang berorientasi pada tekanan
emosional, dikenal sebagai mekanisme pertahanan, melindungi
seseorang dari perasaan tidak mampu, tidak berharga, dan
mencegah kecemasan. Perilaku mekanisme koping ini antara
lain, kompensasi atau proses dimana seseorang menggunakan
kelemahan yang dirasakan dengan penekanan yang kuat atas ciri
yang dianggap lebih menyenangkan, dan pengingkaran atau
perilaku menghindari realitas yang tidak menyenangkan dengan
mengabaikannya.
Pada individu yang menggunakan mekanisme koping berfokus
pada emosi atau ego, harus dievaluasi untuk mengetahui apakah

30
mekanisme koping tersebut adaptif atau maladaptif dengan
memperhatikan empat isu:
a) Menurut pandangan individu, apakah mekanisme koping
yang individu gunakan bersifat adaptif atau maladaptif.?
b) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan: Apakan ada
tingkat disorganisasi kepribadian yang tinggi.? Apakah
individu tersebut terbuka terhadap fakta tentang situasi
kehidupannya saat ini.?
c) Apakah tingkat penggunaan mekanisme koping pertahanan
tersebut mengganggu kondisi individu.?
d) Apa alasan individu menggunakan mekanisme koping
pertahanan ego.?
d. Respon Koping
Stuart (2016) menyebutkan bahwa respon individu terhadap stres
berdasarkan faktor predisposisi, sifat stresor, presipitasi terhadap
situasi, analisis sumber koping, dan mekanisme koping. Respon
koping dievaluasi dalam satu rentang yaitu adaptif dan maladaptif.
1) Koping adaptif
Merupakan respon koping yang mendukung fungsi integritas,
pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan, seperti bicara
dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain
dan afektif, teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktivitas
konstruktif.
2) Koping maladaptif
Respon koping yang menghambat fungsi integritas,
memecahkan pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
cenderung menghalangi penguasaan terhadap lingkungan,
seperti makan berlebihan atau mogok makan, kerja berlebih,
menghindar, marah-marah, mudah tersinggung dan
menyerang. Mekanisme koping maladaptif dapat menimbulkan
dampak yang buruk bagi individu seperti isolasi sosial,

31
berdampak pada kesehatan diri, dan bahkan terjadi resiko
bunuh diri.

4. Penatalaksanaan Kehamilan dan Persalinan Pada Masa Pandemi


Covid-19
a. Definisi
Covid-19 merupakan sejenis virus dari famili
Coronaviridae yang berimplikasi terhadap penyakit menular dan
mematikan yang menyerang mamalia seperti manusia pada saluran
pernafasan hingga ke paru-paru. Pada umumnya pengidap Covid-
19 akan mengalami gejala awal berupa demam, sakit tenggorokan,
pilek dan juga batuk-batuk bahkan sampai parah dapat
menyebabkan pneumonia. Virus ini dapat menular melalui kontak
langsung dalam jarak dekat dengan pengidap Covid-19 melalui
cairan pernafasan yang keluar dari tubuh penderita saat batuk atau
mengeluarkan ludah dan riyak (Yuliana, 2020).
Covid-19 atau yang dikenal oleh masyarakat dengan
sebutan virus corona adalah salah satu virus yang menyerang
sistem pernapasan. Virus corona bisa menyebabkan gangguan pada
sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai mati. Ini merupakan
virus jenis baru yang menular ke manusia. Virus ini bisa
menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, maupun
lansia. Infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus ini berawal
ditemukan di Kota Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019. Virus
ini menular dengan cepat dan menyebar di berbagai wilayah lain di
Cina bahkan ke beberapa negara termasuk Indonesia (Susilawati,
Reinpal Falefi, dan Agus Purwoko, 2020).
Kemenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(COVID-19), virus ini bisa mati dalam rentang waktu 5-7 hari,
masa inkubasi corona paling pendek berlangsung selama dua

32
sampai tiga hari. Sedangkan paling lama bisa mencapai 10 hingga
12 hari. Ini adalah rentang waktu yang dibutuhkan oleh virus untuk
menjangkit dan menampakkan gejala-gejala awal. Dalam masa ini
virus corona sulit untuk dideteksi. Virus corona sangat sensitif
terhadap panas dengan suhu setidaknya 56 derajat celcius selama
30 menit. Virus corona belum bisa diobati dengan penanganan
medis apa pun. Walau demikian, sebenarnya virus corona yang
masuk ke dalam tubuh manusia bisa mati dalam rentang waktu 5-7
hari. Dengan sistem imun tubuh yang cukup baik, virus corona tak
mudah menyebar ke seluruh anggota tubuh.
Menurut WHO virus corona COVID-19 menyebar orang ke
orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar
ketika seseorang batuk atau menghembuskan nafas. Tetesan ini
kemudian jatuh ke benda yang disentuh oleh orang lain.
Menurut ahli virus atau virologis Richard Sutejo (2020), virus
corona penyebab sakit Covid-19 merupakan tipe virus yang umum
menyerang saluran pernafasan. Tetapi strain covid-19 memiliki
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi akibat adanya mutasi
genetik dan kemungkinan transmisi interspesies.
1. Mekanisme Penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol
penderita dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan
ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung dengan
penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi
aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga
penularan akan semakin mudah. (Buku Pedoman COVID-19
Kemendagri, 2020).
2. Karakteristik klinis
Berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat ini, masa
inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan
umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan

33
dan batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala
seperti hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare
relatif jarang terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau
hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset
penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang
menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok septik, asidosis
metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan batuk
serta kegagalan banyak organ, dll. Pasien dengan penyakit parah
atau kritis mungkin mengalami demam sedang hingga rendah, atau
tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya hadir dengan
sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa manifestasi
pneumonia. (Kemendagri, 2020).
Pada tahap awal COVID-19, hasil rontgen menunjukkan
bahwa ada beberapa bayangan polakecil (multiple small patches
shadow) dan perubahan interstitial, terutama di periferal paru.
Seiring perkembangan penyakit, hasil rontgen pasien ini
berkembang lebih lanjut menjadi beberapa bayangan tembus
pandang/kaca (multiple ground glass shadow) dan bayangan
infiltrasi di kedua paru. Pada kasus yang parah dapat terjadi
konsolidasi paru. Pada pasien dengan COVID-19, jarang ditemui
adanya efusi pleura. (Kemendagri, 2020)
Pada kasus berat, perburukan secara cepat dan progresif,
seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi
dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa
hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki
prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan
meninggal. (PDPI, 2020)
b. Pencegahan Penularan COVID-19
Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan
penularan COVID-19 meliputi :

34
1) Sering-Sering Mencuci Tangan
Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan.
Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air
mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus,
termasuk virus Corona. Pentingnya menjaga kebersihan tangan
membuat memiliki risiko rendah terjangkit berbagai penyakit.
2) Hindari Menyentuh Area Wajah
Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga
wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah
rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat
penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah
bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan orang lain.
3) Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan
Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu
mencegah penyebaran virus Corona. Untuk saat ini
menghindari kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah bisa
menjadi media penyebaran virus Corona.
4) Jangan Berbagi Barang Pribadi
Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari.
Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan,
handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi
kesehatan dan mencegah terinfeksi virus Corona.
5) Etika ketika Bersin dan Batuk
Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara.
Ketika bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang
yang ada di sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih
baik gunakan tisu ketika menutup mulut dan hidung ketika
bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih menggunakan
sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus yang tertinggal
di tangan.
6) Bersihkan Perabotan di Rumah

35
Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan
tempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk
membersih perabotan yang ada di rumah. Bersihkan permukaan
perabotan rumah yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu,
meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun, secara teratur. Bisa
membuat cairan disinfektan buatan sendiri di rumah
menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan perabotan
rumah cukup dua kali sehari.
7) Jaga Jarak Sosial
Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang
efektif adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan
kampanye jaga jarak fisik atau physical distancing. Dengan
menerapkan physical distancing ketika beraktivitas di luar
ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu langkah
mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak dengan orang lain
sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku di
tempat umum, di rumah pun juga bisa diterapkan.
8) Hindari Berkumpul dalam Jumlah Banyak
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian
Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak
melakukan aktivitas keramaian selama pandemik virus Corona.
Tidak hanya tempat umum, seperti tempat makan, gedung olah
raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus mengalami dampak
tersebut. Tindakan tersebut adalah upaya untuk mencegah
penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan
melalui makanan, peralatan, hingga udara. Untuk saat ini,
dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di rumah agar
pandemik virus Corona cepat berlalu.
9) Mencuci Bahan Makanan
Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting
dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan

36
sayursayuran menggunakan larutan hidrogen peroksida atau
cuka putih yang aman untuk makanan. Simpan di kulkas atau
lemari es agar bahan makanan tetap segar ketika ingin
dikonsumsi. Selain untuk membersihkan, larutan yang
digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang
mampu mengatasi bakteri yang ada di bahan makanan.

B. Kerangka Teori

Perubahan yang dialami 1. Perubahan fisiologis


Kehamilan 2. Perubahan psikologis
3. Perubahan sosial

1. Diri sendiri Sumber Kecemasan


2. Keluarga
3. Masyarakat dan lingkungan

Output

Mekanisme Koping
Kecemasan ↓

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Kecemasan dan Koping => Stuard (2016), instrumen untuk mengukur
kecemasan (…)

37
C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Kecemasan Ibu Hamil


Makanisme Koping: TM III menghadapi
rencana persalinan
(Respon/Jenis)
pada masa pandemi
Covid-19

Variabel perancu

a) Karakteristik ibu hamil


(umur, pekerjaan,
Pendidikan, paritas)
b) Dukungan suami atau
keluarga

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis
H1 :
Ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada ibu hamil
menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19 di PMB Appi
Ammelia Bantul Yogyakarta
H0 :
Tidak ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada ibu
hamil menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19 di PMB
Appi Ammelia Bantul Yogyakarta

38
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu jenis survey
analitik. Survey analitik adalah survei atau penelitian yang menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan ini terjadi. Kemudian
melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor
risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012).
Desain penelitian merupakan suatu hal penting yang
memungkinkan pengontrolan secara maksimal terhadap beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil dalam penelitian (Nursalam,
2017).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan
pendekatan Cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen satu
kali pada satu saat. Penelitian ini akan mencari hubungan variabel
independent dan variabel dependen, dimana akan dilakukan pengukuran
mekanisme koping pada responden dan menyelidiki hubungan variabel
tersebut terhadap tingkat kecemasan ibu hamil (Nursalam, 2017).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya [ CITATION
Sug19 \l 1057 ]

39
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil trimester 3 yang
melakukan pemeriksaan ANC di PMB Appi Ammelia pada tanggal 22
November sampai 22 Desember 2021 sejumlah (.....) orang.

2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan
sebagai subjek dalam penelitian melalui sampling. Pada dasarnya,
terdapat dua syarat yang harus terpenuhi dalam menetapkan sampel,
yakni representatif (mewakili) dan cukup banyak (Nursalam, 2017).
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi sebagai
representasi dari populasi tersebut. Teknik sampling adalah cara-cara
yang dilalui dalam pengambilan sampel sehingga dapat diperoleh
sampel yang benarbenar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental
sampling. Accidental sampling merupakan pengambilan sampel secara
accidental dengan mengambil responden yang kebetulan ada di suatu
tempat penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Dalam memilih sampel, peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum yang ada pada
subjek penelitan yang berasal dari suatu populasi target terjangkau
dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini yaitu:
1) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden
2) Ibu hamil yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di
PMB Appi Ammelia
3) Ibu hamil yang tidak dalam kondisi inpartu
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dikarenakan berbagai

40
penyebab (Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
yaitu:
1) Keadaan umum pasien lemah, sehingga tidak memungkinkan
untuk menjadi responden.

C. Waktu dan Tempat


Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu selama
satu bulan, yaitu dari tanggal 22 November sampai 22 Desember 2021 di
PMB Appi Ammelia Bantul.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
1) Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017). Variabel independen
atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah mekanisme koping ibu
hamil TM III.
2) Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2017). Variabel dependen atau variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kecemasan ibu hamil TM III menghadapi
persalinan pada masa pandemi Covid-19.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari
perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel
penelitian. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut

41
3.1 Tabel Operasional

N0 Variabel Devinisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1 Kecemasan Perasaan khawatir Kuisioner PASS 0-20: tidak Ordinal
Ibu Hamil yang terjadi pada (Perinatal cemas
TM III ibu yang sedang Anxiety 21-26:
menghadapi mengandung. Screening Scale) kecemasan
rencana yang ringan
persalinan diterjemahkan 27-40:
pada masa oleh Ulfa (2017) kecemasan
pandemi yang terdiri dari sedang
Covid-19. 31 item 41-93:
pernyataan kecemasan
mengenai skala berat
kecemasan
dengan
pemberian nilai
dari jawaban
berupa skor 0-3,
sbb:
Nilai 0 = tidak
merasakan
Nilai 1 = kadang-
kadang
Nilai 2 = sering
Nilai 3 = sangat
sering

2 Mekanisme Mekanisme koping Instrumen yang 1. Adaptif Ordinal


Koping ibu adalah solusi yang digunakan dalam ≥40
hamil TM III digunakan ibu mengukur 2. Maladaptif
hamil dalam mekanisme koping < 40
mengatasi menggunakan
permasalahan atau kuesioner
kecemasan, dengan Rahmawati (2016).
indikator berfokus Dengan jumlah 20
pada masalah, pertanyaan.
berfokus pada
kognitif dan
berfokus pada
emosi dalam
menghadapi

42
persalinan dimasa
pandemi covid-19.

F. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumbernya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini melalui kuesioner pada
responden yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah:
1. Data demografi responden meliputi alamat, no. telp/HP, agama, usia
ibu hamil, kehamilan ke berapa, dan jenis pekerjaan.
2. Data yang digunakan untuk mengukur variabel mekanisme koping ibu
hamil. Kuesioner Mekanisme Koping. Instrumen yang digunakan
dalam mengukur mekanisme koping menggunakan kuesioner
[ CITATION Rah16 \l 1057 ] . Sesuai dengan model mekanisme koping
menurut Stuart (2016) yaitu mekanisme koping berfokus pada
masalah, berfokus pada kognitif, dan mekanisme koping berfokus
pada emosi atau ego.
Pada pernyataan yang favorable atau mendukung jawaban sangat
setuju (SS) dinilai dengan skor 4, jawaban setuju (S) dinilai dengan
skor 3, jawaban tidak setuju (TS) dinilai dengan skor 1, jawaban sangat
tidak setuju (STS) dinilai dengan skor 0. Sebaliknya pada jawaban
pertanyaan unfavorable atau tidak mendukung, jawaban sangat setuju
(SS) dinilai dengan skor 0, jawaban yang setuju (S) dinilai dengan skor
1, jawaban tidak setuju (TS) dinilai dengan skor 3, jawaban sangat tidak
setuju (STS) dinilai dengan skor 4. Mekanisme koping diinterpretasikan
menjadi adaptif bila skor ≥40 dan maladaptif bila skor <40.

43
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner Mekanisme Koping
No Indikator Favorabl Unfavorable Jumlah
e
Mekanisme koping berfokus pada masalah
8
1 Negosiasi 1, 2 2
2 Konfrontasi 3, 4 2
3 Mencari saran 5, 6 7, 8 4

Mekanisme koping berfokus secara kognitif


8
1 Perbandingan positif 9, 10 2
2 Ketidaktahuan selektif 11, 12 2
3 Subtitusi penghargaan 13, 14 2
4 Devaluasi objek yang 15, 16 2
diinginkan
Mekanisme koping berfokus pada emosi
4
1 Denial 17, 18 2
2 Supresi 19 1
3 Proyeksi 20 1
Total 20

3. Data yang berisi pertanyaan tentang kecemasan pada ibu hamil.


Kuesioner ini telah dikembangkan dan divalidasi di King Edward
Memorial Hospital Australia Barat melalui penelitian dengan judul
The Perinatal Anxiety Screening Scale: Development and Preliminary
Validation (Somerville et al., 2014). Instrumen ini sudah
diterjemahkan oleh Nourma Aulia Ulfa dengan nilai uji validitas dan
reliabilitas 0,983. PASS terdiri dari 31 pertanyaan dengan 4 pilihan
jawaban dengan pemberian skor: 0 untuk tidak pernah, skor 1 untuk

44
kadang-kadang, skor 2 untuk jawaban sering dan skor 3 untuk
jawaban selalu dengan kategori skor :
a. 0 - 20 : Tidak cemas
b. 21 - 26 : Cemas ringan
c. 27 - 40 : Cemas sedang
d. 41 - 93 : Cemas berat

G. Uji Validasi dan Realibilitas


Alat dan cara pengumpulan data yang baik diperlukan dalam
pengumpulan data pada suatu penelitian untuk memperoleh data yang
valid, reliable, dan akurat (Nursalam, 2017). Prinsip validitas dan
reliabiltas merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
penyusunan suatu instrumen. Instrumen yang valid merupakan instrumen
yang benar-benar tepat untuk mengukur sesuatu yang hendak diukur
(Sugiyono, 2010).
Prinsip validitas menekankan 2 hal penting yang harus terpenuhi,
yaitu instrumen harus (1) relevan isi, serta (2) relevan cara dan sasaran.
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran suatu hal atau subjek yang
diukur berulang kali dalam waktu yang berbeda (Nursalam, 2017).
Teknik untuk mengukur validitas kuesioner dilakukan dengan
menghitung korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan
skor total, menggunakan uji korelasi pearson dengan dasar keputusan r
hitung < r tabel, maka item dinyatakan berkorelasi terhadap skor total
(valid). Sedangkan untuk uji reliabilitas dilakukan dengan melihat skor
alpha cronbach dengan pemaknaan lemah sampai kuat pada skala 0
sampai 1.
Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini tidak dilakukan
untuk menguji instrument. Peneliti mengadopsi kuesioner dari [ CITATION
Rah16 \l 1057 ] yang sesuai dengan model mekanisme koping menurut
Stuart (2016), yang sudah di uji validitas oleh Rahmawati (2016) masing-
masing item lebih besar dari r tabel sebesar (0,3610) oleh karena itu

45
mekanisme koping dianggap valid. Uji reliabilitas tidak dilakukan oleh
peneliti karena alat ukur yang dipakai sudah baku dan telah dilakukan uji
reliabilitas oleh [ CITATION Rah16 \l 1057 ] karena nilai alpa sebesar 0,806
sehingga bisa dikatakan bahwa instrumen mekanisme koping dikatakan
reliabel.
kuisioner PASS tentang skala kecemasan yang telah
diterjemahkan oleh Nouma Aulia Ulfa yang telah dilakukan uji validasi
dan uji reliabilitas yang menunjukkan bahwa semua item soal valid.

H. Manajemen Data
Tahap manajemen data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penyuntingan data (editing)
Editing merupakan tahapan memeriksa kembali kelengkapan jawaban
serta pengecekan pertanyaan pada kuesioner.
2. Coding
Coding merupakan tahap klarifikasi jawaban yang diberikan
responden dan pengubahan data yang berupa huruf menjadi angka
untuk mempermudah pengerjaan dan pembacaan adil.
3. Tabulating
Merupakan proses memasukkan data sesuai pengkodean ke dalam satu
tabel di komputer untuk memudahkan analisa data.
4. Entry
Merupakan proses memasukkan data hasil tabulasi ke dalam program
komputer (master sheet penelitian) sesuai dengan coding yang telah
dibuat.

I. Analisis Data
1) Analisis Univariat
Jenis analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik responden dan setiap variabel penelitian. Analisis

46
univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentase dari variabel independen yaitu hubungan
mekanisme koping dan variabel dependen yaitu kecemasan pada ibu
hamil menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19
(Notoatmodjo, 2012).
Analisis untuk variable yang akan diteliti merupakan persentase

F
dengan rum P= x 100 %
N
Keterangan:
P : Angka ejadian variable (%)
F : Frekuensi kejadian pada tiap variable
N : Jumlah sampel
(Arikunto, 2006)
Analisis univariat untuk mengestimasi parameter untuk kategorik
(umur dan tingkat pendidikan) terutama ukuran tendensi sentral dan
ukuran variabilitas (mean, median, standar deviasi, minimum,
maksimum, dengan tingkat kepercayaan 95%)
Pada analisis univariat ini untuk jenis data kategorik disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dengan ukuran presentase dan proporsi
yang digambarkan dalam table, sebagai berikut.
Variable Jenis Data Presentase
Mekanisme Koping Ordinal Distribusi presentase
Kecemasan Ordinal Distribusi presentase

2) Analisis Bivariat
Jenis analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dua variabel.
Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel
pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh (tidak bebas). (Sandu
Siyoto, 2015).

47
Pada penelitian ini, analisis bivariat menggunakan uji statistic non
parametrik. Untuk menguji hubungan dua variable yang diteliti yaitu
variable independent dan dependen, peneliti menggunakan teknik
korelasi tata jenjang atau rank correlation atau sering disebut uji
korelasi Spearman rank, karena data dari instrument penelitian
menggunakan skala ordinal. Pengujian menggunakan tingkat
signifikan 0,05 dengan menggunakan program SPSS 23 dengan
bantuan komputerisasi.
Sebagai pedoman dalam memberikan interpretasi hasil uji
statistik / hipotesa berdasarkan kuatnya korelasi, Nilai ρ dan Arah
korelasi, maka dapat menggunakan panduan table berikut ini.
NO PARAMETER NILAI INTERPRETASI
1. Kekuatan Korelasi 0,0 sampai <0,2 Sangat Lemah
0,2 sampai <0,4 Lemah
0,4 sampai <0,6 Sedang
0,6 sampai <0,8 Kuat
0,8 sampai 1 Sangat kuat
2. Nilai ρ P < 0,05 Terdapat
korelasi/hubungan
yang bermakna
antara dua
variable yang
diuji.
P > 0,05
Tidak terdapat
korelasi /
hubungan yang
bermakna antara
dua variable yang
diuji.
3. Arah Korelasi (+) / Positif POSITIF = searah:
semakin
besar/meningkat
nilai satu variable,

48
maka semakin
besar/meningkat
pula nilai variable
yang lain, dan
sebaliknya.

(-) / Negatif NEGATIF =


Berlawanan arah:
semakin besar
nilai pada satu
variable, maka
nilai variable yang
lain akan semakin
kecil, dan
sebaliknya.
Tabel 3.3 Pedoman interpretasi hasil uji statistik / hipotesa
Sumber: Dahlan, S (2012)

Pada analisis bivariat ini digambarkan dalam table, sebagai berikut.


Variable Uji statistik
Hubungan mekanisme koping dengan Spearman Rank
Kecemasan pada Ibu Hamil menghadapi
persalinan dimasa Pandemi Covid-19

Mekanisme Tingkat Kecemasan


Tidak Berat
Koping
Cemas
PFC
KFC
EFC

J. Prosedur Penelitian
Prosedur pengambilan atau pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu:
1. Peneliti membuat surat permohonan survei data awal dan surat
pengambilan data penelitian ke bagian akademik Stikes Estu Utomo

49
Boyolali yang ditujukan dan akan di proses di tempat penelitian, yaitu
PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta.
2. Peneliti mengajukan permohonan uji etik penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian jurusan kebidanan Stikes Estu Utomo setelah melalui
persetujuan proposal oleh dosen pembimbing dan dosen penguji.
3. Peneliti melakukan pengajuan ijin penelitian di PMB Appi Ammelia.
4. Setelah mendapatkan ijin dari tempat penelitian, pengambilan data
penelitian dimulai.
5. Pengumpulan data dilakukan kepada sampel yang dipilih melalui
teknik accidental sampling, dimana jangka waktu pengambilan data
yaitu dari tanggal 22 November – 22 Desemberber 2021. Ibu hamil
trimester 3 yang memenuhi kriteria dan bersedia menjadi responden
pada saat ditemui, dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Penelitian dilakukan di PMB Appi Ammelia.
6. Peneliti menunggu responden di ruang tunggu PMB Appi Ammelia.
Setelah ibu hamil yang melakukan pendaftaran pemeriksaan ANC,
peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden. Peneliti
memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan
memberikan informed consent kepada responden.
7. Pengumpulan data dilakukan setelah responden bersedia dengan
memberikan kuesioner penelitian kepada responden. Pengisian
kuesioner dilakukan secara individu di ruang tunggu PMB Appi
Ammelia.
Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner sampai
pengisian kuesioner selesai. Responden dapat menanyakan pertanyaan
yang kurang dimengerti dan peneliti memberikan penjelasan kepada
responden. Pengisian kuesioner membutuhkan waktu ±25 menit.
8. Setelah pengisian kuesioner selesai dilakukan, peneliti memberikan
insentif pada responden sebagai ungkapan terima kasih.

50
K. Etika Penelitian
Secara umum, etika penelitian terbagi atas tiga bagian, yaitu:
1. Prinsip manfaat
a) Bebas dari penderitaan
Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
pada klien. Pada penelitian ini tidak dilakukan pemberian
intervensi yang mungkin memiliki resiko untuk menimbulkan
suatu penderitaan. Penelitian dilaksanakan dengan pemberian
kuesioner pada responden yang sebelumnya telah diberikan dan
menyetujui informed consent.
b) Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian akan dihindarkan dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Sebelum melakukan penelitian,
peneliti akan menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan
dalam pengambilan data. Peneliti juga akan meyakinkan bahwa
informasi yang diberikan oleh responden tidak akan digunakan
dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk
apapun.
c) Resiko (benefits ratio)
Peneliti wajib mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang
akan berakibat pada responden di setiap tindakan. Pada penelitian
ini dilakukan tanpa memberikan intervensi atau tindakan terhadap
responden.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a) Hak untuk ikut atau menolak menjadi responden (right to self
determination)
Pada penelitian ini tidak dilakukan pemaksaan terhadap subjek
agar bersedia menjadi responden. Subjek berhak menyetujui atau
menolak menjadi responden.
b) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure)

51
Peneliti akan memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu akibat penelitian yang
dilakukan.
c) Informed consent
Subjek akan mendapatkan informasi secara lengkap terkait
penelitian yang akan dilakukan serta tujuan dari penelitian.
Subjek mempunyai hak untuk menyetujui atau menolak menjadi
responden. Pada informed consent juga akan dicantumkan bahwa
informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment)
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai mahasiswa dan
bukan tenaga kesehatan. Oleh karena itu penelitian yang akan
dilaksanakan tidak memiliki resiko pelanggaran right in fair
treatment.
b) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek memiliki hak untuk meminta kerahasiaan atas data yang
diberikan, oleh karena itupenelitian akan dilaksanakan dengan
prinsip tanpa nama (anonimity) dan rahasia (confidentiality).

52
DAFTAR PUSTAKA

Abdoli, Amir dkk. 2020. The Covid Pandemic, Psychological Stress During
Pregnancy, And Risk Of Neurodevelopmental Disorders In Offspring: A
Neglected Consequence. Journal Of Psychosomatic Obstetrics &
Gynecology,
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta

Asmara, dkk. (2017). Efektifitas Hipnoterapi dan Terapi Musik Klasik tehadap
Kecemasan Ibu Hamil Resiko Tinggi di Puskesmas Magelang Selatan
Tahun 2017. The6th University Research Colluquim 2017 Universitas
Muhammadiyah Magelang, hal 329-334.

Dahlan, M. S. 2012. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang


Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2020). Profil kesehatan Kabupaten


Bantul Tahun 2020. Yogyakarta: Dinkes Bantul.

Dinkes DI Yogyakarta. (2019). Profil Kesehatan DI Yogyakarta. Yogyakarta:


Dinkes Daerah Istimewa Yogyakarta.https://dinkes.jogjaprov.go.id/

Doli, Jenita. 2019. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru Farzaneh
dan Masoumeh. 2020. Coronavirus Pandemic and Worries during
Pregnancy. Archives of Academic Emergency Medicine, 8(1)

Gunawan, Joko. 2017. Buku Saku Metodologi Penelitian Kesehatan. Sulawesi


Tenggara: Violet Indah Sejahtera.
Heriani. (2016). Kecemasan Dalam Menjelang Persalinan Ditinjau Dari. Jurnal Ilmu
Kesehatan Aisyah, 1(2), 1–7.
Janet W. Health Assessment In Nursing FifthEdition. China: Lippincolt; 2014.
Kaplan, & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis (2 ed.). (d. H. Muttaqin, & R.
N. Elseria S, Trans.) Jakarta.
Keliat BA, Wiyono AP, Susanti H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa:
CMHN (intermedian course). Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. Kementrian Kesehatan RI. Departemen Kesehatan. 2017.
Kemendagri. 2020. Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19. Jakarta: Tim
Kerja Kementerian Dalam Negeri

Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. https://pusdatin.kemkes.go.id/ resources/download/pusdatin/
profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

53
Kemenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Maki, F. P., Pali, C., & Opod, H. (2018). Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Hamil
Multigravida Trimester III di Klinik Bersalin Sutra Minahasa Selatan.
Jurnal EBiomedik, 6(2), 103–110.
https://doi.org/10.35790/ebm.6.2.2018.21889
Malfasari, E., Defita, Y., Erlin, F., & Ramadania, I. (2017, Agustus-November).
Lingkungan Rumah Sakit dan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Saat
Melakukan Praktik Klinik. JPPNI, 02, 118-125.
Mandriwati Gusti Ayu Dra, dkk. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Mukhadiono, Subagyo, W., & Wahyuningsih, D. (2018). Hubungan antara Dukungan


Suami dengan Tingkat Kecemasan pada Ibu Primigravida Timester III
dalam Menghadapi Persalinan. Jurnal Keperawatan Soedirman, 10(1), 17–
23. http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/185/86gmbran
Nahar, Miladina. 2018. Hubungan Spiritual Support dengan Kecemasan dan Adaptasi
Spiritual Ibu Hamil. Surabaya: Universitas Airlangga

Nicolas, D. G. (2021). Analisis Anggapan Rekayasa Di Balik Pandemi Covid-19,


Vaksin Covid-19 Berkaitan Dengan Microchip 666 Dan
Antikristus. Jurnal Revolusi Indonesia, 1(3), 173-180.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th edition). Jakarta:


Penerbit Salemba Medika

Nursani, I. 2015. Hubungan Spiritual Support dengan Resiliensi Keluarga Pasien


Hemodialisa di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Universitas
Airlangga.

PDPI, P. D. P. I. (2020). Pnemonia Covid-19. Diagnosis & Penatalaksanaan di


Indonesia. In Journal of the American Pharmacists Association (Vol. 55,
Issue 5). https://doi.org/10.1331/JAPhA.2015.14093
Prastyo, A. A. (2018). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping
Dalam Menghadapi Persalinan Pada Ibu Primigravida Trimester 3 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kencong Kabupaten Jember (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Jember).
Prawirohardjo Sarwono. (2014). ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

54
Rahmawati. (2016). Hubungan Kecerdasan Emosianal Dengan Mekanisme Koping
Pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. karya tulis ilmia.
Ruslinawati. 2017. Korelasi Kebutuhan Spiritual Pada Ibu Hamil Dengan Tingkat
Kecemasan Intrapartum. Caring Nursing Journal, 1:1

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing

Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (1 ed.). (B. A. Keliat,


Trans.) Elsevier Singapore.

Susilawati, S., Falefi, R., & Purwoko, A. (2020). Impact of COVID-19’s Pandemic on
the Economy of Indonesia. Budapest International Research and Critics
Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences, 3(2), 1147-
1156
Somerville, S., Dedman, K., Hagan, R., Oxnam, E., Wettinger, M., Byrne, S.,… Page,
A. C. 2014. The Perinatal Anxiety Screening Scale : development and
preliminary validation. Arch Womens Ment Health, 17, 443-454

Sugiono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Sutopo, Ed.)
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Wu, Y. et al. 2020 Perinatal depressive and anxiety symptoms of pregnant women
along with COVID-19 outbreak in China’, American Journal of Obstetrics
and Gynecology. Elsevier.
Yosefni, E, Yulia, S dan Ester, M. (2018). Kebidanan Teori dan Asuhan. Jakarta:
Kedokteran EGC.

Yuherlida, Andriani, P., & Sofys, P. A. (2016, November). Tingkat Kecemasan Dalam
Menghadapi Objective Structured Clinical Examination. Journal Canius
Denstistry, 1, Nomer 4, 26-31

Yuliani, Diki Retno, F. N. A. (2020). Kecemasan Ibu Hamil dan Ibu Nifas Pada Masa
Pandemi Covid-19 di Kecamatan Baturraden. Sains Kebidanan, 2(2), 11
Yuliana. (2020). Corona Virus Diseases (Covid-19): Suatu tinjauan literatur. Wellness
and Healthy Magazine, 2(1): 187-102.

55
LAMPIRAN
KUESIONER MEKANISME KOPING

Kode Rersponden : ……..

Petunjuk pengisian Kuesioner:


a) isilah pertanyaan dibawah ini dengan member tanda centang (√) pada kolom
yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi saat ibu
berada dalam suatu masalah sebenarnya.
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS: Sangat tidak setuju
b) Bila ingin mengganti jawaban yang salah berilah tanda (=) pada jawaban yang
salah

No Pertanyaan Jawaban
SS S TS STS
1 Dalam menyelesaikan masalah, saya
memikirkan cara yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah
2 Mencoba untuk menyelesaikan suatu
permasalahan tahap demi tahap
3 Saya menyakiti diri sendiri ketika ada
masalah yang tidak terselesaikan
4 Untuk melupakan kemarahan, saya sering
membanting pintu, bantal, buku, dll
5 Saya meminta bantuan teman/ sahabat ketika
ada masalah

56
6 Saya merasa tenang setelah menceritakan
permasalahan saya kepada orang tua
7 Saya tidak mau bertemu dengan orang lain
ketika saya adalah masalah
8 Saya memendam sendiri masalah yang saya
hadapi
9 Saya selalu berfikir positif terhadap setiap
masalah yang saya hadapi
10 Ketika ada masalah frekuensi ibadah saya
meningkat
11 Ketika ada masalah, saya bertindak seolah-
olah tidak mengalami masalah sama sekali
12 Saya sering mencoba untuk melupakan
masalah dari dalam pikiran dan memikiran
sesuatu yang lain.
13 Saya mencoba memandang masalah sebagai
bagian kehidupan yang harus saya jalani
No Pernyataan SS S TS STS
14 Ketika saya ada masalah saya menjadi lebih
kuat
15 Saya menghabiskan waktu untuk bermain
game/gedget
16 Saya menghindari masalah saya dengan
berjalan-jalan dan berbelanja
17 Ketika ada masalah, saya bertindak seolah-
olah tidak mengalami masalah sama sekali
18 Saya menolak untuk percaya bahwa saya
sedang memiliki masalah
19 Ketika saya ada masalah, saya berusaha
untuk melupakan masalah dan
meninggalkannya
20 Ketika saya memiliki masalah, saya
menyalahkan orang lain atas masalah saya

KUESIONER PERINATAL ANXIETY SCREENING SCALE (PASS)

57
Kode Rersponden : ……..

Petunjuk pengisian Kuesioner:


L. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban/penilaian yang ada di sebelah kanan
pernyataan yang Anda anggap benar dan sesuai dengan apa yang Anda
fikirkan/rasakan.
M. Bila ingin mengganti jawaban yang salah berilah tanda (=) pada jawaban
yang salah
No Pernyataan Tidak Kadang Sering Selalu
. pernah -
Kadang
1. Khawatir terhadap janin atau
kehamilan
2. Takut jika bahaya akan datang
pada janin
3. Merasa takut akan hal-hal buruk
yang akan terjadi
4. Khawatir tentang banyak hal
5. Khawatir tentang masa depan
6. Merasa kelelahan
7. Merasa takut terhadap jarum,
darah, kelahiran, nyeri dan sakit
8. Mendadak merasa takut atau
tidak nyaman berlebihan
9. Memikirkan sesuatu hal
berulang-ulang dan sulit untuk
dihentikan atau dikontrol
10. Sulit untuk tidur bahkan saat
memiliki kesempatan untuk tidur
11. Merasa harus melakukan hal-hal
dengan cara yang tepat dan sesuai
aturan
12. Menginginkan segala sesuatu
menjadi sempurna
13. Merasa perlu untuk

58
mengendalikan segala hal
14. Kesulitan untuk berhenti
memeriksa atau melakukan
sesuatu secara berlebihan
15. Merasa gelisah atau mudah
terkejut
16. Merasa khawatir akan berbagai
pikiran yang dating secara
berulang-ulang
17. Menjadi waspada atau merasa
perlu untuk mengawasi sesuatu
hal
18. Merasa terganggu akan kenangan
yang dating berulang-ulang,
mimpi-mimpi buruk
19. Merasa khawatir apabila saya
akan mempermalukan diri saya
sendiri di hadapan orang lain
20. Khawatir bahwa oranglain akan
menilai saya negative
21. Merasa sangat tidak nyaman
berada di tengah-tengah
keramaian
22. Menghindari kegiatan social
karena hal tersebut akan
membuat gugup
23. Menghindari hal-hal yang
membuat saya merasa risau
24. Merasa terpisah seakan saya
melihat diri saya sendiri seperti di
film
25. Lupa mengenai waktu dan tidak
mampu mengingat apa yang telah
terjadi
26. Kesulitan untuk menyesuaikan

59
diri terhadap perubahan baru
27. Khawatir tidak mampu
melakukan suatu hal
28. Suatu pikiran yang tidak dapat
berhenti dan membuat sulit untuk
berkonsentrasi
29. Takut kehilangan kendali
30. Merasa panik
31. Merasa gelisah

60
61

Anda mungkin juga menyukai