Anda di halaman 1dari 181

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DENGAN MASALAH


KENYAMANAN DAN PERNAPASAN MELALUI PENERAPAN
PENGISAPAN LENDIR EMPAT TANGAN BERDASARKAN
PENDEKATAN TEORI COMFORT KOLCABA

KARYA ILMIAH AKHIR

NOVA FAJRI
NPM. 1306346121

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN
DEPOK, JUNI 2016

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DENGAN MASALAH


KENYAMANAN DAN PERNAPASAN MELALUI PENERAPAN
PENGISAPAN LENDIR EMPAT TANGAN BERDASARKAN
PENDEKATAN TEORI COMFORT KOLCABA

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Spesialis Keperawatan Anak

NOVA FAJRI
NPM. 1306346121

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN
DEPOK, JUNI 2016

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber
baikyang dikutip meupun dirujuktelah saya
nyatakan dengan benar.

Nama Nova Fajri

IYPM 1306346121

Tanda Tangan

Tanggal
W+
Juni 2016

lil

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nova Fajri


Tempatltanggal lahir : Banda Aceh, 24 November 1987
Nomor telp,TIP : 085260114258
Alamat enrail : novafajrilS@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sebenamya bahwa karya ilmiah akhir saya yang
berjudul "Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir dengan Masalah Kenyamanan
dan Pernapasan Melalui Penerapan Pengisapan Lendir 'Empat Tangan'
Berdasarkan Pendekatan Teori Kenyamanan Kolcaba" bebas dari plagiarisme
dan bukan hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari karya ilmiah akhir
tersebut terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang herlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
siapapun.

Dibuat di Depok
Padatanggal 15 Juni 2016

Karya Ilmiah Akhir pernyataan

(Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D)

IV

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah akhir ini diajukan oleh:


Nama Nova Fajri
NPM 1306346121

Program studi Spesialis Keperawatan


Judul karya ilmiah akhir Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir dengan
Masalah Kenyamanan dan Pernapasan melalui
Penerapan Pengisapan Lendir 'Empat Tangan'
Berdasarkan Pendekata-n Teori Kenyamanan
Kolcaba

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dalam sidang karya


ilmiah akhir sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Spesialis Keperawatan Anak pada Program Studi Spesialis Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Supervisor Utama Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D W

Supervisor Fajar Tri Waluyanti, Ns., Sp.Kep.An,, IBCLC

Penguji I dr. R. Adhi Teguh Perma Iskandar, Sp.

Penguji II Nurhayati, Ns., Sp.Kep.An (AA*hr)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : Juni 2016

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah S.W.T atas segala limpahan nikmat iman dan nikmat
Islam, serta karena ridho dan kehendak-Nya penulis bisa menyelesaikan karya
ilmiah akhir ini. Karya ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Program
Spesialis Keperawatan Anak pada Fakultas Illmu Keperawatan, Universitas
Indonesia. Penyelesaian karya ilmiah akhir ini tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ibu Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D, selaku supervisor utama dan
pembimbing akademik yang telah mengajarkan penulis tentang arti
membimbing yang sebenarnya, yang telah bersedia meluangkan banyak
waktu, perhatian, serta mencurahkan tenaga dan ilmunya untuk mengarahkan,
membimbing, dan mendukung saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir
ini;
2) Ibu Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp.Kep.An., IBCLC selaku supervisor yang
juga telah membimbing dan membuka wawasan penulis dalam menyusun
karya ilmiah akhir;
3) Dewan penguji yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan
untuk kesempurnaan karya ilmiah akhir ini;
4) Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
5) Dr. Novy H. Catharina Daulima, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Pasca
Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
6) Seluruh dosen Departemen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu dan wawasan;
7) Direktur dan bagian keperawatan RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSAB
Harapan Kita yang telah mengijinkan praktik residensi keperawatan;
8) Perawat ruang Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSAB
Harapan Kita Jakarta yang telah bersedia berbagi pengalaman dan wawasan
tentang keperawatan anak;

v Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
9) Terkhusus kepada ayahanda dan ibunda yang terus mendoakan dimanapun
berada, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil;
10) Seluruh sahabat yang ikut mendoakan dan memberi dukungan, serta rekan-
rekan Peminatan Keperawatan Anak Angkatan 2013 yang telah banyak
membantu dan mendukung penyelesaian karya ilmiah akhir ini.
11) Seluruh pihak yang turut memberikan dukungan dan bantuan dalam
penyelesaian karya ilmiah akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah akhir ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
dan pengembangan ilmu keperawatan.

Depok, Juni 2016

Penulis

vi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:

Nama Nova Fajri


NPM 1306346121
Program Studi Spesialis Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Keperawatan
Jenis Karya Karya Ilmiah Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexekxive Rayalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir dengan Masalah Kenyamanan dan


Pernapasan melalui Penerapan Pengisapan Lendir
(Empat Tangan'
Berdasarkan Pendekatan Teori Kcnyamanan Koleaba

beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentnk pangkalan data(database),merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulislpencipta dan sebagai
pemilikHak Cipta.

Demikian pernyataan iai saya buat dengan sebenarnya.

dibuat di : Depok

Pada tanggal : Juni 2016

Yang menyatakan

('iA,
(Nova Fajri)

vll

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


ABSTRAK

Nama : Nova Fajri


Program Studi : Spesialis Keperawatan
Judul Tesis : Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir dengan Masalah
Kenyamanan dan Pernapasan melalui Penerapan Pengisapan
Lendir Empat Tangan Berdasarkan Pendekatan Teori Comfort
Kolcaba

Neonatus mengalami kondisi ketidaknyamanan selama mendapatkan perawatan di


ruang intensif. Tujuan penulisan untuk menganalisis aplikasi teori Comfort
Kolcaba pada bayi baru lahir dengan masalah kenyamanan dan pernapasan. Studi
kasus dilakukan terhadap lima bayi di ruang perinatologi. Asuhan keperawatan
berfokus pada kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan.
Pengisapan lendir teknik empat tangan sebagai salah satu intervensi kenyamanan
yang dievaluasi dengan Pediatric Comfort Assessment. Penerapan teori Comfort
Kolcaba memberikan hasil yang baik terhadap kenyamanan kelima bayi.
Kenyamanan psikospiritual dan sosiokultural dapat terpenuhi; sedangkan
kenyamanan fisik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Simpulan dari studi ini yaitu
teori keperawatan Comfort Kolcaba sangat komprehensif sehingga sangat
direkomendasikan untuk diterapkan pada bayi secara simultan dan
berkesinambungan.

Kata kunci: Bayi baru lahir, kenyamanan, pernapasan, Neonatal Intensive Care
Unit.

viii Universitas Indonesia


Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
ABSTRACT

Name : Nova Fajri


Study Program : Pediatric Nurse Specialist
Title : Nursing care for newborns with comfort and respiratory
problems by applying four-handed suctioning through Kolcaba
comfort theory based

Newborn was discomfort in the intensive care unit. The purpose of this writing is
to provide an analysis of Kolcaba comfort theory applications in nursing care for
newborns with comfort and respiratory problems. Case study method was used in
5 infants treated in perinatology. Nursing care given using the assessment of
physical comfort, psychospiritual, socio-cultural, and environmental. The
implementation of four-handed suction technique as one of the comfort
intervention which evaluated by pediatric comfort assessment tool. The
application of the Kolcaba comfort theory gives good results towards the comfort
of five infants. Psychospiritual comfort and sociocultural be fulfilled; whereas
physical comfort is influenced by various factors. The conclusion of this study is
Kolcaba nursing comfort theory has very comprehensive aspects therefore highly
recommended for newborns' comfort through simultaneous and continuous
implementation.

Keywords: Newborn, comfort, respiratory, Neonatal Intensive Care Unit.

ix Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA.............................................................................................. xiii
DAFTAR GRAFIK............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
1. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................... 4
1.3 Sistematika Penulisan............................................................................... 5

2. APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA ASUHAN


KEPERAWATAN......................................................................................... 6
2.1 Gambaran Kasus....................................................................................... 6
2.1.1 Kasus 1 ............................................................................................ 6
2.1.2 Kasus 2 ............................................................................................ 7
2.1.3 Kasus 3 ............................................................................................ 8
2.1.4 Kasus 4 ............................................................................................ 9
2.1.5 Kasus 5 ............................................................................................ 10
2.2 Tinjauan Teoritis ...................................................................................... 11
2.2.1 Ketidaknyamanan pada Bayi Baru Lahir ........................................ 11
2.2.2 Pernapasan pada Bayi Baru Lahir ................................................... 12
2.2.3 Teknik Pengisapan Lendir Empat Tangan................................... 14
2.3 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan Comfort Kolcaba dalam
Proses Keperawatan ................................................................................. 16
2.3.1 Teori dan Konsep Keperawatan Comfort oleh Katharine Kolcaba . 16
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan dalam Proses Keperawatan pada Kasus
Terpilih ..................................................................................................... 19

3. PENCAPAIAN KOMPETENSI .................................................................. 44


3.1 Pencapaian Kompetensi ........................................................................... 44
3.2 Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian
Kompetensi............................................................................................... 47
3.3 Implementasi Evidence Based Nursing Practice ..................................... 49

x
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
4. PEMBAHASAN ............................................................................................ 32
4.1 Penerapan Teori Kenyamanan oleh Katharine Kolcaba dalam
Asuhan Keperawatan Bayi dengan Masalah Kenyamanan dan
Pernapasan................................................................................................ 56
4.1.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................. 56
4.1.2 Diagnosis Keperawatan ................................................................... 62
4.1.3 Perencanaan dan Implementasi Keperawatan ................................. 63
4.1.4 Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 64
4.2 Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian target
Kompetensi............................................................................................... 64

5. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 66


5.1 Kesimpulan............................................................................................... 66
5.2 Saran ......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

xi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengelompokkan Masalah Berdasarkan Taksonomi Comfort


Kolcaba pada Bayi Ny. YN................................................................ 22
Tabel 2.2 Comfort Care Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas........ 23
Tabel 2.3 Comfort Care Masalah Ketidakefektifan Pola Napas ........................ 24
Tabel 2.4 Comfort Care Masalah Ketidakefektifan Termoregulasi................... 25
Tabel 2.5 Comfort Care Masalah Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.......................................................................... 25
Tabel 2.6 Comfort Care Masalah Gangguan Rasa Nyaman .............................. 26
Tabel 2.7 Comfort Care Risiko Infeksi .............................................................. 26
Tabel 2.8 Comfort Care Masalah Risiko Keterlambatan Pertumbuhan
dan Perkembangan ............................................................................. 27
Tabel 2.9. Comfort Care Risiko Gangguan Pengasuhan Orang Tua .................. 28
Tabel 2.10. Implementasi Keperawatan Tanggal 22 Februari 2016 ..................... 28
Tabel 2.11. Implementasi Keperawatan Tanggal 23 Februari 2016 ..................... 31
Tabel 2.12. Implementasi Keperawatan Tanggal 24 Februari 2016 ..................... 34
Tabel 2.13. Implementasi Keperawatan Tanggal 25 Februari 2016 .................... 37
Tabel 2.14. Implementasi Keperawatan Tanggal 26 Februari 2016 ..................... 40
Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi dan Usia Koreksi .. 52

xii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
DAFTAR SKEMA

Kerangka Kerja Konseptual Teori Comfort .......................................................... 18

xiii

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1. Rerata nilai saturasi kelompok kontrol dan intervensi ............................ 52
Grafik 3.2. Rerata nilai denyut jantung kelompok kontrol dan intervensi................. 53
Grafik 3.3. Rerata skor Kenyamanan (Pediatric Comfort Assessment)..................... 54

xiv Universitas Indonesia


Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penilaian Kenyamanan (Pediatric Comfort Assessment)


Lampiran 2. Asuhan Keperawatan Kasus 2
Lampiran 3. Asuhan Keperawatan Kasus 3
Lampiran 4. Asuhan Keperawatan Kasus 4
Lampiran 5. Asuhan Keperawatan Kasus 5
Lampiran 6. Laporan Hasil Implementasi EBN pada Proyek Inovasi
Lampiran 7. Biodata Penulis

xv
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah pernapasan merupakan masalah yang sangat sering terjadi pada


bayi di ruang NICU. Hal ini disebabkan oleh perkembangan paru yang
belum sempurna, kelainan kongenital, dan faktor maternal. Perkembangan
organ paru terutama alveoli sebagai tempat pertukaran gas masih berlanjut
sampai setelah bayi lahir. Otot pernapasan pada bayi baru lahir masih kaku,
serta saraf pengaturan pernapasan belum berkembang sempurna. Selain itu,
bayi baru lahir memiliki diafragma yang masih mudah lelah (Weiss &
Tolomeo, 2012). Hal ini menjadi masalah utama pada bayi terutama bayi
prematur.

Pada bayi dengan kelahiran kurang bulan, organ pernapasan berkembang


secara immatur, terutama pusat pengaturan pernapasan yang berfungsi untuk
mengontrol pernapasan. Selain itu, produksi surfaktan yang kurang
mengakibatkan paru bayi prematur mudah kolaps. Sebagai akibatnya, bayi
prematur rentan terhadap terjadinya henti nafas. Usia bayi prematur
mempengaruhi kejadian henti napas yaitu semakin kecil usia gestasi
semakin tinggi risiko kejadian henti napas. Bayi dengan usia gestasi kurang
dari 31 minggu akan lebih sering mengalami apnea sentral lebih dari 10
detik yang disertai dengan bradikardia kurang dari 100 kali/menit
dibandingkan bayi dengan usia gestasi lebih dari 31 minggu (Fairchild et al.,
2016). Bayi dengan masalah distres pernapasan ini memerlukan bantuan
dari alat bantu dan pendukung pernapasan baik berupa ventilator mekanik
maupun Nasal Continuous Positive Airway Pressure (NCPAP) yang
terdapat pada ruang perawatan level II dan III.

Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan ruang perawatan


level III ditujukan untuk neonatus sakit seperti bayi prematur dengan
berbagai masalah penyerta, kegawatan pernapasan, infeksi, dan
pembedahan. NICU memiliki lingkungan kerja yang unik yaitu tindakan

1
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


2

perawatan yang dilakukan merupakan perawatan yang sangat vital untuk


keberlangsungan hidup neonatus (Hallowell, Spatz, Hanlon, Rogowski, &
Lake, 2014), namun peralatan kesehatan, tindakan keperawatan, serta
tatalaksana medis di ruang tersebut juga dapat menimbulkan stres dan
ketidaknyamanan pada neonatus. Tindakan keperawatan dan tata laksana
medis yang dapat menimbulkan stres dan ketidaknyamanan pada neonatus
seperti pemasangan infus, pengambilan darah, pengisapan lendir
(suctioning), dan tindakan lain yang banyak memanipulasi neonatus
(Altimier, 2007). Neonatus akan menunjukkan respon terhadap stressor
yang diterima.

Beberapa respon yang dimunculkan neonatus yang mengalami stres dan


perubahan karena tindakan seperti pengisapan lendir yaitu perubahan status
pernapasan (frekuensi napas, saturasi oksigen, dan retraksi dada) serta
perubahan denyut jantung (Cardoso, Kusahara, Guinsburg, & Pedreira,
2015). Penurunan saturasi oksigen terjadi karena tekanan negatif yang
diberikan saat pengisapan lendir dapat membuat jalan napas distal dan
alveoli kolaps walaupun sudah dilakukan dengan prosedur yang benar (Tan,
2002). Perilaku lainnya yang menunjukkan stres pada bayi yaitu perilaku
menolak dan merejang. Berdasarkan penelitian tentang respon bayi saat
dilakukan pengisapan lendir yang dilakukan oleh Barbosa, Cardoso, Brasil,
dan Scochi (2011), didapatkan hasil bahwa terjadi perubahan yang
signifikan pada pernapasan dan denyut jantung bayi. Penelitian tersebut
merekomendasikan agar dapat mengembangkan intervensi nonfarmakologis
untuk mengurangi potensial perubahan respon ketidaknyamanan bayi
berdasarkan parameter fisiologis karena prosedur pengisapan lendir.

Perilaku stres pada bayi dapat ditunjukkan dengan merentangkan jari kaki
dan tangan, menangis, dan perubahan warna kulit (Rustina, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Casey (2006) selama delapan tahun tentang
kemampuan intelektual bayi prematur didapatkan bahwa kemampuan
intelektual bayi prematur lebih rendah dari bayi cukup bulan. Banyak
dampak lain ketidaknyamanan pada bayi terutama bayi prematur yang dapat

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


3

mengganggu berbagai sistem tubuh bayi seperti neurologis, respirasi,


sensorik, keseimbangan, dan sistem lain, sehingga meminimalkan risiko
gangguan melalui intervensi non-farmakologis harus dilakukan (Hadian &
Sabet, 2013). Intervensi non-farmakologis untuk mengurangi kenyamanan
pada bayi diantaranya menerapkan developmental care (meminimalkan
pencahayaan, mengurangi kebisingan, nesting dan positioning, minimal
handling), pembedongan, perawatan metode kanguru, pemberian ASI, dan
perawatan berpusat pada keluarga (Lista et al., 2013; Walter-Nicolet,
Annequin, Biran, Mitanchez, & Tourniaire, 2010). Tindakan lainnya untuk
mengatasi masalah pernapasan bayi dengan tetap memperhatikan
kenyamananan bayi adalah melakukan pengisapan lendir dengan teknik
empat tangan (Cone, Pickler, Grap, Mcgrath, & Wiley, 2013).

Teknik empat tangan pada pengisapan lendir ini bertujuan untuk


menciptakan kenyamanan, mengurangi stres, dan meningkatkan perilaku
regulasi diri bayi serta memudahkan kerja perawat dalam melakukan
pengisapan lendir. Teknik ini diperkenalkan oleh Cone, Pickler, Grap,
McGrath, dan Wiley (2013) melalui disertasi Cone (2011). Empat tangan
adalah teknik pelaksanaan pengisapan lendir yang dilakukan oleh dua orang,
yaitu operator dan asisten. Operator akan berfokus pada pengisapan lendir
yang dilakukan; sedangkan asisten akan membantu pelaksanaan pengisapan
lendir seperti menjaga posisi selang endotracheal tube (ET) agar tetap pada
posisinya, serta menciptakan kenyamanan pada bayi seperti memposisikan
tangan dan kaki fleksi jika diperlukan. Pelaksanaan pengisapan lendir oleh
dua orang ini telah diteliti di berbagai tempat dan menjadi rekomendasi serta
panduan di beberapa rumah sakit karena meminimalkan ketidaknyamanan
bayi (Gonalves, Tsuzuki, & Carvalho, 2015).

Katharine Kolcaba mengemukakan bahwa kenyamanan merupakan salah


satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kesehatan
dan produktivitas. Kenyamanan yang harus terpenuhi meliputi kenyamanan
fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Kolcaba membagi
tingkat kenyamanan ke dalam tiga tipe yaitu relief, ease, dan transcendence.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


4

Tingkatan relief yaitu rasa ketidaknyamanan sudah diekspresikan oleh


pasien sehingga perawat dapat mengetahuinya. Ease merupakan sintesis dari
teori Henderson yang menjelaskan tentang 13 kebutuhan dasar manusia
yang perlu dijaga untuk mencapai homeostasis; sedangkan transcendence
adalah tingkat dimana pasien dapat meningkatkan ataupun mengatasi
ketidaknyamanannya dengan bantuan (Parker & Smith, 2010).

Pengamatan terhadap lima pasien yang dilakukan pengisapan lendir oleh


satu orang perawat mengalami respon ketidaknyamanan yang ditunjukkan
melalui peningkatan denyut jantung, penurunan saturasi oksigen, dan
peningkatan skor ketidaknyamanan pada bayi yang dinilai menggunakan
Pediatric Comfort Assessment (PCA) (Intermountain Healtcare, 2007). Stres
dan ketidaknyamanan yang terjadi terutama pada bayi prematur ini
ditakutkan akan berdampak pada perkembangan bayi tersebut. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk mencegah ketidaknyamanan bayi baru lahir saat
tindakan pengisapan lendir melalui teknik empat tangan di ruang
perinatologi.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini yaitu:
1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran dan menganalisis pemberian asuhan
keperawatan pada bayi prematur dengan masalah kenyamanan dan
pernapasan melalui pendekatan teori keperawatan Comfort Kolcaba
di Ruang Perinatologi RSUPN Cipto Mangun Kusumo dan RSAB
Harapan Kita Jakarta.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mendeskripsikan dan menganalisis pengkajian ketidaknyamanan
dan pernapasan pada bayi berdasarkan teori keperawatan Comfort
Kolcaba di ruang Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo dan
RSAB Harapan Kita Jakarta

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


5

b. Mendeskripsikan dan menganalisis rumusan diagnosis,


perencanaan, dan implementasi keperawatan pada bayi dengan
masalah ketidaknyamanan dan pernapasan di ruang Perinatologi
RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan Kita Jakarta
c. Mendeskripsikan dan menganalisis hasil evaluasi aplikasi teori
keperawatan Comfort Kolcaba pada bayi dengan masalah
ketidaknyamanan dan pernapasan di ruang Perinatologi RSUPN
Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan Kita Jakarta
d. Mendeskripsikan dan menganalisis pencapaian kompetensi
spesialis keperawatan dalam praktik etik dan legal, keperawatan
profesional, kepemimpinan dan manajemen, pendidikan dan
penelitian, pengembangan kualitas personal dan profesional.

1.3. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan karya ilmiah akhir ini yaitu:

1.3.1. Bab 1. Pendahuluan


Pada bab ini dipaparkan tentang latar belakang penulisan karya
ilmiah akhir dan pemilihan topik, tujuan, dan sistematika penulisan.
1.3.2. Bab 2. Aplikasi Teori Keperawatan pada Asuhan Keperawatan
Bab ini berisi tentang gambaran kasus, tinjauan teoritis, integrasi
teori dan konsep keperawatan, serta aplikasi teori keperawatan pada
kasus terpilih.
1.3.3. Bab 3. Pencapaian kompetensi
Bab ini memuat tentang pencapaian kompetensi residen
keperawatan, pembahasan praktik spesialis keperawatan anak dalam
pencapaian kompetensi, serta implementasi evidence based nursing
practice.
1.3.4. Bab 4. Pembahasan
Penerapan teori keperawatan, serta analisis kesamaan, dan perbedaan
pada kelima kasus disajikan pada bab pembahasan.
1.3.5. Bab 5. Simpulan dan saran
Bab ini memuat simpulan dan saran terkait karya ilmiah akhir ini.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


6

BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Gambaran Kasus

2.1.1. Kasus 1
Bayi Ny. YN, usia kronologis 7 hari dengan berat badan sekarang 1800
gram. Diagnosis medis Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan
(NKB-SMK) dengan usia gestasi 32 minggu dan berat badan lahir 1905
gram, Respiratory Distress (RD) e.c tersangka Sepsis Neonatorum Awitan
Dini (SNAD), Apnea of Prematurity (AOP), dan Patent Ductus Arteriosus
(PDA) kecil. Lahir secara Sectio Caesarea (SC) atas indikasi gawat janin,
ibu dengan impending eklampsia. Bayi dengan apgar skor 5/7 dipasangkan
alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dengan Positive End
Expiration Pressure (PEEP) mencapai 8 dengan fraksi oksigen (FiO2) 30%
dan turun menjadi PEEP 5 FiO2 21% pada usia 4 hari. Saat pengkajian
didapatkan data bahwa bayi Ny. YN mengalami periode apnea dan
desaturasi berulang, terkadang terdapat lendir pada jalan napas. Bayi juga
mengalami instabilitas suhu. Pada saat dilakukan pengisapan lendir bayi
terlihat ekstremitas meregang, saturasi oksigen menurun, dan denyut
jantung meningkat. Skor Pediatric Comfort Assessment (PCA) adalah 15
dengan batas nilai 0-19.

Diagnosis keperawatan pada bayi Ny. YN yaitu: Ketidakefektifan bersihan


jalan napas, ketidakefektifan pola napas, ketidakefektifan termoregulasi,
gangguan rasa nyaman, ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko infeksi, risiko keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, risiko gangguan pengasuhan orang tua. Intervensi
keperawatan yang dilakukan yaitu: Melakukan pengisapan lendir dengan
teknik empat tangan, mengatur posisi sedikit ekstensi kepala dan
mencegah leher tertekuk, memberikan nutrisi parenteral dan tetap
menganjurkan ibu memerah ASI, memberikan nesting dengan midline
position, tangan dan kaki fleksi, memeriksa tanda infeksi, mencuci tangan

6
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


7

lima momen, menjaga prinsip bersih dan steril, memberikan asuhan


perkembangan, serta memberikan antibiotik.

Setelah dilakukan lima hari perawatan, bayi menunjukkan tanda vital


normal, masih terpasang CPAP PEEP 5 dan FiO2 21%, berat badan naik
menjadi 1900 gr, bayi tidak menunjukkan perilaku meregang saat
pengisapan lendir, orang tua mengunjungi bayi setiap hari dan
menyediakan ASI.

2.1.2. Kasus 2
Bayi Ny. RH, usia kronologis 2 hari dengan diagnosis medis NKB-SMK
dengan usia gestasi 32 minggu dan berat badan lahir 1200 gram, RD ec
Hyalin Membran Disease (HMD) dd tersangka SNAD. Lahir secara SC
atas indikasi ketuban pecah dini dan oligohidramnion berat. Nilai apgar
skor 7/9, usia 5 menit terdapat napas cuping hidung dan retraksi intercostal
minimal dan dipasangkan CPAP PEEP 7, FiO2 21% dan dapat diturunkan
hingga PEEP 5 dengan FiO2 21% pada usia 10 jam, dan lepas CPAP pada
usia dua hari. Saat pengkajian didapatkan data bahwa bayi Ny. RH
mengalami desaturasi dengan SpO2 mencapai 76% dan bradikardia hingga
85 kali/menit, kemudian dipasangkan CPAP PEEP 5 FiO2 21%. Pada saat
dilakukan pengisapan lendir bayi terlihat meregang, saturasi oksigen
menurun, dan denyut jantung meningkat, skor PCA 15 (range nilai 0-19).
Ibu belum berani mengunjungi bayinya karena akan sedih dan merasa
bersalah.

Diagnosis keperawatan yang teridentifikasi pada bayi Ny. RH yaitu:


Ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas,
gangguan rasa nyaman, ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko infeksi, risiko keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, risiko gangguan pengasuhan orang tua. Intervensi
keperawatan yang dilakukan yaitu: Memberikan nesting dengan midline
position, tangan dan kaki fleksi, dengan kepala lurus ke depan untuk
perkembangan otak yang optimal dan memudahkan jalan napas.
Melakukan pengisapan lendir dengan teknik empat tangan, pencegahan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


8

infeksi, memberikan asuhan perkembangan, serta memberikan antibiotik


lini I.

Setelah dilakukan perawatan selama tiga hari, bayi sudah lepas CPAP dan
sudah tidak terdapat lendir pada jalan napas. Terjadi peningkatan berat
badan dan jumlah minum yang diberikan serta bayi dapat mentoleransi
pemberian minum dengan baik. Ibu sudah berani mengunjungi bayinya
dan selalu menyediakan ASI untuk bayi. Infeksi tidak terjadi pada bayi.

2.1.3. Kasus 3
Bayi Ny. SS, usia kronologis 8 hari dengan berat badan sekarang 1538
gram. Diagnosis medis yaitu NKB-SMK dengan usia gestasi 31 minggu
dan berat badan lahir 1579 gram, post RDS e.c HMD, pierre robin
sequence, post neonatal fits, dan post hiperbilirubinemia. Lahir secara SC
atas indikasi gawat janin, ketuban pecah 22 hari sebelum persalinan,
oligohidramnion. Bayi lahir tidak segera menangis, apgar skor 1/5/6,
dilakukan intubasi dengan ETT no. 3 batas 8,5 dengan mode PC-AC+VG.
Wajah tidah simetris dan ubun-ubun menonjol. Pada hari ke dua dilakukan
ekstubasi dan dipasang NCPAP PEEP 7, dan diturunkan menjadi PEEP 6.
Hari ke tiga lepas CPAP dan dipasang Nasal Canul Low Flow (NCLF) 0,5
liter/menit.

Saat pengkajian didapatkan data bahwa bayi Ny. SS mengalami beberapa


kali desaturasi dan kembali normal sendirinya dalam beberapa detik,
terdapat banyak lendir di mulut dan hidung, bayi terpasang OGT. Wajah
tidak simetris. Ketika dilakukan pengisapan lendir, bayi menangis,
meregang, dan mengalami desaturasi serta takikardia dengan skor PCA 16
(range nilai 0-19). Ibu mengatakan anak ini sangat diharapkan dan belum
dapat menerima kondisi anak dengan pierre robin sequence dan belum
mendapat penjelasan tentang penyakit. Bayi sedang dalam pemeriksaan
analisa kromosom karena dicurigai adanya kelainan kromosom.

Diagnosis keperawatan yang teridentifikasi pada bayi Ny. SS yaitu:


Ketidakefektifan bersihan jalan napas, gangguan rasa nyaman,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


9

ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko


infeksi, risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, kecemasan
orang tua. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu: melakukan
pengisapan lendir dengan teknik empat tangan setiap terdapat lendir pada
jalan napas, memposisikan bayi lateral atau pronasi untuk memudahkan
jalan napas, memberikan nesting dengan midline position, tangan dan kaki
fleksi, menerapkan prinsip bersih dan steril pada setiap tindakan untuk
mencegah terjadinya infeksi, memberi dukungan kepada orang tua dengan
memperlihatkan kisah sukses anak-anak dengan keterbatasan,
memberitahukan orang tua tentang komunitas orang tua dengan anak
pierre robin sequence.

Setelah dilakukan perawatan selama lima hari, bayi dicobakan untuk lepas
NCLF, bayi terlihat lebih tenang saat dilakukan pengisapan lendir, ibu
sering mengunjungi bayinya dan mengatakan telah menerima kondisi
anaknya dan yakin akan merawatnya dengan baik. Bayi dipindahkan ke
level 1.

2.1.4. Kasus 4
Bayi AD, usia kronologis 77 hari dengan berat badan sekarang 1695 gram.
Diagnosis medis yaitu NKB-SMK dengan usia gestasi 30 minggu dan
berat badan lahir 1100 gram, post RDS e.c Pneumonia, pierre robin
sequence, dan meningitis. Lahir secara SC atas indikasi ibu Pre Eklampsia
Berat (PEB). Bayi lahir tidak segera menangis, apgar skor 7/8,
dipasangkan CPAP selama 6 hari dan riwayat penggunaan ventilator
selama 3 hari. Saat pengkajian didapatkan data bahwa bayi AD baru saja
dipindahkan ke level IIB karena apnea dan kejang. Bayi terpasang NCLF
0,5 liter/menit, terlihat sering menangis, terdapat banyak lendir di hidung
dan mulutnya. Bayi terpasang OGT dan tidak dapat menelan dengan baik.
Ketika dilakukan pengisapan lendir, bayi menangis, meronta, mengalami
desaturasi serta takikardia, Skor PCA 17 (range nilai 0-19). Ibu
mengatakan khawatir akan kondisi bayinya dan akan cuti bekerja kembali
dalam waktu dekat agar dapat fokus merawat bayinya. Ibu juga

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


10

mengatakan bayinya belum dekat dengan dirinya dan lebih dekat dengan
perawat yang merawat.

Diagnosis keperawatan yang teridentifikasi pada bayi AD yaitu:


Ketidakefektifan bersihan jalan napas, gangguan menelan, gangguan rasa
nyaman, ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
risiko gangguan pengasuhan orang tua, risiko keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu:
Memasang OGT, melakukan pengisapan lendir dengan teknik empat
tangan setiap terdapat lendir pada jalan napas, memposisikan bayi lateral
atau pronasi untuk memudahkan jalan napas, mengajak bayi bicara saat
berinteraksi dengan bayi, menenangkan bayi ketika bayi menangis,
menerapkan prinsip bersih dan steril pada setiap tindakan untuk mencegah
terjadinya infeksi, memberi dukungan kepada orang tua.

Pada hari kedua perawatan, bayi dicobakan untuk lepas NCLF, bayi
terlihat lebih tenang saat dilakukan pengisapan lendir, ibu sering
mengunjungi bayinya dan berusaha untuk menenangkan bayi dan
menggendongnya.

2.1.5. Kasus 5
Bayi Ny. MG, usia kronologis 14 hari dengan berat badan sekarang 2940
gram. Diagnosis medis yaitu NCB-SMK dengan usia gestasi 38 minggu
dan berat badan lahir 2600 gram, omfalokel, RD e.c pneumonia e.c
Acinetobacter Baumanii dan Enterobacter Ciloacae, hipereaktivitas
bronkus, PJB (heart rotated dan PFO). Lahir secara SC atas indikasi
tersangka hernia diafragmatika dan omfalokel. Bayi lahir langsung
menangis, langsung diintubasi dan pemasangan HFO dengan frekuensi 11,
MAP 9, amplitudo 27. Pemberian antibiotik lini I diberikan.

Saat pengkajian didapatkan data bahwa terdapat beberapa kali desaturasi


karena lendir yang banyak dan kental pada selang ETT bayi Ny. MG. Saat
dilakukan pengisapan lendir, wajah bayi meringis, ekstremitas meronta,
desaturasi dan takikardia, skor PCA 18 (range nilai 0-19). Bayi sedang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


11

dilakukan pemeriksaan septic screening ulang dan pemeriksaan kadar


albumin. Orang tua selalu menunggui anaknya di rumah sakit dan sering
menanyakan kondisi anaknya. Orang tua juga menanyakan apakah
omfalokelnya dapat masuk lagi dengan sempurna atau tidak.

Diagnosis keperawatan yang teridentifikasi pada bayi Ny. MG yaitu:


Ketidakefektifan bersihan jalan napas, risiko infeksi, gangguan rasa
nyaman, ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
kecemasan orang tua. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu:
melakukan pengisapan lendir dengan teknik empat tangan setiap terdapat
lendir pada jalan napas, menerapkan prinsip bersih dan steril pada setiap
tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi, memberikan dukungan
kepada orang tua.

Setelah dilakukan perawatan selama tujuh hari, bayi masih menggunakan


ventilator dengan pengaturan ventilator mode PC-AC, PIP 25, PEEP 5, RR
45, TI 0,45, tidak ada instabilitas suhu, toleransi minum baik. Lendir mulai
berkurang dan desaturasi berkurang.

2.2. Tinjauan Teoritis

2.2.1. Ketidaknyamanan pada Bayi Baru Lahir


Bayi prematur akan mengalami ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya kebisingan, penerangan berlebih, dan tindakan
yang memanipulasi bayi. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan pada
bayi. Bayi prematur memiliki kecenderungan kurang memperlihatkan
respon perilakunya, namun kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan
neurorogisnya (Wilson & Hockenberry, 2012). Perawat dapat melihat
respon fisik yang ditunjukkan oleh bayi.

Respon fisik berupa perubahan pada denyut jantung dan saturasi oksigen
merupakan salah satu respon bayi terhadap tindakan seperti penghisapan
lendir. Jika kedua nilai ini stabil mengindikasikan bahwa tindakan dapat
ditoleransi dengan baik. Selain respon fisik, respon lainnya adalah respon

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


12

stres yang dapat dilihat adalah kadar kortisol darah yang juga sinkron
dengan kadar kortisol dalam saliva (Calixto, Martinez, Jorge, Moreira, &
Martinelli, 2002). Pelaksanaan prosedur yang tidak nyaman akan
meningkatkan kadar kortisol, begitu juga sebaliknya menurun pada
tindakan yang membuat nyaman seperti kontak kulit dengan kulit
(Morelius, Theodorsson, & Nelson, 2005). Respon selanjutnya dapat
dilihat dari respon perilaku.

Regulasi perilaku dapat dilihat dari variasi kondisi tidur, terjaga penuh,
dan menangis. Salah satu prosedur yang sering dilakukan dan direspon
oleh bayi adalah prosedur pengisapan lendir.

2.2.2. Pernapasan pada Bayi Baru Lahir


Proses perkembangan organ pernapasan bayi telah dimulai sejak dalam
kandungan. Percabangan bronkus, alveoli, dan pembuluh darah pulmonal
mulai berkembang. Perkembangan alveoli yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran gas masih berlanjut sampai setelah bayi lahir.
Perkembangan belum sempurna terjadi pada paru, otot pernapasan, dan
saraf pengaturan pernapasan. Selain itu, secara mekanik juga memiliki
kelemahan yaitu diafragma bayi masih rentan terhadap kelelahan. Pada
bayi dengan kelahiran prematur, organ pernapasan ini berkembang secara
immatur, terutama pusat pengaturan pernapasan yang berfungsi untuk
mengontrol pernapasan. Sebagai akibatnya, bayi prematur rentan terhadap
terjadinya henti nafas (Weiss & Tolomeo, 2012).

Henti nafas sering terjadi pada bayi dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu. Committee on Fetus and Newborn (2003 dalam Weiss &
Tolomeo, 2012) menyebutkan bahwa apnea yang signifikan pada bayi
adalah henti nafas selama lebih dari 20 detik atau lebih dari 10 detik yang
disertai bradikardia atau desaturasi <80-85%. Apnea of prematurity terjadi
pada lebih dari 50% bayi prematur dan mayoritas pada bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram (Alden et al., 1972 dalam Weiss & Tolomeo,
2012).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


13

Manajemen pernapasan pada bayi sangat penting dilakukan dengan cermat


dan tepat. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendukung
pernapasan bayi, seperti (Gomella, Cunningham, & Eyal, 2013):

a. Mengkaji dan memonitor status respirasi

Pada pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan adanya napas


cuping hidung, adanya retraksi dinding dada, grunting, takhipnea,
adanya sianosis, dan suara napas abnormal. Napas cuping hidung
merupakan tanda awal adanya distress pernapasan, biasanya dapat
muncul pada pasien yang terintubasi. Grunting sering terlihat lebih
cepat pada pasien Respiratory Distress Syndrome (RDS) sebagai respon
fisiologis dari menutupnya sebagian glottis selama ekspirasi pada akhir
ekspirasi pada alveoli yang kolaps.

Selain pemeriksaan di atas, analisa gas darah merupakan hal yang


sangat penting dalam memperlihatkan status ventilasi, oksigenasi, dan
perubahan status asam basa. Selain pemeriksaan gas darah secara
invasif, terdapat pemeriksaan monitoring gas darang noninvasif seperti
pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oksimetry, monitoring
tekanan O2 transkutan, tekanan CO2 transkutan, dan monitoring CO2
volume akhir tidal, namun hal ini kurang akurat untuk bayi yang
memiliki saturasi yang rendah dan di atas nilai normal. Pada bayi
dengan kondisi seperti itu tetap dibutuhkan pemeriksaan analisa gas
darah secara invasif.

b. Tipe alat pendukung pernapasan

Terdapat berbagai tipe alat pendukung pernapasan dan dapat digunakan


sesuai dengan kondisi bayi. Diantaranya yaitu pemberian oksigen tanpa
ventilasi mekanik (masker oksigen, nasal canula), Continuous Positive
Airway Pressure (CPAP), ventilasi noninvasif, dan ventilasi mekanik.
Bubble CPAP memiliki blender udara dan alat pelembab, sehingga
udara yang masuk ke bayi dicampur dan dilembabkan terlebih dahulu
sehingga memilnimalkan kerusakan membran mukosa saluran napas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


14

2.2.3. Teknik Pengisapan Lendir Empat Tangan


Salah satu kemajuan dalam asuhan keperawatan kepada preterm adalah
asuhan perkembangan. Salah satu fokusnya adalah menciptakan kestabilan
fisik dan kenyamanan yang mendukung perkembangan bayi preterm
secara optimal. Disamping itu, asuhan perkembangan juga mengutakan
pencegahan terjadinya infeksi pada bayi. Infeksi dapat terjadi disebabkan
oleh tindakan invasif dan noninvasif, seperti salah satunya pelaksanaan
pengisapan lendir yang kurang tepat. Dalam rangka mendukung
terwujudnya asuhan perkembangan tersebut, Cone, Pickler, Grap,
McGrath, dan Wiley (2013) melakukan penelitian tentang teknik four-
handed pada tindakan penghisapan lendir (suctioning).

Aplikasi teknik four-handed berbeda dengan perawatan seperti


pembedongan (swaddling) dan facilitated tucking. Pembedongan adalah
membungkus bayi dengan kain dengan fokus pada fleksi umum pada
ekstremitas dan sumbu tubuh. Pembedongan pada bayi dapat
meningkatkan kualitas tidur. Facilitated tucking yaitu memberikan posisi
secara manual kepada bayi dengan tujuan dan teknik yang hampir sama
dengan pembedongan yaitu memfleksikan ekstremitas pada sumbu tubuh
(Cone, Pickler, Grap, McGrath, & Wiley, 2013).

Berbeda dari pembedongan dan facilitated tucking yang hanya berfokus


pada bayi, perawatan four-handed ditujukan untuk bayi dan perawat.
Perawatan four-handed ini dijalankan oleh dua orang dengan orang
pertama disebut operator, yaitu yang berfokus pada tindakan, dan orang
kedua (asisten) tidak hanya berfokus pada stabilitas fisik bayi, tetapi juga
mendukung pelaksanaan tindakan agar berjalan efektif, efisien, dan aman
(Cone, Pickler, Grap, McGrath, & Wiley, 2013).

Pelaksanaan four-handed suctioning dilakukan oleh dua orang yaitu


perawat penanggungjawab pasien dan perawat lainnya (asisten). Pelaksana
utama bertugas melaksanakan prosedur pengisapan dengan
memperhatikan ketepatan pelaksanaan dan menjaga kesterilan alat dan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


15

prosedur. Perawat lainnya bertugas untuk membantu perawat utama dalam


menjaga kesterilan seperti membuka jendela inkubator dan membuka
sambungan selang ETT. Selain itu, perawat asisten tersebut juga bertugas
untuk memposisikan bayi agar nyaman(Cone et al., 2013).

Prosedur diawali dengan kedua perawat mencuci tangan dan


menghangatkan tangan terlebih dahulu. Kemudian perawat utama
menggunakan sarung tangan steril. Perawat asisten memposisikan bayi
senyaman mungkin seperti memfleksikan tangan dan kaki pada sumbu
tubuh, namun hal ini tidak mutlak harus dilakukan. Jika bayi sudah
nyaman dengan posisinya, perawat asisten dapat membiarkan bayi
menggenggam jarinya, memegang kepala dan tangan satunya pada bagian
ekstremitas bawah. Selain itu, teknik four-handed juga mengutamakan
asistensi dalam pelaksanaan penghisapan lendir. Perawat asisten
membantu membuka jendela inkubator, memegang selang ETT agar tidak
tercabut, dan memperbaiki posisi selang CPAP, dan lainnya (Cone et al.,
2013).

Pelaksanaan teknik four-handed juga bertujuan untuk mengurasi stres


kerja pada perawat. Dengan pelaksanaan pengisapan lendir oleh dua orang,
risiko terjadinya kesalahan juga berkurang (Cone et al., 2013). Oleh
karena itu, pelaksanaan teknik ini menjadi standar prosedur pelaksanaan
pengisapan lendir pada beberapa rumah sakit, salah satunya yaitu di Cina.

Gambar: Pelaksanaan pengisapan lendir dengan teknik empat tangan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


16

2.3. Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan Comfort Kolcaba dalam Proses
Keperawatan
2.3.1. Teori dan Konsep Keperawatan Comfort oleh Katharine Kolcaba

Situasi pemberian pelayanan kesehatan merupakan kondisi yang sangat


membuat stres dan tidak nyaman bagi pasien terutama bayi. Menurut teori
kenyamanan, kondisi ketidaknyamanan ini dapat teridentifikasi dari
ungkapan pasien dan keluarga, namun tidak semua ketidaknyamanan
dapat teridentifikasi dengan baik (Kolcaba, 1995) terutama pada pasien
bayi. Bayi belum dapat mengungkapkan ketidaknyamanannya melalui
kalimat verbal seperti halnya pada orang dewasa. Selain itu, orang tua
ataupun keluarga lainnya tidak selalu berada di ruang perawatan bayi
sehingga sulit untuk mengidentifikasi ketidaknyamanan bayinya dan
melaporkan kepada perawat. Keluarga hanya dapat melaporakan
ketidaknyamanan yang dirasakannya yang berkaitan dengan bayinya. Oleh
karena itu, kemampuan perawat dalam mengidentifikasi ketidaknyamanan
pada bayi sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut. Pengkajian
ketidaknyamanan meliputi pengkajian ketidaknyamanan fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan (Apstolo & Kolcaba, 2009;
Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006; Kolcaba, 1995).

Secara umum pengkajian kenyamanan fisik yang dilakukan pada lima


kasus terpilih meliputi homeostasis (cairan, elektrolit, pernapasan,
eliminasi, sirkulasi, metabolik, nutrisi), diagnosis medis, manajemen
nyeri/kenyamanan, dan ketidaknyamanan fisik lain yang dialami maupun
yang potensial. Pengkajian psikospiritual terdiri dari pengkajian kebutuhan
spiritual, cemas, takut, kebutuhan akan doa oleh perawat atau orang lain,
dan sumber kekuatan. Pengkajian sosiokultural yaitu ekonomi keluarga,
kebutuhan informasi, hubungan dan konflik, serta keberlanjutan perawatan
di rumah. Pengkajian kenyamanan lingkungan mencakup kebisingan,
penerangan, tempat untuk istirahat keluarga, kebersihan, dan lainnya
(Kolcaba et al., 2006).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


17

Kolcaba mengemukakan bahwa seorang pasien dalam hal ini bayi


memiliki kebutuhan terhadap rasa nyaman. Oleh karena itu diperlukan
intervensi kenyamanan untuk meningkatkan rasa nyaman bayi. Hasil
kenyamanan pada bayi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat
diubah atau hanya dapat dimodifikasi minimal, seperti prognosis suatu
penyakit (Kolcaba & Wilson, 2002; Kolcaba, 1994, 1995). Selengkapnya
ditunjukkan pada gambar berikut:

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


18

Bayi baru lahir di


ruang NICU

Intervensi kenyamanan:
- Four-handed suction Kebutuhan rasa Faktor yang
- Sentuhan lembut nyaman: mempengaruhi
- Nesting & bedong Kenyamanan Fisik (minimal
- Kehadiran orang tua Kenyamanan perubahan):
- Menghindari kebisingan Psikospiritual Prognosis penyakit
& pencahayaan Kenyamanan Finansial keluarga
berlebih Sosiokultural
- Penyediaan ASI Kenyamanan
- Pengaturan posisi Lingkungan
- Dan lainya

Kenyamanan
meningkat

Praktik
terbaik

Perilaku
Integritas
pencapaian
kelembaga-
kesehatan
an
Kebijakan
terbaik

Perilaku Meninggal
Perilaku internal:
Tanda vital normal Eksternal: dengan tenang
Terhindar dari - Pertumbuhan &
infeksi (marker perkembangan bayi
infeksi normal) yang optimal
Cairan & nutrisi - Kepercayaan diri
terpenuhi keluarga dalam
merawat bayi

Kerangka Kerja Konseptual Teori Comfort


Sumber: Kolcaba & Wilson, 2002; Kolcaba, 1994; www.thecomfortline.com

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


19

2.4. Aplikasi Teori Keperawatan dalam Proses Keperawatan pada Kasus


Terpilih
Pemaparan aplikasi teori keperawatan kenyamanan menurut Katharine
Kolcaba pada proses keperawatan berikut adalah paparan pada salah satu
pasien kelolaan yaitu bayi Ny. YN dengan NKB-SMK, RD e.c SNAD, AOP,
dan PDA. Pengkajian sebagai tahap awal dari proses keperawatan dilakukan
berdasarkan empat aspek kenyamanan berdasarkan teori Kolcaba yaitu
kenyamanan fisik, kenyamanan psikospiritual, kenyamanan sosiokultural, dan
kenyamanan lingkungan. Perumusan diagnosis keperawatan menggunakan
diagnosis NANDA 2015-2017 dengan penetapan masalah berdasarkan
struktur taksonomi kenyamanan Kolcaba. Intervensi keperawatan berdasarkan
tiga aspek intervensi menurut Kolcaba yaitu intervensi kenyamanan standar
(strandart comfort), pendidikan dan pengarahan (coaching), dan intervensi
kenyamanan jiwa (comfort food for the soul).

2.4.1. Gambaran Umum Pasien


a. Identitas pasien
Bayi Ny. YN, jenis kelamin perempuan, usia gestasi 32 minggu, usia
kronologis 7 hari.

b. Keluhan utama
Bayi mengalami periode apnea dan desaturasi berulang.

c. Riwayat persalinan dan riwayat penyakit


Bayi lahir secara SC atas indikasi gawat janin, ibu dengan impending
eklampsia. Ibu mengalami hipertensi dan diabetes. Faktor risiko ibu:
leukosit 19.300/l, demam tidak ada, keputihan gatal dan tidak berbau,
batuk pilek tidak ada, ketuban pecah tidak ada, nyeri BAK tidak ada,
anyang-anyang ada (kesan ISK asimtomatik), terdapat polihidramnion.

Bayi lahir tidak bernapas (apgar skor 5/7), denyut jantung kurang dari
100 kali/menit, dibawa ke infant warmer dan dibungkus plastik,
dilakukan VTP 25/5 FiO2 30%. Usia 5 menit, bayi merintih, kemudian
dipasangkan CPAP PEEP 7, FiO2 21% saturasi 70% dan hipotermia

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


20

(suhu 35,0oC), kemudian dihangatkan suhu menjadi 35,9oC, terjadi


desaturasi kembali, FiO2 dinaikkan menjadi 30%, CRT lebih dari 3
detik, diberikan loading cairan NaCl 0,9% 1 kali, selanjutnya saturasi
naik menjadi 92% dan suhu 36,1oC, bayi dihangatkan dan distabilkan
sampai suhu mencapai 36,6oC, CRT <3 detik. GDS 89 mg/dl. Riwayat
penggunaan CPAP sampai usia 16 hari, kemudian menggunakan High
Flow Nasal (HFN) 3 liter per menit.

Pada usia 1 hari, bayi mendapatkan minum 8x3ml namun kemudian


dihentikan distensi abdomen. Hari ke-2 bayi diminumkan kembali
8x1cc, namun masih kembung. Hari ke-3 bayi apnea sehingga terapi
aminofilin dinaikkan 10%. Pada hari ke-4 bayi mengalami desaturasi
dan instabilitas suhu 38oC, dilakukan pemeriksaan kultur darah dengan
hasil steril.

d. Diagnosis medis
NKB-SMK, RD e.c tersangka SNAD, AOP, dan PDA

2.4.2. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 juni 2016 mulai pukul 13.45 WIB.
a. Pengkajian Kenyamanan Fisik
Bayi Ny. YN dengan keadaan umum lemah, sadar, terpasang CPAP
PEEP 5 dengan FiO2 21%, OGT, PICC, dan stopper. Pada pengukuran
tanda-tanda vital diperoleh hasil frekuensi denyut jantung 150
kali/menit, pernapasan 40 kali/menit, suhu 36,4oC (suhu pagi pukul 09
WIB hipotermia yaitu 35,2oC, pukul 10 WIB naik 36,5 oC, pukul 12-14
WIB 36,3-36,4 oC), SpO2 98%. Pemeriksaan fisik di dapatkan tidak ada
retraksi dinding dada, abdomen distensi, supel, bising usus ada, akral
hangat, CRT<3 detik. Terdapat desaturasi berulang dan masih ada
periode apnea, bayi mulai minum kembali 10ml/Kg/hari setelah
sebelumnya dipuasakan.

Bayi mendapat terapi antibiotik lini II untuk mengatasi infeksi


(Piperatazobactam 2x193 mg, Amikasin 14,25 mg/18 jam). Bayi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


21

mendapatkan terapi aminofilin 2x5,7 mg untuk mencegah apnea,


nistatin, farmadol 4x25mg, dan cairan 150ml/KgBB. Hasil pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 19 februari 2016 didapatkan hasil: Hb 16,2
g/dl, hematokrit 48,7%, leukosit 8.420/l, trombosit 135.000/l, CRP
0,2, It 0,12. Hasil pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan bahwa
terdapat PDA sebesar 2 mm.

Terdapat lendir pada mulut, hidung dan pada nasal pronge, pada saat
dilakukan penghisapan lendir, terlihat ekstremitas meregang, saturasi
oksigen menurun, dan denyut jantung meningkat.

b. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual


Bayi terlihat seperti menolak dan meregangkan ekstremitas
menunjukkan adanya ketidaknyamanan saat dilakukan tindakan seperti
pengisapan lendir. Bayi masih terlihat jarang diajak berbicara oleh
kedua orang tuanya.

c. Pengkajian Kenyamanan Sosiokultural


Ibu terlihat sesekali mengunjungi bayinya dan ayah jarang ikut bersama
ke dalam untuk melihat bayinya karena belum berani dengan kondisi
bayi yang terpasang banyak alat dan bayi sangat kecil.

d. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan


Bayi di manipulasi setiap 3 jam sesuai dengan prinsip minimal
handling, namun terkadang juga terdapat pemeriksaan yang
memanipulasi bayi pada waktu istirahat bayi. Terdapat penutup
inkubator untuk meminimalkan pencahayaan pada bayi, namun suara
kebisingan yang dihasilkan oleh mesin dan orang-orang yang berada di
ruang perawatan bayi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


22

Tabel 2.1 Pengelompokkan Masalah Berdasarkan Taksonomi Comfort


Kolcaba pada Bayi Ny. YN
Jenis Relief Ease Transedence
Kenyamanan
Fisik a. KU: lemah Bayi mulai Bayi sadar, tidak
b. Menggunakan CPAP minum kembali terdapat retraksi
c. Terdapat apnea 10 ml/Kg/hari dinding dada
d. Terdapat lendir pada jalan setelah
napas sebelumnya
e. Suhu 35,2oC dipuasakan
f. Abdomen distensi, supel
g. Pada saat dilakukan
penghisapan lendir,
terlihat ekstremitas
meregang, saturasi
oksigen menurun, dan
denyut jantung meningkat
h. Terdapat PDA sebesar 2
mm
Psikospiritual Bayi terlihat seperti menolak Bayi masih
dan meregangkan terlihat jarang
ekstremitas menunjukkan diajak berbicara
adanya ketidaknyamanan oleh kedua orang
saat dilakukan tindakan tuanya.
seperti pengisapan lendir
Sosiokultural Ibu terlihat
sesekali
mengunjungi
bayinya dan ayah
jarang ikut
bersama ke dalam
untuk melihat
bayinya
Lingkungan Terdapat kebisingan yang Terkadang juga Bayi di
dihasilkan oleh mesin dan terdapat manipulasi setiap
orang-orang yang berada di pemeriksaan yang 3 jam sesuai
ruang perawatan bayi masih. memanipulasi dengan prinsip
bayi pada waktu minimal handling,
istirahat bayi. terdapat penutup
inkubator untuk
meminimalkan
pencahayaan pada
bayi

2.4.3. Diagnosis Keperawatan


Berdasarkan gambaran data pada taksonomi di atas, masalah keperawatan
pada bayi Ny. YN adalah sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Ketidakefektifan termoregulasi
d. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


23

e. Gangguan rasa nyaman


f. Risiko infeksi
g. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
h. Risiko gangguan pengasuhan orang tua

2.4.4. Rencana Keperawatan


Penulisan rencana keperawatan ditulis berdasarkan template penulisan
perawatan kenyamanan (Kolcaba & Wilson, 2002; Kolcaba, 1995) yang
ditampilkan pada tabel berikut:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. YN menunjukkan kepatenan jalan nafas
dengan kriteria hasil tidak ditemukan suara napas tambahan, bayi
mudah bernapas, tidak terjadi aspirasi, sputum dapat dikeluarkan,
frekuensi napas 30-60 kali/menit.

Tabel 2.2 Comfort Care Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Kaji keefektifan pemberian oksigen, frekuensi, - Jelaskan - Bersihkan
kedalaman dan upaya pernapasan, adanya nyeri, kepada orang lubang hidung
mukus kental, dan keletihan) tua tentang dari sekresi
- Auskultasi dada untuk mengetahui penurunan atau peralatan yang
ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas pendukung mengeras
tambahan yang dengan bahan
- Tentukan kebutuhan pengisapan, pantau saturasi digunakan lembab dan
oksigen dan status hemodinamik. - Jelaskan pada lembut.
- Lakukan pengisapan mulut dan nasofaring dengan keluarga - Perhatikan
alat pengisap sesuai kebutuhan (pengisapan prosedur respon bayi
orofaring dilakukan selama 3 detik) pengisapan pada setiap
- Atur posisi bayi yang memungkinkan yang tindakan.
pengembangan rongga dada dengan meninggikan dilakukan
bagian kepala tempat tidur 45
- Ukur tanda vital setiap 3 jam

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


24

b. Ketidakefektifan pola napas


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. YN menunjukkan pola napas efektif dengan
kriteria hasil:
Frekuensi napas 30-60 kali/menit, tidak terjadi apnea dan desaturasi,
saturasi 88-92%, tidak ada retraksi dinding dada, napas cuping hidung,
merintih, ekspansi dada simetris, mudah bernapas.

Tabel 2.3. Comfort Care Masalah Ketidakefektifan Pola Napas


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Hitung frekuensi napas, kedalaman, dan upaya - Jelaskan - Lakukan
pernapasan, faktor yang berhubungan (nyeri, mukus pada teknik
kental, keletihan) keluarga empat
- Auskultasi dada anterior dan posterior untuk tentang tangan pada
mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan penggunaan saat
adanya suara napas tambahan peralatan pengisapan
- Lakukan pengisapan lendir hanya jika diperlukan. pendukung lendir
Pantau saturasi oksigen, status hemodinamik, catat - Jelaskan - Ajak bayi
jenis, dan warna sekret yang dikumpulkan pada bicara dan
- Bersihkan lubang hidung dari sekresi yang mengeras keluarga tatap mata
- Tinggikan posisi kepala 45o prosedur ketika
- Posisikan supinasi dengan leher sedikit ekstensi dan pengisapan berinteraksi
leher tidak tertekuk yang
- Pantau nilai AGD dilakukan
Kolaborasi:
- Diskusikan penggunaan CPAP dan waktu pelepasan
- Diskusikan untuk tindakan fisioterapi
- Berikan oksigen yang telah dilembabkan

c. Ketidakefektifan termoregulasi
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. YN menunjukkan termoregulasi yang efektif
dengan kriteria hasil:
Suhu tubuh 36,5-37,5C, warna kulit merah muda, tidak terjadi
peningkatan denyut jantung karena suhu ekstrim.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


25

Tabel 2.4. Comfort Care Masalah Ketidakefektifan Termoregulasi


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Atur suhu inkubator sesuai dengan kebutuhan suhu - Ajarkan orang - Berikan
tubuh bayi tua untuk sentuhan
- Hindari kehilangan panas yang mungkin terjadi mengahangatk lembut dan
melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi, an tangan hangat agar
seperti menghangatkan popok, nesting, stetoskop, setelah tidak
tangan perawat, sebelum bersentuhan dengan bayi. mencuci mengagetka
Hanya membuka jendela inkubator pada saat tangan n bayi
tindakan. Dan menghindari membuka pintu sebelum
inkubator secara lebar. memegang
- Perhatikan adanya kemungkinan keluarnya panas bayinya
dari inkubator yang membuat suhu di dalam
inkubator tidak optimal.

d. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. YN mendapatkan cairan/nutrisi adekuat
dengan kriteria hasil menunjukkan peningkatan berat badan minimal
20-30 gram/hari, tidak tampak pucat, dapat mentoleransi program
pemberian makan yang dianjurkan (tidak muntah, abdomen supel dan
tidak distensi, residu <20%), serta nilai albumin dan elektrolit dalam
batas normal.

Tabel 2.5. Comfort Care Masalah Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Pantau nilai albumin dan elektrolit - Jelaskan pada - Ajak bayi
- Kaji adanya intoleransi minum (perut keluarga tentang bicara dan
kembung, residu, muntah) manfaat nutrisi bagi tatap mata
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori, timbang bayi ketika
berat badan setiap hari - Ajarkan ibu cara berinteraksi
- Kaji kesiapan menyusu memerah ASI dan - Melakukan
- Lakukan perawatan mulut sebelum penyimpanan ASI pengukuran
pemberian minum - Motivasi ibu untuk linkar perut
- Gunakan OGT jika bayi kelelahan dan refleks selalu menyediakan dengan
hisap dan menelan belum baik ASI untuk bayinya sentuhan
- Sendawakan bayi setelah pemberian minum - Motivasi ibu untuk yang lembut
jika diperlukan menyusui eksklusif
Kolaborasi: dan dapat menyusui
- Berikan TPN jika belum full feed sampai usia 2 tahun

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


26

e. Gangguan rasa nyaman


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. YN menunjukkan kondisi nyaman dengan
kriteria hasil tidak menangis/meringis, otot rileks/tidak kaget, tanda
vital dalam batas normal, ekspresi rileks

Tabel 2.6. Comfort Care Masalah Gangguan Rasa Nyaman


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan jiwa
- Lakukan setiap tindakan - Jelaskan kepada orang tua tentang - Perhatikan respon
dengan sentukan lembut peralatan pendukung yang digunakan bayi pada setiap
- Atur suhu lingkungan - Jelaskan pada keluarga prosedur tindakan.
sesuai dengan suhu pengisapan yang dilakukan
tubuh bayi

f. Risiko infeksi
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko infeksi pada by. Ny. YN
akan hilang dengan kriteria hasil: Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi (bayi aktif; suhu 36,5-37,5C; kultur darah steril; nilai CRP 0,0-
5,0 mg/l; nilai prokalsitonin <0,1 ng/ml; nilai IT ratio 0,0-0,2; nilai
leukosit dalam batas normal), higiene personal yang adekuat,
mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan
imun dalam batas normal.

Tabel 2.7. Comfort Care Risiko Infeksi


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyama-
nan jiwa
- Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut - Beritahu
jantung, drainase, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, orang tua
lesi kulit, keletihan, dan malaise) pentingnya
- Pantau nilai laboratorium (hitung darah lengkap, hitung mencuci
jenis, albumin, IT ratio, CRP, prokalsitonin, kultur tangan dan
darah) menjaga
- Lindungi bayi dari kontaminasi silang (hindari orang kebersihan
dengan infeksi pernapasan untuk mendekati bagi bayi
bayi/menggunakan masker, barang-barang yang tidak - Ajarkan orang
bersih, isolasi bayi lain yang infeksi) tua/pengunjun
- Pastikan perawat mencuci tangan 5 momen, jaga prinsip g bayi untuk
bersih dan steril pada setiap tindakan. mencuci
- Ingatkan setiap orang yang akan memegang dan tangan 6

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


27

Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi


penyuluhan kenyama-
nan jiwa
mendekati lingkungan bayi untuk mencuci tangan langkah
- Jaga jarak antar inkubator minimal 1 meter (jika
memungkinkan)

g. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan pada by. Ny. YN akan hilang dengan kriteria hasil
grafik fenton dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan
intraventrikular, bayi terhindar dari stres, bayi mendapat stimulasi
pendengaran dan penglihatan dari keluarga terutama orang tua.

Tabel 2.8. Comfort Care Masalah Risiko Keterlambatan Pertumbuhan Dan


Perkembangan
Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Ukur dan pantau rutin pertumbuhan dan - Ajarkan orang tua - Tatap mata
perkembangan bayi berinteraksi dan bayi ketika
- Timbang berat badan dan bandingkan dengan menstimulasi bayi berinteraksi
nilai normal pada grafik Fenton sesuai usia dengan intensitas - Ajak bayi
gestasi suara yang tidak berbicara
- Berikan asuhan perkembangan pada bayi terlalu tinggi dan
(pembatasan jam interaksi/manipulasi bayi, - Ajarkan dan berinteraksi
mengurangi kebisingan dan pencahayaan, dukung ibu ketika bayi
positioning, berikan nesting yang sesuai melakukan siap
dengan ukuran bayi) perawatan metode berinteraksi
- Berikan bantalan dan penyangga pada kedua kanguru jika bayi
sisi kepala untuk menghindari posisi kepala telah stabil
hanya pada satu sisi dan mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak

h. Risiko gangguan pengasuhan orang tua


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko gangguan pengasuhan orang
tua pada by. Ny. YN akan hilang dengan kriteria hasil kedua orang tua
mengunjungi bayi minimal 1 kali/hari, orang tua berinteraksi dengan
bayi; mengelus/mengusap; mendoakan, ibu memerah dan selalu
menyediakan ASI untuk bayinya, ayah mendukung pemberian ASI oleh
ibu.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


28

Tabel 2.9. Comfort Care Risiko Gangguan Pengasuhan Orang Tua


Intervensi Pendidikan/ Intervensi
standar penyuluhan kenyamanan jiwa
- Jelaskan kepada orang tua pentingnya kehadiran - Anjurkan orang tua
dan stimulasi orang tua kepada bayi untuk berbicara
- Demonstrasikan perawatan bayi baru lahir dengan bayi,
- Bantu orang tua menerjemahkan isyarat bayi menatap matanya,
- Ajarkan cara menenangkan bayi dan mendendangkan
- Dukung ibu untuk memberikan ASI kepada sholawat (sesuaikan
bayinya dengan kepercayaan
- Ajarkan ibu pentingnya menyediakan ASI untuk orang tua)
bayi dan cara memerah ASI dan penyimpanan
yang benar
- Jelaskan pada ayah pentingnya dukungan ayah
dalam keberhasilan pemberian ASI

2.4.5. Implementasi Keperawatan

Tabel 2.10. Implementasi Keperawatan Tanggal 22 Februari 2016 (Dinas Sore)


DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
4 Mencuci tangan 5 Fisik - KU: - Jalan napas - Bayi sadar,
langkah dengan air lemah bersih tidak
mengalir - Terdapat setelah terdapat
5 Menyiapkan semua desaturas dilakukan retraksi
peralatan secara lengkap i SpO2 pengisapan dinding dada
sebelum memanipulasi 80% lendir
bayi pada - Bayi mulai
4 Mencuci tangan 5 pukul minum
langkah dengan hands 16.00 kembali 10
rub namun ml/Kg/hari
1 Menghitung frekuensi naik lagi setelah
napas, kedalaman, dan tanpa sebelumnya
upaya pernapasan: rangsang dipuasakan
- Frekuensi napas: 50 an - Pada
kali/menit, tidak ada - Masih pemberian
retraksi dada, dan terdapat ASI pukul
tidak ada napas instabilit 18.00 tidak
cuping hidung as suhu ada distensi
2,5 Menghangatkan tangan, abdomen
termometer, dan dan
stetoskop andomen
5,6 Membuka jendela supel
inkubator dengan
perlahan Psikospiritual - Pada saat
2,5, Menghangatkan nesting dilakukan
6 dan popok penghisapan
2 Mengukur suhu tubuh lendir,
bayi: terlihat bayi
- Suhu 36,9oC lebih
1 Mengauskultasi suara tenang,
napas: saturasi
- Suara napas simetris oksigen

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


29

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
pada kedua paru, turun namun
sedikit terdengar masih dalam
ronkhi batas
Membersihkan hidung normal, dan
dari kotoran yang denyut
mengeras dengan kasa jantung
yang dilembabkan dalam batas
dengan air hangat normal
Melakukan pengisapan - Hasil konsul
lendir dengan teknik 4 ekokardiogr
tangan afi jam
Memantau respon bayi 08.00 pagi
ketika pengisapan (bayi dalam
lendir: terapi
- SpO2 88%, denyut farmadol
jantung 165 hari ke-6),
kali/menit, bayi didapatkan
tidak mengangis dan hasil bahwa
tidak meronta PDA
Meninggikan posisi mengecil
kepala bayi 45o dengan 1,5-1,8mm,
mengatur posisi terapi
penyangga tempat tidur farmadol
bayi pada inkubator dilanjutkan
Memposisikan bayi dan konsul
supinasi dengan leher ulang 3 hari
sedikit ekstensi dan kemudian.
leher tidak tertekuk
Melanjutkan pemberian
CPAP PEEP 5 FiO2 21%
2,4 Membersihkan mulut Sosiokultural - Perawat
5,6 bayi dengan kasa belum
lembab dan hangat bertemu
4,5 Mengganti dan orang tua
menimbang popok bayi bayi
- Tidak ada BAB, pada
BAK ada 20 ml dinas
5,6 Mengganti plester sore ini.
dengan lembut, Menurut
memindahkan letak perawat
sensor saturasi lainnya
5,6 Memasang nesting dan orang tua
memposisikan bayi bayi
ekstremitas atas dan kemarin
bawah fleksi, dan datang
midline position menjeng
3 Memantau nilai uk
albumin:
- Albumin tanggal
19/2/16: 4,13 (hari
ini sedang dalam
pemeriksaan
albumin)
Memeriksa apakah ada
muntah dan distensi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


30

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan
lingkar perut, tidak
ada muntah, perut Lingkungan - Terdapat - Bayi di
distensi, namun kebising manipulasi
supel an yang setiap 3 jam
Memberikan ASI 2 ml dihasilka sesuai
secara perlahan n oleh dengan
Kolaborasi: mesin prinsip
Memberikan ASI dan minimal
8x2ml orang- handling,
PG2 9,5 ml/jam (Dx orang terdapat
12,5, GIR 10,4) yang penutup
IL 1,2 ml/jam (kal berada di inkubator
106,4) ruang untuk
D10+Ca(2) sebanyak perawata meminimalk
2,3 ml/jam n bayi an
5,6 Melakukan kontak mata masih. pencahayaan
dan mengajak berbicara pada bayi
saat berinteraksi dengan
bayi
5,6 Membacakan sholawat
nabi agar bayi tenang
4 Melihat warna kulit
bayi, apakah adanya lesi
kulit, keletihan
Memantau nilai
laboratorium yang
mengindikasikan adanya
infeksi:
- Bayi sedang dalam
pemeriksaan kultur
darah, CRP, IT,
albumin, dan darah
rutin
- Hasil laboratorium
tanggal 19/2/16:
Hemoglobin: 16,2
gr/dl, hematokrit
48,7%, leukosit
8.420/l, trombosit
135.000/l, CRP
0,2, It 0,12
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi
- Tidak ada BAB,
BAK ada
2 Mengukur suhu bayi:
- Suhu 37,8oC dengan
suhu inkubator 33 oC
Menurunkan suhu

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


31

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
inkubator menjadi 32,5
o
C
3 Memeriksa apakah ada
muntah dan distensi
abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan
lingkar perut, tidak
ada muntah, tidak
distensi dan supel
Memberikan ASI 2 ml
secara perlahan
Melakukan kontak mata
dan mengajak berbicara
saat berinteraksi dengan
bayi
Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
2,4, Mengukur suhu bayi:
5 - Suhu 38,7oC dengan
suhu inkubator 32,5
o
C
Menurunkan suhu
inkubator menjadi 31,5
o
C
2,4, Mengukur suhu bayi:
5 Suhu 37,3oC dengan
suhu inkubator 31,5 oC

Tabel 2.11. Implementasi Keperawatan Tanggal 23 Februari 2016 (Dinas Pagi)


DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
4 Mencuci tangan 5 Fisik - KU: - Tidak ada - Bayi sadar,
langkah dengan air lemah desaturasi tidak terdapat
mengalir - Abdome - Jalan napas retraksi
5 Menyiapkan semua n distensi bersih dinding dada
peralatan secara lengkap dan setelah
sebelum memanipulasi terdapat dilakukan
bayi muntah. pengisapan
4 Menghitung frekuensi Bayi lendir
napas, kedalaman, dan dipuasak
upaya pernapasan: an
- Frekuensi napas: 52 - Hipoalbu
kali/menit, tidak ada minemia
retraksi dada, dan
tidak ada napas
cuping hidung Psikospiritual - Pada saat

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


32

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
1 Mencuci tangan 5 dilakukan
langkah dengan hands penghisapa
rub n lendir,
2,5 Menghangatkan tangan, terlihat bayi
termometer, dan lebih
stetoskop tenang,
5,6 Membuka jendela saturasi
inkubator dengan oksigen
perlahan turun
2,5, Menghangatkan nesting namun
6 dan popok masih
2 Mengukur suhu tubuh dalam batas
bayi: normal, dan
- Suhu 37,2oC denyut
1 Mengauskultasi suara jantung
napas: dalam batas
- Suara napas simetris normal
pada kedua paru,
sedikit terdengar Sosiokultural - Ibu
ronkhi mengatakan
Membersihkan hidung dapat
dari kotoran yang memahami
mengeras dengan kasa penjelasan
yang dilembabkan perawat
dengan air hangat tentang
- Terdapat lesi di pentingnya
hidung kehadiran
Melakukan pengisapan orang tua
lendir dengan teknik 4 dan
tangan penyediaan
Memantau respon bayi ASI
ketika pengisapan
lendir: Lingkungan - Terdapat - Bayi di
- SpO2 89%, denyut kebisinga manipulasi
jantung 164 n yang setiap 3 jam
kali/menit, bayi dihasilka sesuai dengan
tidak mengangis dan n oleh prinsip
tidak meronta mesin minimal
Meninggikan posisi dan handling,
kepala bayi 45o dengan orang- terdapat
mengatur posisi orang penutup
penyangga tempat tidur yang inkubator
bayi pada inkubator berada di untuk
Memposisikan bayi ruang meminimalka
supinasi dengan leher perawata n pencahayaan
sedikit ekstensi dan n bayi pada bayi
leher tidak tertekuk masih.
Melanjutkan pemberian
CPAP PEEP 5 FiO2
21%
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


33

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
5,6 Mengganti plester
dengan lembut,
memindahkan letak
sensor saturasi
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
3 Memantau nilai
albumin:
- Albumin tanggal
22/2/16: 3,58
Memeriksa apakah ada
muntah dan distensi
abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Ada distensi
abdomen, ada
muntah, bayi
dipuasakan
- BBS: 1800gram
Kolaborasi:
Cairan
140ml/Kg/hari
Memberikan tranfusi
albumin 7,5ml+lasix
1,5mg
PG2 9 ml/jam (Dx
12,5, GIR 10,4)
IL 1,2 ml/jam
D10+Ca(2) sebanyak
2,3 ml/jam
Kalori 95kkal/Kg
5,6 Melakukan kontak mata
dan mengajak berbicara
saat berinteraksi dengan
bayi
5,6 Membacakan sholawat
nabi agar bayi tenang
4 Melihat warna kulit
bayi, apakah adanya lesi
kulit, keletihan
Memantau nilai
laboratorium yang
mengindikasikan adanya
infeksi:
- Hasil laboratorium
tanggal 22/2/16:
Kultur darah steril,
Hemoglobin: 10,8
gr/dl (direncanakan
tranfusi PRC),
hematokrit 30,4%,
leukosit 13.720/l,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


34

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
trombosit
295.000/l, CRP <1,
IT 0,16
7 Menjelaskan kepada
orang tua pentingnya
kehadiran dan stimulasi
orang tua kepada bayi
Menjelaskan kepada
orang tua pentingnya
ASI bagi bayi dan
menganjurkan orang tua
menyediakan ASI selalu
untuk bayinya
Membantu orang tua
menerjemahkan isyarat
bayi
Mengajarkan cara
menenangkan bayi
Menganjurkan orang tua
untuk berkomunikasi
dengan bayinya,
memberikan sentuhan
lembut, dan kontak
mata.
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi
- BAB ada, BAK ada
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position

Tabel 2.12. Implementasi Keperawatan Tanggal 24 Februari 2016 (Dinas Pagi)


DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
4 Mencuci tangan 5 Fisik - KU: - BBS: - Bayi sadar,
langkah dengan air lemah 1850gr tidak terdapat
mengalir - Abdome - Tidak ada retraksi dinding
5 Menyiapkan semua n masih desaturasi dada
peralatan secara lengkap distensi. dan
sebelum memanipulasi - Bayi instabilitas
bayi masih suhu
4 Menghitung frekuensi dipuasak - Jalan napas
napas, kedalaman, dan an bersih
upaya pernapasan: - Hipoalbu setelah
- Frekuensi napas: 44 minemia dilakukan
kali/menit, tidak ada pengisapan
retraksi dada, dan lendir

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


35

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
tidak ada napas
cuping hidung
1 Mencuci tangan 5 Psikospiritual - Pada saat
langkah dengan hands dilakukan
rub penghisapan
2,5 Menghangatkan tangan, lendir,
termometer, dan terlihat bayi
stetoskop lebih
5,6 Membuka jendela tenang,
inkubator dengan saturasi
perlahan oksigen
2,5,6 Menghangatkan nesting turun namun
dan popok masih dalam
2 Mengukur suhu tubuh batas
bayi: normal, dan
- Suhu 36,6oC denyut
1 Mengauskultasi suara jantung
napas: dalam batas
- Suara napas simetris normal
pada kedua paru,
sedikit terdengar Sosiokultural - Ibu datang
ronkhi mengunjung
Membersihkan hidung i bayinya
dari kotoran yang 1kali sehari
mengeras dengan kasa dan
yang dilembabkan membawa
dengan air hangat ASI perah
- Lesi di hidung
membaik
Melakukan pengisapan Lingkungan - Terdapat - Bayi di
lendir dengan teknik 4 kebising manipulasi
tangan an yang setiap 3 jam
Memantau respon bayi dihasilka sesuai dengan
ketika pengisapan n oleh prinsip minimal
lendir: mesin handling,
- SpO2 88%, denyut dan terdapat
jantung 170 orang- penutup
kali/menit, bayi orang inkubator untuk
tidak mengangis dan yang meminimalkan
tidak meronta berada di pencahayaan
Meninggikan posisi ruang pada bayi
kepala bayi 45o dengan perawata
mengatur posisi n bayi
penyangga tempat tidur masih.
bayi pada inkubator
Memposisikan bayi
supinasi dengan leher
sedikit ekstensi dan
leher tidak tertekuk
Melanjutkan pemberian
CPAP PEEP 5 FiO2
21%
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


36

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi
5,6 Mengganti plester
dengan lembut,
memindahkan letak
sensor saturasi
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
3 Memantau nilai
albumin:
- Belum ada
pemeriksaan ulang
Memeriksa apakah ada
muntah dan distensi
abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Ada distensi
abdomen
(LP=32cm), bayi
dipuasakan, aliran
dari OGT berwarna
kuning keruh, bising
usus ada
- BBS: 1850gram
Kolaborasi:
Cairan
130ml/Kg/hari
Memberikan tranfusi
albumin (III)
7,5ml+lasix 1,5mg
PG2(4) 9,2 ml/jam
(Dx 13, GIR 10,8)
IL(2,2) 0,5 ml/jam
Kalori 90kkal/Kg
5,6 Melakukan kontak mata
dan mengajak berbicara
saat berinteraksi dengan
bayi
5,6 Membacakan sholawat
nabi agar bayi tenang
4 Melihat warna kulit
bayi, apakah adanya lesi
kulit, keletihan
Memantau nilai
laboratorium yang
mengindikasikan adanya
infeksi:
Belum ada
pemeriksaan marker
infeksi selanjutnya
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


37

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
lembab dan hangat

4,5 Mengganti dan


menimbang popok bayi
- BAB ada, BAK ada
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
7 Memberikan
penghargaan positif
kepada orang tua atas
kehadiran mereka
dengan membawa ASI

Tabel 2.13. Implementasi Keperawatan Tanggal 25 Februari 2016 (Dinas Sore)


DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
4 Mencuci tangan 5 Fisik - KU: - Tidak ada - Bayi sadar,
langkah dengan air lemah instabilitas tidak terdapat
mengalir suhu retraksi dinding
5 Menyiapkan semua - Abdomen dada
peralatan secara lengkap tidak
sebelum memanipulasi distensi
bayi - Jalan napas
4 Menghitung frekuensi bersih
napas, kedalaman, dan setelah
upaya pernapasan: dilakukan
- Frekuensi napas: 46 pengisapan
kali/menit, tidak ada lendir
retraksi dada, dan Psikospiritual - Pada saat
tidak ada napas dilakukan
cuping hidung penghisapan
1 Mencuci tangan 5 lendir,
langkah dengan hands terlihat bayi
rub lebih
2,5 Menghangatkan tangan, tenang,
termometer, dan saturasi
stetoskop oksigen
5,6 Membuka jendela turun namun
inkubator dengan masih dalam
perlahan batas
2,5,6 Menghangatkan nesting normal, dan
dan popok denyut
2 Mengukur suhu tubuh jantung
bayi: dalam batas
- Suhu 37,0oC normal
1 Mengauskultasi suara
napas:

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


38

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
- Suara napas simetris
pada kedua paru,
sedikit terdengar Sosiokultural - Ibu datang
ronkhi mengunjungi
Membersihkan hidung bayinya pagi
dari kotoran yang dan sore dan
mengeras dengan kasa membawa ASI
yang dilembabkan perah
dengan air hangat
- Lesi di hidung Lingkungan - Terdapat - Bayi di
membaik kebisinga manipulasi
Melakukan pengisapan n yang setiap 3 jam
lendir dengan teknik 4 dihasilka sesuai dengan
tangan n oleh prinsip minimal
Memantau respon bayi mesin handling,
ketika pengisapan dan terdapat
lendir: orang- penutup
- SpO2 88%, denyut orang inkubator untuk
jantung 167 yang meminimalkan
kali/menit, bayi berada di pencahayaan
tidak mengangis dan ruang pada bayi
tidak meronta perawata
Meninggikan posisi n bayi
kepala bayi 45o dengan masih.
mengatur posisi
penyangga tempat tidur
bayi pada inkubator
Memposisikan bayi
supinasi dengan leher
sedikit ekstensi dan
leher tidak tertekuk
Melanjutkan pemberian
CPAP PEEP 5 FiO2
21%
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi
5,6 Mengganti plester
dengan lembut,
memindahkan letak
sensor saturasi
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
3 Memantau nilai
albumin:
- Belum ada
pemeriksaan ulang
Memeriksa apakah ada
muntah dan distensi
abdomen, mengukur

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


39

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
lingkar perut:
- Sudah tidak ada
distensi abdomen,
bayi mulai oral care
4x1ml, bising usus
ada
Kolaborasi pemberian
TPN
5,6 Melakukan kontak mata
dan mengajak berbicara
saat berinteraksi dengan
bayi
5,6 Membacakan sholawat
nabi agar bayi tenang
4 Melihat warna kulit
bayi, apakah adanya lesi
kulit, keletihan
Memantau nilai
laboratorium yang
mengindikasikan adanya
infeksi:
Belum ada
pemeriksaan marker
infeksi selanjutnya
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi
- BAB ada, BAK ada
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
4 Mengingatkan kembali
orang tua untuk mencuci
tangan sebelum dan
setelah memegang
bayinya

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


40

Tabel 2.14. Implementasi Keperawatan Tanggal 26 Februari 2016 (Dinas Pagi)


DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
4 Mencuci tangan 5 Fisik - KU: - Abdomen - Bayi sadar,
langkah dengan air lemah tidak tidak terdapat
mengalir - Terdapat distensi retraksi dinding
5 Menyiapkan semua desaturas - Tidak ada dada
peralatan secara lengkap i instabilitas
sebelum memanipulasi - Sedang suhu
bayi pemeriks - Jalan napas
4 Menghitung frekuensi aan bersih
napas, kedalaman, dan kultur setelah
upaya pernapasan: darah, dilakukan
- Frekuensi napas: 50 CRP, IT, pengisapan
kali/menit, tidak ada dan lendir
retraksi dada, dan darah - BBS
tidak ada napas rutin 1900gram
cuping hidung
1 Mencuci tangan 5 Psikospiritual - Pada saat
langkah dengan hands dilakukan
rub penghisapan
2,5 Menghangatkan tangan, lendir,
termometer, dan terlihat bayi
stetoskop lebih
5,6 Membuka jendela tenang,
inkubator dengan saturasi
perlahan oksigen
2,5,6 Menghangatkan nesting turun namun
dan popok masih dalam
2 Mengukur suhu tubuh batas
bayi: normal, dan
- Suhu 37,2oC denyut
1 Mengauskultasi suara jantung
napas: dalam batas
- Suara napas simetris normal
pada kedua paru,
sedikit terdengar Sosiokultural - Ibu datang
ronkhi mengunjungi
Membersihkan hidung bayinya pagi
dari kotoran yang dan sore dan
mengeras dengan kasa membawa ASI
yang dilembabkan perah
dengan air hangat
- Lesi di hidung Lingkungan Terdapat - Kebisingan - Bayi di
membaik kebising yang manipulasi
Melakukan pengisapan an yang dihasilkan setiap 3 jam
lendir dengan teknik 4 dihasilka oleh orang sesuai dengan
tangan n oleh di ruang prinsip minimal
Memantau respon bayi mesin rawat handling,
ketika pengisapan diminimalka terdapat
lendir: n penutup
- SpO2 86%, denyut inkubator untuk
jantung 172 meminimalkan
kali/menit, bayi pencahayaan
tidak mengangis dan pada bayi
tidak meronta

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


41

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
Meninggikan posisi
kepala bayi 45o dengan
mengatur posisi
penyangga tempat tidur
bayi pada inkubator
Memposisikan bayi
supinasi dengan leher
sedikit ekstensi dan
leher tidak tertekuk
Melanjutkan pemberian
CPAP PEEP 5 FiO2
21%
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi
5,6 Mengganti plester
dengan lembut,
memindahkan letak
sensor saturasi
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
3 Memantau nilai
albumin:
- Sedang pemeriksaan
ulang
Memeriksa apakah ada
muntah dan distensi
abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Distensi abdomen
membaik, bising
usus ada
Kolaborasi pemberian
TPN
5,6 Melakukan kontak mata
dan mengajak berbicara
saat berinteraksi dengan
bayi
5,6 Membacakan sholawat
nabi agar bayi tenang
4 Melihat warna kulit
bayi, apakah adanya lesi
kulit, keletihan
Memantau nilai
laboratorium yang
mengindikasikan adanya
infeksi:
Belum ada
pemeriksaan marker
infeksi selanjutnya

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


42

DX Implementasi Evaluasi
Tipe Relief Ease Trancendence
Kenyamanan
2,4 Membersihkan mulut
5,6 bayi dengan kasa
lembab dan hangat
4,5 Mengganti dan
menimbang popok bayi
- BAB ada, BAK ada
5,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi
ekstremitas atas dan
bawah fleksi, dan
midline position
7 Memberikan penguatan
kepada orang tua untuk
berdoa untuk
kesembuhan bayinya
dan mengingatkan untuk
menjenguk bayi

2.4.6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tanggal 26 Februari 2016
a. Kenyamanan Fisik
Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari, keadaan umum bayi masih
lemah, berat badan meninngkat, tidak ada instabilitas suhu, masih
terdapat desaturasi, maka kenyamanan fisik bayi berada pada fase Ease.

b. Kenyamanan Psikospiritual
Kenyamanan psikospiritual bayi berada pada fase Trancendence yaitu
bayi sering diajak bicara oleh orang tuanya dan didoakan. Perawat juga
melakukan hal yang sama saat berinteraksi dengan bayi.

c. Kenyamanan Sosiokultural
Kenyamanan sosiokultural bayi berada pada fase Trancendence yaitu
orang tua datang mengunjungi bayinya lebih sering dan menyediakan
ASI untuk bayinya.

d. Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan bayi berada pada fase Ease yaitu suhu yang
terkontrol, tidak ada instabilitas suhu, dan pengaturan pencahayaan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


43

yang baik, namun pengaturan kebisingan belum dapat dikontrol dengan


sangat baik. Mengingatkan semua orang yang berada di ruang rawat
merupakan salah satu hal yang dilakukan untuk merubah perilaku.
Selain itu segera mematikan suara alarm ketika berbunyi juga dilakukan
untuk mengontrol kebisingan yang berasal dari mesin.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


44

BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI

Pemahaman tentang proses dan kompetensi yang akan dicapai merupakan hal
yang sangat penting untuk dimiliki oleh mahasiswa perawat spesialis dan
harus menjadi perhatian utama dari institusi pendidikan. Pembelajaran ini
diharapkan mampu menyelaraskan antara kebutuhan di tatanan pelayanan dan
perspektif pendidikan yang diperoleh mahasiswa di institusi pendidikan.
Pengembangan kurikulum terus diperlukan untuk memperoleh sumber daya
yang berkualitas (Crathern, Clark, Evans, Styche, & Thurlby, 2016). Standar
kompetensi yang ditetapkan diharapkan dapat diaplikasikan pada pelayanan
pasien dan mampu megikuti tuntunan industri kesehatan sampai pada tingkat
internasional (PPNI, 2005). Dalam pelaksanaan residensi, mahasiswa
mendapatkan pengayaan kemudian dilanjutkan dengan praktik klinik. Berikut
ini dipaparkan tentang pencapaian kompetensi, praktik spesialis keperawatan
anak dalam pencapaian kompetensi, dan implementasi evidence based
nursing practice.

3.1. Pencapaian Kompetensi

Praktik residensi dilaksanakan dalam dua semester yaitu residensi 1 pada


semester pertama dan residensi 2 pada semester kedua. Residensi 1
berlangsung selama 18 minggu dimulai pada tanggal 31 Agustus 2015
sampai dengan 15 Januari 2016. Terdiri dari 2 minggu pengayaan,
dilanjutkan dengan 16 minggu praktik di ruang rawat noninfeksi anak,
infeksi anak, dan ruang perinatologi. Residensi 2 berlangsung selama 12
minggu dari 08 Februari sampai 29 April 2016, terdiri dari 1 minggu
pengayaan, serta 11 minggu praktik klinik di ruang perinatologi. Residen
keperawatan berusaha untuk mampu memenuhi kompetensi yang
berbeda pada setiap ruangan.

3.1.1. Ruang Rawat Noninfeksi Anak


Umumnya kompetensi yang harus dicapai meliputi kompetensi
pengelolaan kasus dan pelaksanaan prosedur. Kompetensi pengelolaan

44 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


45

kasus di ruang rawat noninfeksi yaitu merawat anak dengan


keganasan, kelainan darah; merawat anak dengan gangguan nutrisi;
merawat anak dengan gangguan kardiovaskuler (penyakit jantung);
dan merawat anak dengan gangguan sistem perkemihan (penyakit
ginjal). Kompetensi prosedur yang harus dicapai di ruang rawat
noninfeksi yaitu manajemen peritoneal dialisis, manajemen cairan,
manajemen nyeri, manajemen kemoterapi, menjadi sistem pendukung
anak dan keluarga, mengenalkan komunitas-komunitas sosial yang
dapat menjadi sistem pendukung anak dan keluarga.

Mayoritas target kompetensi di ruang noninfeksi ini dapat tercapai


oleh residen keperawatan, namun terdapat beberapa kasus yang masih
jarang ada di ruang rawat noninfeksi tempat residen keperawatan
praktik, yaitu kasus anak dengan gangguan kardiovaskuler. Hal ini
terjadi karena anak dengan kasus tersebut dirujuk ke rumah sakit
khusus yang menangani masalah jantung yang letaknya berdekatan
dengan tempat praktik residen keperawatan.

3.1.2. Ruang Rawat Infeksi Anak


Target kompetensi pengelolaan kasus di ruang rawat anak infeksi
terdiri dari merawat anak dengan masalah infeksi pernapasan, saluran
kemih, saluran cerna, dan infeksi saraf seperti meningitis, tetanus, dan
encephalitis. Selain itu kompetensi lainnya yaitu merawat anak
dengan gangguan keseimbangan cairan, HIV/AIDS, dan demam
dengue. Target prosedur yang harus dipenuhi yaitu mampu
mendeteksi secara dini pasien dengan kegawatan, mampu melakukan
inhalasi, fisioterapi dada, dan pengisapan lendir, kolaborasi pemberian
terapi oksigen yang sesuai dengan kebutuhan pasien, mendeteksi
tanda-tanda peningkatan TIK, memposisikan anak untuk pengambilan
spesimen dan pascaprosedur, menilai status dehidrasi dan menghitung
keseimbangan cairan, persiapan pasien operasi (pada pasien infeksi
yang memerlukan pembedahan), memeriksa gula darah sewaktu, serta
asistensi dan perawatan insersi longline, serta memasang infus dan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


46

mengoperasikan infus pump. Target kompetensi di atas dapat dicapai


oleh residen keperawatan tanpa ada kendala yang berat.

Residen keperawatan juga melaksanakan proyek inovasi di ruang


rawat infeksi ini sesuai perannya sebagai agen pembaharu dan
pendidik. Berdasarkan fenomena yang terdapat di ruang rawat tersebut
yaitu hampir semua keluarga yang menemani pasien terlibat dalam
pemberian makanan cair melalui Naso Gastric Tube (NGT) serta
masih adanya permasalahan aspirasi makanan cair, residen
keperawatan melakukan proyek inovasi tentang edukasi pemberian
makanan cair melalui NGT, juga menekankan pentingnya pemantauan
oleh perawat terhadap pemberian makan oleh keluarga.

3.1.3. Ruang Perinatologi


Residen keperawatan praktik di ruang perinatologi selama program
residensi dalam dua tahap, yaitu pada akhir residensi 1 selama 4
minggu, dan pada residensi 2 selama 11 minggu. Target kompetensi di
ruang ini yaitu merawat neonatus dengan masalah respirasi, merawat
neonatus dengan gangguan metabolisme (hipoglikemia,
hiperglikemia, hiperbilirubinemia), dan merawat neonatus dengan
penyakit infeksi. Prosedur yang harus dicapai residen keperawatan
yaitu melakukan resusitasi bayi, menilai usia gestasi dengan Ballard
score, serta menentukan usia koreksi, mengkaji refleks hisap dan
menelan, memberikan ASI melalui OGT dan cawan, melakukan
pencegahan infeksi.

Selanjutnya residen keperawatan juga melakukan perawatan metode


kanguru, menerapkan developmental care, konseling menyusui,
memahami pengaturan alat bantu napas seperti HFO, ventilator, dan
CPAP, menganalisis hasil kultur darah dan marker infeksi. Selain
memenuhi kompetensi di atas, residen keperawatan juga mendapatkan
kesempatan merawat luka post reposisi Omfalokel, merawat stoma
dan melakukan spooling pada bayi dengan gangguan BAB,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


47

melakukan stimulasi orofacial, asistensi pemasangan PICC dan


kateter umbilical, serta asistensi foto kontras enema.

Selain kompetensi di atas, residen keperawatan juga melakukan


proyek inovasi berdasarkan Evidence Based Nursing (EBN) di ruang
ini. Proyek inovasi yang dilakukan adalah pelaksanaan pengisapan
lendir dengan teknik empat tangan. Implementasi EBN ini akan
dibahas lebih rinci pada bahasan selanjutnya.

3.2. Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian Kompetensi

Menurut PPNI (2005), perawat termasuk juga perawat spesialis


keperawatan anak memiliki kompetensi secara garis besar yaitu praktik
etik dan legal, keperawatan profesional, kepemimpinan dan manajemen,
pendidikan dan penelitian, pengembangan kualitas personal dan
profesional. Selain itu, dalam menjalankan tugasnya, perawat juga
berperan sebagai pemberi asuhan, pembela, pendidik, kolaborator, dan
sebagai pembaharu.

Praktik etik dan legal selayaknya dapat diperkuat pelaksanaannya seiring


dengan adanya pengesahan undang-undang keperawatan pada tanggal 25
September 2014 yang lalu. Dengan adanya undang-undang ini residen
keperawatan dan perawat pada umumnya harus lebih profesional,
melaksanakan praktik secara legal, etis, dan dapat menggunakan
pendekatan budaya yang positif untuk kesehatan, dengan demikian
residen keperawatan juga menghormati budaya yang ada. Selanjutnya,
residen keperawatan juga harus berani bertanggung gugat terhadap
praktik profesional yang dilakukan. Dalam memenuhi kompetensi ini,
residen keperawatan dapat menjalankan perannya sebagai pembela
pasien. Ketika ada perencanaan dan tindakan terhadap pasien yang
kurang sesuai dengan yang seharusnya, maka residen keperawatan harus
membela pasien untuk memenuhi haknya.

Dalam memenuhi kompetensi keperawatan profesional, residen


keperawatan menerapkan prinsip pokok dalam pemberian asuhan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


48

keperawatan, menerapkan proses keperawatan, komunikasi terapeutik,


menciptakan lingkungan yang aman bagi bayi dan keluarga, dan
menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan
untuk mencapai tujuan kesehatan bayi. Hal ini dilakukan dengan cara
berkolaborasi dengan berbagai profesi seperti medis, fisioterapis, analis,
gizi, komunitas sosial, dan beberapa profesi lainnya sesuai dengan peran
perawat sebagai kolaborator.

Kompetensi pengembangan kualitas personal dan profesional dilakukan


oleh residen spesialis keperawatan anak melalui peningkatan mutu
pelayanan yang berbasis evidence-based nursing, berbagai inovasi, dan
mengikuti berbagai pelatihan dan seminar tentang keperawatan anak,
khususnya perinatologi. Pelatihan yang diikuti seperti resusitasi neonatus,
konseling menyusui, perawatan metode kanguru, serta deteksi dini dan
stimulasi tumbuh kembang. Selain itu residen keperawatan juga
berdiskusi dengan perawat ruangan, head nurse, nurse educator, dokter
konsulen perinatologi, dokter residen, konsultan laktasi, nutrisionis,
analis, dan mengikuti diskusi pada pelatihan perawat NICU level II-III.
Sebagai pendidik, residen keperawatan juga membagikan pengetahuan
yang dimiliki kepada mahasiswa vokasi dan sarjana keperawatan.
Residen keperawatan juga mendiskusikan tentang EBN dan hal lain yang
dibutuhkan dengan perawat perinatologi di kedua rumah sakit.

Selain tiga hal di atas, kompetensi kepemimpinan dan manajemen juga


harus menjadi perhatian perawat terutama residen keperawatan. Seorang
perawat spesialis selayaknya dapat menjadi role model dan melakukan
manajemen asuhan dengan tepat. Perawat spesialis harus dapat bekerja
sama di dalam tim keperawatan, melakukan kolaborasi dengan berbagai
profesi kesehatan, dan berpikir kritis terhadap keputusan yang akan
dibuat untuk kesembuhan pasien. Di Indonesia, pelaksanaan kompetensi
ini memiliki tantangan yang besar. Pengakuan terhadap eksistensi
perawat spesialis sudah diakui dibeberapa tempat. Beberapa pelayanan
kesehatan sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan seperti di

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


49

RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan Kita. Institusi


lainnya ada yang juga sudah menggunakan jasa spesialis keperawatan
sebagai konsultan seperti rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin
Banda aceh. Walau demikian, masih ada institusi termasuk institusi
kesehatan yang belum mengetahui keberadaan spesialis keperawatan atau
belum berkeinginan menggunakan jasa spesialis keperawatan dengan
alasan keterbatasan dana. Menurut penulis, dana bukan merupakan
kendala utama, namun merasakan hal ini sebagai suatu kebutuhan itu
yang lebih penting. Untuk itu, perawat spesialis harus menunjukkan
kemanfaatannya bagi insitusi kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut yaitu melalui peningkatan
mutu pendidikan, melakukan berbagai penelitian yang memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat, serta melakukan pengabdian
masyarakat.

Pendidikan dan penelitian menjadi hal yang penting bagi pengembangan


keilmuan seorang perawat spesialis. Pendidikan tidak hanya dapat
diperoleh dari perguruan tinggi melainkan juga aktif mengikuti berbagai
pelatihan dan seminar terkait keilmuan. Perkembangan pengetahuan yang
begitu pesat juga menuntut perawat spesialis untuk melakukan berbagai
penelitian dan selalu memperbaharui ilmu terkini melalui konferensi dan
studi literatur terbaru.

3.3. Implementasi Evidence Based Nursing Practice

Evidence Based Nursing Practice yang diterapkan pada bayi di ruang


perinatologi adalah pelaksanaan pengisapan lendir dengan menggunakan
empat tangan (dua orang). Inovasi ini dilaksanakan selama 11 minggu
praktik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan Kita.
Pelaksanaan ini dilakukan pada 20 bayi (10 bayi kelompok intervensi dan
10 bayi kelompok kontrol). Proses implementasi terdiri dari tiga tahapan
yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


50

3.3.1. Tahap Persiapan

Tahapan persiapan dimulai dengan mengumpulkan literatur dan


penyusunan proposal. Proposal proyek inovasi kemudian dikonsulkan
dengan pembimbing akademik dan pembimbing klinik untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Setelah proposal selesai,
residen keperawatan mensosialisasikan perencanaan pelaksanaan
EBN, tata cara pelaksanaan, dan menyamakan persepsi kepada
perawat ruangan perinatologi yang terdiri dari head nurse, nurse
educator, ketua tim, dan perawat pelaksana. Selanjutnya, residen
keperawatan juga mempersiapkan dan melatih seorang asisten untuk
merekam proses pelaksanaan.

Kemudian residen keperawatan mengidentifikasi sampel yang sesuai


dengan kriteria inklusi yaitu bayi dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu (prematur) yang terpasang selang endotracheal tube (ETT)
maupun Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dan dilakukan
penghisapan lendir secara rutin. Dilanjutkan dengan memberikan
penjelasan dan meminta persetujuan kepala ruang dan orang tua bayi
untuk penerapan EBN dan perekaman yang akan dilakukan terhadap
bayi.

3.3.2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penghisapan lendir secara konvensional akan dilakukan


seperti biasa dengan satu orang perawat yaitu perawat
penanggungjawab pasien, dan akan dilakukan perekaman respon
fisiologis dan perilaku bayi. Pelaksanaan metode four-handed
suctioning akan dilakukan oleh perawat penanggungjawab pasien dan
residen keperawatan.

Rangkaian kegiatan yang akan dilakukan yaitu:


a. Perawat dan residen keperawatan mencuci tangan dan
menghangatkan tangan terlebih dahulu. Kemudian perawat
menggunakan sarung tangan steril.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


51

b. Residen keperawatan memposisikan bayi senyaman mungkin


seperti memfleksikan tangan dan kaki pada sumbu tubuh, namun
hal ini tidak mutlak harus dilakukan. Jika bayi sudah nyaman
dengan posisinya, asisten dapat membiarkan bayi menggenggam
jarinya, memegang kepala dan tangan satunya pada bagian
ekstremitas bawah. Selain itu, teknik four-handed juga
memperhatikan asistensi dalam pelaksanaan penghisapan lendir.
Residen keperawatan membantu membuka jendela inkubator,
memegang selang ETT agar tidak tercabut, dan memperbaiki posisi
selang CPAP.
c. Perekaman respon perilaku bayi dilakukan oleh asisten sejak 3
menit sebelum tindakan dan terus berlangsung sampai 5 menit
setelah tindakan. Pembacaan denyut jantung dan saturasi oksigen
juga dilakukan saat 3 menit sebelum pengisapan lendir
berlangsung, 5 detik setelah dimulai memasukkan selang suction ke
selang ETT atau hidung bayi, dan menit ke 5 setelah selesai
tindakan tersebut.
d. Setelah tindakan selesai, perawat merapikan alat dan residen
keperawatan merapikan kembali bayi dan menutup jendela
inkubator dengan perlahan.

3.3.3.Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi residen keperawatan mengolah dan menganalisis


data yang didapatkan pada tahap pelaksanaan. Hasilnya adalah
sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


52

a. Distribusi responden berdasarkan usia gestasi, usia koreksi, dan


jenis kelamin
Tabel 3.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi
dan Usia Koreksi (n=20)
Variabel Kelompok n Mean SD
Usia gestasi Intervensi 10 32,9 2,13
Kontrol 10 32,7 2,11
Usia koreksi Intervensi 10 33,6 1,83
Kontrol 10 34,1 1,72

Tabel di atas memperlihatkan bahwa usia gestasi pada kelompok


kontrol memiliki rata-rata 32,7 dan pada kelompok intervensi 32,9.
Usia koreksi pada kelompok intervensi memiliki rata-rata 33,6 dan
kelompok kontrol 34,1.

b. Nilai saturasi dan denyut jantung pada saat dilakukan pengisapan


lendir pada kelompok kontrol dan intervensi

Nilai saturasi dan denyut jantung pada kelompok kontrol dan


kelompok intervensi diukur 3 menit sebelum memasukkan
selang suction, detik ke-5 saat dimasukkan selang suction ke
selang ETT maupun hidung bayi, serta 5 menit setelah selesai
prosedur, dapat ditunjukkan pada grafik berikut.

Nilai SpO2 (%)


92
90
88
86 SpO2 KK
84 SpO2 KI
82
80
78 Waktu
sebelum saat setelah

Grafik 3.1. Rerata nilai saturasi kelompok kontrol dan intervensi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


53

Berdasarkan grafik di atas nilai saturasi pada kelompok kontrol


lebih rendah dibanding dengan kelompok intervensi. Hal ini
menggambarkan bahwa bayi pada kelompok intervensi lebih
nyaman dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hal yang sama juga terjadi pada denyut jantung yaitu kelompok
kontrol mengalami denyut jantung dengan nilai yang abnormal
dibandingkan dengan denyut jantung bayi pada kelompok
intervensi. Hal ini tergambar pada grafik di bawah ini.

Denyut jantung (kali/menit)

175
170
165
160 DJ KK
155 DJ KI
150
145
Waktu
140
Sebelum Saat Setelah

Grafik 3.2. Rerata nilai denyut jantung kelompok kontrol dan intervensi

Pada kelompok kontrol, terdapat satu nilai ekstrim pada denyut


jantung yang mengalami bradikardia sampai di bawah 120
kali/menit. Hal ini terjadi pada sampel yang dilakukan
pengisapan lendir oleh satu orang. Hal ini mungkin dapat terjadi
pada pengisapan lendir yang terlalu dalam sehingga merangsang
barorefleks dan menimbulkan reflek vagal pada saraf
parasimpatis sehingga menurunkan denyut jantung (Zannin et
al., 2015).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


54

c. Skor respon bayi saat dilakukan four-handed suction pada


kelompok kontrol dan intervensi

Respon kenyamanan bayi saat dilakukan pengisapan lendir


diperlihatkan pada grafik berikut:

Skor PCA

20
18
16
14
12
PCA KK
10
8 PCA KI
6
4
2
0 Waktu

Sebelum Saat

Grafik 3.3 Rerata skor Kenyamanan (Pediatric Comfort Assessment)

Respon kenyamanan bayi saat dilakukan pengisapan lendir


didapatkan bahwa kelompok intervensi memiliki respon
kenyamanan yang ditunjukkan melalui wajah, otot motorik,
vokalisasi, dan penampilan lebih terkontrol dibandingkan
kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa bayi pada
kelompok intervensi lebih nyaman.

3.3.4.Kendala yang Dihadapi

Dalam pelaksanaan proyek inovasi ini terdapat beberapa kendala,


diantaranya:

a. Terdapat beberapa perawat pelaksana yang tidak hadir pada saat


sosialisasi proyek inovasi, sehingga pada saat pelaksanaan residen
keperawatan harus mengulang kembali penjelasan tentang proyek
inovasi ini, dan ini terjadi di beberapa ruangan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


55

b. Pada salah satu lahan praktik, residen keperawatan anak memiliki


keterbatasan ruang gerak di ruang NICU yang merupakan ruang
untuk pelaksanaan proyek inovasi ini karena di rumah sakit
tersebut bayi dengan CPAP dan ventilator hanya terdapat di ruang
NICU.

c. Residen keperawatan belum menemukan alat penilaian respon


perilaku pada saat dilakukan pengisapan lendir yang khusus untuk
bayi dengan penggunaan obat-obat sedasi dan kelainan
kromosom/abnormalitas genetik. Oleh karena itu sampel bayi
dengan kriteria tersebut harus dikeluarkan karena mempunyai
nilai yang ekstrim.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


56

BAB 4
PEMBAHASAN

Bab 4 ini memuat tentang pembahasan mengenai penerapan teori keperawatan


kenyamanan Katharine Kolcaba pada lima kasus terpilih yang dijelaskan sesuai
dengan proses keperawatan serta membahas praktik spesialis keperawatan anak
dalam memenuhi target kompetensi.

4.1. Penerapan Teori Kenyamanan oleh Katharine Kolcaba dalam Asuhan


Keperawatan Bayi dengan Masalah Kenyamanan dan Pernapasan
Penerapan teori kenyamanan Katharine Kolcaba berikut akan disajikan
berdasarkan proses keperawatan.

4.1.1. Pengkajian Keperawatan

a. Pengkajian Kenyamanan Fisik


Berdasarkan karakteristik bayi, mayoritas bayi yaitu empat kasus pilihan
merupakan bayi prematur dengan usia gestasi 30-32 minggu; sedangkan
satu kasus lainnya merupakan bayi aterm yaitu berusia 38 minggu. Hal ini
sesuai dengan Weiss dan Tolomeo (2012) yang menyatakan bahwa bayi
prematur lebih rentan terhadap masalah kesehatan seperti masalah
pernapasan karena immaturitas pertumbuhan dan perkembangan organnya
yang belum dapat berfungsi optimal, sehingga membutuhkan perawatan
sampai mencapai kondisi yang stabil. Bayi aterm yang dirawat di ruang
NICU pada umumnya bayi dengan komplikasi selama kehamilan, kondisi
kesehatan ibu terganggu selama kehamilan, dan adanya kelainan lainnya.
Seperti pada kasus 5 dengan usia aterm, namun harus mendapatkan
perawatan di NICU untuk perbaikan omfalokel dan stabilisasi kondisi.
Darussalam (2013) menyebutkan bahwa sebanyak 27,8% kasus dengan
kelainan kongenitasl anomali gastrointestinal dinyatakan meninggal pada
usia neonatus. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh usia gestasi dan berat
badan lahir bayi.

56

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


57

Pengkajian fisik terhadap kelima kasus didapatkan bahwa terdapat variasi


kondisi pernapasan dan kenyamanan pada kelima kasus tersebut. Kasus 1
dan 2 memiliki kesamaan yaitu bayi dengan usia 32 minggu dan
mengalami apnea dan desaturasi berulang yang dipicu oleh kondisi
kelahiran prematurnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Fairchild et al. (2016) yang meneliti tentang kejadian henti napas pada
1.211 bayi prematur mendapatkan hasil bahwa semakin kecil usia gestasi
maka semakin meningkatkan kejadian henti napas. Bayi dengan usia
gestasi kurang dari 31 minggu lebih sering mengalami apnea sentral lebih
dari 10 detik yang disertai dengan bradikardia kurang dari 100 kali/menit.
Pada kedua kasus tersebut, kejadian apnea lebih sering terjadi pada kasus 1
dibandingkan dengan kasus 2. Hal ini dapat terjadi karena PDA yang
dimiliki oleh bayi pada kasus 1.

Pada kasus 5, desaturasi lebih sering terjadi ketika adanya penumpukan


lendir pada jalan napas yang terpasang selang ETT. Benda asing dalam hal
ini selang ETT dapat merangsang produksi mukus yang berlebih dan
menutup jalan napas, sehingga aliran udara ke paru terhambat dan
konsumsi oksigen sel menurun. Hal ini yang dapat menyebabkan bayi
mengalami penurunan saturasi oksigen (Hough, Shearman, Liley, Grant, &
Schibler, 2014). Berbeda dengan dua kasus lainnya yaitu kasus 3 dan
kasus 4, kedua bayi tersebut juga mengalami produksi lendir yang berlebih
dimulutnya. Hal ini terjadi karena pierre robin sequence yang dialami
kedua bayi tersebut. Bayi dengan sequence ini memiliki lidah pendek dan
mandibula yang kecil yang menyebabkan obstruksi jalan napas.
Mandibular Distraction Osteogenesis merupakan tindakan yang efektif
untuk menangani kondisi ini (Paes et al., 2013).

Kelima kasus terpilih pada karya ilmiah ini memiliki masalah


ketidaknyamanan terutama saat dilakukan prosedur seperti pengisapan
lendir. Oleh karena itu residen keperawatan mencoba menerapkan salah
satu EBN yaitu pengisapan lendir dengan metode empat tangan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


58

b. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual

Kebutuhan psikospiritual juga dibutuhkan oleh bayi tidak hanya pada


orang dewasa. Pada kelima kasus, pengkajian psikospiritual yang dikaji
meliputi sentuhan terapeutik, pijatan, bertemu dengan orang yang spesial
bagi bayi, kepercayaan orang tua, sumber kekuatan, dan kebutuhan akan
doa oleh orang tua, perawat atau orang lain. Kelima kasus diberikan
sentuhan dengan lembut untuk kenyamanan bayi. Sentuhan lembut dan
interaksi terutama yang dilakukan oleh ibu dapat meningkatkan
kenyamanan bayi (Jean & Stack, 2012), namun tidak semua bayi dapat
langsung tenang dengan sentuhan lembut, seperti pada kasus 4.

Bayi terlihat sering menangis dan selalu ingin ada orang di dekatnya,
membelai, dan mengajaknya berinteraksi. Sentuhan kulit dengan kulit,
belaian, dan suaa dapat memberikan kenyamanan psikologis pada bayi
(Feldman, Weller, Sirota, & Eidelman, 2003) sehingga mempertemukan
bayi dengan orang tua sebagai orang terdekat bayi juga merupakan satu
bentuk pemenuhan kenyamanan psikospiritual bayi. Pada kasus 4, pada
awalnya ibu telah bekerja kembali dan menjenguk anaknya sesekali.
Kemudian ibu memutuskan untuk mengambil cuti kembali dan fokus pada
kesembuhan anaknya. Kehadiran orang tua terutama ibu merupakan
sumber kekuatan bagi bayi. Selanjutnya, selain psikologis, aspek spiritual
bayi juga merupakan hal yang harus menjadi perhatian perawat.

Aspek spiritual bayi terkait dengan keyakinan yang dianut oleh orang tua.
Berdasarkan keyakinan orang tua, empat kasus memiliki keyakinan yang
sama yaitu Islam; sedangkan satu kasus lainnya adalah Kristen. Residen
keperawatan menyesuaikan pemenuhan kebutuhan spiritual sesuai dengan
keyakinan orang tua bayi. Orang tua dipersilahkan untuk mendoakan
bayinya sesuai dengan kepercayaan mereka. Pada jam kunjungan, orang
tua bayi pada kasus 2 juga mendatangkan nenek dan tokoh agama untuk
mendoakan bayinya. Hal ini dilakukan dari jendela kaca ruang rawat bayi
karena hanya orang tua yang diperbolehkan masuk ke dalam ruang rawat
untuk mencegah terjadinya infeksi. Pada kelima kasus orang tua tidak

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


59

hanya datang saja, tetapi juga selalu mendoakan bayinya. Hal ini penting
dilakukan orang tua selain untuk kesembuhan bayi, juga untuk sumber
kekuatan orang tua. Ketika berdoa, maka keyakinan akan bertambah, dan
akan mengurangi kecemasan. Kemampuan meyakinkan pasien dan
keluarga melalui pendekatan spiritual dan kultural juga harus dimiliki oleh
tenaga kesehatan (American Association of Health Education, 2008).

c. Pengkajian Kenyamanan Sosiokultural

Pengkajian sosiokultural yang dikaji pada kelima kasus yaitu kunjungan


keluarga, ekonomi keluarga, kebutuhan informasi, perencanaan pulang,
dan keberlanjutan perawatan di rumah. Perkembangan kondisi bayi yang
dirawat tidak terlepas dari kehadiran dan dukungan orang tua (Tandberg,
Sandtro, Vardal, & Ronnestad, 2013; Valeri, Holsti, & Linhares, 2014).
Pada kelima kasus yang dirawat, orang tua mengunjungi bayinya selama
berada di ruang perinatologi. Frekuensi dan lamanya kunjungan berbeda-
beda. Bayi pada kasus 5 paling sering dikunjungi oleh orang tuanya.
Kedua orang tua hadir baik secara bersamaan dan bergantian.

Bayi pada kasus 1 dan 2 pada awalnya terlihat masih jarang dikunjungi
oleh orang tuanya karena ibu merasa tidak tega melihat bayinya. Pada
kasus 2, ibu merasa bersalah dan sangat sedih jika melihat bayinya
sehingga suaminya juga melarang istrinya untuk melihat bayinya jika
kondisinya belum siap, selain karena kondisi ibu yang masih dalam
perawatan. Orang tua baik ayah maupun ibu bayi prematur cenderung
memiliki kecemasan tinggi ketika bayinya dirawat (Gale, Franck, Kools, &
Lynch, 2004; Tandberg et al., 2013). Kunjungan keluarga juga dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi keluarga.

Kelima orang tua pada kasus pilihan memiliki pekerjaan tetap. Tiga
diantaranya menggunakan asuransi kesehatan dari pemerintah untuk
pilihan membayar; sedangkan dua kasus lainnya yaitu kasus 2 dan kasus 4,
keluarga menggunakan asuransi dari perusahaan tempat bekerja sebagai
pilihan membayar biaya pengobatan anaknya. Kebutuhan akan biaya yang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


60

besar juga dapat menjadi stressor tersendiri bagi orang tua bayi prematur
(Kantrowitz-Gordon, Altman, & Vandermause, 2016). Ketika
mengunjungi bayinya, hal yang pertama kali ingin diketahui orang tua
adalah kondisi bayinya.

Pada kasus 3, ibu masih sangat sedikit mengetahui tentang kondisi


anaknya, ibu banyak bertanya, dan pada awalnya belum bisa menerima
kondisi anaknya yang sudah lama dinanti kehadirannya. Orang tua bayi
pada kelima kasus tersebut ingin mengetahui lebih banyak tentang kondisi
bayinya. Dua diantaranya mencari tahu informasi tambahan lewat internet,
yaitu orang tua pada kasus 3 dan 4.

Perawat dan tenaga kesehatan lainnya sebagai pusat informasi utama


tentang kondisi bayi harus dapat menjelaskan kondisi bayi kepada orang
tua dengan cara yang tepat. Kesalahan dalam cara menyampaikan
informasi kepada orang tua dapat menambah kesedihan, kecemasan,
bahkan stres pada orang tua. Hal ini juga dapat mempengaruhi kondisi
bayi karena bayi (Gale et al., 2004; Tandberg et al., 2013; Turner, Chur-
Hansen, Winefield, & Stanners, 2015). Informasi yang sangat penting
yang harus dipersiapkan dan disampaikan kepada orang tua adalah
perencanaan pulang, dan keberlanjutan perawatan di rumah.

Tidak jarang bayi yang telah pulang dari perawatan di perinatologi harus
kembali lagi ke rumah sakit setelah beberapa lama perawatan di rumah.
Bayi dirawat kembali dengan berbagai kondisi seperti hipotermia, infeksi,
aspirasi, dan yang paling sering adalah rehospitalisasi karena ikterik
(Escobar et al., 2005). Penyebab terjadinya hal ini dapat berupa informasi
yang kurang mengenai perawatan bayi baru lahir di rumah, cara menyusui
yang benar, dukungan keluarga dan sistem pendukung lain bagi orang tua.
Oleh karena itu mempersiapkan orang tua agar dapat merawat bayinya di
rumah nantinya dengan baik merupakan hal besar yang menjadi tanggung
jawab perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


61

Sebuah penelitian meta-sintesis tentang pengalaman orang tua dalam


merawat bayinya di rumah setelah perawatan di NICU mengikutkan 12
penelitian kualitatif untuk disintesis. Hasilnya diperoleh bahwa
pengalaman orang tua dalam merawat bayi prematurnya di rumah setelah
dirawat di ruang NICU dibentuk oleh sebuah proses yang membutuhkan
dukungan agar lebih percaya diri dalam merawat bayi dan menghadapi
tantangan dalam merawat bayi prematur. Selain itu didapatkan hasil bahwa
orang tua cenderung berlebihan dalam memproteksi bayinya (Adama,
Bayes, & Sundin, 2016).

Pada kelima kasus, residen keperawatan memberikan informasi kepada


orang tua tentang pentingnya ASI bagi bayi. Orang tua juga mendapatkan
informasi mengenai cara memerah dan penyimpanan ASI di rumah. Pada
ibu bayi pada kasus 4, residen keperawatan menunjukkan dan membantu
ibu menyusui bayinya dengan posisi dan perlekatan yang benar, namun
bayi memiliki keterbatasan menghisap karena pierre robin yang dialamiya.
Residen keperawatan juga mengajarkan dan melatih ibu pada kasus 3 dan
ibu pada kasus 4 cara memberikan ASI melalui OGT karena bayinya akan
dipulangkan dengan terpasang OGT.

d. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan

Kenyamanan lingkungan mencakup kebisingan, penerangan, tempat untuk


istirahat keluarga, dan kebersihan. Pada kelima kasus yang dirawat, hampir
semua mengalami kondisi ketidaknyamanan lingkungan berupa
kebisingan, baik yang berasal dari suara manusia maupun dari suara mesin.
Selama masa di dalam kandungan, bayi mendengar suara kebisingan
berkisar 40-60 dB; sedangkan tingkat kebisingan lingkungan di ruang
perawatan NICU dapat mencapai lebih dari 60 dB (Rustina, 2015). Hal ini
dapat mengganggu perkembangan bayi. Selain kebisingan, penerangan
juga sangat berpengaruh terhadap penglihatan bayi terutama bayi
prematur.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


62

Rumah sakit tempat residen keperawatan merawat kelima kasus telah


memperhatikan prinsip mengurangi penerangan dengan baik. Hal ini
dibuktikan dengan kedua rumah sakit telah menggunakan penutup
inkubator yang hanya dibuka saat melakukan tindakan pada bayi. Selain
bayi, keluarga juga membutuhkan perhatian pihak penyedia pelayanan
kesehatan dari segi aspek lingkungan.

Pada kasus 5, keluarga berasal dari luar daerah sehingga memilih untuk
menetap sementara dirumah saudara di Jakarta selama bayi dirawat,
namun dalam kesehariannya orang tua lebih banyak menghabiskan waktu
di rumah sakit untuk melihat bayinya. Ketersediaan tempat duduk dan
istirahat merupakan salah satu bentuk perhatian yang diberikan oleh rumah
sakit kepada orang tua dan keluarga bayi. Di kedua rumah sakit tempat
residen keperawatan praktik terdapat kursi panjang untuk orang
tua/pengunjung duduk dan beristirahat sejenak.

4.1.2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang muncul pada kelima kasus yaitu


ketidakefektifan pola napas, ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
gangguan rasa nyaman, risiko infeksi, ketidakseimbangan cairan/nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, dan risiko keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan. Selain itu, terdapat beberapa diagnosis lain yang diangkat
yaitu ketidakefektifan termoregulasi, gangguan menelan, dan kecemasan
orang tua.

Pada bayi terutama bayi prematur mengalami berbagai masalah


pernapasan karena perkembangan organ pernapasan yang belum
sempurna. Kurangnya surfaktan membuat paru bayi kolaps dan tidak dapat
mengembang sempurna. Faktor lainnya adalah diagfragma bayi masih
rentan terhadap kelelahan. Pada bayi dengan kelahiran prematur, pusat
pengaturan pernapasan yang berfungsi untuk mengontrol pernapasan
masih belum berkembang sempurna bayi prematur rentan terhadap
terjadinya henti nafas (Weiss & Tolomeo, 2012).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


63

Infeksi juga sangat rentan terjadi pada bayi terutama bayi prematur. Faktor
yang mempengaruhi terjadinya infeksi pada bayi dapat berasal dari faktor
dari bayi dan faktor luar. Faktor yang berasal dari luar seperti lingkungan
dan budaya mencuci tangan oleh tenaga kesehatan. Hal ini harus menjadi
perhatian penting tenaga kesehatan sebagai strategi pencegahan infeksi
pada bayi (Rustina, 2015).

Pada kasus 1 dan 2, kedua bayi dicurigai mengalami sepsis neonatorum


awitan dini. Infeksi tersebut dapat terjadi karena infeksi ibu maupun
terpapar kuman penyebab infeksi pada jalan lahir. Penyebab lainnya bayi
mengalami infeksi yaitu bayi memiliki keterbatasan flora normal pada
kulit, terpaparnya peralatan invasif yang melukai jaringan sehingga kuman
memiliki peluang besar untuk masuk. Selain itu bayi juga sering terpapar
dengan antibiotik spektrum luas secara rutin (Polin, Denson, & Brady,
2012).

Masalah gangguan nutrisi sering terjadi pada bayi terutama bayi prematur.
Hal ini dapat disebabkan oleh motilitas dan penyerapan usus yang
terganggu karena ketidakmatangan organ-organ pencernaan yang terjadi
pada kondisi prematuritas.

4.1.3. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan

Intervensi keperawatan disusun berdasarkan keunikan masalah yang


muncul pada bayi. Kelima kasus mendapatkan intervensi pengisapan
lendir dengan metode empat tangan karena pada kelima kasus memiliki
masalah pernapasan. Metode ini dapat mengurasi stres pada bayi dan
memudahkan perawat dalam melakukan tindakan (Cone et al., 2013; Pillai
Ridell et al., 2011). Selain itu, tindakan yang dilakukan adalah
memberikan nesting dengan posisi lurus sumbu tubuh, pencegahan infeksi,
dan asuhan perkembangan.

Intervensi asuhan perkembangan penting diberikan untuk perkembangan


bayi prematur yang optimal dikemudian hari. Prinsip asuhan
perkembangan yaitu meminimalkan penggunaan energi oleh bayi,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


64

mengurangi terjadinya stres pada bayi, dan pencegahan komplikasi


(Rustina, 2015). Intervensi asuhan perkembangan seperti mengurangi
intensitas cahaya langsung pada mata bayi, mengurangi kebisingan,
penggunaan nesting, mengurangi waktu untuk memanipulasi bayi, dan
perawatan metode kanguru.

4.1.4. Evaluasi Keperawatan

Mayoritas masalah ketidaknyamanan pada kelima kasus dapat teratasi


terutama ketidaknyamanan psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan.
Pada kasus 1, masalah gangguan pernapasan masih terjadi. Hal ini dapat
terjadi karena kondisi prematuritas yang dialaminya. Selain itu, bayi
mengalami instabilitas suhu yang mengarah pada infeksi yang mungkin
terjadi pada bayi tersebut. Pada saat evaluasi dilakukan, bayi masih dalam
pemeriksaan marker infeksi. Kondisi infeksi pada bayi di NICU dapat
meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada bayi (Polin et al., 2012).

Evaluasi yang dilakukan pada kasus 5 didapatkan hasil bahwa bayi


mengalami peningkatan kenyamanan. Baik kenyamanan fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jean dan Stack (2012) tentang perilaku
regulasi bayi aterm dan preterm yang dipengaruhi oleh sentuhan ibu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bayi aterm lebih menunjukkan regulasi
perilaku kenyamanan yang lebih baik dibandingkan bayi preterm, namun
sentuhan dan interaksi ibu dapat meningkatkan regulasi perilaku
kenyamanan pada kedua kelompok tersebut. Dari kelima kasus, kasus 5
adalah bayi yang paling sering berinteraksi dan mendapat sentuhan oleh
kedua orang tuanya.

4.2. Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian target


Kompetensi
Praktik spesialis keperawatan anak ini dapat berjalan baik dengan adanya
kerjasama yang baik antara institusi pendidikan dan pelayanan tempat
lahan praktik. Penerimaan yang baik oleh pihak pelayanan sangat
membantu residen keperawatan dalam memenuhi kompetensi spesialis

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


65

keperawatan anak. Residen keperawatan mendapatkan kesempatan yang


besar untuk merawat pasien di kedua rumah sakit khususnya di ruang
perinatologi, sehingga residen keperawatan dapat menjalankan perannya
sebagai pendidik, pemberi asuhan, pembaharu, pembela, dan kolaborator.

Iklim belajar yang baik dan semangat belajar dari perawat ruangan juga
memberikan kesempatan besar untuk saling berbagi ilmu. Residen
keperawatan mendapat beberapa kali kesempatan untuk memaparkan
tentang EBN pada perawat ruangan khususnya perinatologi. Residen
keperawatan juga dapat bekerjasama dengan perawat dan tim kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada bayi.

Pada kondisi yang kurang menguntungkan untuk bayi, residen


keperawatan berusaha untuk menyampaikan kepada perawat ruangan,
kepala ruangan, pembimbing klinik untuk mendapatkan solusi yang baik.
Seperti hal nya dalam pemasangan nesting yang benar, penggunaan
oksigen dengan fraksi 100% pada bayi, jam kunjung orang tua dan waktu
menyusui, dan hal lainnya. Beberapa kendala dapat terselesaikan dengan
baik, namun sebagian lain masih terkendala dengan prosedur dan alat
yang tersedia, namun residen keperawatan dan pihak ruangan mencoba
sedapat mungkin untuk meminimalisir kerugian yang dapat muncul pada
bayi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


66

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Teori kenyamanan Katharine Kolcaba sesuai untuk diaplikasikan


pada masalah kenyamanan bayi terutama bayi baru lahir yang
dirawat di ruang perinatologi.

5.1.2. Pengkajian pada kelima kasus diperoleh bahwa kelima kasus


memiliki masalah kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultual, dan
lingkungan yang harus dipenuhi.

5.1.3. Diagnosis keperawatan yang muncul pada mayorits kasus yaitu


ketidakefektifan pola nafas, ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
gangguan rasa nyaman, ketidakseimbangan cairan dan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, risiko infeksi, dan risiko keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Diagnosis lainnya yang muncul
yaitu ketidakefektifan termoregulasi dan kecemasan orang tua,
gangguan menelan, dan risiko gangguan pengasuhan orang tua.

5.1.4. Intervensi dan implementasi pada kelima kasus berupa teknik


pengisapan lendir pada jalan napas dengan empat tangan, nesting
dan positioning, pembedongan, membatasi pencahayaan, membatasi
memanipulasi bayi, membatasi kebisingan, pencegahan infeksi,
konseling menyusui, memotivasi orang tua untuk hadir dan
berinteraksi dengan bayi.

5.1.5. Evaluasi pada kelima kasus menggambarkan bahwa sebagian besar


masalah kenyamanan psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan
dapat teratasi; sedangkan masalah kenyamanan fisik teratasi
sebagian karena dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya termasuk
yang berasal dari penyakit yang dialami bayi.

66

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


67

5.1.6. Peran perawat sebagai pemberi asuhan, pembela, pendidik,


kolaborator, dan sebagai pembaharu dapat dilaksanakan dengan
kerjasama yang baik antar berbagai pihak.

5.2. Saran

5.2.1.Institusi Pelayanan Keperawatan

a. Diharapkan agar dapat mengadakan forum-forum diskusi


bersama dengan berbagai profesi kesehatan lain sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal dan memperhatikan
kenyamanan bayi khususnya.

b. Dapat memotivasi perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk


sering terlibat aktif dalam diskusi keilmuan sehingga dapat lebih
terbuka dan mempraktikkan evidence based nursing dengan
mengikuti perkembangan keilmuan yang sangat pesat.

c. Diharapkan dapat menindaklanjutin pelaksanaan pengisapan


lendir empat tangan dengan memasukkan ke dalam Standar
Prosedur Operasional (SPO) pengisapan lendir pada neonatus

5.2.2.Institusi Pendidikan Keperawatan

Institusi pendidikan dapat mengintegrasikan konsep kenyamanan


dari teori Katharine Kolcaba ke dalam bahan mata ajar keperawatan
anak, karena residen keperawatan menganggap konsep kenyamanan
sangat dibutuhkan oleh anak terutama bayi.

5.2.3.Spesialis Keperawatan Anak

Spesialis keperawatan anak dapat lebih meningkatkan keilmuan dan


ketrampilannya dalam mengaplikasikan teori keperawatan serta
membiasakan diri dalam mengintegrasikan teori keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan terutama teori kenyamanan. Selain
itu, spesialis keperawatan anak juga dapat mengkaji lebih dalam

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


68

tentang aplikasi teori ini, kelebihan dan kelemahannya agar dapat


memberi masukan untuk pengembangan teori.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


69

DAFTAR PUSTAKA

Adama, E. A., Bayes, S., & Sundin, D. (2016). Parents experiences of caring for
preterm infants after discharge from Neonatal Intensive Care Unit: A meta-
synthesis of the literature. Journal of Neonatal Nursing, 22(1), 2751.
http://doi.org/10.1016/j.jnn.2015.07.006

Altimier, L. (2007). Neonatal intensive care units (NICU) environment. In C.


Kenner & J. W. Lott (Eds.). Comprehensive neonatal care: A physiologic
perspective. St. Louis: W.B. Saunders.

American Association of Health Education. (2008). Cultural competence in health


education and health promotion. (M. A. Perez & R. R. Luquis, Eds.). San
Francisco: Jossey-Bass.

Apstolo, J. L. A., & Kolcaba, K. (2009). The effects of guided imagery on


comfort, depression, anxiety, and stress of psychiatric inpatients with
depressive disorders. Archives of Psychiatric Nursing, 23(6), 403411.
http://doi.org/10.1016/j.apnu.2008.12.003

Barbosa, A., Cardoso, M., Brasil, T., & Scochi, C. (2011). Endotracheal and upper
airways suctioning: Changes in newborns physiological parameters. Rev Lat
Am Enfermagem, 19(6), 69-76.

Cardoso, J. M., Kusahara, D. M., Guinsburg, R., & Pedreira, M. L. (2015).


Randomized crossover trial of endotracheal tube suctioning systems use in
newborns. Nursing in Critical Care, 18. http://doi.org/10.1111/nicc.12170

Cone, S., Pickler, R. H., Grap, M. J., Mcgrath, J., & Wiley, P. M. (2013).
Endotracheal suctioning in preterm infants using four-handed versus routine
care. Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 42(1), 92
104. http://doi.org/10.1111/1552-6909.12004

Crathern, L., Clark, S. J., Evans, D., Styche, T., & Thurlby, A. (2016).
Developing an advanced neonatal nurse practitioner (ANNP) programme: A
conversation on the process from both a service and education perspective.
Journal of Neonatal Nursing, 22(1), 28.
http://doi.org/10.1016/j.jnn.2015.07.007

Darussalam, D. (2013). Hubungan kelainan kongenital anomali gastrointestinal


pada neonatus dan kematian. Sari Pediatri, 14(6), 341344.

Escobar, G. J., Greene, J. D., Hulac, P., Kincannon, E., Bischoff, K., Gardner, M.
N., France, E. K. (2005). Rehospitalisation after birth hospitalisation:
Patterns among infants of all gestations. Archives of Disease in Childhood,
90(2), 125131. http://doi.org/10.1136/adc.2003.039974

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


70

Fairchild, K., Mohr, M., Paget-Brown, A., Tabacaru, C., Lake, D., Delos, J.,
Kattwinkel, J. (2016). Clinical associations of immature breathing in preterm
infants: Part 1central apnea. Pediatric Research.
http://doi.org/10.1038/pr.2016.43

Feldman, R., Weller, A., Sirota, L., & Eidelman, A. I. (2003). Testing a family
intervention hypothesis: The contribution of mother-infant skin-to-skin
contact (kangaroo care) to family interaction, proximity, and touch. Journal
of Family Psychology, 17(1), 94107. http://doi.org/10.1037/0893-
3200.17.1.94

Gale, G., Franck, L. S., Kools, S., & Lynch, M. (2004). Parents perceptions of
their infant's pain experience in the NICU. International Journal of Nursing
Studies, 41(1), 5158. http://doi.org/10.1016/S0020-7489(03)00096-8

Gomella, T. L., Cunningham, M. D., & Eyal, F. G. (2013). Neonatology:


Management, procedures, on-call problems, diseases, dan drugs. United
States of America: McGraw-Hill Education.

Hallowell, S. G., Spatz, D. L., Hanlon, A. L., Rogowski, J. A, & Lake, E. T.


(2014). Characteristics of the NICU work environment associated with
breastfeeding support. Advances in Neonatal Care: Official Journal of the
National Association of Neonatal Nurses, 14(4), 290300.
http://doi.org/10.1097/ANC.0000000000000102

Hough, J. L., Shearman, A. D., Liley, H., Grant, C. A., & Schibler, A. (2014).
Lung recruitment and endotracheal suction in ventilated preterm infants
measured with electrical impedance tomography. Journal of Paediatrics and
Child Health, 50(11), 884889. http://doi.org/10.1111/jpc.12661

Intermountain Healtcare. (2007). Intermountain healthcare pediatric comfort


assessment. Retrieved from http://www.thecomfortline.com/resources/cqs/

Jean, A. D. L., & Stack, D. M. (2012). Full-term and very-low-birth-weight


preterm infants self-regulating behaviors during a still-face interaction:
Influences of maternal touch. Infant Behavior and Development, 35(4), 779
791. http://doi.org/10.1016/j.infbeh.2012.07.023

Kantrowitz-Gordon, I., Altman, M., & Vandermause, R. (2016). Prolonged


distress of parents after early preterm birth. Journal of Obstetric,
Gynecologic & Neonatal Nursing, 45(2), 196209.
http://doi.org/10.1016/j.jogn.2015.12.004

Kolcaba, K. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of Advanced


Nursing, 19(6), 11781184. http://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.1994.tb01202.x

Kolcaba, K. (1995). The art of comfort care. Journal of Nursing Scholarship,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


71

27(4), 287289. http://doi.org/10.1016/j.pedn.2009.12.034

Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin, C. (2006). Comfort theory: A unifying
framework to enhance the practice environment. The Journal Of Nursing
Administration, 36(11), 538544. http://doi.org/10.1097/00005110-
200611000-00010

Kolcaba, K., & Wilson, L. (2002). Comfort care: A framework for perianesthesia
nursing. Journal of Perianesthesia Nursing, 17(2), 102114.
http://doi.org/10.1053/jpan.2002.31657

Lista, G., Castoldi, F., Fontana, P., Frongia, M., Mirjana, P., Tansini, L., &
Pivetti, V. (2013). Non-invasive respiratory support and preterm infants: The
crucial role of nurse management. Journal of Nursing Education and
Practice, 3(12), 111116. http://doi.org/10.5430/jnep.v3n12p111

Paes, E. C., Mink van der Molen, A. B., Muradin, M. S. M., Speleman, L., Sloot,
F., Kon, M., & Breugem, C. C. (2013). A systematic review on the outcome
of mandibular distraction osteogenesis in infants suffering Robin sequence.
Clinical Oral Investigations, 17(8), 18071820.
http://doi.org/10.1007/s00784-013-0998-z

Parker, M. E., & Smith, M. C. (2010). Nursing theories and nursing practice
(Third edit). Philadelphia: E. A. Davis Company.

Pillai Ridell, R., Racine, N., Turcotte, K., Uman, L. S., Horton, R., Osmun, L. D.,
Lisi, D. (2011). Nonpharmacological management of procedural pain in
infants and young children: An abridged Cochrane review. Pain Research &
Management: The Journal of the Canadian Pain Society, 16(5), 321330.

Polin, R. A., Denson, S., & Brady, M. T. (2012). Strategies for prevention of
health care associated infections in the NICU. Pediatrics, 129(4), 1085
1093. http://doi.org/10.1542/peds-2012-0145

PPNI. (2005). Standar kompetensi perawat Indonesia. Bidang Organisasi PP-


PPNI. Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id/innappni/mntop-
standar-kompetensi.html

Rustina, Y. (2015). Bayi prematur: Perspektif keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Tandberg, B. S., Sandtro, H. P., Vardal, M., & Ronnestad, A. (2013). Parents of
preterm evaluation of stress and nursing support. Journal of Neonatal
Nursing, 19(6), 317326. http://doi.org/10.1016/j.jnn.2013.01.008

Turner, M., Chur-Hansen, A., Winefield, H., & Stanners, M. (2015). The
assessment of parental stress and support in the neonatal intensive care unit
using the Parent Stress Scale - Neonatal Intensive Care Unit. Women and
Birth, 28(3), 252258. http://doi.org/10.1016/j.wombi.2015.04.001

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


72

Valeri, B. O., Holsti, L., & Linhares, M. B. M. (2014). Neonatal pain and
developmental outcomes in children born preterm: A systematic review. The
Clinical Journal of Pain, 31(4), 131.
http://doi.org/10.1097/AJP.0000000000000114

Walter-Nicolet, E., Annequin, D., Biran, V., Mitanchez, D., & Tourniaire, B.
(2010). Pain management in newborns: From prevention to treatment.
Pediatric Drugs, 12(6), 353365. http://doi.org/10.2165/11318900-
000000000-00000

Weiss, P., & Tolomeo, C. (2012). Neonatal lung disease: Apnea of prematurity
and bronchopulmonary dysplasia. In Nursing care in pediatric respiratory
disease (pp. 85109). West Sussex:Wiley-Blackwell.

Wilson, D., & Hockenberry, M. J. (2012). Wongs clinical manual of pediatric


nursing. St. Louis: Elsevier.

Zannin, E., Pellegrino, R., Di Toro, A., Antonelli, A., Dellac, R. L., & Bernardi,
L. (2015). Parasympathetic stimuli on bronchial and cardiovascular systems
in humans. PLoS ONE, 10(6), 112.
http://doi.org/10.1371/journal.pone.0127697

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


LAMPIRAN 1
(Lembar Penilaian Kenyamanan)

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 1

Lembar Penilaian Kenyamanan (Pediatric Comfort Assessment)


Aspek Kriteria Skor
Vokalisasi Terjaga 0
Suara yang dapat dimengerti/berbicara 0
Mengerang 1-4
Mengeluh 1-4
Menangis/berteriak 1-4
Tanda motorik Tenang 0
Otot relaks 0
Menggosok suatu area 1-3
Berjaga-jaga/waspada 1-4
Bergejolak /gelisah 1-4
Bergerak pindah dengan cepat 1-4
Tidak tenang 1-4
Penampilan Menerima kebaikan 0
Suka terhadap sentuhan/pelukan tangan 0
Dapat beristirahat 0
Tenang, kondisi perbaikan 0
Gerakan berpindah dengan tujuan 1-3
Mencoba menarik anggota tubuh dari 1-4
rangsangan
Gerakan/perpindahan cemas 1-4
Wajah Tersenyum 0
Ekspresi rileks 0
Terlihat depresi/tertekan 1-3
Meringis/menyeringai 1-4
Sangat waspada 1-4
Kaget/cemas 1-4
Lainnya Fokus mental baik 0
Dapat berbicara 0
Terbangun perlahan 0
Pernapasan yang tidak biasa 1-3
Sumber: Intermountain Healthcare (2007), dikembangkan dari Comfort Behaviors Checklist
Kolcaba.http://www.thecomfortline.com/resources/cq.html

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

LAMPIRAN 2
(Asuhan Keperawatan pada Kasus 2-5)

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2 BERDASARKAN TEORI


COMFORT KOLCABA

1. PENGKAJIAN

Tanggal lahir : 08 Maret 2016


Tanggal masuk ruang rawat : 09 Maret 2016
Tanggal pengkajian : 09 Maret 2016
Ruang rawat : SCN 2

Pengkajian Kenyamanan Fisik


- Data umum:
Bayi Ny. RH, usia gestasi 32 minggu, usia kronologis 2 hari. Berat badan
lahir 1200 gram, panjang badan lahir 40 cm.
- Diagnosis medis:
NKB-SMK, RD ec Hyalin Membran Disease (HMD) dd tersangka
SNAD
- Data fokus:
Bayi Ny. RH mengalami desaturasi dengan SpO2 mencapai 76% dan
bradikardia hingga 85 kali/menit, kemudian dipasangkan CPAP PEEP 5
FiO2 21%. Pada saat dilakukan pengisapan lendir bayi terlihat meregang,
saturasi oksigen menurun, dan denyut jantung meningkat, skor Pediatric
Comfort Assessment 15 (range nilai 0-19).
- Riwayat kesehatan:
Bayi lahir dengan nilai apgar skor 7/9, usia 5 menit terdapat napas cuping
hidung dan retraksi intercostal minimal dan dipasangkan CPAP PEEP 7,
FiO2 21%. Setelah 10 jam, PEEP diturunkan menjadi 5 dengan FiO2
21%. Bayi telah diberikan antibiotik lini I.
- Riwayat persalinan (sekarang):
Lahir secara SC atas indikasi ketuban pecah dini dan oligohidramnion
berat. Telah mendapat pematangan paru. Faktor risiko ibu: Demam
disangkal, ketuban pecah 3 hari yang lalu, leukosit ibu 14.100/l, nyeri
buang air kecil disangkal. Telah dilakukan penyuntikan vitamin K.
2

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

- Riwayat persalinan yang lalu:


Kehamilan sekarang merupakan kehamilan kedua dan persalinan
pertama. Kehamilan pertama pada tahun pada januari 2015 dan abortus.
- Terapi medis:
Ampisilin 2x60 mg (hari ke-3)
Gentamisin 6 mg/36 jam
Aminofilin 2x3,6 mg (IV)
Nistatin 3x0,5 ml
- Cairan:
Total cairan 90ml/KgBB/hari
PG1 (2,5 gram): 3,8 ml/jam
IL20 (2 gram): 0,5 ml/jam
D10+Ca (2 gram): 0,2 ml/jam
GIR 6 (50 Kkal/KgBB/hari
Priming ASI 8x3 ml

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Warna kulit merah muda, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat kemerahan (rash), tidak terdapat tanda lahir,
turgor kulit elastis, suhu kulit 36,6C.
Kepala & leher : Lingkar kepala 27 cm dengan frontanel anterior lunak.
Sutura belum menutup, letak sutura sagitalis normal dan
tidak tumpang tindih.
Gambaran wajah simetris, tidak terdapat Caput
Succedaneum dan Cephalhematoma.
Bentuk daun telinga normal dengan letak simetris kanan
dan kiri.
Hidung dengan dua cavum nasal simetris, tidak terdapat
napas cuping hidung, frekuensi napas 50-54 kali/menit.
Kedua mata simetris, terdapat sedikit keluaran sekret
berwarna jernih kekuningan, sklera tidak ikterik.
Bentuk dada normal dengan pengembangan paru
simetris.
3

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Down score 1 (<4, gangguan pernapasan ringan), suara


napas sama antara kanan dan kiri, terdapat suara
ronkhi, respirasi spontan dengan bantuan CPAP PEEP
5, FiO2 21%.
Jantung : Waktu pengisian kapiler <3 detik, frekuensi denyut
nadi 145-156 kali/menit, teratur dan kuat
Abdomen : Supel, datar, tidak kembung. Lingkar perut 25 cm.
Umbilikus : Belum kering, tidak ada tanda infeksi, warna putih.
Genital : Perempuan, tidak ada kelainan pada genital
Ekstremitas : Ekstremitas bebas, akral hangat, tidak terdapat kelainan
pada ekstremitas
Muskuloskeletal: Tidak ada kelainan pada tulang
Reflek : Reflek masih lemah terutama reflek hisap
Tonus : Motorik aktif, menangis kuat.
Skor kenyamanan:Pengukuran skor ketidaknyamanan menggunakan
Pediatric Comfort Scale dilakukan saat bayi menerima
prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan lendir.
Didapatkan hasil skor ketidaknyamanan pada awal
pengukuran adalah 15 (rentang nilai 0-19)

1.1. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual


Pengkajian psikospiritual yang dikaji meliputi sentuhan terapeutik, pijatan,
bertemu dengan orang yang spesial bagi bayi, kepercayaan orang tua,
sumber kekuatan, dan kebutuhan akan doa oleh orang tua, perawat atau
orang lain. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa kepercayaan orang tua
adalah Kristen. Bayi masih jarang mendapat sentuhan orang tua terutama
ibu. Bayi juga belum terlihat diajak berbicara, berinteraksi, dan didoakan
oleh orang tua ataupun keluarganya dan tokoh agama secara langsung.

Saat dilakukan berbagai prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan


lendir, bayi meregangkan ekstremitas dan regulasi gerakan tubuh yang

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

kurang terkontrol yang menunjukkan ketidaknyamanan pada bayi. Bayi


tenang ketika disentuh dengan lembut dan diberi pijatan oleh perawat.

1.2. Pengkajian Kenyamanan Sosiokultural

Pengkajian sosiokultural yang dikaji yaitu kunjungan keluarga, ekonomi


keluarga, kebutuhan informasi, perencanaan pulang, dan keberlanjutan
perawatan di rumah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa ayah terlihat
sesekali mengunjungi bayinya, namun belum berani memegang bayi;
sedangkan ibu belum mengunjungi bayi dan masih dalam perawatan. Ayah
mengatakan bahwa ibu sepertinya akan menangis jika mengunjungi bayinya
karena tidak tega melihat bayinya yang kecil dan merasa bersalah. Oleh
karena itu ayah melarang ibu untuk mengunjungi bayi sampai ibu merasa
siap dan pulih.

Keluarga memiliki asuransi kesehatan dari perusahaan tempat bekerja. Hal


ini digunakan untuk membantu pembiayaan perawatan bayi. Dengan adanya
asuransi ini, keluarga tidak pernah mengungkapkan kekhawatiran mereka
tentang biaya pengobatan anak mereka. Orang tua membutuhkan informasi
mengenai pentingnya kehadiran orang tua untuk kesembuhan bayi, cara
merawat bayi baru lahir untuk persiapan pulang, mencuci tangan, dan
pencegahan hipotermia pada bayi.

1.3. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan

Pengkajian kenyamanan lingkungan mencakup kebisingan, penerangan,


tempat untuk istirahat keluarga, dan kebersihan. Berdasarkan pengukuran
tingkat kebisingan ruangan, ruang NICU memiliki tingkat kebisingan lebih
dari 60 dB dengan sumber suara berasal dari alat kesehatan maupun suara
orang yang berada di ruang tersebut. Pencegahan penerangan yang berlebih
menggunakan penutup inkubator yang hanya dibuka jika diperlukan. Ruang
perawatan memiliki kursi tunggu yang dapat digunakan keluarga untuk
beristirahat yang terletak di luar ruang perawatan. Pemeliharaan kebersihan
dilakukan secara rutin oleh petugas kebersihan baik terhadap ruangan
maupun peralatan yang digunakan.
5

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 1. Pengelompokkan Masalah Berdasarkan Taksonomi Kenyamanan


Katharine Kolcaba pada Bayi Ny. RH
Jenis Relief Ease Transedence
Kenyamanan
Fisik - Menggunakan CPAP KU: sedang Bayi sadar, tidak
PEEP 5 FiO2 21%. Bayi terdapat retraksi
- Terdapat lendir pada jalan direncanakan dinding dada,
napas priming ASI 8x3 motorik aktif,
- Terdapat beberapa kali ml (10 menangis kuat,
desaturasi dengan SpO2 ml/Kg/hari) toleransi minum
mencapai 76% baik, abdomen
- Pada saat dilakukan tidak distensi.
penghisapan lendir, Termoregulasi
terlihat ekstremitas baik.
meregang, saturasi
oksigen menurun, dan
denyut jantung meningkat
- Skor PCA 15 (range 0-
19)
Psikospiritual Bayi terlihat seperti menolak Bayi masih
dan meregangkan terlihat jarang
ekstremitas menunjukkan diajak berbicara
adanya ketidaknyamanan oleh kedua orang
saat dilakukan tindakan tua terutama ibu.
seperti pengisapan lendir
Sosiokultural Ibu belum berani Ayah sesekali
mengunjungi bayinya karena mengunjungi
akan sedih dan merasa bayinya namun
bersalah belum berani
memegang bayi
Lingkungan Terdapat kebisingan yang Terkadang juga Bayi di
dihasilkan oleh mesin dan terdapat manipulasi setiap
orang-orang yang berada di pemeriksaan yang 3 jam sesuai
ruang perawatan bayi masih. memanipulasi dengan prinsip
bayi pada waktu minimal handling,
istirahat bayi. terdapat penutup
inkubator untuk
meminimalkan
pencahayaan pada
bayi

2. MASALAH KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang diangkat pada kasus ini adalah:


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Gangguan rasa nyaman
d. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Risiko infeksi

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

f. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan


g. Risiko gangguan pengasuhan orang tua

3. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan intervensi pada masing-masing diagnosa yaitu:


3.1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. RH menunjukkan kepatenan jalan nafas dengan
kriteria hasil tidak ditemukan suara napas tambahan, bayi mudah bernapas,
tidak terjadi aspirasi, sputum dapat dikeluarkan, frekuensi napas 30-60
kali/menit.

Tabel 2. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Kaji keefektifan pemberian oksigen, frekuensi, - Jelaskan - Bersihkan
kedalaman dan upaya pernapasan, adanya nyeri, kepada orang lubang hidung
mukus kental, dan keletihan) tua tentang dari sekresi
- Auskultasi dada untuk mengetahui penurunan atau peralatan yang
ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas pendukung mengeras
tambahan yang dengan bahan
- Tentukan kebutuhan pengisapan, pantau saturasi digunakan lembab dan
oksigen dan status hemodinamik. - Jelaskan pada lembut.
- Lakukan pengisapan mulut dan nasofaring dengan keluarga - Perhatikan
alat pengisap sesuai kebutuhan (pengisapan prosedur respon bayi
orofaring dilakukan selama 3 detik) pengisapan pada setiap
- Atur posisi bayi yang memungkinkan yang tindakan.
pengembangan rongga dada dengan meninggikan dilakukan
bagian kepala tempat tidur 45
- Ukur tanda vital setiap 3 jam

3.2. Ketidakefektifan pola napas


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. RH menunjukkan pola napas efektif dengan
kriteria hasil:
Frekuensi napas 30-60 kali/menit, tidak terjadi apnea dan desaturasi,
saturasi 88-92%, tidak ada retraksi dinding dada, napas cuping hidung,
merintih, ekspansi dada simetris, mudah bernapas.

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 3. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Hitung frekuensi napas, kedalaman, dan upaya - Jelaskan - Lakukan
pernapasan, faktor yang berhubungan (nyeri, mukus pada teknik
kental, keletihan) keluarga empat
- Auskultasi dada anterior dan posterior untuk tentang tangan pada
mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan penggunaan saat
adanya suara napas tambahan peralatan pengisapan
- Lakukan pengisapan lendir hanya jika diperlukan. pendukung lendir
Pantau saturasi oksigen, status hemodinamik, catat - Jelaskan - Ajak bayi
jenis, dan warna sekret yang dikumpulkan pada bicara dan
- Bersihkan lubang hidung dari sekresi yang mengeras keluarga tatap mata
- Tinggikan posisi kepala 45o prosedur ketika
- Posisikan supinasi dengan leher sedikit ekstensi dan pengisapan berinteraksi
leher tidak tertekuk yang
- Pantau nilai AGD dilakukan
Kolaborasi:
- Diskusikan penggunaan CPAP dan waktu pelepasan
- Diskusikan untuk tindakan fisioterapi
- Berikan oksigen yang telah dilembabkan

3.3. Gangguan rasa nyaman


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. RH menunjukkan kondisi nyaman dengan
kriteria hasil tidak menangis/meringis, otot rileks/tidak kaget, tanda vital
dalam batas normal, ekspresi rileks

Tabel 4. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan jiwa
- Lakukan setiap tindakan - Jelaskan kepada orang tua tentang - Perhatikan respon
dengan sentukan lembut peralatan pendukung yang digunakan bayi pada setiap
- Atur suhu lingkungan - Jelaskan pada keluarga prosedur tindakan.
sesuai dengan suhu pengisapan yang dilakukan
tubuh bayi

3.4. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. RH mendapatkan cairan/nutrisi adekuat dengan
kriteria hasil menunjukkan peningkatan berat badan minimal 20-30
gram/hari, tidak tampak pucat, dapat mentoleransi program pemberian
makan yang dianjurkan (tidak muntah, abdomen supel dan tidak distensi,
residu <20%), serta nilai albumin dan elektrolit dalam batas normal.
8

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 5. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Pantau nilai albumin dan elektrolit - Jelaskan pada - Ajak bayi
- Kaji adanya intoleransi minum (perut keluarga tentang bicara dan
kembung, residu, muntah) manfaat nutrisi bagi tatap mata
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori, timbang bayi ketika
berat badan setiap hari - Ajarkan ibu cara berinteraksi
- Kaji kesiapan menyusu memerah ASI dan - Melakukan
- Lakukan perawatan mulut sebelum penyimpanan ASI pengukuran
pemberian minum - Motivasi ibu untuk linkar perut
- Gunakan OGT jika bayi kelelahan dan refleks selalu menyediakan dengan
hisap dan menelan belum baik ASI untuk bayinya sentuhan
- Sendawakan bayi setelah pemberian minum - Motivasi ibu untuk yang lembut
jika diperlukan menyusui eksklusif
Kolaborasi: dan dapat menyusui
- Berikan TPN jika belum full feed sampai usia 2 tahun

3.5. Risiko infeksi


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko infeksi pada by. Ny. RH akan
hilang dengan kriteria hasil: Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
(bayi aktif; suhu 36,5-37,5C; kultur darah steril; nilai CRP 0,0-5,0 mg/l;
nilai prokalsitonin <0,1 ng/ml; nilai IT ratio 0,0-0,2; nilai leukosit dalam
batas normal), higiene personal yang adekuat, mengindikasikan status
gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal.

Tabel 6. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyama-
nan jiwa
- Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut - Beritahu
jantung, drainase, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, orang tua
lesi kulit, keletihan, dan malaise) pentingnya
- Pantau nilai laboratorium (hitung darah lengkap, hitung mencuci
jenis, albumin, IT ratio, CRP, prokalsitonin, kultur tangan dan
darah) menjaga
- Lindungi bayi dari kontaminasi silang (hindari orang kebersihan
dengan infeksi pernapasan untuk mendekati bagi bayi
bayi/menggunakan masker, barang-barang yang tidak - Ajarkan orang
bersih, isolasi bayi lain yang infeksi) tua/pengunjun
- Pastikan perawat mencuci tangan 5 momen, jaga prinsip g bayi untuk
bersih dan steril pada setiap tindakan. mencuci
- Ingatkan setiap orang yang akan memegang dan tangan 6
mendekati lingkungan bayi untuk mencuci tangan langkah
- Jaga jarak antar inkubator minimal 1 meter (jika
memungkinkan)

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

3.6. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada by. Ny. RH akan hilang dengan kriteria hasil grafik
fenton dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan intraventrikular, bayi
terhindar dari stres, bayi mendapat stimulasi pendengaran dan penglihatan
dari keluarga terutama orang tua.

Tabel 7. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Ukur dan pantau rutin pertumbuhan dan - Ajarkan orang tua - Tatap mata
perkembangan bayi berinteraksi dan bayi ketika
- Timbang berat badan dan bandingkan dengan menstimulasi bayi berinteraksi
nilai normal pada grafik Fenton sesuai usia dengan intensitas - Ajak bayi
gestasi suara yang tidak berbicara
- Berikan asuhan perkembangan pada bayi terlalu tinggi dan
(pembatasan jam interaksi/manipulasi bayi, - Ajarkan dan berinteraksi
mengurangi kebisingan dan pencahayaan, dukung ibu ketika bayi
positioning, berikan nesting yang sesuai melakukan siap
dengan ukuran bayi) perawatan metode berinteraksi
- Berikan bantalan dan penyangga pada kedua kanguru jika bayi
sisi kepala untuk menghindari posisi kepala telah stabil
hanya pada satu sisi dan mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak

3.7. Risiko gangguan pengasuhan orang tua


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko gangguan pengasuhan orang tua
pada by. Ny. RH akan hilang dengan kriteria hasil kedua orang tua
mengunjungi bayi minimal 1 kali/hari, orang tua berinteraksi dengan bayi;
mengelus/mengusap; mendoakan, ibu memerah dan selalu menyediakan
ASI untuk bayinya, ayah mendukung pemberian ASI oleh ibu.

Tabel 8. Comfort Care


Intervensi Pendidikan/ Intervensi
standar penyuluhan kenyamanan jiwa
- Jelaskan kepada orang tua pentingnya kehadiran - Anjurkan orang tua
dan stimulasi orang tua kepada bayi untuk berbicara
- Demonstrasikan perawatan bayi baru lahir dengan bayi,
- Bantu orang tua menerjemahkan isyarat bayi menatap matanya,
- Ajarkan cara menenangkan bayi dan mendendangkan
- Dukung ibu untuk memberikan ASI kepada sholawat (sesuaikan
10

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Intervensi Pendidikan/ Intervensi


standar penyuluhan kenyamanan jiwa
bayinya dengan kepercayaan
- Ajarkan ibu pentingnya menyediakan ASI untuk orang tua)
bayi dan cara memerah ASI dan penyimpanan
yang benar
- Jelaskan pada ayah pentingnya dukungan ayah
dalam keberhasilan pemberian ASI

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 9. Implementasi Keperawatan Tanggal 09 Maret 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
5 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Lingkungan: Fisik: Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan - Terdapat - KU: sedang - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum kebisingan - Jalan napas tidak
memanipulasi bayi yang bersih setelah terdapat
1-2 Menghitung frekuensi napas, dihasilkan dilakukan retraksi
kedalaman, dan upaya oleh mesin pengisapan dinding
pernapasan: dan orang- lendir dada,
- Frekuensi napas: 53 orang yang - Saat motorik
kali/menit, tidak ada retraksi berada di dilakukan aktif,
dada, dan tidak ada napas ruang pengisapan menangis
cuping hidung perawatan lendir, kuat,
Mengukur tanda vital bayi masih. saturasi toleransi
- Saturasi oksigen 92-99% pada sedikit minum baik,
kondisi tenang menurun abdomen
- Denyut jantung 151kali/menit namun masih tidak
- Pengisian kapiler <3 detik dalam nilai distensi.
- Akral hangat normal.
Mengukur dan memantau
kenaikan berat badan (BB) - Bayi - Tidak
- Belum dilakukan dicobakan terdapat
penimbangan ulang, BB lahir lepas CPAP, tanda infeksi
1.200 gram tidak terdapat pada area
3,6 Menghangatkan tangan, desaturasi dan tusukan,
termometer, dan stetoskop apnea, tidak hasil
3,6 Membuka jendela inkubator ada retraksi laboratorium
dengan perlahan dinding dada marker
3,6 Menghangatkan nesting dan dan napas infeksi
popok cuping hidung dalam batas
3,6 Mengukur suhu tubuh bayi: - Bayi mulai normal
- Suhu 37,0oC priming ASI
1-2 Mengauskultasi suara napas: 8x3 ml/hari Kenyamanan
- Suara napas simetris pada - Tidak ada lingkungan:
kedua paru, sedikit terdengar distensi - Bayi di
ronkhi abdomen dan manipulasi
Membersihkan hidung dengan abdomen setiap 3 jam
kasa lembab supel sesuai
Melakukan pengisapan lendir dengan
dengan teknik 4 tangan Kenyamanan prinsip
Memantau respon bayi ketika fisik dan minimal
pengisapan lendir: Psikospiritual: handling,

11

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
- SpO2 89%, denyut jantung - Bayi terlihat terdapat
160 kali/menit, bayi tidak lebih nyaman penutup
mengangis dan tidak meronta saat inkubator
Bayi dicobakan lepas CPAP pengisapan untuk
Meninggikan posisi kepala bayi lendir meminimalk
45o dengan mengatur posisi dilakukan an
penyangga tempat tidur bayi pada dengan teknik pencahayaan
inkubator four-handed pada bayi
Memposisikan bayi supinasi suction (skor
dengan leher sedikit ekstensi dan PCA: 10
leher tidak tertekuk (range 0-19)
1-3 Membersihkan mulut bayi dengan
kasa lembab dan hangat Kenyamanan
4 Mengganti dan menimbang popok sosial:
bayi - Ayah belum
- Tidak ada BAB, BAK ada 25 berani
ml menyentuh
4 Menghitung balans cairan dan bayi, namun
keluaran urin sudah
- Balans cairan: -44 ml/24 jam memulai
- Keluaran urin: 3,8 berinteraksi
ml/KgBB/jam dengan bayi
3,6 Mengganti plester dengan lembut, dengan
memindahkan letak sensor mengajak
saturasi berbicara dan
5 Menilai adanya tanda-tanda menatap mata
infeksi pada area pemasangan bayi
IVFD perifer
- Tidak terdapat kemerahan,
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
IVFD di tangan kiri
- Aliran cairan lancar
3,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
4 Memantau nilai laboratorium:
- Belum ada pemeriksaan
ulang, hasil pemeriksaan
terakhir dalam batas normal.
Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan lingkar
perut, tidak ada muntah,
abdomen supel
Memberikan priming ASI 3 ml
secara perlahan
Kolaborasi:
4 Total cairan 90 ml/KgBB/hari
PG1 3,8 ml/jam (GIR 6, 50
Kkal/Kg/hari)
IL20 0,5 ml/jam
D10+Ca(2) 0,2 ml/jam
Memberikan ASI 8x3ml
12

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
(priming)
5 Antibiotik Ampicilin 2x60
mgIV (hari ke-2)
Gentamisin 6 mg/36 jam
Nystatin 3x0,5 ml
2 Aminofilin 2x3,6 mgIV
3,6 Melakukan kontak mata dan
mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
7 Mengajari ayah bayi cues yang
dimunculkan bayi dan cara
berinteraksi dengan bayi
4 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- Belum ada pemeriksaan
ulang, nilai terakhir CRP, IT,
albumin, dan laboratorium
lainnya dalam batas normal

Tabel 10. Implementasi Keperawatan Tanggal 10 Maret 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
5 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Fisik: Kenyamanan
air mengalir - KU: sedang Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan - Terjadi penurunan BB - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum sebesar 11,6% tidak
memanipulasi bayi - Pukul 21.00 minum terdapat
1-2 Menghitung frekuensi napas, dapat dinaikkan lagi retraksi
kedalaman, dan upaya menjadi 6x3 ml dan dinding
pernapasan: 6x4 ml dada,
- Frekuensi napas: 50 motorik
kali/menit, tidak ada retraksi Kenyamanan fisik dan aktif,
dada, dan tidak ada napas Psikospiritual: menangis
cuping hidung - Bayi terlihat lebih kuat,
Mengukur tanda vital nyaman pada hampir toleransi
- Saturasi oksigen 89-98% pada setiap tindakan (skor minum baik,
kondisi tenang PCA: 8 (range 0-19) abdomen
- Denyut jantung 152 tidak
kali/menit Kenyamanan sosial: distensi.
- Pengisian kapiler <3 detik - Ibu mulai - Bayi
- Akral hangat mengunjungi bayi, bernapas
Mengukur dan memantau tetapi masih sedih dan spontan
kenaikan berat badan melihat dari luar tanpa alat
- BB sekarang 1.060 gram jendela saja. bantu, tidak
(turun 140 gram atau 11,6% terdapat
dari BB lahir) Kenyamanan desaturasi
3,6 Menghangatkan tangan, Lingkungan: dan apnea,
termometer, dan stetoskop - Kebisingan yang tidak ada
3,6 Membuka jendela inkubator dihasilkan oleh mesin retraksi
dengan perlahan diminimalkan dengan dinding dada
3,6 Menghangatkan nesting dan cara langsung
13

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
popok mematikan alarm dan napas
3,6 Mengukur suhu tubuh bayi: ketika berbunyi cuping
- Suhu 36,8-37,1oC hidung
1-2 Mengauskultasi suara napas: - Jalan napas
- Suara napas simetris pada bersih dan
kedua paru, tidak terdengar tidak
ronkhi dilakukan
Membersihkan hidung dengan pengisapan
kasa lembab lendir
Meninggikan posisi kepala bayi - Tidak
45o dengan mengatur posisi terdapat
penyangga tempat tidur bayi pada tanda infeksi
inkubator pada area
Memposisikan bayi supinasi tusukan,
dengan leher sedikit ekstensi dan hasil
leher tidak tertekuk laboratorium
1-3 Membersihkan mulut bayi dengan marker
kasa lembab dan hangat infeksi
4 Mengganti dan menimbang popok dalam batas
bayi normal
- BAB ada meconium, BAK
ada 20 ml (pukul 09.00 WIB) Kenyamanan
4 Menghitung balans cairan dan lingkungan:
keluaran urin - Bayi di
- Balans cairan: -60,3 ml/24jam manipulasi
- Keluaran urin: 3,9 setiap 3 jam
ml/KgBB/jam sesuai
3,6 Mengganti plester dengan lembut, dengan
memindahkan letak sensor prinsip
saturasi minimal
5 Menilai adanya tanda-tanda handling,
infeksi pada area pemasangan terdapat
IVFD perifer penutup
- Tidak terdapat kemerahan, inkubator
panas, bengkak, dan untuk
perubahan fungsi pada area meminimalk
IVFD (telah diganti ke kaki an
kanan) pencahayaan
- Aliran cairan lancar pada bayi
3,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas Kenyamanan
atas dan bawah fleksi, dan midline sosial:
position - Ayah sudah
4 Memantau nilai laboratorium: berani
- Belum ada pemeriksaan menyentuh
ulang, hasil pemeriksaan bayi dan
terakhir dalam batas normal. berinteraksi
Memeriksa apakah ada muntah dengan bayi
dan distensi abdomen, mengukur dengan
lingkar perut: mengajak
- Tidak ada kenaikan lingkar berbicara
perut, tidak ada muntah, dan menatap
abdomen supel mata bayi
Memberikan ASI 12x3 ml melalui
OGT.
Kolaborasi:
14

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
4 Total cairan 120
ml/KgBB/hari
PG1 6,5 ml/jam (GIR 6, 50
Kkal/Kg/hari)
IL20 0,8 ml/jam
Antibiotik Ampicilin 2x60
mgIV (hari ke-3)
5 Gentamisin 6 mg/36 jam
Nystatin 3x0,5 ml
2 Aminofilin 2x3,6 mgIV
3,6 Melakukan kontak mata dan
mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
7 Mengajari ayah bayi cues yang
dimunculkan bayi dan cara
berinteraksi dengan bayi
4 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- Belum ada pemeriksaan
ulang, nilai terakhir CRP, IT,
albumin, dan laboratorium
lainnya dalam batas normal

Tabel 11. Implementasi Keperawatan Tanggal 11 Maret 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
5 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan Fisik:
air mengalir Fisik: - Bayi sadar, tidak
3 Menyiapkan semua peralatan - KU: sedang terdapat retraksi
secara lengkap sebelum - Terjadi dinding dada, motorik
memanipulasi bayi peningkatan aktif, menangis kuat,
1-2 Menghitung frekuensi napas, BB sebesar toleransi minum baik,
kedalaman, dan upaya 15 gram abdomen tidak
pernapasan: distensi.
- Frekuensi napas: 50 Kenyamanan - Bayi bernapas spontan
kali/menit, tidak ada retraksi fisik dan tanpa alat bantu, tidak
dada, dan tidak ada napas Psikospiritual: terdapat desaturasi dan
cuping hidung - Bayi terlihat apnea, tidak ada
Mengukur tanda vital lebih retraksi dinding dada
- Saturasi oksigen 89-98% pada nyaman dan napas cuping
kondisi tenang pada hampir hidung
- Denyut jantung 153 setiap - Tidak terdapat tanda
kali/menit tindakan infeksi pada area
- Pengisian kapiler <3 detik (skor PCA: tusukan, hasil
- Akral hangat 8 (range 0- laboratorium marker
Mengukur dan memantau 19) infeksi dalam batas
kenaikan berat badan normal
- BB sekarang 1.080 gram Kenyamanan
3,6 Menghangatkan tangan, Lingkungan: Kenyamanan sosial:
termometer, dan stetoskop - Kebisingan - Ibu dan ayah sudah
3,6 Membuka jendela inkubator yang

15

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
dengan perlahan dihasilkan berani melihat bayinya
3,6 Menghangatkan nesting dan oleh mesin secara langsung dan
popok semaksimal mengajaknya
3,6 Mengukur suhu tubuh bayi: mungkin berinteraksi, menatap,
- Suhu 36,8-37,0oC diminimalka mendoakan, dan
1-2 Mengauskultasi suara napas: n dengan mengelus bayinya. Ibu
- Suara napas simetris pada segera juga tertarik untuk
kedua paru, tidak terdengar mematikan segera dapat
ronkhi ketika melakukan PMK
Meninggikan posisi kepala bayi berbunyi - Orang tua mengajak
45o dengan mengatur posisi - Orang yang nenek untuk
penyangga tempat tidur bayi pada berada di mendoakan bayinya
inkubator ruang rawat dari luar jendela.
Memposisikan bayi supinasi telah - Ibu selalu
dengan leher sedikit ekstensi dan diingatkan menyediakan ASI
leher tidak tertekuk untuk untuk bayinya
1-3 Membersihkan mulut bayi dengan mengurangi
kasa lembab dan hangat kebisingan. Kenyamanan
4 Mengganti dan menimbang popok lingkungan:
bayi - Bayi di manipulasi
- BAB ada meconium, BAK setiap 3 jam sesuai
ada 20 ml (pukul 09.00 WIB) dengan prinsip minimal
3,6 Mengganti plester dengan lembut, handling, terdapat
memindahkan letak sensor penutup inkubator
saturasi untuk meminimalkan
5 Menilai adanya tanda-tanda pencahayaan pada bayi
infeksi pada area pemasangan
IVFD perifer
- Tidak terdapat kemerahan,
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
IVFD (telah diganti ke kaki
kanan)
- Aliran cairan lancar
3,6 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
4 Memantau nilai laboratorium:
- Belum ada pemeriksaan
ulang, hasil pemeriksaan
terakhir dalam batas normal.
Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan lingkar
perut, tidak ada muntah,
abdomen supel
Memberikan ASI 6x5 ml dan 6x6
ml melalui OGT.
Kolaborasi:
4 Total cairan 150
ml/KgBB/hari
PG2 2,5 ml/jam
IL20 0,8 ml/jam
5 Antibiotik
16

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
Ampicilin 2x60 mgIV (hari
ke-3)
Gentamisin 6 mg/36 jam
Nystatin 3x0,5 ml
2 Aminofilin 2x3,6 mgIV
3,6 Melakukan kontak mata dan
mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
7 Mengajari ayah bayi cues yang
dimunculkan bayi dan cara
berinteraksi dengan bayi
4 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- Belum ada pemeriksaan
ulang, nilai terakhir CRP, IT,
albumin, dan laboratorium
lainnya dalam batas normal

5. EVALUASI

Evaluasi dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016


5.1.Kenyamanan Fisik
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, keadaan umum bayi sedang,
berat badan meningkat, tidak ada instabilitas suhu, bayi sudah lepas CPAP
dan dapat bernapas spontan. Bayi terlihat lebih nyaman pada hampir setiap
tindakan (skor PCA: 8 (range 0-19). Maka dapat disimpulkan bahwa
kenyamanan fisik bayi berada pada fase Ease.

5.2.Kenyamanan Psikospiritual
Kenyamanan psikospiritual bayi berada pada fase Trancendence yaitu bayi
telah sering berinteraksi dengan orang tuanya, ditatap, dan disentuh. Bayi
juga didoakan oleh kedua orang tua dan neneknya.

5.3.Kenyamanan Sosiokultural
Kenyamanan sosiokultural bayi berada pada fase Trancendence yaitu
orang tua datang mengunjungi bayinya lebih sering, berinteraksi, dan
menyentuh bayi. Orang tua juga menyediakan ASI untuk bayinya.

17

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

5.4.Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan bayi berada pada fase Ease yaitu suhu yang
terkontrol, tidak ada instabilitas suhu, dan pengaturan pencahayaan yang
baik, namun pengaturan kebisingan belum dapat dikontrol dengan sangat
baik. Mengingatkan semua orang yang berada di ruang rawat merupakan
salah satu hal yang dilakukan untuk merubah perilaku. Selain itu segera
mematikan suara alarm ketika berbunyi juga dilakukan untuk mengontrol
kebisingan yang berasal dari mesin.

18

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 3 BERDASARKAN TEORI


COMFORT KOLCABA

1. PENGKAJIAN

Tanggal lahir : 22 Maret 2016


Tanggal masuk ruang rawat : 30 Maret 2016
Tanggal pengkajian : 30 Maret 2016
Ruang rawat : Seruni

Pengkajian Kenyamanan Fisik


- Data umum:
Bayi Ny. SS, usia gestasi 31 minggu, usia kronologis 8 hari. Berat badan
lahir 1579 gram.
- Diagnosis medis:
NKB-SMK, RD ec Hyalin Membran Disease (HMD), pierre robin
sequence, post neonatal fits, dan post hiperbilirubinemia.
- Data fokus:
Ny. SS mengalami beberapa kali desaturasi dan kembali normal
sendirinya dalam beberapa detik, terdapat banyak lendir di mulut dan
hidung, bayi terpasang OGT. Wajah tidak simetris. Ketika dilakukan
pengisapan lendir, bayi menangis, meregang, dan mengalami desaturasi
serta takikardia dengan skor PCA 16 (range nilai 0-19). Berat badan
sekarang 1.538 gram, berat badan kemarin 1.548 gram (terjadi penurunan
10 gram).
- Riwayat kesehatan:
Bayi lahir tidak segera menangis, apgar skor 1/5/6, dilakukan intubasi
dengan ETT no. 3 batas 8,5 dengan mode PC-AC+VG. Wajah tidah
simetris dan ubun-ubun menonjol. Pada hari ke dua dilakukan ekstubasi
dan dipasang NCPAP PEEP 7, dan diturunkan menjadi PEEP 6. Hari ke
tiga lepas CPAP dan dipasang Nasal Canul Low Flow (NCLF) 0,5
liter/menit.

19

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

- Riwayat persalinan (sekarang):


Lahir secara SC atas indikasi gawat janin, ketuban pecah 22 hari sebelum
persalinan, oligohidramnion. Ibu diberikan amniofusin untuk
mempertahankan janin.
- Riwayat persalinan yang lalu:
Kehamilan sekarang merupakan kehamilan ketiga. Kehamilan pertama
dan kedua dengan persalinan spontan dan berat badan bayi normal.
Kemudian ibu terdeteksi memiliki endometriosis dan molahidatidosa
sehingga ibu juga pernah menjalani kemoterapi. Setelah dua tahun
pascakemoterapi, ibu hamil yang sekarang.
- Kolaborasi:
Terapi Oksigen Nasal Canul Low Flow (NCLF) 0,5 liter/menit.
Nutrisi: ASI/SF Prematur 4x22 ml dan 4x24 ml melalui sonde
gravitasi
Cairan: Aminosteril 6% 2,9 ml/jam (total volume cairan 160
ml/Kg/hari
Sibital IV 4 mg/12 jam

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Warna kulit merah muda, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat kemerahan (rash), tidak terdapat tanda lahir,
turgor kulit elastis, suhu kulit 36,7C.
Kepala & leher : Lingkar kepala 24 cm, ubun-ubun menonjol. Sutura
belum menutup.
Gambaran wajah tidak simetris, tidak terdapat
Cephalhematoma.
Bentuk daun telinga kecil, tidak simetris, dan sedikit
tertarik ke belakang dalam.
Hidung dengan dua cavum nasal, namun bagian kiri
terlihat lebih sempit, tidak terdapat napas cuping
hidung, frekuensi napas 29-59 kali/menit.
Kedua mata simetris, terdapat sekret berwarna putih
kekuningan, sklera tidak ikterik.
20

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Bentuk dada normal dengan pengembangan paru


simetris.
Down score 1 (<4, gangguan pernapasan ringan), suara
napas sama antara kanan dan kiri, terdapat suara
ronkhi, respirasi spontan dengan bantuan NCLF 0,5
liter/menit.
Jantung : Waktu pengisian kapiler <3 detik, frekuensi denyut
nadi 128-158 kali/menit, teratur dan kuat
Abdomen : Supel, datar, tidak kembung. Lingkar perut 25 cm.
Umbilikus : Kering, tidak ada tanda infeksi, warna kehitaman.
Genital : Perempuan, tidak ada kelainan pada genital
Ekstremitas : Ekstremitas bebas, akral hangat, tidak terdapat kelainan
pada ekstremitas
Muskuloskeletal: Tidak ada kelainan pada tulang
Reflek : Reflek masih lemah terutama reflek hisap dan menelan
Tonus : Motorik aktif, menangis kuat.
Skor kenyamanan:Pengukuran skor ketidaknyamanan menggunakan
Pediatric Comfort Scale dilakukan saat bayi menerima
prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan lendir.
Didapatkan hasil skor ketidaknyamanan pada awal
pengukuran adalah 16 (rentang nilai 0-19)

1.4. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual


Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa kepercayaan orang tua adalah
Islam. Bayi terlihat sering rewel dan menangis. Bayi masih jarang mendapat
sentuhan orang tua.

Saat dilakukan berbagai prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan


lendir, bayi meregangkan ekstremitas dan regulasi gerakan tubuh yang
kurang terkontrol yang menunjukkan ketidaknyamanan pada bayi. Bayi
tenang ketika disentuh dengan lembut dan diberi pijatan oleh perawat.

21

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

1.5. Pengkajian Kenyamanan Sosiokultural

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa ibu mengatakan anak ini sangat


diharapkan sehingga ibu masih belum dapat menerima kondisi anak dengan
pierre robin sequence. Orang tua belum mendapat penjelasan tentang
penyakit bayi. Bayi sedang dalam pemeriksaan analisa kromosom karena
dicurigai adanya kelainan kromosom. Ibu bertanya tentang waktu hasil uji
kromosom dapat diterima. Ibu terlihat mengunjungi bayi dua hari sekali,
sedangkan ayah jarang terlihat mengunjungi bayi. Ibu berinteraksi dengan
bayi, mengelus, berbicara, dan menatap bayi saat berbicara.

Keluarga menggunakan asuransi kesehatan dari pemerintah. Hal ini


digunakan untuk membantu pembiayaan perawatan bayi. Keluarga jarang
mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang biaya pengobatan anak
mereka. Orang tua membutuhkan informasi mengenai penyakit yang
dialami bayi, pentingnya penerimaan dan sikap positif orang tua terhadap
kemajuan kondisi bayinya, dan informasi mengenai komunitas orang tua
dengan anak pierre robin sequence.

1.6. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan

Karena ruang rawat ini merupakan level I dan II, sehingga hanya terdapat
beberapa peralatan pendukung seperti infus pump, monitor, dan oksimetri.
Oleh karena itu kebisingan di ruang ini masih dapat dikontrol. Petugas
kesehatan yang bertugas di ruang rawat bayi juga tidak begitu banyak,
sehingga kebisingan dari suara manusia juga masih dapat terkontrol.
Pencegahan penerangan yang berlebih menggunakan penutup inkubator
yang hanya dibuka jika diperlukan. Ruang perawatan memiliki kursi tunggu
yang dapat digunakan keluarga untuk beristirahat yang terletak di luar ruang
perawatan. Pemeliharaan kebersihan dilakukan secara rutin oleh petugas
kebersihan baik terhadap ruangan maupun peralatan yang digunakan.

22

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 1. Pengelompokkan Masalah Berdasarkan Taksonomi Kenyamanan


Katharine Kolcaba pada Bayi Ny. SS
Jenis Relief Ease Transedence
Kenyamanan
Fisik - Terdapat lendir pada jalan KU: sedang Bayi sadar,
napas Napas spontan motorik aktif,
- Terdapat beberapa kali dengan bantuan menangis kuat,
desaturasi terutama saat NCLF 0,5 toleransi minum
lendir banyak liter/menit baik, abdomen
- Produksi lendir di hidung Terdapat retraksi tidak distensi.
dan mulut banyak dinding dada Termoregulasi
- Terjadi penurunan BB 10 ringan baik.
gram dari berat kemarin
- Pada saat dilakukan
penghisapan lendir,
terlihat ekstremitas
meregang, saturasi
oksigen menurun, dan
denyut jantung meningkat
- Skor PCA 16 (range 0-
19)
Psikospiritual Bayi terlihat seperti menolak Bayi masih jarang
dan meregangkan diajak berinteraksi
ekstremitas menunjukkan dengan orang tua.
adanya ketidaknyamanan Ibu masih belum
saat dilakukan tindakan dapat menerima
seperti pengisapan lendir. kondisi bayinya.
Sosiokultural Ibu mengunjungi
bayi 1 kali dalam
2 hari. Ayah lebih
jarang terlihat
mengunjungi bayi
Lingkungan Kebisingan dapat Bayi di
sedikit dikontrol. manipulasi setiap
Terkadang 3 jam sesuai
terdapat dengan prinsip
pemeriksaan yang minimal handling,
memanipulasi terdapat penutup
bayi pada waktu inkubator untuk
istirahat bayi. meminimalkan
pencahayaan pada
bayi

2. MASALAH KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang diangkat pada kasus ini adalah:


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Gangguan rasa nyaman
c. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Risiko infeksi

23

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

e. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan


f. Kecemasan orang tua

3. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan intervensi pada masing-masing diagnosa yaitu:


3.1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. SS menunjukkan kepatenan jalan nafas dengan
kriteria hasil tidak ditemukan suara napas tambahan, bayi mudah bernapas,
tidak terjadi aspirasi, sputum dapat dikeluarkan, frekuensi napas 30-60
kali/menit.

Tabel 2. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Kaji keefektifan pemberian oksigen, frekuensi, - Jelaskan - Bersihkan
kedalaman dan upaya pernapasan, adanya nyeri, kepada orang lubang hidung
mukus kental, dan keletihan) tua tentang dari sekresi
- Auskultasi dada untuk mengetahui penurunan atau peralatan yang
ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas pendukung mengeras
tambahan yang dengan bahan
- Tentukan kebutuhan pengisapan, pantau saturasi digunakan lembab dan
oksigen dan status hemodinamik. - Jelaskan pada lembut.
- Lakukan pengisapan mulut dan nasofaring dengan keluarga - Perhatikan
alat pengisap sesuai kebutuhan (pengisapan prosedur respon bayi
orofaring dilakukan selama 3 detik) pengisapan pada setiap
- Atur posisi bayi yang memungkinkan yang tindakan.
pengembangan rongga dada dengan meninggikan dilakukan
bagian kepala tempat tidur 45
- Ukur tanda vital setiap 3 jam

3.2. Gangguan rasa nyaman


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. SS menunjukkan kondisi nyaman dengan kriteria
hasil tidak menangis/meringis, otot rileks/tidak kaget, tanda vital dalam
batas normal, ekspresi rileks

24

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 3. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan jiwa
- Lakukan setiap tindakan - Jelaskan kepada orang tua tentang - Perhatikan respon
dengan sentukan lembut peralatan pendukung yang digunakan bayi pada setiap
- Atur suhu lingkungan - Jelaskan pada keluarga prosedur tindakan.
sesuai dengan suhu pengisapan yang dilakukan
tubuh bayi

3.3. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. SS mendapatkan cairan/nutrisi adekuat dengan
kriteria hasil menunjukkan peningkatan berat badan minimal 20-30
gram/hari, tidak tampak pucat, dapat mentoleransi program pemberian
makan yang dianjurkan (tidak muntah, abdomen supel dan tidak distensi,
residu <20%), serta nilai albumin dan elektrolit dalam batas normal.

Tabel 4. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Pantau nilai albumin dan elektrolit - Jelaskan pada - Ajak bayi
- Kaji adanya intoleransi minum (perut keluarga tentang bicara dan
kembung, residu, muntah) manfaat nutrisi bagi tatap mata
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori, timbang bayi ketika
berat badan setiap hari - Ajarkan ibu cara berinteraksi
- Kaji kesiapan menyusu memerah ASI dan - Melakukan
- Lakukan perawatan mulut sebelum penyimpanan ASI pengukuran
pemberian minum - Motivasi ibu untuk linkar perut
- Gunakan OGT jika bayi kelelahan dan refleks selalu menyediakan dengan
hisap dan menelan belum baik ASI untuk bayinya sentuhan
- Sendawakan bayi setelah pemberian minum - Motivasi ibu untuk yang lembut
jika diperlukan menyusui eksklusif
Kolaborasi: dan dapat menyusui
- Berikan TPN jika belum full feed sampai usia 2 tahun

3.4. Risiko infeksi


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko infeksi pada by. Ny. SS akan
hilang dengan kriteria hasil: Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
(bayi aktif; suhu 36,5-37,5C; kultur darah steril; nilai CRP 0,0-5,0 mg/l;
nilai prokalsitonin <0,1 ng/ml; nilai IT ratio 0,0-0,2; nilai leukosit dalam

25

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

batas normal), higiene personal yang adekuat, mengindikasikan status


gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal.

Tabel 5. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyama-
nan jiwa
- Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut - Beritahu
jantung, drainase, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, orang tua
lesi kulit, keletihan, dan malaise) pentingnya
- Pantau nilai laboratorium (hitung darah lengkap, hitung mencuci
jenis, albumin, IT ratio, CRP, prokalsitonin, kultur tangan dan
darah) menjaga
- Lindungi bayi dari kontaminasi silang (hindari orang kebersihan
dengan infeksi pernapasan untuk mendekati bagi bayi
bayi/menggunakan masker, barang-barang yang tidak - Ajarkan orang
bersih, isolasi bayi lain yang infeksi) tua/pengunjun
- Pastikan perawat mencuci tangan 5 momen, jaga prinsip g bayi untuk
bersih dan steril pada setiap tindakan. mencuci
- Ingatkan setiap orang yang akan memegang dan tangan 6
mendekati lingkungan bayi untuk mencuci tangan langkah
- Jaga jarak antar inkubator minimal 1 meter (jika
memungkinkan)

3.5. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada by. Ny. SS akan hilang dengan kriteria hasil grafik
fenton dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan intraventrikular, bayi
terhindar dari stres, bayi mendapat stimulasi pendengaran dan penglihatan
dari keluarga terutama orang tua.

Tabel 6. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Ukur dan pantau rutin pertumbuhan dan - Ajarkan orang tua - Tatap mata
perkembangan bayi berinteraksi dan bayi ketika
- Timbang berat badan dan bandingkan dengan menstimulasi bayi berinteraksi
nilai normal pada grafik Fenton sesuai usia dengan intensitas - Ajak bayi
gestasi suara yang tidak berbicara
- Berikan asuhan perkembangan pada bayi terlalu tinggi dan
(pembatasan jam interaksi/manipulasi bayi, - Ajarkan dan berinteraksi
mengurangi kebisingan dan pencahayaan, dukung ibu ketika bayi
positioning, berikan nesting yang sesuai melakukan siap
dengan ukuran bayi) perawatan metode berinteraksi
- Berikan bantalan dan penyangga pada kedua kanguru jika bayi
26

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi


penyuluhan kenyamanan
jiwa
sisi kepala untuk menghindari posisi kepala telah stabil
hanya pada satu sisi dan mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak

3.6. Kecemasan orang tua


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan kecemasan orang tua by. Ny. SS dapat
teratasi dengan kriteria hasil kedua orang tua menyatakan pemahaman
terhadap penjelasan yang disampaikan tim kesehatan, orang tua
mengatakan dapat menerima kondisi bayinya, orang tua dapat
menyebutkan hal positif yang akan dilakukan untuk perbaikan kondisi
bayi.

Tabel 7. Comfort Care


Intervensi Pendidikan/penyuluhan Intervensi
standar kenyamanan jiwa
- Berikan informasi tentang masalah kesehatan - Anjurkan orang tua
yang dialami bayi untuk berbicara
- Berikan dukungan kepada keluarga agar keluarga dengan bayi,
lebih optimis dalam merawat bayi menatap matanya,
- Rujuk orang tua ke komunitas orang tua dengan dan mendendangkan
anak pierre robin sequence agar dapat saling sholawat (sesuaikan
berbagi dengan kepercayaan
- Anjurkan orang tua untuk melakukan hal positif orang tua)
yang dapat mempercepat perbaikan kondisi bayi
seperti berdoa, menyediakan ASI, memberikan
stimulus persepsi sensori kepada bayi
- Anjurkan keluarga untuk sering menjenguk
bayinya dan berinteraksi

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 8. Implementasi Keperawatan Tanggal 30 Maret 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
4 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik: Fisik:
2 Menyiapkan semua peralatan - BB turun 10 - KU: sedang - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum gram dari - Menggunakan motorik
memanipulasi bayi kemarin NCLF 0,5 aktif,
1 Menghitung frekuensi napas, liter/menit menangis
kedalaman, dan upaya - Jalan napas kuat, tidak
pernapasan: bersih setelah terdapat
- Frekuensi napas: 52 dilakukan desaturasi
kali/menit, retraksi dada pengisapan dan apnea,
27

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
ringan, dan tidak ada napas lendir tidak ada
cuping hidung - Saat retraksi
Mengukur tanda vital dilakukan dinding
- Saturasi oksigen 88-93% pada pengisapan dada dan
kondisi tenang lendir, napas
- Denyut jantung 156kali/menit saturasi cuping
- Pengisian kapiler <3 detik sedikit hidung
- Akral hangat menurun, - Toleransi
3 Mengukur dan memantau namun minum baik,
kenaikan berat badan (BB) regulasi abdomen
- BB sekarang 1.538 gram dan perilaku bayi tidak
BB lahir 1.579 gram. baik distensi.
- Terjadi penurunan 10 gram
dari BB kemarin Kenyamanan - Tidak
2,5 Menghangatkan tangan, fisik dan terdapat
termometer, dan stetoskop Psikospiritual: tanda infeksi
2,5 Membuka jendela inkubator - Bayi terlihat pada area
dengan perlahan lebih nyaman tusukan,
2,5 Menghangatkan nesting dan saat hasil
popok pengisapan laboratorium
1-5 Mengukur suhu tubuh bayi: lendir marker
- Suhu 36,8oC dilakukan infeksi
1 Mengauskultasi suara napas: dengan teknik dalam batas
- Suara napas simetris pada four-handed normal
kedua paru, sedikit terdengar suction (skor
ronkhi PCA: 11 Kenyamanan
Membersihkan hidung dengan (range 0-19) lingkungan:
kasa lembab - Bayi di
Melakukan pengisapan lendir Kenyamanan manipulasi
dengan teknik 4 tangan sosial: setiap 3 jam
Memantau respon bayi ketika - Ibu sesuai
pengisapan lendir: memahami dengan
- SpO2 83%, denyut jantung penjelasan prinsip
162 kali/menit, bayi tidak tentang minimal
mengangis dan tidak meronta kondisi anak handling,
Meninggikan posisi kepala bayi dan masih terdapat
45o dengan mengatur posisi mencoba penutup
penyangga tempat tidur bayi pada untuk inkubator
inkubator atau memposisikan bayi menerima untuk
telungkup kondisi bayi meminimalk
1,2, Membersihkan mulut bayi dengan an
5 kasa lembab dan hangat Kenyamanan pencahayaan
3 Mengganti dan menimbang popok Lingkungan: pada bayi
bayi, BAK dan BAB ada - Kebisingan
3 Menghitung balans cairan dan yang
keluaran urin dihasilkan
- Balans cairan: +19,4 ml/24 oleh mesin
jam dan orang-
- Keluaran urin: 5,5 orang yang
ml/KgBB/jam berada di
2,5 Mengganti plester dengan lembut, ruang
memindahkan letak sensor perawatan
saturasi bayi masih
4 Menilai adanya tanda-tanda dapat
infeksi pada area pemasangan terkontrol
IVFD perifer
28

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
- Tidak terdapat kemerahan,
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
IVFD di kaki kiri
- Aliran cairan lancar
2,5 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
3 Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan lingkar
perut, tidak ada muntah,
abdomen supel
Memberikan ASI 4x22 ml dan
4x24 ml melalui OGT gravitasi
Kolaborasi:
1 - Terapi Oksigen Nasal Canul
Low Flow (NCLF) 0,5
liter/menit.
3 - Nutrisi: ASI/SF Prematur 4x22
ml dan 4x24 ml melalui sonde
gravitasi
- Cairan: Aminosteril 6% 2,9
ml/jam (total volume cairan 160
ml/Kg/hari
1,5 - Sibital IV 4 mg/12 jam
2,5, Melakukan kontak mata dan
6 mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
2,5, Memberi support kepada ibu
6 untuk menyediakan ASI dan
mendoakan bayi, menjelaskan
tentang kondisi bayi.
4 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- CRP, IT, albumin, dan
laboratorium lainnya dalam
batas normal

Tabel 9. Implementasi Keperawatan Tanggal 31 Maret 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
4 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik:
2 Menyiapkan semua peralatan - KU: sedang - BB naik 36
secara lengkap sebelum - Menggunakan gram dari
memanipulasi bayi NCLF 0,5 kemarin
1 Menghitung frekuensi napas, liter/menit - Bayi sadar,
kedalaman, dan upaya - Jalan napas motorik
29

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
pernapasan: bersih setelah aktif,
- Frekuensi napas: 50 dilakukan menangis
kali/menit, retraksi dada pengisapan kuat, tidak
ringan, dan tidak ada napas lendir terdapat
cuping hidung desaturasi
Mengukur tanda vital Kenyamanan dan apnea,
- Saturasi oksigen 88-94% pada fisik dan tidak ada
kondisi tenang Psikospiritual: retraksi
- Denyut jantung 157kali/menit - Bayi terlihat dinding
- Pengisian kapiler <3 detik lebih nyaman dada dan
- Akral hangat saat napas
3 Mengukur dan memantau pengisapan cuping
kenaikan berat badan (BB) lendir hidung
- BB sekarang 1.574 gram dan dilakukan - Saat
BB lahir 1.579 gram. dengan teknik dilakukan
- Terjadi peningkatan 36 gram four-handed pengisapan
dari BB kemarin suction (skor lendir,
2,5 Menghangatkan tangan, PCA: 10 saturasi
termometer, dan stetoskop (range 0-19) dalam
2,5 Membuka jendela inkubator rentang
dengan perlahan Kenyamanan normal,
2,5 Menghangatkan nesting dan sosial: regulasi
popok - Ibu sudah perilaku
1-5 Mengukur suhu tubuh bayi: mulai dapat bayi baik
- Suhu 37,0oC menerima - Toleransi
1 Mengauskultasi suara napas: kondisi bayi minum baik,
- Suara napas simetris pada dan abdomen
kedua paru, sedikit terdengar menanyakan tidak
ronkhi hal positif apa distensi.
Membersihkan hidung dengan yang dapat
kasa lembab dilakukan - Tidak
Melakukan pengisapan lendir terdapat
dengan teknik 4 tangan Kenyamanan tanda infeksi
Memantau respon bayi ketika Lingkungan: pada area
pengisapan lendir: - Kebisingan tusukan,
- SpO2 88%, denyut jantung yang hasil
160 kali/menit, bayi tidak dihasilkan laboratorium
mengangis dan tidak meronta oleh mesin marker
Meninggikan posisi kepala bayi dan orang- infeksi
45o dengan mengatur posisi orang yang dalam batas
penyangga tempat tidur bayi pada berada di normal
inkubator atau memposisikan bayi ruang
telungkup perawatan Kenyamanan
1,2, Membersihkan mulut bayi dengan bayi masih lingkungan:
5 kasa lembab dan hangat dapat - Bayi di
3 Mengganti dan menimbang popok terkontrol manipulasi
bayi, BAK dan BAB ada setiap 3 jam
3 Menghitung balans cairan dan sesuai
keluaran urin dengan
- Balans cairan: +14,4 ml/24 prinsip
jam minimal
- Keluaran urin: 5,2 handling,
ml/KgBB/jam terdapat
2,5 Mengganti plester dengan lembut, penutup
memindahkan letak sensor inkubator
saturasi untuk
30

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
4 Menilai adanya tanda-tanda meminimalk
infeksi pada area pemasangan an
IVFD perifer pencahayaan
- Tidak terdapat kemerahan, pada bayi
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
IVFD di kaki kiri
- Aliran cairan lancar
2,5 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
3 Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan lingkar
perut, tidak ada muntah,
abdomen supel
Memberikan ASI 4x26 ml dan
4x27 ml melalui OGT gravitasi
Kolaborasi:
1 - Terapi Oksigen Nasal Canul
Low Flow (NCLF) 0,5
liter/menit.
3 - Nutrisi: ASI/SF Prematur 4x26
ml dan 4x27 ml melalui sonde
gravitasi
- Cairan: Aminosteril 6% 2,9
ml/jam
1,5 - Sibital IV 4 mg/12 jam
2,5, Melakukan kontak mata dan
6 mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
2,5, Memberi support kepada ibu
6 untuk menyediakan ASI dan
mendoakan bayi, menjelaskan
tentang kondisi bayi.
4 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- CRP, IT, albumin, dan
laboratorium lainnya dalam
batas normal

Tabel 10. Implementasi Keperawatan Tanggal 01 April 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
4 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik:
2 Menyiapkan semua peralatan - KU: sedang - BB naik 36
secara lengkap sebelum - Menggunakan gram dari
memanipulasi bayi NCLF 0,5 kemarin
31

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
1 Menghitung frekuensi napas, liter/menit - Bayi sadar,
kedalaman, dan upaya - Jalan napas motorik
pernapasan: bersih setelah aktif,
- Frekuensi napas: 50 dilakukan menangis
kali/menit, retraksi dada pengisapan kuat, tidak
ringan, dan tidak ada napas lendir terdapat
cuping hidung desaturasi
Mengukur tanda vital Kenyamanan dan apnea,
- Saturasi oksigen 89-94% pada fisik dan tidak ada
kondisi tenang Psikospiritual: retraksi
- Denyut jantung 148kali/menit - Bayi terlihat dinding
- Pengisian kapiler <3 detik lebih nyaman dada dan
- Akral hangat saat napas
3 Mengukur dan memantau pengisapan cuping
kenaikan berat badan (BB) lendir hidung
- BB sekarang 1.600 gram dan dilakukan - Saat
BB lahir 1.579 gram. dengan teknik dilakukan
- Terjadi peningkatan 26 gram four-handed pengisapan
dari BB kemarin suction (skor lendir,
2,5 Menghangatkan tangan, PCA: 10 saturasi
termometer, dan stetoskop (range 0-19) dalam
2,5 Membuka jendela inkubator rentang
dengan perlahan Kenyamanan normal,
2,5 Menghangatkan nesting dan Lingkungan: regulasi
popok - Kebisingan perilaku
1-5 Mengukur suhu tubuh bayi: yang bayi baik
- Suhu 37,1oC dihasilkan - Toleransi
1 Mengauskultasi suara napas: oleh mesin minum baik,
- Suara napas simetris pada dan orang- abdomen
kedua paru, sedikit terdengar orang yang tidak
ronkhi berada di distensi.
Membersihkan hidung dengan ruang
kasa lembab perawatan - Tidak
Melakukan pengisapan lendir bayi masih terdapat
dengan teknik 4 tangan dapat tanda infeksi
Memantau respon bayi ketika terkontrol pada area
pengisapan lendir: tusukan,
- SpO2 89%, denyut jantung hasil
160 kali/menit, bayi tidak laboratorium
mengangis dan tidak meronta marker
Meninggikan posisi kepala bayi infeksi
45o dengan mengatur posisi dalam batas
penyangga tempat tidur bayi pada normal
inkubator atau memposisikan bayi
telungkup Kenyamanan
1,2, Membersihkan mulut bayi dengan sosial:
5 kasa lembab dan hangat - Ibu
3 Mengganti dan menimbang popok mengatakan
bayi, BAK dan BAB ada senang
3 Menghitung balans cairan dan bahwa tidak
keluaran urin terdapat
- Balans cairan: +10,2 ml/24 kelainan
jam kromosom
- Keluaran urin: 5,1 pada
ml/KgBB/jam anaknya.
2,5 Mengganti plester dengan lembut, - Ibu juga
32

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
memindahkan letak sensor akan
saturasi merawat
4 Menilai adanya tanda-tanda bayinya
infeksi pada area pemasangan dengan baik
IVFD perifer dan optimis
- Tidak terdapat kemerahan, dapat sukses
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area Kenyamanan
IVFD di kaki kiri lingkungan:
- Aliran cairan lancar - Bayi di
2,5 Memasang nesting dan manipulasi
memposisikan bayi ekstremitas setiap 3 jam
atas dan bawah fleksi, dan midline sesuai
position dengan
3 Memeriksa apakah ada muntah prinsip
dan distensi abdomen, mengukur minimal
lingkar perut: handling,
- Tidak ada kenaikan lingkar terdapat
perut, tidak ada muntah, penutup
abdomen supel inkubator
Memberikan ASI 4x28 ml dan untuk
4x30 ml melalui OGT gravitasi meminimalk
Kolaborasi: an
1 - Terapi Oksigen Nasal Canul pencahayaan
Low Flow (NCLF) 0,5 pada bayi
liter/menit.
3 - Nutrisi: ASI/SF Prematur 4x28
ml dan 4x30 ml melalui sonde
gravitasi
- Cairan: Aminosteril 6% 2,9
ml/jam
1,5 - Sibital IV 4 mg/12 jam
2,5, Melakukan kontak mata dan
6 mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
2,5, Menunjukkan video anak dengan
6 keterbatasan namun sukses dalam
menghafal Al-quran sesuai
dengan cita-cita ibu terhadap
bayinya.
Memberitahukan hasil
pemeriksaan kromosom bahwa
tidak terdapat kelainan kromosom
pada bayinya
4 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- CRP, IT, albumin, dan
laboratorium lainnya dalam
batas normal

33

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

5. EVALUASI

Evaluasi dilakukan pada tanggal 01 April 2016


5.1.Kenyamanan Fisik
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, keadaan umum bayi sedang,
berat badan meningkat, tidak ada instabilitas suhu, dapat bernapas spontan
dengan NCLF. Bayi terlihat lebih nyaman pada saat tindakan pengisapan
lendir (skor PCA: 10 (range 0-19). Maka dapat disimpulkan bahwa
kenyamanan fisik bayi berada pada fase Ease.

5.2.Kenyamanan Psikospiritual
Kenyamanan psikospiritual bayi berada pada fase Trancendence yaitu bayi
telah sering berinteraksi dengan orang tuanya, ditatap, dan disentuh. Bayi
juga mendapat penerimaan yang baik dari orang tua.

5.3.Kenyamanan Sosiokultural
Kenyamanan sosiokultural bayi berada pada fase Trancendence yaitu Ibu
dapat menerima kondisi bayi dan optimis dalam merawat bayi. Ibu juga
menyediakan ASI untuk bayinya.

5.4.Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan bayi berada pada fase Ease yaitu suhu yang
terkontrol, tidak ada instabilitas suhu, dan pengaturan pencahayaan yang
baik. Kebisingan masih dapat dikontrol dengan mengingatkan semua
orang yang berada di ruang rawat merupakan salah satu hal yang
dilakukan untuk merubah perilaku. Selain itu segera mematikan suara
alarm ketika berbunyi juga dilakukan untuk mengontrol kebisingan yang
berasal dari peralatan.

34

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 4 BERDASARKAN TEORI


COMFORT KOLCABA

1. PENGKAJIAN

Tanggal lahir : 17 Februari 2016


Tanggal masuk ruang rawat : 18 April 2016
Tanggal pengkajian : 19 April 2016
Ruang rawat : Seruni

Pengkajian Kenyamanan Fisik


- Data umum:
Bayi Ny. AD, usia gestasi 30 minggu, usia kronologis 77 hari. Berat
badan lahir 1100 gram, berat badan sekarang 1695 gram.
- Diagnosis medis:
NKB-SMK, post RDS e.c Pneumonia, pierre robin sequence, dan
meningitis.
- Data fokus:
Bayi AD baru saja dipindahkan ke level IIB karena apnea dan kejang.
Bayi terpasang NCLF 0,5 liter/menit, terlihat sering menangis, terdapat
banyak lendir di hidung dan mulutnya. Bayi terpasang OGT dan tidak
dapat menelan dengan baik. Ketika dilakukan pengisapan lendir, bayi
menangis, meronta, mengalami desaturasi serta takikardia, Skor PCA 17
(range nilai 0-19).
- Riwayat kesehatan:
Bayi saat berusia 30 hari dirujuk dari rumah sakit lain untuk mengetahui
penyebab hipersalivasi pada bayi.
- Riwayat persalinan (sekarang):
Lahir secara SC atas indikasi ibu Pre Eklampsia Berat (PEB). Bayi lahir
tidak segera menangis, apgar skor 7/8, dipasangkan CPAP selama 6 hari
dan riwayat penggunaan ventilator selama 3 hari.
- Riwayat persalinan yang lalu:
Kehamilan sekarang merupakan kehamilan pertama.
35

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

- Kolaborasi:
Terapi Oksigen Nasal Canul Low Flow (NCLF) 0,5 liter/menit.
Nutrisi: ASI+HMF (Human Milk Fortifier) 8x37,5 ml melalui sonde
gravitasi
Sibital 2x4 mgIV
Caffein sitrat 16 mg/24 jam
Meronem hari ke-19
Inhalasi 2kali/24 jam

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Warna kulit merah muda, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat kemerahan (rash), tidak terdapat tanda lahir,
turgor kulit elastis, suhu kulit 36,8C.
Kepala & leher : Lingkar kepala 25 cm, ubun-ubun menonjol. Sutura
belum menutup.
Gambaran wajah tidak simetris, tidak terdapat
Cephalhematoma.
Bentuk daun telinga kecil, tidak simetris, dan sedikit
tertarik ke belakang dalam.
Hidung dengan dua cavum nasal, namun bagian kiri
terlihat lebih sempit, tidak terdapat napas cuping
hidung, frekuensi napas 30-59 kali/menit.
Kedua mata simetris, terdapat sekret berwarna putih
kekuningan, sklera tidak ikterik.

Bentuk dada normal dengan pengembangan paru


simetris.
Down score 1 (<4, gangguan pernapasan ringan), suara
napas sama antara kanan dan kiri, terdapat suara
ronkhi, respirasi spontan dengan bantuan NCLF 0,5
liter/menit.
Jantung : Waktu pengisian kapiler <3 detik, frekuensi denyut
nadi 128-162 kali/menit, teratur dan kuat
36

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Abdomen : Supel, datar, tidak kembung. Lingkar perut 25 cm.


Umbilikus : Kering, tidak ada tanda infeksi, warna kehitaman.
Genital : Laki-laki, tidak ada kelainan pada genital
Ekstremitas : Ekstremitas bebas, akral hangat, tidak terdapat kelainan
pada ekstremitas
Muskuloskeletal: Tidak ada kelainan pada tulang
Refleks : Refleks hisap baik, namun refleks menelan kurang baik
Tonus : Motorik aktif, menangis kuat.
Skor kenyamanan:Pengukuran skor ketidaknyamanan menggunakan
Pediatric Comfort Scale dilakukan saat bayi menerima
prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan lendir.
Didapatkan hasil skor ketidaknyamanan pada awal
pengukuran adalah 17 (rentang nilai 0-19)

1.7. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual


Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa kepercayaan orang tua adalah
Islam. Bayi terlihat sering rewel dan menangis. Bayi masih jarang mendapat
sentuhan orang tua.

Saat dilakukan berbagai prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan


lendir, bayi meregangkan ekstremitas dan regulasi gerakan tubuh yang
kurang terkontrol yang menunjukkan ketidaknyamanan pada bayi. Bayi
tenang ketika disentuh dengan lembut dan diberi pijatan oleh perawat.

1.8. Pengkajian Kenyamanan Sosiokultural

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa ibu sudah kembali bekerja dan


mengunjungi bayi sesekali dan sebentar. Ibu menyediakan ASI yang cukup
untuk bayinya.

Keluarga menggunakan asuransi kesehatan dari perusahaan tempat bekerja.


Hal ini digunakan untuk membantu pembiayaan perawatan bayi. Keluarga
jarang mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang biaya pengobatan

37

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

anak mereka. Orang tua membutuhkan informasi mengenai kondisi bayi,


pentingnya kehadiran orang tua terhadap kesembuhan bayi, dan persiapan
perawatan di rumah.

1.9. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan

Karena ruang rawat ini merupakan level I dan II, sehingga hanya terdapat
beberapa peralatan pendukung seperti infus pump, monitor, dan oksimetri.
Oleh karena itu kebisingan di ruang ini masih dapat dikontrol. Petugas
kesehatan yang bertugas di ruang rawat bayi juga tidak begitu banyak,
sehingga kebisingan dari suara manusia juga masih dapat terkontrol.
Pencegahan penerangan yang berlebih menggunakan penutup inkubator
yang hanya dibuka jika diperlukan. Ruang perawatan memiliki kursi tunggu
yang dapat digunakan keluarga untuk beristirahat yang terletak di luar ruang
perawatan. Pemeliharaan kebersihan dilakukan secara rutin oleh petugas
kebersihan baik terhadap ruangan maupun peralatan yang digunakan.

Tabel 1. Pengelompokkan Masalah Berdasarkan Taksonomi Kenyamanan


Katharine Kolcaba pada Bayi Ny. SS
Jenis Relief Ease Transedence
Kenyamanan
Fisik - Terdapat banyak lendir KU: sedang Bayi sadar,
pada mulut bayi yang Napas spontan motorik aktif,
dapat menutup jalan dengan bantuan menangis kuat,
napas. NCLF 0,5 toleransi minum
- Terdapat beberapa kali liter/menit baik, abdomen
desaturasi terutama saat Terdapat retraksi tidak distensi.
lendir banyak, baru dinding dada Termoregulasi
dipindahkan ke level IIB ringan baik.
karena apnea dan kejang.
- Produksi lendir di mulut
banyak
- Pada saat dilakukan
penghisapan lendir,
terlihat ekstremitas
meregang, saturasi
oksigen menurun, dan
denyut jantung meningkat
- Skor PCA 17 (range 0-
19)
Psikospiritual Bayi terlihat seperti menolak Bayi masih jarang
dan meregangkan diajak berinteraksi
ekstremitas menunjukkan dengan orang tua.
adanya ketidaknyamanan
saat dilakukan tindakan
seperti pengisapan lendir.

38

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Jenis Relief Ease Transedence


Kenyamanan
Sosiokultural Ibu jarang
mengunjungi
bayinya karena
sudah kembali
bekerja
Lingkungan Kebisingan dapat Bayi di
sedikit dikontrol. manipulasi setiap
Terkadang 3 jam sesuai
terdapat dengan prinsip
pemeriksaan yang minimal handling,
memanipulasi terdapat penutup
bayi pada waktu inkubator untuk
istirahat bayi. meminimalkan
pencahayaan pada
bayi

2. MASALAH KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang diangkat pada kasus ini adalah:


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Gangguan menelan
c. Gangguan rasa nyaman
d. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
f. Risiko gangguan pengasuhan orang tua

3. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan intervensi pada masing-masing diagnosa yaitu:


3.1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. AD menunjukkan kepatenan jalan nafas dengan
kriteria hasil tidak ditemukan suara napas tambahan, bayi mudah bernapas,
tidak terjadi aspirasi, sputum dapat dikeluarkan, frekuensi napas 30-60
kali/menit.

39

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 2. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Kaji keefektifan pemberian oksigen, frekuensi, - Jelaskan - Bersihkan
kedalaman dan upaya pernapasan, adanya nyeri, kepada orang lubang hidung
mukus kental, dan keletihan) tua tentang dari sekresi
- Auskultasi dada untuk mengetahui penurunan atau peralatan yang
ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas pendukung mengeras
tambahan yang dengan bahan
- Tentukan kebutuhan pengisapan, pantau saturasi digunakan lembab dan
oksigen dan status hemodinamik. - Jelaskan pada lembut.
- Lakukan pengisapan mulut dan nasofaring dengan keluarga - Perhatikan
alat pengisap sesuai kebutuhan (pengisapan prosedur respon bayi
orofaring dilakukan selama 3 detik) pengisapan pada setiap
- Atur posisi bayi yang memungkinkan yang tindakan.
pengembangan rongga dada dengan meninggikan dilakukan
bagian kepala tempat tidur 45
- Ukur tanda vital setiap 3 jam

3.2. Gangguan menelan


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. AD menunjukkan menunjukkan perbaikan
kemampuan menelan dan asupan nurtrisi terpenuhi dengan kriteria hasil
dapat menelan makanan dengan baik, asupan makanan dapat masuk, berat
badan meningkat.

Tabel 3. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan jiwa
- Kaji penyebab - Jelaskan kepada orang tua - Perhatikan respon
ketidakmampuan bayi menelan tentang penyebab bayi tidak bayi pada setiap
- Bandingkan kemampuan dapat menelan tindakan.
dengan usia koreksi bayi - Ajarkan orang tua untuk
- Cobakan bayi minum dengan memperhatikan respon bayi
cawan ketika memberikan makan

3.3. Gangguan rasa nyaman


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. AD menunjukkan kondisi nyaman dengan
kriteria hasil tidak menangis/meringis, otot rileks/tidak kaget, tanda vital
dalam batas normal, ekspresi rileks

40

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 4. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan jiwa
- Lakukan setiap tindakan - Jelaskan kepada orang tua tentang - Perhatikan respon
dengan sentukan lembut peralatan pendukung yang digunakan bayi pada setiap
- Atur suhu lingkungan - Jelaskan pada keluarga prosedur tindakan.
sesuai dengan suhu pengisapan yang dilakukan
tubuh bayi

3.4. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. AD mendapatkan cairan/nutrisi adekuat dengan
kriteria hasil menunjukkan peningkatan berat badan minimal 20-30
gram/hari, tidak tampak pucat, dapat mentoleransi program pemberian
makan yang dianjurkan (tidak muntah, abdomen supel dan tidak distensi,
residu <20%), serta nilai albumin dan elektrolit dalam batas normal.

Tabel 5. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Pantau nilai albumin dan elektrolit - Jelaskan pada - Ajak bayi
- Kaji adanya intoleransi minum (perut keluarga tentang bicara dan
kembung, residu, muntah) manfaat nutrisi bagi tatap mata
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori, timbang bayi ketika
berat badan setiap hari - Ajarkan ibu cara berinteraksi
- Kaji kesiapan menyusu memerah ASI dan - Melakukan
- Lakukan perawatan mulut sebelum penyimpanan ASI pengukuran
pemberian minum - Motivasi ibu untuk linkar perut
- Gunakan OGT jika bayi kelelahan dan refleks selalu menyediakan dengan
hisap dan menelan belum baik ASI untuk bayinya sentuhan
- Sendawakan bayi setelah pemberian minum - Motivasi ibu untuk yang lembut
jika diperlukan menyusui eksklusif
Kolaborasi: dan dapat menyusui
- Berikan TPN jika belum full feed sampai usia 2 tahun

3.5. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada by. Ny. SS akan hilang dengan kriteria hasil grafik
fenton dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan intraventrikular, bayi

41

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

terhindar dari stres, bayi mendapat stimulasi pendengaran dan penglihatan


dari keluarga terutama orang tua.

Tabel 6. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Ukur dan pantau rutin pertumbuhan dan - Ajarkan orang tua - Tatap mata
perkembangan bayi berinteraksi dan bayi ketika
- Timbang berat badan dan bandingkan dengan menstimulasi bayi berinteraksi
nilai normal pada grafik Fenton sesuai usia dengan intensitas - Ajak bayi
gestasi suara yang tidak berbicara
- Berikan asuhan perkembangan pada bayi terlalu tinggi dan
(pembatasan jam interaksi/manipulasi bayi, - Ajarkan dan berinteraksi
mengurangi kebisingan dan pencahayaan, dukung ibu ketika bayi
positioning, berikan nesting yang sesuai melakukan siap
dengan ukuran bayi) perawatan metode berinteraksi
- Berikan bantalan dan penyangga pada kedua kanguru jika bayi
sisi kepala untuk menghindari posisi kepala telah stabil
hanya pada satu sisi dan mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak

3.6. Risiko gangguan pengasuhan orang tua


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko gangguan pengasuhan orang tua
pada by. Ny. RH akan hilang dengan kriteria hasil kedua orang tua
mengunjungi bayi minimal 1 kali/hari, orang tua berinteraksi dengan bayi;
mengelus/mengusap; mendoakan, ibu memerah dan selalu menyediakan
ASI untuk bayinya, ayah mendukung pemberian ASI oleh ibu.

Tabel 7. Comfort Care


Intervensi Pendidikan/ Intervensi
standar penyuluhan kenyamanan jiwa
- Jelaskan kepada orang tua pentingnya kehadiran - Anjurkan orang tua
dan stimulasi orang tua kepada bayi untuk berbicara
- Demonstrasikan perawatan bayi baru lahir dengan bayi,
- Bantu orang tua menerjemahkan isyarat bayi menatap matanya,
- Ajarkan cara menenangkan bayi dan mendendangkan
- Dukung ibu untuk memberikan ASI kepada sholawat (sesuaikan
bayinya dengan kepercayaan
- Ajarkan ibu pentingnya menyediakan ASI untuk orang tua)
bayi dan cara memerah ASI dan penyimpanan
yang benar
- Jelaskan pada ayah pentingnya dukungan ayah
dalam keberhasilan pemberian ASI

42

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 8. Implementasi Keperawatan Tanggal 19 April 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan - KU: sedang - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum - Menggunakan motorik
memanipulasi bayi NCLF 0,5 aktif,
1 Menghitung frekuensi napas, liter/menit menangis
kedalaman, dan upaya - Jalan napas kuat, tidak
pernapasan: bersih setelah terdapat
- Frekuensi napas: 50 dilakukan desaturasi
kali/menit, retraksi dada pengisapan dan apnea,
ringan, dan tidak ada napas lendir tidak ada
cuping hidung - Saat retraksi
Mengukur tanda vital dilakukan dinding
- Saturasi oksigen 88-91% pada pengisapan dada dan
kondisi tenang lendir, napas
- Denyut jantung 154kali/menit saturasi cuping
- Pengisian kapiler <3 detik sedikit hidung
- Akral hangat menurun, - Toleransi
4 Mengukur dan memantau namun minum baik,
kenaikan berat badan (BB) regulasi abdomen
- BB sekarang 1.695 gram dan perilaku bayi tidak
BB lahir 1.100 gram. baik distensi.
3,5 Menghangatkan tangan,
termometer, dan stetoskop Kenyamanan Kenyamanan
3,5 Membuka jendela inkubator fisik dan lingkungan:
dengan perlahan Psikospiritual: - Bayi di
3,5 Menghangatkan nesting dan - Bayi terlihat manipulasi
popok lebih nyaman setiap 3 jam
3 Mengukur suhu tubuh bayi: saat sesuai
- Suhu 36,9oC pengisapan dengan
1 Mengauskultasi suara napas: lendir prinsip
- Suara napas simetris pada dilakukan minimal
kedua paru, sedikit terdengar dengan teknik handling,
ronkhi four-handed terdapat
Membersihkan hidung dengan suction (skor penutup
kasa lembab PCA: 11 inkubator
Melakukan pengisapan lendir (range 0-19) untuk
dengan teknik 4 tangan meminimalk
Memantau respon bayi ketika Kenyamanan an
pengisapan lendir: sosial: pencahayaan
- SpO2 84%, denyut jantung - Ibu pada bayi
163 kali/menit, bayi tidak memahami
mengangis dan tidak meronta penjelasan
Meninggikan posisi kepala bayi tentang
45o dengan mengatur posisi kondisi dan
penyangga tempat tidur bayi pada mengatakan
inkubator atau memposisikan bayi ingin kembali
telungkup cuti bekerja
1,5 Membersihkan mulut bayi dengan agar dapat
kasa lembab dan hangat fokus
4 Mengganti dan menimbang popok merawat bayi

43

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
bayi, BAK dan BAB ada Kenyamanan
4 Menghitung balans cairan dan Lingkungan:
keluaran urin - Kebisingan
- Balans cairan: -10,4 ml/24 yang
jam dihasilkan
- Keluaran urin: 5,0 oleh mesin
ml/KgBB/jam dan orang-
3,5 Mengganti plester dengan lembut, orang yang
memindahkan letak sensor berada di
saturasi ruang
Menilai adanya tanda-tanda perawatan
infeksi pada area pemasangan bayi masih
IVFD perifer dapat
- Tidak terdapat kemerahan, terkontrol
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
IVFD di kaki kanan
- Aliran cairan lancar
3,5 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
4 Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan lingkar
perut, tidak ada muntah,
abdomen supel
Memberikan ASI+HMF
8x37,5ml, dicobakan
menggunakan cawan, namun bayi
tidak mampu, dilanjutkan dengan
OGT. Bayi kesulitan menelan
karena ada kelainan struktur lidah
dan palatum
Kolaborasi:
- Terapi Oksigen Nasal Canul
Low Flow (NCLF) 0,5
liter/menit.
- Nutrisi: ASI+HMF (Human
Milk Fortifier) 8x37,5 ml
melalui sonde gravitasi
- Sibital 2x4 mgIV
- Caffein sitrat 16 mg/24 jam
- Meronem hari ke-19
- Inhalasi 2kali/24 jam
3,5, Melakukan kontak mata dan
6 mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
3,5, Memberi support kepada ibu
6 untuk menyediakan ASI dan
mendoakan bayi, menjelaskan
tentang kondisi bayi.

44

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 9. Implementasi Keperawatan Tanggal 20 April 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan - KU: sedang - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum - NCLF dicoba motorik
memanipulasi bayi turunkan aktif,
1 Menghitung frekuensi napas, menjadi 0,2 menangis
kedalaman, dan upaya liter/menit kuat, tidak
pernapasan: - Jalan napas terdapat
- Frekuensi napas: 48 bersih setelah desaturasi
kali/menit, tidak ada retraksi dilakukan dan apnea,
dada, dan tidak ada napas pengisapan tidak ada
cuping hidung lendir retraksi
Mengukur tanda vital - Saat dinding
- Saturasi oksigen 88-92% pada dilakukan dada dan
kondisi tenang pengisapan napas
- Denyut jantung 155kali/menit lendir, cuping
- Pengisian kapiler <3 detik saturasi hidung
- Akral hangat sedikit - Toleransi
4 Mengukur dan memantau menurun, minum baik,
kenaikan berat badan (BB) namun abdomen
- BB sekarang 1.715 gram dan regulasi tidak
BB lahir 1.100 gram. perilaku bayi distensi.
- Terjadi peningkatan BB 20 baik
gram dari kemarin Kenyamanan
3,5 Menghangatkan tangan, Kenyamanan lingkungan:
termometer, dan stetoskop fisik dan - Bayi di
3,5 Membuka jendela inkubator Psikospiritual: manipulasi
dengan perlahan - Bayi terlihat setiap 3 jam
3,5 Menghangatkan nesting dan lebih nyaman sesuai
popok saat dengan
3 Mengukur suhu tubuh bayi: pengisapan prinsip
- Suhu 37,0oC lendir minimal
1 Mengauskultasi suara napas: dilakukan handling,
- Suara napas simetris pada dengan teknik terdapat
kedua paru, sedikit terdengar four-handed penutup
ronkhi suction (skor inkubator
Membersihkan hidung dengan PCA: 10 untuk
kasa lembab (range 0-19) meminimalk
Melakukan pengisapan lendir an
dengan teknik 4 tangan Kenyamanan pencahayaan
Memantau respon bayi ketika sosial: pada bayi
pengisapan lendir: - Ibu
- SpO2 88%, denyut jantung memahami
160 kali/menit, bayi tidak penjelasan
mengangis dan tidak meronta tentang
Meninggikan posisi kepala bayi kondisi dan
45o dengan mengatur posisi mengatakan
penyangga tempat tidur bayi pada ingin kembali
inkubator atau memposisikan bayi cuti bekerja
telungkup agar dapat
1,5 Membersihkan mulut bayi dengan fokus
kasa lembab dan hangat merawat bayi
4 Mengganti dan menimbang popok Kenyamanan
bayi, BAK dan BAB ada Lingkungan:
45

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
4 Menghitung balans cairan dan - Kebisingan
keluaran urin yang
- Balans cairan: -9,3 ml/24 jam dihasilkan
- Keluaran urin: 5,1 oleh mesin
ml/KgBB/jam dan orang-
3,5 Mengganti plester dengan lembut, orang yang
memindahkan letak sensor berada di
saturasi ruang
Menilai adanya tanda-tanda perawatan
infeksi pada area pemasangan bayi masih
IVFD perifer dapat
- Tidak terdapat kemerahan, terkontrol
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
IVFD di kaki kanan
- Aliran cairan lancar
3,5 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
4 Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan lingkar
perut, tidak ada muntah,
abdomen supel
Memberikan ASI+HMF
8x37,5ml, dicobakan
menggunakan cawan, namun bayi
tidak mampu, dilanjutkan dengan
OGT. Bayi kesulitan menelan
karena ada kelainan struktur lidah
dan palatum
Kolaborasi:
- Terapi Oksigen Nasal Canul
Low Flow (NCLF) 0,5
liter/menit.
- Nutrisi: ASI+HMF (Human
Milk Fortifier) 8x39 ml melalui
sonde gravitasi
- Sibital 2x4 mgIV
- Caffein sitrat 16 mg/24 jam
- Meronem hari ke-20
- Inhalasi 2kali/24 jam
3,5, Melakukan kontak mata dan
6 mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
3,5, Memberi support kepada ibu
6 untuk menyediakan ASI dan
mendoakan bayi, menjelaskan
tentang kondisi bayi.

46

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Tabel 10. Implementasi Keperawatan Tanggal 21 April 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan - KU: sedang - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum - BB meningkat motorik
memanipulasi bayi - NCLF dicoba aktif,
1 Menghitung frekuensi napas, lepas menangis
kedalaman, dan upaya - Jalan napas kuat, tidak
pernapasan: bersih setelah terdapat
- Frekuensi napas: 50 dilakukan desaturasi
kali/menit, tidak ada retraksi pengisapan dan apnea,
dada, dan tidak ada napas lendir tidak ada
cuping hidung - Saat retraksi
Mengukur tanda vital dilakukan dinding
- Saturasi oksigen 88-93% pada pengisapan dada dan
kondisi tenang lendir, napas
- Denyut jantung 153kali/menit saturasi cuping
- Pengisian kapiler <3 detik sedikit hidung
- Akral hangat menurun, - Toleransi
4 Mengukur dan memantau namun minum baik,
kenaikan berat badan (BB) regulasi abdomen
- BB sekarang 1.730 gram dan perilaku bayi tidak
BB lahir 1.100 gram. baik distensi.
- Terjadi peningkatan BB 15
gram dari kemarin Kenyamanan Kenyamanan
3,5 Menghangatkan tangan, fisik dan lingkungan:
termometer, dan stetoskop Psikospiritual: - Bayi di
3,5 Membuka jendela inkubator - Bayi terlihat manipulasi
dengan perlahan lebih nyaman setiap 3 jam
3,5 Menghangatkan nesting dan saat sesuai
popok pengisapan dengan
3 Mengukur suhu tubuh bayi: lendir prinsip
- Suhu 37,0oC dilakukan minimal
1 Mengauskultasi suara napas: dengan teknik handling,
- Suara napas simetris pada four-handed terdapat
kedua paru, sedikit terdengar suction (skor penutup
ronkhi PCA: 10 inkubator
Membersihkan hidung dengan (range 0-19) untuk
kasa lembab meminimalk
Melakukan pengisapan lendir Kenyamanan an
dengan teknik 4 tangan sosial: pencahayaan
Memantau respon bayi ketika - Ibu pada bayi
pengisapan lendir: memahami
- SpO2 88%, denyut jantung penjelasan
161 kali/menit, bayi tidak tentang
mengangis dan tidak meronta kondisi dan
Meninggikan posisi kepala bayi mengatakan
45o dengan mengatur posisi ingin kembali
penyangga tempat tidur bayi pada cuti bekerja
inkubator atau memposisikan bayi agar dapat
telungkup fokus
1,5 Membersihkan mulut bayi dengan merawat bayi
kasa lembab dan hangat
4 Mengganti dan menimbang popok
bayi, BAK dan BAB ada
47

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
4 Menghitung balans cairan dan Kenyamanan
keluaran urin Lingkungan:
- Balans cairan: -10,3 ml/24 - Kebisingan
jam yang
- Keluaran urin: 5,2 dihasilkan
ml/KgBB/jam oleh mesin
3,5 Mengganti plester dengan lembut, dan orang-
memindahkan letak sensor orang yang
saturasi berada di
Menilai adanya tanda-tanda ruang
infeksi pada area pemasangan perawatan
IVFD perifer bayi masih
- Tidak terdapat kemerahan, dapat
panas, bengkak, dan terkontrol
perubahan fungsi pada area
IVFD di kaki kanan
- Aliran cairan lancar
3,5 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
4 Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Tidak ada kenaikan lingkar
perut, tidak ada muntah,
abdomen supel
Memberikan ASI+HMF
8x37,5ml, dicobakan
menggunakan cawan, namun bayi
tidak mampu, dilanjutkan dengan
OGT. Bayi kesulitan menelan
karena ada kelainan struktur lidah
dan palatum
Kolaborasi:
- Coba lepas terapi Oksigen
NCLF
- Nutrisi: ASI+HMF (Human
Milk Fortifier) 8x42 ml melalui
sonde gravitasi
- Sibital 2x4 mgIV
- Caffein sitrat 16 mg/24 jam
- Meronem hari ke-21 (hari
terakhir)
- Inhalasi 2kali/24 jam
3,5, Melakukan kontak mata dan
6 mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
3,5, Memberi support kepada ibu
6 untuk menyediakan ASI dan
mendoakan bayi, menjelaskan
tentang kondisi bayi.

48

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

5. EVALUASI

Evaluasi dilakukan pada tanggal 21 April 2016


5.1.Kenyamanan Fisik
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, keadaan umum bayi sedang,
berat badan meningkat, tidak ada instabilitas suhu, dapat bernapas tanpa
alat bantu. Bayi terlihat lebih nyaman pada saat tindakan pengisapan lendir
(skor PCA: 10 (range 0-19). Maka dapat disimpulkan bahwa kenyamanan
fisik bayi berada pada fase Ease.

5.2.Kenyamanan Psikospiritual
Kenyamanan psikospiritual bayi berada pada fase Trancendence yaitu bayi
telah sering berinteraksi dengan orang tuanya, ditatap, dan disentuh. Bayi
juga mendapat penerimaan yang baik dari orang tua.

5.3.Kenyamanan Sosiokultural
Kenyamanan sosiokultural bayi berada pada fase Trancendence yaitu ibu
mengunjungi bayinya sekali dalam sehari dan berencana untuk cuti bekerja
kembali dan fokus merawat bayi.

5.4.Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan bayi berada pada fase Ease yaitu suhu yang
terkontrol, tidak ada instabilitas suhu, dan pengaturan pencahayaan yang
baik. Kebisingan masih dapat dikontrol dengan mengingatkan semua
orang yang berada di ruang rawat merupakan salah satu hal yang
dilakukan untuk merubah perilaku. Selain itu segera mematikan suara
alarm ketika berbunyi juga dilakukan untuk mengontrol kebisingan yang
berasal dari peralatan.

49

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 5 BERDASARKAN TEORI


COMFORT KOLCABA

1. PENGKAJIAN

Tanggal lahir : 15 Februari 2016


Tanggal masuk ruang rawat : 15 Februari 2016
Tanggal pengkajian : 29 Februari 2016
Ruang rawat : NICU

1.1. Pengkajian Kenyamanan Fisik


- Data umum:
Bayi Ny. MG, usia gestasi 38 minggu, usia kronologis 14 hari. Berat
badan lahir 2600 gram.
- Diagnosis medis:
NCB-SMK, Omfalokel, RD e.c pneumonia e.c Acinetobacter Baumanii
dan Enterobacter Ciloacae, hipereaktivitas bronkus, PJB (heart rotated
dan PFO)
- Data fokus:
Bayi Ny. MG terdapat beberapa kali desaturasi karena lendir yang
banyak dan kental pada selang ETT bayi Ny. MG. Saat dilakukan
pengisapan lendir, wajah bayi meringis, ekstremitas meronta, desaturasi
dan takikardia, skor PCA 18 (range nilai 0-19). Bayi sedang dilakukan
pemeriksaan septic screening ulang dan pemeriksaan kadar albumin.
- Riwayat persalinan sekarang dan kesehatan:
Lahir secara SC atas indikasi tersangka hernia diafragmatika dan
omfalokel. Bayi lahir langsung menangis, langsung diintubasi dan
pemasangan HFO dengan frekuensi 11, MAP 9, amplitudo 27.
Pemberian antibiotik lini I diberikan.
- Riwayat persalinan yang lalu:
Kehamilan sekarang merupakan kehamilan pertama.

50

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

- Terapi medis:
Oksigen dengan ventilator mekanik mode PC-AC, tekanan inspirasi
24, PEEP 5, waktu inspirasi 0,45, rate 45
Antibiotik piptazobactam 3x190 gram (10), Amikasin 3x19 gram
Farmadol 3x35 gram dan Framadol 3x5 gram (bergantian)
- Cairan:
Total cairan 150ml/KgBB/hari
PG2 (3 gram): 11,0 ml/jam (D 12,5%)
IL20 (2,5 gram): 1,5 ml/jam
D10+Ca (2 gram): 2,1 ml/jam
GIR 10,5 (100,2 Kkal/KgBB/hari)
ASI 8x1 ml melalui OGT

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Warna kulit merah muda, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat kemerahan (rash), tidak terdapat tanda lahir,
turgor kulit elastis, suhu kulit 36,9C.
Kepala & leher : Lingkar kepala dalam nilai normal dengan frontanel
anterior lunak. Sutura belum menutup, letak sutura
sagitalis normal dan tidak tumpang tindih.
Gambaran wajah simetris, tidak terdapat Caput
Succedaneum dan Cephalhematoma.
Bentuk daun telinga normal dengan letak simetris kanan
dan kiri.
Hidung dengan dua cavum nasal simetris, tidak terdapat
napas cuping hidung, bernapas dengan bantuan
ventilator.
Kedua mata simetris, terdapat sedikit keluaran sekret
berwarna jernih kekuningan, sklera tidak ikterik.
Bentuk dada normal dengan pengembangan paru
simetris.

51

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Jantung : Waktu pengisian kapiler <3 detik, frekuensi denyut


nadi 145-156 kali/menit, teratur dan kuat, terdapat PFO
Abdomen : Terdapat Omfalokel dengan tinggi sekitar 8 cm
Genital : Perempuan, tidak ada kelainan pada genital
Ekstremitas : Ekstremitas bebas, akral hangat, tidak terdapat kelainan
pada ekstremitas
Muskuloskeletal: Tidak ada kelainan pada tulang
Refleks : Refleks baik
Tonus : Motorik aktif, menangis kuat.
Skor kenyamanan:Pengukuran skor ketidaknyamanan menggunakan
Pediatric Comfort Scale dilakukan saat bayi menerima
prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan lendir.
Didapatkan hasil skor ketidaknyamanan pada awal
pengukuran adalah 18 (rentang nilai 0-19)

1.2. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual


Pengkajian psikospiritual yang dikaji meliputi sentuhan terapeutik, pijatan,
bertemu dengan orang yang spesial bagi bayi, kepercayaan orang tua,
sumber kekuatan, dan kebutuhan akan doa oleh orang tua, perawat atau
orang lain. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa kepercayaan orang tua
adalah Islam. Bayi sering ditemani oleh kedua orang tua, diajak berbicara,
disentuh, dan didoakan.

Saat dilakukan berbagai prosedur yang menyakitkan seperti pengisapan


lendir, bayi meregangkan ekstremitas dan regulasi gerakan tubuh yang
kurang terkontrol yang menunjukkan ketidaknyamanan pada bayi. Bayi
tenang ketika disentuh dengan lembut dan diberi pijatan oleh perawat.

1.3. Pengkajian Kenyamanan Sosiokultural


Pengkajian sosiokultural yang dikaji yaitu kunjungan keluarga, ekonomi
keluarga, kebutuhan informasi, perencanaan pulang, dan keberlanjutan

52

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

perawatan di rumah. Kedua orang tua selalu berada di rumah sakit dan
sering masuk untuk melihat dan berinteraksi dengan bayi.

Keluarga memiliki asuransi kesehatan dari pemerintah. Hal ini digunakan


untuk membantu pembiayaan perawatan bayi. Dengan adanya asuransi ini,
keluarga tidak pernah mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang biaya
pengobatan anak mereka. Orang tua membutuhkan informasi mengenai
kondisi bayi, informasi dan rujukan keluarga dengan masalah yang sama
pada bayi mereka agar dapat saling berbagi.

1.4. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan


Pengkajian kenyamanan lingkungan mencakup kebisingan, penerangan,
tempat untuk istirahat keluarga, dan kebersihan. Berdasarkan pengukuran
tingkat kebisingan ruangan, ruang NICU memiliki tingkat kebisingan lebih
dari 60 dB dengan sumber suara berasal dari alat kesehatan maupun suara
orang yang berada di ruang tersebut. Pencegahan penerangan yang berlebih
menggunakan penutup inkubator yang hanya dibuka jika diperlukan. Ruang
perawatan memiliki kursi tunggu yang dapat digunakan keluarga untuk
beristirahat yang terletak di luar ruang perawatan. Pemeliharaan kebersihan
dilakukan secara rutin oleh petugas kebersihan baik terhadap ruangan
maupun peralatan yang digunakan.

Tabel 1. Pengelompokkan Masalah Berdasarkan Taksonomi Kenyamanan


Katharine Kolcaba pada Bayi Ny. MG
Jenis Relief Ease Transedence
Kenyamanan
Fisik - Menggunakan ventilator KU: sedang Bayi sadar, tidak
dengan mode PC-AC Bayi terdapat retraksi
- Terdapat lendir pada jalan direncanakan dinding dada,
napas priming ASI 8x3 motorik aktif,
- Terdapat beberapa kali ml (10 menangis kuat,
desaturasi jika terdapat ml/Kg/hari) toleransi minum
banyak lendir baik, abdomen
- Pada saat dilakukan tidak distensi.
penghisapan lendir, Termoregulasi
terlihat ekstremitas baik.
meregang, saturasi
oksigen menurun, dan
denyut jantung meningkat
- Skor PCA 18 (range 0-
19)

53

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Jenis Relief Ease Transedence


Kenyamanan
Psikospiritual Bayi terlihat seperti menolak Bayi terlihat
dan meregangkan sering didoakan
ekstremitas menunjukkan dan diajak
adanya ketidaknyamanan berbicara oleh
saat dilakukan tindakan kedua orang tua
seperti pengisapan lendir terutama ibu.
Sosiokultural Kedua selalu
berada di rumah
sakit untuk
berinteraksi
dengan bayi dan
memantau kondisi
bayi. Ibu juga
sering bertanya
kondisi bayi dan
terlihat cemas
Lingkungan Terdapat kebisingan yang Terkadang juga Bayi di
dihasilkan oleh mesin dan terdapat manipulasi setiap
orang-orang yang berada di pemeriksaan yang 3 jam sesuai
ruang perawatan bayi masih. memanipulasi dengan prinsip
bayi pada waktu minimal handling,
istirahat bayi. terdapat penutup
inkubator untuk
meminimalkan
pencahayaan pada
bayi

2. MASALAH KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang diangkat pada kasus ini adalah:


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Risiko infeksi
c. Gangguan rasa nyaman
d. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Kecemasan orang tua

3. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan intervensi pada masing-masing diagnosa yaitu:


3.1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. MG menunjukkan kepatenan jalan nafas dengan
kriteria hasil tidak ditemukan suara napas tambahan, bayi mudah bernapas,

54

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

tidak terjadi aspirasi, sputum dapat dikeluarkan, frekuensi napas 30-60


kali/menit.

Tabel 2. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Kaji keefektifan pemberian oksigen, frekuensi, - Jelaskan - Bersihkan
kedalaman dan upaya pernapasan, adanya nyeri, kepada orang lubang hidung
mukus kental, dan keletihan) tua tentang dari sekresi
- Auskultasi dada untuk mengetahui penurunan atau peralatan yang
ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas pendukung mengeras
tambahan yang dengan bahan
- Tentukan kebutuhan pengisapan, pantau saturasi digunakan lembab dan
oksigen dan status hemodinamik. - Jelaskan pada lembut.
- Lakukan pengisapan mulut dan nasofaring dengan keluarga - Perhatikan
alat pengisap sesuai kebutuhan (pengisapan prosedur respon bayi
orofaring dilakukan selama 3 detik) pengisapan pada setiap
- Atur posisi bayi yang memungkinkan yang tindakan.
pengembangan rongga dada dengan meninggikan dilakukan
bagian kepala tempat tidur 45
- Ukur tanda vital setiap 3 jam

3.2. Risiko infeksi


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan faktor risiko infeksi pada by. Ny. MG akan
hilang dengan kriteria hasil: Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
(bayi aktif; suhu 36,5-37,5C; kultur darah steril; nilai CRP 0,0-5,0 mg/l;
nilai prokalsitonin <0,1 ng/ml; nilai IT ratio 0,0-0,2; nilai leukosit dalam
batas normal), higiene personal yang adekuat, mengindikasikan status
gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal.

Tabel 3. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyama-
nan jiwa
- Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut - Beritahu
jantung, drainase, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, orang tua
lesi kulit, keletihan, dan malaise) pentingnya
- Pantau nilai laboratorium (hitung darah lengkap, hitung mencuci
jenis, albumin, IT ratio, CRP, prokalsitonin, kultur tangan dan
darah) menjaga
- Jaga agar balutan omfalokel tetap kering dan pantau kebersihan
adanya perdarahan. Ganti balutan sesuai indikasi bagi bayi
- Lindungi bayi dari kontaminasi silang (hindari orang - Ajarkan orang
dengan infeksi pernapasan untuk mendekati tua/pengunjun

55

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi


penyuluhan kenyama-
nan jiwa
bayi/menggunakan masker, barang-barang yang tidak g bayi untuk
bersih, isolasi bayi lain yang infeksi) mencuci
- Pastikan perawat mencuci tangan 5 momen, jaga prinsip tangan 6
bersih dan steril pada setiap tindakan. langkah
- Ingatkan setiap orang yang akan memegang dan
mendekati lingkungan bayi untuk mencuci tangan
- Jaga jarak antar inkubator minimal 1 meter (jika
memungkinkan)

3.3. Gangguan rasa nyaman


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. MG menunjukkan kondisi nyaman dengan
kriteria hasil tidak menangis/meringis, otot rileks/tidak kaget, tanda vital
dalam batas normal, ekspresi rileks

Tabel 4. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan jiwa
- Lakukan setiap tindakan - Jelaskan kepada orang tua tentang - Perhatikan respon
dengan sentukan lembut peralatan pendukung yang digunakan bayi pada setiap
- Atur suhu lingkungan - Jelaskan pada keluarga prosedur tindakan.
sesuai dengan suhu pengisapan yang dilakukan
tubuh bayi

3.4. Ketidakseimbangan cairan/nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 3x24 jam by. Ny. MG mendapatkan cairan/nutrisi adekuat dengan
kriteria hasil menunjukkan peningkatan berat badan minimal 20-30
gram/hari, tidak tampak pucat, dapat mentoleransi program pemberian
makan yang dianjurkan (tidak muntah, abdomen supel dan tidak distensi,
residu <20%), serta nilai albumin dan elektrolit dalam batas normal.

Tabel 5. Comfort Care


Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi
penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Pantau nilai albumin dan elektrolit - Jelaskan pada - Ajak bayi
- Kaji adanya intoleransi minum (perut keluarga tentang bicara dan
kembung, residu, muntah) manfaat nutrisi bagi tatap mata
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori, timbang bayi ketika
berat badan setiap hari - Ajarkan ibu cara berinteraksi
56

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

Intervensi standar Pendidikan/ Intervensi


penyuluhan kenyamanan
jiwa
- Kaji kesiapan menyusu memerah ASI dan - Melakukan
- Lakukan perawatan mulut sebelum penyimpanan ASI pengukuran
pemberian minum - Motivasi ibu untuk linkar perut
- Gunakan OGT jika bayi kelelahan dan refleks selalu menyediakan dengan
hisap dan menelan belum baik ASI untuk bayinya sentuhan
- Sendawakan bayi setelah pemberian minum - Motivasi ibu untuk yang lembut
jika diperlukan menyusui eksklusif
Kolaborasi: dan dapat menyusui
- Berikan TPN jika belum full feed sampai usia 2 tahun

3.7. Kecemasan orang tua


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah 2x24 jam diharapkan kecemasan orang tua by. Ny. MG dapat
teratasi dengan kriteria hasil kedua orang tua menyatakan pemahaman
terhadap penjelasan yang disampaikan tim kesehatan, orang tua
mengatakan dapat menerima kondisi bayinya, orang tua dapat
menyebutkan hal positif yang akan dilakukan untuk perbaikan kondisi
bayi.

Tabel 6. Comfort Care


Intervensi Pendidikan/penyuluhan Intervensi
standar kenyamanan jiwa
- Berikan informasi tentang masalah kesehatan - Anjurkan orang tua
yang dialami bayi untuk berbicara
- Berikan dukungan kepada keluarga agar keluarga dengan bayi,
lebih optimis dalam merawat bayi menatap matanya,
- Rujuk orang tua ke komunitas orang tua dengan dan mendendangkan
anak pierre robin sequence agar dapat saling sholawat (sesuaikan
berbagi dengan kepercayaan
- Anjurkan orang tua untuk melakukan hal positif orang tua)
yang dapat mempercepat perbaikan kondisi bayi
seperti berdoa, menyediakan ASI, memberikan
stimulus persepsi sensori kepada bayi
- Anjurkan keluarga untuk sering menjenguk
bayinya dan berinteraksi

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 7. Implementasi Keperawatan Tanggal 29 Februari 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
2 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik: Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan KU: lemah - Jalan napas - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum Terpasang bersih setelah tidak
57

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
memanipulasi bayi ventilator dilakukan terdapat
1 Menghitung frekuensi napas, dengan mode pengisapan retraksi
kedalaman, dan upaya PC-AC lendir dinding
pernapasan: - Saat dada,
- Bayi masih menggunakan dilakukan motorik
ventilator dengan mode PC- Kenyamanan pengisapan aktif,
AC dengan rate 45kali/menit Lingkungan: lendir, toleransi
Mengukur tanda vital - Terdapat saturasi minum baik,
- Saturasi oksigen 88-94% pada kebisingan sedikit abdomen
kondisi tenang yang menurun tidak
- Denyut jantung 151kali/menit dihasilkan namun masih distensi.
- Pengisian kapiler <3 detik oleh mesin dalam nilai
- Akral hangat dan orang- normal. - Tidak
4 Mengukur dan memantau orang yang terdapat
kenaikan berat badan (BB) berada di - Bayi mulai tanda infeksi
- BB sekarang 2.940 gram, BB ruang priming ASI pada area
lahir 2.600 gram perawatan 8x1 ml/hari tusukan dan
3 Menghangatkan tangan, bayi masih. - Tidak ada daerah
termometer, dan stetoskop distensi balutan
3 Membuka jendela inkubator abdomen dan
dengan perlahan abdomen Kenyamanan
3 Menghangatkan nesting dan supel sosial:
popok Kedua orang
3 Mengukur suhu tubuh bayi: Kenyamanan tua selalu
- Suhu 37,0oC fisik dan menemani
1 Mengauskultasi suara napas: Psikospiritual: bayi di rumah
- Suara napas simetris pada - Bayi terlihat sakit dan
kedua paru, sedikit terdengar lebih nyaman mengajak bayi
ronkhi saat berinteraksi
Membersihkan hidung dengan pengisapan
kasa lembab lendir Kenyamanan
Melakukan pengisapan lendir dilakukan lingkungan:
dengan teknik 4 tangan dengan teknik - Bayi di
Memantau respon bayi ketika four-handed manipulasi
pengisapan lendir: suction (skor setiap 3 jam
- SpO2 80%, denyut jantung PCA: 15 sesuai
162 kali/menit, bayi tidak (range 0-19) dengan
mengangis dan tidak meronta prinsip
Meninggikan posisi kepala bayi minimal
45o dengan mengatur posisi handling,
penyangga tempat tidur bayi pada terdapat
inkubator penutup
Memposisikan bayi supinasi inkubator
dengan leher sedikit ekstensi dan untuk
leher tidak tertekuk meminimalk
2-3 Membersihkan mulut bayi dengan an
kasa lembab dan hangat pencahayaan
4 Mengganti dan menimbang popok pada bayi
bayi
- BAB dan BAK ada
4 Menghitung balans cairan dan
keluaran urin
- Balans cairan: +92 ml/24 jam
- Keluaran urin: 2,3
ml/KgBB/jam
2,3 Mengganti plester dengan lembut,
58

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
memindahkan letak sensor
saturasi
2 Menilai adanya tanda-tanda
infeksi pada area pemasangan
PICC
- Tidak terdapat kemerahan,
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
PICC di lengan kanan
- Aliran cairan lancar
- Menilai tanda-tanda infeksi
pada balutan omfalokel
- Menjaga balutan agar tidak
terbuka
3 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
Menyangga Omfalokel dengan
kain agar tetap tegak lurus
4 Memantau nilai laboratorium
albumin
- Belum ada hasil pemeriksaan
Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Lingkar perut sulit diukur
karena ada omfalokel, tidak
ada muntah
Memberikan priming ASI 1 ml
secara perlahan
Kolaborasi:
- Oksigen dengan ventilator
mekanik mode PC-AC, tekanan
inspirasi 24, PEEP 5, waktu
inspirasi 0,45, rate 45
- Antibiotik piptazobactam
3x190 gram (10), Amikasin
3x19 gram
- Farmadol 3x35 gram dan
Framadol 3x5 gram
(bergantian)
- Cairan:
o Total cairan
150ml/KgBB/hari
o PG2 (3 gram): 11,0 ml/jam (D
12,5%)
o IL20 (2,5 gram): 1,5 ml/jam
o D10+Ca (2 gram): 2,1 ml/jam
o GIR 10,5 (100,2
Kkal/KgBB/hari)
o ASI 8x1 ml melalui OGT
3,5 Melakukan kontak mata dan
mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
3,5 Mengajari ayah bayi cues yang
59

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
dimunculkan bayi dan cara
berinteraksi dengan bayi
2 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- Sedang dalam pemeriksaan
ulang CRP, IT, albumin

Tabel 8. Implementasi Keperawatan Tanggal 01 Maret 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
2 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik: Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan KU: lemah - Balutan - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum Terpasang omfalokel tidak
memanipulasi bayi ventilator bersih terdapat
1 Menghitung frekuensi napas, dengan mode - Jalan napas retraksi
kedalaman, dan upaya PC-AC bersih setelah dinding
pernapasan: Perburukan dilakukan dada,
- Bayi masih menggunakan marker infeksi pengisapan motorik
ventilator dengan mode PC- lendir aktif,
AC dengan rate 45kali/menit - Saat toleransi
Mengukur tanda vital Kenyamanan dilakukan minum baik,
- Saturasi oksigen 88-94% pada Lingkungan: pengisapan abdomen
kondisi tenang - Terdapat lendir, tidak
- Denyut jantung 143kali/menit kebisingan saturasi distensi.
- Pengisian kapiler <3 detik yang sedikit
- Akral hangat dihasilkan - ASI 4x1 - Tidak
3 Menghangatkan tangan, oleh mesin ml/hari (oral terdapat
termometer, dan stetoskop dan orang- care) tanda infeksi
3 Membuka jendela inkubator orang yang pada area
dengan perlahan berada di tusukan dan
3 Menghangatkan nesting dan ruang Kenyamanan daerah
popok perawatan fisik dan balutan
3 Mengukur suhu tubuh bayi: bayi masih. Psikospiritual:
- Suhu 37,1oC - Bayi terlihat Kenyamanan
1 Mengauskultasi suara napas: lebih nyaman sosial:
- Suara napas simetris pada saat Kedua orang
kedua paru, sedikit terdengar pengisapan tua selalu
ronkhi lendir menemani
Membersihkan hidung dengan dilakukan bayi di rumah
kasa lembab dengan teknik sakit dan
Melakukan pengisapan lendir four-handed mengajak bayi
dengan teknik 4 tangan suction (skor berinteraksi
Memantau respon bayi ketika PCA: 14
pengisapan lendir: (range 0-19) Kenyamanan
- SpO2 86%, denyut jantung lingkungan:
162 kali/menit, bayi tidak - Bayi di
mengangis dan tidak meronta manipulasi
Meninggikan posisi kepala bayi setiap 3 jam
45o dengan mengatur posisi sesuai
penyangga tempat tidur bayi pada dengan
60

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
inkubator prinsip
Memposisikan bayi supinasi minimal
dengan leher sedikit ekstensi dan handling,
leher tidak tertekuk terdapat
2-3 Membersihkan mulut bayi dengan penutup
kasa lembab dan hangat inkubator
4 Mengganti dan menimbang popok untuk
bayi meminimalk
- BAB dan BAK ada an
4 Menghitung balans cairan dan pencahayaan
keluaran urin pada bayi
- Balans cairan: +38,76 ml/24
jam
- Keluaran urin: 3,4
ml/KgBB/jam
2,3 Mengganti plester dengan lembut,
memindahkan letak sensor
saturasi
2 Menilai adanya tanda-tanda
infeksi pada area pemasangan
PICC
- Tidak terdapat kemerahan,
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
PICC di lengan kanan
- Aliran cairan lancar
- Menilai tanda-tanda infeksi
pada balutan omfalokel
- Menjaga balutan agar tidak
terbuka
3 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
position
Menyangga Omfalokel dengan
kain agar tetap tegak lurus
4 Memantau nilai laboratorium
albumin
- Albumin: 3,64, Hb: 14,8
gr/dl, trombosit 132.000
(turun)
Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Lingkar perut sulit diukur
karena ada omfalokel, tidak
ada muntah
- Produksi OGT keruh
kecoklatan, sehingga asupan
menjadi oral care 4x1ml
Kolaborasi:
- Oksigen dengan ventilator
mekanik mode PC-AC, tekanan
inspirasi 24, PEEP 5, waktu
inspirasi 0,45, rate 45
- Antibiotik piptazobactam
61

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
3x190 gram (10), Amikasin
3x19 gram
- Farmadol 3x35 gram dan
Framadol 3x5 gram
(bergantian)
- Cairan:
o Total cairan
150ml/KgBB/hari
o PG2 (3 gram): 11,0 ml/jam (D
12,5%)
o IL20 (2,5 gram): 1,5 ml/jam
o D10+Ca (2 gram): 2,1 ml/jam
o GIR 10,5 (100,2
Kkal/KgBB/hari)
o ASI 4x1 ml oral care
3,5 Melakukan kontak mata dan
mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
3,5 Mengajari ayah bayi cues yang
dimunculkan bayi dan cara
berinteraksi dengan bayi
2 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- IT: 22,8
- CRP: 0,05
- Albumin 3,64
- Perburukan marker infeksi,
anti biotik menjadi lini III
(meropenem 3x120mg)

Tabel 9. Implementasi Keperawatan Tanggal 02 Maret 2016


DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
2 Mencuci tangan 5 langkah dengan Kenyamanan Kenyamanan Kenyamanan
air mengalir Fisik: Fisik: Fisik:
3 Menyiapkan semua peralatan KU: lemah - Balutan - Bayi sadar,
secara lengkap sebelum Terpasang omfalokel tidak
memanipulasi bayi ventilator bersih terdapat
1 Menghitung frekuensi napas, dengan mode - Jalan napas retraksi
kedalaman, dan upaya PC-AC bersih setelah dinding
pernapasan: dilakukan dada,
- Bayi masih menggunakan pengisapan motorik
ventilator dengan mode PC- lendir, namun aktif,
AC dengan rate 45kali/menit menumpuk toleransi
Mengukur tanda vital kembali minum baik,
- Saturasi oksigen 89-94% pada dalam waktu abdomen
kondisi tenang singkat tidak
- Denyut jantung 145kali/menit - Saat distensi.
- Pengisian kapiler <3 detik dilakukan
- Akral hangat pengisapan - Tidak
3 Menghangatkan tangan, lendir, terdapat
62

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
termometer, dan stetoskop saturasi tanda infeksi
3 Membuka jendela inkubator sedikit pada area
dengan perlahan - ASI 4x1 tusukan dan
3 Menghangatkan nesting dan ml/hari (oral daerah
popok care) balutan
3 Mengukur suhu tubuh bayi:
- Suhu 37,2oC Kenyamanan Kenyamanan
1 Mengauskultasi suara napas: fisik dan sosial:
- Suara napas simetris pada Psikospiritual: Kedua orang
kedua paru, sedikit terdengar - Bayi terlihat tua selalu
ronkhi lebih nyaman menemani
Membersihkan hidung dengan saat bayi di rumah
kasa lembab pengisapan sakit dan
Melakukan pengisapan lendir lendir mengajak bayi
dengan teknik 4 tangan dilakukan berinteraksi
Memantau respon bayi ketika dengan teknik
pengisapan lendir: four-handed Kenyamanan
- SpO2 88%, denyut jantung suction (skor lingkungan:
160 kali/menit, bayi tidak PCA: 13 - Bayi di
mengangis dan tidak meronta (range 0-19) manipulasi
Meninggikan posisi kepala bayi setiap 3 jam
45o dengan mengatur posisi Kenyamanan sesuai
penyangga tempat tidur bayi pada Lingkungan: dengan
inkubator - Terdapat prinsip
Memposisikan bayi supinasi kebisingan minimal
dengan leher sedikit ekstensi dan yang handling,
leher tidak tertekuk dihasilkan terdapat
2-3 Membersihkan mulut bayi dengan oleh mesin penutup
kasa lembab dan hangat dan orang- inkubator
4 Mengganti dan menimbang popok orang yang untuk
bayi berada di meminimalk
- BAB dan BAK ada ruang an
4 Menghitung balans cairan dan perawatan pencahayaan
keluaran urin bayi masih, pada bayi
- Balans cairan: +38,76 ml/24 namun telah
jam diupayakan
- Keluaran urin: 3,2 untuk
ml/KgBB/jam dikontrol
2,3 Mengganti plester dengan lembut,
memindahkan letak sensor
saturasi
2 Menilai adanya tanda-tanda
infeksi pada area pemasangan
PICC
- Tidak terdapat kemerahan,
panas, bengkak, dan
perubahan fungsi pada area
PICC di lengan kanan
- Aliran cairan lancar
- Menilai tanda-tanda infeksi
pada balutan omfalokel
- Menjaga balutan agar tidak
terbuka
3 Memasang nesting dan
memposisikan bayi ekstremitas
atas dan bawah fleksi, dan midline
63

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

DX Implementasi Evaluasi
Relief Ease Trancendence
position
Menyangga Omfalokel dengan
kain agar tetap tegak lurus
4 Memantau nilai laboratorium
albumin
- Belum ada pemeriksaan ulang
- Transfusi albumin 25%,
12ml+lasix 3 mg
Memeriksa apakah ada muntah
dan distensi abdomen, mengukur
lingkar perut:
- Lingkar perut sulit diukur
karena ada omfalokel, tidak
ada muntah
- Produksi OGT keruh
kecoklatan, sehingga asupan
menjadi oral care 4x1ml
Kolaborasi:
- Oksigen dengan ventilator
mekanik mode PC-AC, tekanan
inspirasi 25, PEEP 5, waktu
inspirasi 0,45, rate 45
- Antibiotik meropenem 3x120
gram (hari ke-2)
- Farmadol 3x35 gram dan
Framadol 3x5 gram
(bergantian)
- Inhalasi NaCl 0,9% setiap 8
jam
- Fluconazole 9 mg setiap 3 hari
- Cairan:
o Total cairan
150ml/KgBB/hari dikurangi
dengan kelebihan balans
cairan
o PG2 (3 gram): 14,0 ml/jam (D
10%) (bila albumin masuk,
PG2 diturunkan menjadi
13,5ml/jam
o IL20 (2,5 gram): 1,8 ml/jam
o D10+Ca (2 gram): 2,1 ml/jam
o ASI 4x1 ml oral care
3,5 Melakukan kontak mata dan
mengajak berbicara saat
berinteraksi dengan bayi
2 Melihat warna kulit bayi, apakah
adanya lesi kulit, keletihan
Memantau nilai laboratorium
yang mengindikasikan adanya
infeksi:
- Belum ada pemeriksaan ulang

64

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 2

5. EVALUASI

Evaluasi dilakukan pada tanggal 02 Maret 2016


5.1. Kenyamanan Fisik
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, keadaan umum bayi masih
lemah, tidak ada instabilitas suhu, bernapas dengan bantuan ventilator
mekanik mode PC-AC. Bayi terlihat lebih nyaman pada saat tindakan
pengisapan lendir (skor PCA: 13 (range 0-19). Maka dapat disimpulkan
bahwa kenyamanan fisik bayi berada pada fase Ease.

5.2.Kenyamanan Psikospiritual
Kenyamanan psikospiritual bayi berada pada fase Trancendence yaitu bayi
sering berinteraksi dengan orang tuanya, ditatap, dan disentuh.

5.3.Kenyamanan Sosiokultural
Kenyamanan sosiokultural bayi berada pada fase Trancendence yaitu
kedua orang tua selalu menemani bayi selama perawatan.

5.4.Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan bayi berada pada fase Ease yaitu suhu yang
terkontrol, tidak ada instabilitas suhu, dan pengaturan pencahayaan yang
baik. Kebisingan masih dapat dikontrol dengan mengingatkan semua
orang yang berada di ruang rawat merupakan salah satu hal yang
dilakukan untuk merubah perilaku. Selain itu segera mematikan suara
alarm ketika berbunyi juga dilakukan untuk mengontrol kebisingan yang
berasal dari peralatan.

65

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


LAMPIRAN 3
(Laporan Hasil Proyek Inovasi)

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

LAPORAN HASIL KEGIATAN PROYEK INOVASI

APLIKASI FOUR-HANDED SUCTIONING DALAM MENCEGAH


KETIDAKNYAMANAN DAN INFEKSI DI RUANG PERINATOLOGI
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO DAN RSAB HARAPAN KITA

Diajukan untuk memenuhi tugas


Residensi MA. Praktik Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak

Disusun oleh:

NOVA FAJRI Npm.1306346121

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2016

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bayi dengan berat lahir rendah terutama bayi prematur memiliki struktur
dan fungsi organ yang belum berkembang sempurna. Berbagai
permasalahan kesehatan dapat terjadi pada bayi-bayi tersebut seperti
masalah pernapasan, infeksi, gangguan penyerapan nutrisi, dan berbagai
masalah lainnya sehingga mereka harus dirawat di ruang perawatan intensif
untuk meningkatkan kestabilan kondisi. Disisi lain, ruang perawatan intensif
dengan berbagai peralatan dan tindakan yang penuh dengan stressor
membuat bayi stres dan tidak nyaman. Peralatan kesehatan seperti monitor,
CPAP, ventilator mekanik, HFO, infus pump, syringe pump, dan alat suction
menimbulkan kebisingan yang menjadi stressor bagi neonatus terutama
pada neonatus kurang bulan. Tindakan keperawatan dan tatalaksana medis
yang juga dapat menimbulkan stres pada neonatus seperti pemasangan
infus, pengambilan darah, pengisapan lendir (suctioning), dan manipulasi
bayi dengan cara lain (Altimier, 2007).

Respon stres yang muncul pada bayi saat tindakan dapat berupa respon
fisik. Seperti respon pada tindakan seperti penghisapan lendir yaitu
perubahan respirasi (rate, saturasi oksigen, dan retraksi) dan denyut jantung
(takikardi). Selain itu terjadi perilaku yang menunjukkan stres pada bayi
seperti perilaku menolak dan merejang. Perilaku stres pada bayi terutama
pada bayi prematur dapat memberikan dampak terhadap perkembangan bayi
dan dapat mengganggu berbagai sistem tubuh bayi seperti neurologis,
respirasi, sensorik, keseimbangan, dan lainnya. Selain berefek pada bayi,
kondisi ruang NICU juga mempengaruhi pemberi pelayanan kesehatan
terutama perawat.

Berdasarkan beberapa penelitian mengemukakan bahwa perawat di ruang


NICU mendapatkan stressor yang besar dalam bekerja, baik dari kondisi

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

bayi maupun lingkungan kerja. Stres yang berasal dari kondisi bayi seperti
ketidakstabilan fisik bayi dan mengalami perubahan yang cepat,
pengawasan ketat yang harus dilakukan terhadap bayi, serta penanganan
cepat dan tepat yang harus dilakukan. Stres yang berasal dari lingkungan
seperti kebisingan ruangan yang berasal dari alat kesehatan, beban kerja,
serta pengawasan dan supervisi yang dilakukan terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka. Hal ini dapat berpotensi memunculkan terjadinya
peningkatan tekanan darah, stres, dan ketidakpuasan pada perawat
(McEwen & Wills, 2010) dan berisiko terjadinya kesalahan dan kelalaian
kerja American Association of Critical Care Nurses, 2005). Oleh karena itu,
meminimalkan risiko ketidaktepatan seperti intervensi non-farmakologis
harus dilakukan (Hadian & Sabet, 2013), seperti salah satunya dengan
teknik four-handed pada pelaksanaan penghisapan lendir.

Teknik four-handed pada penghisapan lendir ini bertujuan untuk


menciptakan kenyamanan, mengurangi stres, dan meningkatkan perilaku
regulasi diri bayi serta memudahkan kerja perawat dalam melakukan
penghisapan lendir. Teknik ini diperkenalkan oleh Cone, Pickler, Grap,
McGrath, dan Wiley (2013) melalui disertasi Cone (2011). Four-handed
atau empat tangan adalah teknik pelaksanaan penghisapan lendir yang
dilakukan oleh dua orang, yaitu operator dan asisten. Operator yang akan
berfokus pada penghisapan lendir yang dilakukan, sedangkan asisten akan
membantu pelaksanaan penghisapan lendir seperti menjaga posisi selang
endotracheal tube (ET) agar tetap pada posisinya, serta menciptakan
kenyamanan pada bayi seperti memposisikan tangan dan kaki fleksi jika
diperlukan.

Pelaksanaan penghisapan lendir oleh dua orang ini telah diteliti diberbagai
tempat dan menjadi menjadi rekomendasi serta panduan di beberapa rumah
sakit. Oleh karena itu, mahasiswa tertarik untuk menerapkan Evidence-
Based Nursing ini di ruang perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo dan
RSAB Harapan Kita Jakarta.

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan proyek inovasi ini yaitu:
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan kenyamanan neonatus dengan memberikan intervensi
keperawatan berdasarkan evidence-based nursing practice yaitu
pelaksanaan suctioning dengan teknik four-handed untuk
mengurangi stres dan meningkatkan perilaku pengaturan diri pada
neonatus di ruang Perinatologi.

1.2.2. Tujuan Khusus


1.2.2.1. Memberikan informasi bagi perawat terkait evidence-based
nursing practice pada pelaksanaan suctioning pada neonatus
1.2.2.2. Mengoptimalkan pemberian lingkungan yang nyaman pada
neonatus dengan teknik four-handed pada intervensi
suctioning
1.2.2.3. Membandingkan perilaku dan stres neonatus yang terapkan
four-handed pada saat penghisapan lendir dan pada saat tidak
diterapkan

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya proyek inovasi ini bagi pasien, perawat
dan praktik keperawatan, serta rumah sakit yaitu:

1.3.1. Manfaat Bagi Pasien


Mendapatkan pelayanan yang lebih nyaman dan berkualitas yaitu
mengurangi stres dan meningkatkan perilaku pengaturan diri
neonatus saat tindakan penghisapan lendir yang dilakukan
berdasarkan evidence-based nursing practice.

1.3.2. Manfaat Bagi Perawat dan Praktik Keperawatan


Menambah informasi bagi perawat mengenai pelaksanaan suction
pada neonatus dengan tetap memperhatikan aspek kenyamanan
neonatus. Bagi praktik keperawatan, proyek inovasi ini dapat

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan profesional


yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan evidence-based
nursing practice.

1.3.3. Manfaat Bagi Rumah Sakit


Menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam pengembangan
standar operasional prosedur pelaksanaan suction pada neonatus.

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

BAB 2
FOUR-HANDED SUCTIONING

2.1. Four-Handed Suctioning


Tindakan keperawatan di NICU membutuhkan pelaksanaan yang cepat,
tepat, efektif, dan efisien terhadap kesembuhan pasien. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan penelitian tentang asuhan keperawatan kepada
bayi di NICU terutama bayi prematur berkembang pesat. Salah satu
kemajuan dalam asuhan keperawatan kepada preterm adalah asuhan
perkembangan. Salah satu fokusnya adalah menciptakan kestabilan fisik
dan kenyamanan yang mendukung perkembangan bayi preterm secara
optimal. Dalam rangka mendukung terwujudnya asuhan perkembangan
tersebut, Cone, Pickler, Grap, McGrath, dan Wiley (2013) melakukan
penelitian tentang teknik four-handed pada tindakan penghisapan lendir
(suctioning).

Aplikasi teknik four-handed berbeda dengan perawatan seperti


pembedongan (swaddling) dan facilitated tucking. Pembedongan adalah
membungkus bayi dengan kain dengan fokus pada fleksi umum pada
ekstremitas dan sumbu tubuh. Pembedongan pada bayi dapat
meningkatkan kualitas tidur. Facilitated tucking yaitu memberikan posisi
secara manual kepada bayi dengan tujuan dan teknik yang hampir sama
dengan pembedongan yaitu memfleksikan ekstremitas pada sumbu tubuh
(Cone, Pickler, Grap, McGrath, & Wiley, 2013).

Berbeda dari pembedongan dan facilitated tucking yang hanya berfokus


pada bayi, perawatan four-handed ditujukan untuk bayi dan perawat.
Perawatan four-handed ini dijalankan oleh dua orang dengan orang
pertama disebut operator, yaitu yang berfokus pada tindakan, dan orang
kedua (asisten) tidak hanya berfokus pada stabilitas fisik bayi, tetapi juga
mendukung pelaksanaan tindakan agar berjalan efektif, efisien, dan aman
(Cone, Pickler, Grap, McGrath, & Wiley, 2013).

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

2.2. Respon Fisik, Stres, dan Perilaku


Respon fisik berupa perubahan pada denyut jantung dan saturasi oksigen
merupakan salah satu respon bayi terhadap tindakan seperti penghisapan
lendir. Jika kedua nilai ini stabil mengindikasikan bahwa tindakan dapat
ditoleransi dengan baik. Selain respon fisik, respon lainnya adalah respon
stres yang dapat dilihat adalah kadar kortisol darah yang juga sinkron
dengan kadar kortisol dalam saliva (Calixto, Martinez, Jorge, Moreira, &
Martinelli, 2002). Pelaksanaan prosedur yang tidak nyaman akan
meningkatkan kadar kortisol, begitu juga sebaliknya menurun pada
tindakan yang membuat nyaman seperti kontak kulit dengan kulit
(Morelius, Theodorsson, & Nelson, 2005). Respon selanjutnya dapat
dilihat dari respon perilaku.

Regulasi perilaku dapat dilihat dari variasi kondisi tidur, terjaga penuh,
dan menangis. Respon perilaku mampu beradaptasi dan mampu
meregulasi diri merupakan kemampuan berespon terhadap kondisi
lingkungan.

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

BAB 3
IDENTIFIKASI DAN PENYELESAIAN MASALAH

3.1. Identifikasi Evidence-Based Nursing Practice (EBN) dengan Analisis


PICO
3.1.1. Population
Bayi prematur yang dilakukan penghisapan lendir
3.1.2. Intervention
Penghisapan lendir dengan teknik four-handed
3.1.3. Comparation
Penghisapan lendir dengan teknik konvensional
3.1.4. Outcome
Kestabilan respon fisik dan perilaku bayi

3.2. Pertanyaan Masalah


Bagaimanakah keefektivitasan teknik four-handed pada saat penghisapan
lendir terhadap kestabilan respon fisik dan perilaku bayi prematur?
3.2.1.Topik utama dan kata kunci dari penelusuran jurnal berdasarkan
pertanyaan masalah:
a. Suctioning AND preterm
b. Preterm OR Neonate AND response AND NICU
c. Guideline AND preterm AND suctioning
3.2.2.Batasan Penelusuran Jurnal
a. Lima tahun terakhir
b. Penelitian dengan menggunakan metode Meta-Analysis,
Systematic Reviews, Randomised Control Trial, dan Case Study.

3.3. Database Penelusuran Jurnal


Penelusuran dilakukan melalui PubMed (Ebscho), CINAHL, Chocrane,
dan Proquest.

3.4. Hasil Penelusuran

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

Penulis & Judul Jurnal Desain Penelitian Intervensi dan outcome Hasil
Gonalves, R., Tsuzuki, L., & Carvalho, M. Integrative literature review Pelaksanaan suction Rekomendasi yang dihasilkan yaitu suction terutama
(2015). Endotracheal suctioning in intubated terhadap guidlines dan sistematic endotracheal suction dilaksanakan oleh sedikitnya 2 orang,
newborns: An integrative literature review. Rev review dengan atau tanpa meta- waktu penghisapan lendir harus kurang dari 15 detik,
Bras Ter Intensiva, 27(3):284-292 analisa yang dipublikasikan tekanan negatif suction harus dibawah 100mmHg.
dalam bahasa Inggris dari tahun Hioeroksigenasi seharusnya tidak dilakukan pada kondisi
2000-2013. Ditemukan 93 yang biasa. Namun jika terindikasi dibutuhkan, dapat
publikasi (57 dari Cochrane, 19 menaikkan nilai fraksi 10-20% dari nilai sebelumnya yang
dari PEDro, dan 17 dari PubMed), dilakukan 30-60 detik sebelum, selama, dan 1 menit
89 diantaranya dieksklusikan setelah prosedur.
karena bukan sistematic review
dengan atau tanpa meta-analisa,
serta bukan guidline.
Cone, S., Pickler, R., Grap, M., McGrath, J., & RCT dengan cross over yang Melakukan penghisapan lendir Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kestabilan fisik
Wiley, P. (2013). Endotracheal suctioning in dilakukan terhadap 20 bayi dengan teknik four-handed bayi antara suction konvensional dengan four-handed.
preterm infants using four-handed versus routine preterm yang terintubasi di ruang untuk kestabilan fisik bayi dan Namun, teknik four-handed dapat menurunkan stres dan
care. JOGNN,42:92-104 NICU respon perilaku pengaturan perilaku penolakan/pertahanan pada bayi saat dilakukan
diri yang baik suction serta meningkatkan perilaku pertahanan diri (0,001
dan 0,016)
Hadian, Z., & Sabet, R. (2013). The effect of Kuasi-eksperimental dengan Edukasi yang diberikan untuk Edukasi dapat meningkatkan performa perawat dalam
endotracheal tube suctioning education of nurses sampel 25 perawat NICU dan 50 meningkatkan performa melakukan suction dan menurunkan nyeri akibat suction
on decreasing pain in premature neonates. Iran J bayi preterm yang terintubasi perawat dalam melakukan pada neonatus, namun nyeri masih dalam kategori nyeri

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

Penulis & Judul Jurnal Desain Penelitian Intervensi dan outcome Hasil
Pediatric, 23(3);340-344 suction yang dilihat efeknya sedang, sehingga intervensi lainnya perlu untuk
terhadap nyeri pada bayi dipertimbangkan untuk menurunkan nyeri tersebut
Barbosa, A., Cardoso, M., Brasil, T., & Scochi, C. 104 bayi yang menggunakan Pengukuran alterasi Terjadi perubahan yang signifikan pada pernafasan dan
(2011). Endotracheal and upper airways terapi oksigen dan yang (perubahan) pada saturasi denyut jantung bayi. Saran dari penelitian ini yaitu perawat
suctioning: Changes in newborns physiological memerlukan suctioning pada ET oksigen dan denyut jantung dapat mengembangkan intervensi non farmakologis untuk
parameters. Eerp.usp.br/rlae, 19(6):69-76 dan jalan nafas atas. bayi saat tindakan suction mengurangi potensial perubahan berdasarkan parameter
fisiologis karena prosedur suction.

10

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

BAB 4
PLAN OF ACTION (POA)

Proyek inovasi dilaksanakan di ruang perinatologi RSUPN dr. Cipto


Mangunkusumo dan RSAB Harapan Kita dilakukan dengan pendekatan PDSA
(Plan-Do-Study-Act) yang akan dijelaskan berikut.
4.1. Plan
4.1.1.Mahasiswa merencanakan penerapan EBN yaitu teknik four-handed
suctioning terhadap 20 sampel bayi dengan usia gestasi kurang dari
37 minggu (prematur) yang terpasang alat bantu nafas berupa selang
endotracheal tube (ETT) maupun Continuous Positive Airway
Pressure (CPAP) dan dilakukan penghisapan lendir secara rutin
sedikitnya dua kali sehari. Respon fisiologis dan perilaku bayi akan
dinilai pada saat penghisapan lendir dengan metode four-handed
suctioning dan saat penghisapan lendir secara konvensional. Respon
fisiologis yang dinilai yaitu denyut jantung dan saturasi oksigen.
4.1.2.Hasil yang diharapkan yaitu teridentifikasinya respon fisiologis dan
respon perilaku bayi sebelum, saat, dan setelah tindakan penghisapan
lendir dengan metode konvensional dan metode four-handed.
4.1.3.Langkah-langkah pelaksanaan penerapan EBN ini meliputi:
a. Menyosialisasikan perencanaan pelaksanaan EBN, tata cara
pelaksanaan, dan menyamakan persepsi kepada perawat ruangan
terutama perawat NICU dan SCN 1, dan SCN 4.
b. Mempersiapkan dan melatih seorang asisten untuk merekam
proses pelaksanaan sesuai yang dinginkan
c. Mengidentifikasi sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu
bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (prematur) yang
terpasang selang endotracheal tube (ETT) maupun Continuous
Positive Airway Pressure (CPAP) dan dilakukan penghisapan
lendir secara rutin. Bayi dengan kelainan kromosom/abnormalitas
genetik, penyakit jantung kongenital, dan mendapatkan obat
sedasi akan dieksklusikan dari pelaksanaan ini.

11

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

d. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan kepala ruang


dan orang tua bayi untuk penerapan EBN dan perekaman yang
akan dilakukan terhadap bayi.
e. Pelaksanaan penghisapan lendir secara konvensional akan
dilakukan seperti biasa dengan satu orang perawat yaitu perawat
penanggungjawab pasien, dan akan dilakukan perekaman respon
fisiologis dan perilaku bayi.
f.Pelaksanaan metode four-handed suctioning dilakukan oleh
perawat penanggungjawab pasien dan mahasiswa residensi
pelaksana proyek inovasi ini.
g. Perekaman respon perilaku bayi dilakukan oleh asisten sejak 3
menit sebelum tindakan dan terus berlangsung sampai 5 menit
setelah tindakan. Pembacaan denyut jantung dan saturasi oksigen
juga dilakukan saat 3 menit sebelum pengisapan lendir
berlangsung, 3 detik setelah dimulai memasukkan selang suction
ke selang ETT atau hidung bayi, dan menit ke 5 setelah selesai
tindakan tersebut.
h. Perawat dan mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan.
4.2. Do
Pada tahap Do pada bayi yang akan dilakukan penghisapan lendir
dengan metode four-handed dilakukan proses:
a. Perawat dan mahasiswa residen mencuci tangan dan menghangatkan
tangan terlebih dahulu. Kemudian perawat menggunakan sarung
tangan steril.
b. Mahasiswa residen memposisikan bayi senyaman mungkin seperti
memfleksikan tangan dan kaki pada sumbu tubuh, namun hal ini tidak
mutlak harus dilakukan. Jika bayi sudah nyaman dengan posisinya,
asisten dapat membiarkan bayi menggenggam jarinya, memegang
kepala dan tangan satunya pada bagian ekstremitas bawah. Selain itu,
teknik four-handed juga mengutamakan asistensi dalam pelaksanaan
penghisapan lendir. Mahasiswa membantu membuka jendela

12

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

inkubator, memegang selang ETT agar tidak tercabut, dan


memperbaiki posisi selang CPAP.
c. Perekaman respon perilaku bayi terus berlangsung sampai 5 menit
setelah tindakan.

4.3. Study
Pada tahap ini mahasiswa mempelajari dan menganalisis perbedaan
respon fisiologis serta perilaku bayi sebelum, saat, dan setelah
penghisapan lendir baik pada kelompok prosedur konvensional dan
prosedur suction dengan four-handed berdasarkan data yang telah dicatat
dan penilaian respon kenyamanan bayi menggunakan Pediatric Comfort
Assessment (PCA).

4.4. Act
Evidence-Based Nursing yang diimplementasikan ini (four-handed
suctioning) diharapkan dapat menjadi Standar Operasional Prosedur
pelaksanaan suction pada bayi terutama pada bayi prematur.

Proyek inovasi ini dilaksanakan pada bulan maret sampai 22 April 2016, dengan
rincian sebagai berikut:

13

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

No Kegiatan Waktu dalam minggu Penanggung Hasil


Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Persiapan dan studi Mahasiswa PICO, dan


literatur jurnal EBN
2 Penyusunan proposal Mahasiswa Proposal EBN

3 Presentasi dan Mahasiswa,


sosialisasi S, SU, HN,
PP, PA
4 Persiapan dan Mahasiswa, Mahasiswa:
pelaksanaan PP dan PA menyiapkan
implementasi format
penilaian yang
akan
digunakan
5 Implementasi Mahasiswa, Pelaksanaan
PP, dan PA suction
dengan four-
handed
6 Evaluasi Mahasiswa, Evaluasi
PP, dan PA pelaksanaan
four-handed
suction
7 Penyusunan laporan Mahasiswa Laporan hasil
proyek inovasi
8 Presentasi hasil Mahasiswa, Laporan hasil
proyek inovasi S, SU, HN, proyek inovasi
PP, PA

14

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

BAB 5
HASIL PROYEK INOVASI

5.1. Hasil
Evidence Based Nursing Practice yang diterapkan pada bayi di ruang
perinatologi adalah pelaksanaan pengisapan lendir dengan menggunakan
empat tangan (dua orang). Inovasi ini dilaksanakan selama 11 minggu praktik
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan Kita. Pelaksanaan
ini dilakukan pada 20 bayi (10 bayi kelompok intervensi dan 10 bayi
kelompok kontrol). Proses implementasi terdiri dari tiga tahapan yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

5.1.1. Tahap Persiapan

Tahapan persiapan dimulai dengan mengumpulkan literatur dan


penyusunan proposal. Proposal proyek inovasi kemudian dikonsulkan
dengan pembimbing akademik dan pembimbing klinik untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Setelah proposal selesai,
residen mensosialisasikan perencanaan pelaksanaan EBN, tata cara
pelaksanaan, dan menyamakan persepsi kepada perawat ruangan
perinatologi yang terdiri dari head nurse, nurse educator, ketua tim, dan
perawat pelaksana. Selanjutnya, residen juga mempersiapkan dan
melatih seorang asisten untuk merekam proses pelaksanaan.

Kemudian residen mengidentifikasi sampel yang sesuai dengan kriteria


inklusi yaitu bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (prematur)
yang terpasang selang endotracheal tube (ETT) maupun Continuous
Positive Airway Pressure (CPAP) dan dilakukan penghisapan lendir
secara rutin. Dilanjutkan dengan memberikan penjelasan dan meminta
persetujuan kepala ruang dan orang tua bayi untuk penerapan EBN dan
perekaman yang akan dilakukan terhadap bayi.

15

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

5.1.2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penghisapan lendir secara konvensional akan dilakukan


seperti biasa dengan satu orang perawat yaitu perawat
penanggungjawab pasien, dan akan dilakukan perekaman respon
fisiologis dan perilaku bayi. Pelaksanaan metode four-handed
suctioning akan dilakukan oleh perawat penanggungjawab pasien dan
residen.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan yaitu:


a. Perawat dan residen mencuci tangan dan menghangatkan tangan
terlebih dahulu. Kemudian perawat menggunakan sarung tangan
steril.
b. Residen memposisikan bayi senyaman mungkin seperti
memfleksikan tangan dan kaki pada sumbu tubuh, namun hal ini
tidak mutlak harus dilakukan. Jika bayi sudah nyaman dengan
posisinya, asisten dapat membiarkan bayi menggenggam jarinya,
memegang kepala dan tangan satunya pada bagian ekstremitas
bawah. Selain itu, teknik four-handed juga memperhatikan
asistensi dalam pelaksanaan penghisapan lendir. Residen
membantu membuka jendela inkubator, memegang selang ETT
agar tidak tercabut, dan memperbaiki posisi selang CPAP.
c. Perekaman respon perilaku bayi dilakukan oleh asisten sejak 3
menit sebelum tindakan dan terus berlangsung sampai 5 menit
setelah tindakan. Pembacaan denyut jantung dan saturasi oksigen
juga dilakukan saat 3 menit sebelum pengisapan lendir
berlangsung, 3 detik setelah dimulai memasukkan selang suction
ke selang ETT atau hidung bayi, dan menit ke 5 setelah selesai
tindakan tersebut.
d. Setelah tindakan selesai, perawat merapikan alat dan residen
merapikan kembali bayi dan menutup jendela inkubator dengan
perlahan.

16

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

5.1.3.Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi residen mengolah dan menganalisis data yang


didapatkan pada tahap pelaksanaan. Hasilnya adalah sebagai berikut:

a. Distribusi responden berdasarkan usia gestasi, usia koreksi, dan


jenis kelamin

Tabel 3.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi
dan Usia Koreksi (N=20)
Variabel Kelompok N Mean SD
Usia gestasi Intervensi 10 32,9 2,13
Kontrol 10 32,7 2,11
Usia koreksi Intervensi 10 33,6 1,83
Kontrol 10 34,1 1,72

Tabel di atas memperlihatkan bahwa usia gestasi pada kelompok


kontrol memiliki rata-rata 32,7 dan pada kelompok intervensi 32,9.
Usia koreksi pada kelompok intervensi memiliki rata-rata 33,6 dan
kelompok kontrol 34,1.

b. Nilai saturasi dan denyut jantung pada saat dilakukan pengisapan


lendir pada kelompok kontrol dan intervensi
Nilai saturasi dan denyut jantung pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi diukur 3 menit sebelum memasukkan
selang suction, detik ke-5 saat dimasukkan selang suction ke
selang ETT maupun hidung bayi, serta 5 menit setelah selesai
prosedur, dapat ditunjukkan pada grafik berikut.

17

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

Nilai SpO2 (%)


92
90
88
86 SpO2 KK
84 SpO2 KI
82
80
78 Waktu
sebelum saat setelah

Grafik 1. Rerata nilai saturasi kelompok kontrol dan intervensi

Berdasarkan grafik di atas nilai saturasi pada kelompok kontrol


lebih rendah dibanding dengan kelompok intervensi. Hal ini
menggambarkan bahwa bayi pada kelompok intervensi lebih
nyaman dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hal yang sama juga terjadi pada denyut jantung yaitu kelompok
kontrol mengalami denyut jantung dengan nilai yang abnormal
dibandingkan dengan denyut jantung bayi pada kelompok
intervensi. Hal ini tergambar pada grafik di bawah ini.
Denyut jantung (kali/menit)

175
170
165
160 DJ KK
155 DJ KI
150
145
Waktu
140
Sebelum Saat Setelah

Grafik 2. Rerata nilai denyut jantung kelompok kontrol dan intervensi

18

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

Pada kelompok kontrol, terdapat satu sampel yang mengalami


penurunan denyut jantung secara drastis, hal ini mungkin dapat
terjadi pada pengisapan lendir yang terlalu dalam sehingga
merangsang barorefleks dan menimbulkan reflek vagal pada
saraf parasimpatis sehingga menurunkan denyut jantung (Zannin
et al., 2015).

Respon kenyamanan bayi saat dilakukan pengisapan lendir


didapatkan bahwa kelompok intervensi memiliki respon
perilaku yang lebih terkontrol dibandingkan kelompok kontrol.
Hal ini membuktikan bahwa kelompok intervensi lebih nyaman.
Hal ini tergambar pada grafik di bawah ini.
Skor PCA

20
18
16
14
12
PCA KK
10
8 PCA KI
6
4
2
0 Waktu

Sebelum Saat
Grafik 3. Rerata skor Kenyamanan (Pediatric Comfort Assessment)

5.1.4.Kendala yang Dihadapi

Dalam pelaksanaan proyek inovasi ini terdapat beberapa kendala,


diantaranya:

a. Terdapat beberapa perawat pelaksana yang tidak hadir pada saat


sosialisasi proyek inovasi, sehingga pada saat pelaksanaan residen
harus mengulang kembali penjelasan tentang proyek inovasi ini,
dan ini terjadi di beberapa ruangan.

19

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

b. Pada salah satu lahan praktik, residen keperawatan anak memiliki


keterbatasan ruang gerak di ruang NICU yang merupakan ruang
untuk pelaksanaan proyek inovasi ini karena di rumah sakit
tersebut bayi dengan CPAP dan ventilator hanya terdapat di ruang
NICU.

c. Residen keperawatan belum menemukan alat penilaian respon


perilaku pada saat dilakukan pengisapan lendir yang khusus untuk
bayi dengan penggunaan obat-obat sedasi dan kelainan
kromosom/abnormalitas genetik. Oleh karena itu sampel bayi
dengan kriteria tersebut harus dikeluarkan karena mempunyai
nilai yang ekstrim.

Gambar pelaksanaan pengisapan lendir dengan teknik empat tangan

20

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

BAB 6
PENUTUP

6.1 Simpulan
Teknik empat tangan dapat membuat bayi nyaman dan meningkatkan
kestabilan fisik saat dilakukan pengisapan lendir. Bayi dapat lebih tenang dan
respon perilaku lebih terkontrol.

6.2 Saran
a. Teknik ini agar dapat dilaksanakan saat melakukan pengisapan lendir pada
bayi di ruang perinatologi.
b. Dua orang pelaksana teknik ini dapat di atur yaitu dilaksanakan oleh
perawat penangunggjawab bayi yang dilakukan pengisapan lendir dan
ketua tim ruangan tersebut. Ketua tim dapat membantu pengisapan lendir
pada setiap bayi di ruang tersebut secara bergantian.

21

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 3

DAFTAR PUSTAKA

Altimier, L. (2007). Neonatal intensive care units (NICU) environment. In C.


Kenner & J.W. Lott (Eds.). Comprehensive neonatal care: A physiologic
perspective. St. Louis: W.B. Saunders.

American Association of Critical Care Nurses. (2005). AACN standards for


establishing and sustaining healthy work environments: A journey to
excellence. American Journal of Critical Care, 14(3), 187-197.

Barbosa, A., Cardoso, M., Brasil, T., & Scochi, C. (2011). Endotracheal and upper
airways suctioning: Changes in newborns physiological parameters. Rev
Lat Am Enfermagem, 19(6), 69-76.

Calixto, C., Martinez, F. E., Jorge, S. M., Moreira, A. C., Martinelli, C. E. (2002).
Correlation between plasma and salivary cortisol levels in preterm infants.
The Journal of Pediatrics, 140(1), 116-118.

Cone, S., Pickler, R., Grap, M., McGrath, J., & Wiley, P. (2013). Endotracheal
suctioning in preterm infants using four-handed versus routine care.
JOGNN, 42(1), 92-104.

Gonalves, R., Tsuzuki, L., & Carvalho, M. (2015). Endotracheal suctioning in


intubated newborns: An integrative literature review. Rev Bras Ter
Intensiva, 27(3), 284-292.

Hadian, Z., & Sabet, R. (2013). The effect of endotracheal tube suctioning
education of nurses on decreasing pain in premature neonates. Iran J
Pediatric, 23(3), 340-344.

McEwen, M., & Wills, E., (2010). Theoretical basis for nursing: Third edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Morelius, E., Theodorsson, E., & Nelson, N. (2005). Salivary cortisol and mood
and pain profiles during skin-to-skin care for an unselected group of
mothers and infants in neonatal intensive care. Pediatrics, 16(1), 1105-1113.

Zannin, E., Pellegrino, R., Di Toro, A., Antonelli, A., Dellac, R. L., & Bernardi,
L. (2015). Parasympathetic stimuli on bronchial and cardiovascular systems
in humans. PLoS ONE, 10(6), 112.

22

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 4

LAMPIRAN 4
(Riwayat Hidup Penulis)

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 4

LEMBAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nova Fajri


Tempat dan tanggal lahir : Banda Aceh, 24 November 1987
Alamat : Jln. K. Usman, lrg. Lampoh Paleung I no. 1 Gampong Ilie,
kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh (23119)
e-mail : novafajri58@gmail.com

Riwayat Pendidikan:
1. SDN 56 Banda Aceh tahun 1993 - 1999
2. SMPN 1 Banda Aceh tahun 1999 - 2002
3. SMAN 3 Banda Aceh tahun 2002 - 2005
4. Program Sarjana Keperawatan PSIK FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2005 2009
5. Program Profesi Ners PSIK FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2009
2011
6. Program Pascasarjana Peminatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia tahun 2013 sekarang.

Riwayat Pekerjaan:
1. Asisten Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh 2006 2007
2. Asisten Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh 2007 2008
3. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2011
sekarang
4. Penguji tamu Skripsi dan KIAN Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016


Lampiran 4

Pelatihan yang diikuti:


1. Pelatihan deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang (tahun 2014)
2. Pelatihan resusitasi neonatus (tahun 2015)
3. Pelatihan konseling menyusui (tahun 2015)
4. Pelatihan perawatan metode kanguru (tahun 2015)

Seminar dan Workshop yang diikuti:


1. Perlindungan hukum profesi perawat (2014)
2. Sekolah ilmiah pascasarjana (2014)
3. Aplikasi EBN dalam keperawatan anak (Workshop-2014)
4. Meningkatkan peran perawat anak dalam penyelamatan hidup anak secara
optimal (Workshop-2015)
5. Sumbangsih ilmuwan muda untuk Indonesia (2016)

Asuhan keperawatan ..., Nova Fajri, 2016

Anda mungkin juga menyukai