Anda di halaman 1dari 100

HUBUNGAN TIPE PREMENSTRUAL SYNDROME DAN UMUR REMAJA

DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWI

DI SMA NEGERI 6 KOTA PADANG

Skripsi
Diajukan ke Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh

ROCCY ASKA PORTA


No.BP. 1610332010

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2020

i
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Roccy Aska Porta

No. BP : 1610332010

Tanda Tangan :

ii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
PERSETUJUAN SKRIPSI OLEH PEMBIMBING

HUBUNGAN TIPE PREMENSTRUAL SYNDROME DAN UMUR REMAJA

DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWI

DI SMA NEGERI 6 KOTA PADANG

Oleh :

ROCCY ASKA PORTA

No.BP. 1610332010

Hasil penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap


untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang, Oktober 2020

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Rauza Sukma Rita, Ph.D Hj. Ulvi Mariati, S.Kp, M.Kes

NIP. 19840802 200912 2 003 NIP. 19500101 197409 2 001

iii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Rauza Sukma Rita, Ph.D Hj. Ulvi Mariati, S.Kp, M.Kes
NIP. 19840802 200912 2 003 NIP. 19500101 197409 2 001

Disahkan oleh:
Ketua Prodi S1 Kebidanan FK Unand

Yulizawati, SST, M.Keb


NIP. 19810720 201404 2 001

Diketahui oleh :
Dekan Fakultas Kedokteran Unand

Dr. dr. Rika Susanti, SpF.M (K)


NIP. 19760731 200212 2 002

iv
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN TIPE PREMENSTRUAL SYNDROME DAN UMUR REMAJA


DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWI
DI SMA NEGERI 6 KOTA PADANG

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

ROCCY ASKA PORTA


No. BP. 1610332010

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada X September 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Tim Penguji

Nama Jabatan Tanda Tangan

Hj. dr. Ermawati, SpOG(K) Ketua Tim Penguji

Erda Mutiara Halida, S. ST, M. Keb. Sekretaris

Abdiana, SKM, M.Epid Anggota

dr. Rauza Sukma Rita, Ph.D Anggota

Hj. Ulvi Mariati, S.Kp, M.Kes Anggota

v
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Andalas, saya yang bertandatangan di


bawah ini:
Nama : Roccy Aska Porta
No.BP : 1610332010
Program Studi : S1 Kebidanan
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Andalas Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN TIPE PREMENSTRUAL SYNDROME DAN UMUR REMAJA
DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWI DI
SMA NEGERI 6 KOTA PADANG

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Andalas berhak menyimpan, mengalih media/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Padang
Pada Tanggal: 13 Oktober 2020
Yang Menyatakan

Roccy Aska Porta

vi
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Roccy Aska Porta

Tempat, tanggal lahir : Jambi, 26 Oktober 1996

Alamat : Kompl. Azhadi II, Jl. Gurun Tanjung, Kel. Pakan

Kurai, Kec. Guguk Panjang, Bukittinggi.

No Telp/HP : 081268120886

E-mail : roccyaska@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 07 Koto Alam, lulus tahun 2009

2. SMP Negeri 8 Kota Bukittinggi, lulus tahun 2012

3. SMA Negeri 3 Kota Bukittinggi, lulus tahun 2015

4. Pendidikan Fisika UNP 2015-2016

5. S1 Kebidanan FK Unand 2016-2020

vii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tipe Premenstrual Syndrome

dan Umur Remaja dengan Kejadian Premenstrual Syndrome pada Siswi di

SMA Negeri 6 Kota Padang”. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad

SAW, semoga kita selalu dapat meneladani segala sisi dalam kehidupan beliau.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan untuk mendapatkan gelar Sarjana Kebidanan Program Studi S1

Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Proses penyusunan skripsi

ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas yang telah

memfasilitasi penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas.

2. Ketua Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas Ibu Yulizawati, SST, M.Keb.

3. Pembimbing I, Ibu dr. Rauza Sukma Rita, Ph.D, dan Pembimbing II, Ibu

Hj. Ulvi Mariati, S.Kp, M.Kes, yang telah banyak memberikan

bimbingan, arahan, masukan, serta meluangkan waktu untuk berdiskusi

hingga penyusunan skripsi ini selesai.

4. Penguji skripsi, Ibu Hj. dr. Ermawati, Sp.OG (K), Ibu Erda Mutiara

Halida, S.ST, M.Keb, dan Ibu Abdiana SKM, M.Epid yang telah

viii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi

ini sehingga menjadi lebih baik.

5. Ibu Aldina Ayunda Insani, Bd., M.Keb selaku pembimbing akademik yang

telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis selama menjalani

perkuliahan.

6. Ibu Feni Andriani, Bd., M.Keb selaku koordinator tim pengelola skripsi

Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

7. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Program Studi S1 Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas.

8. Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Padang dan SMA

Negeri 6 Kota Padang yang telah memberikan izin dalam mengakses data

dan informasi yang diperlukan peneliti.

9. Keluarga tercinta khususnya Papa, Mama, Ayah, Mamak, Uda, Kakak dan

adi-adik yang selalu memberikan semangat yang tidak terhenti dan doa

yang tidak terputus demi kelancaran pembuatan skripsi ini.

10. Tiara Mardalifa, Indira Putri Alpian, Putri Nabila, Yulida Anggia, Edrika

Fuja Lestari, Feby Suryafma, Yolanda Annisa Adella, Hayatul Azizah,

Vegy Gustianra, Arie Van Diemen Sitinjak, M. Habibi Afdal N., Zaky

Andrean, Robbi, Maulana Aflah dan Fajry Subetri yang telah membantu

dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman KKN Bilateral Unand, Aziz, Fahreza, Nikko, Faisal, Jihan,

Sonia, Bella, Audy dan Elfi.

12. Teman-teman KKN Gel. 102 Unhas di Posko Lonrae, Alif, Nabila, Mike,

Aida, Indra, Astri, Rani, Virda, Dandi, Salsya, dan Wiwik.

ix
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
13. Keluarga F16ROSA yang selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis.

14. Keluarga S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

15. Kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari skripsi ini, baik

dari materi maupun teknik penyajian, mengingat keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Padang, 13 Oktober 2020

Penulis

x
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BACHELOR OF MIDWIFERY PROGRAM

FACULTY OF MEDICINE
ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate These, October 2020

ROCCY ASKA PORTA, No.BP.1610332010

RELATIONSHIP BETWEEN TYPE OF PREMENSTRUAL SYNDROME AND


THE AGE OF ADOLESCENTS WITH THE INCIDENCE OF PREMENSTRUAL
SYNDROME FOR STUDENTS AT SENIOR HIGH SCHOOL NUMBER 6
PADANG.

100 pages, 8 tables, 10 attachments

ABSTRACT

Background and Research Purpose


Adolescence is a period of puberty which is marked by the arrival of menstruation in
young women aged 10-19 years. Teens will complain of several symptoms before and
during menstruation which is called PMS. PMS consisted of types A, C, D, and H. This
study was conducted to determine the relationship between the type of PMS and the age
of adolescents with the incidence of PMS in female students in SMA Negeri 6 Padang
City.

Methods
This type of research is analytic with a cross sectional design. The research sample were
83 female students of SMA Negeri 6 Padang City. Sampling was carried out by
proportional random sampling based on inclusion and exclusion criteria. The research
instrument used a PMS questionnaire to determine the type and degree of validated PMS.
Data were analyzed bivariately with the chi-square test.

Results
The results showed that most of the samples were middle adolescence (14-16 years) with
the most complained types of PMS was types A with the incidence was range from mild
to moderate PMS. Bivariate analysis to determine the relationship between the type of
PMS and the incidence of PMS showed p value = 0.107 with chi-quare test and to
determine the relationship between adolescent age and the incidence of PMS showed p
value = 0,891.

Conclution
In conclusion, most of the respondents complained about PMS and there was no
significant relationship between the type of PMS and the age of adolescents with the
incidence of PMS (p> 0.05). This can be caused by several factors such as physical
activity, stress, nutritional status, diet and sleep patterns, and family history. Therefore,
health promotion related to PMS issue needs to be increased so that the incidence of PMS
in students at SMA Negeri 6 Padang City may decrease.

Keywords: types of PMS, severity of PMS, adolescence, high school student,


menstruation

xi
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
PROGRAM S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Oktober 2020

ROCCY ASKA PORTA, No.BP.1610332010

HUBUNGAN TIPE PREMENSTRUAL SYNDROME DAN UMUR REMAJA


DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWI DI SMA
NEGERI 6 KOTA PADANG

100 halaman, 8 tabel, 10 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian


Remaja merupakan masa pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi pada
remaja putri saat berusia 10-19 tahun. Remaja akan mengeluhkan beberapa gejala
sebelum dan saat menstruasi yang disebut dengan PMS. PMS terdiri dari tipe A, C, D,
dan H. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tipe PMS dan umur remaja
dengan kejadian PMS pada siwi di SMA Negeri 6 Kota Padang.

Metode
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian
adalah 83 orang siswi SMA Negeri 6 Kota Padang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan proportional random sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner PMS untuk mengetahui tipe dan derajat
PMS yang telah divalidasi. Data dianalisis secara bivariat dengan uji chi-square.

Hasil
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel adalah middle adolescence (14-16
tahun) dengan tipe PMS paling banyak yang dikeluhkan adalah tipe PMS A dengan
kategori tidak PMS hingga PMS ringan. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
hubungan antara tipe PMS dengan kejadian PMS dengan nilai p=0,107 dan hubungan
umur remaja dengan kejadian PMS didapatkan nilai p=0,891.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan, sebagian besar responden mengeluhkan PMS dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tipe PMS dan umur remaja dengan kejadian PMS
(p>0,05). Hal ini dapat disebakan oleh beberapa faktor seperti aktivitas fisik, stres, status
gizi, pola makan dan pola tidur, serta riwayat keluarga. Oleh karena itu, promosi
kesehatan terkait PMS perlu ditingkatkan agar kejadian PMS pada siswi di SMA Negeri 6
Kota Padang dapat menurun.

Kata Kunci : tipe PMS, derajat PMS, remaja, siswi SMA, menstruasi

xii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii


PERSETUJUAN SKRIPSI OLEH PEMBIMBING ......................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ........................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umun ........................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8


2.1 Premenstrual Syndrome ..................................................................... 8

2.1.1 Pengertian ................................................................................. 8

xiii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2.1.2 Etiologi ..................................................................................... 8

2.1.3 Menifestasi Klinis .................................................................... 9

2.1.4 Faktor Risiko .......................................................................... 11

2.1.5 Epidemiologi .......................................................................... 12

2.1.6 Patofisiologi ........................................................................... 12

2.1.7 Dampak .................................................................................. 14

2.1.8 Penatalaksanaan ..................................................................... 15

2.2 Tipe Premenstrual Syndrome .......................................................... 18

2.3 Umur Remaja ................................................................................... 20

2.4 DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder-Fourth Edition-Text Rrevesion) ................................................. 20

2.5 Kerangka Teori ................................................................................ 25

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .... 26


3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ...................................................... 26

3.2 Hipotesis .......................................................................................... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 27


4.1 Jenis Rancangan Penelitian .............................................................. 27

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 27

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 27

4.3.1 Populasi Penelitian ................................................................. 27

4.3.2 Sampel Penelitian ................................................................... 27

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel.................................................. 29

xiv
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.3.5 Kriteria Sampel ...................................................................... 31

4.4 Variabel Penelitian ........................................................................... 31

4.4.1 Klasifikasi Variabel ................................................................ 31

4.4.2 Defenisi Operasional .............................................................. 32

4.5 Instrumen Penelitian ........................................................................ 34

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ......................... 34

4.6.1 Uji Validitas ........................................................................... 34

4.6.2 Uji Reliabilitas ....................................................................... 36

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data .............................. 37

4.7.1 Data Primer ............................................................................. 37

4.7.2 Data Sekunder ......................................................................... 37

4.7.3 Persiapan Penelitian ................................................................ 37

4.7.4 Penentuan Responden ............................................................ 37

4.7.5 Pengambilan Data .................................................................. 38

4.7.6 Pengumpulan Data ................................................................. 38

4.8 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 39

4.8.1 Pengolahan Data ..................................................................... 39

4.8.2 Analisis Data .......................................................................... 40

BAB 5 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 41


5.1 Analisis Univariat ............................................................................ 41

5.1.1 Tipe Premenstrual Syndrome ................................................. 41

xv
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
5.1.2 Umur Remaja ......................................................................... 42

5.1.3 Kejadian Premenstrual Syndrome......................................... 43

5.2 Analisis Bivariat .............................................................................. 43

5.2.1 Hubungan Tipe PMS dan Kejadian PMS............................... 43

5.2.2 Hubungan Umur Remaja dan Kejadian PMS ........................ 44

BAB 6 PEMBAHASAN ...................................................................................... 46


6.1. Tipe PMS ......................................................................................... 46

6.2. Umur Remaja ................................................................................... 47

6.3. Kejadian Premenstrual Syndrome ................................................... 48

6.4. Hubungan Tipe PMS dengan Kejadian PMS .................................. 50

6.5. Hubungan Umur Remaja dengan Kejadian PMS ............................ 54

6.6. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 56

BAB 7 PENUTUP................................................................................................ 58
7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 58

7.2 Saran ................................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59


Lampiran ............................................................................................................. 64

xvi
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kesetaraan Kriteria Diagnostik ....................................................... 25


Tabel 4.1 Nilai Uji Validitas PMS ...................................................................... 33
Tabel 4.2 Nilai Uji Reliabilitas PMS.................................................................. 34

xvii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
DAFTAR SINGKATAN

ACOG : American College Obstretricians and Gynecologist

APA : American Phychiatric Association

BKKBN : Badan Kependudukan Keluarga Berencana

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-

Fourth Edition- Test Revision

GABA : Gamma Amino Butyric Acid

G FORM : Google Forms

HPA : Hypotalamic Pituitary Axis

LCH : Lembar Catatan Harian

MDQ : Menstrual Distress Quetionnaire

PKB Penyuluh Keleuarga Berencana

PLKB : Petugas Lapangan Keluarga Berencana

PMDD Premenstrual Dysphoric Disorder

PMS : Premenstrual Syndrome

SMA : Sekolah Menengah Atas

SSPS : Statistical Package for Social Science

SSRI : Selective Serotonin Reuptake Inhibitors

UKS : Unit Kesehatan Sekolah

WHO : World Health Organization

xviii
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2. Anggaran Biaya Penelitian

Lampiran 3. Permohonan Responden

Lampiran 4. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

Lampiran 6. Etik Penelitian

Lampiran 7. Master Tabel

Lampiran 8. Hasil Penelitian

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

Lampiran 10. Surat Pernyataan Telah Selesai Meneliti

xix
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO, 2015) remaja adalah

seseorang yang memiliki rentang usia 10-19 tahun. Masa remaja terbagi atas 3

kelompok yaitu remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa

remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16 tahun dan masa remaja akhir

(late adolescence) berusia 17-19 tahun. Remaja merupakan proses seseorang

mengalami masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang mengalami

perubahan psikologis, kognitif, dan seksualitas. Peralihan masa kanak-kanak

menjadi dewasa sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas merupakan

masa dimana remaja mengalami kematangan seksual dan organ reproduksi yang

sudah mulai berfungsi. Masa pubertas pada remaja wanita ditandai dengan

mulainya menstruasi (Prawirohardjo, 2012).

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis yang merupakan peristiwa

pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari

mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause,

kecuali pada masa hamil dan laktasi (Purwoastuti & Walyani, 2015). Wanita akan

mengalami beberapa gejala dan keluhan tertentu sebelum datang menstruasi yang

biasanya dikenal dengan Premenstrual Syndrome (Ratikasari, 2015).

Premenstrual Syndrome adalah kumpulan gejala dan keluhan fisik, psikis

dan perilaku yang terjadi pada wanita reproduksi yang muncul secara siklik dalam

rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang saat atau telah

selesai menstruasi (Suparman, 2011).

1
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Dari meta analisis 17 studi dengan 18.803 orang didapatkan prevalensi

PMS 40% di Eropa, 85% di Afrika, 60% di Amerika Selatan dan 46% di Asia

(Moghadam, 2014). Angka kejadian PMS di Negara Turki dari tahun 2014 ke

tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu 47% (Goker et all. 2016) hingga 84,5%

(Iski et all. 2016). Berdasarkan penelitian Acikgoz tahun 2017 dan Allihabi tahun

2019, prevalensi PMS di Arab Saudi juga mengalami peningkatan dari 58,1%

hingga 60,7%. Dari hasil penelitian tersebut maka angka kejadian PMS diberbagai

negara dapat dikatakan mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Kejadian PMS di Indonesia sendiri diberbagai daerah maupun provinsi

juga mengalami peningkatan. Berdasarkkan hasil penelitian oleh Fatimah (2016),

Dewi (2017) dan Renata (2018) angka kejadian PMS pada remaja putri di

Yogyakarta berturut-turut yaitu 32,8%, 40,3% dan 54,5%. Pada daerah Jawa

Timur, PMS juga mengalami peningkatan pada siswi SMA dari tahun 2018 ke

tahun 2019 yaitu 55,6 % (Estiani, 2018) hingga 61,5% (Abriani, 2019). Prevalensi

PMS di Sumatera Barat juga mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun

2017 yaitu sebanyak 51,8% (Siantina, 2010) hingga 98% pada siswi SMA (Helmi,

2017).

Gejala dan keluhan fisik dari PMS dibagi menjadi beberapa tipe yaitu

PMS A, PMS C, PMS D dan PMS H. Keluhan PMS tipe A yang sering dirasakan

oleh wanita berupa rasa cemas, mudah tersinggung, pikiran tertekan dan mudah

marah. Pada PMS tipe C keluhan yang dirasakan adalah sering merasa lapar,

adanya keinginan untuk mengkonsumsi makanan/minuman manis, mudah merasa

lelah dan pusing. Untuk PMS tipe D biasanya wanita akan mengeluhkan sulit

untuk berkonsentrasi, ingin menangis tanpa alasan yang jelas, depresi dan

2
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
gangguan tidur. Adapun gejala dan keluhan tipe PMS H yang dirasakan seperti

perut kembung, nyeri payudara, pembengkakan pada tangan dan kaki serta

peningkatan berat badan (Andrews, 2010) dan (Suparman, 2011).

Menurut Dr. Guy E. Abraham dalam Suryono (2009), ahli kandungan dan

kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA Amerika Serikat, sekitar 80% wanita

mengalami gangguan PMS tipe A, 60% PMS tipe H, 40% PMS tipe C dan tipe D

sebanyak 20%. Hasil penelitian Saputri tahun 2016 didapatkan 7.7% siswi

mengalami PMS tipe A, 3,5% PMS tipe C, 2,1% PMS tipe D, 1,4% PMS tipe H.

Beberapa siswi juga mengalami gejala gabungan misalnya tipe AHDC sebanyak

48,8%, tipe ACD 30,6%, tipe AHC 9,1%, tipe AC 5,8%, tipe AHD 3,3%, tipe

HCD 0,8% dan tipe AH sebanyak 0,8%.

Penyebab PMS sampai saat ini belum diketahui pasti namun ada banyak

teori yang dikemukakan para ahli sebelum dekade 1980-an untuk menerangkan

penyebab dari PMS ini. Hasil penelitian PMS pada dua dekade terakhir

menyimpulkan bahwa etiologi PMS tidak hanya satu melaikan suatu interaksi

yang sangat kompleks antara hormon-hormon (Suparman, 2011). Menurut Pertiwi

(2016) salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadi PMS adalah umur/usia.

Remaja putri yang berumur 14 tahun dilaporkan mengalami PMS sebanyak 1,7%,

umur 15 tahun sebanyak 15,5%, umur 16 tahun sebanyak 72,4%, umur 17

sebanyak tahun 8,6% dan umur 18 tahun sebanyak 1,7%.

Dampak dari keluhan PMS ini memberi pengaruh yang cukup besar

terhadap penurunan produk aktivitas kerja, sekolah, sosial dan hubungan

interpersonal. Sebanyak 80% wanita dengan PMS melaporkan berkurangnya

produktifitas dan tingkat kehadiran kerja selama sekitar satu minggu per bulan

3
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
akibat gejala PMS (Ramadani, 2012). Remaja putri dengan gangguan PMS akan

mengalami beberapa penurunan seperti kondisi mental, peran fisik dan fungsi

sosial yang dapat mengganggu kualitas kesehatan, konsentrasi, prestasi dan

keaktifan kegiatan belajar di sekolah bahkan mereka juga dapat menjadi mudah

marah atau menangis dibanding hari biasanya (Delara dkk, 2012).

Berdasarkan penelitian Ramadani pada tahun 2012, kurang lebih 20% dari

wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS sedang sampai berat. Sekitar 3-8

persen memiliki gejala hingga parah yang disebut Premenstrual Dysphoric

Disorder (PMDD). Wanita dengan PMDD akan mengalami kegagalan

penyesuaian sosial dan pengurangan kualitas kehidupan. Kegagalan ini berupa

emosi yang tidak stabil dan rasa cepat marah. Kondisi ini menyebabkan seseorang

menjadi lebih sering marah ketika mengalami menstruasi sehingga membuat

orang lain tidak nyaman untuk berinteraksi (Glasier, 2005).

Data dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional kota

Padang menyatakan ada beberapa Sekolah Menengah Atas yang rutin diadakanya

kegiatan konseling kesehatan reproduksi remaja yang dikelola langsung oleh

PKB/PLKB, salah satunya yaitu SMA Negeri 6 Kota Padang. Hasil survey awal

melalui wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang siswi kelas X, XI, XII

dengan rentang umur 14-18 tahun di SMA Negeri 6 Kota Padang, mereka

mengaku merasakan beberapa keluhan dan gejala yang terjadi sebelum atau saat

menstruasi yaitu sering merasakan keluhan seperti nyeri pada perut dan payudara

terasa tegang (PMS H), cemas dan mudah marah (PMS A), sering merasa lapar

(PMS C) serta sulit untuk berkonsentrasi saat belajar (PMS D). Mereka juga

mengaku bahwa keluhan dan gejala tersebut mengganggu aktivitas proses belajar

4
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
mereka disekolah dimana mereka harus beristirahat di ruang UKS selama kurang

dari satu jam.

Berdasarkan data-data dan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

mengetahui hubungan tipe premenstrual syndrome dan umur remaja dengan

kejadian premenstrual syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun

2020.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

tipe premenstrual syndrome dan umur remaja dengan kejadian premenstrual

syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun 2020?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umun

Mengetahui hubungan tipe premenstrual syndrome dan umur remaja

dengan kejadian premenstrual syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota

Padang Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi tipe premenstrual syndrome pada siswi di

SMA Negeri 6 Kota Padang

2. Mengetahui distribusi frekuensi umur remaja pada siswi di SMA Negeri 6

Kota Padang

3. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian premenstrual syndrome pada

siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang

5
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4. Mengetahui hubungan tipe premenstrual syndrome dengan kejadian

premenstrual syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun

2020.

5. Mengetahui hubungan umur remaja dengan kejadian premenstrual

syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk memberikan data ilmiah tentang hubungan tipe premenstrual

syndrome dan umur remaja dengan kejadian premenstrual syndrome pada siswi di

SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun 2020

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Manfaat bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan peneliti tentang

penyebab, faktor risiko, patofisiologi dan penatalaksanaan premenstrual syndrome

baik secara non farmakologi maupun farmakologi. Penelitian ini juga dapat

menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan tipe premenstrual syndrome

dan umur remaja dengan kejadian premenstrual syndrome pada siswi di SMA

Negeri 6 Kota Padang Tahun 2020 serta hasil penelitian ini juga bisa menjadi

bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2.2 Manfaat bagi Pemerintah

Manfaat bagi Pemerintah adalah untuk memberikan informasi ilmiah

mengenai distribusi frekuensi tipe premenstrual syndrome, umur remaja dan

kejadian premenstrual syndrome serta hubungan tipe premenstrual syndrome dan

umur remaja dengan kejadian premenstrual syndrome pada siswi di SMA Negeri

6
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
6 Kota Padang Tahun 2020. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan

evaluasi untuk meningkatkan status kesehatan reproduksi remaja melalui

pemberian informasi, pendidikan kecakapan hidup (life skills education),

pelayanan konseling, rujukan pelayanan medis, serta kegiatan penunjang. Selain

itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu kesehatan, khususnya di Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas.

1.4.2.3 Manfaat bagi Masyarakat dan Responden

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan responden tentang

penyebab, faktor risiko, patofisiologi dan penatalaksanaan premenstrual syndrome

serta hubungan tipe premenstrual syndrome dan umur remaja dengan kejadian

premenstrual syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun 2020.

7
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Premenstrual Syndrome

2.1.1 Pengertian

Premenstrual Syndrome adalah kumpulan gejala dan keluhan fisik, psikis

dan perilaku yang terjadi pada wanita reproduksi yang muncul secara siklik dalam

rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang saat atau telah

selesai menstruasi. Premenstrual Syndrome mampu mempengaruhi gaya hidup

dan aktivitas seseorang (Suparman, 2011).

Menurut Saryono (2009) premenstrual syndrome (PMS) adalah gangguan

siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, yang ditandai

dengan adanya kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi secara konsisten

terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi akibat perubahan hormonal, yang

berhubungan dengan siklus ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan

menstruasi. Gejalanya biasanya terjadi secara regular pada 7-14 hari sebelum

datangnya menstruasi.

Premenstrual syndrome merupakan suatu keadaan yang menerangkan

bahwa sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus

menstruasi. Biasanya, gejala tersebut muncul pada 7-10 hari sebelum menstruasi

dan menghilang ketika menstruasi selesai (El Manan, 2011).

2.1.2 Etiologi

Ada banyak teori yang dikemukakan para ahli sebelum dekade 1980-an

untuk menerangkan penyebab dari PMS ini, tetapi penyebab pasti belum

diketahui. Namun hasil penelitian PMS pada dua dekade terakhir menyimpulkan

8
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
bahwa etiologi PMS tidak hanya satu melaikan suatu interaksi yang sangat

kompleks antara hormon-hormon (Suparman, 2011).

Penyebab yang dapat dimungkinkan dari PMS ini adalah yang

berhubungan dengan faktor-faktor hormonal, genetik, biologi, sosial, psikis, gaya

hidup dan aktivitas fisik. (Aulia & Saryono, 2009).

2.1.3 Menifestasi Klinis

Menurut Andrews (2010) dan Suparman (2011) gejala PMS sangat banyak

dan bermacam-macam serta dapat mempengaruhi hampir semua sistem tubuh.

Gejala sering dikelompokkan ke dalam tiga kategori dan wanita sering mengalami

perpaduan dari setiap kelompok :

1. Gejala Fisik

Gejala fisik yang khas yang dialami wanita ketika PMS yaitu

diantaranya :

a. Nyeri tekan dan pembengkakan pada payudara

b. Pembengkakkan pada tangan dan kaki

c. Nyeri sendi dan otot

d. Peningkatan berat badan

e. Perut kembung

f. Sakit kepala dan migraine

g. Ketidaknyamanan pada panggul

h. Perubahan pola buang air besar

i. Perubahan nafsu makan

j. Mual

k. Jerawat

9
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2. Gejala Psikologis

Banyak wanita merasa bahwa manisfestasi psikologis PMS

merupakan gejala yang paling sulit ditoleransi karena mereka sering

merasa diluar kendali, dan sangat bingung dengan perilakunya sendiri.

Gejala psikologis yang paling umum diantaranya yaitu :

a. Rasa cemas

b. Kebingungan

c. Pelupa

d. Irritabilitas/perasaan yang mudah tersinggung

e. Mudah marah

f. Depresi

3. Gejala Perilaku

Berbagai perubahan perilaku dilaporkan bertambah selama fase PMS,

perubahan itu meliputi :

a. Kehilangan konsentrasi

b. Penurunan penampilan kerja

c. Perasaan lelah dan lesu

d. Gangguan tidur

e. Berkurangnya hasrat seksual

f. Nafsu makan meningkat

g. Penarikan diri dari sosial

10
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2.1.4 Faktor Risiko
Menurut Pertiwi (2016) PMS sering dialami oleh wanita yang peka

terhadap perubahan hormonal dan siklus menstruasi. Faktor yang dapat

meningkatkan terjadi PMS yaitu :

1. Paritas, PMS akan lebih berat jika setelah melahirkan beberapa anak,

terutama kehamilan dengan komplikasi saat kehamilan.

2. Status perkawinan, wanita yang sudah menikah lebih sering

mengeluhkan PMS dibanding dengan wanita yang belum menikah.

3. Umur, umur menjadi salah satu penyebab terjadi PMS karena

berkaitan dengan faktor hormon.

4. Stress, faktor stres akan memperberat gejala PMS akibat

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, dimana

dijumpai kadar estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar

progesteron saat PMS.

5. Diet, kebiasaan makan tinggi gula akan memperparah PMS.

6. Kekurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin B6, magnesium,

kalsium dan zat besi.

7. Minuman beralkohol dan kebiasaan merokok dapat memperburuk

keluhan PMS.

8. Kegiatan fisik, kurang olahraga memperberat gejala PMS.

9. Pola tidur, pola tidur yang buruk dapat meningkatkan gejala dan

keluhan PMS

10. Riwayat keluarga, genetik berperan penting pada kejadian PMS yang

biasanya terjadi dua kali lebih tinggi (93%) pada kembar satu telur

dibanding kembar dua telur (44%).

11
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2.1.5 Epidemiologi

Dari meta analisis 17 studi dengan 18.803 orang didapatkan prevalensi

PMS 40% di Eropa, 85% di Afrika, 60% di Amerika Selatan dan 46% di Asia

(Moghadam, 2014). Angka kejadian PMS di Negara Turki dari tahun 2014 ke

tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu 47% (Goker et all. 2016) hingga 84,5%

(Iski et all. 2016). Berdasarkan penelitian Acikgoz tahun 2017 dan Allihabi tahun

2019, prevalensi PMS di Arab Saudi juga mengalami peningkatan dari 58,1%

hingga 60,7%. Dari hasil penelitian tersebut maka angka kejadian PMS diberbagai

negara dapat dikatakan mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Kejadian PMS di Indonesia sendiri diberbagai daerah maupun provinsi

juga mengalami peningkatan. Berdasarkkan hasil penelitian oleh Fatimah (2016),

Dewi (2017) dan Renata (2018) angka kejadian PMS pada remaja putri di

Yogyakarta berturut-turut yaitu 32,8%, 40,3% dan 54,5%. Pada daerah Jawa

Timur, PMS juga mengalami peningkatan pada siswi SMA dari tahun 2018 ke

tahun 2019 yaitu 55,6 % (Estiani, 2018) hingga 61,5% (Abriani, 2019). Prevalensi

PMS di Sumatera Barat juga mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun

2017 yaitu sebanyak 51,8% (Siantina dan Ressa, 2010) hingga 98% pada siswi

SMA (Helmi, 2017).

2.1.6 Patofisiologi

1. Defesiensi serotonin, magnesium dan kalsium

Aktivitas serotonin berhubungan dengan gejala depresi,

kecemasan, ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan

untuk tidur, impulsif, dan agresif (Saryono, 2009). Saat kadar

serotonin rendah, otak mengirim sinyal ke tubuh untuk mengkonsumsi

12
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
karbohidrat, dimana untuk merangsang produksi serotonin yang alami

dengan asam amino building block. Inilah yang menyebabkan nafsu

makan wanita menjadi tidak terkontrol selama PMS (Brunner &

Suddarth tahun 2001 dalam buku Suparman 2011).

Defesiensi magnesium dan kalsium dipostulasikan sebagai

penyebab dari segi gizi pada PMS. Studi evaluasi suplementasi

menunjukan perubahan gejala PMS baik secara fisik maupun

emosional (Fathizadeh, 2010).

2. Perubahan hormonal

Perubahan hormonal terjadi karena ketidakseimbangan hormon

progesteron dan estrogen. Kadar hormon estrogen meningkat

sedangkan hormon progesteron menurun. Meningkatnya kadar

estrogen dalam tubuh, akan menyebabkan gangguan mental seperti

depresi karena estrogen yang berlebih akan mengganggu proses kimia

tubuh seperti vitamin B6 (Piridoksin). Piridoksin dikenal sebagai

vitamin anti depresi yang berfungsi mengontrol produksi serotonin.

Serotonin adalah suatu neurotransmiter yang merupakan suatu

bahan kimia yang terlibat dalam pengiriman pesan sepanjang saraf di

dalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh.

3. Peningkatan Endorphin

Aktivitas fisik dapat menurunkan aktivias estrogen dan hormon

steroid lainnya, meningkatkan transportasi oksigen dalam otot,

mengurangi kadar kartisol dan meningkatkan keadaan psikologis.

13
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Meningkanya endorphin dapat membangun mood dan meningkatkan

rasa percaya diri (Ramadani, 2012)

4. Riwayat kekerasan seksual

Dari studi longitudinal skala besar yang dilakukan oleh Bertone

Johnson dkk., menduga bahwa riwayat kekerasan (emosional, seksual,

atau fisik) pada awal kehidupan wanita menyebabkan resiko yang

lebih tinggi untuk terjadinya PMS di usia pertengahn sampai akhir

reproduksi (Johson et al, 2014).

2.1.7 Dampak

Gejala dan keluhan PMS mulai dari berderajat sedang hingga berat

memberi dampak yang cukup besar terhadap penurunan produk aktivitas kerja,

sekolah, sosial dan hubungan interpersonal. Sebanyak 80% wanita dengan PMS

melaporkan berkurangnya produktifitas dan tingkat kehadiran kerja selama sekitar

satu minggu per bulan akibat gejala PMS (Ramadani, 2012). Remaja putri dengan

gangguan PMS akan mengalami beberapa penurunan seperti kondisi mental,

peran fisik dan fungsi sosial yang dapat mengganggu kualitas kesehatan,

konsentrasi, prestasi dan keaktifan kegiatan belajar di sekolah bahkan mereka juga

dapat menjadi mudah marah atau menangis dibanding hari biasanya (Delara dkk,

2012).

Wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS kurang lebih 20% dari

sedang sampai berat. Sekitar 3-8 persen memiliki gejala hingga parah yang

disebut Pre Menstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Wanita dengan PMDD akan

mengalami kegagalan penyesuaian sosial dan pengurangan kualitas kehidupan.

Kegagalan ini berupa emosi yang tidak stabil dan rasa cepat marah. Kondisi ini

14
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
menyebabkan seseorang menjadi lebih sering marah ketika mengalami menstruasi

sehingga membuat orang lain tidak nyaman untuk berinteraksi (Glasier, 2005).

Premenstrual Syndrome juga memberikan dampak terhadap masalah

perkawinan yang memungkinkan terjadinya perceraian, penurunan libido dan

frekuensi melakukan hubungan seksual, bunuh diri, pembunuhan, dan penurunan

kemampuan mengasuh anak. Beberapa kelainan medis tampaknya juga

disebabkan oleh PMS yang mencakup masalah perilaku, migraine, epilepsi, dan

asma. (Glasier, 2005).

2.1.8 Penatalaksanaan

A. Metode Pendekatan Non-Farmakoterapi

1. Pengaturan nutrisi

a. Mengurangi konsumsi kafein (kopi, teh dan coklat) dan

alkohol untuk menghindari keluhan kecemasan.

b. Mengurangi asupan sodium untuk mengurangi gejala retensi

cairan

c. Mengkonsumsi makanan atau minuman kaya karbohidrat

untuk meningkatkan kadar serotonin di otak yang dapat

menginduksi stabilisasi afek, peningkatan nafsu makan dan

fungsi kognitif.

d. Melakukan diet yang sehat seperti mengkonsumsi buah

dan sayuran atau mengkonsumsi makanan dan minuman

yang mengandung cukup vitamin dan mineral seperti vitamin

A, B6, E serta kalsium.

(Suparman, 2011)

15
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2. Pengaturan pola tidur yang baik yaitu tidur malam selama 6-7 jam

dan tidur siang minimal 30 menit. Istirahat yang cukup dapat

mengurangi keluhan depresi pada penderita PMS (Fil Ilmi, 2018).

3. Melakukan olahraga dan aktivitas secara teratur. Berolahraga

dapat menurunkan stres. Beberapa wanita mengatakan bahwa

berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat membuat relax

dan membantu mengurangi gangguan tidur dimalam hari

(Kinanti, 2009).

4. Suplementasi nutrisi

a. Asam amino L-triptofan efektif menekankan perubahan afek

yang ekstrim, disforia, mudah tersinggung dan ketegangan

pada penderita PMDD.

b. Vitamin B6 dapat membantu mengurangi perasaan depresi

pada wanita yang mengalami PMS.

c. Magnesium dapat menekan gejala retensi cairan pada siklus

haid berikutnya.

d. Vitamin E dan Evening primrose oil (untuk gejala pada

payudara) yang kaya asam lemak asam linoleat-gamma dapat

menekankan keluhan nyeri payudara pada penderita PMS.

(Joseph, 2010)

B. Metode Pendekatan Farmakoterapi

1. Anti inflamasi non-steroid, berdasarkan penelitian Asam

Mefenamat dan Naproxen sodium dapat mengurangi gejala PMS

seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah

16
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak

diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau

memiliki risiko ulkus peptikum (Sejati, 2009).

2. Diuretik, pemberian spironolakton dosis 100 mg per hari yang

diberikan sepanjang fase luteal siklus haid dapat mengurangi

keluhan retensi cairan dan gangguan afek penderita PMS (Joseph,

2010).

3. Anti-depresan

a. Buproprion dapat mengurangi keluhan PMS dengan cara

menurunkan ambang konvulsi penderita.

b. Klomipramin adalah preparta antidepresan trisiklik yang

mampu meningkatkan serotonin dan norepinefrin sehingga

dapat meringankan keluhan PMS.

c. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dikombinasikan

dengan psikoterapi dapat membantu mengurangi keluhan

PMS selama 6 bulan diberikan pada fase luteal siklus haid

(Suparman, 2011).

4. Anti cemas seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan

pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan,

maupun kesulitan tidur (Sejati, 2009).

5. Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala PMS seperti

dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap

ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi

17
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
pil KB namun mengalami gejala PMS sebaiknya pil KB tersebut

dihentikan sampai gejala berkurang (Suparman, 2011).

2.2 Tipe Premenstrual Syndrome

Menurut Dr. Guy E. Abraham dalam Suryono (2009), ahli kandungan dan

kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA Ameriks Serikat, gejala-gejala klinis

yang di jumpai pada PMS dibagi menurut gejala yaitu tipe A, H, C dan tipe D.

Sekitar 80% merupakan gangguan PMS tipe A, 60% PMS tipe H, 40% PMS tipe

C dan tipe D sebanyak 20%. Beberapa wanita biasanya mengalami gejala

gabungan misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap tipe memiliki gejala

dan keluhan masing-masing diantaranya :

1. Premenstrual syndrome Tipe A (Anxiety)

Premenstrual syndrome tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti

rasa cemas, sensitive, perasaan labil atau mudah marah. Bahkan

beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat

sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan

hormon estrogen dan progesteron, dimana dijumpai kadar estrogen

terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar progesteron.

2. Premenstrual syndrome Tipe H (Hyperhydration)

Premenstrual syndrome tipe H (Hyperhydration) ditandai dengan

gejala pembengkakan pada kaki dan tangan, perut kembung, nyeri

payudara, peningkatan berat badan. Gejala dari tipe ini dapat

dirasakan bersamaan dengan tipe PMS yang lainnya. Pembengkakan

ini terjadi karena berkumpulnya air pada jaringan diluar sel (ekstrasel)

akibat tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Untuk

18
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh

penderita dapat diberikan terapi pemberian obat diuretik untuk

mengurangi gejala yang ada.

3. Premenstrual syndrome Tipe C (Craving)

Premenstrual syndrome tipe C (Craving) ditandai dengan gejala

sering lapar dan ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis

(seperti coklat). Umumnya sekitar 20 menit setelah mengkonsumsi

gula dalam jumlah banyak, timbul gejala seperti kelelahan, jantung

berdebar, pusing yang terkadang sampai pingsan. Gejala ini

merupakan gejala dari hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi karena

kelebihan insulin yang dapat menimbulkan rasa lapar dan rasa ingin

menyantap makanan/minuman manis.

4. Premenstrual syndrome Tipe D (Depression)

Premenstrual syndrome tipe D (Depression) ditandai dengan gejala

rasa depresi, menangis tanpa sebab, lemah, susah tidur, pelupa, sulit

berkosentrasi, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi),

bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri. PMS tipe D

disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan

estrogen, dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan

hormon progesteron. Biasanya tipe D berlangsung bersamaan dengan

tipe A dan hanya 3% dari seluruh tipe yang benar-benar murni tipe D.

kombinasi tipe A dan D disebabkan oleh faktor stres, kurangnya asam

amino tyrosine, penyerapan dan penimbunan timbal ditubuh, atau

kekurangan magnesium dan vitamin B terutama B6.

19
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2.3 Umur Remaja

Umur atau usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau

diadakan) (Hoetomo, 2005).

Remaja merupakan proses seseorang mengalami masa transisi dari kanak-

kanak menuju masa dewasa yang mengalami perubahan psikologis, kognitif, dan

seksualitas. Peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa sering disebut dengan

masa pubertas. Masa pubertas merupakan masa dimana remaja mengalami

kematangan seksual dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa

pematangan fisik pada remaja wanita ditandai dengan mulainya menstruasi,

sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan mengalami mimpi basah

(Prawirohardjo, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO, 2015) umur remaja terbagi

atas 3 kelompok yaitu :

1. Remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun,

2. Remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16 tahun

3. Remaja akhir (late adolescence) berusia 17-19 tahun.

2.4 DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-

Fourth Edition-Text Rrevesion)

Pada tahun 2004 American Phychiatric Association (APA) telah

mengeluarkan panduan diagnosis PMS yang sudah dibakukan berupa Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorder-Fourth Edition-Text Rrevesion (DSM-

IV-TR). American Phychiatric Association berpendapat bahwa perbedaan kedua

diagnosis antara PMS dan PMDD tidak bermakna, baik untuk penelitian maupun

20
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
kepentingan klinis walaupun PMDD dipandang sebagai spektrum klinis yang

derajatnya lebih berat daripada PMS (Speroff, 1999)

Penetapan diagnosis PMS harus memenuhi kriteria diagnostik PMS yang

sudah dibakukan oleh ACOG dan kriteria PMDD yang sudah dibakukan oleh

APA dalam DSM-IV-TR. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-

Fourth Edition-Text Rrevesion (DSM-IV-TR) adalah suatu sistem skoring harian

yang diisi secara prospektif oleh penderita berdasarkan 11 keluhan dan gejala

PMS yang memenuhi kriteria PMDD pada DSM-IV-TR, meliputi :

1. Perasaan tertekan, tak berguna, pikiran rendah diri

2. Kecemasan atau ketegangan, perasaan terasingkan atau terpinggirkan

3. Perasaan mendadak sedih atau menangis, menjadi sensitif terhadap

penolakan

4. Kemarahan dan meningkatnya konflik interpersonal

5. Penurunan ketertarikan pada aktivitas rutin (pekerjaan, sekolah,

teman atau kegemaran)

6. Perasaan subjektif sulit berkonsentrasi

7. Lemah, cepat merasa lelah dan tidak bertenaga

8. Perubahan nafsu makan atau minum, keinginan berlebihan makan

dan minum sesuatu

9. Hipersomnia atau insomnia

10. Perasaan subjektif lepas kontrol

11. Keluhan fisik seperti : nyeri atau pembengkakan payudara, nyeri

kepala, nyeri otot dan sendi, kenaikan berat badan, perut kembung.

(Suparman, 2011)

21
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Diagnostik PMDD ditegakan jika kriteria dibawah ini terpenuhi dengan

catatan tidak ada gangguan psikiatrik-fisik lain yang melatarbelakangi, dan secara

pasti sudah menimbulkan gangguan pada penderita dalam melakukan aktivitas

sehari-hari, kriteria tersebut meliputi :

1. Keluhan dan gejala PMS dialami pada sebagian besar dari 12 siklus

haid sebelumnya

2. Lima atau lebih gejala klinis tersebut timbul pada sebagian besar

waktu pada minggu terakhir fase luteal

3. Keluhan menghilang dalam beberapa hari setelah memasuki fase

folikuler dan tidak dirasakan pada minggu pertama setelah haid

4. Salah satu gejala klinis harus meliputi 4 keluhan pertama

(Suheimi, 2007)

Selain DSM-IV-TR kriterisa PMS/PMDD juga bisa didiagnostik dengan

menggunakan LCH (Lembar Catatan Harian). LCH merupakan modifikasi kriteria

PMDD dalam DSM-IV TR dengan menggunakan penggantian beberpa istilah dan

penyederhanaan bahasa sehingga menjadi mudah dipahami. LCH menjabarkan 11

keluhan dan gejala PMS ke dalam 22 pertanyaan yang lebih mudah dipahami dan

diinterpretasikan oleh penderita, sehingga memperkecil bias skoring keluhan dan

gejala yang dipersepsikan subjektif secara harian oleh penderita (Ginsburg, 2000).

Daftar pertanyaan dalam LCH (setara dengan 11 keluhan dan gejala PMDD

menurut DSM-IV-TR) tersebut meliputi :

22
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Tabel 2.1 Kesetaraan Kriteria Diagnostik PMDD menurut DSM-IV-

TR dengan LCH

No. DSM-IV-TR No. LCH


1. Perasaan tertekan, tak 1. Saya tiba-tiba merasa sedih dan
berguna, pikiran rendah putus asa menjelang haid
diri yang nyata 2. Rasanya saya makhluk yang
paling tak berguna
2. Kecemasan atau 3. Saya merasa cemas dan tegang
ketegangan yang nyata,
perasaan terasingkan atau 4. Menjadi tidak tenang dan gelisah
terpinggirkan
3. Perasaan mendadak sedih 5. Tiba-tiba merasa sedih dan ingin
atau menangis, menjadi menangis
sensitif terhadap 6. Saya menjadi mudah tersinggung
penolakan
4. Kemarahan yang nyata 7. Saya mudah marah dan jengkel
dan meningkatnya konflik
interpersonal
5. Penurunan ketertarikan 8. Saya merasa enggan melakukan
pada aktivitas rutin apapun
(pekerjaan, sekolah,
teman atau kegemaran)
6. Perasaan subjektif sulit 9. Sulit berkonsentrasi
berkonsentrasi
7. Lemah, cepat merasalelah 10. Mudah lelah
dan tidak bertenaga
8. Perubahan nafsu makan 11. Kurang nafsu makan
atau minum yang nyata, 12. Nafsu makan meningkat
keinginan berlebihan
makan dan minum sesuatu 13. Merasa ingin makan sesuatu
(ngidam)
9. Hipersomnia atau 14. Tidur lebih lama
insomnia 15. Sulit tidur
10. Perasaan subjektif lepas 16. Merasa ingin berteriak-teriak
control 17. Ingin membanting benda yang
disekitar karena jengkel
11. Keluhan fisik seperti : 18. Sakit kepala
nyeri atau pembengkakan 19. Sakit pinggang

23
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
payudara, nyeri kepala, 20. Nyeri payudara
nyeri otot dan sendi, 21. Perut terasa kembung
kenaikan berat badan,
22. Nyeri sendi
perut kembung

(Suparman, 2011)

24
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2.5 Kerangka Teori

Epidemiologi
PMS

Umur Remaja :
1. Remaja awal (10-13th)
2. Remaja tengah (14-16th)
3. Remaja akhir (17-19th)

Faktor Risiko
PMS

Etilogi PMS :
Hormonal, genetik, Patofisiologi
biologi, sosial, psikis,
PMS
gaya hidup dan
aktivitas fisik

Penatalaksanaan Menifestasi Kejadian


PMS Klinis PMS PMS

Tipe PMS :
PMS A
Dampak PMS PMS C DSM IV-TR
PMS D
PMS H

25
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

middle adolescence
Umur
Remaja
late adolescence
Kejadian
Premenstrual
Tipe A Syndrome
Tipe C
Tipe PMS
Tipe D

Tipe H
Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

3.2 Hipotesis

1. Terdapat hubungan tipe premenstrual syndrome dengan kejadian

premenstrual syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun

2020.

2. Terdapat hubungan umur remaja dengan kejadian premenstrual syndrome

pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang Tahun 2020.

26
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional

dengan pendekatan cross-sectional.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Padang yang dilaksanakan

pada bulan Mei 2019 sampai dengan bulan Oktober 2020.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswi yang telah mengalami

menstruasi dengan siklus teratur di SMA Negeri 6 Kota Padang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian siswi yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini probability

sampling dengan cara proportional random sampling. Penelitian ini merupakan

penelitian analitik kategorik, maka sampel minimal pada penelitian ini

menggunakan rumus dibawah ini :

n =( )

Keterangan:
n = Jumlah sampel
Zα = Deviat baku alfa
Zβ = Deviat baku beta
P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q2 = 1- P2

27
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan
judgement peneliti
Q1 = 1- P1
P1 - P2 = Selisih minimal yang dianggap bermakna
P = Proporsi total= (P1+ P2)/2
Q = 1-P

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 10% hipotesis dua arah, maka Zα =

1,645. Kesalahan tipe II ditetapkan 20%, maka Zβ = 0,84, nilai P1 – P2 ditetapkan

0,20. Nilai P2 ditetapkan berdasarkan penelitian Alvionita tahun 2016 adalah 0,33.

Dengan demikian:

Nilai Q2 = 0,67
P1 = 0,53
Q1 = 0,47
P = 0,43
Q = 0,57
Hasil perhitungan sebagai berikut :

n =( )

=( )

=( )

=( )

=( ) = = 75

Untuk mengantisipasi adanya subjek yang drop out, maka ditambahkan

sejumlah subjek agar besar sampel terpenuhi :

28
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Keterangan:

n = Besar sampel yang dihitung

f = Perkiraan propori drop out (10%)

Jadi dalam penelitian ini, besar sampel secara keseluruhan adalah

sebanyak sebanyak 83 orang.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportional

random sampling yaitu proses pengambilan sampel secara proporsi dilakukan

dengan cara mengambil subjek dari setiap kelas ditentukan seimbang atau

sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing kelas (Sugiyono,

2014). Di SMA Negeri 6 Kota Padang terdiri dari 7 kelas untuk tingkat X, 9 kelas

untuk tingkat XI dan 9 kelas untuk tingkat XII, sehingga total seluruh kelas adalah

25. Kemudian dilakukan pengambilan jumlah sampel siswi disetiap kelas yang

terpilih dengan cara :

= = 3,32 = 4 orang/kelas

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk setiap kelas adalah 4 orang.

29
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.3.4 Kerangka Sampel

SMA Negeri 6 Kota Padang

Kelas X Kelas XI Kelas XII

IPA 1 IPA 1 IPA 1


IPA 2 IPA 2 IPA 2
IPA 3 IPA 3 IPA 3
IPA 4 IPA 4 IPA 4
IPS 1 IPA 5 IPA 5
IPS 2 IPS 1 IPS 1
IPS 3 IPS 2 IPS 2
IPS 3 IPS 3
IPS 4 IPS 4

30
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.3.5 Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi :

1. Siswi yang duduk di SMA Negeri 6 Kota Padang

2. Siswi yang telah mengalami menstruasi dengan siklus teratur

3. Siswi yang bersedia menjadi responden

4. Siswi saat penelitian berada di tempat

b. Kriteria Eksklusi :

1. Siswi dengan siklus menstruasi yang tidak teratur

2. Siswi yang sedang sakit saat waktu penelitian

3. Siswi saat penelitian tidak berada di tempat

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Klasifikasi Variabel

1. Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel

dependen yang disebut juga dengan variabel bebas. Pada penelitian ini

yang dijadikan sebagai variabel independen adalah tipe PMS dan umur

remaja.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau muncul

karena variabel independen yang disebut juga dengan variabel terikat.

Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah

kejadian premenstrual syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota

Padang.

31
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.4.2 Defenisi Operasional

1. Tipe Premenstrual Syndrome

Defenisi : Jenis atau macam-macam gejala beserta keluhan yang

dirasakan oleh remaja putri dari 7-10 hari sebelum

datang menstruasi sampai dengan hari selesai

menstruasi dalam satu siklus (Suparman, 2011).

Cara ukur : G form

Alat ukur : Kuesioner tipe Premenstrual syndrome (Suparman,

2011)

Hasil ukur : a. PMS A (rasa cemas, mudah tersinggung, pikiran

tertekan dan mudah marah)

b. PMS C (sering merasa lapar, ingin mengkonsumsi

makanan/minuman manis, mudah lelah dan

pusing)

c. PMS D (depresi, menagis tanpa sebab, lemah,

gagguan tidur dan sulit berkonsentrasi)

d. PMS H (perut kembung, myeri pada payudara,

pembengkakan pada tangan dan kaki dan

peningkatan berat badan.)

Skala ukur : Ordinal

32
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2. Umur Remaja

Defenisi : Lamanya keberadaan seorang remaja diukur dalam

satuan waktu dipandang dari segi kronologik yang

memperlihatkan derajat perkembangan anatomis

dan fisiologis (Hoetomo, 2005).

Cara ukur : G form

Alat ukur : Dalam tahun.

Hasil ukur : a. Middle Adolescence (14-16 tahun)

b. Late Adolescence (17-19 tahun)

Skala ukur : Ordinal

3. Premenstrual Syndrome

Defenisi : Gejala beserta keluhan yang dirasakan oleh remaja

putri dari 7-10 hari sebelum datang menstruasi

sampai dengan hari selesai menstruasi dalam satu

siklus (Suparman, 2011).

Cara ukur : G form

Alat ukur : DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders- Fourth Edition- Test Revision)

(APA, 2004).

Hasil ukur : a. Tidak PMS-PMS ringan (skor 1-44)

b. PMS sedang-PMS berat (skor 45-88)

Skala ukur : Ordinal

33
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner

Premenstrual Syndrome yaitu DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders-Fourth Edition- Test Revision). Kuesioner DSM-IV-TR ini

memuat 22 gejala dan keluhan PMS dan telah diuji validitas dengan

menggunakan teknik korelasi product moment. Jawaban responden

dikelompokkan dalam kategori dengan penilaian sebagai berikut :

Gejala tidak dirasakan :1

Keluhan ringan namun tidak mengganggu :2

Keluhan sedang dan agak mengganggu :3

Keluhan berat dan sangat mengganggu aktifitas :4

Kriteria skor dari semua jawaban responden terhadap 22 gejala dan


keluhan PMS adalah sebagai berikut :

Tidak PMS : skor < 22

PMS ringan : skor 23-44

PMS sedang : skor 45-66

PMS berat : skor 67-88

(Suparman, 2011).

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan pada 15 orang remaja putri yang diambil secara

acak di SMA Negeri 1 Tanjab Timur, Jambi. Berikut hasil uji validitas

Premenstrual Syndrome (PMS) :

34
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Tabel 4.1 Nilai Uji Validitas PMS

Nilai r Nilai r table


No. Pertanyaan Kriteria
hitung (n=15)
1. Pertanyaan _1 0.553 0.441 Valid
2. Pertanyaan _2 0.775 0.441 Valid
3. Pertanyaan _3 0.700 0.441 Valid
4. Pertanyaan _4 0.539 0.441 Valid
5. Pertanyaan _5 0.870 0.441 Valid
6. Pertanyaan _6 0.978 0.441 Valid
7. Pertanyaan _7 0.889 0.441 Valid
8. Pertanyaan _8 0.777 0.441 Valid
9. Pertanyaan _9 0.701 0.441 Valid
10. Pertanyaan _10 0.447 0.441 Valid
11. Pertanyaan _11 0.700 0.441 Valid
12. Pertanyaan _12 0.768 0.441 Valid
13. Pertanyaan _13 0.610 0.441 Valid
14. Pertanyaan _14 0.768 0.441 Valid
15. Pertanyaan _15 0.553 0.441 Valid
16. Pertanyaan _16 0.775 0.441 Valid
17. Pertanyaan _17 0.542 0.441 Valid
18. Pertanyaan _18 0.698 0.441 Valid
19. Pertanyaan _19 0.768 0.441 Valid
20. Pertanyaan _20 0.711 0.441 Valid
21. Pertanyaan _21 0.701 0.441 Valid
22. Pertanyaan _22 1.000 0.441 Valid

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji person

product moment dengan menggunakan Statistical Package for Social Science

(SPSS). Untuk mengetahui validitas suatu kuesioner dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total.

Teknik korelasi yang digunakan adalah product moment, dimana kuesioner

35
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasinya (r) > r table (Notoatmodjo,

2010). Hasil uji validitas yang dilakukan pada kuesioner didapatkan nilai r >

0.441 dengan kata lain semua pertanyaan tersebut valid.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dikatakan valid jika nilai Cronbach Alpha>0,60.

Berdasarkan uji validitas yang dilkakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Nilai Uji Reliabilitas PMS

Nilai Konstanta
No. Variabel Kriteria
Cronbach Reliabel
Alpha
1. Premenstrual 0.72 0.60 Reliabel
Syndrome

Uji realibilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

ukur dapat dipercaya. Hal ini untuk melihat apakah hasil pengukuran tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap kriteria yang

sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran realiabilitas menggunakan uji statistic dengan Cronbach Alpha.

Variabel dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha minimum adalah 0,60

(Eisingerich dan Rubera, 2010). Berdasarkan pengujian realibilitas didapatkan

hasil uji 0.72 jadi kuesioner dapat dinyatakan reliable.

36
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.7.1 Data Primer

Data primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari

responden melalui kuesioner dalam bentuk g form. Sebelum pengisian kuesioner,

peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penelitian dan tata cara pengisian

g form. Data yang didapat dari responden yaitu data tipe PMS, umur remaja dan

data siswi yang mengalami PMS dengan kategori tidak PMS, PMS ringan, sedang

dan berat.

4.7.2 Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini mencakup data Sekolah Menengah Atas

Negeri di Kota Padang yang mengadakan konseling kesehatan reproduksi remaja

tahun 2019/2020. Data sekunder ini diperoleh dari Badan Kependudukan

Keluarga Berencana Nasional Kota Padang yang sebelumnya telah mendapatkan

surat rekomendasi dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Padang.

4.7.3 Persiapan Penelitian

Peneliti menyiapkan kuisioner dalam bentuk g form. Setelah itu peneliti

membuat grup chat WhatsApp penelitian bersama pihak sekolah dan mengundang

semua responden ke dalam grup tersebut. Penelitian dilakukan setelah mendapat

izin dari pihak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan SMA Negeri 6 Kota

Padang.

4.7.4 Penentuan Responden

Semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan diminta

untuk mengisi kuesioner yang dibuat dalam bentuk g form.

37
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.7.5 Pengambilan Data

Pengambilan data Premenstrual Syndrome pada remaja putri akan

dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Padang secara daring. Kegiatan yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Peneliti akan membuat chat grup di WhatsApp. Grup tersebut

beranggotakan responden yang telah dipilih menjadi sampel yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, guru wakil kesiswaan,

dosen pembimbing dan peneliti sendiri.

2. Memperkenalkan diri dan dosen pembimbing.

3. Peneliti menjelaskan tentang gambaran umum mengenai penelitian

yang akan dilakukan, menjelaskan kriteria inklusi dan eksklusi,

menentukan tanggal pengisian kuesioner serta batas waktu

pengisisan kuesioner selama dua hari.

4. Di hari H penelitian, peneliti membagikan kuesioner penelitian di

grup dalam bentuk g form dan mempersilakan responden untuk

mengisi g form tersebut.

5. Peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk bertanya

baik secara langsung didalam grup maupun personal.

4.7.6 Pengumpulan Data

Data diperolah dari g form yang telah diisi oleh responden tersebut akan

dikumpulkan dan dinilai oleh peneliti.

38
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
4.8 Pengolahan dan Analisis Data

4.8.1 Pengolahan Data

a. Pengecekan Data (Editing)

Editing merupakan kegiatan memeriksa kembali kebenaran dan

kelengkapan data yang telah dikumpulkan. Kegiatan ini bertujuan

untuk menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut.

b. Pengkodean Data (Coding)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka dengan tujuan untuk mempermudah

proses data selanjutnya. Coding untuk tipe PMS adalah tipe PMS A

(1), PMS C (2), PMS D (3) dan tipe PMS H (4). Umur remaja diberi

coding (1) untuk middle adolescence dan (2) untuk late adolescence

sedangkan untuk kejadian PMS yaitu tidak PMS-PMS ringan (1), dan

PMS sedang-PMS berat (2).

c. Memasukan Data (Entry)

Entry merupakan kegiatan pengolahan dan pengecekan kembali

atau memasukkan data yang telah dikoding ke program komputer agar

dapat dianalisis. Progam yang digunakan yaitu Statistical Progam for

Social Science Windows (SPSS.)

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Cleaning merupakan kegiatan untuk membersihkan kesalahan

dalam pengisian data. Apabila semua data yang terkumpul dan telah

selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk memeriksa adanya

39
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
kesalahan kode, ketidaklengkapan data dan kemudian dilakukan

koreksi atau pembetulan.

4.8.2 Analisis Data

Data akan disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan analisis

univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis univariat

Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara

deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dengan bantuan

program SPSS.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan ke dua

variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini

analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik chi square dengan bantuan

program SPSS. Dalam penelitian ini probabilitas (p) kurang dari 0,05

(p<0,05) di anggap bermakna.

40
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan analisis data penelitian yang telah

dilakukan pada 17-18 Agustus 2020 dengan sampel penelitian berjumlah 83 orang

siswi SMAN 6 Kota Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan analisis bivariat.

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini meliputi variabel independen dan

variabel dependen. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui nilai distribusi

frekuensi dan persentase setiap variabel. Variabel independen adalah tipe PMS

dan umur remaja sedangkan variabel dependen adalah kejadian premenstrual

syndrome pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang.

5.1.1 Tipe Premenstrual Syndrome

Tipe premenstrual syndrome diukur dengan kuesioner tipe PMS. Tipe

PMS terdiri dari tipe A, C, D dan H. Tipe PMS A memiliki gejala cemas, mudah

tersinggung, pikiran tertekan dan mudah marah. Tipe PMS C memiliki gejala

seperti sering merasa lapar, ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis,

mudah lelah dan pusing. Tipe PMS D memiliki gejala depresi, menagis tanpa

sebab, lemah, gagguan tidur dan sulit berkonsentrasi. Tipe PMS H memiliki

gejala perut kembung, nyeri pada payudara, pembengkakan pada tangan dan kaki

dan peningkatan berat badan.

41
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Tipe PMS Responden.

Variabel f %
Tipe PMS A 42 50,6
C 30 36,2
D 7 8,4
H 4 4,8
Total 83 100,0

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki tipe

PMS A yaitu 42 orang (50,6%), diikuti oleh tipe PMS C yaitu 30 orang (36,2%),

tipe PMS D yaitu 7 orang (8,4%) dan tipe H yaitu 4 orang (4,8%).

5.1.2 Umur Remaja

Umur remaja diukur dengan menggunakan kuesioner dan ditetapkan dalan

satuan tahun. Umur remaja tengah atau middle adolescence ditetapkan dari umur

14 sampai 16 tahun dan umur remaja akhir atau late adolescence ditetapkan dari

umur 17 sampai 19 tahun.

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur


Remaja
Variabel f %
Umur Remaja middle adolescence (14-16 th) 56 67,5
late adolescence (17-19 th) 27 32,5
Total 83 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa paling banyak responden terdiri dari middle

adolescence atau remaja tengah yaitu 56 orang (67,5%) dan paling sedikit

responden terdiri dari late adolescence atau remaja akhir yaitu 27 orang (32,5%).

42
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
5.1.3 Kejadian Premenstrual Syndrome

Kejadian premenstrual syndrome diukur dengan kuesioner PMS yang telah

dilakukan uji validasi oleh peneliti, dengan keseluruhan komponen reliable karena

memenuhi syarat minimal koefisien Cronbach Alpha 0,6 yakni dengan hasil 0,72.

Kuesioner PMS membagi PMS kedalam 4 kelompok yaitu tidak PMS (skor ≥ 22),

PMS ringan skor (23-44), PMS sedang (skor 45-66) dan PMS berat (skor 67-88).

Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Tipe PMS Responden.

Variabel f %
Kejadian PMS Tidak PMS- PMS Ringan 47 56,7
PMS Sedang-PMS Berat 36 43,3
Total 83 100,0

Table 5.3 menunjukan bahwa kejadian PMS pada 83 responden sebagian

besar memiliki derajat tidak PMS hingga PMS ringan yaitu sebanyak 47 orang

(56,7%), dan responden yang memiliki derajat PMS sedang hingga berat yaitu

sebanyak 36 orang (43,3%).

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Tipe PMS dan Kejadian PMS

Penelitian ini menggunakan tipe PMS sebagai variabel independennya,

sedangkan kejadian PMS merupakan variabel dependen. Untuk melihat hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen diperlukan uji bivariat.

Hubungan antara tipe PMS dengan kejadian PMS pada siswi SMAN 6 Kota

Padang dapat dilihat pada tabel 5.4.

43
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Tabel 5.4 Hubungan Tipe PMS dengan Kejadian PMS

Kejadian PMS Total p value

Tidak PMS - PMS Sedang -


PMS Ringan PMS Berat
f % f % f %
PMS A 26 61,9 16 38,1 42 100
PMS C 18 60 12 40 30 100 0,107
PMS D dan H 3 27,2 8 72,8 11 100
Total 47 56,7 36 43,3 83 100

Melalui Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tipe PMS A dengan kejadian tidak PMS-PMS ringan sebanyak 61,9%

dan kejadian PMS sedang-berat 38,1%. Tipe ke dua terbanyak yaitu tipe PMS C

dengan kejadian tidak PMS-PMS ringan sebanyak 60% dan kejadian PMS

sedang-berat 40%. Kemudian tipe PMS D dan H dengan kejadian tidak PMS-

PMS ringan 27,2% dan kejadian PMS sedang-berat 72,8%.

Uji statistik dilakukan dengan chi-square dan didapatkan hasil p=0,107

(p>0,05). Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara tipe PMS dengan kejadian PMS.

5.2.2 Hubungan Umur Remaja dan Kejadian PMS

Variabel independen lain yang diuji pada penelitian ini adalah umur

remaja. Untuk melihat hubungan antara umur remaja dengan kejadian PMS pada

siswi SMAN 6 Kota Padang diperlukan uji bivariat yang dapat dilihat pada tabel

5.5.

44
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Tabel 5.5 Hubungan Umur Remaja dengan Kejadian PMS

Kejadian PMS Total p value

Tidak PMS - PMS Sedang -


PMS Ringan PMS Berat
f % f % f %
Middle 32 57,2 24 42,8 56 100
adolescence 0,891
(14-16 tahun)
Late 15 55,6 12 44,4 27 100
adolescence
(17-19 tahun)
Total 47 56,6 36 43,4 83 100

Melalui Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah

middle adolescence (14-16 tahun) dengan kejadian tidak PMS-PMS ringan

sebanyak 57,2% dan kejadian PMS sedang-PMS berat sebanyak 42,8%.

Responden dengan kategori late adolescence (17-19 tahun) memiliki angka

kejadian tidak PMS-PMS ringan sebanyak 55,6% dan PMS sedang-PMS berat

sebanyak 44,4%.

Hasil analisis diambil dari nilai chi-square dengan hasil p=0,891 (p>0,05).

Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

umur remaja dengan kejadian PMS.

45
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BAB 6

PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan

penelitian. Peneliti akan menganalisa hasil penelitian yang telah dibahas di bab

sebelumnya dengan cara mengaitkannya dengan teori dan penelitian terdahulu

yang telah dibahas ditinjauan pustaka.

6.1. Tipe PMS

Hasil penelitian ini sebagaimana yang dijelaskan dalam bab sebelumnya

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki PMS tipe A yaitu

sebanyak 50,6% kemudian diikuti oleh PMS tipe C sebanyak 36,2% dan hanya

sedikit responden yang memiliki tipe PMS D dan H yaitu masing-masing

sebanyak 8,4% dan 4,8%.

Premenstrual syndrome tipe A yang banyak dirasakan oleh remaja putri

disebabkan oleh faktor hormon yang tidak seimbang menjelang menstruasi.

Hormon estrogen meningkat dan kadar progesteron menurun dimana peningkatan

hormon estrogen ini dapat menyebabkan penurunan sintesis serotonin yang

mempengaruhi suasana hati dan perilaku seperti mudah marah, mudah

tersinggung serta cemas. Kadar progesteron yang menurun juga akan berpengaruh

pada neurotransmitter GABA (gammaaminobutyric acid) di otak yang bertugas

dalam pengaturan emosi, suasana hati dan perilaku makan (Pratita, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Buddhabunyakan (2019),

dimana 86% responden minimal memiliki satu gejala PMS. Gejala yang banyak

dialami adalah PMS tipe A yakni mudah marah (97,7%), cemas (73,3%), dan

mudah tersinggung (68,6%). Gejala lain dialami adalah depresi (48,8%) yang

46
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
termasuk PMS tipe D. Perut kembung (46,5%) dan pembengkakan ekstrimitas

(20,9%) juga merupakan gejala yang jarang dialami dimana ini termasuk PMS

tipe H. Hal ini disebabkan karena PMS dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa

faktor yang berhubungan dengan PMS yaitu faktor sosial, yakni etnis dan kultur,

status sosioekonomi, merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, kebiasaan diet,

serta faktor menstruasi seperti usia menarche dan siklus menstruasi.

Selama fase luteal dan beberapa hari menuju menstruasi, banyak wanita

merasa lapar pada beberapa jenis makanan tertentu. Dilaporkan bahwa remaja

wanita dengan PMS memiliki intake makanan tinggi energi dan rendah nutrient.

Selain itu juga lebih sering mengkonsumsi makanan cepat saji yang kaya kadar

glukosa dan lemak, kudapan berkafein, dan cemilan. Hal ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan Hasyim (2019) yang melaporkan 88,9% partisipan

memiliki perubahan diet selama PMS (PMS tipe C), dengan konsumsi makanan

manis (seperti, coklat, kue, manisan tradisional timur seperti Kunafa dan

Baklava). Penelitian Rad (2018) juga menemukan hubungan yang signifikan

antara PMS dengan makanan yang digoreng (p=0,017), minuman manis

(p=0,018), dan makanan cepat saji (p=0,048), ditambah lagi dengan signifikannya

PMS dengan kebiasaan aktivitas fisik (p=0,006).

6.2. Umur Remaja

Terindentifikasi kategori umur siswi SMA Negeri 6 Kota Padang sebagian

besar adalah middle adolescence (14-16 tahun) yaitu sebanyak 67,5% dan sisanya

32,5% adalah late adolescence (17-19 tahun). Menurut hasil penelitian yang

dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologis bahwa

sedikitnya 85% dari wanita menstruasi yang berumur 14-50 tahun mengalami satu

47
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
dari gejala PMS yang bervariasi dan berubah-ubah setiap bulannya (Saputri,

2016).

Hasil penelitian ini tidak jauh dari penelitian terdahulu oleh Saputri

(2016), Pertiwi (2016) dan Farujiah (2017) sebagian besar responden berusia 16

tahun yaitu masing-masing sebanyak 52,1%, 72,4% dan 53,2%. Pada umur

tersebut remaja sedang mengalami masa pubertas. Pubertas merupakan masa

transisi antara masa anak dan dewasa yang lebih ditekankan pada perubahan,

diantaranya perubahan fisik, perubahan intelektual, perubahan bersosialisasi,

perubahan kematangan kepribadian termasuk emosi, dan peningkatan kebebasan

serta eksperimentasi sehingga remaja rentan mengalami stres (Pratita, 2013).

Paparan stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan sistem

neuroendokrin yang terus-menerus dan dapat memicu PMS. Aktivitas siklus

ovarium sangat mempengaruhi terjadinya PMS karena PMS tidak ada sebelum

pubertas, selama kehamilan, setelah menopause dan dapat berkurang atau

dihilangkan dengan tindakan yang menekan ovulasi atau siklus (Buddhabunyakan

et all. 2017).

6.3. Kejadian Premenstrual Syndrome

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mengeluhkan

kejadian tidak PMS hingga PMS ringan yaitu sebanyak 56,7% dan kejadian PMS

ringan hingga PMS berat sebanyak 43,3%.

Kejadian tidak PMS-PMS ringan lebih banyak dikeluhkan dibanding

dengan kejadian PMS sedang hingga berat yang dapat disebabkan oleh banyak

faktor, diantaranya yaitu faktor stress. Pada saat stres terjadi pengaktifan

Hypotalamic Pituitary Axis (HPA) yang menyebabkan pengeluaran hormon

48
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
kortisol, dimana hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon yang

dapat memicu PMS. Kortisol juga akan menghambat pelepasan GnRH dan LH.

Peran LH selama siklus menstruasi sangat dibutuhkan dalam menghasilkan

hormon estrogen dan progesteron. Estrogen yang berlebihan dapat menyebabkan

peningkatan kontraksi uterus, nyeri payudara dan perut kembung sedangkan

progesteron bersifat menghambat kontraksi. Hormon prostaglandin adalah

hormon yang berfungsi dalam memicu kontraksi otot rahim untuk mengeluarkan

darah menstruasi dari dalam rahim. Karena peningkatan relatif tinggi, otot tubuh

yang lain cenderung menegang termasuk otot punggung bagian bawah sebelum

menstruasi (Wahyuni, 2015).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pratita (2013) yaitu sebanyak

96.8% remaja putri mengalami sindrom pramenstruasi ringan dengan gejala yang

jarang dirasakan. Abriani (2019) juga mendapatkan hasil bahwa sebagian besar

remaja putri mengalami PMS sedang sebanyak 61,5% sedangkan yang mengalami

PMS berat hanya 10,8% dan yang tidak mengalami PMS sebanyak 27,7%.

Faktor lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi PMS adalah aktivitas

fisik, status gizi, dan pola tidur. Kroll (2014) menemukan adanya hubungan antara

aktivitas fisik dengan PMS. Tingkat aktivitas fisik dapat meningkatkan endorfin.

Endorfin adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh ketika kita merasa bahagia.

Endorfin berperan dalam kekebalan tubuh dan pengendalian terhadap stres. Selain

itu aktivitas fisik yang cukup juga dapat menurunkan kadar hormon estrogen,

meningkatkan transportasi oksigen dalam otot, mengurangi kadar kartisol dan

meningkatkan keadaan psikologis menjadi lebih baik.

49
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Hasil penelitian Nashruna et al. (2012) menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian PMS. Status gizi

obesitas dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh. Ketika sirkulasi

estrogen meningkat maka terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan

progesteron yang akan memicu timbulnya PMS.

Penelitian Lisnawati (2017) menemukan hubungan yang signifikan antara

pola tidur dengan PMS (p=0,00), dimana pola tidur yang baik (tidur tanpa

gangguan) dapat meringankan gejala PMS. Kondisi ini dikarenakan baik dan

buruknya pola tidur akan mempengaruhi sekresi berbagai hormon yang ada di

dalam tubuh. Buruknya latensi tidur dan kualitas tidur dapat disebabkan karena

rutinitas yang berlebihan dan juga dipengaruhi dari penggunaan media elektronik

khususnya handphone.

6.4. Hubungan Tipe PMS dengan Kejadian PMS

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki

tipe PMS A sebanyak 42 orang, dengan kejadian tidak PMS hingga PMS ringan

61,9% dan PMS sedang hingga berat sebanyak 28,1%. Tipe PMS C dikeluhkan

oleh 30 responden dengan kejadian sebanyak 60% tidak PMS-PMS ringan dan

sebanyak 40% PMS sedang hingga berat.

Premenstrual syndrome tipe A dan C paling banyak mengeluhkan kejadian

PMS dibanding tipe PMS D dan H yang disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya asupan gizi mikro seperti B6, kalsium, dan magnesium. Kekurangan

zat gizi ini dapat memperburuk gejala dan keluhan PMS (Abriani, 2019). Faktor

lainya yang dapat mempengaruhi adalah perubahan hormonal seperti

meningkatnya kadar estrogen dibanding progesteron. Selain faktor hormon

50
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
estrogen dan progesteron, PMS juga dipengaruhi oleh hormon leptin. Hormon

leptin dapat mempengaruhi emosi dan reproduksi sehingga remaja dengan tipe

PMS A mengeluhkan perubahan susana hati dan emosi. Hormon leptin juga dapat

mempengaruhi nafsu makan dan metabolisme tubuh sehingga timbul gejala tipe

PMS C. Remaja putri dengan kadar leptin yang tinggi selama siklus menstruasi

dapat meningkatkan nafsu makan mereka untuk mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi gula, lemak dan rendah protein. Kebiasaan mengkonsumsi

makanan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan berat badan dan obesitas.

Pada beberapa penelitian obesitas menjadi salah satu faktor risiko terjadinya PMS

(Pratita, 2013).

Tipe PMS A merupakan tipe PMS yang memiliki gejala dan keluhan

berupa masalah psikologis yang paling umum seperti mudah marah dan

tersinggung serta merasa cemas.... Hormon leptin

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Matsumoto (2019),

lebih dari setengah responden mengalami rasa cemas yang termasuk dalam tipe

PMS A dengan kejadian 45% tidak mengeluhkan PMS, 19% mengeluhkan PMS

sangat ringan, 13% mengeluhkan PMS ringan, masing-masing 11% mengeluhkan

PMS sedang dan berat, serta hanya 1% yang mengeluhkan PMS berat. Perasaan

mudah tersinggung, pikiran tertekan, dan mudah marah yang termasuk gejala pada

tipe PMS A lainnya, juga memiliki frekuensi kejadian PMS yang sejalan. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Menstrual Distress Questionnaire

(MDQ) yang terdiri dari 46 gejala dengan delapan kategori, dan tipe PMS A dapat

digolongkan ke dalam kategori gejala afek negatif.

51
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Takeda dkk (2018) yang

menemukan bahwa rasa cemas dan pikiran tertekan tidak dikeluhkan sebanyak

41,9%, ringan 33,5%, sedang 21,5%, dan berat 3,1% (p=0,463) . Rasa mudah

tersinggung dan mudah marah tidak dikeluhkan sebanyak 44%, ringan 38,7%,

sedang 20,9%, dan berat 6,3% (p=0,389). Tipe PMS C dengan gejala sering

merasa lapar dan suka konsumsi makanan tidak dikeluhkan sebanyak 53,9%,

ringan 26,7%, sedang 14,7%, dan berta 4,7% (p=0,715).

Penelitian ini juga menunjukkan responden yang memiliki tipe PMS D dan

PMS H adalah sebanyak 11 orang, dimana sebagian besar responden

mengeluhkan PMS sedang-berat yaitu sebanyak 72,8% dan tidak mengeluhkan

PMS hingga PMS ringan sebanyak 27,2%. Hal ini berbeda dari dua tipe

sebelumnya yang dominan tidak mengeluhkan PMS hingga PMS ringan.

Hasil tersebut didukung dengan penelitian Kamat (2020) dimana lebih

banyak remaja yang mengalami PMS dengan gejala berupa depresi, sulit

berkonsentrasi, lemah, hypersomnia, insomnia, dan gejala fisik (perut kembung,

nyeri payudara, pembengkakan pada tangan dan kaki, peningkatan berat badan)

dengan derajat PMS berat.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji statistic chi-square

untuk melihat hubungan tipe PMS dengan kejadian PMS pada siswi tidak

didapatkan hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,107. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Takeda (2018).

Matsumoto (2019) menemukan bahwa persepsi dalam keadaan sehat dan

merasa sedang dalam keadaan stres secara bivariat berhubungan signifikan dengan

gejala negatif PMS, termasuk prevalensinya, tipe, dan derajatnya (p=0,011 dan

52
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
p=0,008). Penelitian ini mengindikasikan prevalensi, derajat keparahan PMS pada

mahasiswi dan persepsi subjektif negatif terhadap kesehatan dan stres mungkin

berhubungan dengan intensitas simptomatologi PMS. Pada studi lain di Pakistan

juga didapatkan 81,5% siswa yang melaporkan adanya stres dapat memicu

munculnya gejala PMS. Tingginya stres pada bulan-bulan sebelumnya signifikan

meningkatkan angka dan keparahan gejala PMS. Buddhabunyakan et al (2017)

melaporkan PMS sering terjadi pada wanita dengan tingkat stres yang tinggi. Stres

yang berkepanjangan dapat menyebabkan malfungsi persisten sistem

neuroendokrin dan memicu PMS.

Meskipun demikian, kejadian ini mungkin dapat diminimalisir dengan

adanya pola makan dan aktivitas fisik yang baik. Kusumawardani (2017)

mendapatkan hubungan yang dignifikan antara aktivitas fisik dengan PMS

(p=0,011) serta hubungan antara konsumsi kedelai dengan PMS (p=0,000).

Konsumsi kedelai serta melakukan aktifitas fisik dengan intensitas yang cukup

dan teratur dapat membantu mengurangi gejala dan derajat keparan PMS setiap

bulannya.

Studi lain juga menyebutkan persentasi kebiasaan sarapan pagi secara

signifikan dapat menurunkan persepsi negatif yang berhubungan dengan gejala

depresi (PMS Tipe D). Pada penelitian di Jepang ditemukan tingginya populasi

dengan persepsi diri yang rendah ternyata melewati waktu sarapan. Kebiasaan

yang tidak sehat seperti kebiasaan sarapan yang tidak teratur juga memiliki derajat

keparahan PMS yang lebih tinggi. (Matsumoto 2019).

Perbedaan gaya hidup, nutrisi rendah yang disebabkan oleh rendahnya

pendapatan seseorang, khususnya pada remaja merupakan faktor lain yang dapat

53
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
berkontribusi (Delara et al, 2013). Firoozi (2012) berpendapat bahwa faktor

biokimia dan neuroendokrin tidak mutlak terhitung sebagai penyebab munculnya

gejala dan keparahan PMS. Bahkan, faktor psikologis seperti gaya atribusi,

stessor kehidupan, perilaku dan kognitif berhubungan dengan siklus dan

menstruasi sehingga harus menjadi pertimbangan. Lebih jauh lagi, ditemukan

interaksi antara derajat keparahan PMS dengan sensitivitas interpersonal secara

signifikan.

6.5. Hubungan Umur Remaja dengan Kejadian PMS

Kategori umur yang menjadi mayoritas responden pada penelitian ini

adalah middle adolescence (14-16 tahun) dengan kejadian tidak PMS-PMS ringan

sebanyak 57,2% dan kejadian PMS sedang-PMS berat sebanyak 42,8%.

Responden dengan kategori umur late adolescence (17-19 tahun) memiliki angka

kejadian tidak PMS-PMS ringan sebanyak 55,6% dan PMS sedang-PMS berat

sebanyak 44,4%. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji chi-

square untuk melihat hubungan umur remaja dengan kejadian PMS pada siswi di

SMA Negeri 6 Kota Padang tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara

umur remaja dan kejadian PMS dengan nilai p=0,891.

Remaja dengan kelompok umur middle adolescence lebih banyak

mengeluhkan PMS karena sebagian remaja putri belum mampu beradaptasi

dengan perubahan hormonal saat menjelang mestruasi. Selain itu, perubahan dari

lingkungan seperti faktfor gaya hidup juga mempengaruhi remaja putri dimana

mereka mulai memperhatikan penampilan fisiknya dengan melakukan diet ketat yang

dapat menyebabkan remaja putri mengalami kekurangan zat gizi seperti B6, kalsium, dan

54
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
magnesium. Kekurangan zat gizi ini dapat menyebabkan terjadinya PMS. Kadar

vitamin B6 yang rendah dapat mengganggu aktivitas serotonin dan kalsium yang

rendah menyebabkan otot menjadi keram atau kejang setelah berkontraksi

(Abriani, 2019)

Abirami et al (2017) melaporkan tidak terdapat hubungan antara variabel

demografi dan derajat PMS (p=0,74). Variabel demografi yang dianalisis terdiri

dari usia, agama, jenis tempat tinggal, status sosial ekonomi, tinggi badan, berat

badan, usia menarche, jumlah darah menstruasi, dan aktivitas fisik regular.

Variabel usia yang diuji pada 100 mahasiswa di Universitas RSM, India ini

dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu, rentang usia 17-19 tahun (51%), 20-24

tahun (46%), dan 24-26 tahun (3%). Pada usia 17-19 tahun, 15 orang mengalami

PMS ringan, 28 orang mengalami PMS sedang, dan 8 orang mengalami PMS

berat.

Penelitian lain yang sejalan juga ditemukan pada penelitian Rumana et al

(2017) yang melakukan studi potong lintang pada 270 mahasiswa kedokteran di

Besaveshwara medical college, Chitradurga untuk mengetahui prevalensi PMS

serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini mendapatkan 31,1% prevalensi

PMS dimana terdiri dari 20% PMS ringan, 7,4% PMS sedang, 3,7% PMS berat,

0% PMS sangat berat. Frekuensi dan derajat PMS ini meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Dari hasil analisis statistik didapatkan hubungan yang tidak

signifikan antara usia dengan derajat PMS (p=0,221).

Acikgoz et al (2017) juga melaporkan tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara umur dan kejadian PMS pada 618 mahasiswa tahun pertama di

Universitas Dokuz Eylul, Izmir, Turki (p=0,642). Bhuvaneswari et al (2019)

55
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
sejalan dengan studi ini, dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

umur dan kejadian PMS pada 300 mahasiswa sains di perguruan tinggi wanita

Puducherry (p=0,53).

Naeimi (2015) melakukan penelitian pada 2001 mahasiswa Universitas

Sistan dan Baluchestan, Iran yang tinggal di asrama didapatkan mahasiswa

dengan rentang umur 18-20 tahun tidak mengeluhkan PMS 7% dan 35,8%

mengeluhkan PMS ringan, sedang, dan berat. Hubungan usia dan kejadian PMS

secara statistik tidak signifikan (p=0,593). Dalam sebuah studi yang meneliti

hubungan antara keyakinan wanita tentang prevalensi PMS dan perubahan yang

terjadi, mengindikasikan bahwa banyak wanita memiliki persepsi yang salah

tentang konsep ini sehingga mereka kebanyakan melebih-lebihkan tentang apa

yang mereka alami. Hal ini berakar pada budaya dan tradisi mereka. Perbedaan

antara prevalensi dan berbagai gejala PMS dalam penelitian ini mungkin

disebabkan oleh perbedaan budaya, alat penilaian, gejala yang dilaporkan, jenis

penelitian, metode pemilihan populasi, dan beberapa peserta mungkin tidak jujur

menjelaskan masalah mereka serta beberapa peneliti tidak menganggap beberapa

gejala sebagai tanda untuk mendiagnosis PMS.

Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian potong lintang Abeje et al

(2019) yang dilakukan pada 492 murid sekolah di kota Debremarkos, Barat Laut

Etiopia. Studi ini menemukan hubungan yang signifikan antara umur dan kejadian

PMS dengan nilai p<0,05. Hal ini mungkin dapat terjadi karena perbedaan sosiso

demografi antar populasi studi yang menyebabkan efek psikologis menstruasi

tertentu.

6.6. Keterbatasan Penelitian

56
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih terdapat faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi kejadian PMS dan peneliti tidak meneliti faktor lain

tersebut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya sumber daya dalam penelitian ini,

baik dari segi tenaga ahli maupun peralatan. Maka dari itu peneliti hanya meneliti

variabel tipe PMS dan umur remaja. Penelitian dengan analisis multivariat (stres,

aktivitas fisik, status gizi, pola tidur, pola makan dan riwayat keluarga) akan lebih

membuat penelitian ini lebih baik dikarenakan mampu mengidentifikasi faktor-

faktor yang lebih dominan. Meskipun demikian, peneliti berharap penelitian ini

akan bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan

kesehatan.

57
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan tipe PMS

dan umur remaja dengan kejadian PMS pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang,

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar siswi mengalami PMS tipe A.

2. Sebagian besar siswi berumur 14-16 tahun (middle adolescence).

3. Sebagian besar siswi mengeluhkan PMS ringan.

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe PMS dengan kejadian

PMS pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang.

5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur remaja dengan

kejadian PMS pada siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang

7.2 Saran

1. Siswi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mereka terkait faktor-

faktor yang dapat memperburuk gejala dari PMS serta cara

mencegah/menangani PMS.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapakan menggunakan pendekatan analisis

multivariat agar hasil yang didapatkan lebih mendalam mengenai faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian PMS yang tidak diteliti.

3. Instansi pendidikan dan puskesmas diharapkan bekerjasama untuk

meningkatkan promosi kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi

seperti mengadakan penyuluhan tentang PMS sehingga kejadian PMS

pada siswi SMA terutama di Kota Padang dapat berkurang.

58
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
DAFTAR PUSTAKA

Abeje Abebaw, Berhanu Zerihun. (2019). Premenstrual syndrome and factors


associated with it among secondary and preparatory school students
in Debremarkos town, North-west Ethiopia. BMC Res Notes . 12:535

Abirami P., Ambika S. (2017). Assess The Prevalence Of Premenstrual Syndrome


Among Adolescencnt Girls At SRM College Of Nursing, SRM University,
Kattankulathur. Asian J Pharm Clin Res. 10(5):202-205.

Abriani Ari Arty, Ningtyas Farida Wahyu, Sulistyani. (2019). Hubungan Antara
Konsumsi Makan, Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Premenstrual Syndrome. Jurnal Gizi dan Kesehatan. 3(1):1-6.

Acikgoz Ayla, Dayi Ayfer, Binbay Tolga. (2017). Prevalence of premenstrual


syndrome and its relationship to depressive symptoms in first-year university
students. Saudi Medicine Journal. 38 (11) : 1125-1131.

Alvionita, Fenny. (2016). Hubungan Pola Makan dengan Pre Menstrual


Syndrome pada Mahasiswi S1 Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Skripsi. Progam Studi S1 Pendidikan Bidan
Universitas Airlangga.

Allihabi Abeer. (2019). Premenstrual Syndrome-prevalence, severity and effect on


academic performance : A comparative study between students of medicine
and literature. Journal of women’s Health and Gynecology. 301:1-18.

American Psychiatric Association. (2004). Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders-Fourth Edition- Test Revision. Washiton DC : American
Psychiatric Publishing. Washiton DC.

Andrews., Gilly. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita 2nd ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Aulia. (2009). Kupas Tuntas Menstruasi. Yogyakarta : Milestone.

Bhuvaneswari K., Rabindran Porkodi, Bharadwaj Balaji. (2019). Prevalence of


premenstrual syndrome and its impact on quality of life among selected
college students in Puducherry. The National Medical Journal Of India.
31(1):17-19.

BKKBN. (2020). Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa. Padang.

Brunner, Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC.

Buddhabunyakan N, Kaewrudee S, Chongsomchai C, Soontrapa S, Somboonporn


W, Sothornwit J. (2017). Premenstrual syndrome (PMS) among high school
students. Int J Womens Health. 9:501-505.

59
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Delara M., Ghofranipour F., Tavafian S.S., Kazemnejad A., & Montazeri A.
(2012). Health related quality of life among adolescents with premenstrual
disorders: a cross sectional study. Health and Quality of Life Outcomes.
Biomed Central. 10:1.

Dewi Tri Kesuma, Purwanta, Hapsari Dwi Elsi. (2017). Pengalaman Ibu
Menghadpi Remaja dengan Gejala Premenstrual Syndrome Dysphoric
Disorder. Berita Kedokteran Masyarakat. 34(2):72-79.

Eisingerich, A. B., & Rubera, G. (2010). Drivers of Brand Commitment: A Cross-


National Investigation. Journal of International Marketing. 18(2):64–79.

Estiani Kartika, Nindya Triska susila. (2018). Hubungan Status Gizi dan
Asupan Magnesium dengan Kejadian Premenstrual Syndrome pada
Remaja Putri. Media Gizi Indonesia. 13(1):20-26.

Farujiah. (2017). hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang


coping premenstrual syndrome pada remaja putri di SMAN 9 Kendari.
Skripsi. Poltekkes Kendari.

Fathizadeh Nahid, Elham Ebrahimi, Mahboube Valiani, Naser Tavakoli and


manizhe Hojat Yar. (2010). Evaluating the effect of magnesium and
magnesiumplus vitamin B6 supplement on the severity of premenstrual
syndrome. Iran Journal of Nursing and Midwifery Research. 1:401-405.

Fatimah Akifah, Prabandari Yayi suryo, Emilia Ova. (2016). Stres dan Kejadian
Premenstrual Syndrome pada Mahasiswi di Asrama Sekola. Berita
Kedokteran Masyarakat. 32(1):7-12.

Fil Ilmi Ayatun, Diah Mulyawati Utari. (2018). Faktor Dominan Premenstrual
Syndrome pada Mahasiswi (Studi pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan
Masyarakat dan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia). MGMI. 10(1) : 39-50.

Firoozi, R., Kafi, M., Salehi, I., Shirmohammadi, M. (2012). The Relationship
between Severity of Premenstrual Syndrome and Psychiatric Symptoms.
Iranian journal of psychiatry, 7(1):36–40.

Ginsbur KA., Dinsay T., (2000). Premenstrual Syndrome :Ransom SB. Pratical
Strategies in obstetric and gynecology. Wb Saunders Co.648-94.

Glasier, A., Gebbie, A. (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi


Jakarta : EGC.

Goker A., Artunc-Ulkumen B., Aktenk F et al. (2016). Premenstrual syndrome


in Turkish medical students and their quality of life. Journal of Obstetrics
and Gynecology. 1-4.

Hasyim Mona S., Obaideen Asma A., Jahrami Haitham A., et al. (2019).
Premenstrual Syndrome Is Associated with Dietary and Lifestyle Behaviors

60
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
among University Students: A Cross-Sectional Study from Sharjah, UAE.
Journal of Nutrients. 11:1-18

Helmi, R.R., Y. Yaunin, Almurdi. 2017. Hubungan Sindrom Pramenstruasi


dengan Aktivitas Belajar Siswi SMAN 1 Payakumbuh. Jurnal Kesehatan
Andalas 6(2): 375-378.

Hoetomo M.A. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Mitra


Pelajar.

Iski Hatice, Ergol Sule, Aynioglu Oner, et al. (2016). Premenstrual syndrome and
life quality in Turkish health science students. Turkish Journal of Medical
Sciences. 46:695-701.

Johnson Bertone, Elizabeth R., Brian W. Whitcomb, et al. (2014). Early Life
Emotional, Physical, and Sexual Abuse and the Development of Premenstrual
Syndrome: A Longitudinal Study. Journal Of Women’s Health. 23:729-739.

Joseph , HK. (2010). Ginekologi dan Obsteri. Yogyakarta : Nuha Medika.

Kamat Shruti V., Nimbalkar Archana, Phatak Ajay G., et al. (2020). Premenstrual
syndrome in Anand District, Gujarat: A cross-sectional survey. Journal of
Family Medicine and Primary Care. 8(2):640-647.

Kinanti. (2009). Rahasia Pintar Wanita. Yogyakarta : Aulya Publishing.

Kroll AR. (2014). Recreational Physicl Activity and Premenstrual Syndrome in


College-Aged Women. Thesis. Massachusetts : University of Massachusetts
Amherst.

Kusumawardani, Eva Flourentina, Adi, Annis Catur. (2017). Hubungan aktivitas


fisik dan konsumsi kedelai pada remaja yang mengalami premenstrual
syndrome (PMS) di SMKN 10 Surabaya. Media Gizi Indonesia. 12(1):54-63

Lisnawati. (2017). Olahraga dan Pola Tidur Berhubungan dengan Kejadian


Premenstrual Syndrome (PMS). Jurnal Care. 5(2):246-55.

M, Manan, EL. (2011). Miss V. Yogyakarta: Buku Biru.

Matsumoto, T., Egawa, M., Kimura, T., Hayashi, T. (2019). A potential relation
between premenstrual symptoms and subjective perception of health and
stress among college students: a cross-sectional study. BioPsychoSocial
medicine. 13:26.

Moghadam Direkvand, Sayehmiri K., Delpisheh A., Kaikhavandi Sattar. (2014).


Epidemiology of Premenstrual Syndrome, A Systematic Review and Meta-
Analysis Study. Iranian Journal of Obstetrics, Gynecology and Infertility.
8(2):106-109.

61
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Naeimi, Nasim. (2015). The Prevalence and Symptoms of Premenstrual
Syndrome under Examination. Journal of Biosciences and Medicines. 3:1-8.

Nashruna, I., Maryatum, & Wulandari, R. (2012). Hubungan aktivitas olahraga


dan obesitas dengan kejadian sindrom pramenstruasi di Desa Puncangmiliar
Tulung Klaten. Jurnal Gaster. 9(1):1-5

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rikeka Cipta.

Pertiwi, Chairunisa. (2016). Hubungan Aktivitas Olah Raga terhadap Kejadian


sindrom Pramenstruasi pada Remaja di SMAN 4 Jakarta. Jakarta.

Pratita Rosa, Margawati Ani. (2013). Hubungan antara derajat sindrom


pramenstruasi dan aktivitas fisik dengan perilaku makan pada remaja putri.
Journal of Nutrition College. 2(4):645-651

Prawirohardjo, Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Purwoastuti, E., Walyani E.S,. (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi


dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. R.I.

Rad Mostafa, Sabzevary Marzieh Torkmannejad , Dehnavi Zahra Mohebbi.


(2018). Factors associated with premenstrual syndrome in Female High
School Students. Journal of Education and Health Promotion. 7:1-5

Ramadani, Mery. (2012). Premenstrual Syndrome. Jurnal Kesehatan


Masyarakat. 7:21-25.

Ratikasari, I. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sindrom


pramenstruasi (PMS) pada siswi SMA 112 Jakarta. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Renata Maria Dolorosa Sus, Widyastuti Nurmasari, Nissa Choirun. (2018).


Asupan Mikronutrien sebagai Faktor Risiko Kejadian Sindrom Pramenstruasi
pada Wanita Vegetarian. The IndonesianJournal of Nutrition. 6(2):94-101.

Rumana AM, Sudharani M, Kallupurackal SJX, Ramya V, Nagendra GMR,


Suryakantha AH. (2017). Prevalence of Premenstrual Syndrome among
Medical Students. Natl J Community Med. 8(6):292-294.

Saputri, Tiara Reviana. (2016). Gambara Kejadian Premenstrual Syndrome pada


siswi kelas X dan XI di SMAN 1 Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Naskah Publikasi. Universitas Alma Ata Yogyakarta.

Saryono, S. (2009). Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sejati, Waluyo. (2009). Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta : Milestone.

62
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Siantina, R. 2010. Hubungan antara Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Olahraga
dengan Kejadian Premenstrual syndrome (PMS) pada Remaja Putri di
SMAN 1 Padang. Fakultas Keperawatan.Universitas Andalas.

Speroff L., Glass RH., Kase NG. (1999). Menstrual Disorder. Clinical
Endocrinologic Endocrine and Infertility. 557-73.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suheimi HK. (2007). Patofisiologi Premenstrual Syndrome. Padang :


Bagian/SMF Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Pertemuan Ilmiah Tahunan HIFERI III Yogyakarta.

Suparman. (2011). Premenstrual Syndrome. Jakarta : EGC.

Takeda Takashi, Shiina Masami. (2018). Effect of an educational program on


adolescent premenstrual syndrome: lessons from the Great East Japan
Earthquake. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics. 9:95–101.

Wahyuni S, Wintoro PD. (2015). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian


Premenstruasi Sindrome Pada Remaja Putri Kelas XI di SMA N 2 Klaten.
Laporan Penelitian. Klaten: DIII Kebidanan STIKes Muhammadiyah Klaten

World Health Organization (WHO). (2015). Adolescent Development: Topics at


Glance.

63
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal Kegiatan Proposal dan Skripsi

BULAN
NO KEGIATAN
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pengajuan judul

2 Pengesahan judul

Pembuatan
3 proposal

4 Seminar Proposal

Revisi proposal
dan melakukan
5 penelitian

6 Ujian skripsi

Revisi skripsi dan


memperbanyak
7 skripsi

64
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 2. Anggaran Biaya Penelitian

Anggaran Biaya Penelitian

No Kegiatan Biaya (Rp)


1 Observasi dan Pengambilan Data Awal 50.000
2 Penelitian
a. Surat menyurat dan fotokopi 100.000
b. Jilid proposal dan skripsi 200.000
c. Transportasi 100.000

3 Kertas HVS dan Tinta Printer 300.000


4 Konsumsi Sidang Proposal 150.000
Total Biaya 900.000

65
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 3. Permohonan Responden

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Calon Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Roccy Aska Porta


Nomor BP : 1610332010
Program Studi : S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tipe


Premenstrual Syndrome dan Umur Remaja dengan Kejadian Premenstrual
Syndrome pada Siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden.
Semua informasi dari hasil penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudari bersedia, saya memohon
kesediaan saudari untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)
yang telah saya lampirkan.

Atas perhatian dan kesediaan saudari menjadi responden, saya ucapkan terima
kasih.

Hormat saya,

Roccy Aska Porta

66
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 4. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden

PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia


berpartisipasi menjadi responden untuk penelitian yang dilakukan oleh Roccy
Aska Porta, Mahasiswi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dengan judul “Hubungan Tipe Premenstrual Syndrome dan Umur Remaja dengan
Kejadian Premenstrual Syndrome pada Siswi di SMA Negeri 6 Kota Padang “.

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia tanpa paksaan dari pihak
manapun untuk menjadi responden.

Padang, 2020

Responden

( )

67
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 5. Kuesioner Premenstrual Syndrome

KUESIONER PENELITIAN

Nama :
Umur :
Siklus Haid : Teratur/ Tidak Teratur
Kelas/Jurusan :
Nomor HP :

1. Kuesioner Tipe Premenstrual Syndrome

Pilihlah jawaban sesuai dengan Tipe PMS yang Anda alami jika Anda

tidak yakin dengan jawaban Anda lakukanlah yang terbaik semampu Anda.

Periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewat !

Tipe PMS Gejala/keluhan

A Rasa cemas, mudah tersinggung, pikiran tertekan dan mudah


marah

C Sering merasa lapar, ingin mengkonsumsi makanan/minuman


manis, mudah lelah dan pusing

D Depresi, menagis tanpa sebab, lemah, gagguan tidur dan sulit


berkonsentrasi

H Perut kembung, myeri pada payudara, pembengkakan pada


tangan dan kaki dan peningkatan berat badan.
(Suparman, 2011)

68
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
2. Kuesioner Premenstrual Syndrome

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai dengan diri Anda.
Periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewat !
Petunjuk Pengisian :
 1= gejala tidak dirasakan
 2= keluhan ringan namun tidak mengganggu
 3= keluhan sedang dan agak mengganggu
 4= keluhan berat dan sangat mengganggu aktifitas

Gejala Intensitas

1 2 3 4

Perasaan tertekan, tak berguna, pikiran rendah diri


yang nyata :

1. Saya tiba-tiba merasa sedih dan putus asa


menjelang haid

2. Rasanya saya makhluk yang paling tak


berguna

Kecemasan atau ketegangan yang nyata, perasaan


terasingkan atau terpinggirkan :

3. Saya merasa cemas dan tegang

4. Menjadi tidak tenang dan gelisah

Instabilitas afek yang bermakna (perasaan


mendadak sedih atau menangis, menjadi kontrol
terhadap penolakan) :

5. Tiba-tiba merasa sedih dan ingin menangis

6. Saya menjadi mudah tersinggung

Kemarahan atau iritabilitas yang peresisten dan

69
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
nyata, atau meningkatnya konflik interpersonal :

7. Saya mudah marah dan jengkel

Penurunan ketertarikan pada aktivitas rutin


(pekerjaan, sekolah, teman atau hobi) :

8. Saya merasa enggan melakukan apapun

Perasaan subjektif sulit berkonsentrasi :

9. Sulit berkonsentrasi

Kelemahan badan, cepat merasa kontrol atau tidak


bertenaga :

10. Mudah lelah

Perubahan nafsu makan atau minum yang nyata,


keinginan berlebihan makan/minum sesuatu :

11. Kurang nafsu makan

12. Nafsu makan meningkat

13. Merasa ingin makan sesuatu (ngidam)

Hipersomnia (banyak tidur) atau insomnia (sulit


tidur) :

14. Tidur lebih lama

15. Sulit tidur

Perasaan subjektif lepas kontrol:

16. Merasa ingin berteriak-teriak

17. Ingin membanting benda yang disekitar


karena jengkel

70
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Keluhan- keluhan fisik :

18. Sakit kepala

19. Sakit pinggang

20. Nyeri payudara

21. Perut terasa kembung

22. Nyeri sendi

(Suparman, 2011)

Kriteria Skor :

 Tidak PMS, skor ≥ 22

 PMS ringan, skor 23-44

 PMS sedang, skor 45-66

 PMS berat, skor 67-88

71
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 6. Etik Penelitian

72
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 7. Master Tabel

No : Nomor
U : Umur
TP : Tipe PMS
KP : Kejadian PMS
NR : Nama Responden
K : Kelas

PERTANYAAN KUISIONER
NO U TP KP NR K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 14 C 22 IR X IPA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 14 A 30 ASY X IPA 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1
3 15 A 56 RSA X IPA 1 1 2 1 1 2 4 4 4 3 2 2 1 2 3 4 4 4 4 2 2 2 2
4 15 A 38 NKF X IPA 2 1 1 1 1 1 2 3 2 2 3 1 1 1 1 3 1 1 2 3 2 2 3
5 15 C 44 OAP X IPA 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 4 4 2 2 2 2 1 2 1
6 15 H 29 NYP XI IPA 2 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
7 15 D 55 AH X IPA 3 3 2 3 2 3 2 4 1 2 3 1 2 2 3 1 1 3 2 4 4 3 4
8 15 C 40 EOJR X IPS 1 1 1 1 2 2 3 3 2 1 2 1 3 4 3 1 2 2 2 1 1 1 1
9 15 A 34 AZS X IPA 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1
10 15 A 35 AP X IPS 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1
11 15 C 53 HV X IPA 4 1 2 1 1 1 3 4 4 2 4 2 1 4 3 3 1 1 3 4 3 1 4
12 15 A 61 SIPZ XI IPS 2 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 1 2 3 4 2 1 3 1 1 3 3
13 15 C 42 SO XI IPA 5 1 1 1 2 1 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 1 1 3 2 1 3 4
14 15 A 37 F X IPS 3 1 1 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 3 2
15 15 A 31 FM X IPA 4 1 1 1 1 1 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1
16 15 A 41 M X IPA 4 1 1 2 3 1 4 3 3 2 4 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 2
17 15 A 53 AJ X IPS 1 2 4 1 2 3 4 4 4 1 3 1 3 1 4 1 1 1 3 4 1 3 2
18 15 A 26 PD X IPA 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 15 D 53 DDR X IPA 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 1 1 1
20 15 D 55 MNM X IPA 3 4 1 2 4 4 2 1 4 4 4 4 1 1 1 4 1 1 4 1 1 3 3
21 15 D 63 DR X IPS 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 4 4 3 1 1 1 2 2
22 15 A 53 MZ X IPS 1 3 1 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 2
23 15 A 36 TR X IPS 1 2 1 2 2 2 4 3 1 1 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2
24 15 A 34 HW X IPA 4 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2
25 15 A 52 WSN X IPA 3 2 3 4 1 2 3 4 2 4 2 4 1 4 2 1 1 1 1 4 1 1 4
26 15 H 76 WAB X IPS 1 4 1 3 4 2 4 4 4 4 4 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
27 15 A 64 SDR XI IPA 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
28 15 A 57 SKA XI IPA 5 2 1 2 3 2 4 4 4 3 4 2 3 1 3 4 3 2 2 3 1 1 3
29 15 A 38 VAM XI IPA 5 1 2 2 3 1 3 4 4 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2
30 15 A 57 OC X IPS 1 1 2 3 3 3 2 2 2 1 4 4 1 2 1 4 2 1 4 4 3 4 4
31 16 C 50 INA XI IPA 2 2 1 2 2 3 3 3 4 2 3 1 4 2 4 1 1 1 2 4 2 1 2
32 16 A 55 NCB X IPA 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 1 3 2 2 1
33 16 A 31 TA XII IPA 3 1 1 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2

73
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
34 16 A 51 ASP XI IPS 2 2 1 2 3 1 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 1 3 1 4 3 3 2
35 16 C 36 SO XI IPA 3 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 2
36 16 D 35 DAP XI IPA 4 1 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1
37 16 C 49 QN XI IPS 4 2 2 1 3 2 1 2 4 3 4 3 1 2 4 1 1 2 4 3 1 1 2
38 16 A 37 SHA XI IPA 4 1 1 1 3 1 2 3 1 2 4 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2
39 16 A 29 IRP X IPA 3 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1
40 16 A 31 SHD XI IPA 5 1 1 3 1 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
41 16 H 45 ISP XII IPA 2 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 2
42 16 C 45 FTZ XI IPA 5 3 1 2 2 3 4 3 3 3 2 1 2 2 1 1 1 1 2 3 3 1 1
43 16 A 41 JT XI IPA 3 1 1 2 2 1 1 3 1 2 3 3 2 1 2 3 1 1 3 3 1 3 1
44 16 C 35 AS X IPA 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 3 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2
45 16 C 36 MAL XI IPS 1 2 1 2 1 3 3 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2
46 16 C 41 GDU XI IPS 4 2 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 1 1 3 1 2 1 1 2 1 3 3
47 16 A 31 NAP XI IPA 5 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1
48 16 A 42 MK X IPA 3 2 1 1 2 1 1 3 3 1 4 3 1 3 2 1 1 1 1 4 4 1 1
49 16 C 48 L X IPS 3 2 1 2 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 1 1 2 1 3 2 3 2
50 16 C 59 TF XII IPA 2 2 1 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 3 4 2 4 3 3 2 2 2 3
51 16 A 39 FRC XI IPA 5 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2
52 16 A 41 YPK XI IPA 5 2 1 1 1 2 2 3 2 4 2 1 4 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2
53 16 A 31 SM XI IPA 5 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1
54 16 C 42 SY XI IPA 1 1 1 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 1 2
55 16 C 51 N XII IPA 3 2 1 2 2 1 3 3 3 2 3 1 3 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2
56 16 A 56 IDC XI IPA 4 2 1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 1 2 3 1 2 2 3 1 1 3 1
57 17 A 48 S XII IPA 1 2 1 2 2 3 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 4 4 3 3
58 17 C 34 BN XII IPS 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 3 1 3
59 17 A 41 PKC XII IPS 4 2 1 2 1 3 4 4 3 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1
60 17 C 48 SFS XII IPA 1 2 1 2 1 2 3 3 1 2 3 3 3 1 1 1 1 4 3 3 4 3 1
61 17 C 39 AMN XII IPA 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2
62 17 C 55 ARP XI IPA 2 1 1 1 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 2 4 2 2 2
63 17 C 48 SS XII IPA 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 1 2 3 4 3 3
64 17 C 59 ONY XI IPS 4 2 3 1 2 3 4 4 4 3 4 1 3 2 2 4 4 2 1 3 2 1 4
65 17 A 50 AR XII IPA 2 2 1 3 3 1 4 4 4 2 2 1 4 3 4 1 1 1 2 2 2 1 2
66 17 D 31 IPS XII IPA 3 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
67 17 D 58 RL XII IPA 3 2 3 2 4 2 2 2 3 4 3 4 1 2 3 4 4 1 1 3 1 4 3
68 17 A 42 AVZ XII IPS 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 1 1 2 1 1 3 4 2 2 2
69 17 C 56 PKI XII IPA 3 1 1 3 3 2 4 4 4 4 3 1 2 2 1 4 2 1 4 4 3 2 1
70 17 C 42 AMS XII IPA 3 1 1 2 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 1 1 1 1 4 1 1 3
71 17 H 59 DDP XI IPA 5 1 1 4 4 2 2 2 3 2 3 4 1 1 1 4 4 2 2 4 4 4 4
72 17 C 43 Z XII IPA 3 1 2 2 3 2 1 2 3 3 2 1 3 4 1 1 1 3 2 2 1 1 2
73 17 C 38 IA XII IPA 3 1 2 2 3 1 2 2 4 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3
74 17 A 49 MF XII IPA 3 2 1 3 3 1 4 4 1 3 3 4 1 1 2 4 1 1 3 4 1 1 1
75 17 C 36 AM XII IPA 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2
76 17 C 42 GA XII IPA 4 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 1 1 3 3 2 2 3

74
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
77 17 C 34 CIP XII IPA 2 2 1 2 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1
78 17 A 34 FK XII IPA 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 3 2
79 17 C 38 MVW XII IPA 3 1 1 1 2 1 2 1 3 3 3 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 3 3
80 17 A 59 MM XII IPA 2 1 1 2 4 2 4 4 3 4 4 4 1 2 1 4 3 2 1 4 1 4 3
81 17 A 36 DRP XII IPA 5 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 4 1 1 1
82 17 A 49 DS XII IPS 3 3 2 3 4 2 4 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 3
AYD
83 17 A 39 M XII IPA 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 3 1 3 1 2 2 2 2 1 3 3 2 1

75
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 8. Hasil Penelitian

8.1 Tipe PMS

Tipe PMS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid A 42 50.6 50.6 50.6
C 30 36.1 36.1 86.7
D 7 8.4 8.4 95.2
H 4 4.8 4.8 100.0
Total 83 100.0 100.0

8.2 Umur Remaja

Umur Remaja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Middle Adolescent 56 67.5 67.5 67.5
Late Adolescent 27 32.5 32.5 100.0
Total 83 100.0 100.0

8.3 Kejadian PMS

Derajat PMS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIdak PMS 2 2.4 2.4 2.4
PMS Ringan 45 54.2 54.2 56.6
PMS Sedang 35 42.2 42.2 98.8
PMS Berat 1 1.2 1.2 100.0
Total 83 100.0 100.0

76
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
8.4 Tipe PMS dengan Kejadian PMS

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tipe PMS Gabungan * 83 100.0% 0 0.0% 83 100.0%
Derajat PMS Gab

Tipe PMS Gabungan * Derajat PMS Gab Crosstabulation


Derajat PMS Gab
Tidak PMS - PMS Sedang
PMS RIngan - Berat Total
Tipe PMS A Count 26 16 42
Gabungan Expected Count 23.8 18.2 42.0
% within Tipe PMS 61.9% 38.1% 100.0%
Gabungan
% within Derajat PMS Gab 55.3% 44.4% 50.6%
% of Total 31.3% 19.3% 50.6%
C Count 18 12 30
Expected Count 17.0 13.0 30.0
% within Tipe PMS 60.0% 40.0% 100.0%
Gabungan
% within Derajat PMS Gab 38.3% 33.3% 36.1%
% of Total 21.7% 14.5% 36.1%
D dan H Count 3 8 11
Expected Count 6.2 4.8 11.0
% within Tipe PMS 27.3% 72.7% 100.0%
Gabungan
% within Derajat PMS Gab 6.4% 22.2% 13.3%
% of Total 3.6% 9.6% 13.3%
Total Count 47 36 83
Expected Count 47.0 36.0 83.0
% within Tipe PMS 56.6% 43.4% 100.0%
Gabungan
% within Derajat PMS Gab 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 56.6% 43.4% 100.0%

77
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 4.474 2 .107
Likelihood Ratio 4.508 2 .105
Linear-by-Linear Association 2.880 1 .090
N of Valid Cases 83
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4,77.

8.5 Umur remaja dengan Kejadian PMS

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur remaja * derajat pms 83 100.0% 0 0.0% 83 100.0%

umur remaja * derajat pms Crosstabulation


derajat pms
tidak pms-pms pms sedang-
ringan pms berat Total
umur remaja middle Count 32 24 56
adolescence Expected 31.7 24.3 56.0
Count
% of Total 38.6% 28.9% 67.5%
late Count 15 12 27
adolescence Expected 15.3 11.7 27.0
Count
% of Total 18.1% 14.5% 32.5%
Total Count 47 36 83
Expected 47.0 36.0 83.0
Count
% of Total 56.6% 43.4% 100.0%

78
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .019 1 .891
Likelihood Ratio .019 1 .891
Linear-by-Linear .018 1 .892
Association
N of Valid Cases 83
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,71.
b. Computed only for a 2x2 table

79
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

80
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas
Lampiran 10. Surat Pernyataan Telah Selesai Meneliti

81
Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai