Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA PASIEN STROKE HEMORARGIC


Guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pembimbing: Ruti Wiyati, S.Kep., Ns, M.Kep

Oleh :
Zahra Amalina P1337420218141 Iinafa Atidzikroo P1337420218138
Apriliana W.N. P1337420218128 Septina Isna I. P1337420218132
Lili Rahmawati P1337420218131 Annisah F.P P1337420218121
Aniq Muflihah P1337420218123 Clarisa Fajar M. P1337420218127
Eska Putri D. P1337420218134 Utvia Damayenti P1337420218135
Mutia Nur A. P1337420218124 Afifah Neli W. P1337420218118
Ananda F. P1337420218120 Riska Dwi L. P1337420218130
Iklima F. P1337420218129 Risma Nadia A. P1337420218139
Nofita Sari P1337420218136 TriskaVinanda P1337420218122
Ade Ima J.A. P1337420218133 Latifah Nurul K. P1337420218126
Fikri Izzul K. P1337420218119
KELOMPOK 6
3C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPULI INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien Stroke Hemorargic” dengan baik.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun, berkat
bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan,
dukungan, dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Makalah ini tentu saja jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharap
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah selanjutnnya.

Purwokerto, 5 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Asuhan Medis......................................................................................4
1. Pengertian stroke.........................................................................................4
2. Etiologi stroke hemorargic..........................................................................4
3. Tanda dan gejala stroke hemorargic...........................................................5
4. Komplikasi stroke hemorargic....................................................................6
5. Patofisiologi stroke hemorargic..................................................................6
6. Pathway stroke hemorargic.........................................................................8
7. Pemeriksaan penunjang...............................................................................9
8. Penatalaksanaan..........................................................................................9
B. Konsep asuhan keperawatan...........................................................................13
1. Pengkajian.................................................................................................13
2. Diagnosa....................................................................................................16
3. Intervensi...................................................................................................17
4. Evaluasi.....................................................................................................23
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE
HEMORARGIC
A. Pengkajian.......................................................................................................25
B. Pengkajian primer...........................................................................................28
C. Pengkajian sekunder........................................................................................28
D. Pengkajian B6.................................................................................................28
E. Pengkajian pola fungsional.............................................................................30

iii
F. Pemeriksaan umum.........................................................................................32
G. Data penunjang................................................................................................33
H. Terapi..............................................................................................................34
I. Analisa data.....................................................................................................35
J. Prioritas diagnosa keperawatan.......................................................................36
K. Rencana keperawatan......................................................................................37
L. Implementasi...................................................................................................41
M.Evaluasi...........................................................................................................44
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................48
B. Saran................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................50

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak,progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Bila peredaran darah ke otak ini berlangsung sementara beberapa detik
hingga berapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi dari 24 jam disebut
sebagai seragan iskemia otak sepintar. Stroke hemoragik merupakan stroke
yang disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau perdarahan subrakhniod
karena pecahnya pembuluh darah otak yang area tertentu sehingga darah
memenuhi jaringan otak. Perdarahan yang terjadi dapat menimbulkan gejala
neurologik dengan cepat karena tekanan pada saraf didalam tengkorak yang
ditandai dengan penurunan kesadaran,nadi cepat,pernapasan cepat,pupil
mengecil,kaku kuduk, dan hemiplegia.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2015, kematian
akibat stroke sebesar 51% diseluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Selain itu diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan
tingginya kadar glukosa dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam
tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan kosentrasi glikoprotein,
yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa dalam
darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan
meluasnya area inferk karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme
glukosa secara anaerobic yang merusak jaringan otak ( Rico dkk,2013).
Berdasarkan hasil Rikesdas tahun 2013, prevelensi penyakit stroke di
Indonesia meningkat sering bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan
terendah pada kelompok usia 15-24 tahun (0,2%). Prevelensi stroke
berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan

1
perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevelensistroke diperkotaan
lebih tinggi (8,2%) dibandingkan daerah pendesaan (5,7%). Gaya hidup yang
tidak sehat seperti mengomsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol,
kurang aktivitas fisik dan kurang berolahraga, meningkatkan resiko terkena
penyakit stoke (Friedman,2013).
Solusi yang harus di terapkan adalah pengendalian kadar kolesterol
dalam darah, kendalikan gula darah, berhenti merokok, lakukan olahraga
secara rutin, kurangi stres dan istirahat yang cukup, memperbanyak konsumsi
makanan sehat.Penyakit stroke dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua
dulu, stroke hanya terjadi pada usia mulai 60 tahun namun sekarang mulai
usia 40 tahun seseorang memiliki risiko stroke, meningkatnya penderita
stroke usia mudalebih disebabkan pola hidup, terutama dari pola makan tinggi
kolesterol. Berdasarkan pengamatan justru stroke diusia produktif sering
terjadi akibat kesibukan kerja yang mengakibatkan seseorang jarang
berolahraga,kurang tidur,dan stres berat yang juga jadi faktor penyebab
(Dauman,2013). Berdasarkan data dan fakta maka penulis sebagai perawat
berpendapat bahwa stroke masih memerlukan berbagai penanganan
komperhensif dan memerlukan keikutsertaan klien serta keluarga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Medis Pada Stroke Haemoragik?
2. Bagaimana Konsep Keperawatan Pada Stroke Haemoragik?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Stroke Haemoragik?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep medis pada stroke haemoragik, konsep keperawatan
pada stroke haemoragik dan asuhan keperawatan dengan stroke
haemoragik.
2. Khusus
a. Mengetahui pengertian stroke.
b. Mengetahui etiologi stroke haemoragik.
c. Mengetahui tanda dan gejala stroke haemoragik.

2
d. Mengetahui komplikasi stroke haemoragik.
e. Mengetahui patofiologi stroke haemoragik.
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang stroke haemoragik.
g. Mengetahui penatalaksanaan stroke haemoragik.
h. Mengetahui pengkajian pada pasien stroke haemoragik.
i. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien stroke haemoragik.
j. Mengetahui intervensi/rencana tindakan pada pasien stroke
haemoragik.
k. Mengetahui evaluasi pada pasien stroke haemoragik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Asuhan Medis


1. Pengertian Stroke
Stroke adalah terjadinya sumbatan atau pecahnya arteri di otak
yang disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya merokok, aktifitas
fisik yang tidak memadahi, dan pola makan yang kurang sehat (WHO,
2019). Menurut Arif Muttaqin, (2008) stroke adalah suatu keadaan yang
timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian, Stroke adalah defisit
neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam
sebagai akibat dari Cardiovaskular Disease (CVD). Stroke Hemoragik
adalah pembuluh darah yang pecah sehingga aliran darah menjadi tidak
normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di
otak dan merusaknya.Stroke Hemoragik di bagi menjadi dua jenis yaitu
stroke hemoragik intraserebral yaitu perdarahan yang terjadi di dalam
jaringan otak, Hemoragik sub arachnoid merupakan perdarahan yang
terjadi pada ruang sub arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak
lapisan jaringan yang menutupi otak.
2. Etiologi stroke hemoragik
Gangguan Stroke Hemoragik disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu Hipertensi, Obesitas, dan Kolesterol (Price & Wilson, 2009).
a. Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg
dalam jangka waktu yang lama.
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki berat

4
badan berlebih dengan IMT (indeks masa tubuh) lebih besar
daripada 27,8 kg/m².
c. Kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol berhubungan dalam menyebabkan
Stroke Hemoragik dikarenakan perkembangan plak aterosklerotik
aorta pada pasien Stoke Hemoragik.
3. Tanda dan Gejala Stroke Haemoragik
Menurut (Junaidi, 2011) tanda dan gejala klinis Stroke
Hemoragik adalah sebagai berikut :
a. Tanda dan gejala Perdarahan Intraserebral
1) Sakit kepala, muntah, pusing (vertigo), gangguan kesadaran.
2) Gangguan fungsi tubuh (deficit neurologis), tergantung lokasi
perdarahan.
3) Bila perdarahan ke kapsula interna (perdarahan kapsuer), maka
akan ditemukan hemiparase kontralateral, hemiplegia, koma (bila
perdarahan luas).
4) Perdarahan luas/massif ke otak kecil/serebelum maka akan
ditemukan ataksia serebelum (gangguan koordinasi), nyeri kepala
di oksipital, vertigo, nistagmus, dan disartri.
b. Tanda dan gejala Perdarahan Subarakhnoid
1) Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher.
2) Nausea dan vomiting (mual dan muntah)
3) Fotofobia (mudah silau).
4) Paresis saraf okulomotorius, pupil anisokor, perdarahan retina
pada funduskopi.
5) Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik).
6) Kaku leher/kuduk (meningismus), bila pasien masih sadar.
7) Gangguan kesadaran berupa rasa kantuk (somnolen) sampai
kesadaran hilang.

5
4. Komplikasi Stroke Haemoragik
Menurut (Batticaca, 2011) komplikasi dari stroke hemoragik adalah :
a. Gangguan otak yang berat
b. Kematian apabila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau
kardiovaskular

c. Komplikasi dari pasien stroke yaitu : infrak serebri, hindrosephalus


yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif, Fistula
carotikokavernosum, Epistaksis, Peningkatan TIK, Tonus otot
Abnormal, Gangguan otak berat.
5. Patofiologi Stroke Hemoragik
a. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
oedema di sekitar otak. Peningkatan Transient Iskemik Attack (TIA)
yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan Intraserebral sering
dijumpai di daerah pituitari gladm thalamus, sub kartikal, lobus
parietal, nucleus kaudatus, pons, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM
(Arteriovenous malfolmati). Aneurisma paling sering di dapat pada
percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willis. AVM
(Arteriovenous malformati) dapat dijumpai pada jaringan otak di
permukaan pia meter dan ventrikel otak,ataupun di dalam ventrikel
otak dan ruang subrakhnoid. Pecahnya areteri dan keluarnya darah ke
ruang subarakhnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang
mendadak, meredanya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri

6
kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak
juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasopasme
pembuluh darah serebral.Vasopasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasopasme
diduga karena interaksi anatara bahan-bahanyang berasal dari darah
dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh
darah arteri di ruang subarakhnoi. Ini dapat mengakibatkan disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai
bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25%
dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada
saat otak hipoksi, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses
metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah
otak (Maghfiroh, 2017).

7
6. Pathway

Peningkatan tekanan sitemik

Aneurisma

Perdarahan Araknoid

Hematom serebral

Vasopasme arteri serebral

Iskemik infark

Defisit neurologi

Hesmisfer kanan Hemisfer kiri

Hemiparase Hemiprase kiri

Hambatan mobilitas fisik

(Sumber : Black dan Haws, 2014)

8
7. Pemeriksaan penunjang ( Arif muttaqin, 2008 ) :
a. Angiografi setebri
Membantu menentukkan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuke mencari
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler
b. Lumbal fungsi, CT Scan, EEG,Magnetic Imaging Resnance (MRI )
c. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Stoke menurut Nurarif dan Kusuma (2015).
Penatalaksanaan pada Stroke hemoragik berupa terapi umum dan terapi
khusus.
a. Terapi umum
Pasien stroke hemorgik harus dirawat di ICU jumlah volume
hematoma >30 mL perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus,
Dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan harus diturunkan
sampai tekanan darah premorbid atau >130 mmHg, Dan volume
hematoma bertambah, Bila terdapat gagal jantung, Tekanan darah
harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam
2 menit) sampai 20 mg (pemberiam dalam 10 menit) maksimal 300
mg; enalapril iv 0,625-1,25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-
kepala dinaikan 30o, Posisi kepala dan dada di satu bidang,
pemberian manitol dan hiperventilasi (Pco2 20-35 mmHg)
penatalaksanaan umum sama pada stroke iskemik, Tukak lambung
diatasi dengan antagonis H2 parenteral, Sukralfat, atau inhibitor
pompa proton; komplikasi saluran nafas dicegah dengan fisioterapi
dan diobati dengan antibiotic spektrum luas.
b. Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat
vasodilator. Tindakan sudah mempertimbangkan usia dan letak

9
perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk
dengann perdarahan sebelumnya berdiameter 0>3 cm3, hidrosefalus
akut akibat perdarahan intraventrikel atau sebelumnya, Dilakukan
VP-shunting, Dan perdarahan lobal >60 mL dengan tanda
peningkatan tekanan intracranial akut dan ancaman herniasi. Pada
perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antaginis kalsium
( nimodipin ) atau tindakan bedah (ligasi, Embolisasi, Ekstripasi,
maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau
maformasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM).
c. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil
berusaha mencari penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai dengan
penyebab. Penatalaksanaan umum ini meliputi memperbaiki jalan
napas dan mempertahankan ventilasi, menenangkan pasien,
menaikkan atau elevasi kepala pasien 30º yang bermanfaat untuk
memperbaiki drainase vena, perfusi serebral dan menurunkan
tekanan intrakranial, atasi syok, mengontrol tekanan rerata arterial,
pengaturan cairan dan elektroklit, monitor tanda-tanda vital, monitor
tekanan tinggi intrakranial, dan melakukan pemeriksaan pencitraan
menggunakan Computerized Tomography untuk mendapatkan
gambaran lesi dan pilihan pengobatan (Affandi & Reggy, 2016).
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) (2011) penatalaksanaan umum lainnya yang dilakukan
pada pasien stroke yaitu meliputi pemeriksaan fisik umum,
pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, dan melakukan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu
berupa pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan jantung, dan
neurologi. Pengendalian kejang pada pasien stroke dilakukan dengan
memberikan diazepam dan antikonvulsan profilaksi pada stroke
perdarahan intraserebral, dan untuk pengendalian suhu dilakukan
pada pasien stroke yang disertai dengan demam. Pemeriksaan

10
penunjang untuk pasien stroke yaitu terdiri dari elektrokardiogram,
laboratorium (kimia darah, kadar gula darah, analisis urin, gas darah,
dan lain-lain), dan pemeriksaan radiologi seperti foto rontgen dada
dan CT Scan.
d. Terapi farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk
pasien stroke yaitu pemberian cairan hipertonis jika terjadi
peninggian tekanan intra kranial akut tanpa kerusakan sawar darah
otak (Blood-brain Barrier), diuretika (asetazolamid atau furosemid)
yang akan menekan produksi cairan serebrospinal, dan steroid
(deksametason, prednison, dan metilprednisolon) yang dikatakan
dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal dan mempunyai
efek langsung pada sel endotel (Affandi dan Reggy, 2016). Pilihan
pengobatan stroke dengan menggunakan obat yang biasa
direkomendasi untuk penderita stroke iskemik yaitu tissue
plasminogen activator (tPA) yang diberikan melalui intravena.
Fungsi tPA ini yaitu melarutkan bekuan darah dan meningkatkan
aliran darah ke bagian otak yang kekurangan aliran darah (National
Stroke Association, 2010). Penatalaksanaan farmakologi lainnnya
yang dapat digunakan untuk pasien stroke yaitu aspirin. Pemberian
aspirin telah menunjukkan dapat menurunkan risiko terjadinya early
recurrent ischemic stroke (stroke iskemik berulang), tidak adanya
risiko utama dari komplikasi hemoragik awal, dan meningkatkan
hasil terapi jangka panjang (sampai dengan 6 bulan tindakan
lanjutan). Pemberian aspirin harus diberikan paling cepat 24 jam
setelah terapi trombolitik. Pasien yang tidak menerima trombolisis,
penggunaan aspirin harus dimulai dengan segera dalam 48 jam dari
onset gejala (National Medicines Information Centre, 2011).
e. Tindakan bedah
Penatalaksanaan stroke yang bisa dilakukan yaitu dengan
pengobatan pembedahan yang tujuan utamanya yaitu memperbaiki

11
aliran darah serebri contohnya endosterektomi karotis (membentuk
kembali arteri karotis), revaskularisasi, dan ligasi arteri karotis
komunis di leher khususnya pada aneurisma (Muttaqin, 2008).
Prosedur carotid endarterectomy/ endosterektomi karotis pada semua
pasien harus dilakukan segera ketika kondisi pasien stabil dan sesuai
untuk dilakukannya proses pembedahan. Waktu ideal dilakukan
tindakan pembedahan ini yaitu dalam waktu dua minggu dari
kejadian (Scottich Intercollegiate Guidelines Network, 2008).
Tindakan bedah lainnya yaitu decompressive surgery. Tindakan ini
dilakukan untuk menghilangkan haematoma dan meringankan atau
menurunkan tekanan intra kranial. Tindakan ini menunjukkan
peningkatan hasil pada beberapa kasus, terutama untuk stroke pada
lokasi tertentu (contohnya cerebellum) dan atau pada pasien stroke
yang lebih muda (< 60 tahun) (National Medicines Information
Centre, 2011).
f. Penatalaksanaan medis lain
Penatalaksanaan medis lainnya menurut PERDOSSI (2011)
terdiri dari rehabilitasi, terapi psikologi jika pasien gelisah,
pemantauan kadar glukosa darah, pemberian anti muntah dan
analgesik sesuai indikasi, pemberian H2 antagonis jika ada indikasi
perdarahan lambung, mobilisasi bertahap ketika kondisi
hemodinamik dan pernapasan stabil, pengosongan kandung kemih
yang penuh dengan katerisasi intermitten, dan discharge planning.
Tindakan lainnya untuk mengontrol peninggian tekanan intra kranial
dalam 24 jam pertama yaitu bisa dilakukan tindakan hiperventilasi.
Pasien stroke juga bisa dilakukan terapi hiportermi yaitu melakukan
penurunan suhu 30-34ºC. Terapi hipotermi akan menurunkan
tekanan darah dan metabolisme otak, mencegah dan mengurangi
edema otak, serta menurunkan tekanan intra kranial sampai hampir
50%, tetapi hipotermi berisiko terjadinya aritmia dan fibrilasi
ventrikel bila suhu di bawah 30ºC, hiperviskositas, stress ulcer, dan

12
daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun (Affandi & Reggy,
2016).
g. Tindakan Keperawatan
Perawat merupakan salah satu dari tim multidisipliner yang
mempunyai peran penting dalam tindakan pengobatan pasien stroke
ketika dalam masa perawatan pasca stroke. Tujuan dari perawatan
pasca stroke sendiri yaitu untuk meningkatkan kemampuan
fungsional pasien yang dapat membantu pasien menjadi mandiri
secepat mungkin, untuk mencegah terjadinya komplikasi, untuk
mencegah terjadinya stroke berulang, dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Perawatan pasca stroke berfokus kepada kebutuhan
holistik dari pasien dan keluarga yang meliputi perawatan fisik,
psikologi, emosional, kognitif, spritual, dan sosial. Perawat berperan
memberikan pelayanan keperawatan pasca stroke seperti mengkaji
kebutuhan pasien dan keluarga untuk discharge planning;
menyediakan informasi dan latihan untuk keluarga terkait perawatan
pasien di rumah seperti manajemen dysphagia, manajemen nutrisi,
manajemen latihan dan gerak, dan manajemen pengendalian diri;
kemudian perawat juga memfasilitasi pasien dan keluarga untuk
mendapatkan pelayanan rehabilitasi; dan memberikan dukungan
emosional kepada pasien dan keluarga (Firmawati, 2015).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku,
agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan
tanggal pengkajian diambil) dan identitas penanggung jawab (nama,
umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan,
alamat).

13
b. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti
koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag
mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara/afasia, TTV meningkat, nadi bervariasi.
a) B1 (Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum,
sesak naps, penggunaan alat bantu napas, dan peningkatan
frekuensi napas. Pada klien dengan kesadaran CM, pada
infeksi peningkatan pernapasannya tidak ada kelainan,
palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang,
auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.

14
Tekanan darah biasanya terdapat peningkatan dan dapat
terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg)
c) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis,
tergantung pada likasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran arean perfusinya tidak adekuat, dan aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak
dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya
d) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sememntara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan
mengendalian kandung kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia
urine yang berlanjut menunujukkan kerusakan neurologis
luas.
e) B5 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O 2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonojol karena klien stroke mengalami
masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi
serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas
dan istirahat

15
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar
pada tingkat latergi, stupor dan koma
3) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal dan hemisfer
4) Pangkajian Saraf Kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
5) Pengkajian Sistem Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh
6) Pengkajian Reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang
setelah beberapa hari reflek fisiologian muncul kembali didahului
refleks patologis
7) Pengkajian Sistem Sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.
(Adib, M. 2009)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah sekunder
akibat peningkatan tekanan intra cranial.
b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau
oral.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.
d. Defisit perawatan diri b.d hemiparese/ hemiplegic.
e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas b.d menurunnya reflek batuk
dan menelan, immobilisasi.
f. Resiko tinggi gangguan intergritas kulit b.d tirah baring lama.
g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan.
h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat.

16
(NANDA International, 2012-2014)
3. Intervensi/Rencana Tindakan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah sekunder akibat
peningkatan tekanan intracranial.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak gelisah.
2) Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
3) GCS E : 4, M: 6, V: 5.
4) TTV normal (N: 60-100 x/menit, S: 36-36.7 OC, RR: 16-20
x/menit).
Intervensi:
1) Berikan penjelasan pada keluarga tentang sebab-sebab
peningkatan TIK dan akibatnya.
Rasional : keluarga dapat berpartisipasi dalam proses
penyembuhan.
2) Berikan klien bed rest total.
Rasional : untuk mencegah perdarahan ulang.
3) Observasi dan catat TTV dan kelainan intrakranial tiap 2 jam.
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien
secara dini untuk penetapan tindakan yang tepat.
4) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30o dengan letak jantung
(beri bantal tipis).
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan
drainase vena dan memperbaiki sirkulasi serebral.
5) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mngejan berlebihan.
Rasional : batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK dan
potensial terjadi perdarahan ulang.
6) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.

17
Rasional : rangsangan aktivitas yang meningkat dapat
meningkatkan TIK.
7) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat
neuroprotektor.
Rasional : memperbaiki sel yang masih viable.
b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau
oral.
Tujuan : setelah diberikan tindakan selama 3x24 jam diharapkan
kerusakan komunikasi verbal klien dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi
2) Mampu berbicara yang koheren
3) Mampu menyusun kata-kata
Intervensi :
1) Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti spontan tidak tampak
memahami kata/mengalami kesulitan berbicara atau membuat
pengertian sendiri.
Rasional : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan
serebral yang terjadi.
2) Bedakan antara afasia dan disatria.
Rasional : intervensi yang dipilih tergantung pada tipe
kerusakannya.
3) Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana.
Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan
sensorik (afasia sensorik).
4) Minta pasien untuk mengucapkan suara sederhana.
Rasional : mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponen
motorik dari bicara (seperti lidah, gerakan bibir, kontrol napas)
yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga tidak
disertai afasia motorik.
5) Berikan metode alternatif seperti menulis di papan tulis.

18
Rasional : memberikan komunikasi tentang kebutuhan
berdasarakan keadaan defisit yang mendasarnya.
6) Kolaborasi konsultasikan dengan rujuk kepada ahli terapi wicara.
Rasional : mempercepat proses penyembuhan.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
mobilisasi klien mengalami peningkatan atau perbaikan.
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan posisi optimal.
2) Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
mengalami hemiparese.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal.
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan.
2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam.
Rasional : menurunkan ressiko terjadinya trauma/iskemia
jaringan.
3) Latih rentang gerak/ROM
Rasional : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontroktur.
4) Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada
tangan.
Rasional : mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.
5) Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi
Rasional : mempertahankan posisi fungsional.
d. Defisit perawatan diri b.d hemiparase/hemiplegic.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :

19
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kemampuan.
2) Klien dapat mengidentifikasikan komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Intervensi :
1) Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan
perawatan diri.
Rasional : membantu dalam mengantisipasi merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara individual.
2) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.
Rasional : meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha
terus-menerus.
3) Berikan bantuan perawatan diri sesuai kebutuhan.
Rasional : memenuhi kebutuhan perawatan diri klien dan
menghindari sifat bergantung kepada perawat.
4) Berikan umpan balik positif untuk setiap usaha yang
dilakukannya.
Rasional : meningkatkan kemandirian dan mendorong klien
berusaha secara kontinyu.
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional : memberikan bantuan yang mantap untuk
mengembangan rencana terapi.
e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas b.d menurunnya reflek batuk
dan menelan, immobilisasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas efektif.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak sesak nafas.
2) Tidak terdapat suara nafas tambahan.
3) RR dalam rentang normal (16-20 x/menit)

20
Intervensi :
1) Observasi pola dan frekuensi nafas.
Rasional : mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas.
2) Auskultasi suara nafas.
Rasional : mengetahui adanya kelainan suara nafas.
3) Ubah posisi tiap 2 jam sekali.
Rasional : perubahan posisi dapat melancarkan saluran nafas.
4) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga sebab
ketidakefektifan pola nafas.
Rasional : klien dan keluarga berpartisipasi dalam mencegah
ketidakefektifan pola nafas.
5) Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen.
Rasional : mempertahankan kepatenan pola nafas.
f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
Intervensi :
1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM jika mungkin.
Rasional : meningkatkan aliran darah ke semua daerah.
2) Ubah posisi tiap 2 jam.
Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.
3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah
yang menonjol.
Rasional : menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang
menonjol.
4) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
Rasional : hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.

21
5) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,
panas terhadap kulit.
Rasional : mempertahankan keutuhan kulit.
g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan nutrisi.
Kriteria hasil :
1) Turgor kulit baik.
2) Tidak terjadi penurunan berat badan.
3) Tidak muntah.
Intervensi :
1) Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan, dan
reflex batuk.
Rasional : untuk menentukan jenis makanan yang akan diberikan
kepada klien.
2) Berikan makan dengan bertahan pada lingkungan yang tenang.
Rasional : klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan
tanpa ada gangguan dari luar.
3) Berikan makanan dalam penyajian masih hangat.
Rasional : menarik minat makan klien.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan makanan melalui
selang.
Rasional : mungkin dibutuhkan bila klien dalam penurunan
kesadaran.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi tidak adekuat.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan pengetahuan klien dan keluarga terpenuhi.

22
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
Intervensi :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik.
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan klien.
2) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang
tepat.
Rasional : memenuhi kebutuhan informasi pasien.
3) Sediakan bagi keluarga tentang informasi kemajuan keadaan
pasien.
Rasional : memenuhi kebutuhan informasi keluarga.
4) Diskusikan dalam pemilihan terapi atau penanganan terhadap
pasien.
Rasional : melibatkan pasien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan tindakan.
(Wilkinson & Ahern, 2014)
4. Evaluasi
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah sekunder akibat
peningkatan tekanan intracranial.
1) Klien tidak gelisah.
2) Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
3) GCS E : 4, M: 6, V: 5.
4) TTV normal (N: 60-100 x/menit, S: 36-36.7 OC, RR: 16-20
x/menit).
b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau
oral.
1) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi
2) Mampu berbicara yang koheren
3) Mampu menyusun kata-kata

23
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.
1) Mempertahankan posisi optimal.
2) Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
mengalami hemiparese.
d. Defisit perawatan diri b.d hemiparase/hemiplegic.
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kemampuan.
2) Klien dapat mengidentifikasikan komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.
e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas b.d menurunnya reflek batuk
dan menelan, immobilisasi.
1) Klien tidak sesak nafas.
2) Tidak terdapat suara nafas tambahan.
3) RR dalam rentang normal (16-20 x/menit)
f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama.
1) Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan.
1) Turgor kulit baik.
2) Tidak terjadi penurunan berat badan.
3) Tidak muntah.
h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi tidak adekuat.
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
(Wilkinson & Ahern, 2014)

24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN STROKE HEMORARGIC

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
BB : 55 kg
No. Rekam Medik : 333154
Tanggal Pengkajian : 13 Juli 2017
Diagnosa Medik : SH (Stroke Hemoragik)

2. Identitas Penanggung Jawab :


Nama : Tn. R
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Hub. dengan klien : Anak
Pekerjaan : Wiraswasta

3. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

Klien mengalami penurunan kesadaran.

25
b. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang ke ruang ICU pada tanggal 13 juli 2017 pukul 10.00
WIB dari IGD, dengan penurunan kesadaran sejak jam 04.00 pagi
sebelum tidak sadar klien sempat kejang dua kali, lalu klien di bawa
ke RS PKU Muhammadiyah Gombong GCS E:2M:4V:2, Somnolen,
KU lemah, TD : 180/102 mmHg, HR : 50x/menit, RR : 30 x/menit,
Suhu : 36,80C, SPO2 : 90%, MAP : 185 mmHg, akral hangat,
terdengar suara nafas stridor, ronkhi terlihat retraksi dinding dada,
terpasang OPA, terpasang NGT, dari hasil CT SCAN terdapat
perdarahan pada lobus temporalis dextra dan udema cerebri, RO
Thorax terdapat cardiomegaly, klien gelisah, klien di restraint, di
berikan posisi head up 300 terpasang O2 NRM 10L, Infus NS 20 tpm,
diberikan catapres 300 mg dalam 50 cc NaCl jalan 2 cc/jam (syringe
pump).
c. Riwayat penyakit dahulu :
1) Riwayat saat di IGD :
Klien datang ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong pada
tanggal 13 juli 2017 ,pukul 08.00 Wib, dinatar oleh keluargannya
dengan keluhan tidak sadarakan diri sejak jam 04.00 WIB, dari
hasil pemeriksaan didapatkan hasil , kesadaran somnolen , KU
lemah, GCS E:2V:2M:4 , PUPIL 3mm/3mm, TD : 148/87 mmHg,
N : 90x/menit, S: 36,80C, RR : 32x/menit, SPO 2 : 97%, akral
hangat, terlihat retaksi dinding dada, terdengar suara nafas stridor,
dan ronkhi, GDS : 125mg/dl, CT- Scan terdapat pendarahan
dilobus temporalis dextra dan edema cerebri, RO thorax terdapat
cardiomegaly, diberikan terapi O2 NRM 10 liter, infus NS 20 tpm,
terpasang NGT, inj. citicolin 500 mg, inj. ranitidine 50 mg,
midazolam 2,5mg.

26
2) Riwayat pengobatan
Keluarga klien mengatakan klien tidak memepunyai riwayat
alergi obat dan klien jarang berobat hanya mengkonsumsi buah
pace untuk mengontrol hipertensinya.
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Keluarga klien mengatakan klien terserang stroke kedua kalinya,
yang pertama 2 bulan yang lalu, lalu klien dipijat ke tukang pijit
dan dikasih jamu dan sembuh dapat berjalan dan tidak ada
kelemahan pada anggota gerak tetapi klien mengalami susah
bicara, pikun, dan BAB, BAK tidak terkontrol dan keluarga klien
mengatakan klien baru pertama kalinya di rawat di RS.
d. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan mempunyai riwayat peryakit hipertensi
tidak mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan penyakit menular
seperti HIV, TBC, Hepatitis, dll.
GENOGRAM

Keterangan :
= Perempuan
= Laki-Laki
= Pasien
= Meninggal
= Tinggal dalam satu rumah
= Menikah

27
B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Pada jalan nafas tidak terpasang ET, tidak ada akumulasi senkret dimulut
dan selang ET, lidah tidak jatuh kedalam, dan terpasang OPA.
2. Breathing
RR 30 x/menit, tidak terdapat napas coping hidung, terlihat retaksi
dinding dada, dan terdengar suara nafas stridor dan ronkhi, RR 30
x/menit, suara dasar vesikuler.
3. Circulation
TD : 180/102 mmHg, MAP : 185 mmHg, HR : 124x/menit, SAO 2 90%,
capillary refill < 3 detik, kulit tidak pucat, konjungtiva tidak anemis.
4. Disability
Kesadaran : Somnolen, GCS : E2, M4, V2, reaksi pupil +/-, pupil miosis,
dan besar pupil 3 mm.
5. Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu
36,8 ⁰C.
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
Tanda - tanda vital
a. Tanggal 13 Juli 2017, TD : 180/102 mmHg, MAP : 185, HR : 124
mmHg, SAO2 : 90%, RR : 30 x/menit, S : 36,8 0C.
b. Tanggal 14 Juli 2017, TD 159/113 mmHg, MAP 203, HR : 124 mmHg,
SAO2 : 90%, RR : 25 x/menit, S : 38,5 0C.
c. Tanggal 15 Juli 2017, TD 146/109 mmHg, MAP : 211, HR : 124
mmHg, SAO2 : 85%, RR : 24 x/menit, S : 37 0C

D. PENGKAJIAN KRITIS B6

1. B1 (Breathing)
Klien tampak sesak nafas, RR : 30x/menit, menggunakan NRM 10L,
terlihat retraksi dinding dada terdengar suara nafas stridor dan ronkhi.

28
2. B2 (Blood)
TD : 180/102 mmHg, N :50 x/menit, S: 36,8, RR : 30x/menit, SPO2 : 90%,
akral hangat, tidak terdapat sianosis, MAP : 185 mmHg.
3. B3 (Brain)
Kesadaran somnolen, KU lemah, GCS E:2V:2M:4, PUPIL 3mm/3mm.
4. B4 (Bowel)
Klien terpasang NGT, cairan yang keluar berwarna hijau kehitaman,
dilakukan bilas lambung, belum mendapatkan diit apapun, bising usus
22x/menit.
5. B5 (Bladder)
Diuresis yang keluar dari jam 10.00 WIB-12.00 WIB sebanyak 400 cc.
6. B6 (Bone)
Terpasang infus NS 20tpm, tidak terdapat edema pada ekstremitas, tonus
otot tidak ada masalah tidak terdapat gangguan hemiparesis pada
ekstremitas.
E. POLA FUNGSIONAL

1. Pola Oksigenasi

Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat bantu
pernafasan
Saat dikaji : klien sesak nafas, RR : 30x/menit menggunakan NRM
10 liter.
2. Pola Nutrisi

Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sehari makan bisa


makan 5x menggunakan lauk pauk dan sayur,
minum air putih 8-11 gelas per hari, minum teh pada
waktu pagi hari.

Saat dikaji : klien terpasang NGT belum mendapatkan diit.


3. Pola Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : klien dapat beristirahat dengan nyenyak, tidur +/- 5-6 jam
Saat dikaji : klienberbaring lemas di atas tempat tidur

29
(kesadaran sopnolen), dan di restraint.
4. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien BAB dan BAK sudah
tidak terkontrol lagi setelah terkena stroke yang pertama,
BAB dan BAK di sembarangan tempat.
Saat dikaji : klien belum BAB selama di RS terpasang DC kateter urin
buang 3 jam 400 cc.
5. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain.

Saat dikaji : klien hanya berbaring ditempat tidur dan segala


keperluan dibantu oleh perawat.
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : klien dapat berpakaian secara mandiri tanpa bantuan
orang lain.
Saat dikaji : klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat.
7. Pola Menjaga Suhu Tubuh
Sebelum sakit : klien jika merasa dingin menggunakan selimut/pakaian
tebal serta minum air hangat, jika panas memakai pakaian
tipis dan menggunakan kipas angin.
Saat dikaji : klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan
menggunakan selimut.

8. Pola Personal Hygiene

Sebelum sakit : klien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x sehari secara
mandiri
Saat dikaji : klien hanya diseka 2x/hari pada pagi dan sore hari.

9. Pola Aman dan Nyaman

Sebelum sakit : klien merasa aman dan nyaman berada di diantara


keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya sekitar
Saat dikaji : klien tampak gelisah dan di restraint pada kedua kaki dan

30
tangannya.
10. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sulit berbicara
setelah terkena stroke yang pertama 2 bulan yang lalu
jadi sulit berkomunikasi.
Saat dikaji : klien tidak dapat berbicara mulut tampak tidak simetris
(menceng) belum sadar, kesadaran somnolen.
11. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien senang berkumpul
dengan keluarganya untuk berekreasi, dan berjalan jalan
ketika pagi hari di sekitar rumah.
Saat dikaji : klien hanya terbaring lemas di tempat tidur dan ditemani
oleh keluarganya ketika jam besuk.
12. Pola Kebutuhan Bekerja
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan hanya bekerja sebagai petani
sebelum terkena stroke.

Saat dikaji :-
13. Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan sudah mengetahui penyakit
yang diderita klien tapi belum terlalu faham.

Saat dikaji : keluarga klien mengatakan sudah mengetahui peryakit


tersebut dari dokter dan perawat.
14. Pola Spiritual
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien dapat beribadah sholat 5
waktu tetapi sering bolong- bolong karena sudah mulai
pikun.
Saat dikaji : klien hanya terbaring ditempat tidur dan tidak sadarkan
diri dan keluarga hanya berdoa untuk kesembuhannya.

31
F. PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Somnolen

TD : 180/102 mmHg

Nadi : 50 x/menit

RR : 30 x/menit

Suhu : 36,80C

a. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)


1) Kepala : mesoschopal, rambut beruban, tampak sedikit
kotor
2) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
3) Mata : simetris, konjungtiva ananemis, sclera aniterik,
pupil 3mm/3mm.
4) Telinga : simetris, terdapat serumen sedikit
5) Mulut : mukosa bibir kering,mulut tampak tidak
simetris (menceng), tidak ada stomatitis, gigi
tampak kotor, gigi tampak mulai ompong.
6) Dada
- Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi : ekspansi dinding dada seimbang
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronhki
- Jantung
Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis pada region 2 - 5
sinistra
Palpasi : teraba ictus cordis
Perkusi : pekak

32
Auskultasi : S1 dan S2 murni tidak terdapat suara jantung
tambahan atau abnormal
7) Abdomen
Inspeksi : supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas operasi
Auskultasi : bising usus 22 x/menit
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan limpha
Perkusi : timpani
8) Genetalia dan Rektum : terpasang DC
9) Ekstermitas :
o Atas : terpasang infus NS di tangan kiri, dengan
pemberian obat catapres melalui syring pump .
o Bawah : tidak ada edema

G. DATA PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
13 Juli 2017 1. Lekosit 12,66 3,8-10,6 /ul
2. GDS 141 70-105 Mg/dl
3. Eosinofil 0,4 2,0-4,0 %
4. Neotrofil 86,6 50-70 %
5. Limfosit 6,9 25-40 %

b. Pemeriksaan ST Scan

Dari hasil CT-Scan pada tanggal 13 Juli 2017 terdapat pendarahan di


lobus temporalis dextra dengan edema cerebri.
c. Pemeriksaan Thoraks

Dari hasil RO Thorax pada tangal 13 Juli 2017 pulmo masih tampak
normal, cardiomegaly.

d. Pemeriksaan Lain-lain

33
- Pemeriksaan EKG : tanggal 13 Juli 2017 : sinus tachy cardi.

H. TERAPI

Tanggal No Nama Therapy Dosis

13 Juli 2017 1 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam


2 Inj. Ceticolin 500 mg/12 jam
I. ANALISA 3 Inj. Piracetam 1 gr/8 jam
4 Inj. Kalnex 500 mg/8 jam
5 Inj. Manitol 4 x 125 cc
6 Catapres 300 mg jalan 2 cc dalam
NaCl 50cc/syringe pump
7 O2 NRM 10 liter
8 Infus NS 20 tpm

14 Juli 2017 1 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam


2 Inj. Ceticolin 500 mg/12 jam
3 Inj. Piracetam 1 gr/12jam
4 Inj. Kalnex 500 mg/8jam
5 Inj. Manitol 4 x 125 cc

15 Juli 2017 1 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam


2 Inj. Ceticolin 500 mg/12 jam
3 Inj. Piracetam 1 gr/12 jam
4 Inj. Kalnex 500 mg/8 jam
5 Inj. Manitol 4 x 125 cc
6 Inj. Sanmol 100 ml

DATA

No Tanggal Data Etiologi Masalah


1 13 Juli 2017 DS :- Perdarahan di Ketidakefektifan
DO : bagian otak perfusi jaringan
- GCS=8 E;2,M;4,V;2 cerebral
- Somnolen
- KU : lemah
- Terdapat perdarahan di lobus
temporalis dextra edema
cerebri.

34
- Terapi obat yang diberikan :
- Inj. Citicolin 500mg/12 jam
- Inj. Piracetam 1gr/8 jam
- Inj. Tranexsamat 500mg/8 jam
- Inj. Catapres 300mg
- Inj. Manitol 125 cc
- TD : 180/102 mmHg
- HR : 50 x/ menit
- MAP : 185 mmHg
2 13 Juli 2017 DS :- Akumulasi Ketidakefektifan
DO : secret yang bersihan jalan nafas
- Klien tampak sesak nafas berlebih
- RR : 30x/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Terpasang O2 NRM 10 liter
- Terdengar suara nafas stridor
dan ronkhi
3 13 Juli 2017 DS :- Penurunan Risiko jatuh
DO : kesadaran
- Klien gelisah. (gelisah)
- Klien terpasang restraint pada
kedua kaki dan tangan
- Klien mengalami penurunan
kesadaran, GCS E2,M4,V2:
Somnolen
- TD : 180/102 mmHg
- RR : 30 x/menit
- HR : 50 x/menit
-S : 36,80C
- SPO2 : 90 %

35
J. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT MASLOW

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan di otak

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi secret berlebih

3. Risiko jatuh b.d penurunan kesadaran (gelisah)

36
K. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Keperawatan
DX Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam
Management edema cerebral
perfusi jaringan diharapakan masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi
cerebral jaringan serebral teratasi dengan kriteria hasil : 1. Observasi tingkat umum dan
No Indikator 1 2 3 4 5 kesadaran klien
1 Tekanan intrakranial
2. Monitor tanda-tanda vital
2 TD diastolik
3. Dorong keluarga /orang oenting
3 TD sistolik
untuk berbicara dengan klien
4 Sakit kepala
4. Berikan obat diuretic/osmotic
5 Penurunan kesadaran
5. Posisikan elevasi (head up)300
Keterangan:
1 : Berat 6. Monitor TIK, monitor intake dan
2 : Cukup berat output.
3 : Sedang
7. Batasi suction jangan lebih dari
4 : Ringan
15 detik
5 : Tidak ada keluhan
= IR, Intervensi respon
= ER, Evaluasi respon

37
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam
Airway Management
bersihan jalan diharapakan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
nafas jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil : 1. Posisikan klien semi fowler
No Indikator 1 2 3 4 5
1 2. Lakukan fisioterapi dada
Frekuensi pernafasan
2 3. Lakukan suction
Irama pernafasan
3 4. Auskultasi suara nafas
Suara nafas tambahan
4 5. Berikan O2 sesuai indikasi
Batuk
5 6. Berikan terapi nebulasi
Akumulasi secret/sputum
6 Kemampuan
7. Monitor vital sign
mengeluarkan secret
8. Monitor status O2 klien.
Keterangan:
1 : Berat 9. Mengajarkan teknik batuk
2 : Cukup berat efektif.
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada keluhan
= IR, Intervensi respon
= ER, Evaluasi respon

38
3. Risiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam Fall Prevention
diharapakan masalah keperawatan gangguan komunikasi 1. Mengidentifikasi deficit kognitif
verbal teratasi dengan kriteria hasil : atau fisik yang dapat
meningkatkan potensi jatuh.
2. Mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi risiko
jatuh.
3. Gunakan rel sisi tempat tidur
(penghalang tempat tidur) untuk
mencegah jatuh dari tempat tidur.
4. Lakukan restraint untuk
mencegah jatuh (jika pasien
gelisah mengalami penurunan
kesadaran).
5. Membantu semua kebutuhan
ADLs klien.

6. Berikan penanda untuk


memberikan peringatan pada staf
bahwa pasien berisiko jatuh.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Menempatkan
penghalang untuk
mencegah jatuh
39
2 Meminta bantuan

3 Kontrol ketidakmampuan
beristirahat

4 Menggunakan alat
bantu dengan benar
5 Memberikan
pencahayaan yang
memadai
6 Memperhatikan
peringatan ketika
mengambil pengobatan
yang meningkatkan
risiko jatuh

40
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada keluhan
= IR, Intervensi respon
= ER, Evaluasi respon

41
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/ Jam/Dx Implementasi Respon TTD

13 Juli 2017/ (1) - Memposisikan klien head up 300 - Klien tampak tidak sadar (somnolen)
Jam 10.00-11.00 WIB - Memberikan O2 NRM - O2 Masuk NRM 1OL
- Memberikan obat catapres - Catapres 300 mg dalam 50 NaCl jalan 2cc/
jam (syringe pump)

13 Juli 2017/ (2) - Melakukan suction - Secret berwarna hijau kekuningan kental
Jam 11.00-13.00 WIB - Memiringkan klien dan menepuk- nepuk - Klien batuk lalu di lakukan suction
bagian punggung atas - Terdengar suara nafas stridor
- Memasase bagian dada

13 Juli 2017/ (3) - Mengidentifikasi perilaku dan faktor - Klien tampak gelisah dan mengalami
Jam 13.00-13.45 WIB yang mempengaruhi risiko jatuh. penurunan kesadaran GCS : E2V2M4
- Memasang rel pada tempat - Klien tampak gelisah
tidur (penghalang pada tempat
tidur).

42
14 Juli 2017/ (2) - Melakukan suction - Sekret berwarna kuning kental

Jam 09.00-10.00 WIB - Melakukan masase di bagian pada bagian - Klien tampak gelisah
punggung dan menepuk-nepuk
14 Juli 2017/ (3) - Memasang tanda risiko jatuh pada gelang - Terpasang tanda (fall risk) berwarna kuning
klien pada gelang identitas klien
Jam 10.00-11.00 WIB
- Melakukan fiksasi atau restrent pada - Terpasang fiksasi pada kedua tangan dan kaki
kedua tangan dan kaki

- Keadaan umum lemah, kesadaran somnolen


14 Juli 2014/ (1) - Memonitor KU dan kesadaran klien.
GCS E2,M4,V3
Jam 11.00-13.30 WIB - Memberikan manitol - Manitol masuk 125 cc IV line
- Memberikan injeksi kalnex - Kalnex masuk 500 mg melalui IV line
- Memberikan injeksi piracetam - Piracetam masuk 1 gr melalui IV line
- Memonitor vital sign klien - TD : 149/87 mmHg

- HR : 102 x/menit

- RR : 28x/ menit

-S : 38,70C

43
15 Juli 2017/ (2) - Melakukan suction - Sekret berwarna kuning kental

Jam 09.00-10.00 WIB - Melakukan masase di bagian pada - Klien tampak gelisah
bagian punggung dan menepuk-nepuk
15 Juli 2017/ (3) - Memenuhi semua kebutuhan ADLs klien - Perawat membantu semua kebutuhan klien

Jam 10.00-11.00 WIB - Memberikan edukasi kepada - Keluarga tampak mengerti yang di jelaskan
keluarga tentang di lakukannya restraint perawat

15 Juli 2017/ (1) - Memonitor KU dan kesadaran klien - Keadaan umum lemah, kesadaran somnolen
GCS E4,M4,V3
Jam 11.00-13.50 WIB - Memberikan manitol
- Manitol masuk 125 cc IV line
- Memberikan injeksi kalnex
- Kalnex masuk 500 mg melalui IV line
- Memberikan injeksi piracetam
- Piracetam masuk 1 gr melalui IV line
- Memberikan injeksi sanmol 100 ml
- Sanmol masuk 100 ml melalui IV line
- Monitor vital sign
- TD : 139/98 mmHg

- HR : 99 x/menit

- RR : 25x/ menit

- S : 380C

44
M. EVALUASI
Dx
Tanggal SOAP TTD
Kep
13 Juli 2017 1 S :-
O : KU lemah, somnolen GCS, E2M4V2, NGT di alirkan (produktif), terapi +, bilas lambung 100cc,
diuresis 1000 cc, catapres 2cc/jam, TD 140/97 mmHg, HR : 93 x/menit, RR : 30 x/menit, Suhu : 36,80C,
Terpasang NRM 10L, MAP : 132 mmHg.
A : Masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor hemodinamik
- Monitor tingkat kesadaran
- Manajement nutrisi
2 S:-
O : Klien tampak lemah, somnolen, terdengar suara nafas stridor dan ronchi, RR : 30 x/menit, suction +,
secret hijau kekuningan kental, O2 NRM 10L, SPO2 : 85 %.
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Management airway
- Suction
- Monitor SPO2 klien

45
3 S:-
O : Klien lemah, somnolen, GCS E2,V2,M4, tampak gelisah, klien di restraint tangan dan kaki,
terpasang penghalang pada sisi bed
A : Masalah risiko jatuh teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor KU klien
- Memasang penghalang pada bed
14 Juli 2017 1 S:-
O : KU lemah, kesadaran somnolen GCS E2,M4,V2, gelisah, febris, diit sonde masuk 200 cc, terapi
masuk, hemodinamik stabil, TD : 159/113 mmHg, HR : 124x/menit, RR : 25 x/menit, Suhu : 38,5 0C, O2
NRM 10L, SPO2 : 95%, MAP 203 mmHg, sanmol infus masuk 100 ml, diuresis 750 cc
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor hemodinamik
- Observasi tingkat kesadaran
- Management nutrisi
2 S:-
O : Klien tampak lemah,somnolen,terdengar suara nafas stridor dan ronchi, RR : 26 x/menit, suction +,
secret hijau kekuningan kental, O2 NRM 10L, SPO2 : 90 %, klien tampak gelisah.
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Management airway
- Suction
- Monitor vital sign

46
3 S:-
O : Klien lemah, somnolen, GCS E2,V2,M4, tampak gelisah, klien di restraint tangan dan kaki,
terpasang penghalang pada kedua sisi bed.
A : Masalah risiko jatuh teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
- Monitor KU klien,
- Memasang penghalang pada bed.
15 Juli 2017 1 S : Berbicara tidak jelas uh…aduh….
O : Kesadaran somnolen E4,V3,M4, sudah ada kontak mata, gelisah, di fiksasi, diit sode masuk 200
cc jus, suhu 370C.
- TD : 146/109 mmHg, HR : 112 x/menit, RR : 24 x/ menit, O2 Kanul nasal 4L, Sanmol infus
masuk 100 ml, MAP 211, diuresis 900 cc.
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan secebral teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor hemodinamik.
- Monitor tingkat kesadaran klien.
- Management nutrisi
2 S:-

47
O : Klien tampak lemah, somnolen, GCS E4,V3,M4. terdengar suara nafas ronchi berkurang, RR :
23x/menit, secret berkurang, O2 kanul nasal 4 L, SPO2 : 85 %, klien tampak gelisah.
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Management airway.
- Monitor vital sign.
3 S : klien berbicara tidak jelas (menginginkan ikatannya di kedua tangan dan kakinya di lepas)
O : Klien lemah, somnolen, GCS E4,V3,M4, tampak gelisah, klien di restraint, ada kontak mata,
terpasang penghalang pada ke dua sisi bed.
A : Masalah risiko jatuh teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor KU klien,
- Memasang penghalang pada bed.

48
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Stroke adalah terjadinya sumbatan atau pecahnya arteri di otak yang
disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya merokok, aktifitas fisik
yang tidak memadahi, dan pola makan yang kurang sehat.
2. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan stroke yaitu hipertensi,
obesitas, dan kolesterol.
3. Tanda dan gejala yang umum dialami pada penderita stroke hemorargic,
yaitu sakit kepala, muntah, pusing (vertigo), gangguan kesadaran.
4. Penatalaksanaan umum pasien stroke hemorargic yaitu berupa tindakan
darurat sambil berusaha mencari penyebab dan penatalaksanaan yang
sesuai dengan penyebab. Penatalaksanaan umum ini meliputi
memperbaiki jalan napas dan mempertahankan ventilasi, menenangkan
pasien, menaikkan atau elevasi kepala pasien 30º yang bermanfaat untuk
memperbaiki drainase vena, perfusi serebral dan menurunkan tekanan
intrakranial, atasi syok, mengontrol tekanan rerata arterial, pengaturan
cairan dan elektroklit, monitor tanda-tanda vital, monitor tekanan tinggi
intrakranial, dan melakukan pemeriksaan pencitraan menggunakan
Computerized Tomography untuk mendapatkan gambaran lesi dan
pilihan pengobatan
5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien stroke
hemorargic, yaitu gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intra cranial, gangguan
komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau oral, gangguan
mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular, defisit perawatan diri b.d
hemiparese/ hemiplegic, resiko tinggi ketidakefektifan pola napas b.d
menurunnya reflek batuk dan menelan, immobilisasi, resiko tinggi
gangguan intergritas kulit b.d tirah baring lama, resiko tinggi gangguan

49
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan,
defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat.
B. Saran
Prevalensi stroke di Indonesia cukuplah tinggi. Gaya hidup yang
kurang sehat seperti mengomsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi
kolesterol, kurang aktivitas fisik dan kurang berolahraga, meningkatkan
resiko terkena penyakit stoke menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
stroke. Untuk itu, mulailah untuk memperbaiki gaya hidup dan
memperhatikan kesehatan tubuh Anda.

50
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi, Jantung,


dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka.

Asyifaurrahman, Muhammad. (2017). Asuhan Keperawatan pada pasien stroke


hemoragik dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
selebral:posisi head up 30 derajat di ruang ICU PKU Muhammadiyah
Gombong. Gombong : Muhammad Asyifaurrahman.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/667/1/MUHAMMAD
%20ASYIFAURROHMAN%20NIM.%20A01401998.pdf. Diakses
pada tanggal 27 Agustus 2020.

Affandi, I.G. & Reggy,P. (2016). Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada.
Stroke. CDK-238. (43)3, pp. 180-184.

Batticaca, F. B. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan.


Sistem Persarafan. (A. Novianty, Ed.). jakarta: Salemba.

Bulechek M. Gloria, dkk. (2018). Nursing Intervention Classification (NIC),


Intansari Nurjanah, Roxsana D. Tumanggor (2016) (Alih Bahasa).
Yogyakarta : Mocomedia.

Firmawati, E. (2015). Abstract Post Stroke Nursing Care [Abstrak]. One Day.
Seminar: Stroke, 119-120.

Hederman HT, & Kamitsuru S. (2018). NANDA-I diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi (2018-2020). Jakarta : EGC.

Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta.

Muttaqin,Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan.


Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.

51
Moorhead S, dkk. (2018). Nursing Outcomes Classification (NOC), Intansari
Nurjanah, Roxsana D. Tumanggor (2016) (Alih Bahasa).Yogyakarta :
Mocomedia.

National medicines information centre. (2011). The Management of Stroke.


Management of stroke Bulletin. Vol.17.No.3

Price, S.A., dan Wilson, L. M. (2009). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


proses Penyakit, Edisi 6, Vol. 2.

Scottich Intercollegiate Guidelines Network. (2008). Management of Patient with


Stroke or TIA: Assesment, Investigation, Immediete and Management
Secondary Prevention a Nation Clinical Guideline.

Wilkinson, J.M & Ahein, R.N. (2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
9. Jakarta : EGC.

WHO. (2019, October 29). Who.int/southeastasia/news/speeches/detail/world-


stroke-day 2019. Retrived Agustus 27, 2020, from
int:https://www.who.int/southeastasia/news/speeches/detail/world-
stroke-day-2019.

52

Anda mungkin juga menyukai