DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Dosen Pengajar:
Ns.Amila Hamzah, M.Kep, Sp.KMB
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan makalah
ini.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengajaran dan pembuatan
makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan : Tumor Otak yang
namanya tidak kami cantumkan satu persatu, demikian makalah ini dibuat semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latarbelakang......................................................................................
1.2 Tujuan..................................................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak
(Sylvia.A. 1995:1030). Tumor otaak dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu herediter, sisa sisa sel embrional, radiasi, virus, substansi-substansi
karsinogenik. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif.
Gangguan neurologis ini disebabkan oleh adanya gangguan fokal oleh tumor
dan peningkatan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi bila terdapat
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Tumor otak merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus
kanker yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selama periode 2009-2013
terdapat 173 kasus. Dari 173 kasus secara keseluruhan diketahui bahwa wanita
lebih banyak terkena tumor otak dibanding pria dengan perbandingan 1,8:1.
Selain itu diketahui bahwa meningioma merupakan tumor terbanyak dengan
100 kasus dari 173 kasus(57,8%) diikuti oleh astrositoma dengan 50 kasus
(28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak pada frontal (30,1%).
Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan
antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif
yang meliputi radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Radioterapi dilakukan
untuk menghancurkan tumor dengan dosis yang masih dapat diteleransi oleh
jaringan normal yang ditembusnya. Kemoterapi digunakan untuk tumor otak
astrositoma, glioblastoma dan astrositoma anaplastik beserta variannya.
Imunoterapi diguanakan jika terdapat gangguan fungsi imunologi tubuh.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi otak
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian tumor otak
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi tumor otak
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi tumor otak
5. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi tumor otak
6. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis tumor otak
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis tumor otak
8. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang tumor otak
9. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi tumor otak
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual
kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di
otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas
pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan
baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam
pemulihan stroke (Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP
dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005). Otak merupakan bagian
utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya adalah:
1. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai
dengan sulkus (celah) dan girus.
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area
broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial,
berbicara, motivasi dan inisiatif.
b) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori.
e) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom.
Gambar 2.1 Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping
2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan
lobus fluccolonodularis.
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (Medulla Spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun
metastase. Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul
dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru,
payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.
2.3 Etiologi
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak primer.
Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat
diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap
belum diketahui. Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor
lingkungan sedang diteliti. Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah
decade kelima dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih sering dari pada
wanita.
Menurut Ngoerah (2015) faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya suatu
tumor otak adalah:
1. Herediter (Genetik)
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma
mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain tumor. Sklerosis
tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.
Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak
massa otak akhirnya terjadi tumor otak.
2.4 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan
oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan
intracranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai
darah ke dalam jaringan otak.
2. Ganas
a. Malignan
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak
tegas dan jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama
sesuai dengan asal jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal
dari ectoderm dan endoderm disebut karsinoma, dan yang berasal dari
mesoderm disebut sebagai sarcoma. Jika jaringan tumor ganas sangat
menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut sebagai blastoma,
sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari dua lapis
jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis
jaringan embrio disebut sebagai teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang
dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang
paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat
pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling
sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis.
Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor
dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan
letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
2) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan
diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang). Pada
orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada anak-anak dan
dewasa muda di serebelum, dan pada umumnya berisi cairan atau
kistik.
3) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma
tetapi terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor relative
avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya di
jumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
b. Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung araknoid.
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan
kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan
massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat
perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge
(20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum
sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine
angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di
sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma
konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai
berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika
(tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge)
tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan
visus yang progresif. Secara mikroskopis, sel tumor terlihat bundar,
oligonal, oval, atau bentuk spindle. intinya teratur, bundar atau oval,
leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor ini
vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan operatif
mutlak dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat hiperdens.
post kontras enhancemennya homogen, kecuali bila terjadi nekrotik,
kistik, dan hemoragis.
Gambar 3. Meningioma Gambar 4. Lokasi umum Meningioma
2. Tumor Infratentorial
a) Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering berkembang pada
saraf akustikus sehingga muncul gejala gangguan pendengaran.
b) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer
paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma
dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga
bermetastasis ke otak. Organ tubuh seperti tulang, paru, dan otak
mempunyai kecenderungan lebih besar sebagai tempat metastasis jika
dibandingkan dengan organ tubuh lain, sebaliknya limpa, ginjal, dan
hari merupakan organ yang paling jarang terkena.
Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat cukilan kecil
tumor pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan tumor terbawa
ke orang lain, yang memulai aksinya. kanker yang menyebar ke otak
paling umum menimpa orang lanjut usia; kanker paru, payudara, usus
dan kaker kulit yang disebut melanoma yang berbahaya. Kanker
prostat adalah kasus khusus karena atas suatu alasan, penyebarannya
mengarah ke penutup otak daripada jaringan otak itu sendiri.
4. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di otak,
dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau
dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan
ini memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai
indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut, bekuan darah, dan
infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda dari pola normal irama
dan kecepatan. Pemeriksaan ini pada tumor otak berfungsi untuk
mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.
5. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh darah
pada siklus Willis di cabang arteri otak yang kecil akan mengalami
pembesaran masa pembuluh darah saat dilakukan pemeriksaan ini.
3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam
merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap
berbagai perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang mungkin
menunjukkan perburukan kondisi.
3.1.1 Anamnesa
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan
durasinya makin meningkat
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat
meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan
mental seperti disorientasi, letargi, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat
kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah
ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada
pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management
keperawatan selama 1x24 jam nyeri 1) Mengurangi/menghilangkan faktor-
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat faktor yang memimbulkan /
diadaptasi oleh klien dengan kriteria meningkatkan pengalaman nyeri
hasil : 2) Memilih dan mengimplementasikan
a. Klien mengungkapkan nyeri satu jenis tindakan (farmakologi,
yang dirasakan berkurang atau non-farmakologi, interpersonal)
dapat diadaptasi ditunjukkan untuk memfasilitasi pertolongan
penurunan skala nyeri. Skala = 2 nyeri
b. Klien tidak merasa kesakitan. 3) Mempertimbangkan jenis dan
c. Klien tidak gelisah sumber nyeri ketika memilih strategi
pertolongan nyeri
Pain Control 4) Mendorong klien untuk
Klien dapat mengenal onset nyeri menggunakan pengobatan nyeri
Klien dapat menggambarkan faktor yang adekuat
penyebab 5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
Klien mengenal gejala yang melaporkan nyeri dengan segera jika
berhubungan dengan nyeri nyeri timbul.
Melaporkan kontrol nyeri 6) Mengajarkan tehnik relaksasi dan
metode distraksi
7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri
non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
Kolaborasi: Analgesic
1) Menentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum pengobatan klien
2) Mengecek permintaan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi dari
analgesik yang telah ditentukan
(resep)
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management
keperawatan selama 1x24 jam pola 1) Monitor status respirasi dan
pernafasan kembali normal dengan oksigenasi, yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management
a. Pola nafas efekif 1) Monitor kecepatan, irama,
b. GDA normal kedalaman dan upaya pernafasan.
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
3) Monitor tingkat saturasi oksigen
Respiratory Status :
dalam klien yang tenang
Respiraroty Rate normal
4) Auskultasi suara napas, mencatat
Respiraory Rhytm normal
area penurunan ketiadaan ventilasi
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal dan keberadaan suara tambahan
Tidak ada sianosis
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi 1) Monitor kualitas dan karakteristik
jaringan klien membaik ditandai dari bentuk gelombang TIK
dengan tanda-tanda vital stabil dengan 2) Monitor tekanan perfusi cerebral
kriteria hasil : 3) Monitor status neurologis
a. Tekanan perfusi serebral 4) Monitor TIK klien dan respon
>60mmHg, tekanan intrakranial neurologis untuk merawat aktivitas
<15mmHg, tekanan arteri rata- dan stimuli lingkungan
rata 80-100mmHg 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
b. Menunjukkan tingkat kesadaran karakteristik dari aliran cairan
normal serebrospinal (CSF)
c. Orientasi pasien baik 6) Memberikan agen farmakologi
d. RR 16-20x/menit untuk menjaga TIK pada batas
e. Nyeri kepala berkurang atau tertentu
tidak terjadi 7) Memberi jarak waktu intervensi
keperawatan untuk meminimalkan
PTIK
Perfusi Jaringan: Serebral :
8) Monitor secara berkala tanda dan
Tekanan intracranial normal
gejala peningkatan TIK
Tekanan darah sistolik normal
a. Kaji perubahan tingkat
Tekanan darah diastolic normal
Mean Blood Pressure normal kesadaran, orientasi, memori,
Sakit kepala hilang periksa nilai GCS
Tidak mengalami penurunan tingkat b. Kaji tanda vital dan bandingkan
kesadaran dengan keadaan sebelumnya
Tidak ada gangguan reflek neurologik c. Kaji fungsi autonom: jumlah dan
pola pernapasan, ukuran dan
reaksi pupil, pergerakan otot
d. Kaji adanya nyeri kepala, mual,
muntah, papila edema, diplopia,
kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
1. Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala
15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai
secara berlebihan
2. Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
4. Hindari faktor yang dapat
meningkatkan TIK
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Nutrition Monitoring
tindakan keperawatan selama 1) Kaji tanda dan gejala
1x24 jam kebutuhan nutrisi klien kekurangan nutrisi:
dapat terpenuhi dengan adekuat penurunan berat badan,
dengan kriteria hasil: tanda-tanda anemia, tanda
a. Antropometri: berat badan vital
tidak turun (stabil) 2) Monitor intake nutrisi
b. Biokimia: albumin normal pasien
dewasa (3,5-5,0) g/dl 3) Berikan makanan dalam
c. Hb normal (laki-laki 13,5- porsi kecil tapi sering.
18 g/dl, perempuan 12-16 4) Timbang berat badan 3 hari
g/dl) sekali
1) Clinis: tidak tampak 5) Monitor hasil laboratorium:
kurus, terdapat lipatan Hb, albumin
lemak, rambut tidak 6) Kolaborasi dalam
jarang dan merah pemberian obat antiemetic
2) Diet: klien
menghabiskan porsi
makannya dan nafsu
makan bertambah
Nutritional Status :
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan adekuat
Hidrasi
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1) Kaji fungsi motorik secara
1x24 jam, gangguan mobilitas berkala
dapat diminimalkan dengan 2) Menjaga pergelangan kaki 90
kriteria Hasil : derajat dengan papan kaki.
1. Mempertahankan posisi Gunakan trochanter rolls
fungsi yang dibuktikan sepanjang paha saat di
dengan tidak adanya ranjang
kontraktur. Foodtrop 3) Ukur dan pantau tekanan
2. Meningkatkan kekuatan darah pada fase akut atau
tidak terpengaruh/ hingga stabil. Ubah posisi
kompenssi bagian tubuh secara perlahan
3. Menunjukan teknik perilaku 4) Inspeksi kulit setiap hari.
yang meingkinkan Kaji terhadap area yang
dimulainya kembali tertekan dan memberikan
kegiatan. perawatan kulit secara teliti
5) Membantu mendorong
Mobility : pulmonary hygiene seperti
Keseimbangan terjaga napas dalam, batuk, suction
Koordinasi terjaga 6) Kaji dari kemerahan,
Bergerak dengan mudah bengkak/ketegangan otot
jaringan betis
7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak
mampu menggerakan leher.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1) Kaji rentang gerak leher klien
1x24 jam memberikan 2) Memberi helth education
kenyamanan gerak leher pada kepada pasien mengenai
klien dengan kriteria Hasil : penurunan fungsi gerak leher
a. Klien dapat menggerakan 3) Kolaburasi dengan fisioterapi
leher secara normal 4) Mengetahui kemampuan
b. Klien dapat beraktifitas gerak leher klien
secara normal 5) Membantu pasien untuk dapat
menerima kondisi yang
dialami
6) Terapi dapat membantu
mengembalikan gerak leher
klien secara normal
KASUS :
Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Usia : 25 Tahun
Diagnosa medis : Tumor Otak
b. Anamnesa
1) Keluhan Utama
Sakit kepala yang sangat hebat
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu,
klien muntah-muntah ketika mengalami sakit kepala, dan trauma.
Pasien berjalan tidak seimbang sejak satu bulan terakhir, napsu makan
menurun, penurunan berat badan satu bulan terakhir, penglihatan
pasien mulai kabur sejak 1 bulan terakhir
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat kejang
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
c. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
1) RR 12x/menit
2) Napas tersengal-sengal
3) Suara napas ronchi
B2 (Blood)
1) N 100x/menit
2) TD 140/100 mmHg
3) S 37,8˚C
4) CRT 4 detik
5) Conjungtiva anemis
6) Akral hangat dan pucat
B3 (Brain)
1) Kesadaran menurun dengan GCS 445
2) Kejang
3) Gangguan koordinasi/keseimbangan
4) Penglihatan kabur
B4 (Bladder)
Warna urine kunging pekat, Bau : Biasa
B5 (Bowel)
1) Bibir tampak kering
2) Gerakan peristaltic naik turun
3) Kulit abdomen pucat
4) Mual dan muntah proyektil
B6 (Bone)
1) Terdapat papiledema dan edema pada leher bagian kanan
2) Adanya kelemahan otot
d. Pemeriksaan Psikososial
Terjadi perubahan mental keluarga pada saat awal klien didiagnosa
menderita penyakit tumor pada kepala dan berbagai pengobatan telah
dilakukan sesuai dengan anjuran pada medis hingga akhirnya keluarga
pasrah melihat perkembangan, dimana keadaan klien semakin memburuk.
Analisa Data :
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS : - Pembesaran masa tumor Pola napas tidak
DO : ↓ efektif
a. Klien tampak sesak Menekan pusat saraf
b. Hasil TTV napas
N 100x/menit ↓
RR 30x/menit Pola napas tidak feketif
S 37,8 dearajat
TD 140/100 mmHg
DS: Nyeri
Pasien mengeluh sakit
kepala
DO :
Pembesaran massa
a. Skala nyeri 8
tumor
↓
Ukuran tengkorak tetap
↓
PTIK
↓
Nyeri
DS : Adanya tumor Nutrisi kurang dari
Klien mengatakan tidak ↓ kebutuhan tubuh
nafsu makan Nyeri kepala
DO : - ↓
Rasa sakit yang berlebih
↓
Nafsu makan turun
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan penekanan saraf nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola
pernafasan kembali normal
NOC NIC
Pola nafas klien kembali normal Airway Management
dilihat dari indikator : 1) Monitor status respirasi dan
1. Respiraroty Rate normal oksigenasi, yang tepat
2.Respiraory Rhytm normal Respiratory Management
3.Saturasi oksigen normal 5) Monitor kecepatan, irama,
4.Tidak ada sianosis kedalaman dan upaya pernafasan.
6) Monitor pola pernapasan
7) Monitor tingkat saturasi oksigen
dalam klien yang tenang
8) Auskultasi suara napas, mencatat
area penurunan ketiadaan ventilasi
dan keberadaan suara tambahan
2. Nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra kranial
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang
dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
NOC NIC
Kriteria Hasil : Pain Management
Nyeri yang dirasakan klien 1. Melakukan pengkajian komprehensif
berkurang dilihat dari indikator : mengenai nyeri klien (nyeri pasien
1. Penggunaan analgesik tersebut terjadi pada saat pasien
2. Melaporkan nyeri yang menelan makanan)
terkontrol 2. Meminimalkan faktor yang
3. Mengenali serangan nyeri menimbulkan nyeri pada klien
4. Melaporkan perubahan gejala 3. Mengajarkan mengenai managemen
nyeri pada pasien nyeri (teknik distraksi misalnya,
napas dalam)
4. Mengajarkan klien untuk memonitor
nyeri (respon yang dialami oleh
pasien sendiri dapat diidentifikasi)
5. Anjurkan untuk istirahat agar
meminimalkan nyeri
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
profesional mengenai analgesik
efektif untuk pereda nyeri
Mengenai lobus oksipitalis Pertumbuhan Sel yang Abnormal Obstruksi cairan Peregangan Epidural
serebrospinal dari ventrikel
lateral ke sub arachnoid
Gangguan visual TUMOR OTAK Nyeri Kepala
Papiledema
Penambahan Massa Otak dan atau Cairan Otak
Herniasi medula
Volume intrakranial naik (PTIK) oblongata Mual & Muntah