Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN: TUMOR OTAK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. Yolanda Wulandari 170204076


2. Fahrini Syafitri 170204019
3. Henny Situmorang 170204023
4. Sabran Hadi Pagan 170204066
5. Shamariani S 170204070
6. Febrina M Sihombing 170204020
7. Yuris Dawinda W 170204086
8. Novia 170204081
9. Jessica Silitonga 170204029
10. Desi Christ 170204017
11. Asmadi Badai 170204005

Dosen Pengajar:
Ns.Amila Hamzah, M.Kep, Sp.KMB

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Keperawatan Kritis II tepat waktu.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan makalah
ini.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada:


1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Sinaga SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Amila Hamzah, M.Kep, Sp.KMB dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Kritis II dengan topik Asuhan Keperawatan pada
Pasien Dengan Gangguan Neurologi : Tumor Otak

Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengajaran dan pembuatan
makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan : Tumor Otak yang
namanya tidak kami cantumkan satu persatu, demikian makalah ini dibuat semoga
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 10 November 2020


Penyusun

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latarbelakang......................................................................................

1.2 Tujuan..................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................

2.1 Anatomi Fisiologi Otak.......................................................................

2.2 Pengertian Tumor Otak.......................................................................

2.3 Etiologi Tumor Otak............................................................................

2.4 Patofisiologi Tumor Otak....................................................................

2.5 Klasifikasi Tumor Otak.......................................................................

2.6 Manifestasi Klinis Tumor Otak...........................................................

2.7 Penatalaksanaan Tumor Otak..............................................................

2.8 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak..................................................

2.9 Komplikasi Tumor Otak......................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak
(Sylvia.A. 1995:1030). Tumor otaak dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu herediter, sisa sisa sel embrional, radiasi, virus, substansi-substansi
karsinogenik. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif.
Gangguan neurologis ini disebabkan oleh adanya gangguan fokal oleh tumor
dan peningkatan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi bila terdapat
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Tumor otak merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus
kanker yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selama periode 2009-2013
terdapat 173 kasus. Dari 173 kasus secara keseluruhan diketahui bahwa wanita
lebih banyak terkena tumor otak dibanding pria dengan perbandingan 1,8:1.
Selain itu diketahui bahwa meningioma merupakan tumor terbanyak dengan
100 kasus dari 173 kasus(57,8%) diikuti oleh astrositoma dengan 50 kasus
(28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak pada frontal (30,1%).
Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan
antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif
yang meliputi radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Radioterapi dilakukan
untuk menghancurkan tumor dengan dosis yang masih dapat diteleransi oleh
jaringan normal yang ditembusnya. Kemoterapi digunakan untuk tumor otak
astrositoma, glioblastoma dan astrositoma anaplastik beserta variannya.
Imunoterapi diguanakan jika terdapat gangguan fungsi imunologi tubuh.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi otak
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian tumor otak
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi tumor otak
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi tumor otak
5. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi tumor otak
6. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis tumor otak
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis tumor otak
8. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang tumor otak
9. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi tumor otak
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Otak

Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual
kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di
otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas
pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan
baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam
pemulihan stroke (Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP
dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005). Otak merupakan bagian
utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya adalah:
1. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai
dengan sulkus (celah) dan girus.
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area
broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial,
berbicara, motivasi dan inisiatif.
b) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori.
e) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom.
Gambar 2.1 Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping

2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan
lobus fluccolonodularis.

Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas


3. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya
dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur- struktur fungsional batang
otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman
sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri
dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
Batang otak terdiri dari :
1) Diensefalson, bagian batang otak paling atas terdapat diantara
serebelum dengan mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf yang
terdapat dibagian lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan
sudut menghadap ke samping. Fungs diensefalson :
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses pernafasan
c. Mengontrol kegiatan reflex
d. Membantu kerja jantung
2) Mensensefalon, atap dari mensesefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua sebelah bawah disebus korpus kuadrigeminus
inferior. Serta nervus troklearis berjalan kearah dorsal menyilang garis
tengah ke sisi lain. Fungsinya :
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata
3) Pons varoli barikum pontis yang menghubungan mensensefalon
dengan pons varoli dan dengan serebelum, terletak didepan serebelum
diantara otak tengah dan medulla oblongata. Disini terdapat
premoktosid yang mengatur gerakan pernapasan dan refleks.
Fungsinya
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara
medulla oblongata dengan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus
4) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungan pons varoli dengan medulla spinalis.
Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan medulla
spinalis keatas, bagian atas medulla oblongata yang melebar disebut
kanalis sentralis didaerah tengah bagian ventral medulla oblongata.
Fungsinya :
a. Mengontrol kerja jantung
b. Mengecilkan pembuluh darah
c. Pusat pernfasatan
d. Pengontrol kegiatan refleks

Gambar 2.3 Brainstem


2.2 Pengertian Tumor Otak

Gambar 1. Tumor Otak


Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor
yang berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan
beberapa tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal
dari otak (tumor otak primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain
dan merambat ke otak (tumor otak sekunder / metastatik).

Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (Medulla Spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun
metastase. Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul
dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.

Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru,
payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.

2.3 Etiologi
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak primer.
Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat
diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap
belum diketahui. Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor
lingkungan sedang diteliti. Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah
decade kelima dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih sering dari pada
wanita.
Menurut Ngoerah (2015) faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya suatu
tumor otak adalah:
1. Herediter (Genetik)
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma
mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain tumor. Sklerosis
tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.
Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak
massa otak akhirnya terjadi tumor otak.

2.4 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan
oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan
intracranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai
darah ke dalam jaringan otak.

Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti


bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang
diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan
meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial,
volum CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim
otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi untuk
serebellum.

Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke


inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser
ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang
cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan
pernapasan.

2.5 Klasifikasi Tumor Otak


Berdasarkan Jenis Tumor
1. Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul sehingga mudah
dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena berbatas tegas. Pembesaran
tumor akan menekan jaringan di dekatnya dan dapat menyebabkan
obstruksi atau atrofi.
a. Acoustic Neuroma
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh dari
sel selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region meatus
auditorius internus. Manifestasi awal yang khas adalah gangguan
pendengaran sensorineural unilateral, yang disebabkan oleh kerusakan
nervus delapan dalam meatus (lesi intrakanalikular). Ekspansi tumor
lebih lanjut ke sudut serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang
berdekatan (nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut
menyebabkan ataksia ipsilateral akibat kompresi batang otak-
serebelum dan palsi nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya,
terjadi gambaran peningkatan tekanan intracranial, terutama jika
terjadi hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel keempat.
tumor lain yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk
meningioma dan metastasis.
b. Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada
di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih
sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki
banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif
saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
c. Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai
struktur di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela
dan parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini adalah
hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh kompresi kiasma
optikum oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan patologis
lainnya yang dapat menyebabkan kompresi kiasma, sehingga
menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis, meningioma
suprasela, dan kraniofaringioma (tumor yang berasal dari sel
perkembangan epitel bukan yang secara embriologis dekat dengan
tangkai hipofisis).

Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin bersamaan


dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat bersifat
fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali
yang disebabkan oleh kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit
Cushing akibat tumor yang mensekresi kortikortropin). selain itu,
dapat terjadi hipopituitarisme akibat supresi sel normal kelenjar oleh
tumor. Terkadang adenoma hipofisis dapat mengalami infark akut.
pasien menunjukkan gejala nyeri kepala akut dan muntah-muntah
(menyerupai perdarahan subarachnoid) dan hipopituitarisme akut
(aplopeksi hipofisis). Pembengkakan jaringan tumor nekrotik
menyebabkan hemianopia bitemporal yang berkemebang cepat dengan
oftalmoplegia bilateral akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
d. Astrocytoma (Grade 1)

2. Ganas
a. Malignan
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak
tegas dan jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama
sesuai dengan asal jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal
dari ectoderm dan endoderm disebut karsinoma, dan yang berasal dari
mesoderm disebut sebagai sarcoma. Jika jaringan tumor ganas sangat
menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut sebagai blastoma,
sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari dua lapis
jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis
jaringan embrio disebut sebagai teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang
dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang
paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat
pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling
sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis.
Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor
dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan
letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.

4) Metastase Tumor Otak


Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara,
dan ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak
metastasis. Tumor metastasis pada otak umumnya multiple yang
membuatnya lebih sulit ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di
dalam otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak itu
sendiri atau di meningen yang melapisi otak.

Berdasarkan Lokasi Tumor


1. Tumor Supratentorial
a. Glioma :
1) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui
korpus kolosum. Tumor di dalam otak berkembang dari sel otak,
disebut sel glial. Sel ini adalah beberapa dari yang disebut sel
pendukung yang tidak mengirimkan impuls saraf, tapi
melaksanakan tugas-tugas yang berarti bagi otak, misalnya
membersihkan zat kimia yang berlebihan. Terkadang tumor glial
tumbuh sangat lambat dan orangnya bisa hidup normal selama
bertahun-tahun sebelum masalah muncul. tumor sel glial lainnya
tumbuh dengan cepat sekali dan berisi sel yang membagi dengan
sangat cepat. Obat belum menjadi alat efektif untuk mengobati
tumor yang tumbuh dengan cepat semacam itu. Jenis tumor yang
merupakan masalah pengobatan terbesar dalam bentuk tumor
glial, glioblastoma.
Glioblastoma atau glioblastoma multiform adalah stadium
tertinggi glioma (grade IV), tumor paling ganas dalam kelas
astrocytoma, dan sama dengan grade IV glioma. Gambaran
histologist yang ditambilkan glioblastoma dari seluruh grade
menunjukkan adanya nekrosis dan peningkatan pembuluh darah
disekitar tumor. Tumor grade IV tumbuh dengan cepat dan
memiliki tingkat keganasan yang tinggi.
Banyak peneliti berusaha muncul dengan terapi lebih baik untuk
tumor terberat, Glioblastoma. satu pendekatan adalah
memasukkan obat penghancur kanker langsung ke dalam tumor
dalam bentuk tablet berisi obat bubuk yang dikeluarkan dengan
lambat. Pendekatan ini memperpanjang kelangsungan dan kulitas
hidup, tapi sejauh ini belum memproduksi obat. Tehnik genetic
modem juga diuji yang dapat memasukkan gen ke dalam tumor,
dengan harapan akan membunuh tumor, atau membuatnya lebih
responsive terhadap pengobatan dengan kemoterapi atau radiasi.
Terdapat 2 subtipe glioblastoma
a) De Novo (baru atau primer)
Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera membentuk
sel yang terlihat berbahaya. tumor tersebut merupakan
kejadian tumor terbanyak dan sangat berbahaya dari
glioblastoma.
b) Sekunder
Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien berusia
kurang dari 45 tahun hingga 45 tahun. Glioblastoma sekunder
ditandai dengan dimulainya grade astrocytoma awal hingga
grade sedang yang berasal dari kelainan gen yang akan
berubah menjadi ganas, tumbuh cepat menjadi glioblastoma.

Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa yang


berbatas tegas atau neoplasma yang infiltrative secara difus.
hampir 60% tumor ini merupakan massan yang solid dan
sisanya kistik. nekrosis tumor juga dapat dijumpai. Potongan
tumor dapat berupa massa yang lunak berwarna keabu-abuan
atau kemerahan atau berupa daerah nekrosis dengan
konsistensi seperti krim kekuningan atau berwarna cokelat
kemerahan. Tampilan mikroskopik glioblastoma berupa massa
hiperseluler, pleiomorfisme sel dan nucleus serta nekrosis.
garam kalsium dijumpai pada 3% kasus. Kadang ada
kecenderungan sel untuk berkumpul di sekitar daerah nekrosis,
dimana tampilan ini dikenal dengan istilah pseudopalisade.
terjadi pertambahan jumlah kapiler dan proliferasi endotelnya.
gejala yang dialami pasien mulai dari nyeri kepala, gangguan
motorik, perubahan mental, kejang, abnormalitas neurologis
berupa refleks yang abnormal, konfusi atau diaorientasi,
kesadangan menurun, gangguan lapang pandang, koma dan
parese nervus ke III dan VI.

Gambar. Glioblastoma – MR sagittal with contrast

2) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan
diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang). Pada
orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada anak-anak dan
dewasa muda di serebelum, dan pada umumnya berisi cairan atau
kistik.
3) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma
tetapi terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor relative
avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya di
jumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
b. Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung araknoid.
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan
kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan
massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat
perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge
(20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum
sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine
angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di
sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma
konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai
berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika
(tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge)
tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan
visus yang progresif. Secara mikroskopis, sel tumor terlihat bundar,
oligonal, oval, atau bentuk spindle. intinya teratur, bundar atau oval,
leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor ini
vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan operatif
mutlak dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat hiperdens.
post kontras enhancemennya homogen, kecuali bila terjadi nekrotik,
kistik, dan hemoragis.
Gambar 3. Meningioma Gambar 4. Lokasi umum Meningioma

2. Tumor Infratentorial
a) Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering berkembang pada
saraf akustikus sehingga muncul gejala gangguan pendengaran.
b) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer
paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma
dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga
bermetastasis ke otak. Organ tubuh seperti tulang, paru, dan otak
mempunyai kecenderungan lebih besar sebagai tempat metastasis jika
dibandingkan dengan organ tubuh lain, sebaliknya limpa, ginjal, dan
hari merupakan organ yang paling jarang terkena.

Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat cukilan kecil
tumor pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan tumor terbawa
ke orang lain, yang memulai aksinya. kanker yang menyebar ke otak
paling umum menimpa orang lanjut usia; kanker paru, payudara, usus
dan kaker kulit yang disebut melanoma yang berbahaya. Kanker
prostat adalah kasus khusus karena atas suatu alasan, penyebarannya
mengarah ke penutup otak daripada jaringan otak itu sendiri.

Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh sebagai tumor


tunggal. jadi, tumor otak metastatic memiliki gejala sama sebagai
tumor otak primer dan terlihat mirirp sekali pada studi pencitraan.
Dokter bisa memberitahu perbedaan hanya dengan melihat tumor di
bawah mikroskop dan mengenali bahwa sel-sel yang membentuk
tumor tidak, secara normal, berada di dalam otak tapi bergerak ke sana
dari paru-paru atau payudara. tak ajrang gejala dari otak adalah tanda
pertama yang meanndai munculnya kanker. di waktu-waktu yang lan,
keterlibatan otak dalam penyakit sudah terlambat, setelah kanker
sudah menyebar ke organ-organ lain.
c) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dural.
d) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang
paling sering dijumpai dalam serebelum.

2.6 Manifestasi Klinis


Gejala tumor otak bervariasi dari satu penderita ke penderita lain tergantung
pada ukuran dan bagian otak yang terjangkit. Tumor bisa membuat area otak
yang terjangkiti tidak berfungsi dengan baik dan menekan jaringan otak
sehingga menyebabkan sakit kepala serta kejang-kejang. Berikut ini tanda
dan gejala umum tumor otak berupa :
1. Perubahan Status Mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat
kesadaran atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status emosional dan
mental, seperti letargi dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta
perubahan kepribadian dapat ditemukan
2. Sakit Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten.
Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk,
maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri
kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor
pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. 
Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya intermiten dengan
durasi meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau
mengejan. Sakit kepala parah dan berulang pada klien yang sebelumnya
bebas sakit kepala atau sakit kepala berulang di pagi hari yang frekuensi
dan keparahannya meningkat dapat menandakan suatu tumor intrakranial
dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut.
3. Mual Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada
medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering mengeluhkan sakit
kepala parah setelah berbaring di ranjang. Saat sakit kepala makin nyeri,
klien juga dapat mengalami mual atau muntah yang spontan. Selama
episode muntah biasanya nyeri kepala akan berkurang.
4. Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat menyebabkan
papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari hal ini masih
belum diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial mengganggu aliran
balik vena dari mata dan menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga
dikenal sebagai “Choked disc”, papiledema umum pada klien dengan
tumor intrakranial dan mungkin merupakan manifestasi awal dari
peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema awal tidak menyebabkan
perubahan ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah dapat bermanifestasi sebagai
penurunan tajam penglihatan.
5. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor
intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat parsial atau
menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu membatasi lokasi tumor.
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus,
dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak bila:
a. Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
b. Mengalami post iktal paralisis
c. Mengalami status epilepsi Resisten terhadap obat-obat epilepsi
d. Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi intrakranial lain

Gejala Berdasarkan Lokasi & Fungsi Otak Yang Diserang


a. Tumor pada Lobus Frontal :
- Perubahan perilaku dan kepribadian
- Penurunan kemampuan menilai sesuatu
- Penurunan daya penciuman
- Penurunan daya ingat
- Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
- Penurunan fungsi mental atau kognitif
- Penurunan penglihatan dan radang syaraf mata
b. Tumor pada Lobus Parietal :
- Penurunan kemampuan bicara
- Tidak bisa menulis
- Tidak mampu mengenali seseorang
- Kejang-kejang
- Disorientasi ruang
c. Tumor pada Lobus Oksipital :
- Kehilangan penglihatan pada salah satu atau kedua belah mata
- Kejang-kejang
d. Tumor pada Lobus Temporal :
- Penurunan kemampuan bicara
- Kejang-kejang
- Kadang tanpa gejala sama sekali
c. Tumor pada Fosa Posterior :
- Gangguan berjalan
- Nyeri kepala
- Muntah
d. Tumor pada Cerebello Pontin Angie :
- Gangguan pendengaran
e. Tumor pada Batang Otak :
- Perubahan perilaku dan emosional (lebih sensitif, mudah
tersinggung)
- Sulit bicara dan menelan
- Mengantuk
- Sakit kepala, terutama pada pagi hari
- Kehilangan pendengaran - Kelemahan syaraf pada salah satu sisi
wajah
- Kelemahan syaraf pada salah satu sisi tubuh
- Gerakan tak terkontrol
- Kehilangan penglihatan, kelopak mata menutup, juling, dll.
- Muntah
f. Tumor pada Selaput Otak :
- Sakit kepala
- Kehilangan pendengaran
- Gangguan bicara
- Inkontinensi urine (tidak mampu mengontrol buang air
kecil/besar)
- Gangguan mental dan emosional (apatis, anarkis, dll)
- Mengantuk berkepanjangan
- Kejang-kejang
- Kehilangan penglihatan
g. Tumor pada Kelenjar Pituitary :
- Berhenti menstruasi (amenorrhea)
- Memproduksi air susu
- Impotensi
h. Tumor pada Hipotalamus :
- Gangguan perkembangan seksual pada anak-anak
- Kerdil
- Berhenti menstruasi (amenorrhea)
- Gangguan cairan dan elektrolit
i. Tumor pada Ventrikel :
- Hidrosefalus
- Leher kaku
- Kepala miring
- Nyeri kepala mendadak
- Penglihatan kabur
- Penurunan kesadaran

2.7 Penatalaksanaan Medis


Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:
a. Pemberian Kortikostreoid
Pemberian kortikostreoid yang bertujuan untuk memberantas edema otak.
Pengaruh kortikostreoid terutama dapat dilihat pada keadaan-keadaan
seperti nyeri kepala yang hebat, deficit motorik, afasia dan kesadaran
yang menurun. Beberapa hipotesis yang dikemukakan: meningkatkan
transportasi dan reasirbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas
pembuluh darah. Jenis kortikostreoid yang dipilih yaitu glukokortikoid;
yang paling banyak dipakai ialah deksametason, selain itu dapat diberikan
prednisone atau prednisolone
b. Rontgen foto (X-ray)
Kepala lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-tanda
peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Angiografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam
pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah
(vaskularisasi) otak.
d. Computerized Tomography (CT-Scan kepala)
Dapat memberikan informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah
menjadi pilihan untuk kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang
lebih jelas
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI bisa membuat diagosa yang lebih dini dan akurat serta lebih defititif.
Gambar otak tersebut dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi
dengan jaringan pasien

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Muttaqin (2018) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang
digunakan dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik diagnostik
dengan menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk memindai kepala
dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi
gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan
perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks, struktur
subkortikal, dan ventrikel. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau
monitor TV dan difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat sebagai variasi
kepadatan jaringan yang berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya.
Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan adanya massa tumor,
infark otak dan atrofi kortikal. Oleh karena itu, CT Scan merupakan alat
diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita
tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang
berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran
CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa
massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih
rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan
dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa
jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT
Scan disertai dengan pemberian zat kontras.

2. Positron Emmision Tomography (PET)


Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan nuklir
berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ
secara aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan dengan
zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron
ini berkombinasi dengan elektron-elektron bermuatan negatif (normalnya
didapat dalam sel-sel tubuh), resultan sinar gamma dapat dideteksi oleh
alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor tersusun dalam sebuah
cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar dua dimensi pada
berbagai tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh komputer dan
memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak. PET memungkinkan
pengukuran aliran darah, komposisi jaringan, dan metabolisme otak. PET
mengukur aktifitas ini secara spesifik pada daerah otak dan dapat
mendeteksi perubahan penggunaan glukosa. Uji ini digunakan untuk
melihat perubahan metabolik otak, melokasikan lesi seperti adanya tumor
otak. PET digunakan untuk mendiagnosa kelainan metabolisme pada otak
dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer serta penyebab lain dari
demensia.
Gambar : Positron Emmision Tomography (PET)

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan menggunakan
fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal dan sagital dengan
gambaran yang sangat baik pada fosa posterior, karena tidak ada artefak
tulang. MRI merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif dalam
mendeteksi tumor seperti adenoma hipofisis dan neuroma akustik. MRI
menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang
difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya. Pada keadaan tumor otak ini akan nampak warna yang kontras
dengan warna organ normal dan terjadi penebalan jaringan otak.
Gambar : Hasil MRI pada Tumor Otak

4. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di otak,
dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau
dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan
ini memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai
indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut, bekuan darah, dan
infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda dari pola normal irama
dan kecepatan. Pemeriksaan ini pada tumor otak berfungsi untuk
mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.

5. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh darah
pada siklus Willis di cabang arteri otak yang kecil akan mengalami
pembesaran masa pembuluh darah saat dilakukan pemeriksaan ini.

Gambar : Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral pada Tumor Otak

6. Pemeriksaan Lumbal Pungsi


Menunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang mencerminkan
TIK, peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, dan terkadang
sel-sel tumor pada CSS.  Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor
dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).

2.9 Komplikasi Tumor Otak


Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg
(2015) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
1. Peningkatan Tekanan Intrakraial
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua
faktor yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah
cairan serebrospinal mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu
faktor diatas akan memicu:
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena
adanya gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa
tumor akan mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu
terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi

sentra, unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan


mesensefalon sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga (okulomotor).
d. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di
dalam selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya
massa tumor.
e. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak
adalah khas bagi suatu tumor ganas. Penurunan fungsi neurologis ini
tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.
f. Ensefalopati radiasi
g. Metastase ke tempat lain 
h. Kematian
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN TUMOR OTAK

3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam
merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap
berbagai perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang mungkin
menunjukkan perburukan kondisi.
3.1.1 Anamnesa
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan
durasinya makin meningkat
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat
meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan
mental seperti disorientasi, letargi, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan
tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder),
B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan
sesak napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi
dan kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien
normal, tidak menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas,
dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
oksigen 2 LPM.
2. Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan
bradikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung
normal, akral hangat, nadi bradikardi.
3. Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata)  : Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung)  : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
d. Pengecapan (lidah)    : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
1) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif
atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
2) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka
mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata
masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau
tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi
di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi
saat
diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
Berdasarkan Fokal
Tumor Lobus Frontalis
a. Gangguan keperibadian dan mental seperti apatis,kesukaran
dalam pandangan ke depan, regresi dalam tingkah laku
social
b. Graps refleks (reflek memegang)
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
d. Kejang fokal atau wajah
e. Todd’s paralisis
f. Afasia motorik
g. Jika terjadi di traktus kortikospinalis :hemiparesis sampai
hemiplegia kontralateral lesi
h. Sindrom foster kennedy
Tumor lobus temporalis
a. Kajang parsiil
b. Movement motoric automatic
c. Nyeri epigastrium
d. Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
e. Dejavu
Tumor lobus parietalis
a. Astereognosis
b. Antopognosis
c. Hemianestesia
d. Tidak dapat membedakan kanan taua kiri
e. Loss of body image
Tumor lobus oksipitalis
a. Gangguan yojana penglihatan
b. Nyeri kepala di daerah oksipital
c. Hemianopsia homonym
Tumor Serebellum
a. Nyeroi kepala, muntah ban pupil edema
b. Ganguan gait dan gangguan koordinasi
c. Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi
d. Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia
Tumor daerah thalamus
a. Refleks babinsky positif, hemiparesis, hiperrefleks
b. Tekanan intracranial yang tinggi
c. Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
Tumor daerah pineal/epifise
a. Tanda perinaud fenomena bell
b. Fenomena puppenkoft
c. Pupil argyl Robertson
d. Pubertas prekoks
e. Diabetes insipidus
Tumor batang otak
a. Kesadaran menurun
b. Gangguan N III
c. Sindrom webber
d. Sindrom benedict
e. Sindrom claude
Tumor sudut sereblo pontin
a. Gangguan pendengaran
b. Vertigo
Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala,kejang, gangguan mental, pembesaran kepala,
papiledema, sensasi abnormal di kepala, false localizing sign

4. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat
kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah
ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada
pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan
tekanan intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
6. Gangguan mobilitas fisik (berhubungan dengan gangguan sensorik dan
motorik
7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah dan tidak
nafsu makan.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor:
peningkatan tekanan intrakranial.

NOC NIC
Tujuan :  setelah dilakukan tindakan Pain Management
keperawatan selama 1x24 jam nyeri 1) Mengurangi/menghilangkan faktor-
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat faktor yang memimbulkan /
diadaptasi oleh klien dengan kriteria meningkatkan pengalaman nyeri
hasil : 2) Memilih dan mengimplementasikan
a. Klien mengungkapkan nyeri satu jenis tindakan (farmakologi,
yang dirasakan berkurang atau non-farmakologi, interpersonal)
dapat diadaptasi ditunjukkan untuk memfasilitasi pertolongan
penurunan skala nyeri. Skala = 2 nyeri
b. Klien tidak merasa kesakitan. 3) Mempertimbangkan jenis dan
c. Klien tidak gelisah sumber nyeri ketika memilih strategi
pertolongan nyeri
Pain Control 4) Mendorong klien untuk
Klien dapat mengenal onset nyeri menggunakan pengobatan nyeri
Klien dapat menggambarkan faktor yang adekuat
penyebab 5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
Klien mengenal gejala yang melaporkan nyeri dengan segera jika
berhubungan dengan nyeri nyeri timbul.
Melaporkan kontrol nyeri 6) Mengajarkan  tehnik relaksasi dan
metode distraksi
7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri
non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
Kolaborasi: Analgesic
1) Menentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum pengobatan klien
2) Mengecek permintaan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi dari
analgesik yang telah ditentukan
(resep)

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula


oblongata.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management
keperawatan selama 1x24 jam pola 1) Monitor status respirasi dan
pernafasan kembali normal dengan oksigenasi, yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management
a. Pola nafas efekif 1) Monitor kecepatan, irama,
b. GDA normal kedalaman dan upaya pernafasan.
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
3) Monitor tingkat saturasi oksigen
Respiratory Status :
dalam klien yang tenang
Respiraroty Rate normal
4) Auskultasi suara napas, mencatat
Respiraory Rhytm normal
area penurunan ketiadaan ventilasi
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal dan keberadaan suara tambahan
Tidak ada sianosis

3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi 1) Monitor kualitas dan karakteristik
jaringan klien membaik ditandai dari bentuk gelombang TIK
dengan tanda-tanda vital stabil dengan 2) Monitor tekanan perfusi cerebral
kriteria hasil : 3) Monitor status neurologis
a. Tekanan perfusi serebral  4) Monitor TIK klien dan respon
>60mmHg, tekanan intrakranial neurologis untuk merawat aktivitas
<15mmHg, tekanan arteri rata- dan stimuli lingkungan
rata 80-100mmHg 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
b. Menunjukkan tingkat kesadaran karakteristik dari aliran cairan
normal serebrospinal (CSF)
c. Orientasi pasien baik 6) Memberikan agen farmakologi
d. RR 16-20x/menit untuk menjaga TIK pada batas
e. Nyeri kepala berkurang atau tertentu
tidak terjadi 7) Memberi jarak waktu intervensi
keperawatan untuk meminimalkan
PTIK
Perfusi Jaringan: Serebral :
8) Monitor secara berkala tanda dan
Tekanan intracranial normal
gejala peningkatan TIK
Tekanan darah sistolik normal
a. Kaji perubahan tingkat
Tekanan darah diastolic normal
Mean Blood Pressure normal kesadaran, orientasi, memori,
Sakit kepala hilang periksa nilai GCS
Tidak mengalami penurunan tingkat b. Kaji tanda vital dan bandingkan
kesadaran dengan keadaan sebelumnya
Tidak ada gangguan reflek neurologik c. Kaji fungsi autonom: jumlah dan
pola pernapasan, ukuran dan
reaksi pupil, pergerakan otot
d. Kaji adanya nyeri kepala, mual,
muntah, papila edema, diplopia,
kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
1. Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala
15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai
secara berlebihan
2. Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
4. Hindari faktor yang dapat
meningkatkan TIK
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.

4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap


hipotensi ortostatik.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Fall Prevention
keperawatan selama 1x24 jam 1) Identifikasi tingkah laku dan faktor
diagnosa tidak menjadi masalah actual yang berpengaruh pada risiko jatuh
dengan kriteria hasil : 2) Memberikan tanda untuk
a. Pasien dapat mengingatkan klien untuk meminta
mengidentifikasikan kondisi- tolong ketika pergi dari tempat tidur,
kondisi yang menyebabkan yang tepat
vertigo 3) Menggunakan teknik yang sesuai
b. Pasien dapat menjelaskan untuk mengantar klien ked an dari
metode pencegahan penurunan kursi roda, tempat tidur, toilet dan
aliran darah di otak tiba-tiba lainnya
yang berhubungan dengan 4) Kaji tekanan darah pasien saat
ortostatik. pasien mengadakan perubahan
c. Pasien dapat melaksanakan posisi tubuh.
gerakan mengubah posisi dan 5) Diskusikan dengan klien tentang
mencegah drop tekanan di otak fisiologi hipotensi ortostatik.
yang tiba-tiba. 6) Ajarkan teknik-teknik untuk
d. Menjelaskan beberapa episode mengurangi hipotensi ortostatik
vertigo atau pusing. a. Untuk mengetahui pasien
mengakami hipotensi ortostatik
ataukah tidak.
Falls Occurrence
b. Untuk menambah pengetahuan
Tidak terjadi jatuh ketika posisi
klien tentang hipotensi
berdiri, berjalan, duduk dan ketika
ortostatik.
tidur
c. Melatih kemampuan klien dan
memberikan rasa nyaman ketika
Physical Injury Severity
mengalami hipotensi ortostatik.
Cedera bedah kepala tidak ada
Gangguan mobilitas tidak ada
Penurunan tingkat kesadaran tidak
terjadi
Perdarahan tidak terjadi
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan efek kemoterapi dan radioterapi.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Nutrition Monitoring
tindakan keperawatan selama 1) Kaji tanda dan gejala
1x24 jam kebutuhan nutrisi klien kekurangan nutrisi:
dapat terpenuhi dengan adekuat penurunan berat badan,
dengan kriteria hasil: tanda-tanda anemia, tanda
a. Antropometri: berat badan vital
tidak turun (stabil) 2) Monitor intake nutrisi
b. Biokimia: albumin normal pasien
dewasa (3,5-5,0) g/dl 3) Berikan makanan dalam
c. Hb normal (laki-laki 13,5- porsi kecil tapi sering.
18 g/dl, perempuan 12-16 4) Timbang berat badan 3 hari
g/dl) sekali
1) Clinis: tidak tampak 5) Monitor hasil laboratorium:
kurus, terdapat lipatan Hb, albumin
lemak, rambut tidak 6) Kolaborasi dalam
jarang dan merah pemberian obat antiemetic
2) Diet: klien
menghabiskan porsi
makannya dan nafsu
makan bertambah

Nutritional Status :
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan adekuat
Hidrasi

6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensorik dan


motorik

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1) Kaji fungsi motorik secara
1x24 jam, gangguan mobilitas berkala
dapat diminimalkan dengan 2) Menjaga pergelangan kaki 90
kriteria Hasil : derajat dengan papan kaki.
1. Mempertahankan posisi Gunakan trochanter rolls
fungsi yang dibuktikan sepanjang paha saat di
dengan tidak adanya ranjang
kontraktur. Foodtrop 3) Ukur dan pantau tekanan
2. Meningkatkan kekuatan darah pada fase akut atau
tidak terpengaruh/ hingga stabil. Ubah posisi
kompenssi bagian tubuh secara perlahan
3. Menunjukan teknik perilaku 4) Inspeksi kulit setiap hari.
yang meingkinkan Kaji terhadap area yang
dimulainya kembali tertekan dan memberikan
kegiatan. perawatan kulit secara teliti
5) Membantu mendorong
Mobility : pulmonary hygiene seperti
Keseimbangan terjaga napas dalam, batuk, suction
Koordinasi terjaga 6) Kaji dari kemerahan,
Bergerak dengan mudah bengkak/ketegangan otot
jaringan betis
7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak
mampu menggerakan leher.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1) Kaji rentang gerak leher klien
1x24 jam memberikan 2) Memberi helth education 
kenyamanan gerak leher pada kepada pasien mengenai 
klien dengan kriteria Hasil : penurunan fungsi gerak leher
a. Klien dapat menggerakan 3) Kolaburasi dengan fisioterapi
leher secara normal 4) Mengetahui kemampuan
b. Klien dapat beraktifitas gerak leher klien
secara normal 5) Membantu pasien untuk dapat
menerima kondisi yang
dialami
6) Terapi dapat membantu
mengembalikan gerak leher
klien secara normal
KASUS :

Tn. A usia 25 tahun di diagnosa medis mengalami tumor otak. Pasien


mengalami nyeri kepala yang sangat berat hingga mual dan muntah, serta ada
riwayat kejang. Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan RR 30x/menit,
TD 140/100 mmHg, Nadi 100x/menit, S 37,8˚C, CRT 4 detik. Terdengar
suara ronchi. Pernapasan klien tampak tersengal-sengal dan tidak nafsu
makan akhir-akhir ini, akral klien teraba hangat dan warnanya pucat. Berjalan
tidak seimbang selama 1 bulan. Terdapat papiledema, penglihatan kabur.
Pasien mengalami penurunan kesadarn dengan GCS 4,4,5 dan terlihat lemah.

Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Usia : 25 Tahun
Diagnosa medis : Tumor Otak
b. Anamnesa
1) Keluhan Utama
Sakit kepala yang sangat hebat
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu,
klien muntah-muntah ketika mengalami sakit kepala, dan trauma.
Pasien berjalan tidak seimbang sejak satu bulan terakhir, napsu makan
menurun, penurunan berat badan satu bulan terakhir, penglihatan
pasien mulai kabur sejak 1 bulan terakhir
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat kejang
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
c. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
1) RR 12x/menit
2) Napas tersengal-sengal
3) Suara napas ronchi

B2 (Blood)
1) N 100x/menit
2) TD 140/100 mmHg
3) S 37,8˚C
4) CRT 4 detik
5) Conjungtiva anemis
6) Akral hangat dan pucat

B3 (Brain)
1) Kesadaran menurun dengan GCS 445
2) Kejang
3) Gangguan koordinasi/keseimbangan
4) Penglihatan kabur

B4 (Bladder)
Warna urine kunging pekat, Bau : Biasa

B5 (Bowel)
1) Bibir tampak kering
2) Gerakan peristaltic naik turun
3) Kulit abdomen pucat
4) Mual dan muntah proyektil

B6 (Bone)
1) Terdapat papiledema dan edema pada leher bagian kanan
2) Adanya kelemahan otot
d. Pemeriksaan Psikososial
Terjadi perubahan mental keluarga pada saat awal klien didiagnosa
menderita penyakit tumor pada kepala dan berbagai pengobatan telah
dilakukan sesuai dengan anjuran pada medis hingga akhirnya keluarga
pasrah melihat perkembangan, dimana keadaan klien semakin memburuk.
Analisa Data :
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS : - Pembesaran masa tumor Pola napas tidak
DO : ↓ efektif
a. Klien tampak sesak Menekan pusat saraf
b. Hasil TTV napas
N 100x/menit ↓
RR 30x/menit Pola napas tidak feketif
S 37,8 dearajat
TD 140/100 mmHg
DS: Nyeri
Pasien mengeluh sakit
kepala
DO :
Pembesaran massa
a. Skala nyeri 8
tumor

Ukuran tengkorak tetap

PTIK

Nyeri
DS : Adanya tumor Nutrisi kurang dari
Klien mengatakan tidak ↓ kebutuhan tubuh
nafsu makan Nyeri kepala
DO : - ↓
Rasa sakit yang berlebih

Nafsu makan turun

Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan penekanan saraf nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola
pernafasan kembali normal
NOC NIC
Pola nafas klien kembali normal Airway Management
dilihat dari indikator : 1) Monitor status respirasi dan
1. Respiraroty Rate normal oksigenasi, yang tepat
2.Respiraory Rhytm normal Respiratory Management
3.Saturasi oksigen normal 5) Monitor kecepatan, irama,
4.Tidak ada sianosis kedalaman dan upaya pernafasan.
6) Monitor pola pernapasan
7) Monitor tingkat saturasi oksigen
dalam klien yang tenang
8) Auskultasi suara napas, mencatat
area penurunan ketiadaan ventilasi
dan keberadaan suara tambahan
2. Nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra kranial
Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang
dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien

NOC NIC
Kriteria Hasil : Pain Management
Nyeri yang dirasakan klien 1. Melakukan pengkajian komprehensif
berkurang dilihat dari indikator : mengenai nyeri klien (nyeri pasien
1. Penggunaan analgesik tersebut terjadi pada saat pasien
2. Melaporkan nyeri yang menelan makanan)
terkontrol 2. Meminimalkan faktor yang
3. Mengenali serangan nyeri menimbulkan nyeri pada klien
4. Melaporkan perubahan gejala 3. Mengajarkan mengenai managemen
nyeri pada pasien nyeri (teknik distraksi misalnya,
napas dalam)
4. Mengajarkan klien untuk memonitor
nyeri (respon yang dialami oleh
pasien sendiri dapat diidentifikasi)
5. Anjurkan untuk istirahat agar
meminimalkan nyeri
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
profesional mengenai analgesik
efektif untuk pereda nyeri

3. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
NOC NIC
Kriteria Hasil : Nutritional Monitoring
Nutrisi klien membaik dilihat dari 1. Monitor kalori dan intake diet
indikator : klien
1. Intake Nutrisi meningkat 2. Monitor kelihangan berat badan
2. Asupan makanan meningkat yang dialami klien
3. Rasio berat badan dan tinggi badan 3. Tentukan rekomendasi energi
normal yang dibutuhkan klien
4. Tentukan faktor yang
mempengaruhi intake nutrisi
klien
5. Tentukan pola makan klien
WOC KASUS TUMOR OTAK
Trauma

Mengenai lobus oksipitalis Pertumbuhan Sel yang Abnormal Obstruksi cairan Peregangan Epidural
serebrospinal dari ventrikel
lateral ke sub arachnoid
Gangguan visual TUMOR OTAK Nyeri Kepala

Papiledema
Penambahan Massa Otak dan atau Cairan Otak

Kerusakan pembuluh darah otak Bergesernya ginus Mengenai batang otak


medialis lobus temporal
ke inferior melalui
Perpindahan cairan intravaskuler insisura tentorial Iritasi pusat vagal di
ke jaringan serebral medula oblongata

Herniasi medula
Volume intrakranial naik (PTIK) oblongata Mual & Muntah

Menggangu fungsi spesifik Menekan pusat saraf napas MK. Nutrisi


bagian otak tempat tumor Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
MK. Ketidakefektifan
MK. Nyeri Kronis
Pola Napas
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Tumor otak
adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak
primer. Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali
dapat diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak
abnormal tetap belum diketahui. Penyebab tumor otak terjadi karena
herediter, sisa sel embrional, radiasi, virus, dan substansi karsinogen.
Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan meliputi
usia, general health, ukuran, lokasi dan jenis tumor. Tumor otak dapat
ditatalaksana dengan terapi konsevatif dan terapi operatif. Langkah
pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid yang
bertujuan untuk memberantas edema otak. Selain itu terapi suportif yang
dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1
gram/12 jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6
jam. Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya, yaitu pembedahan dan terapi medikamentosa. Ada
beberapa pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam mengindikasi
penyakit tumor otak, diantaranya CT-Scan, MRI, foto polos dada,
pemeriksaan cairan serebrospinal, biopsy stereostatik, angiografi serebral
dan EEG.
DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg,Lionel. 2005. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga


Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai