Anda di halaman 1dari 109

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke (CVA) merupakan masalah kesehatan yang paling utama terjadi di

masyarakat moderen saat ini.Stroke biasanya terjadi pada orang dewasa. CVA

(cerebro vaskuler assident) adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh

fungsi neurologi (deficit neurologi local atau global) yang terjadi secara

mendadak dan berlangsung lebih 24 jam atau menyebabkan kematian. Semata-

mata yang disebabkan oleh gangguan pendarahan darah otak karna berkurangnya

suplai darah di sebut juga stroke non hemoragik. Sedangkan pecahnya pembuluh

darah secara spontan mengakibatkan aliran darah menjadi tidak normal dan darah

yang keluar merembes masuk kedalam suatu daerah di otak dan dapat

mengakibatkan kerusakan disebut juga stroke hemoragik. Perdarahan tersebut

mengakibatkan seabut otak melalui penekanan struktur otak dan juga hematum

yang mengakibatkan iskemia pada jaringan sekitar. Pada stroke (CVA) hemoragik

peningkatan intracranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak

dan menekan batang otak. Stroke akut baik stroke iskemik maupun hemoragik

merupakan suatau kegawat daruratan yang memerlukan penanganan segera karna

dapat menimbulkan kecacatan permanen atau kematian , (junaidi,2014)

Konstipasi ini juga merupakan masalah yang sering terjadi di

masyarakat pada saat ini tetapi konstipasi tidak begitu di hiraukan karna bukan

penyakit yang membahayakan karna bersifat temporer.Konstipasi sudah

merupakan suatu gangguan yang rutin sehingga sebagian orang mengatakan

1
2

hal yang biasa. Pada sisi lain konstipasi suatu keadaan yang tidak abnormal

yang tanpa disadari akan menghambat aktifitas sehari-hari, sehingga pada

akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup secara bermakna.

(Makmun,2008)

Khasus Stroke menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013,

kematian akibat stroke sebesar 51 % di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan

darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 50 % kematian stroke disebabkan

tingginya tekanan darah dalam tubuh.Tingginya angka kejadian Stroke bukan

hanya terjadi pada Negara maju saja, tetapi menyerang Negara berkembang

seperti Indonesia. Menurut yayasan stroke Indonesia , terdapat kencendrungan

peningkatan jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir.

Pada tahun 2020 diperkiakan 70 % orang akan meninggal karena stroke dari

80% penderita stroke yang menyerang pada usia produktif. Peningkatan

terjadi di Negara brkembang, terutama di Indonesia sendiri akan diperkirakan

terjadi sekitar 65 % dari jumlah penduduk yang mengalmi stroke 85% orang.(

Junaidi,2012)

Data dari dinas kesehatan Banyuwangi, berdasarkan jumlah penyakit

susunan syaraf pada tahun 2013 sebanyak 740 penderita,tahun 2014 sebanyak

2173 penderita, dan pada tahun 2015 sebanyak 3.547 penderita dari tiap

tahunnya mengalamami peningkatan. (Dinkes Banyuwangi.2015)

Berdasarkan dari data RS teryata khasus stroke yang paling tinggi adalah

RSUD Blambangan.Pada tahun 2015 penderita cva mencapai 350 jiwa dan pada

tahun 2016 sampai bulan juni penderita cva mencapai 557 jiwa terlihat jelas

adanya peningkatan yang cukup banyak yaitu kurang lebih 20%. Stroke (CVA)
3

lebih banyak menyerang usia produktif ataupun lansia. Dari prevalensi pada tahun

2016 ternyata yang mengalami konstipasi yaitu 225 penderita. (Rekam Medik

RSUD Blambangan)

Faktor resiko yang paling sering menyebabkan penyakit ini diantaranya

adalah gaya hidup yang kurang sehat seperti : dua jenis factor stroke yaitu yang

dapat diubah seperti hipertensi, gaya hidup yang sering merokok, penyakit jantung

dan diabetes militus. Sedangkan factor resiko yang tidak dapat diubah itu seperti

umur , jenis kelamin, riwayat keluarga, dan rasa atau etnis. Karna hal tersebut

serangan stroke yang mendadak dapat menyebabkan kematian ataupun kecacatan

fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Stroke merupakan

penyakit yang paling sering menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota

gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk – bentuk kecacatan

yang lain sebagai akibat penurunan fungsi dan kinerja dari otak itu sendiri, Otak

memiliki 2 fungsi yaitu sensorik dan motorik, akibat awal atau hal yang sering

menjadi tanda awal dari stroke adalah hemiparesis kontralateral ( kelumpuhan

separuh anggota extrimitas atas dan bawah yang berselingan denga hemisfer yang

terkena ). Kesulitan yang sering terjadi pada pasien stroke adalah gangguan

mobilisasi fisik atau ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari – hari yang

menimbulkan gangguan eliminasi alvi konstipasi.( NIC –NOC , 2015 )

Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien stoke adalah

memperbaiki Gangguan eliminasi alvi ( Konstipasi ) ini kondisi yang relative.

Individu juga meraskan tidak kenyamanan dengan perut yang merasa kembung.

Gangguan eliminasi alvi ( Konstipasi ) adalah pembuangan sisa metabolisme

makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel
4

(feses). Organ-organ yang berperan dalam pembuangan eleminasai bowel adalah

SaluranGastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus. Biasanya pada

pasien yang mengalami steroke masalah ini sering terjadi. Karna pasien stroke

jarang melakukan aktifitas dan jarang melakukan mobilisasi mengakibatkan

penurunan paristaltik usus , intake dan output yang kurang,dan faktor stress yang

sering menimbulkan terjadilah gangguan eliminasi alvi ( konstipasi ) pada pasien

stroke (CVA).

Dari data di atas, solusi pada pasien stroke adalah melakukan mobilisasi

secara rutin karna dengan melakukan mobilisasi dapat mengurangi terjadinya

gangguan eliminasi alvi. Pada pasien stroke juga bisa memenuhi kebutuhan intake

dan output yang kurang seperti kurangnya buah – buahan yang banyak

mengandung serat , sayuran ,dan air dalam batas normal.

Mengingat hal tersebut,maka penulis memandang bahwa gangguan

eliminasi alvi pada pasien stroke sangat penting sehingga penulis tertarik untuk

memberikan “ Asuhan Keperwatan Pada Klien Yang Mengalami Stroke (CVA)

Dengan Gangguan Eliminasi Alvi (Konstipasi) Di Ruang Penyakit Dalam RSUD

Blambangan Banyuwangi Tahun 2016 “


5

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi khasus ini Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami

Stroke (CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi ( Konstipasi ) di Ruang

Penyakit Dalam RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Stroke (CVA)

dengan Gangguan Eliminasi Alvi ( Konstipasi ) di Ruang Penyakit Dalam

RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Stroke (CVA)

dengan Gangguan Eliminasi Alvi ( Konstipasi ) di Ruang Penyakit Dalam

RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang

mengalami Stroke (CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi( Konstipasi )

di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2016.

2. Mahasiswa mampu menetapkan diagnose keperawatan pada klien yang

mengalami Stroke (CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi ( Konstipasi )

di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2016.


6

3. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang

mengalami Stroke (CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi ( Konstipasi )

di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2016.

4. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami Stroke (CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi( Konstipasi )

di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2016.

5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Stroke

(CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi( Konstipasi ) di Ruang Penyakit

Dalam RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2016.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat teoritis

Studi kasus diharapkan dapat memberikan informasi tentang Asuhan

Keperawatan Klien yang mengalami Stroke (CVA) dengan Gangguan

Eliminasi Alvi ( Konstipasi ) sehingga bisa dikembangkan dan dijadikan

dasar dalam ilmu keperawatan.

1.5.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan

danpengalaman, serta yang paling utama peneliti mampu menerapkan atau

mengaplikasikan ilmunya dibidang asuhan keperawatan klien yang

mengalami stroke (CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi (Konstipasi).


7

b) Bagi instansi pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang

asuhan keperawatan pada khasus stroke (CVA).

c) Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan pada khasus stroke (CVA).

d) Bagi profesi keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi dibidang keperawatan tentang asuhan keperawatan

pada pasien stroke (CVA).

e) Bagi klien dan keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi klien

dan pemahaman tentang bahaya Stroke (CVA).


9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Fisiologis

Sistem persyarafan utama manusia terbagi atas 2 bagian yaitu sistem syaraf

pusat (otak) dan sistem syaraf tepi (tulang belakang).

1. Otak (sistem syaraf pusat)


Gamabar 2.1 Anatomi Sistem Persarafan

7
1

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah

(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata),

dan jembatan varol

a. Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu

yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran,

dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai

dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada

bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima

rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang areamotor yang

berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.Selain itu

terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini

berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan

belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang

mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan

merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,

kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

b. Otak tengah (mesensefalon)

1
2

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak

tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-

kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus

yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga

merupakan pusat pendengaran.

c. Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang

terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh.Bila ada rangsangan yang

merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin

dilaksanakan.

d. Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian

kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang

belakang.

e. Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula

spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,

refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan

respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.Selain itu,

sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk,

dan berkedip.

2
3

2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar

berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan

berwarnakelabu.

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap

yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk

ventral.Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulangbelakang

melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang

melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf

penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori

dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.

3
4

Gambarm 2.2 Tulang belakang

Sistem saraf tepi system saraf terdiri : system saraf sadar dan system saraf tak sadar (

Sistem Saraf Otonom ) system saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur

oleh otak , sedangkan saaf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak

antara lain denyut jantung ,gerak saluran pencernaan dan sekresi keringat. Saraf tepi

dan aktivitas – aktivitas yang dsikendalikannya.

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang

keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar

dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

a. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8

b.lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12

c. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,

dan 10, yang mempunyai fungsi masimg-masing sebagai berikut:

1) Nervus. Olfactorius

Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian

atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.

2) Nervus. Optikus

4
5

Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen

sensori khusus.Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak

ke perifer.

3) Nervus. Oculomotorius

Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon.Saraf ini

berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata.

4) Nervus. Trochlearis

Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi

muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata

5) Nervus. Trigeminus

Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris

dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan

motoris.Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian

kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.

6) Nervus. Abducens

Berpusat di pons bagian bawah.Saraf ini menpersarafi muskulus rectus

lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat

digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada

Strabismus konvergen.

7) Nervus. Facialias

5
6

Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen.Saraf aferen

berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent

untuk otot wajah.

8) Nervus.Statoacusticus

Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbangan

9) Nervus.Glossopharyngeus

Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing.Saraf ini mengandung serabut

sensori khusus.Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing

untuk menghasilkan gerakan menelan.Serabut sensori khusus mengurus

pengecapan di lidah.Disamping itu juga mengandung serabut sensasi

umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga

tengah.

10) Nervus.Vagus.

Saraf ini terdiri dari tiga komponen:

a) komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharing yang

menggerakkan pita suara,

b) komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c)

komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat

dalam tubuh

11) Nervus.Accesorius

6
7

Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus

dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3.Saraf ini

mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.

12) Nervus .Hypoglosus

Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot

lidah.Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan

menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi.

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus

vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga

perut.Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karenadaerah

jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara

dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.Saraf sumsum

tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan . berdasrkan asalnya

,saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf

leher,12pasang saraf punggung,5 pasang saraf pinggang ,5 pasang saraf

pinggul, dan 1 pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk

jaringan urat saraf yang disebut pleksus .

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak

maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang

bersangkutan.Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-

masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk

7
8

ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat

saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf

post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan

sistem saraf parasimpatik.Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan

parasimpatik terletak pada posisi ganglion.Saraf simpatik mempunyai

ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada

sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,

sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang

karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.Fungsi sistem saraf

simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf

parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-

cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum

sambung.(Anatomi, ganong, 2010)

2.2 Konsep Dasar Stroke (CVA)

2.2.1 Definisi

Stroke (CVA) adalah gangguan perdarahan otak yang menyebabkan

difisit neurologi mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf

otak (sudoyo aru) . Istilah stoke biasanya digunkan secara spesifik untuk

menjelaskan infark serebrum.( NIC-NOC.2014-2015).

8
9

Stroke (CVA) adalah gangguan perdarahan otak yang menyebabkan

fungsi otak terganggu yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada tubuh

, terganggu bagian otak mana yang rusak,bila bila terkena Stroke (CVA) dapat

mengalami gangguan seperti penurunan kesadaran , kelumpuhan serta tidak

berfungsinya panca indra atau nafas berhenti yang menyebabkan penderita

meninggal. ( pudiastuti,2011).

Stroke (CVA) adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel – sel

otak mengalami kematian akibat ganggua aliran darah karena sumbatan (

strokenon hemoragi) atau pecahnya pembuluh darah ( stroke hemoragi ) di otak.

Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makan ke otak juga

berhenti , sehingga sebagian otak tidak dapat berhenti sebagi mestinya. (

Utami,2011).

Stroke (CVA) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh

gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara cepat mendadak

dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau

tanda – tanda sesuai dengan daerah yang terganggu . (Irfan,Muhammad, 2012).

2.2.2 Etiologi

Stroke dibagai menjadi dua jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke

hemorragik.

9
10

a. Stoke iskemik ( non hemorragik ) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti, 80%

stroke adalah stroke iskemik.

1. Stroke trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat

penggumpalan.

2. Stroke embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

3. Hipoperfusion sistemik : Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

b. Stroke hemorragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh

darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita

hipertensi.

Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu :

1. Hemoragik intraserebral : Pendarhan yang terjadi di dalam jaringan otak.

2. Hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang

subaraknoid ( ruang sempit antara otak dan lapisan jaringan yang

menutupi otak).

Faktor – factor yang menyebabkan stroke :

1. Faktor yang tidak dapa dirubah (Non Reversible)

Jenis kelamin : peria lebih sering ditemukan menderita stroke di

banding wanita.

Usia : semakin tinggi usia semakin pula resiko terkena stroke.

Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

2. Faktor yang dapat dirubah ( Reversible )

10
11

a. Hipertensi

b. Penyakit jantung

c. Kolestrole tinggi

d. Obesitas

e. Diabetes militus

f. Polisetemia

g. Stress emosionan

3. Kebiasaan hidup

a. Merokok

b. Peminum alcohol

c. Obat – obatan terlarang

d. Aktivitas yang tidak sehat : kurag olahraga , makanan

berkolestrol ( NANDA , 2015 )

2.2.3 Klasifikasi

1. Stroke hemoragik

Merupakan pendarahan serebral dan mungkin pendarhan subrakanoid.

Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak

tertentu.Biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif, namun

bisa juga terjadi waktu saat istirahat . Kesadaran klien umumnya

menurun.Perdarahan di otak di bagi menjadi dua, yaitu :

a. Perdarah intra sebral. Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)

terutama karena hpertensi mengakibatkan darah jaringan otak, dan

11
12

menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat

mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan

intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sring dijumpai di daerah

putamen, thalamus, pons ,dan serebelum.

b. Perdrahan subraknoid . Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma

berry. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi wilisi

dan cabang – cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri

dan keluarnya ke ruang subraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak

,merenggangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah

serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,penurunan

kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia dan

lain – lain).

2. Stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosit serebral, biasanya terjadi

saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari .Tidak

terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan

selanjutnya dapat timbul edema skunder.Kesadaran mumnya baik.

(Muttaqin,20011)

Gambar 2.3 Perbedaan stroke hemoragik dan non hemoragik

12
13

( Ningsih, 2012)

2.2.4 Patofisiologis

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di

otak.Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya

pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai

oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin

lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan

13
14

spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan

paru dan jantung).

Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai embol

dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai

oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area

.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu

sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang – kadang

sesudah beberapa hari .Dengan berkurangnya edema klien memulai menunjukan

perbaikan. Oleh karna trombosit biasanya tidak fatal , jika terjadi septic infeksi

akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau

ensafisitas , atau jika sisa infksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat

menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan

perdarahan serebral , jika aneurisma pecah atau ruftur.

Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruftur arteriosklerotik dan hipertensi

pembuluh darah . Pendarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering

menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskuler ,

karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan

intarakanial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk

serebri atau lewa foramen magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak , hemisfer otak, dan

perdarahan batang otak skunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.

Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak

di nucleus kaudatus , thalamus dan pons.

14
15

Jika sirkulasi serebral terhambat , dapat berkembang anoksia serebral.

Perubahan yang disebabkan olek anoksia serebral dapat reversible untuk waktu 4

– 6 menit.Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia

serebral dapat terjadi gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.

Selain kerusakan perinkim otak , akibat volume perdarahan yang relative

banyak akan mengakibatkan peningkatan intracranial dan penurunan tekanan

perfusi otak serta gangguan drainase otak . Elemen – elemen vasoaktif darah

yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi ,

menyebabkan saraf area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. (

Muttaqin, 2012 ).

Pada khasus cva tersebut dimana saraf – saraf mengalami gangguan akan

mengakibatkan kehilangan control volunter ini bisa menyebabkan terjadinya

kelumpuhan – kelumpuhan pada ekstrimitas bawah , ekstimitas atas maupun

lumpuh secara total. Kelumpuhan yang terjadi pada pasien stroke juga bisa

mengakibatkan terjadinya gangguan eliminasi alvi (konstipasi) di akibatkan

karna kurangnya asupan cairan dan nutrisi dan kurangnya imobilisasi dapat

menurunkan pristaltik usus pada penderita stroke tersebut.(Gofir, 2013)

2.2.5 Web Of Cousion ( pohon masalah )

15
16

2.2.6 Menifestasi Klinis

Menurut Suzanne, Bare (2010) tanda dan gejala pada penderita stroke hemoragik

antara lain :

1. Kehilangan fungsimotorik

Mobilitas, fungsi respirasi, berbicara dan menelan, reflek gangguan,

kemampuan aktivitas sehari-hari.

2. Kehilangan fungsikomunikasi

A. Disatria (kesulitanberbicara)

B. Disfasia (kesulita terkait penggunaanbahasa)

C. Afasia (kehilangan total kemampuan menggunakanbahasa)

D. Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang telah

dipelajarisebelumnya)

3. Kerusakanafek

Kesulitan dalam mengontrol emosinya

4. Eliminasi

Pasien mengalami urgensi dan inkontinensia

5. Gangguan persepsi dansensori

Kemampuan untuk menginterpretasikan sensasi

16
17

2.2.7 Komplikasi

1. Hipoksia serebral

2. Penurunan aliran darah serebral

3. Embolisme serebral

4. Pneumonia aspirasi

5. ISK, Inkontinensia

6. Kontraktur

7. Tromboplebitis

8. Abrasi kornea

9. Dekubitus

10. Encephalitis

11. Berhubungan dengan imobilisasi:

1. Infeksipernafasan

2. Nyeri yang berhubungan dengan daerah yangtertekan

3. Konstipasi ( purwanto ,2010 )

2.2.8 Penatalaksanaan

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai

berikut:

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan

pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan

trakeostomi, membantu pernafasan.

17
18

b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk

usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat

mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan

gerak pasif.(Ariani,April T.2012)

2.2.9 Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan Konservatif

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara

percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin

intra arterial.

3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk

menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah

ulserasi alteroma.

b. Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu

dengan membuka arteri karotis di leher.

2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan

manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.

3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

18
19

4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada

aneurisma.(Batticaca, Fransiska.2008)

2.2.10 Pemeriksaan Diagnotik

1. CT Scan

Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya

jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.Hasil

pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke

ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

2. MRI

Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi

sertaa besar/luas terjadinya perdarahan otak.Hasil pemeriksaan biasanya

didapatkan area yang mengalami lesi dan infark dari hemoragik.

3. Angiografi Serebri

Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurimsa atau malformasi vaskuler.

4. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)

5. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak

dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan

otak.

19
20

6. Sinar X tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang

berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada

trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan

subarakhnoid.

7. Pungsi Lumbal

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal

menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada

intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses

inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada

perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna

likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.(Jacob,

George.2013)

2.3 Konsep Gangguan Eliminasi Alvi ( Konstipasi )

2.3.1 Definisi

Gangguan eliminasi alvi( konstipasi ) adalah Sembelit atau

konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam usus besar

pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal

ini terjadi akibat tidak adanya gerakan peristaltik pada usus besar sehingga

memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul perasaan tidak

nyaman pada perut (Akmal, dkk, 2010).

20
21

2.3.2 Pengkajian

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Riwayat diet. Perawat menetapkan jenis makanan yang klien inginkan

dalam sehari. Perawat menghitung penyajian buah – buahan, sayur –

sayuran, sereal, dan roti.

4. Hitung asupan cairan setiap hari. Hal ini meliputi tipe dan jumlah

cairan. Klien mungkin harus memperkirakan jumlah cairan dengan

menggunakan cara pengukuran menggunakan gelas ataupun botol

aqua.

5. Status emosional. Emosi klien dapat mengakibatkan eliminasi alvi

2.3.3 Batasan Krakteristik

1. Nyeri abdomen

2. Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot

3. Anoreksia

4. Rasa tekanan rektal

5. Distensi abdomen

6. Bising usus hipoaktif

7. Feses keras

8. Mengejan saat defekasi

9. Sering flatus

10. Nyeri saat defekasi

11. Kurang menjalini aktifitas

21
22

2.3.4 Diagnosis Medis yang Muncul pada Gangguan Eliminasi alvi (

Konstipasi )

1. Stroke ( CVA )

2. Atresia Ani

3. Hemoroid

4. Diabetes Militus

5. Prolapsus Rektum

6. Kanker Usus Besar

7. Cedera Saraf Tulang Belakang

2.3.5 Masalah Keperawatan yang Muncul

a. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya

nafsu makan.

c. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.

2.3.6 Hasil Yang Diharapkan

1. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari

2. Bebas dari ketidak nyamanan dan konstipasi

3. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi

4. Feses lunak dan berbenuk

22
23

2.3.7 Intervensi

1. Monitor tanda dan gejala konstipasi

r/ mengetahui apakah terjadi konstipasi atau tidak.

2. Monitor bising usus

r/mengetahui ke abnormalan bisisng usus mingkat atau menurun

3. Memberikan cairan yang ade kuat

r/Dengan pemberian cairan yang adekuat dapat melunakkan feses sehingga

proses BAB lebih mudah dan lancar.

4. Memberikan makanan yang tinggi serat

r/Makanan yang inggi serat dapat melunakkan feses dan memperlancar BAB.

5. Memperbanyak proses mobilisasi

r/Mobilisasi yang sering juga dapat mengurangi terjadinya konstipasi

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat pencahar

r/Feses mudah keluar pasien merasa nyaman.

2.3.6 Dokumentasi

a) Pernyataan klien yang mengindikasikan presepsinya terhadap

kondisi

b) Perubahan khusus pada status fisik klien

c) Observasi tentang respon klien tehadap terapi

d) Kondisi kulit dan membran mukosa

e) Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi diagnosa

f) Evaluasi setiap hasil yang diharapkan

23
24

(Cynthia M,Sheila S.2011)

2.4. Konsep Asuhan Keperawatan Stroke (CVA)

2.4.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS,

nomor register, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama

Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah kelemahan anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat

berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran,penurunan inake

makanan dan cairan.

3. Data riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien

sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya

terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar,

selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak

yang lain.

b. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes

melitus, penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi

24
25

oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-

obat adiktif, dan kegemukan.

c. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes

melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

4. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi

meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang

berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam

pekerjaan.Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.

5. Aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

Klien pada penderita cva sering terjadi penurunan intake makanan.

b. Minum

Klien jarang untuk minum

c. Eliminasi

Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi

BAB yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi,

bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan, warna, bau,

berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami

inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan

mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk

25
26

mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik

dan postural.

6. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau

riwayat operasi.

b. Mata

Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus

optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata

(nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan

gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).

c. Hidung

Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus

olfaktorius (nervus I).

d. Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus

vagus, adanya kesulitan dalam menelan.

e. Dada

Inspeksi : Bentuk simetris

Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.

Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.

Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara

jantung I dan II murmur atau gallop.

26
27

f. Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.

Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.

Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada

g. Ekstremitas

Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan

hemiplegi paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot

dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5

Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)

1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan

pada sendi.

3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa

melawan grafitasi.

4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat

melawan tekanan pemeriksaan.

5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi

kekuatanya berkurang.

6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan

kekuatan penuh

27
28

2.4.2 Diagnosa Keperawatan yang Muncul Menurut NANDA 2015

1. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik

sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau

hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas

4. Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

neuromuskuler, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol

otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti

makan, mandi dll.

5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi

dan asupan cairan yang tidak adekuat.

6. Hambatan komunikasi verbal b.d penurnan fungsi otak facial/oral

7. Ketidakseimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.

2.4.3 Intervensi Menurut NANDA 2015

1. Perubahan perpusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan

intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.

Tujuan :

Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam perpusi jarinagn

tercapai secara optimal.

28
29

kriteria hasil :

1) klien tidak gelisah

2) tidak ada keluhan nyeri kepala

3) mual dan kejang

4) GCS 4, 5, 6

5) pupil isokor

6) refleks cahaya (+)

7) TTV normal.

Intervensi :

1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab

peningkatan TAK dan akibatnaya.

Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.

2) Baringkan klie ( bed rest ) total dengan posisi tidur telentang tanpa

bantal.

Rasional : monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.

3) Monitor tanda-tanda vital.

Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.

4) Bantu pasien untuk membtasi muntah, batuk,anjurkan klien menarik

nafas apabila bergerak atau berbalik dari tempat tidur.

Rasional : aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial dan

intraabdoment dan dapat melindungi diri diri dari valsava.

5) Ajarkan klien untuk mengindari batuk dan mengejan berlebihan.

29
30

Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan

intrkranial dan poteensial terjadi perdarahan ulang.

6) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.

Rasional : rangsangan aktivitas dapat meningktkan tekanan

intracranial.

7) Melakukan reflek cahaya

Rasional : Mengetahui keabnormalan dari pupil

8) Kolaborasi : pemberian terapi sesuai intruksi dokter,seperti :steroid,

aminofel, antibiotika.

Rasional : tujuan yang di berikan dengan tujuan: menurunkan

premeabilitas kapiler,menurunkan edema serebri,menurunkan

metabolic sel dan kejang.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi

secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder,

dan perubahan tingkat kesadaran.

Tujuan :

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mampu

meningkatkan dan memepertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap

bersih dan mencegah aspirasi.

kriteria hasil :

1) bunyi nafas terdengar bersih

2) ronkhi tidak terdengar

30
31

3) trakeal tube bebas sumbatan

4) menunjukan batuk efektif

5) tidak ada penumpukan secret di jalan nafas

6) frekuensi pernafasan 16 -20x/menit.

Intervensi :

1) Kaji keadaan jalan nafas,

Rasional : obstruksi munkin dapat di sebabkan oleh akumulasi secret.

2) Lakukan pengisapan lendir jika d perlukan.

Rasional : pengisapan lendir dapay memebebaskan jalan nafas dan tidak terus

menerus di lakukan dan durasinya dapat di kurangi untuk mencegah hipoksia.

3) Ajarkan klien batuk efektif.

Rasional : batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari jalan nafas.

4) Lakukan postural drainage perkusi/penepukan.

Rasional : mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran secret.

5) Kolaborasi : pemberian oksigen 100%.

Rasional : denagn pemberiaan oksigen dapat membantu pernafasan dan

membuat hiperpentilasi mencegah terjadinya atelaktasisi dan mengurangi

terjadinya hipoksia.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau

hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

mobilitas fisik teratasi, dengan kriteria hasil : klien dapat mempertahan atau

31
32

meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau

kompensasi.

Kriteria Hasil :

1. Pasien bisa melakukan aktifitas mandiri

2. Wajah klien senang

3. Pasien bisa mengerakan ekremitas atas dan bawah

Intervensi :

1) Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur klasifikasikan

melalui skala 0-4.

Rasional : untuk mengidentifikasikan kelemahan dan dapat memberikan

informasi mengenai pemulihan.

2) Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan bisa lebih

sering.

Rasional : menurunkan terjadinya terauma atau iskemia jaringan.

3) Lakukan gerakan ROM aktif dan pasif pada semua ekstremitas.

Rasional : meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan mencegah

terjadinya kontraktur.

4) Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seoerti meninggikan bagian

kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur.

Rasional : membantu melatih kembali jaras saraf,meningkatkan respon

proprioseptik dan motorik.

5) Konsultasi dengan ahli fisiotrapi.

32
33

Rasional : program yang khusus dapat di kembangkan untuk menemukan

kebutuhan klien.

4. Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler,

menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi

di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam terjadi

prilaku peningkatan perawatan diri.

Kriteria hasil : klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan

merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatna diri sesuai dengan

tingkat kemampuan, mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat

membantu.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4 untuk

melakukan ADL.

Rasional : membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan

kebutuhan individu.

2) Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.

Rasional : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan

untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.

3) Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan

kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir dan izinkan klien melakukan

tugas, beri umpan balik yang positif untuk usahanya.

33
34

Rasional : klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang

konsisten dalam menangani klien, skaligus meningkatkan harga diri klien,

memandirikan klien, dan menganjurkan klie untuk terus mencoba.

4) Rencanakan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan

makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke

dinding.

Rasional : klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu

melihat kelaurmasuk orang ke ruangan.

5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi dan

asupan cairan yang tidak adekuat.

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam gangguan

eliminasi fecal ( konstipasi) tidak terjadi lagi.

Kriteria hasil : klien BAB lancar,konsistensi feces encer, Tidak terjadi

konstipasi lagi.

Intervensi :

1) Kaji pola eliminasi BAB

Rasional : untuk mengetahui frekuensi BAB klien, mengidentifikasi masalah

BAB pada klien .

2) Anjurkan untuk mengosumsi buah dan sayur kaya serat.

Rasional : untuk mempelancar BAB.

3) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang lebih 18 gelas/hari,

Rasional : mengencerkan feces dan mempermudah pengeluaran feces.

34
35

4) Berikan latihan ROM pasif dan ROM aktif

Rasional : untuk meningkatkan defikasi.

5) Kolaborasi pemberian obat pencahar.

Rasional : untuk membantu pelunakkan dan pengeluaran feces

6. Hambatan komunikasi verbal b.d penurnan fungsi otak facial/oral

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, selama 2x24 jam

komunikasi dapat teratasi

Kriteria hasil : Klien dapat mengemukakan bahasa isyarat dengan tepat

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi

Rasional : Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indicator dari

derajat gangguan serebral

2) Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana

Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik

3) Tunjukan objek dan minta pasien penyebutkan nama benda tersebut

Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik

4) Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (Bahasa isyarat)

Rasional : Bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan

yang dimaksud

5) Konsultasi dengan / rujuk kepada ahli terapi bicara

Rasonal : Untuk mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan terap

35
36

7. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.

Tujuan : seteah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jsm kebutuhan

nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria Hasil :

1).Asupan dapat ,masuk sesuai kebutuhan

2)Terdapat kemampuan menelan

3)Tidak terjadi penurunan berat

Intervensi

1. Lakukan oral higiene.

Rasional : kebersihan mulut merangsang nafsu makan

2. Observasi intake dan output nutrisi

Rasional : mengetahui keseimbangan nutrisi klie

3. Kaji kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.

Rasional : untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.

4. Berikan makan perlahan dengan lingkungan yang tenang.

Rasional : klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya

distraksi atau gangguan dari luar.

5. Mulailah untuk memberi makan per oral setengah cair, makanan lunak

ketika klien dapat menelan air.

Rasional : makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya di

dalam mulut, dan menurunkan terjadinya aspirasi.

36
37

6. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi melalui parenteral dan makanan

melalui selang.

Rasional : mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga

makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui

mulut.

37
38

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan peneliti dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul

selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan

strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian

hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk

mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Sugiono, 2010). Desain

penelitian yang digunakan adalah studi kasus, studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke

(CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi di Ruang Penyakit Dalam RSUD

Blambangan Banyuwangi Tahun 2016.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah adalah peryataan yang menjelaskan istilah –istilah kunci yang

menjadi focus pada asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke

(CVA) dengan Gangguan Eliminasi Alvi di Ruang Penyakit Dalam RSUD

Blambangan Banyuwangi Tahun 2016.

Tabel 3.1. Tabel definisi dan kriteria hasil stroke (cva) dan gangguan

eliminasi alvi

Definisi Stroke (CVA) CVA (Stroke) adalah gangguan perdarahan

otak yang menyebabkan fungsi otak terganggu

38
39

yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan

pada tubuh , terganggu bagian otak mana yang

rusak,bila bila terkena CVA (Stroke) dapat

mengalami gangguan seperti penurunan

kesadaran , kelumpuhan serta tidak

berfungsinya panca indra atau nafas berhenti

yang menyebabkan penderita meninggal.

Definisi Gangguan Gangguan eliminasi alvi (konstipasi)

Elimansi Alvi adalahpenurunan pada frekuensi normal

(konstipasi) defekasi yang disertai oleh kesulitan atau

pengeluaran tidak lengkap feses atau

pengeluaran feses yang kering , keras ,dan

banyak.

3.3 Partisipan

Pada sub bab ini dideskripsikan tentang karakteristik partisipan atau unit

analisis atau kasus yang akan diteliti .Unit analisis atau partisipan dalam

keperawatan umumnya adalah klien dan keluarganya (Nur Salam, 21013).

Subjek yang digunakan adalah 2 klien atau 2 keluarga ( 2 kasus ) yang

mengalami CVA dengan Gangguan elimanssi alvi (konstipasi).

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

39
40

1) Lokasi

Tempat penelitian di lakukan di ruang penyakit dalam ( RPD 1) RSUD

Blambangan.

2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada saat klien masuk ke rsdan selama

minimal tiga hari dilakukan intervensi, jika dalam waktu kurang dari tiga hari

klien sudah keluar rumah sakit intervensi dapat dilakukan dengan cara home

care.Dalam penelitian ini waktu penelitian dibagi menjadi dua tahapsebagai

berikut:

a) Tahap persiapan yang meliputi:

(1) Penyusunan proposal:Juni 2016

(2) Seminar proposal: Desember 2016

b) Tahap pelaksanaan yang meliputi:

(1) Pengajuan ijin:Januari 2017

(2) Pengumpulan data: Januari 2017

3.5 Pengumpulan Data

1) Wawancara

Wawancara merupakan alat komunikasi yang memungkinkan saling tukar

informasi, proses yang menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih tinggi

dari pada yang dicapai orang secara sendiri-sendiri. Wawancara keperawatan

mempunyai tujuan yang spesifik meliputi : pengumpulan dari satu set data

yang spesifik. Anamnesis dilakukan secara langsung antara peneliti dengan

pasien meliputi : identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

40
41

riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dll. Sumber informasi

dari klien, keluarga, dan perawat lainnya. Alat yang dilakukan untuk

wawancara dalam pengumpulan data dapat berupa alat tulis, buku catatan,

kamera ataupun perekam suara.

2) Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan pengamatan secara

langsung kepada klien untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti

dengan pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

pada sistem tubuh klien yang dilakukan secara head to toe.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mendokumentasikan hasil

pemeriksaan dignostik, hasil evaluasi asuhan keperawatan, hasil data dari

rekam medik, dan hasil data dari buku catatan klien CVA di RSUD

Blambangan Banyuwangi

3.6 Uji Keabsahan Data

Untuk mencapai kesimpulan yang valid, maka dilakukan uji keabsahan data

terhadap semua data yang terkumpul. Uji keabsahan data ini dilakukan dengan

menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi dapat diperoleh dengan

berbagai cara diantaranya data dapat dikumpulkan dengan waktu yang

berbeda (triangulasi waktu), dengan tempat yang berbeda (triangulasi tempat),

dan orang yang berbeda (triangulasi sumber). Pada penelitian ini teknik yang

digunakan adalah dengan triangulasi sumber. Melalui triangulasi sumber data

diperoleh dari klien, keluarga klien yang mengalami stroke dan perawat.

41
42

Triangulasi teknik sumber, data utama dari klien dan keluarga dalam

penelitian dilakukan dengan cara membandingkan dan mengobservasi

perkembangan kesehatan klien. Triangulasi teknik sumber data utama perawat

digunakan untuk menyamakan persepsi antara klien dan perawat

(Moh.Nazir,2007:346).

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena

dengan analisislahdata tersebut dapat diberi artidanmakna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian (Moh.Nazir, 2007:346).

1) Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumentasi).Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2) Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik

kemudian dibandingkan nilai normal.

3) Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif.Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas

dari klien.

42
43

4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terlebih dahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.Data yang

terkumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan, evaluasi.

3.8. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip-prinsip

etika dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan meggunakan

subyek manusia, dimana setiap manusia mempunyai hak masing-masing yang

tidak dapat dipaksakan. Beberapa etika dalam melakukan penelitian diantarnya

adalah:

1) Informed consent (lembar persetujuan menjadi partisipan)

Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada partisipan, maka terlebih

dahulu peneliti menjelaskan maksud, tujuan, keuntungan, dan kerugian

penelitian yang akan dilakukan kepada partisipan.

a) Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan klien

tentang cara mencegah terjadinya gangguan eliminasi alvi

(konstipasi),tindakan yang dilakukan jika sudah terjadi gangguan

eliminasi alvi (konstipasi), dan mengeksplorasi pengetahuan klien tentang

43
44

dampak yang mungkin terjadi akibat dari gangguan eliminasi alvi

(konstipasi).

b) Keuntungan

Beberapa keuntungan yang didapat dari penelitian ini adalah klien

mengetahui cara mencegah terjadinya gangguan elimanasi alvi

(konstipasi), dapat menentukan tindakan yang dilakukan jika sudah

terjadi gangguan elimanasi alvi (konstipasi) , dan mampu megetahui

tentang dampak dari gangguan elimanasi alvi (konstipasi)

c) Kerugian

Dalam penelitian ini tidak ada bahaya dan kerugian bagi partisipan,

karena penelitian ini dengan proses wawancara dan tidak ada perlakuan-

perlakuan khusus bagi partisipan. Kemungkinan kerugian adalah menyita

waktu partisipan saja. Apabila partisipan telah mengerti dan bersedia

maka partisipan diminta menandatangani surat persetujuan menjadi

partisipan, namun bila partisipan menolak maka peneliti tidak akan

memaksa. Jika partisipan sudah menandatangani persetujuan maka ada

hak dan kewajiban sebagai partisipan diantarnya:

d) Hak partisipan

Setelah dilakukan penjelasan (Informed consent) maka partisipan berhak

untuk tidak mau menjadi partisipan, dan jika partisipan sudah menyetujui,

maka partisipan berhak mengundurkan diri menjadi partisipan, berhak

44
45

menunda waktu jika partisipan berhalangan dan partisipan berhak

menolak untuk diwawancarai untuk sementara waktu. Selain itu hak

partsispan yang lain yaitu partisipan berhak mendapatkan reward dari

peneliti atas partisipasinya sebagai partisipan dalam penelitian.

e) Kewajiban partisipan

Kewajiban partisipan setelah menandatangani lembar persetujuan

adalah mematuhi apa yang sudah ditentukan oleh peneliti, misalnya

menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dan partisipan

harus memberikan jawaban yang benar tanpa dimanipulasi.

2) Anonimity (tanpa nama)

Dalam rangka untuk menjaga kerahasiaan partisipan, maka peneliti

tidak mencantumkan nama terang partisipan, tapi peneliti hanya

menggunakan inisial, contohnya Ny.I/Tn.A untuk memudahkan peneliti

dalam membedakan antar partisipan sehingga meminimalkan kesalahan.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan data-data yang diterima dari responden dijamin oleh

peneliti. Adapun bila ada forum khusus maka peneliti akan memberikan

data-data yang telah didapatkan dari wawancara tanpa memberi nama asli

partisipan.

45
46

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data

RSUD Blambangan adalah rumah sakit milik pemerintah kabupaten

banyuwangi. Letaknya sangat strategis, berada di tengah pusat kota tepatnya di jalan

Letkol Istiqlah No.49 dan berdekatan dengan instansi terkait. Secara formal RSUD

Blambangan diresmikan pada tahun 1930, saat ini termasuk dalam kategori tipe C

dan telah kreditasi lulus akreditasi dasar penuh (5 pelayanan). RSUD Blambangan

memberikan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan rawat jalan dilakukan

di 15 klinik yang ada lengkap dengan dokter spesialisnya, kecuali poli umum dan

medical check up.

Visi dari RSUD Blambangan adalah menjadi rumah sakit andalan dan pusat

rujukan spesialistik di Kabupaten Banyuwangi.Karena setiap warga yang berada di

wilayah Kabupaten Banyuwangi berkeinginan untuk mempunyai Rumah Sakit yang

menjadi andalan dan kebanggaannya.Dimana rumah sakit tersebut dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang baik, bermutu dan memuaskan.

1) Luas wilayah : 25.640 m2

2) Batas – batas wilayah :

a) Sebelah Utara : Gedung Bhayangkari

46
47

b) Sebelah Selatan : TPU kelurahan Singomayan

c) Sebelah Timur : Alfamart

d) Sebelah Barat : Rumah dinas POLRI

3) Sumber daya manusia di ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan yaitu

a) Perawat :

(1) D3 Keperawatan : 20

(2) SI Keperawatan : 3

b) Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 2

c) Tenaga Admistrasi : 1 orang

4) Ruangan yang ada di ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan :

a) Ruang observasi

b) Ruang neuro

c) Ruang interna

d) Ruang pulmo

e) Ruang psikiatri

f) Ruang tunggu

g) Ruang admistrasi

h) Ruang dokter

i) Ruang kepala ruangan

j) Dapur

k) Kamar mandi perawat dan kamar mandi pasien

47
48

4.1.2 Pengkajian

1) Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2


Nama Ny. S Tn. M
Umur 70 tahun 62 tahun
Jenis kelamin Perempuan Laki - Laki
Agama Islam Islam
Suku / bangsa Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Alamat Tukang kayu,Banyuwangi Kabat
Pekerjaan IRT petani
Nomor register 140293 156993
Tanggal MRS 08 – 01 – 2017 jam 09.00 15 – 01 – 2017 jam 20.00
Tanggal pengkajian 17 – 01 – 2017 jam 09.00 17 – 01 – 2017 jam 12.00
Diagnosa medis CVA CVA

2) Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT KLIEN 1 KLIEN 2


1. Keluhan utama Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
pasien lemah anggota
pasien lemas,bicara pelo
gerak badan disertai
dan kesadaran menurun. bicara tidak jelas

2. Keluhan saat pengkajian Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan


pasien kesadaran badan pasien terasa
menurun,tangan kaki lemas untuk di gerakkan
sebelah kiri tidak bisa

48
49

digerakkan.
3. Riwayat penyakit Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
awalnya saat di rumah
sekarang awalnya pasien
klien mengeluh sakit
melakukan ibadah sholat kepala ± 2 hari yang lalu,
dengan keluarga hanya
dhuha setelah itu pasien
diberi jamu untuk
jatuh mendadak lumpuh meredakan sakit
kepalanya. Tiba-tiba
dan bicara pelopada
pada tanggal 15 Januari
tanggal 08-01-2017 jam 2017 pada jam 13.00
klien tiba-tiba merasakan
08.00WIB ,lalu keluarga
badannya terasa lemas,
pasien dibawa ke RSUD susah untuk melakukan
aktivitas, dan bicaranya
Blambangan pasien
sedikit pelo. Lalu oleh
datang ke UGD jam keluarga klien dibawa ke
rumah sakit RSUD
09.00 setelah dilakukan
Banyuwangi pada
tindakan dan diberikan tanggal 15 Januari 2017
pada jam 19.00. setelah
obat infus pz 10 tpm,
sampai di UGD klien di
injeksi piracetam 12 periksa, setelah
dilakukan tindakan dan
gram 3 X 3 gram /IV,
di berikan obat infuz
Citicolin 3 X 500 mg /IV, PZ+NB 5000 14tpm,
injeksi piracetam 12
O2 nasal canul 2 lpm,
gram 3x3, injeksi
pasien di rawat di ruang citicolin 3x500 mg,
ranitidine 2x1 amp,
RPD1. Setelah di lakukan
ulsatat syrup 3x1, dan
pengkajian pada tanggal dilakukan pemasangan
dower kateter, lalu klien
17 Januari 2017 pada
disarankan untuk rawat
pukul 09.00 Keluarga inap. Setelah itu klien
dibawa ke ruang
mengatakan tangan dan
penyakit dalam di lantai
kaki sebelah kiri tidak bawah untuk menjalani
perawatan yang lebih
bisa digerakkan.
lanjut. Setelah dilakukan
pengkajian pada tanggal
17 januari 2017 pada
pukul 12.00 keluarga
mengatakan badan klien

49
50

masih lemes dan susah


untuk beraktivitas dan
bicara sedikit mengerang
tidak jelas kata-katanya,
dengan hasil Suhu : 37,6º
C , Nadi : 92 x / menit,
Tekanan darah : 130 / 90
mmHg, RR : 22 x / menit

4. Riwayat penyakit masa Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan


lalu pasien mempunyai pasien pernah menglami
penyakit jantung stroke sebelumnya ± 2,5
tahun yang lalu
5. Riwayat kesehatan Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
keluarga bahwa tidak ada keluarga tidak mempunyai
yang punya riwayat penyakit menular atau
stroke ataupun hipertensi. penyakit genetic
sebelumnya
6. Riwayat psikososial dan
status spritual Keluarga merasa cemas keluarga mengatakan
sangat cemas dan sangat
a. Riwayat psikologis dengan penyakit yng di
gelisah dengan keadaan
diderita pasien pasien
Hubungan klien dengan
b. Aspek sosial keluarga sangat baik,
Sebelum sakit : klien
begitu juga dengan
bersosialisasi dengan
tetangganya dan saat keluarga dan
tetangganya dengan baik
dirumah sakit pasien
Saat sakit : klien hanya
tidak sadar. bisa tersenyum kepada
perawat dan
menganggukkan
kepalanya saja.
c. Aspek spritual /

50
51

sistem nilai Keluarga selalu berdoa


kepercayaan kepada Tuhan agar
penyakit yang di derita
Keluarga mengatakan
pasien cepet sembuh.
saat sakit pasien tidak
menjalankan ibadah
karena keadaannya yang
tidak memungkinkan
utnuk menjalankan
ibadah, namun pasien
dan keluarga selalu
berdoa untuk
kesembuhannya

3) Perubahan Pola Kesehatan (pendekatan gordon/pendekatan sistem)


Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan (pendekatan gordon/pendekatan
sistem)

POLA KESEHATAN Klien 1 Klien 2


Pola kebiasaan sehari –
hari
a. Pola nutrisi Keluarga mengatakan
1). Sebelum sakit pasien saat dirumah makan Keluarga mengatakan
3x1 dengan porsi pasien makan dengan
cukup,menggunakan lauk teratur 3x sehari dengan
pauk yang ada lauk pauk yang
dirumah,minumnya kurang disediakan di rumah ,
lebih 8x/hari minum ± 8 gelas/hari.
2). Saat sakit
Keluarga klien

51
52

mengatakan saat sakit


klien puasa selama 5 hari Keluarga mengatakan
dan hari ini pasien saat di rumah sakit pasien
diberikan minum susu memakan makanan yang
melalui NGT di sediakan di rumah
sakit tetapi tidak selalu
dihabiskan, hanya
dihabiskan ½ porsi saja
dengan diit BHTKTP
(Bubur Halus tinggi
kalori tinggi protein),
minum ± 6 gelas/hari.
b. pola eliminasi
1). Buang Air Besar
a). Sebelum sakit Pasien mengatakan BAB Keluarga klien
1X sehari, bau dan mengatakan klien
warnanya khas feses. sebelum sakit BAB 1X
sehari dengan konsisten
lembek, warna feses
kuning dengan bau khas
feses.
b). Saat sakit Pasien mengatakn belum keluarga mengatakan
BAB selama dirumah sejak masuk rumah sakit
sakit. pasien belum buang air
besar

2). Buang Air Kecil Keluarga klien mengatakn Keluarga mengatakan


a). Sebelum sakit sebelum sakit, klien BAK sebelum sakit pasien
lancar sekitar 5 kali perhari buang air kecil dengan

52
53

dengan bau khas urine dan lancer 3-5 kali dalam


berwarna kuning muda. sehari, dengan bau khas
urine dan berwarna
Pasien di pasang dower kuning muda.
b). Saat sakit kateter dengan volume 200
cc/ 7 jam warna kuning Keluarga mengatakan
kecoklatan. saat sakit pasien buang
air kecil dengan lancer,
klien terpasang dower
cateter dengan urine
tampung 1800 ml pada
saat jam pengkajian.
Warna urine kuning
kecoklatan.
c. Pola kebersihan diri
1). Sebelum sakit Klien selalu menjaga Klien selalu menjaga
kebersihan dirinya, mandi kebersihan dirinya,
2-3 kali sehari, keramas mandi 2-3 kali sehari,
2X seminggu, ganti baju keramas 2X seminggu,
dan daleman, serta gosok ganti baju dan daleman,
2). Saat sakit gigi 2X sehari. serta gosok gigi 2X
Keluarga klien sehari.
mengatakan selama Keluarga klien
dirumah sakit, klien hanya mengatakan selama
diseka tubuhnya dirumah sakit, klien
menggunakan air hangat. hanya diseka tubuhnya
dibantu keluarga.
d. Pola aktivitas, latihan,
dan bermain

53
54

1). Sebelum sakit Keluarga klien Keluarga mengatakan


mengatakan pasien sebelum sakit klien selalu
beraktivitas sebagai IRT beraktivitas di setiap
harinya. Pagi-siang klien
bekerja di sawah dan
sore-malam di
Pasien hanya tidur di pergunakan untuk
tempat tidur dalam kondisi beristirahat dirumah
tidak sadar, sehingga dengan keluarga.
2). Saat sakit aktivitasnya dibantu
dengan perawat dan Keluarga mengatakan
keluarga. saat sakit semua aktivitas
dibantu oleh keluarga
karena keadaan klien
yang cukup lemah dan
tidak memungkinkan
untuk beraktivitas.
e. Pola Istirahat dan
Tidur Keluarga klien mengatakn Sebelum sakit klien tidak
1). Sebelum sakit sebelum sakit klien tidur ada masalah dalam pola
kurang lebih 8 jam. istirahat tidur, klien
mengatakan tidur
nyenyak. Tidur malam
2). Saat sakit Pasien bedres total, tidak kurang lebih 7 jam.
sadar.
keluarga mengatakan saat
sakit klien tidur selalu
nyenyak. Klien lebih
banyak tidur saat sakit
Ku lemah
Berbaring ditempat tidur

54
55

Kesadran samnolen ±7-9 jam sehari..


GCS : 1, 1, 1
Terpasang infuz pz 10 tpm
Pemeriksaan fisik di tangan sebelah kanan Keadaan umum lemah
Bisisng usus 4x/menit
Keadaan umum Berbaring di tempat tidur
a. Keadaan sakit Kesadaran Delirium
Gcs 3,3,5
Terpasang infuse PZ+Nb
5000 14 tpm

4) Pemeriksaan Fisik (pendekatan head to toe/pendekatan sistem)


Tabel 4.4Pemeriksaan fisik (pendekatan head to toe/pendekatan sistem)

Observasi Klien 1 Klien 2


S 36,6C 37,6º C
N 84 x / menit
92 x / menit
TD 140 / 80 mmHg
130 / 90 mmHg
P 22 x / menit
GCS 1,1, 1 22 x / menit

Head to toe
a. Pemeriksaan
cepala caudal
1). Kepala dan Inspeksi : Inspeksi :
rambut - Benruk kepala - Benruk kepala
simetris simetris
- Penyebaran - Penyebaran rambut
rambut merata merata
- Kebersihan - Kebersihan cukup

55
56

cukup - Tidak ada lesi


- Tidak ada lesi
Palpasi : Palpasi :
- Tidak teraba - Tidak teraba nyeri
nyeri tekan tekan
- Tidak teraba - Tidak teraba
benjolan benjolan
- Tidak ada - Tidak ada edema
edema - Tidak ada massa
- Tidak ada massa .

2). Hidung Inspeksi : Inspeksi :


- Warna kulit - Warna kulit sama
sama dengan dengan sekitar
sekitar - Tidak ada
- Tidak ada pernapasan cuping
pernapasan hidung
cuping hidung - Tidak ada sputum
- Tidak ada atau sumbatan
sputum atau jalan nafas
sumbatan jalan Palpasi :
nafas - Tidak teraba
Palpasi : benjolan
- Tidak teraba - Tidak teraba nyeri
benjolan tekan
- Tidak teraba - Tidak ada massa
nyeri tekan - Tidak ada edema
- Tidak ada massa
- Tidak ada

56
57

edema

3). Telinga Inspeksi : Inspeksi :


- Warna kulit - Warna kulit sama
sama dengan dengan sekitar
sekitar - Simetris antara
- Simetris antara kanan dan kiri
kanan dan kiri - Tidak ada lesi
- Tidak ada lesi - Kebersihan cukup
- Kebersihan Papasi :
cukup - Tidak teraba
Papasi : benjolan
- Tidak teraba - Tidak teraba nyeri
benjolan tekan
- Tidak teraba - Tidak ada massa
nyeri tekan
- Tidak ada massa

4). Mata Inspeksi : Inspeksi :


- Tidak - Tidak
menggunakan menggunakan
kacamata kacamata
- Pupil mata - Pupil mata isokor
isokor - Sclera putih
- Sclera putih - Simetris antara
- Simetris antara kanan dan kiri
kanan dan kiri - Konjungtiva merah
- Konjungtiva muda
merah muda Palpasi :

57
58

Palpasi : - Tidak teraba nyeri


- Tidak teraba tekan
nyeri tekan - Tidak teraba
- Tidak teraba benjolan
benjolan

5). Mulut, gigi, lidah, Inspeksi : Inspeksi :


tonsil dan pharing (1) Mulut : mukosa 1. Mulut : mukosa
bibir kering dan bibir kering dan
terlihat tampak terlihat tampak
pucat. pucat.
(2) Gigi : terdapat 2. Gigi : terdapat
karies gigi karies gigi
(3) Lidah : kotor 3. Lidah : lidah
(4) Tonsil : tidak terlihat putih pucat
ada 4. Tonsil : tidak ada
pembesaran pembesaran tonsil
tonsil
(5) Stomatitis tidak Palpasi :
ada - Tidak teraba
Palpasi : benjolan
- Tidak teraba - Tidak ada nyeri
benjolan tekan
- Tidak ada nyeri - Tidak ada massa
tekan
- Tidak ada massa

6). Leher dan Inspeksi : Inspeksi :


tenggorokan - Tidak ada - Tidak ada
pembesaran pembesaran

58
59

- Tidak teraba - Tidak teraba


benjolan benjolan
- Tidak ada lesi - Tidak ada lesi
- Warna sama - Warna sama
dengan sekitar dengan sekitar
Palpasi : Palpasi :
- Tidak teraba - Tidak teraba nyeri
nyeri tekan tekan
- Tidak teraba - Tidak teraba massa
massa - Tidak ada edema
- Tidak ada
edema

7). Dada/thorak
a). Pemeriksaan paru
Inspeksi : Inspeksi :
- Simetris kanan - Simetris kanan dan
dan kiri kiri
- Bntuk dada - Bntuk dada normal
normal chest chest
- Tidak ada lesi - Tidak ada lesi
- Tidak ada jejas - Tidak ada jejas
Palpasi : Palpasi :
- Tidak ada massa - Tidak ada massa
- Tidak teraba - Tidak teraba nyeri
nyeri tekan tekan
- Fremitus kanan - Fremitus kanan
dan kiri dan kiri
- Tidak edema - Tidak edema

59
60

Perkusi : Perkusi :
(1) Dextra (3) Dextra
- ICS 1-5 - ICS 1-5
sonor sonor
- ICS 6 redup - ICS 6 redup
(ada hepar) (ada hepar)
(2) Sinistra (4) Sinistra
- ICS 1-2 - ICS 1-2 sonor
b). Pemeriksaan sonor - ICS 3-5 redup
jantung - ICS 3-5 (ada jantung)
redup (ada - ICS 6-7
jantung) timpani (ada
- ICS 6-7 jantung)
timpani 2) Auskultasi :
(ada - Tidak terdengar
jantung) suara ronchi
1) Auskultasi : - Tidak terdengar
- Tidak terdengar suara wheezing
suara ronchi - Suara nafas
- Tidak terdengar terdengar vesikuler
suara wheezing
- Suara nafas
terdengar
c). Payudara vesikuler Inspeksi :
- Ictus cordis tidak
terlihat
Inspeksi : Palpasi :
- Ictus cordis - Ictus cordis teraba
tidak terlihat di ICS 5 mid

60
61

Palpasi : clavicula sinistra


- Ictus cordis Perkusi :
teraba di ICS 5 - ICS 2-5 sinistra
mid clavicula pekak
sinistra Auskultasi :
Perkusi : - Bunyi jantung 1
- ICS 2-5 sinistra dan 2 tunggal (
pekak Lup-Dup)
Auskultasi : - Tidak ada suara
- Bunyi jantung 1 tambahan murmur
dan 2 tunggal ( atau galop
Lup-Dup)
- Tidak ada suara
tambahan
murmur atau
galop Inspeksi :
- Tidak ada lesi
- Warna sama
dengan sekitar
Inspeksi : - Simetris antara
- Tidak ada lesi kanan dan kiri
- Warna sama Palpasi :
dengan sekitar - Tidak teraba
- Simetris antara benjolan
kanan dan kiri - Tidak ada nyeri
Palpasi : tekan
- Tidak teraba - Tidak ada edema
benjolan
- Tidak ada nyeri

61
62

tekan
- Tidak ada
edema

8). Pemeriksaan
abdomen Inspeksi : Inspeksi :
- Warna sama - Warna sama
dengan sekitar dengan sekitar
- Tidak ada lesi - Tidak ada lesi
Palpasi : Palpasi :
- Tidak ada nyeri - Tidak ada nyeri
tekan tekan
- Tidak ada massa - Tidak ada massa
- Tidak teraba - Tidak teraba
benjolan benjolan
Perkusi : Perkusi :
Kuadran 1 : Hepar Kuadran 1 : Hepar
(Pekek) (Pekek)
Kuadran 2 : Gaster Kuadran 2 : Gaster
(tympani) (tympani)
Kuadran 3 : Kuadran 3 :
Apendiks Apendiks (tympani)
(tympani) Kuadran 4 : Usus
Kuadran 4 : Usus (tympani)
(tympani) Auskultasi :
Auskultasi : Bising usus terdengar
Bising usus 5x / menit
terdengar 4x /

62
63

menit
9).ekstrimitas, kuku, Inspeksi : terpasang Inspeksi : terpasang infuse
dan kekuatan otot infuse di tangan sebelah di tangan sebelah kiri,
kanan, kuku terlihat kuku terlihat panjang dan
panjang dan kotor, tidak kotor, tidak ada luka di
ada luka di ektremitas ektremitas atas dan bawah
atas dan bawah Palpasi : tidak ada nyeri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di ektremitas atas
tekan di ektremitas atas dan bawah, tidak ada lesi,
dan bawah, tidak ada kekuatan otot
lesi, 3 4
Kekuatan otot : 3 4
1 0
1 0
Hemiparesis sebelah
kiri.
10). Genetalia dan Inspeksi : Inspeksi :
anus - Terpasang - Terpasang dower
dower kateter kateter
- Kebersihan - Kebersihan cukup
cukup - Tidak ada
- Tidak ada hemoroid
hemoroid Palpasi :
Palpasi : - Tidak ada nyeri
- Tidak ada nyeri tekan
tekan - Tidak ada massa
- Tidak ada massa - Tidak teraba
- Tidak teraba benjolan
benjolan

63
64

11). Pemeriksaan - GCS 1,1,1 - GCS 3,3,5


neurologi - Kesadaran - Kesadaran
samnolen delirium
- Keadaan umum - Keadaan umum
lemah lemah

5). Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Klien 1 Klien 2


Lab :
Pemeriksaan Darah 08 januari 2017,10.07 WIB (1) Leukosit :
11,9x 10ˆ3/µL 3,8-
1. Leokosit 9.7 x10^3/µL
10,6
=> 3,6 - 11 (a)LYM :
10,0% 20-40
1.1.1 LYM 15.2* => 20
(b) MIX :
- 40 6,8% 0,8-10,8
(c)NEU :
1.1.2 MIX 5,0% => 0.8
83,2% 73,7-89,7
– 10.8 (2) Eritrosit :
4,81x10ˆ6/µL 4,4-5,9
1.1.3 NEU 79.8 % =>
(a)MCV :
73.7 – 89.7 86,5 fL 80-100
(b) MCH :
2. Eritrosit 4.79 x10^6/µL
30,8 pg 26-34
=> 3.8 – 5.2 (c)MCHC :
35,6g/dL 32-36
1.2.1 MCV 78,7*fl =>
(3) Hemoglobin

64
65

80 – 100 14,8 g/dL 13,2-18


(4) Hematrokit/PVC :
1.2.2MCH 25.9 *pg
41,6% 40-52
=>26 – 34 (5) Trombosit
296x10³/µL 150-
1.2.3 MCHC 32.9 g/dl
440
=> 32- 36 (6) Glukosa darah acak :
140 mg/dL < 125
3. Hemoglobin 12.4 g/dl
(7) Kreatinin :
=> 11.5 – 16 1,02 mg/dL 0,6-1,4
(8) SGOT/AST :
4. Hematokrit/PCV 37.7
22,3 U/L <50
% => 35 – 47 (9) SGPT/ ALT :
21,3 U/L <50
Penatalaksanaan 5. Trombosit 200 10^6/µL
=> 150 – 440
6. Glukosa Darah Acak/
Sewaktu 95 mg/dl
<125
7. kreatinin 1.24* mg/dl
17 januari 2017
=> 0.4-11
- PZ+NB 5000 14
8. SGOT/AST 17.0u/L tpm
- Piracetam 3x1
=><40
- Citicollin 3x1
9. SGPT/ALT 19.9 U/L - Ranitidine 2x1
- Antrain 3x1
Harapan klien/keluarga =>< 40
18 Januari 2017
sehubungan dengan - PZ+NB 5000 20
tpm
penyakitnya 17 januari 2017
- Piracetam 3x1gr
- PZ 20 tpm
- Citicolin 3x1gr
- Piracetam 3x1
- Antrain 3x1gr
- Citicollin 2x1
- Ranitidine 2x1 gr
- Ranitidine 2x1
19 Januari 2017
- Antrain 3x1
- PZ 20 tpm
18 Januari 2017
- Piracetam 3x1
- PZ 20 tpm
- Citicolin 3x1
- Ceftriaxson 2x1gr
- Ranitidine 2x1
- Piracetam 3x1gr
- Citicolin 3x1gr
- Antrain 3x1gr
19 Januari 2017

65
66

- PZ 20 tpm Keluarga dank lien


- Piracetam 3x1
berharap bisa cepat
- Citicolin 3x1
- Ranitidine 2x1 sembuh dan pulang agar
- Antrain 3x1gr
bisa beraktifitas seperti
biasa
Keluarga dank lien
berharap bisa cepat sembuh
dan pulang agar bisa
beraktifitas seperti biasa

66
67

6. Genogram
Tabel 4.6 Genogram
Klien 1

Klien 2

67
68

Keterangan :
: Perempuan
: Laki – laki
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah

68
69

4.1.3 Analisis Data


Analisa Data Etiologi Masalah
Klien 1
Data Subyektif : Kehilangan kontrol Hambatan mobilitas
Keluarga mengatakan volunter fisik
pasien tidak bisa bicara
dan tangan kaki sebelah Hemiplegi dan
kanan tidak bisa hemiparase
digerakkan.
Hambatan mobilitas fisik
Data obyektif :
1) Keadaan umum
lemah
2) Kesadaran
samnolen
3) Klien tidak bisa
menggerakkan
tangan dan kaki
sebelah kiri
4) Aktivitas klien
dibantu oleh
keluarganya
5) Terpasang infus
pz 20 tpm
ditangan sebelah
kiri
6) Kekuatan otot
ekstrimitas atas
kanan 5, kiri 3
dan ekstrimitas
bawah kanan 5
dan bawah 3 Ttv :
TD : 14O/80mmhg
RR : 22 ×/menit
N :84 /menit
S :36,6◦C

Data subyektif : keluarga Hemiplegi dan Gangguan Eliminasi


mengatakan klien tidak Hemiprase Alvi (konstipasi)
BAB selama dirumah
sakit Kurang mobilisasi
Data obyektif :
1) Keadaan umum Intake Cairan kurang
lemah

69
70

2) Kesadaran Penurunan Paristaltik


samnolen usus
3) Terpasang infus
pz 20 tpm Konstipasi
ditangan sebelah
kiri Gangguan Eliminasi Alvi
4) Terpasang DC (konstipasi)
200cc
5) Bising usus
4x/menit
6) Intake diet susu
melalui NGT
7) Ttv :
TD : 14O/80mmhg
RR : 22 ×/menit
N :84 /menit
S :36,6◦C

KLIEN 2
Data Subyektif : keluarga Stroke (CVA) Hambatan Komunaksi
mengatakan klien susah Verbal
untuk bicara Defisit Neorologi
Data obyektif
- Keadaan umum Disfungsi Bahasa dan
lemah Komunikasi
Klien berbicara
mengerang kata- Hambatan Komnikasi
kata tidak jelas Verbal
Data subyektif : keluarga Hemiplegi dan Gangguan Eliminasi
mengatakan sejak masuk Hemiprase Alvi (Konstipasi)
rumah sakit klien tidak
buang air besar Kurang mobilisasi
Data obyektif :
- Keadaan umum Intake Cairan kurang
lemah
Bising usus 5x/ menit Penurunan Paristaltik
usus

Konstipasi

Gangguan Eliminasi Alvi


(konstipasi)

4.1.4 Diagnosis Keperawatan

70
71

Data Etiologi Problem (masalah)


Klien 1
Data subyektif : Hambatan mobilitas Kehilangan kontrol
Keluarga mengatakan fisik volunter
pasien tidak bisa bicara dan
tangan kaki sebelah kanan Hemiplegi dan
tidak bisa digerakkan. hemiparase
Data obyektif :
1) Keadaan umum Hambatan mobilitas
lemah fisik
2) Terlihat otot bantu
pernafasan
3) Klien tidak bisa
menggerakkan
tangan dan kaki
sebelah kiri
4) Terpasang infus pz
20 tpm ditangan
sebelah kiri
5) Ttv :
TD : 14O/80mmhg
RR : 22 ×/menit
N :84 /menit
S :36,6◦C

Data subyektif : keluarga


mengatakan klien tidak Gangguan Eliminasi Hemiplegi dan
BAB selama dirumah sakit Alvi (konstipasi) Hemiprase
Data obyektif :
1) Keadaan umum Kurang mobilisasi
lemah
2) Kesadaran Intake Cairan kurang
samnolen
3) Terpasang infus pz Penurunan Paristaltik
20 tpm ditangan usus
sebelah kiri
4) Terpasang DC Konstipasi
100cc
5) Bising usus Gangguan Eliminasi
4x/menit Alvi (konstipasi)
6) Ttv :

71
72

TD : 14O/80mmhg
RR : 22 ×/menit
N :84 /menit
S :36,6◦C

Klien 2
Data Subyektif : keluarga Hambatan Komunikasi Stroke (CVA)
mengatakan klien susah Verbal
untuk bicara Defisit Neorologi
Data obyektif
- Keadaan umum Disfungsi Bahasa dan
lemah Komunikasi
Klien berbicara
mengerang kata- Hambatan Komnikasi
kata tidak jelas Verbal
Data subyektif : keluarga Gangguan Eliminasi Hemiplegi dan
mengatakan sejak masuk Alvi (Konstipasi) Hemiprase
rumah sakit klien tidak
buang air besar Kurang mobilisasi
Data obyektif :
- Keadaan umum Intake Cairan kurang
lemah
Bising usus 5x/ menit Penurunan Paristaltik
usus

Konstipasi

Gangguan Eliminasi
Alvi (konstipasi)

4.1.5 Perencanaan
DIAGNOSIS INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
(Tujuan, Kriteria, Hasil)
Klien 1
Diagnosa : 1. BHSP 1. Hubungan perawat
1. Hambatan 2. Kaji kemampuan dengan keluarga
mobilitas fisik secara kooperatif
berhubungan fungsional 2. Untuk
dengan dengan cara mengidentifikasikan
hemiparesis, yang teratur kelemahan dan dapat
kehilangan klasifikasi memberikan informasi
keseimbangan melalui skala 0 – mengenai pemulihan

72
73

dan koordinasi, 4 3. Menurunkan terjadinya


spatisitik dan 3. Ubah posisi trauma atau iskemia
cedera otak. setiap 2 jam dan jaringan
Tujuan : sebagainya jika 4. Meminimalkan atrofi
Setelah dilakukan memungkinkan otot, meningkatkan
tindakan 3 X 24 jam bisa lebih sering sirkulasi dan mencegah
klien mampu 4. Lakukan gerakan terjadinya kontraktur
melaksanakan aktivitas ROM 5. Membantu melatih
fisik sesuai dengan 5. Bantu kembali jaras saraf,
kemampuannya. mengembangkan meningkatkan respon
Kriteria Hasil : keseimbangan proprioseptik dan
1. Klien meningkat duduk seperti motorik
dalam aktivitas meninggikan 6. Program yang dapat
fisik bagian kepala dikembangkan untuk
2. Mengerti tujuan tempat tidur, menemukan kebutuhan
dari peningkatan bantu untuk klien
mobilitas duduk di sisi
tempat tidur
6. Konsultasi
dengan ahli
fisiterapi
Diagnosa :
2. Gangguan 1. BHSP 1. Hubungan perawat
eliminasi alvi dengan keluarga
(konstipasi) kooperatif
berhubunagn 2. Kaji pola
dengan eliminasi BAB 2. Untuk mengetahui
imobilisasi dan frekuensi BAB klien,
asupan cairan 3. Anjurkan untuk mengidentifikasi
yang tidak mengosumsi masalah BAB pada
adekuat. buah dan sayur klien
Tujuan : kaya serat. 3. untuk mempelancar
setelah di lakukan 4. Anjurkan klien BAB.
tindakan keperawatan untuk banyak
selam 2x24 jam minum air putih, 4. mengencerkan feces
gangguan eliminasi kurang lebih 18 dan mempermudah
fecal ( konstipasi) tidak gelas/hari. pengeluaran feces.
terjadi lagi.
Kriteria Hasil : 5. Berikan latihan
1. klien BAB lancar ROM pasif dan 5. untuk meningkatkan
2. konsistensi feces ROM aktif defikasi.
encer
6. Kolaborasi 6. untuk membantu
3. Tidakterjadi
pemberian obat pelunakkan dan
konstipasi lagi.

73
74

pencahar. pengeluaran feces

Klien 2
Diagnosa : Hambatan 1. BHSP 1. Hubungan perawat
komunikasi verbal dengan keluarga
berhubungan dengan kooperatif
kerusakan sirkulasi
serebral, kehilangan 2. Kaji tingkat 2. Perubahan dalam isi
tonus/control otot fasia/ kemampuan klien kognitif dan bicara
oral dalam berkomunikasi merupakan indicator
Tujuan : setelah dari derajat gangguan
dilakukan tindakan serebral
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan 3. Minta klien untuk 3. Melakukanpenilaian
klien mampu untuk mengikuti perintah terhadap adanya
berkomunikasi lagi sederhana kerusakan sensorik
Criteria hasil :
- Dapat menjawab 4. melakukan penilaian
pertanyaan yang 4. Tunjukan objek dan terhadap adanya
diajukan minta pasien kerusakan motorik
perawat penyebutkan nama
- Dapat benda tersebut 5. Bahasa isyarat dapat
mengetahui dan membantu untuk
memahami 5. Ajarkan klien tekhnik menyampaikan isi
pesan-pesan berkomunikasi non pesan yang dimaksud
melalui gambar verbal (Bahasa
- Dapat isyarat) 6. Untuk mengidentifikasi
mengekspresika kekurangan / kebutuhan
n perasaannya terap
melalui verbal
maupun 6. Konsultasi dengan /
nonverbal rujuk kepada ahli
terapi bicara

74
75

Diagnosa :
1. Gangguan 1. Hubungan perawat
eliminasi alvi dengan keluarga
(konstipasi) kooperatif
berhubunagn
dengan imobilisasi 2. Untuk mengetahui
dan asupan cairan 1. BHSP frekuensi BAB klien,
yang tidak adekuat. mengidentifikasi
Tujuan : masalah BAB pada
setelah di lakukan klien
tindakan keperawatan 2. Kaji pola 3. untuk mempelancar
selam 2x24 jam eliminasi BAB BAB.
gangguan eliminasi
fecal ( konstipasi) tidak
terjadi lagi. 4. mengencerkan feces
Kriteria Hasil : dan mempermudah
4. klien BAB lancar 3. Anjurkan untuk pengeluaran feces.
5. konsistensi feces mengosumsi buah
encer dan sayur kaya
serat 5. untuk meningkatkan
6. Tidakterjadi
defikasi.
konstipasi lagi. 4. Anjurkan klien
untuk banyak 6. untuk membantu
minum air putih, pelunakkan dan
kurang lebih 18 pengeluaran feces
gelas/hari.

5. Berikan latihan
ROM pasif dan
ROM aktif

6. Kolaborasi
pemberian obat
pencahar.

75
76
.6 Implementasi

Tabel 4.10 Implementasi


Diagnosa 17 Januari 2017 18 Januari 2017 19 Januari 2017
Keperawata
n
Klien 1
1. Hambatan
mobilitas Implementasi Implementasi Implementasi
fisik 09.00 1.BHSP 08.30 1. BHSP 08.00 1. BHSP
H : hubungan H : hubungan H : hubungan
perawatdengan perawatdengan perawatdengan
keluarga keluarga keluarga kooperatif
kooperati 09.00 kooperatif 2. Mengkaji
10.05 2.Mengkaji 2. Mengkaji 08.05 kemampuan secara
kemampuan secara kemampuan fungsional dengan
fungsional dengan secara cara yang teratur
cara yang teratur fungsional klasifikasi melalui
klasifikasi melalui dengan cara skala 0 – 4
skala 0 – 4 yang teratur H : skala 0
H : skala 1 09.45 klasifikasi 08.30 3. Mengubah posisi
10.30 3.Mengubah posisi melalui skala 0 setiap 2 jam dan
setiap 2 jam dan –4 sebagainya jika
sebagainya jika H : skala 0 memungkinkan bisa
memungkinkan 3. Mengubah lebih sering
bisa lebih sering posisi setiap 2 H : pasien dibantu
H : pasien dibantu jam dan mengubah posisinya
mengubah sebagainya jika 4. Melakukan gerakan
posisinya 10.15 memungkinkan ROM
4.Melakukan bisa lebih 09.15 H : pasien tidak bisa
gerakan ROM H : sering menggerakan

76
77

11.15 pasien bisa H : pasien tubuhnya sama


menggerakkan dibantu sekali, pasien
tubuh kanan saja mengubah bedres total
5.Membantu 10.25 posisinya 5. Membantu
11.25 mengembangkan 4. Melakukan 09.25 mengembangkan
keseimbangan gerakan ROM keseimbangan
duduk seperti H : pasien tidak duduk seperti
meninggikan bisa meninggikan bagian
bagian kepala menggerakan kepala tempat tidur,
tempat tidur, bantu tubuhnya sama bantu untuk duduk
untuk duduk di sisi sekali, pasien di sisi tempat tidur
tempat tidur H : 11.00 bedres total H : pasien bedres
pasien tidak 5. Membantu total
11.40 mampu untuk mengembangka 6. Mengkonsultasi
duduk. n 10.40 dengan ahli
6.Mengkonsultasi keseimbangan fisiterapi
dengan ahli duduk seperti H : agar mempercepat
fisiterapi meninggikan kesembuhan pasien
H : agar bagian kepala
mempercepat tempat tidur,
kesembuhan pasien bantu untuk
duduk di sisi
tempat tidur
H : pasien
bedres total
6. Mengkonsultasi
dengan ahli
fisiterapi
H : agar

77
78

mempercepat
kesembuhan
pasien
3. Gangguan
eliminasi alvi
12.00 1.BHSP 11.50 1.BHSP 12.03 1.BHSP
(konstipasi)
H : hubungan H : hubungan H : hubungan perawat
berhubunagn
perawat dengan perawat dengan dengan keluarga
dengan
keluarga keluarga kooperatif
imobilisasi
kooperatif kooperatif
dan asupan 12.15
2.Kaji pola eliminasi
cairan yang
12.25 2.Kaji pola 2.Kaji pola 12.15 BAB
tidak
eliminasi BAB eliminasi BAB H : pasien belum BAB
adekuat.
H : pasien belum H : pasien belum sejak 8 hari
BAB sejak 8 hari 12.30 BAB sejak 8 hari
3.Anjurkan untuk
12.50 12.40
3.Anjurkan untuk 3.Anjurkan untuk mengosumsi buah dan
mengosumsi mengosumsi buah sayur kaya serat.
buah dan sayur dan sayur kaya H: pasien di puasa
kaya serat. serat.
H: pasien di 12.55 H: pasien di puasa 4. Anjurkan klien
puasa untuk banyak minum
13.00
4. Anjurkan klien air putih, kurang lebih
13.00 4. Anjurkan klien untuk banyak 18 gelas/hari.
untuk banyak minum air putih, H: pasien puasa
minum air putih, kurang lebih 18 5.Berikan latihan
kurang lebih 18 13.10 gelas/hari. ROM pasif dan ROM
gelas/hari. H: pasien puasa aktif
13.10
H: pasien puasa 5.Berikan latihan H : pasien tidak bisa
ROM pasif dan menggerkan anggota
5.Berikan latihan ROM aktif tubuhnya kecuali d
13.10
ROM pasif dan H : pasien tidak bantu
ROM aktif bisa menggerkan
H : pasien tidak anggota tubuhnya 6.Kolaborasi
13.20
bisa menggerkan kecuali d bantu pemberian obat
anggota tubuhnya pencahar.
kecuali d bantu 6.Kolaborasi H : agar mempercepat
13.30
pemberian obat
kesembuhan pasien
6.Kolaborasi pencahar.
pemberian obat H : agar
13.300
pencahar.
mempercepat
H : agar
mempercepat kesembuhan

78
79

kesembuhan pasien
pasien

Klien 2 17 januari 2017 18 januari 2017 19 januari 2017

1. Gangguan 1. BHSP 1. BHSP 1. BHSP


Komunikasi H : hubungan H : hubungan H : hubungan
Verbal perawat dengan perawat dengan perawat dengan
keluarga keluarga keluarga kooperati
kooperati kooperati 2. Kaji tingkat
2. Kaji tingkat 2. Kaji tingkat kemampuan klien
kemampuan klien kemampuan klien dalam berkomunikasi
dalam dalam
berkomunikasi berkomunikasi 3. Minta klien untuk
mengikuti perintah
3. Minta klien 3. Minta klien sederhana
untuk mengikuti untuk mengikuti
4. Tunjukan objek dan
perintah perintah
minta pasien
sederhana sederhana
penyebutkan nama
4. Tunjukan objek 4. Tunjukan objek benda tersebut
dan minta pasien dan minta pasien
5. Ajarkan klien
penyebutkan penyebutkan
tekhnik
nama benda nama benda
berkomunikasi non
tersebut tersebut
verbal (Bahasa

79
80

5. Ajarkan klien 5. Ajarkan klien isyarat)


tekhnik tekhnik
6. Konsultasi dengan /
berkomunikasi berkomunikasi
rujuk kepada ahli
non verbal non verbal
terapi bicara
(Bahasa isyarat) (Bahasa isyarat)

6. Konsultasi 6. Konsultasi
dengan / rujuk dengan / rujuk
kepada ahli terapi kepada ahli terapi
bicara bicara

Gangguan BHSP BHSP BHSP


H : hubungan H : hubungan H : hubungan perawat
Elimanasi alvi
perawat dengan perawat dengan dengan keluarga
(konstipasi) keluarga keluarga kooperatif
kooperatif kooperatif
2.Kaji pola eliminasi
2.Kaji pola 2.Kaji pola BAB
eliminasi BAB eliminasi BAB H : pasien belum BAB
H : pasien belum H : pasien belum sejak masuk rumah
BAB sejak masuk BAB sejak masuk sakit
rumah sakit rumah sakit
3.Anjurkan untuk
3.Anjurkan untuk 3.Anjurkan untuk mengosumsi buah dan
mengosumsi mengosumsi buah sayur kaya serat.
buah dan sayur dan sayur kaya H: pasien
kaya serat. serat. mendapatkan diet
H: pasien H: pasien pisang
mendapatkan diet mendapatkan diet
pisang pisang 4. Anjurkan klien
untuk banyak minum
4. Anjurkan klien 4. Anjurkan klien air putih, kurang lebih
untuk banyak untuk banyak 18 gelas/hari.
minum air putih, minum air putih, H: pasien sudah
kurang lebih 18 kurang lebih 18 minum sedikit tapi
gelas/hari. gelas/hari. sering
H: pasien sudah H: pasien sudah
minum sedikit minum sedikit tapi 5.Berikan latihan

80
81

tapi sering sering ROM pasif dan ROM


aktif
5.Berikan latihan 5.Berikan latihan H : pasien bisa
ROM pasif dan ROM pasif dan menggerakan anggota
ROM aktif ROM aktif tubuhnya sedikit
H : pasien bisa H : pasien bisa
menggerakan menggerakan 6.Kolaborasi
anggota tubuhnya anggota tubuhnya pemberian obat
sedikit sedikit pencahar.
H : agar mempercepat
6.Kolaborasi 6.Kolaborasi
kesembuhan pasien
pemberian obat pemberian obat
pencahar. pencahar.
H : agar H : agar
mempercepat mempercepat
kesembuhan pasien kesembuhan pasien

4.1.7 Evaluasi

Tabel 4.11 Evaluasi

Dx Hari 1 Hari 2 Hari 3


Tanggal 17 januari Tanggal 18 januari Tanggal 19 januari
2017 2017 2017
Klien 1 S : keluarga S : keluarga S : keluarga
Dx 1 mengatakan pasien mengatakan pasien mengatakan pasien
tidak bisa bicara tidak bisa bicara tidak bisa bicara
dan tangan kaki dan tangan kaki dan tangan kaki
sebelah kanan tidak sebelah kanan tidak sebelah kanan tidak
bisa digerakkan bisa digerakkan bisa digerakkan

81
82

O : - ku lemah O : - ku lemah O : - ku lemah


- Klien tidak bisa - Bedrest - Bedrest
menggerakkan - Klien tidak bisa - GCS : 1, 1, 1
tangan dan menggerakkan - Klien tidak bisa
kanan sebelah semua anggota menggerakkan
kiri badan semua anggota
- Terpasang infus - Terpasang infus badan
pz 10 tpm pz 10 tpm - Terpasang infus
ditangan ditangan pz 10 tpm
sebelah kiri sebelah kiri ditangan
- Klien tidak bisa - Klien tidak bisa sebelah kiri
bicara bicara - Klien tidak bisa
- Pasien - Pasen di beri bicara
dipuasakan makan melalui - Terpasang dc
- Terpasang dc NGT Ttv :
- Ttv : - Terpasang dc 12O/80mmhg
TD : - Ttv : RR : 20
14O/80mmhg TD : ×/menit
RR : 22 12O/80mmhg N :84 /menit
×/menit RR : 22 S :3◦6,5C
N :84 /menit ×/menit A : masalah belum
S :36,6◦C N :84 /menit teratasi
A : masalah belum S :36,6◦C P : lanjutkan
teratasi A : masalah belum intervensi
P : lanjutkan teratasi 1,2,3,4,5,6
intervensi P : lanjutkan
1,2,3,4,5,6 intervensi
1,2,3,4,5,6

82
83

Dx 2 Hari 1 Hari 2 Hari 3


Tanggal 17Januari Tanggal 18 januari Tanggal 19 januari
2017 2017 2017
S : keluarga S : keluarga S : keluarga
mengatakan selama mengatakan selama mengatakan selama
dirumah sakit dirumah sakit dirumah sakit
pasien tidak bisa pasien tidak bisa pasien tidak bisa
BAB BAB BAB
0 : - ku lemah 0 : - ku lemah O : - ku lemah
- Terpasang infus - Klien tidak bisa - Bedrest
pz 10 tpm menggerakkan - GCS : 1, 1, 1
ditangan tangan dan kaki - Klien tidak bisa
sebelah kiri sebelah kiri menggerakkan
- Klien tidak bisa - Terpasang infus semua anggota
bicara pz 10 tpm badan
- Terpasang dc ditangan - Terpasang infus
- Bising usus 4x sebelah kiri pz 10 tpm
/menit - Klien tidak bisa ditangan
- Ttv : bicara sebelah kiri
TD : - Terpasang dc - Klien tidak bisa
14O/80mmhg - Bising usus 4x bicara
RR : 22 /menit - Bising usus 4x
×/menit - Ttv : /menit
N :84 /menit TD : - Terpasang dc
S :36,6◦C 12O/80mmhg Ttv : TD :
A : masalah belum RR : 20 12O/80mmhg

83
84

teratasi ×/menit RR : 20
P : lanjutkan N :82 /menit ×/menit
intervensi S :37◦C N :84 /menit
1,2,3,4,5,6 A : masalah belum S :3◦6,5C
teratasi A : masalah belum
P : lanjutkan teratasi
intervensi P : lanjutkan
1,2,3,4,5,6 intervensi 1,2,3,4,5,
Klien 2 Tanggal 17 januari Tanggal 18 januari Tanggal 19 januari
2017 2017 2017
S : keluarga S : keluarga S : keluarga
mengatakan klien mengatakan klien mengatakan klien
susah untuk bicara bisa bicara tetapi bisa bicara tetapi
O : - Keadaan tidak sedikit – pelan
umum lemah sedikit O : - Keadaan
- Klien berbicara O : - Keadaan umum lemah
umum lemah - Klien berbicara
mengerang
- Klien berbicara
jelas
kata-kata tidak
mengerang
- Dengan intonasi
jelas
kata-kata tidak
pelan
- TTV
jelas
- TTV
TD : 110/80
- Dengan intonasi
TD : 120/80
Mmhg
pelan
Mmhg
N : 84 x/menit
- TTV
N : 84 x/menit
S : 36,7 C
TD : 110/90
S : 36,2 C
RR : 21 x/menit
Mmhg
RR : 20 x/menit
A : masalah belum
N : 86 x/menit
A : masalah teratasi
teratasi
S : 37 C
sebagian
P : lanjutkan
RR : 20 x/menit
P : lanjutkan
intervensi
A : masalah teratasi
intervensi 2,3,4,5,6
1,2,3,4,5,6
sebagian
P : lanjutkan

84
85

intervensi 2,3,4,5,6

Gangguan S : keluarga S : keluarga S : keluarga


mengatakan sejak mengatakan sejak mengatakan sejak
Elimmasi
masuk rumah sakit masuk rumah sakit masuk rumah sakit
Alvi klien tidak buang klien tidak buang klien tidak buang
air besar air besar air besar
(Konstipasi)
O: O: O:
- Keadaan - Keadaan - Keadaan
umum lemah umum lemah umum lemah
- Bising usus 5x/ - Bising usus 5x/ - Bising usus 5x/
menit menit menit
- TTV - TTV - TTV
TD : 110/80 TD : 110/90 TD : 120/80
Mmhg Mmhg Mmhg
N : 84 x/menit N : 86 x/menit N : 84 x/menit
S : 36,7 C S : 37 C S : 36,2 C
RR : 21 x/menit RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
A : masalah belum A : masalah belum A : masalah belum
teratasi teratasi teratasi
P : lanjutkan P : lanjutkan P : lanjutkan
intervensi intervensi intervensi
1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,5,6
-

85
86

4.2 pembahasan

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari asuhan

keperawatan tentang studi kasus yang berjudul :“Asuhan Keperawatan Klien

Yang Mengalami Stroke (CVA) Dengan Gangguan Eliminasi Alvi Di Ruang

Penyakit Dalam RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2016”.

Padapembahasaniniakandijelaskantentangkesesuainfaktadenganteoripadaasuh

an keperawatan yang dialami oleh Ny. S dan Tn. M.

4.2.1 Hasil Pengkajian

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Januari2017 pukul

09.00 dengan klien 1 dan tanggal 17 Januari 2017 pukul 12.00 dengan klien 2 di

dapatkan hasil sebagai berikut :

Klien 1 Keluarga mengatakan awalnya pasien melakukan ibadah sholat

dhuha setelah itu pasien jatuh mendadak lumpuh dan bicara pelo, pasien juga

memiliki riwayat penyakit jantung. Pasien pernah rawat inap 6 bulan yang lalu

akibat penyakit jantung tersebut.Hasil pengkajian Keluarga mengatakan tangan

dan kaki sebelah kanan tidak bisa digerakkan.TD :14O/80mmhg, RR : 22

×/menit, N :84 /menit, S :36,6◦C,terpasang infuse di tangan kanan sebelah

kanan dan menggunakan dower kateter,kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah

sebelah kanan 0 dan ekstremitas sebelah kiri 1.

86
87

Klien 2 Keluarga mengatakan klien mengeluh sakit kepala ± 2 hari yang lalu.

Pasien ini juga mempunyai riwayat peyakit hipertensi dan juga mempunyai sifat

yang buruk suka minum kopi, teh, jamu dan juga merokokdidapatkan data dari

hasil pengkajian bahwa pasien merasa lemas, susah untuk melakukan aktivitas,

dan bicaranya sedikit pelo, bicara sedikit mengerang tidak jelas kata-katanya,

dengan hasil Suhu : 37,6º C , Nadi : 92 x / menit, Tekanan darah : 130 / 90

mmHg, RR : 22 x / menit.

Untuk asuhan keperawatanStoke (CVA), kita perlu megetahui etiologi stroke

atau penyebab stroke serta manifestasi klinis secara teori yang akan

dibandingkan dengan data pengkajian pada pasien, terdapat kesesuaian antara

teori dan kasus pada penelitian di lapangan bahwasanya untuk menetapkan

penyebab stroke kita harus mengetahui riwayat penyakit sekarang.

Pada kasus Stroke (CVA), yang dialami oleh Ny.S didapatkan penyebab dari

stroke yaitu Penyakit jantung sedangkan pada Tn.M didapatkan data penyebab

dari stroke adalah dari faktor Hipertensi, dan penyakit stroke yang pernah di

alaminya. Didapati manifestasi klinis dari Ny. S yaitu klien mengeluh bicara

pelo, aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat, anggota tubuhnya tidak bisa

digerakkan dan tidak bisa BAB. Sedangkan pada Tn. M, klien mengeluh lemas,

bicara sedikit mengerang tidak jelas kata-katanya dan tiddak bisa BAB.

Stroke (CVA) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh

gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara cepat mendadak

87
88

dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau

tanda – tanda sesuai dengan daerah yang terganggu . (Irfan,Muhammad, 2012).

Stroke dibagai menjadi dua jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke

hemorragik.

c. Stoke iskemik ( non hemorragik ) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti, 80%

stroke adalah stroke iskemik.

4. Stroke trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat

penggumpalan.

5. Stroke embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

6. Hipoperfusion sistemik : Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

d. Stroke hemorragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh

darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita

hipertensi.

Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu :

3. Hemoragik intraserebral : Pendarhan yang terjadi di dalam jaringan otak.

4. Hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang

subaraknoid ( ruang sempit antara otak dan lapisan jaringan yang

menutupi otak).

Faktor – factor yang menyebabkan stroke :

4. Faktor yang tidak dapa dirubah (Non Reversible)

88
89

Jenis kelamin : peria lebih sering ditemukan menderita stroke di

banding wanita.

Usia : semakin tinggi usia semakin pula resiko terkena stroke.

Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

5. Faktor yang dapat dirubah ( Reversible )

h. Hipertensi

i. Penyakit jantung

j. Kolestrole tinggi

k. Obesitas

l. Diabetes militus

m. Polisetemia

n. Stress emosionan

6. Kebiasaan hidup

e. Merokok

f. Peminum alcohol

g. Obat – obatan terlarang

Aktivitas yang tidak sehat : kurag olahraga , makanan berkolestrol ( NANDA ,

2015 )

Menurut Suzanne, Bare (2010) tanda dan gejala pada penderita stroke

hemoragik antara lain :

6. Kehilangan fungsimotorik

Mobilitas, fungsi respirasi, berbicara dan menelan, reflek gangguan,

kemampuan aktivitas sehari-hari.

89
90

7. Kehilangan fungsikomunikasi

E. Disatria (kesulitanberbicara)

F. Disfasia (kesulita terkait penggunaanbahasa)

G. Afasia (kehilangan total kemampuan menggunakanbahasa)

H. Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang telah

dipelajarisebelumnya)

8. Kerusakanafek

Kesulitan dalam mengontrol emosinya

9. Eliminasi

Pasien mengalami urgensi dan inkontinensia

10. Gangguan persepsi dansensori

Kemampuan untuk menginterpretasikan sensasi

Jadi hasil pengkajian Stroke (CVA) tidak jauh berbeda dengan teori yang

ada tentang konsep pengkajian karena sebelum menentukan diagnosa, didahului

dengan penyebab, manifestasi klinis yang mana pengkajian tersebut nantinya tidak

jauh berbeda dari konsep teori. Banyak hal yang bisa menyebabkan Stroke , salah

satunya kasus Stroke pada Ny. S dan Tn. M. Ny.S mengalami Stroke dikarenakan

penyakit jantung yang dideritanya sedangkan Tn. M dikarenakan penyakit hipertensi

dan stroke yang dialaminya, serta ditemukan tanda-tanda klinis Ny. S yaitu pasien

bicara pelo,ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan tidak bisa digerakkan, pasien

tidak sadar, dan pasien tidak bisa BAB. Sedangkan Tn.M terdapatlemas, bicara

mengerang tidak jelas ,dan kekuatan otot 3. Namun setiap klien dengan penyakit

Stroke (CVA) tidak selamanya di sebebkan oleh hipertensi,penyakit jantung ,dan

90
91

gaya hidup yang kurang sehat. Dengan menjaga pola hidup sehat juga menghindari

terjadinya Stroke.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny Sadalah klien yang mengalami

Stroke (CVA) dengan :

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau

hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas

2. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi

dan asupan cairan yang tidak adekuat.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.Madalah klien yang mengalami

Stroke (CVA) dengan :

1. Hambatan komunikasi verbal b.d penurnan fungsi otak facial/oral

2. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi

dan asupan cairan yang tidak adekuat.

Berdasarkan teori yang ada berikut merupakan diagnosa keperawatan yang dapat

muncul pada penderita stroke :

8. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.

9. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik

sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.

91
92

10. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese

atau hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas

11. Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

neuromuskuler, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol

otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti

makan, mandi dll.

12. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan

imobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat.

13. Hambatan komunikasi verbal b.d penurnan fungsi otak facial/oral

14. Ketidakseimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.

Berdasarkan fakta di lapangan dan teori di literatur tentang diagnosa

keperawatan terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus penelitian dilapangan

mengenai stroke (CVA) . Prioritas yang diutamakan dari diagnosa pada teori dengan

kasus penelitian dilapangan sama pada klien 1 Ny. S yaitu diprioritaskan Hambatak

mobilisasi fisik, karena memang gangguan pada ekstremitas bagian atas dan bawah

sebelah kanan dan aktifitasnya di bantu oleh keluarga, sedangkan pada klien 2 Tn.M

berbeda, hal ini disebabkan tanda dan gejala, pengelompokan data yang ditemukan

pada klien 2 dilapangan tidak menunjang diagnosa yang diperioritaskan di teori.

Pada klien 1 diagnosa keperawatan didapatkan hanya dua diagnosa,

sedangkan pada klien 2 di temukan dua diagnosa keperawatan, hal ini dikarenankan

manifestasi klinis klien 1 dan klien 2, penyebab dari munculnya penyakit stroke

serta dari segi umur yang berbeda.

92
93

Oleh sebab itu diagnosa yang ditentukan pada klien yang ada dilapangan

sesuai dengan analisa data yang ada di lapangan.Sehingga diagnosa yang muncul

tidak terlalu banyak seperti yang ada pada teori. Diagnosa yang ada di teori tidak

semuanya ada di lapangan, diagnosa yang diambil sesuai prioritas dan data yang

dapat menunjang di lapangan.

4.2.3 Perencanaan

Dari rencana keperawatan yang telah diberikan kepada klien 1 dan

klien 2 terdapat kesenjangan antara diagnosa keperawatan Gangguan eliminasi

alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak

adekuat, hanya saja pada klien 1 di tambah rencana keperawatan Hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia, kelemahan

neuromoskuler pada ekstremitas. Dan pada klien 2 ditambah rencana

keperawatan Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurnan fungsi

otak facial/oral.

Di lapangan rencana keperawatan pada diagnosa Gangguan eliminasi

alvi (konstipasi) yang peneliti ingin teliti tidak terdapat kesenjangan,

dilakukannya penambahan cairan melalui infuse dan obat-obatan. Serta

dilakukan intervensi pada klien yang mengalami gangguan elimansi alvi

(konstipasi).Pada tahapan stroke menurut Nanda NIC NOC pada tahun 2015

menyatakan bahwa gangguan eliminasi alvi (konstipasi) dapat di berikan obat

pencahar agar meningkatkan paristaltik usus.

93
94

Dari rencana keperawatan yang ada pada teori hampir sama dengan

rencana keperawatan yang ada dilapangan. Hanya saja intervensi yang dilakukan

tergantung dengan diagnosa yang diambil. Tidak semua intervensi yang

dilapangan sama dengan intervensi yang ada pada teori. Terdapat intervensi yang

dikurangi maupun di tambah pada klien. Jadi rencana keperawatan yang akan

dilakukan kepada pasien harus disesuaikan dengan kondisi pasien yang ada

dilapangan, agar intervensi bisa dilakukan dengan baik sehingga menghasilkan

tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan.

4.2.4 Tindakan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 hampir

sepenuhnya sudah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah

dibuat.Tindakan keperawatan yang kita lakukan ke pasien harus benar-benar kita

sesuaikan dengan rencana keperawatan yang sudah kita buat dengan tidak

mengesampingkan waktu dan kondisi pasien.Dalam melaksanakan implementasi

tidak harus semua yang ada diintervensikan, implementasi dilakukan semua itu

tergantung dengan kondisi klien.Begitu juga sebaliknya terkadang dalam

mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan ada beberapa yang diluar

dari intervensi yang telah kita buat.

94
95

Pada implementasi diagnosa keperawatan Gangguan elimanasi alvi

(konstipasi) pada klien 1 dan 2 sama yaitu dilakukan menambahan cairan dan

memenuhi intake yang kurang dan memberikan obat pencahar.

Menurut Nursalam (2008) Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif

dari rencana tindakan untuk tujuan yang spesifik. Pelaksanaan tindakan

keperawatan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan

klien.

Jadi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien 1 dan klien 2 tidak

terdapat kesenjangan antara fakta dilapangan dengan teori yang ada di literatur.

4.2.5 Evaluasi

Pada klien 1 NyS perawatan selama 3 hari dengan keadaan umum lemah ,

bedrest, , GCS : 1,1,1,Klien tidak bisa menggerakkan semua anggota badan,BAB

belum,bising usus 4x/menit.belum teratasi sedangkan untuk masalah Hambatan

mobilisasi fisikbelum teratasi dikarenakan klien Ny.S pasien tidak sadar.

Sedangkan pada klien 2 Tn. M dilakukan perawatan selama 3 dengan keadaan

umum keadaan umum lemah , pasien tidak lemas, bicara bisa tapi pelan ,BAB

belum. masalah pada Tn. M belum teratasi untuk gangguan elimanasi alvi

(Konstipasi). sedangkan masalah keprawatan Ganguan komunikasi verbal tertasi

sebagian.

Evaluasi adalah sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis

pada sistem kesehatan klien, tipe pernyataan evaluasi ada dua yaitu formatif dan

95
96

sumatif. Pernyataan formatif merefleksi observasi perawat dan analisa terhadap

klien, terhadap respon langsung dari intervensi keperawatan. Penyataan sumatif

adalah merefleksi rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisa mengenai status

kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan ini menguraikan kemajuan terhadap

pencapaian kondisi yang dijelaskan dalam hasil yang diharapkan (Nursalam, 2013).

Jadi hasil evaluasi atau catatan perkembangan masalah yang dialami klien

terdapat perbedaan pencapaian. Setelahdilakukanbeberapa intervensi pada klien 1

(Ny. S) pasien belum sadar sedangkan pada klien 2( Tn. M)setelahdilakukan

intervensi perkembangannya membaik dan pasien tidak lemas.Sedangkan untuk

maslah gangguan elimanasi alvi (konstipasi) untuk klien 1 dan 2 belum teratatasi.

96
97

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada survey pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 17 januari 2017

dan 19 Januari 2017, bahwasannya di Ruang Penyakit Dalam RSUD Blambangan

Banyuwangi pada bulan November – Desember 2016, di laporkan dalam 10 klien

yang mengalami stroke (CVA) terdapat 5 klien yang mengalami gangguan elimanasi

alvi (konstipasi) dengan di tandai dengan pasien kurang imobilisasi dan intake

berlurang.

Berdasarkan hasil kesimpulan pengkajian analisa data, diagnosa keperawatan

intervensi, implementasi, evaluasi, dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

5.1.1 pengkajian pada Ny.S dan Tn. M dengan stroke dilakukan untuk mendapatkan

imformasi dan data yang akurat, berdasarkan data dari hasil pengkajian telah didapat

interprestasikan dan di tetapkan diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi

keperawatan. Berdasarkan hasil pengkajian pada klien 1 dan klien 2 tidak mengalami

perbedaan atau kesenjangan ditandai dengan ny.s dan Tn.M pasien kurang

imobilisasi dan intake berlurang

97
98

5.1.2 Diagnosa keperawatan yang di temukan yaitu:

Pada klien1 :

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau

hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas

4. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi

dan asupan cairan yang tidak adekuat.

Pada klien 2 :

3. 1) Hambatan komunikasi verbal b.d penurnan fungsi otak facial/oral

4. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi

dan asupan cairan yang tidak adekuat.

Pada diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus penelitian juga terdapat dalam

teori Stroke, akan tetapi hanya 2 diagnosa keperawatan yang muncul pada khasus

penelitian, sedangkan pad teori terdapat 7 dignosa. Pada diagnose

keperawatan yang munculpadakasuspenelitianjugaterdapatdalamteoriStroke,

akantetapihanya 2 diagnosakeperawatan yang munculpadakasuspenelitian,

sedangakanpadateoriterdapat 11diagnosa.

Berdasarkan Pada klien 1 diagnosa keperawatan didapatkan hanya dua diagnosa,

sedangkan pada klien 2 di temukan dua diagnosa keperawatan, hal ini dikarenankan

manifestasi klinis klien 1 dan klien 2, penyebab dari munculnya penyakit stroke

serta dari segi umur yang berbeda. Oleh sebab itu diagnosa yang ditentukan pada

klien yang ada dilapangan sesuai dengan analisa data yang ada di lapangan.

98
99

5.1.3 Pada tahap perencanna

Rencana leperawatan disusun sesui dengan masalah keperwatan. Dalam

memprioritaskan masalah keperawatan dilihat dari kebutuhan dan kondisi klien pada

saat pengkajian. Asuhan keperwatan yang diberikan dilaksanakan berdasarkan

rencana asuhan yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhn pasien agar asuhan asuhan

yang diberikan dapat mengatasi masalah yang dialami pasien. Berdasarkan tahap

perencanaan yang telah dibuat ditemukan kesenjangan atau perbedaan antara

diagnosa keperawatan Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan

imobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat, hanya saja pada klien 1 di tambah

rencana keperawatan Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese

atau hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas. Dan pada klien 2

ditambah rencana keperawatan Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan

penurnan fungsi otak facial/oral.

5.1.4 Pada tahap pelaksanaan

Timdakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah

dibuat dan di dolumentasikan pada catatan keperawatan. Berdasarkan tahap

pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberilam oleh penulis antara Pelaksanaan

tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 hampir sepenuhnya sudah dilakukan

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.Tindakan keperawatan yang

kita lakukan ke pasien harus benar-benar kita sesuaikan dengan rencana keperawatan

yang sudah kita buat dengan tidak mengesampingkan waktu dan kondisi pasien.

99
100

5.1.5 Evaluasi Keperatan

Evaluasi asuhan keperawatan yang di lakukan kepada klien sesuai dengan konsep

teori yang ada untuk mengetahui sejauh mana perkembangan tindakan yang telah

dilakukan pada klien dengan penyakit Stroke. Jadi hasil evaluasi atau catatan

perkembangan masalah yang dialami klien terdapat perbedaan pencapaian.

Setelahdilakukanbeberapa intervensi pada klien 1 (Ny. S) pasien belum sadar

sedangkan pada klien 2( Tn. M)setelahdilakukan intervensi perkembangannya

membaik dan pasien tidak lemas.Sedangkan untuk maslah gangguan elimanasi alvi

(konstipasi) untuk klien 1 dan 2 belum teratatasi.

5.2 Saran

Dari hasil pengkajian dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan,

diharapkan dapat menjadi masukan bagi beberapa pihak terkait yaitu:

5.2.1 Bagi Perawat

Hasil penelitian studi kasus ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

mengidentifikasi faktor yang terkait dan upaya penanganan penyakit

Stroke.

5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian studi kasus ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan

asuhan keperawatan pada kasus Stroke.

100
101

5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

1) Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar

tentang asuhan keperawatan pada khasus stroke (CVA).

2) Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan tambahan dan menjadi

referensi di perpustakaan untuk menambah wawasan mengenai

asuhan keperawatan Stroke.

5.2.4 BagiKlien

a) Hasil penelitian studi kasus ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan bagi klien tentang mencegah terjadinya Stroke.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

klien dan pemahaman tentang bahaya Stroke (CVA).

101

Anda mungkin juga menyukai