Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Ketoasidosis
Diabetik (KAD)” dengan semestinya.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan di
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak M. Budi Santoso, S.Kep.,Ners.,M.Kep. dan Bapak Yuswandi,
S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen koordinator dan dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Kritis II program studi S1 Keperawatan Lintas Jalur, yang
telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami mengerti dan memahami
tentang asuhan keperawatan Kritis pada pasien dengan Ketoasidosis Diabetik.
2. Anggota kelompok 5 yang telah banyak membantu, bekerjasama dalam
penyusunan tugas makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan lancar.
Hanya ucapan terimakasih dan doa yang penulis berikan kepada mereka, semoga
amal baik mereka di balas oleh Allah SWT dengan sebaik-baik balasan.
Dengan segenap kerendahan hati, kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan dalam penelitian selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami selaku penulis terkhususnya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1.1 Pengertian................................................................................................4
2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................12
2.1.5 Klasifikasi.............................................................................................14
2.1.9 Komplikasi............................................................................................33
2.1.10 Pathways.............................................................................................37
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................40
ii
2.2.2 Diagnosis Keperawatan.........................................................................45
3.1 Kasus............................................................................................................56
3.2.1 Pengkajian.............................................................................................57
BAB IV PENUTUP...............................................................................................85
4.1 Kesimpulan..................................................................................................85
4.2 Saran.............................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................86
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes, dan
stress yang berhubungan dengan penyakit, atau tekanan emosional.
Perawatan pada pasien yang mengalami KAD antara lain rehidrasi,
pemberian pemberian kalium lewat infus, dan pemberian pemberian insulin.
insulin. Beberapa Beberapa komplikasi komplikasi yang mungkin terjadi
selama pengobatan KAD adalah edema paru, hipertrigliseridemia, IMA, dan
komplikasi iatrogenik. Komplikasi iatrogenik tersebut adalah hipokalemia,
hipoglikemia, edema otak dan hipokalsemia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: “Bagaimana
gambaran asuhan keperawatan Kritis pada pasien dengan ketoasidosis
diabetik?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai yaitu untuk menggambarkan
asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan ketoasidosis metabolik.
Diharapkan pembaca dan penulis mampu menjelaskan dan melaksanakan
asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan ketoasidosis diabetik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui gambaran konsep penyakit pada pasien dengan
ketoasidosis diabetik. Meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi pankreas,
etiologi dan faktor pencetus, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan pencegahan, komplikasi, dan
juga pathway.
2. Untuk mengetahui gambaran dan penjelasan mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan penyakit ketoasidosis
diabetik mulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, hingga intervensi
keperawatan.
3. Untuk mengetahui gambaran pengaplikasian asuhan keperawatan kritis
pada pasien dengan ketoasidosis diabetik, dimulai dari pengkajian, analisa
data, diagnosis, intervensi, implementasi, dan juga evaluasi keperawatan.
3
4
5
B. Fisiologi
Berikut beberapa penyusun bagian pankreas yaitu:
1) Pankreas eksokrin (getah pankreas), yaitu bagian yang membuat
serta mengeluarkan enzim pencernaan ke duodenum. Komponen
eksokrin terdiri dari 95% massa pankreas. Getah pankreas ini
bersifat basa dengan komposisi: HCO3 (asam) dengan kadar 113
meq/L. setiap hari disekresikan sekitar 1500ml getah pankreas.
Sekresi getah pankreas yang bersamaan dengan skresi empedu dan
getah usus nantinya akan mempunyai efek terhadap penetralan asam
lambung, sehingga nantinya pH pada duodenum menjadi naik (6,0-
7,0). Di dalam getah pankreas ini terdapat tripsinogen yang nantinya
akan diubah menjadi enzim aktif tripsi. Dimana tripsin ini berfungsi
untuk mengubah kimotripsinogen menjadi kimitripson yang
merangsang kerja enzim enteropeptidase. kekurangan enzim ini akan
mengakibatkan kelainan kongenital dan malnutrisi protein.
2) Pankreas endokrin, yaitu bagian yang membuat serta mensekresikan
insulin, glukagon, polipeptida, dan somatostatin ke dalam darah.
Bagian islet terdiri dari 1-2% massa pankreas. Susunan insulin terdiri
dari pioipeptida yang mengandung dua mata rantai asam amino yang
8
semua kasus KAD, akan tetapi hal ini tidak mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat KAD itu sendiri.
6) Infark miokardium, cerebrovascular accident, alcohol abuse, infark
jantung, trauma,
7) Penyebab lain:hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan,
kortikosteroid dan adrenergik.
dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila
kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan
jumlah yang sesuai.
3) Kalium
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat
dengan perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung
ekstrem di tingkat potasium.
4) Bikarbonat
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH
yang rendah (6,8-7,3). Tingkat PaCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg)
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul)
terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton
dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya
dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
5) Sel darah lengkap (CBC)
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau
ditandai pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
6) Gas Darah Arteri (AGD)
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH
measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada
tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah
dari pH 0,03 pada AGD. PH rendah (6,8-7,3).
7) Keton
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu,
ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang
mendasarinya.
8) Β-hidroksibutirat
Serum atau hidroksibutirat ß kapiler dapat digunakan untuk
mengikuti respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar
dari 0,5 mmol/ L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L
berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
18
9) Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
infeksi saluran kencing yang mendasari.
10) Osmolaritas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN
(mg / dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada
dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm /
kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini,
maka pasien jatuh pada kondisi koma. Untuk osmolaritas serumnya
mengalami peningkatan, tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
11) Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
12) Tingkat BUN meningkat
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
13) Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga
dapat terjadi pada dehidrasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan,
kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan
dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
Berikut dibawah ini terdapat sifat-sifat penting dari tiga bentuk
dekompensasi (peruraian)
Sifat-sifat Diabetes Hyperosmolar Asidosis
ketoasidosis non laktat
(KAD) ketoticcoma
(HONK)
Glukosa Tinggi Sangat Tinggi Bervariasi
plasma
Ketone Ada Tidak ada Bervariasi
Asidosis Sedang/hebat Tidak ada Hebat
Dehidrasi Dominan Dominan Bervariasi
Hiperventilasi Ada Tidak ada Ada
b. Pemeriksaan diagnostik
19
b) Hipokalemia
1) Terdapat gelombang U
2) Interval QT melebar
3) Gelombang T mendatar
4) Segmen ST menurun
c) Hipokalsemia
1) Interval QT memanjang
d) Lain-lain
1) QTc memanjang
2) QTc: Corrected QT.
1) Fase I/ Gawat
a. Rehidrasi
a) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam
2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm
selama 18 jam (4-6L/24jam).
b) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam).
c) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
d) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi
batang otak (24-48 jam).
e) Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%.
f) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam).
g) Monitor keseimbangan cairan.
Pasien mungkin membutuhkan 6-10 L cairan IV(NS 0,9%
yang diinfuskan dalam kecepatan tinggi 0,5-1 L/jam selama 2-3
jam) untuk menggantikan cairan yang hilang akibat polyuria,
hiperventilasi, diare, dan muntah. Larutan NS hipotonik (0,45%)
dapat digunakan untuk kasus hipertensi atau hipernatremia dan
untuk mereka yang berisiko tinggi mengalami gagal jantung.
Larutan tersebut merupakan cairan pilihan (200 sampai
500ml/jam) untuk beberapa jam lagi) setelah beberapa jam
pertama, asalkan tekanan darah stabil dan kadar natrium tidak
rendah. Apabila kadar glukosa darah mencapai 300mg/dl (16,6
23
pada pasien KAD sebesar 100 ml/kgBB, atau sebesar 5-8 liter. Untuk
jam pertama diberikan 1-2L. Pada pasien dewasa, terapi cairan awal
langsung diberikan untuk ekspansi volume cairan intravaskular dan
ekstravaskular dan menjaga perfusi ginjal. Keuntungan rehidrasi pada
KAD yaitu untuk memperbaiki perfusi jarinan dan menurunkan
hormon kontra regulator insulin.
Langkah pertama pada dehidrrasi cairan pada pasien dengan
ketoasidosis diabetik yaitu melakukan rehidrasi. Untuk rehidrasi
tahap awal kamu bisa memberikan 500 mL NaCl 0.9% bolus selama
1 jam jika Tekanan darah sistolik pasien >90 mmHg, atau jika
Tekanan darah sistoik <90 mmHg kamu bisa memberikan 1000mL
NaCl 0.9% dalam 1 jam. Jika tekanan darah sistolik masih <90mmHg
kamu bisa mengulangi dosis diatas. Jika glukosa serum mencapai 200
mg/dL (KAD) atau 300 mg/dL (SHH), ganti cairan dekstrosa 5%
menjadi NaCl 0.45% (150-250 mL/jam).
Berikut dibawah ini terdapat logaritmea terapi cairan pada
kritis hiperglikemia:
Cairan intravena
Observasi
hipovolemia Dehidrasi ringan hemodinamik
Evauasi
natrium serum
2) Terapi insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis
KAD dan dehidrasi yang memadai. Pemberian insulin yang dapat
menurunkan kadar hormone glucagon, sehingga dapat menekan
produksi benda keton di hati.
Sampai tahun 1970-an penggunaan insulin umumnya secara
bolus intravena, intramuskular, ataupun subkutan. Sejak pertengahan
tahun 1970-an protokol pengelolaan KAD dengan drip insulin
intravena dosis rendah mulai digunakan dan menjadi popular. Cara
ini dianjurkan karena lebih mudah mengontrol dosis insulin,
menurunkan kadar glukosa darah lebih lambat, efek insulin cepat
menghilang, masuknya kalium ke intrasel lebih lambat, komplikasi
hipoglikemia dan hipokalemia lebih sedikit.
Terapi insulin mulai diberikan 1-2 jam setelah pemberian
cairan. Pemberian insulin diawal merupakan tatalaksana guna
meningkatkan risiko hipokalemia. Pemberian insulin dengan infus
intravena dosis rendah adalah terapi pilihan pada KAD yang
disebutkan oleh beberapa literatur, sedangkan ADA menganjurkan
insulin intravena tidak diberikan pada KAD derajat ringan. Jika tidak
terdapat hipokalemia (K < 3,3mEq/l), dapat diberikan insulin regular
0,15 u/kgBB, diikuti dengan infus kontinu 0,1 u/kgBB/jam (5-7
u/jam). Jika kadar kalium < 3,3 mEq/l, maka harus dikoreksi dahulu
untuk mencegah perburukan hipokalemia yang akan dapat
mengakibatkan aritmia jantung (Hidayati, 2015).
Insulin dosis rendah biasanya menurunkan gula darah dengan
kecepatan 50-75 mg/dl/jam, sama seperti pemberian insulin dosis
lebih tinggi. Jika gula darah tidak menurun sebesar 50 mg/dl dari
nilai awal pada jam pertama, periksa status hidrasi pasien. Jika status
hidrasi mencukupi, infus insulin dapat dinaikkan 2 kali lipat setiap
jam sampai tercapai penurunan gula darah konstan antara 50-75
mg/dl/jam. Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, turunkan
infus insulin menjadi 0,05-0,1 u/kgBB/jam (3-6 u/jam), dan
27
Insulin: regular
3) Natrium
Penderita dengan KAD kadang-kadang mempunyai kadar natrium
serum yang rendah, oleh karena level gula darah yang tinggi. Untuk
tiap peningkatan gula darah 100 mg/dl di atas 100 mg/dl maka kadar
natrium diasumsikan lebih tinggi 1,6mEq/l daripada kadar yang
diukur. Hiponatremia memerlukan koreksi jika level natrium masih
rendah setelah penyesuaian efek ini. Contoh, pada orang dengan
kadar gula darah 600 mg/dl dan level natrium yang diukur 130, maka
level natrium yang sebenarnya sebesar 130 + (1,6 x 5) = 138,
sehingga tidak memerlukan koreksi dan hanya memerlukan
pemberian cairan normal saline (NaCl 0,9%). Sebaliknya kadar
natrium dapat meningkat setelah dilakukan resusitasi cairan dengan
normal saline oleh karena normal saline memiliki kadar natrium lebih
tinggi dari kadar natrium ekstraselular saat itu disamping oleh karena
air tanpa natrium akan berpindah ke intraselular sehingga akan
meningkatkan kadar natrium. Serum natrium yang lebih tinggi
daripada 150 mEq/l memerlukan koreksi dengan NaCl 0,45%.
4) Kalium
Kalium adalah elektrolit utama dalam menangani KAD.
Penggantian kalium yang dilakukan dengan hati-hati namun pada
waktu yang tepat sangat penting untuk mencegah disritmia jantung
yang menyertai hypokalemia.
Pada awal KAD biasanya kadar ion K serum meningkat.
Salami terapi KAD ion K kembali kedalam sel. Untuk mengantisipasi
masuknya ion K kedalam sel serta mempertahankan kadar K serum
dalam batas normal.
Meskipun terdapat kekurangan kalium secara total dalam
tubuh (sampai 3-5 mEq/kgBB), hiperkalemia ringan sampai sedang
seringkali terjadi. Hal ini terjadi karena shift kalium dari intra sel ke
ekstra sel oleh karena asidosis, kekurangan insulin, dan
hipertonisitas, sehingga terapi insulin, koreksi asidosis, dan
penambahan volume cairan akan menurunkan konsentrasi kalium
30
Kalium
Kalium < 3.0 mEq/L Kalium 3.0-5.0 mEq/L Kalium >5.0 mEq/L
Jangan 20-30
Kalium memberikan
mEq/L
kalium, periksacairan
dalamterlebih
insulin setiap kadar
dahulu.
Kslium20-30
intravena
Kalium setiapmEq/L
untuk 2 jam
menjadi
kadar kalium
sampai kalium 45
3.0meq/L
meq/L
5) Bikarbonat
31
Edema serebri merupakan komplikasi paling berat dari KAD. Ini terjadi
pada 0,5-1% dari seluruh kasus KAD dan menyebabkan tingkat
kematian sebesar 21-24%. Mereka yang bertahan hidup berisiko
mengalami sisa-sisa masalah neurologis. Edema serebri lebih sering
terjadi pada anak-anak, meskipun dilaporkan juga dapat terjadi pada
dewasa. Faktor risikonya antara lain usia muda, DM awitan baru, durasi
KAD yang memanjang, tekanan parsial CO2 yang menurun, asidosis
berat, kadar bikarbonat awal yang rendah, hiponatremia, glukosa darah
awal yang tinggi, dan rehidrasi yang terlalu cepat. Tanda-tanda edema
serebri yang memerlukan evaluasi segera meliputi nyeri kepala, muntah
persisten, hipertensi, bradikardia, letargi, dan perubahan neurologis
lainnya (Wolfsdorf et al., 2018).
h. Sindrom distress napas akut dewasa (adult respiratory distress
syndrome)
Suatu komplikasi yang jarang ditemukan namun fatal. Selama rehidrasi
dengan cairan dan elektrolit, peningkatan tekanan koloid osmotik awal
dapat diturunkan samoau kadar subnormal. Perubahan ini disertai
dengan penurunan progresif tekanan oksigen parsial dan peningkatan
gradien oksigen arterial alveolar yang biasanya normal pada pasien
dengan KAD saat presentasi. Pada beberapa sub set pasien ini dapat
berkembang menjadi ARDS. Dengan meningkatkan tekanan atrium kiri
dan menurunkan tekana koloid osmotik, infus kristaloid yang berlebihan
dapat menyebabkan pembentukan edema gradien AaO2 atau yang
mempunyai rales paru pada pemeriksaan ffisis dapat merupakan risiko
dari sindrom ini. pemantauan PaO2 dengan oksimetri nadi dan
pemantauan gardien AaO2 dapat membantu pada penanganan pasien ini.
Infus kristaloid dapat merupakan faktor utama, disarankan pada pasien-
pasien ini diberikan infus cairan lebih rendah dengan penambahan
koloid untuk terapi hipotensi yang tidak responsif dengan penggantian
kristaloid (Elmas, 2020).
i. Asidosis metabolik hiperkoremik
36
2.1.10 Pathways
38
39
40
I. Periksa denyut nadi, tekanan darah dan CRT. Pasang EKG jika
perlu dan pulse oximetry untuk monitoring
II. Pasang 1-2 kanul cairan intraena jika terdapat tanda-tanda syok
(takikari, hipitensi, pemanjangan CRT) dan berikan IV bolus
III. Pertimbangkan utuk mengusulkan beberapa pemeriksaan di
bawah ini
a) Urea (BUN), serum kretinin
b) Serum elektrolit
c) Darah lengkap
d) Tes fungsi hati
e) Amylase
f) Serum eton
g) Laktat dan kultur darah jika pasien demam
Pertimbangkan pemasangan kateter urine untuk memantau
produksi urin 24 jam. Jika pasien demam dan penyebabnya
tida dietahui, mulailah emberika anibiotik spectrum luas. Bila
memungkinkan, usulkan pemeriksaan keon uri. Jika hasilnya
positif, aka sangat menunjang diagnosis ketoasidosis diabetes.
c. Disability
Lakukan penilaian AVPU atau GCS. Periksa apakah puil isokor dan
memberikan respons terhadap penyinaran.
d. Exposure
Buka pakaian pasien, cari tanda ruam, perdarahan atau edema.
Lakukan inspeksi dan palpasi abdomen untuk mendapatkan tanda-
tanda klinis lain. Pengkajian sekunder
4) Pengkajian Sekunder
a. Data subyektif:
1. Riwayat penyakit sekarang: datang dengan atau tanpa keluhan
Poliuria, Poliphagi, lemas, luka sukar sembuh atau adanya koma atau
penurunan kesadaran dengan sebab tidak diketahui. Pada lansia dapat
terjadi nepropati, neurophati atau retinophati serta penyakit
pembuluh darah.
43
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang
menurun/tidak ada, Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3.
1.
2.
44
3. Integritas/Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
Nyeri tekan abdomen, Diare
Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), Urin
berkabut, bau busuk (infeksi), Abdomen keras, adanya asites, Bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mematuhi diet,
peningkattan masukan glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu, Haus, penggunaan diuretik
(Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Kekakuan/distensi
abdomen, muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis,
bau buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon
dalam menurun (koma), Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernafasan
45
1. Penggunaan otot bantu pernapasan. 1) Atur posisi kepala 45-60 ̊ untuk mencegah
2. Fase eksprirasi memanjang. aspirasi.
3. Pola napas abnormal (kussmaul, 2) Reposisi pasien setiap 2 jam, jika perlu.
hiperventilasi). 3) Lakukan perawatan rutin.
Gejala dan Tanda Minor: 4) Lakukan fisioterapi dada.
Subyektif 5) Lakukan penghisapan lendir sesuai kebutuhan.
1. Orthopnea. 6) Ganti sirkuit ventilator setiap 24 jam atau sesuai
Objektif kebutuhan pasien.
1. Pernapasan pursed lip. 7) Siapkan bag-vulve mask di samping tempat
2. Pernapasan cuping hidung. tidur.
3. Diameter thoraks anterior-posterior. 8) Dokumentasikan respon terhadap ventilator.
4. Ventilasi semenit menurun. Kolaborasi
5. Tekanan ekspirasi menurun. 1) Kolaborasi pemilihan mode ventilator.
6. Kapasitas vital menurun. 2) Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot,
7. Tekanan ekspirasi menurun. sedatif, analgesik, sesuai kebutuhan.
8. Tekanan inspirasi menurun. 3) Kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
9. Ekskursi dada berubah. meminimalkan hipoventilasi alveolus.
Kondisi Klinis Terkait:
1. Depresi sistem saraf pusat.
2. Cedera kepala.
3. Trauma thoraks.
4. Gullian Barre Syndrome.
5. Multipe sclerosis.
6. Myasthenia gravis.
7. Stroke.
8. Kuadriplegia.
9. Intoksikasi alkohol.
2 Pefusi perifer tidak efektif (D.0009) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Perawatan sirkulasi (I.02079)
Kategori: fisiologi ….x24 jam, maka perfusi perifer meningkat Observasi
Subkategori: sirkulasi (L.02011) 1) Perksa sirkulasi perifer.
Definisi: Penurunan sirkulasi darah Dengan kriteria hasil: 2) Identifiksi factor resiko gangguan sirkulasi.
pada level kapiler yang dapat b. Denyut nadi perifer meningkat (5). 3) Monitor panas , kemerahan nyeri atau bengkak
mengganggu metabolisme tubuh. c. Warna kulit pucat menurun (5). pada ekstrimitas.
Penyebab: d. Kelemahan otot menurun (5).
49
7. Ketrampilan psikomotorik
8. Konservasi energi
9. Latihan toiletting
10. Manajemen arthritis rheumatoid
11. Manajemen asma
12. Manajemen berat badan
13. manajemen demensia
14. Manajemen depresi
15. manajemen disritmia
16. Manajemen gagal jantung
17. Manajemen gangguan lipid
18. Manajemen gangguan makan
19. Manajemen hipertensi
20. Manajemen kanker
21. Manajemen nyeri
22. Manajemen osteoporosis
23. Manajemen penyakit akut
24. manajemen penyakit arteri perifer
25. Manajemen penyakit ginjal
26. Manajemen penyakit jantung
27. Manajemen penyakit kronis
28. Manajemen penyakit paru
obstruktif kronis
29. Manajemen pneumonia
30. Manajemen proses penyakit
31. Manajemen sklerosis multipel
32. Manajemen stroke
33. Manajemen stroke
34. Manajemen penyakit jantung
koroner
35. Medikasi
36. Mekanika tubuh
37. Menyusui
38. Menyusui dengan botol
55
57
103/ul, ketonemia (+), hematokrit 40%, klorida 120 mg/dl, urin 30 cc/jam,
BUN 50 mg/dl, hipokalemia 1,5 mmol/l, hiponetremia 120 mmol/l.
Berdasarkan analisa gas darahnya, ditemukan HCO3: 12 mEq/l; pH:7,24;
PaCO2:20 mmHg (mencerminkan kompensasi respiratorik [pernapasan
kussmaul] terhadap asidosisi metabolik). Pada pemeriksaan EKG ditemukan
adanya distrimia. Selain itu, klien terpasang IVFD NaCl 0.9% 60cc /jam, drip
insulin 50 unit dalam 50cc NaCl 0,9% dosis 0,5cc /jam via syringe pump,
terpasang NRM 15 liter/menit, SpO2 85%.
3.2 Asuhan Keperawatan Kritis dengan Ketoasidosis Diabetik
3.2.1 Pengkajian
A. Identitas
7. Identitas Pasien
1. Nama inisial : Ny.P
2. usia : 60 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pekerjaan : IRT
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SD
8. Suku : Sunda
9. Alamat rumah : Kota C
10. Sumber informasi : List klien, perawat ruangan, dan
keluarga klien.
11. Diagnosis medis : KAD (Ketoasidosis Diabetik)
12. No. Medrek : 017112022
13. Tanggal MRS : 7 November 2022, 07.00 WIB
14. Tanggal : 7 November 2022, 07.20 WIB
Pengkajian
8. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama inisial : Tn. F
2. usia : 62 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Hubungan dengan pasien : Suami
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Alamat : Kota C.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama: klien mengeluh sesak napas.
58
2. Riwayat penyakit sekarang:
59
60
Keterangan :
: Perempuan
: Klien
8. Heart monitor
Gambaran EKG yang ditemukan adalah sinus tachikardia.
F. Pengkajian Fisik (Sekunder)
1. Kepala
a. Inspeksi /palpasi: Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan kulit kepala cukup bersih, rambut berwarna mulai
memutih, distribusi merata, tidak ada lesi.
2. Mata
a. Fungsi penglihatan: pada saat pengkajian tidak didapatkan data,
dikarenakan klien mengalami penurunan kesadaran..
b. Palpebra: normal.
c. Urkuran pupil: isokor (2/2).
d. Konjungtiva: anemis.
e. Sklera: an ikterik.
f. Edema/palpebral: tidak edema.
3. Telinga
a. Fungsi pendengaran: keluarga klien mengatakan fungsi
pendengaran klien baik.
b. Fungsi keseimbangan: tidak bisa dilakukan.
c. Serumen: pada saat dilakukan pemeriksaan menggunakan atoskop
tidak ada serumen.
d. Kebersihan: tampak bersih.
e. Kesimeterisan: simetris.
4. Hidung dan sinus:
a. Inspeksi: pada pemeriksaan hidung ditemukan Pernapasan cuping
hidung (+), hidung kanan dan kiri simetris, tidak ada polip.
b. Pembengkakan: tidak ada.
c. Pendarahan: tidak ada.
d. Penggunaan alat bantu napas: iya NRM 15 liter/menit
menggunakan non-reabrething mask.
e. Nyeri tekan: tidak ada.
66
d. SPO2: 85%.
e. MAP:121 mmHg.
f. S: 36,5℃.
g. Akral teraba dingin.
h. Sianosis: bibir pucat.
i. Turgor: tidak elastis.
10. Abdomen:
a. Inspeksi : Pada saat pengkajian ditemukan data perut simetris kiri
dan kanan.
b. Auskultasi : Bising usus 17x/menit.
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada saat dilakukan.
d. palpasi dikarenakan klien mengalami penurunan kesadaran
e. Perkusi : Timpani.
f. Jenis diet : MC diabetasol 6x1500 kkal
g. Frekuensi BAB : Belum pernah BAB selama di RS.
h. Frekuensi BAK : Klien menggunakan Kateter nomor 16 (dengan
Volume : 60cc/2 jam ).
i. Penggunaan kateter : Klien terpasang kateter nomor 16.
j. Hematuria : Tidak ditemukan
k. Keluhan BAK : tidak ada masalah
11. Ekstrimitas:
a. Inspeksi: terpasang infus 2 jalur di tangan kanan dan kiri.
b. Masa otot: mengalami penurunan.
c. Kekakuan: tidak bisa dilakukan karena klien mengalami penurunan
kesadaran.
d. Kejang: tidak ada.
e. Kekuatan otot: 0/0, 0/0.
12. Seksualitas:terpasang kateter no.16.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Labolatorium.
a. Hematologi (07/11/2022)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 12,2 13-18 g/dl
68
H. Pengobatan
a. Terapi yang diberikan pada saat di IGD
Nama Obat Dosis/jam Kegunaan Efek samping
NaCl 0,9% Guyur 500 cc Merupakan obat yang Kelebihan kadar
habis dalam 1 biasa digunakan untuk Natrium dalam
jam. Mengganti cairan darah dan
Selanjutnya, 1 tubuh kekurangan Kalium
klof/8 jam. Yang hilang karena dalam
beberapa faktor. darah
Cefxon 1x1 gram Obat antibiotik dengan 1. Bengkak, nyeri,
fungsi untuk dan kemerahan
mengobati berbagai di tempat
macam infeksi bakteri. suntikan
Ceftriaxone termasuk 2. Reaksi alergi
ke dalam kelas 3. Mual atau
antibiotik bernama muntah
cephalosporin yang 4. Sakit perut
bekerja dengan cara 5. Sakit kepala
Menghentikan atau pusing
pertumbuhan bakteri. 6. Lidah sakit
atau bengkak
7. Berkeringat
8. Vagina gatal
atau
mengeluarkan
cairan
Dopamine 200 mg Merupakan salah satu 1. Sakit kepala
obat untuk menangani 2. Gelisah
syok yang diakibatkan 3. Mual dan
oleh kondisi tertentu muntah
seperti gagal jantung, 4. Menggigil
pasca trauma ataupun
serangan jantung
Insulin 2cc/jam Hormone yang 1. Kadar kalium
(50IV+NaCl berfungsi untuk didalam darah
0,9%) merubah zat gula menurun, yang
menjadi energy dan ditandai dengan
menyimpan glukosa berkeringat,
untuk keperluan pucat, merasa
diwaktu mendatang. lapar, jantung
berdebar dan
pusing
2. Pembengkakan,
kemerahan dan
gatal dibagian
tubuh yang
disuntikkan.
Novorapid 3x8 unit Mengurangi tingkat Efek samping yang
guka darah terjadi umunya
terjadi dalam
penggunaan
novorapid adalah
hipoglikemia.
furosemide 2 ampul Mengatasi 1. Pusing.
penumpukkan cairan 2. Vertigo.
dan pembengkakan 3. Mual dan
70
pembengkakan
pada tubuh
Dopamin 1 amp 200 mg 12.00 Merupakan salah
satu obat untuk
menangani syok
yang diakibatkan
oleh kondisi
tertentu seperti
gagal jantung,
pasca trauma
ataupun serangan
jantung
Insulin 50 IV + 2 cc / jam 10.00 Hormone yang
NaCl berfungsi untuk
0,9 % = 50cc merubah zat gula
Siring pump menjadi energy
dan menyimpan
glukosa untuk
keperluan diwaktu
mendatang
Tanggal 09 – 11 – 2022
Nama Obat Dosis/jam Jam Kegunaan
IVFD RL : Dex 60cc/jam Merupakan obat
5% yang biasa
digunakan untuk
mengganti cairan
tubuh yang hilang
karena beberapa
factor
Biknat tablet 3x1 tab 04.00 Menetralisir asam
darah,urine yang
terlalu asam,dan
asam lambung
Lansoprazole 1x30 mg 10.00 Mengatasi
30mg gangguan pada
sistem pencernaan
akibat produksi
asam lambung
yang berlebih
seperti maag
NaCl 0,9% 60cc/jam Mengganti cairan
tubuh yang hilang
karena beberapa
factor
Furosemid 20mg 1x20 mg 12.00 Mengatasi
penumpukan
cairan dan
pembengkakan
pada tubuh
Dex 10% 60cc/jam Merupakan obat
yang biasa
digunakan untuk
mengganti cairan
tubuh yang hilang
karena beberapa
factor
72
Dehidrasi
3.3.3 Diagnosis Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas/hambatan upaya napas, hiperventilasi (D.0005).
2. Pefusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia (D.0009).
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi
pankreas (D.0027).
4. Hipovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
(D.0023).
3.3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan SIKI
Keperawatan (SDKI) (LSKI)
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Pemantauan respirasi
efektif berhubungan keperawatan (I.01014)
dengan penurunan selama....x24jam, maka Observasi
kemampuan pola napas membaik a. Monitor frekuensi,
bernafas / hambatan (L.01004) irama, kedalaman, dan
upaya napas, Dengan kriteria hasil : upaya napas.
hiperventilasi a. Dispnea menurun (5). b. Monitor pola napas.
b. Penggunaan otot bantu c. Monitor kemampuan
napas menurun (5). batuk efektif.
c. Pernapasan cuping d. Monitor adanya
hidung menurun (5). sumbatan jalan napas.
d. Frekuensi napas e. Palpasi kesimetrisan
membaik. (5). ekspansi paru.
e. Kedalaman napas f. Auskultasi buyi paru.
membaik (5). g. Monitor saturasi
f. Ventilasi semenit oksigen.
meningkat (5). h. Monitor nilai AGD.
i. Monitor hasil x-ray
toraks.
Terapeutik
a. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien.
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
a Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
b Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
2. Manajemen Ventilasi
Mekanik (I.01013)
Observasi
a Periksa indikasi
ventilator mekanik.
b Monitor kriteria
perlunya terhadap status
oksigen.
76
benda-benda tang
berlebihan suhunyya
(terlalu panas atau
dingin).
Edukasi
a Anjurkan penggunaan
termometer untuk
mengukur suhu air.
Kolaborasi
a Kolaborasi pemberian
analgesik.
3. Ketidakstabilan kadar setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen hiperglikemia
glukosa darah keperawatan selama (I.03115)
berhubungan dengan ….x24 jam, maka Observasi
disfungsi pankreas kestabilan glukosa darah a Identifikasi
meningkat (L.05022) kemungkinan penyebab
Dengan kriteria hasil: hiperglikemia.
a Kadar glukosa darah b Identifikasi situasi yang
membaik (5). menyebabkan kebutuhan
b Kesadaran meningkat insulin meningkat (mis.
(5). Penyakit kambuhan).
c Kadar glukosa darah c Monitor kadar glukosa
dalam urine membaik darah.
(5). d Monitor tanda dan gejala
d Berkeringat menurun hiperglikemia (mis.
(5). Poliuria, polydipsia,
e Lelah.lesu menurun poligia, kelemahan,
(5). malaise, pandangan
f Mulut kering menurun kabur, sakit kepala).
(5). e Monitor intake dan
g Rasa haus menurun output cairan.
(5). f Monitor keton urin,
h Jumlah urine membaik kadar analisa gas darah,
(5). elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi
nadi.
Terapeutik
a Berikan asupan cairan
oral.
b Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetao ada
atau memburuk.
c Fasilitasi ambulansi jika
ada hipotensi ortostatik.
Edukasi
a Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
b Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri.
c Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga.
d Anjarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
79
keton urin.
e Anjarkan pengelolaan
diabetes (mis.
Penggunan insulin, obat
oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan).
Kolaborasi
a Kolaborasi pemberian
insulin.
b Kolaborasi pemberian
cairan IV.
c Kolaborasi pemberian
kalium.
4. Hypovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen hipovolemia
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 (I.03116)
kegagalan jam, maka status cairan Observasi
mekanisme regulasi membaik (L.03028) a Periksa tanda dan gejala
Dengan kriteria hasil: hypovolemia.
a Frekuensi nadi b Monitor intake dan
membaik (5) output cairan.
b Tekanan darah Terapeutik
membaik (5). a Hitung kebutuhan cairan.
c Tekanan nadi b Berikan posisi modified
membaik (5). Trendelenburg.
d Membran mukosa c Berikan asupan cairan
membaik (5) oral.
e Turgor kulit Edukasi
meningkat (5). a Anjurkan
f Dispnea menurun (5). memperbanyak asupan
g Berat badan membaik cairan oral.
(5). b Anjurkan menghindari
h Perasaan lemah perubahan posisi
menurun (5). mendadak
i Suara napas tambahan Kolaborasi
menurun (5). a Kolaborasi pemberian
j Intake cairan membaik cairan IV isotonis.
(5). b Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis.
c Kolaborasi pemberian
cairan koloid.
d Kolaborasi pemberian
produk darah.
2. Pemantauan cairan (I.02056)
Observasi
a Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi.
b Monitor frekuensi napas.
c Monitor tekanan darah.
d Monitor berat badan.
e Monitor waktu pengisian
kapiler.
f Monitor elastisitas atau
turgor kulit.
g Monitor jumlah, warna,
dan berat jenis urine.
h Monitor kadar albumin
80
tromboemboli vena.
Terapeutik
a Menghindari pemakaian benda-benda tang
berlebihan suhunyya (terlalu panas atau
dingin).
Edukasi
a Menganjurkan penggunaan termometer untuk
mengukur suhu air.
Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi pemberian analgesik.
Ketidakstabilan 1. Manajemen hiperglikemia (I.03115) S : Pasien mengatakan sudak tidak merasa pusing Kelompok 5
kadar glokusa Observasi
darah a Mengidentifikasi kemungkinan penyebab O : Kadar glukosa darah membaik, kesadaran
berhubungan hiperglikemia. meningkat, kadar glukosa darah dalam urine
dengan b Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan membaik, berkeringat menurun, lelah.lesu
disfungsi kebutuhan insulin meningkat (mis. Penyakit menurun, mulut kering menurun, rasa haus
pankreas kambuhan). menurun, jumlah urine membaik.
c Memonitor kadar glukosa darah.
d Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia A : Tujuan tercapai
(mis. Poliuria, polydipsia, poligia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit kepala). P : Intervensi dihentikan
e Memonitor intake dan output cairan.
f Memonitor keton urin, kadar analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi.
Terapeutik
a Memberikan asupan cairan oral.
b Melakukan konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia tetao ada atau
memburuk.
c Memfasilitasi ambulansi jika ada hipotensi
ortostatik.
Edukasi
a Menganjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl.
b Menganjurkan monitor kadar glukosa darah
85
secara mandiri.
c Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga.
d Menganjurkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin.
e Menganjurkan pengelolaan diabetes (mis.
Penggunan insulin, obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan).
Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi pemberian insulin.
b. Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV.
c. Melakukan kolaborasi pemberian kalium.
Hypovolemia 1. Manajemen hipovolemia (I.03116) S : Pasien mengatakan sudah tidak lemas dan Kelompok 5
berhubungan Observasi tidak merasa haus
dengan a Memeriksa tanda dan gejala hypovolemia.
kegagalan b Memonitor intake dan output cairan. O : Frekuensi nadi membaik, Tekanan darah
mekanisme Terapeutik membaik, Tekanan nadi membaik, Membran
regulasi a Meghitung kebutuhan cairan. mukosa membaik, Turgor kulit meningkat,
b Memberikan posisi modified Trendelenburg. Dispnea menurun, Perasaan lemah menurun,
c Memberikan asupan cairan oral. Intake cairan membaik.
Edukasi Dengan hasil TTV :
a Menganjurkan memperbanyak asupan cairan Tekanan Darah : 120/80 mmHg
oral. Nadi : 90x / menit
b Menganjurkan menghindari perubahan posisi Respirasi : 20x/menit
mendadak Suhu : 36,5oC
Kolaborasi
a Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV A : Tujuan tercapai
isotonis.
b Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV P : Intervensi dihentikan
hipotonis.
c Melakukan kolaborasi pemberian cairan
koloid.
d Melakukan kolaborasi pemberian produk
darah.
2. Pemantauan cairan (I.02056)
86
Observasi
a Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi.
b Memonitor frekuensi napas.
c Memonitor tekanan darah.
d Memonitor berat badan.
e Memonitor waktu pengisian kapiler.
f Memonitor elastisitas atau turgor kulit.
g Memonitor jumlah, warna, dan berat jenis
urine.
h Memonitor kadar albumin dan protein total.
i Memonitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematokrit, natrium,
kalium, BUN).
j Memonitor intake dan output cairan.
k Memonitor tanda-tanda hipovolemia.
l Mengidentifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan.
Terapeutik
a Mengatur interval waktu pemantauan sesuai
denga kondisi pasien.
b Mendokumentasi hasil pemantauan.
Edukasi
a Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
b Menginformasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada KAD adalah asuhan keperawatan yang
diberikan kepada penderita Ketoasidosis Diabetik (KAD) yaitu kondisi
kegawatdaruratan atau akut DM tipe I yang disebabkan oleh meningkatnya
keasaman tubuh pada benda-benda ‘keton’ akibat kekurangan atau defisiansi
insulin, dengan munculnya karakteristik seperti hiperglikemia, asidosis, dan
keton akibat kekurangan insulin dalam tubuh. Penyebab terjadinya KAD bisa
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya infeksi, stress fisik dan emosional,
menolak terapi insulin, ketidakpatuhan, pengobatan, infark miokardium, dan
kehamilan. Jika tidak ditangani maka akan menyebabkan beberapa
komplikasi seperti nefrotik diabetic, kebutaan, neuropati diabetic, kelainan
jantung, hipoglikemia dan hipokalemia, hipertensi, edema serebri, dan lain-
lain. Berikut diagnose keperawatan yang terjadi pada asuhan keperawatan
pada KAD yaitu pola nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif,
ketidakstabilan kadar glukosa darah, dan hypovolemia.
4.2 Saran
Adapun saran yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Setelah membaca makalah diharapkan pembaca dapat menerapkan
asuhan keperawatan pada KAD ini dalam praktik keperawatan sehari-
hari
2. Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang
lebih dan selalu berkoordinasi dengan tim Kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan
ketoasidosis diabetic (KAD) dan melakukan perawatan sesuai dengan
standard operasional prosedur.
87
DAFTAR PUSTAKA
Long, B., Willis, G. C., Lentz, S., Koyfman, A., & Gottlieb, M. (2020).
Evaluation and Management of the Critically Ill Adult With Diabetic
Ketoacidosis. Journal of Emergency Medicine, 59(3), 371–383.
88
89
Sukaesih, N.S. & Sopiah, P. (2018). Modul Praktikum Anatomi dan Fisiologi.
Sumedang: Universitas Pendidikan Indonesia.
Yati, N. P., & Tridjaja, B. (2017). Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serbri pada
Diabetes Melitus Tipe-1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.