OLEH:
NUNING PRATIWIE
(2021-01-14901-048)
PEMBIMBING PRAKTIK
1.1.3 Etiologi
Etiologi cedera otak menurut Amin & Hardhi, (2013) yaitu:
1.1.3.1 Cedera akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang
tidak bergerak
1.1.3.2 Cedera deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek
diam, seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala
membentur kaca depan mobil
1.1.3.3 Cedera akselerasi-deselerasi sering terjadi dalam kasus kecelakaan
kendaraan bermotor dan episode kekerasan fisik
1.1.3.4 Cedera coup-countre coup terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan
otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang
tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur
1.1.3.5 Cedera rotasional terjadi jika pukulan menyebabkan otak berputar dalam
rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya neuron
dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang memfiksasi
otak
dengan bagian dalam rongga tengkorak
1.1.4 Klasifikasi
Cedera otak dapat dibagi menjadi 3 menurut Prasetyo, (2016) yaitu :
1.1.4.1 Cedera Otak Ringan
Glaslow Coma Scale > 12, tidak ada kelainan dalam CT-Scan, tiada lesi
operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Trauma otak ringan atau cedera
otak ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa
menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera otak ringan adalah trauma kepala dengan
GCS : 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri
kepala, hematoma, laserasi dan abrasi. Cedera otak ringan adalah cedera otak
karena tekanan atau terkena benda tumpul. Cedera otak ringan adalah cedera otak
tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara.
1.1.4.2 Cedera Otak Sedang
Glaslow Coma Scale 9-12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-Scan
dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Pasien mungkin bingung atau somnolen
namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana (GCS 9-13).
1.1.4.3 Cedera Otak Berat
Glaslow Coma Scale < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit.
Hampir 100% cedera otak berat dan 66% cedera otak sedang menyebabkan cacat
yang permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer sering kali
disertai cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang
menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan. Penelitian pada penderita cedera
otak secara klinis dan eksperimental menunjukan bahwa pada cedera otak berat
dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan
serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi asidosis otak.
1.1.5 Patofisiologi
Cidera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul seperti terjatuh,
dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang dapat mengenai kepala dan otak
sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada funsi otak dan seluruh sistem
dalam tubuh. Bila trauma mengenai ekstra kranial akan dapat menyebabkan
adanya leserasi pada kulit kepala dan pembuluh darah sehingga terjadi
perdarahan. Apabila perdarahan yang terjadi terus– menerus dapat menyebabkan
terganggunya aliran
darah sehingga terjadi hipoksia. Akibat hipoksia ini otak mengalami edema
serebri dan peningkatan volume darah di otak sehingga tekanan intra kranial akan
meningkat. Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan fraktur
yang dapat menyebabkan desakan pada otak dan perdarahan pada otak, kondisi ini
dapat menyebabkan cidera intra kranial sehingga dapat meningkatkan tekanan
intra kranial, dampak peningkatan tekanan intra kranial antaralain terjadi
kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial
terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas.
Pretyana D A, (2017)
Kecelakaan/Terjatuh Trauma Primer Trauma Benda Tumpul
WOC COR
Cedera Otak Ringan ( COR )
B1 B2 B3 B5 B6
Benturan Kepala Trauma Tertutup Trauma Tertutup Trauma Kepala Gangguan Saraf
Motorik
Penurunan Kesadaran Benturan Tulang Hematoma Penekanan Pada Saraf
Sesaat (Pingsan ) Tengkorak Dan Otak Nervus X (Vagus) Penurunan Koordinasi
Gerak Ekstremitas
Merangsang Saraf
Sistem Respirasi Gangguan Aliran Nyeri Refleks Muntah
Menurun Darah Kelemahan
Nyeri Kepala Anoreksia
Perubahan Pola Resiko Penurunan MK : Intoleransi
Napas O2 Ke Otak Aktivitas
MK :Nyeri Akut MK : Risiko Defisit
Nutrisi
MK : Risiko
MK : Pola Napas
Perfusi Serebral
Tidak Efektif
Tidak Efektif
1.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda gejala pada pasien dengan cedera otak ringan menurut Wijaya dan
Putri (2013), adalah :
1.1.6.1 Pingsan tidak lebih dari sepuluh menit
1.1.6.2 Setelah sadar timbul nyeri
1.1.6.3 Pusing
1.1.6.4 Muntah
1.1.6.5 GCS : 13-15 (kesadaran penuh)
1.1.6.6 Tidak terdapat kelainan neurologis
1.1.6.7 Kesulitan berkonsentrasi
1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Perdarahan intra kranial
1. Hematoma epidural Hemtoma epidural merupakan suatu akibat serius
dari cedera kepala. Hematoma epidural paling sering terjadi pada
daerah peritotemporal akibat robekan arterio meningea media.
Pengobatan secara dini dapat mengurangi defisit neurologik.
2. Hematoma subdural Hematoma epidural pada umumnya berasal dari
arteria, hematoma subdural berasal dari vena yang ruptur yang terjadi
di ruang subdural.
1.1.7.2 Kebocoran cairan serebrospinal
Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen yang terjadi pada
2- 6% pasien dengan cedera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti
spontan dengan elevasi kepala setelah beberapa hari. Drainase lumbal
dapat mempercepat proses ini. Walaupun pasien memiliki resiko
meningitis yang meningkat (biasanya pneumokok). Otorea atau rinorea
cairan serebrospinal yang menetap atau meningitis yang berulang
merupakan indikasi operasi reparatif.
1.1.7.3 Epidural hematoma (EDH)
Adalah berkumpulnya darah di dalam ruang epidural di antara tengkorak
dan dura meter. Keadaan ini sering di akibatkan karena terjadi fraktur
tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal tengah terputus atau
rusak (laserasi) dimana arteri ini berada diantara dura meter dan tengkorak
daerah
inferior menuju bagian tipis tulang temporal dan terjadi hemoragik
sehingga menyebabkan penekanan pada otak.
RS
RM........ /ASKEP....../2018
Tanggal : / / Pukul : . WIB
A. Data Umum
Nama : Tn. U
DOKUMEN ASUHAN KEPERAWATAN Tgl. Lahir : 14-12-1991 (L)
GAWAT DARURAT TERINTEGRASI No.RM : 05.97.87
Penderita/ Rujukan
(☑ ) Datang sendiri, diantar oleh : Keluarga
( ) Dikirim dari puskesmas/ RB/RS…...................................................................Dengan pengantar dari paramedis / bidan/ perawat/ dokter
( ) Dikirim oleh polisi............................................................................................Dengan/ tidak disertai permintaan visum Et Repertum
B. Kesehatan Umum Riwayat Alergi : Riwayat Alergi:
Keluhan saat MRS / mekanisme kejadian : (☑) tidak
Pasien mengeluh nyeri kepala P : Nyeri kepala akibat terbentur dilantai, Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : Kepala ( ) Ya: jenis alergi:
bagian belakang, S : Nyeri sedang (5) dan T : Nyeri hilang timbul ( ) Obat, jelaskan
Riwayat Penyakit / Pengobatan : ( ) Makanan, jelaskan
Pada tanggal 17 Maret 2022 pukul 18.27 WIB pasien datang ke IGD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya diantar
oleh keluarga dengan keluhan pasien terpleset kepala membentur lantai dan klien sempat tidak sadarkan diri (pingsan),
lalu oleh keluarga segera membawa pasien ke IGD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya sesampai di IGD pasien sudah ( ) lain-lain, jelaskan
sadarkan diri serta mengatakan badanya terasa lemas dan dilakukan tindakan. Pasien mwengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit apapun dan tidak pernah melakukan pengobatan apapun sebelumnya.
C. Data Khusus
Prioritas Triage: □ Biru □ Merah ☑ Kuning □ Hijau □ Putih □ Hitam
(Prioritas 1) (Prioritas 2) (Prioritas 3) (Prioritas 4) (Prioritas 5) (Prioritas 0)
JALAN NAPAS
PERNAPASAN SIRKULASI KETIDAKMAMPUAN KETERPAPARAN
(AIRWAY)
(BREATHING) (CIRCULATION) (DISABILITY) (EXPOSURE)
☑ Bebas ☑ Spontan
□ Gargling Nadi : ☑Kuat □ Lemah Respon : Jejas : □ Tidak
□ Tachipneu ☑Sadar □ Nyeri □ Verbal ☑ Ya:
D. PRIMARY
- Extremitas : Kemampuan pergerakan sendi sedikit terbatas, kekuatan otot ekstremitas atas
5/5, kekuatan otot ekstremitas bawah 5/5
- Lainnya : Pasien tampak lemas, pasien tampak meringis dan pasien tampak memegang
area yang nyeri Hasil Laboratorium : (11-03-2022)
Hb : 14,1 g/dl
WBC : 9,99 (10^3uL)
PLT : 231 (10^3uL)
HCT : 42,3 (10^3uL)
Na : 136 mmol/l
Kalium : 4 mmol/l
Calcium : 1,10 mmol/l
HbsAg : Negatif
GDS : 87 mg/dl
Ureum : 32 mg/dl
Creatinin 0,74 mg/dl
Hasil EKG :
Hasil CT Scan :
Konsultasi Spesialis :
NRS
DIAGNOSA MEDIS :
WBS
Cedera Otak Ringan (COR)
KONDISI PSIKOLOGI
Masalah perkawinan : ☑ tidak ada □ ada : Cerai / istri baru / simpanan / lain-lain : ........................................................................
Mengalami kekerasan fisik : ☑ tidak ada □ ada Mencederai diri / orang lain : □ pernah ☑ tidak pernah
Trauma dalam kehidupan : ☑ tidak ada □ ada Jelaskan : .......................................................................................................................
Gangguan tidur : ☑ tidak ada □ ada
Konsultasi dengan
psikologi/psikiater : ☑ tidak ada □ ada
Kebiasaan □ Merokok □ Alkohol □ Lainnya : ............. Jenis dan jumlah per hari : ...................................
Agama □ Hindu ☑ Islam □ Budha □ Kristen □ Katolik □ Kong Hu Cu □ Lain2
Perlu Rohaniwan □ Ya □ Tidak, Jelaskan
SKOR TOTAL : ( ) Mandiri (20), (☑) Ketergantungan ringan (12-19), ( ) Ketergantungan sedang (9-11), ( ) Ketergantungan berat (5-
( ) Ketergantungan total (0-4)
1. Keefektifan bersihan jalan napas b.d. obstruksi trakeobronkial, adanya □ Lakukan manuver jaw trust, head thilt dan chin lift.
benda asing pada jalan napas, sekret tertahan di saluran napas. □ Keluarkan benda asing, lakukan suction, needle cricothyroidectomy.
2. Resiko aspirasi b.d. trauma wajah, mulut atau leher, penurunan tingkat □ Pasang OPA, NPA, ETT, stabilisasi cervical (collar brace).
kesadaran, peningkatan tekanan intragastrik. □ Berikan bantuan napas buatan, ventilasi mekanik, ventilasi dengan
3. Ketidakefektifan pola napas b.d. nyeri, cedera pada spinal, kelelahan ventilator.
otot pernapasan, kerusakan otot rangka. □ Berikan O2 sesuai kebutuhan melalui nasal canula, masker.
4. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan kapasitas darah membawa □ Monitor SaO2.
oksigen,ketidakseimbangan membran pertukaran kapiler dan alveolus. ☑ Monitor tanda-tanda vital secara periodik.
5. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kekuatan jantung dalam □ Monitor tingkat kesadaran secara periodik.
melawan kontraksi otot jantung, menurunnya keluaran jantung, □ Monitor EKG.
penurunan isi sekuncup yang disebabkan oleh masalah elektrofisiologis. ☑ Pasang infus, sampel darah, cek AGD.
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan (cerebral, cardiopulmonar, renal, □ Hentikan perdarahan, KIE banyak minum.
gastrointestinal, periferal) b.d. penurunan pertukaran sel, hipovolemia, □ Berikan posisi semiflower.
penurunan aliran darah arteri. □ Berikan posisi head up 30º
7. Kekurangan / resiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan volume □ Pasang dower cateter untuk monitor cairan keluar.
cairan aktif, kerusakan mekanisme regulasi. ☑ Berikan cairan intravena, cairan koloid, darah atau produk darah,
8. Kelebihan volume cairan b.d. mekanisme regulasi yang terganggu. ekspander plasma.
9. Diare b.d. penyalahgunaan laxatif, proses infeksi, malabsorpsi. □ Kaji turgor kulit dan membran mukosa mulut.
10. Retensi urin b.d. obstruksi traktus urinarius, gangguan neurovaskular, □ Awasi tetesan cairan, berikan cairan sesuai kebutuhan.
trauma, hipertofi blader prostat. □ Pasang NGT
11. Nyeri akut, kronis b.d. spasme otot dan jaringan, trauma jaringan, □ Kumbah Lambung
ketidakmampuan fisik kronik, agen pencedera fisik. ☑ Atasi nyeri, delegatif pemberian analgetika, teknik distraksi, relaksasi.
12. Hipertermia b.d. dehidrasi, peningkatan kecepatan metabolisme, □ Lakukan perawatan luka dengan teknik septik aseptik.
trauma, proses perjalanan penyakit. □ Berikan kompres hangat.
13. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan muskuloskletal dan □ Berikan posisi semiflower bila tidak ada kontraindikasi.
neuromuskular, kehilangan integritas struktur tulang, penurunan □ Delegatif pemberian antipiretik.
kekuatan dan ketahanan tubuh. □ Monitor intake dan output cairan.
14. Pk Anemia. □ Pasang spalk, lakukan imobilisasi.
15. Konstipasi b.d. diet, asupan cairan, tingkat aktivitas, kebiasaan defekasi. □ Kaji tanda-tanda kompartemen pada daerah distal dari fraktur.
16. Resiko jatuh b.d. penyakit, gangguan keseimbangan, penurunan status □ Pastikan pengaman terpasang dan rem tempat tidur terkunci dengan baik.
mental, penggunaan obat, penggunaan alkohol. □ Pasang gelang kuning pada pasien sebagai penanda pasien perlu
17. Resiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan agresif. pengawasan.
□ Lakukan pengikatan pasien, kolaborasi obat penenang.
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
NAMA
TENAGA KESEHATAN
TERANG/
TANGGAL PUKUL H. IMPLEMENTASI TENAGA KESEHATAN (PERAWAT, DOKTER,
TANDA
AHLI GIZI DLL)
TANGAN
Senin, 22 Maret 07.20 WIB 1. Mengontrol tanda-tanda vital secara periodik
2022 2. Pasang infus (NaCL 0,9% 20 tpm) dan sample darah
(pemeriksaan hematologi)
3. Berikan cairan intravena (Inj. Ranitidine dan Inj. Ketorolak) Perawat
4. Atasi nyeri, pemberian analgetik (Inj. Ketorolak), dan
teknik relaksasi (nafas dalam).
Nuning Pratiwie
TENAGA KESEHATAN
I. EVALUASI TENAGA KESEHATAN NAMATERANG/
TANGGAL PUKUL (PERAWAT, DOKTER,
(S.O.A.P) AHLI GIZI DLL)
TANDATANGAN
Senin, 22 Maret 08.30 WIB S : Pasien mengeluh nyeri kepala sudah berkurang
2022 P : Nyeri kepala akibat terbentur dilantai
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Kepala bagian belakang
S : Nyeri ringan (3)
T : Nyeri hilang timbul
O:
- Pasien tampak lemas
- Nyeri tampak sudah berkurang setelah di berikan
injeksi ketorolak
- Pasien tampak melakukan teknik relaksasi
- Pasien tampak rileks Perawat Nuning Pratiwie
- TTV :
TD = 126/70 mmHg
N = 99x/menit
RR = 20x/menit
S = 36oC
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
J. INFORMASI PEMINDAHAN RUANGAN / PEMULANGAN PASIEN
INFORMASI √ KETERANGAN
MRS Di Ruang : ROE
□ Foto Rontgen : .............................................. □ Laboratorium : ........ lembar □ EKG...........lembar
□ Obat-obatan :
Dipulangkan □ KIE □ Obat pulang □ Foto Rontgen □ Laboratorium □ Kontrol Poliklinik
Pulang Paksa □ KIE □ Tanda tangan pernyataan pulang paksa
Meninggal Dinyatakan meninggal pk. . WIB□ Surat keterangan meninggal
Minggat Dinyatakan minggat pk. . WIB □ Lapor Satpam □ Lapor MOD
□ Lapor Supervisi □ Lapor Humas
(Nuning Pratiwie)
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing
Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical
surgical Nursing. Mosby: ELSIVER.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.