Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOFT TISSUE TUMOR


(STT) DI RUANG IRNA 3 RSUD TRIPAT, GERUNG, LOMBOK TIMUR.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2A
1.Dandi Azmi
2.Fiza Anggraini
3.M suwandi Yusuf

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal”. Penyusunan laporan pendahuluan ini disusun
untuk memenuhi tugas Pengalaman Belajar Praktik (PBP).
Dalam pembuatan laporan pendahuluan ini penulis banyak menghadapi masalah dan
hambatan. Tetapi, berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak maka hasil
laporan pendahuluan ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Kepala Prodi S1 Keperawatan Bapak Supriyadi.,S.Kep.Ners.M.Kep.
2. Kepada Dosen Pembimbing Akademik Ibu Hapipah
3. Kepada Pembimbing dari Puskesmas Bapak KTU M.Bukhri.,S.Kep.Ns.
4. Kepada Pembimbing dari Puskesmas Bapak Ns. H.Sri Wibawa
Meskipun telah berusaha menyelesaikan penyusunan hasil studi kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Sof tissue tumor” ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa
karya penyusunan hasil studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan sof tissue tumor”
ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
Ibu dan Bapak pembimbing, guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan penyusunan hasil studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan sof tisse
tumor” ini.

Mataram, 19 Januari 2023

Penyusun

ii
COVER..................... ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
LAPORAN PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Anatomi dan Fisiologi Sel............................................................... 1
B. Definisi Soft Tisuue Tumor.............................................................. 4
C. Epidemiologi Soft Tisuue Tumor..................................................... 4
D. Etiologi Soft Tisuue Tumor ............................................................. 5
E. Klasifikasi Soft Tisuue Tumor ......................................................... 6
F. Manifestasi Klinis Soft Tisuue Tumor ............................................. 7
G. Patofisiologi Soft Tisuue Tumor...................................................... 7
H. Pemeriksaan Penunjang Soft Tisuue Tumor .................................... 7
I. Penatalaksanaan Soft Tisuue Tumor ................................................. 8
J. Clinical Pathway .............................................................................. 11
K. Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................... 12
1. Pengkajian/Assesment ................................................................. 12
2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 13
3. Intervensi Keperawatan............................................................... 14
4. Discharge Planning .................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18

iii
A. Anatomi Fisiologi

a. Pengertian Sel

Sel adalah satu unit dasar dari tubuh manusia dimana setiap organ merupakan
gregasi/ penyatuan dari berbagai macam sel yang di persatukan satu sama lain oleh
sokongan struktur struktur instraselluler. Setiap jenis sel dikhususkan untuk
melakukan suatu fungsi tertentu. Sel mengandung struktur fisik yang sangat
terorganisasi yang dinamakan organel. Struktur penting dalam fungsi sel sebagai
unsur-unsur kimia. Organel sel yng penting adalah membrane sel, plasma sel, inti sel
(nucleus), inti dari inti sel (nucleolus), dan kromatin. Di dalam sel terdapat tiga
komponen utama yaitu membrane sel, plasma sel (sitoplasma) dan mitokondria
(Subagiartha, 2018).
1. Membrane sel

Membrane sel merupakan struktur elastis yang sangat tipis, yaitu 7,5 –
10 nm. Hamper seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus yang merupakan
gabungan protein dan lemak, merupakan tempat lewatnya berbagai zat yang
1
keluar dan masuk sel. Membrane ini bertugas untuk mengatur hidupnya sel
dan menerima segala bentuk rangsangan. Fungsi membrane sel:

2
a) Komunikasi antar-sel dengan sel lain: adanya transmitter, enzim-enzim,
nutrient, dan antibody dalam cairan ekstra sel memungkinkan adanya
hubungan antar-sel.
b) Merangsang dan mengakibatkan potensial aksi serta banyak reseptor yang
dapat mengenali messenger kimia. Cairan intrasel memiliki muatan
kation kalium (K+ ) anion PO4, dan asam amino. Cairan ekstrasel
memiliki kation utama natrium (Na+ ) dan anion utama klorida (Cl- )
c) Permeabilitas selektif sebagai filter yang selektif dan alat transport aktif
nutrient dan pengeluaran (Sjamsuhidajat, 2010).
2. Plasma

Plasma (sitoplasma) berupa carina kol oil encer yang mengisi ruang di
antara nucleus dan membrane sel berisi 80-90% air dan mengandung berbagai
zat yang terlarut di dalamnya (Sjamsuhidajat, 2010).
3. Inti Sel

Inti sel (nucleus) sebagai pusat pengawasan sel berfungsi mengawasi


reaksi kimia yang terjadi dalam sel dan reproduksi sel (Sjamsuhidajat, 2010).
4. Nukleolus

Nukleolus adalah suatu struktur protein sederhana yang mengandung


ARN dalam jumlah yang besar. Nucleolus akan membesar bila sel secara aktif
menyintesis protein. Gen-gen dari suatu pasangan kromosom menyintesis
ribonukleat kemudian menyimpannya dalam nucleolus dimulai dengan fibril
ARN membentuk ribosom granular. ARN memegang peranan penting untuk
pembentukan protein (Sjamsuhidajat, 2010).
5. Kromatin

Kromatin adalah jalinan benang-benang halus dalam plasma inti. Benang


ini terpilin longgar diselaputi oleh protein. Sel mengalami pembelahan,
3
kromatin memendek dan membesar yang disebut kromosom. Kromosom

4
terdiri dari serat-serat (fibril) halus yang terbentuk oleh dua macam molekul
(AND dan histon) (Sjamsuhidajat, 2010).
b. Fisiologi Sel

Semua sel mempunyai karakteristik dasar tertentu yang mirip satu sama lain.
Dalam seluruh sel, oksigen bergabung dengan hasil pemecahan karbohidrat, lemak,
dan protein untuk melepaskan energy yang dibutuhkan sebagai fungsi sel. Semua sel
juga membawa hasil akhir dari reaksi kimianya kedalam cairan yang
mengelilinginya. (Sjamsuhidajat, 2010).
c. Pembelahan Sel

Pembelahan sel (reproduksi sel) berhubungan dengan keperluan pertumbuhan


dan penggantian di dalam jaringan. Pembelahn sel bertalian dengan kebutuhan
penggantian di dalam jaringan. Ada tiga macam populasi sel yaitu :
1. Populasi sel bersifat statis, tidak mengalami sintesis DNA dan pembelahan.

2. Populasi sel berkembang, sebagian kecil sel mengalami sintesis DNA dan
pembelahan sel memungkinkan pertumbuhan.
3. Populasi sel dengan masa hidup tertentu, dalam populasi ini harus ada
pembelahan sel secara terus menerus untuk mengganti sel yang mati
(Sjamsuhidajat,2010).
d. Abnormal Sel

Sel abnormal adalah sel yang tumbuh berlebih, tidak terkordinasi dengan
jaringan normal dan tumbuh terusmenerus meskipun rangsangan yang menimbulkan
telah hilang. Sel abnormal mengalami transformasi, oleh karena itu mereka terus-
menerus membelah. Pada Sel abnormal, proliferasi berlangsung terus. Proliferasi
yang bersifat progresif, tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,
tidak ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic. Sel abnormal
bersifat otonomi karena ukuranya meningkat terus. Proliferasi sel abnormal
5
menimbulkan massa sel abnormal, menimbulkan benjolan pada jaringan tubuh
membentuk tumor. (Sjamsuhidajat,2010) Klasifikasi atas dasar sifat biologi tumor:

6
1. Tumor jinak (Benigna)

Tumor jinak tumbuh lambat dan bisanya mempunyai kapsul. Tidak tumbuh
infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak
sebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat disembuhkan
dengan sempurna kecuali yang terletak di tempat yang sangat penting.
2. Tumor ganas (Maligna)

Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif dan merusak jaringan
sekitar. Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limpe
atau aliran darah dan sering menimbulkan kematian (Syaifuddin, 2008).

B. Definisi

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti
kanker (M. Clevo, 2012). Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang
biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggonta gerak,
badan atau reptroperitoneum (Toy et al, 2011). Soft tissue tumor dapat terjadi di
mana saja di tubuh Anda, tetapi jenis yang paling umum terjadi di lengan dan kaki,
dan di perut (Mayo Clinic, 2018). Soft tissue tumor termasuk dalam kelompok
neoplasma yang dapat menyebabkan masalah tertentu dalam perawatan (Katemkamp,
2009).

C. Epidemiologi

Berdasarkan data estimasi jumlah kasus baru dan jumah kematian akibat
kanker di RS Dharmis Jakarta tahun 2012-2013, kanker jaringan lunak termasuk 10
kasus kanker terbanyak. Sarkoma jaringan lunak merupakan 15% tumor ganas pada
7
anak-anak dan 1% tumor ganas pada dewasa (Arfiana dkk, 2016). Kejadian soft
tissue tumor relatif rendah, insidensinya hanya sekitar 1-2% dari semua kanker

8
dewasa, sedang pada anak 6.5%, namun soft tissue tumor memiliki lebih dari 70 sub
tipe histologic (Humaryanto dan Shahib, 2016).

D. Etiologi

Sejauh ini masih belum dapat dipastikan penyebab dari soft tissue tumor (STT)
akan tetapi, faktor penyebabnya tidak hanya oleh satu faktor tunggal tetapi banyak
faktor seperti faktor kelainan bawaan, faktor genetik familial, faktor stimulasi asing,
faktor rangsangan zat kimia, serta faktor adanya trauma luka atau cidera (Humaryanto
dan Shahib, 2016). Menurut Sjamsuhidayat (2010) menjelaskan bahwa penyebab
terjadinya soft tissue tumor (STT) yaitu :
1. Kondisi Genetik

Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi
untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal,
bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis. Faktor genetik dapat
menyebabkan soft tissue tumor (STT) berdasarkan dari data penelitian, diduga mutasi
genetik pada sel induk mesenkim dapat menimbulkan terjadi soft tissue tumor (STT) .
2. Radiasi dan bahan kimia

Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang


mendorong tranformasi neoplastic. Radiasi menjadi risiko terjadinya soft tissue tumor
(STT) pada klien Hodgkin sebanyak 0,9%. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya
soft tissue tumor (STT) diperkirakan sekitar 11 tahun. Bahan kimia seperti Dioxin dan
Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan soft tissue tumor (STT).
3. Infeksi

Infeksi virus Epstein-bar pada orang yang kekebalannya lemah juga merupakan
menjadi pencetus terjadinya tumor jaringan lunak. Keganasan pada jaringan lunak
dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis.
9
E. Klasifikasi

Menurut WHO (2013) klasifikasi soft tissue tumor (STT) terdiri dari beberapa
bagian yaitu, Adipocitik, fibroblastic, myofibroblastik, So – cell fibroblastic, smooth
muscle, pericytic, skeletal muscle, vascular, gastrointestinal stromal, nerve sheath,
Tumor diferensiasi yang tidak pasti dan kategori lain.
Tabel 1. Klasifikasi soft tissue tumor (STT)

No Soft Tissue Tumor Kategori


(STT)
1 Tumor Jaringan Lunak Lipoma

Liposarkoma
2 Tumor dan lesi mirip Fasilitas nodularis
tumor pada jaringan Fibromatosis
fibrosa Fibromatosisi superfisial
Fibromatosis profunda
Fibrosarkoma

3 Tumor Fibriohistiositik Histiositoma Fibrosa


Dernatofibrosarkoma Protuberans
Histiositoma Fibrosa Maligna

4 Tumor otot rangka Rabdomioma

Rabdomiosarkoma
5 Tumor otot polos Leiomyoma
Leimiosarkoma
Tumor otot polos dengan potensi keganasan jelas

10
6 Tumor vascular Hemangioma

Limfangioma

11
Hemangioperisitoma

Angiosarkoma
7 Tumor saraf perifer Neurofibroma
Schwannoma
Tumor ganas selubung saraf perifer

8 Tumor yang Tumor sel granular


histogenesisnya tidak Sarcoma sinovium
jelas Sarcoma bagian lunal alveolus

Sarcoma epiteliod
Sumber : WHO (2013)

F. Patofisiologi

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors) adalah


proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak
termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat mana
saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha,
20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher dan 30% di badan dan
retroperitoneum, parameter-parameter yang penting untuk menentukan
penatalaksanaan klinisnya adalah:
1. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.

2. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (granding) yang akurat (terutama di


dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang
didasarkan pada mitos dan perluasan nekrosis.
3. Staging

12
4. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik (M. Clevo, 2012).

13
G. Manifestasi Klinis

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila di raba terasa lunak dan bila di gerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat yang jauh. Pada tahap awal,
STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak relatif elastis, tumor
atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang
gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak (M. Clevo, 2012).

H. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang tumor jaringan lunak diantaranya dengan foto


rontgen, ultrasonografi, CT-Scan, dan MRI. (Sjamsuhidajat. 2010).
a. Pemeriksaan X-ray

X-ray untuk membantu pemhaman lebih lanjut tentang tumor jaringan lunak,
transparasi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas,
sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelas tetapi melihat
klasifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor 15 ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhambdomyosarcom, dan lainnya (Robert Priharjo, 2012).
b. Pemeriksaan USG

Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas.
Tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor mendalami sitologi aspirasi
akupunktur (Robert Priharjo, 2012).
c. Pemeriksaan CT – Scan

CT scan memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spesial karakter tumor

14
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak
dalam berapa tahun terakhir (Robert Priharjo, 2012).

15
d. Pemeriksaan MRI

Mendiagnosa tumor jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari x-ray


dan CT scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor
dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul,
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas
dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik (Robert Priharjo, 2012).
e. Pemeriksaan Histologi

1. Sitologi

Sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat dioptimalkan


untuk situasi berikut:
a. Ulserasi tumor jaringan lunak, pap smear atau metode pengempulan untuk
mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik.
b. Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segara harus dilakukan konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear.
c. Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditunjukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis
dan lesi rekuren juga berlaku.
2. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosa, dilkukan forsep biopsi.
3. Memotong biopsi: metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.

4. Biopsi Eksisi: berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis (Robert Priharjo, 2012).

16
I. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

a. Penatalaksaan Farmakologi

Penatalaksanaan pada tumor meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi.


Operasi untuk menghancurkan atau mengangkat tumor. Radioterapi merupakan suatu
cara untuk eradikasi tumor ganas yang radiosensitive dan juga sebagai
penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi dilakukan. Kemoterapi merupakan
penatalaksanaan tambahan pada tumor ganas tulang dan jaringan lunak, obat-obatan
yang dipergunakan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin,
sisplatinum. Pemberian kemoterapi biasanya dilakukan pada pra/pasca operasi
(Muttaqin. 2008).
b. Penatalaksanaan non – Farmakologi

Menurut Robert Priharjo (2012) menjelaskan bahwa penatalaksanaan untuk soft


tissue tumor (STT) yaitu :
1. Perhatikan kebersihan luka pada pasien.

2. Perawatan luka pada pasien.

3. Pemberian obat.

4. Amati ada atau tidak komplikasi atau potensial yang terjadi setelah dilakukan
operasi

17
J. Clinical Pathway

Kondisi genetik, radiasi, infeksi dan trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) di bawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya Inflamasi Terputusnya Kontinuitas Adanya Luka Post Op


Jaringan

Perubahan Fisik Menstimulasi respon nyeri Peradangan Tempat


pada kulit masuknya
mikroorganisme
Nyeri

Anatomi kulit abnormal Bercak –


bercak Resiko
Infeksi
merah
Kerusakan
Kurang Pengetahuan Integritas Kulit

18
Ansietas

Gambar 1. Pathway Soft Tissue Tumor (STT)


(Sumber : Andri, 2015)

19
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama

Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat ini.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Menjelaskan uraian kronologis sakit pasien sekarang sampai pasien dibawa


ke RS, ditambah dengan keluhan pasien saat ini yang diuraikan dalam
konsep PQRST) .
P : Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang memperberat atau
menguranginya
Q :Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauh mana
merasakannya sekarang
R: Dimana gejala terasa, apakah menyebar

S: Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 0 s/d 10

T: Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba
atau bertahap.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau


memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita pasien saat ini.
Termasuk faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengidentifikasi apakah di keluarga pasien ada riwayat penyakit turunan


atau riwayat penyakit menular.
e. Pola Aktivitas Sehari-hari

20
Membandingkan pola aktifitas keseharian pasien antara sebelum sakit dan
saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan
atau tidak. (Robert Priharjo, 2012).

21
2. Pemeriksaan Fisik:

Data Fokus

Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan teknik
yang digunakan head to toe yang diawali dengan observasi tingkat kesadaran,
keadaan umum, vital sign
Inspeksi : Lihat apakah ada asites, ada nodul, bentuk simetris, kontur kulit
lentur, tidak ada benjolan/ massa
Palpasi: Apakah ada nyeri tekan, ada massa, ada asites dan bagaimana turgor kulit.

3. Data Penunjang

Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan laboratorium yang dijalani
pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal. Pemeriksaan meliputi
pemeriksaan rontgen, biopsy dan pemeriksaan terkait lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi :
a. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

Post Operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas Jaringan
b. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan peradangan pada kulit
c. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

22
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Ansietas

23
2. Nyeri Akut

24
3. Resiko infeksi

25
f.

4. Kerusakan
Integritas Kulit

26
L. Discharge Planning

Menurut Metta (2018) Discharge planning yang dapat diberikan kepada pasien yaitu :

1. Tidak melakukan manuver yang dapat menghambat penyembuhan dengan


mengangkat beban yang berat
2. Pasien dianjurkan untuk melatih gerakan jari

3. Menjadwalkan konsul ulang untuk pemantauan hasil tindakan.

4. Informasikan pada pasien untuk makan makanan yang bergizi.

27
Daftar Pustaka

Andri., S. 2015. Korelasi Obesitas terhadap produksi Seroma Psca Masektomi


Radikal Modifikasi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Arfiana, W.,Burhanuddin, L., Fidiawati, W, A. 2016. The Distribution of Soft Tissues


Sarcoma Based On Histopathology’s Check in Pekanbaru’s Hospital Between
2009-2013. Jom Fk. Vol 3 (1).

Humaryanto dan Shahib., M., N. 2016. Pengaruh Aktivitas Siklus Sel pada Fase G2-
M Terhadap Progresivitas Sarkoma Jaringan Lunak Melalui Pengukuran
Ekspresi mRNA Gen Aurka dan Ascl2. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains. Vol 18(1)

Metta., C., P. 2018. Laporan Kasus Soft Tumor Tissue. Ilmu Bedah Orthopedic :
Universitas Prima Indonesia.

M, Clevo. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Jakarta :


Nuha Medika

Priahrjo, Robert. 2012. Pengkajian Fisik Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek.
Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II . Jakarta : EGC

Subagiartha., I., M. 2018. Tinjauan Pustaka Sel Struktur, Fungsi dan Regulasi. Bali :
Program Studi Anesthesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

28

Anda mungkin juga menyukai