A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASIDOSIS METABOLIK
DI RUANG IGD RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Di Susun Oleh:
RAHMAH PEBRIANTI
NIM: 2019.C.11a.1023
ii
KATA PENGANTAR
Rahmah Pebrianti
iii
DAFTAR ISI
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
6
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat
darurat Pada Ny.A Dengan Diagnosa Medis Asidosis Metabolik
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Keperawatan Asuhan
Keperawatan Gawat darurat Pada Ny.A Dengan Diagnosa Medis Asidosis
Metabolik Di Ruang Igd RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
4. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi Keperawatan
Gawat darurat Pada Ny.A Dengan Diagnosa Medis Asidosis Metabolik Di
Ruang Igd RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya..
5. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi Keperawatan Gawat
darurat Pada Ny.A Dengan Diagnosa Medis Asidosis Metabolik Di Ruang
Igd RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Keperawatan Gawat darurat Pada
Ny.A Dengan Diagnosa Medis Asidosis Metabolik Di Ruang Igd RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program
Studi Sarjana Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Asidosis Metabolik secara benar dan bisa melakukan keperawatan di
rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Asidosis Metabolik dan Asuhan
Keperawatannya.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan kepada pasien dengan diagnosa
7
medis Asidosis Metabolik melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan
secara komprehensif.
3. Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.2.1 Definisi Asidosis Metabolik
2.2.2 Etiologi
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam
atau bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang dapat
mengakibatkan asidosis bila di makan di anggap beracun. Contohnya adalah
methanol (alcohol kayu ) dan zat anti beku (etilenglikol). Overdosis
aspirinpun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit, salah satu diantaranya adalah diabetes tipe 1. Jika
9
diabetes tidak dikendalikan dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang di sebut keton. Asam yang berlebihan juga di
temukan pada shok stadium lanjut, dimana asam laktat di bentuk dari
metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun
bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara
normal.Kelainan fungsi ginjal ini di kenal sebagai asidosis tubulus renalis,
yang biasa terjadi pada penderita gagal ginjal atau pada penderita kelainan
yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan anaerobik, konversi dari ADP ke ATP akan menurun, ion
hydrogen akan diakumulasi sehingga mengurangi buffer dari bikarbonat. Asam
laktat akan meningkat dan laktat juga mem-buffer proton. Dalam keadaan normal,
yaitu keadaan aerobic, laktat diangkut dari perifer kehati untuk dikonversi
menjadi CO2 yang dapat dikeluarkan melalui pernapasan .Produksi asam laktat
yang berlebihan dalam keadaan syok akan diperburuk pada disfungsi hati.
Asidosis laktat dapat terjadi dengan cepat dan dapat dideteksi dengan cepat pula
dengan pemeriksaan analisas gas darah. Kadar normal dari laktat dalam serum
adalah kurang dari 1 mEq/L, dan kadar serum laktat merupakan indikasi
kuantitatif dari beratnya syok. Asidosis metabolic dapat digambarkan sebagai
10
kelebihan (ekses) bikarbonat yang dapat dihitungdari pH dan PCo2 dalam contoh
darah arteri. Base excess normal adalah 0, dan asidosis metabolik karena syok
member nilai negative.
Pada pasien trauma, beratnya syok dapat dinilai dari base excess yang dapat
dikelompokkan atas asidosis ringan bila base excess -2 sampai -5 mEq/L, asidosis
sedang bila base excess antara-5 sampai-15 mEq/L dan asidosis berat bila base
excess kurang dari -15 mEq/L.Semakin besar defisit base excess,semakin banyak
cairan dan darah yang dibutuhkan untuk resusitasi penderita trauma, dan semakin
tinggi mortalitasnya.
11
Asidosis Metabolik
12
2.2.4 Komplikasi
2.2.5 Klasifikasi
1. Asidosis diabetic
Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik disebabkan oleh produksi keton
yang berlebihan. Kondisi ini terjadi saat diabetes tidak terkontrol.
2. Asidosis laktat
Asidosis laktat disebabkan oleh produksi asam laktat yang berlebihan akibat
rendahnya kadar oksigen di dalam tubuh. Beberapa penyebabnya adalah:
- Kanker
- Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
- Gagal hati
- Gagal jantung
- Hipoglikemia dalam jangka panjang
- Sepsis
3. Asidosis hiperkloremik
Peningkatan kadar asam dalam tubuh pada kondisi ini terjadi akibat
kehilangan bikarbonat secara berlebihan dalam waktu yang lama. Asidosis
hiperkloremik biasanya disebabkan oleh gangguan saluran pencernaan dan
penyakit ginjal.
4. Asidosis tubulus renalis
13
Kondisi ini terjadi ketika ginjal tidak dapat membuang asam melalui urine
sehingga asam terkumpul di dalam darah. Hal ini biasanya terjadi bila
kerusakan ginjal disebabkan oleh penyakit autoimun atau kelainan genetik.
5. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik juga meningkatkan kadar asam di dalam tubuh, tetapi
dengan mekanisme yang berbeda. Kondisi ini terjadi ketika kadar karbon
dioksida di dalam darah meningkat akibat adanya masalah di sistem
pernapasan, seperti:
- Gangguan pernapasan, seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruksi
kronis)
- Gangguan di jaringan paru, seperti fibrosis paru
- Gangguan di tulang dada yang bisa memengaruhi pernapasan,
seperti skoliosis dan kifosis
- Gangguan sistem saraf yang memengaruhi proses pernapasan,
seperti myasthenia gravis, Guillain-Barré Syndrome, dan ALS
(amyotrophic lateral sclerosis)
- Penggunaan obat-obatan yang bisa memengaruhi sistem pernapasan,
seperti penggunaan opioid atau kombinasi obat
golongan benzodiazepine dengan alkohol
- Kondisi lain yang bisa memengaruhi pernapasan,
seperti obesitas dan sleep apnea
2.2.6 Manifestasi Klinis
14
adalah sebesar 24 meq /L dan kadar normal PCO2 adalah 40 mmHg dengan kadar
ion-H sebesar 40 nanomol/L.
Peran ginjal
15
melalui penukar Na-H sedang sisanya melalui pompa H-ATPase. Ion-H
yang disekresi di tubulus proksimal akan bergabung dengan ion-HCO3 yang
difiltrasi glomerulus membentuk H2CO3, kemudian terdisosiasi menjadi
H2O dan CO2 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase dalam lumen
tubulus proksimal. Secara pasif CO2 dan H2O akan di reabsorbsi masuk ke
dalam sel tubulus proksimal yang kemudian bereaksi dengan H2O
membentuk ion-HCO3. Ion-HCO3 ini kemudian akan masuk ke dalam
sirkulasi darah oleh kontraspor Na-3HCO3 pada membran basolateral
(perivaskular). Sebagian besar (90% dari yang difiltrasi) ion-HCO3
direabsorbsi di tubulus poroksimal dan sisa 10% dibagian tebal loop dari
henle melalui penukar Na-H dan di duktus koligentes bagian medula luar.
1. Rasa lelah
2. Sesak nafas
3. Nyeri perut
4. Nyeri tulang
5. Mual/muntah
6. Efek inotropik negatip, aritmia
7. Konstriksi vena perifer
8. Dilatasi arteri perifer
9. Penurunan tekanan darah
10. Aliran darah ke hati menurun
11. Konstriksi pembuluh darah paru
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah, untuk menilai fungsi metabolik secara menyeluruh, termasuk
fungsi ginjal, kadar gula, dan elektrolit
2. Analisa gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida,
dan pH dalam darah
3. Tes urine, untuk mendeteksi keberadaan keton dan kadar asam yang
dibuang melalui urine
4. Rontgen dada, untuk mendeteksi cedera atau gangguan lain di paru-paru
16
5. Tes fungsi paru, untuk mengetahui kondisi serta fungsi paru dan saluran
pernapasan
6. Pemindaian dengan CT scan, untuk memeriksa secara detail penyakit atau
kondisi tertentu di dada yang dapat memicu asidosi
2.2.8 Penatalaksanaan Medis
Asidosis metabolik juga dapat diobati secara langsung bila terjadi asidosis
ringan, yang di perlikan hanya caira intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena ,tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan.
17
- Yakinkan kepatenan jalan napas
- Berikan alat bantu napas, OPA (Oropharyngeal airway), jika perlu
- Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak dokter dan
ahli anestesi
b. Breathing
- Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala
yang signifikan
- Kaji saturasi oksigen
- Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
- Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask, auskulasi dada
untuk mengetahui adanya infeksi di dada
- Periksa foto thorak
c. Circulation
- Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
- Monitoring tekanan darah, tekanan darah
- Periksa waktu pengisian kapiler
- Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
- Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
- Pasang kateter
- Lakukan pemeriksaan darah lengkap
- Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature
kurang
- dari 360C
- Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
- Berikanantibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
d. Disability
- Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik).
- Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
e. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
18
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
4. Pengkajian Sekunder
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
- Kesadaran GCS.
- Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak
akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
- Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat
kejang.
-
Skala Koma Glasgow
No RESPON NILAI
1 Membuka Mata :
- Spontan 4
- Terhadap rangsangan suara 3
- Terhadap nyeri 2
- Tidak ada 1
2 Verbal :
- Orientasi baik 5
- Orientasi terganggu 4
- Kata-kata tidak jelas 3
- Suara tidak jelas 2
- Tidak ada respon 1
3 Motorik :
- Mampu bergerak 6
- Melokalisasi nyeri 5
- Fleksi menarik 4
- Fleksi abnormal 3
- Ekstensi 2
19
- Tidak ada respon 1
Total 3-15
5. Sistem pencernaan
a. Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika
pasien sadar tanyakan pola makan?
b. Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
c. Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
6. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia,
gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
7. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia
atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat
pasien dari keluarga
8. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
Pasien dengan asidosis metabolik akut menunjukkan takipnea dan
hiperpnea (pernapasan kussmaul) sebagai tanda-tanda fisik yang
menonjol. Hiperventilasi juga ditemukan pada pasien asidosis metabolik.
b. B2 (Blood)
Asidemia berat (yaitu, pH <7.10) dapat mempengaruhi pasien untuk
terjadinya aritmia ventrikel yang fatal, dan dapat mengurangi
kontraktilitas jantung dan respon inotropik katekolamin, mengakibatkan
hipotensi dan gagal jantung kongestif.
c. B3 (Brain)
- Kelumpuhan saraf kranial dapat terjadi pada keracunan etilena glikol.
- Edema retina dapat dilihat pada keracunan metanol.
- Kelesuan, pingsan, dan koma dapat terjadi pada asidosis metabolic
yang berat, terutama jika dikaitkan dengan konsumsi zat beracun.
d. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan keluhan.
20
e. B5 (Bowel)
Mual, muntah, sakit perut, dan diare (terutama dalam ketoasidosis
diabetik dan uremik asidosis)
f. B6 (Bone)
Tidak ditemukan keluhan
9. Pemeriksaan penunjang
a. Gas darah arteri :
Analisa gas darah arteri
pH < 7.35
HCO3 < 22 mEq/L
PaCO2 < 38 mmHg
b. Serum HCO3 < 22 mEq/L
c. Serum elektrolit: potassium
d. EKG: disritmia
e. Serum elektrolit
f. pH urine
21
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan(D.0056)
22
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (kriteria hasil) Intervensi
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
berhubungan dengan diharapkan Ekuilibrum antara ion hydrogen Observasi
hambatan upaya napas diruang intraselular dari ekstraselular tubuh 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
meningkat. napas)
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan ( gurgling,mengi,
1. Tingkat kesadaran meningkat wheezing , ronkhi kering)
2. Mual menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Kelemahan otot menurun Terapeutik
4. Frekuensi nafas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napan dengan head-
5. Irama nafas mermbaik tilt dan chin-lift
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, bila perlu
5. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
23
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Elektrolit (I.03122)
berhubungan dengan diharapkan kondisi volume cairan Observasi
perubahan afterload intravaskuler,interstisiel, dan intraselular 1. Identifkasi kemungkinan penyebab
membaik. ketidakseimbangan elektrolit
Dengan Kriteria hasil: 2. Monitor kadar eletrolit serum
1. Kekuatan nadi meningkat 3. Monitor mual, muntah dan diare
2. Turgor kulit meningkat 4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
3. Dispnea menurun 5. Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis.
4. Suara napas tambahan menurun Kelemahan otot, interval QT memanjang,
5. Perasaan lemah menurun gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen
6. Frekuensi nadi membaik ST, gelombang U, kelelahan, parestesia,
7. Tekanan darah membaik penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas
8. Tekanan nadi membaik usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
9. Membrane mokusa membaik 6. Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis. Peka
24
10. Suhu tubuh membaik rangsang, gelisah, mual, munta, takikardia
mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar,
kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah
asistol)
7. Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa kering, hipotensi postural,
kejang, letargi, penurunan kesadaran)
8. Monitor tanda dan gejala hypernatremia (mis.
Haus, demam, mual, muntah, gelisah, peka
rangsang, membrane mukosa kering, takikardia,
hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
9. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. Peka
rangsang, tanda IChvostekI [spasme otot wajah],
tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot,
interval QT memanjang)
10. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis.
Nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan
25
otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar,
kompleks QRS lebar, interval PR memanjang)
11. Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
(mis. Depresi pernapasan, apatis, tanda Chvostek,
tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
12. Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis.
Kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi
SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kateterisasi Urine (I.04148)
berhubungan dengan diharapkan pengosongan kandung kemih yang Obseravsi
ketidakmampuan mengakses lengkap membaik. 1. Periksa kondisi pasien
toilet Dengan kriteria hasil: Terapeutik
26
1. Sensasi berkemih meningkat 1. Siapkan peralatan
2. Distensi kandung kemih menurun 2. Siapkan pasien
3. Berkemih tidak tuntas menurun 3. Pasang sarung tangan
4. Frekuensi BAK membaik 4. Bersihkan daerah perineal/preposium
5. Lakukan insersi kateter urin
6. Sambungkan kateter urin dengan urine bag
7. Isi balon dengan NaCl
8. Fikasasi selang kateter
9. Pastikan kantung urin ditempatkan lebih rendah
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemsangan kateter
urin
2. Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter
Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Diare (I.03101)
elektrolit berhubungan diharapkan asupan nutrisi untuk memenuhi Observasi
dengan diare kebutuhan metabolisme membaik. 1. Identifikasi penyebab diare
Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi pemberian makanan
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 3. Monitor warna,volum, frekuensi,dan konsistensi
2. Kekuatan otot menelan meningkat tinja
27
3. Nyeri abdomen menurun 4. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
4. Diare menurun Terapeutik
5. Frekuensi makan membaik 1. Berikan asupan cairn oral
6. Nafsu makan membaik 2. Berikan cairan intravena
7. Bising usus membaik 3. Ambil sampel darah
4. Ambil sampel feses
Edukasi
1. Anjurkan makanan prosi kecil dan sering secara
bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antimutilitas
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan diharapkan respon fisiologis terhadap aktivitas Observasi
kelemahan yang membutuhkan tenaga meningkat. 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Keluhan lelah menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Dispnea saat aktivitas menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
4. Dispnea setelah aktivitas menurun melakukan aktivitas
28
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
stimulus
2. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
29
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap
pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam
tahap implementasi keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan
kerja sama sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap implementasi keperawatan
sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas kesehatan akan
berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama
dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi
masalah yang dialami pasien (Prabowo, 2018).
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan
yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi,
tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini,
tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan
catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional,
seperti :
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan
pasien
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil
yang ada pada rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen.
30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
RS __________________________________ RM........ /ASKEP...... /2018
Tanggal : ___/___/_______Pukul : ____.____ WIB
A. Data Umum
Nama : Ny. A
DOKUMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Tgl.Lahir : 28-04-2000 P
GAWAT DARURAT TERINTEGRASI
No. RM :40.86.71
Penderita/ Rujukan
( ) Datang sendiri, diantar oleh :……………………………………………….
() Dikirim dari RSUD Kuala Kurun Dengan pengantar dari paramedis
( ) Dikirim oleh polisi :………………………………………………………… Dengan/ tidak disertai permintaan visum Et Repertum
B. Kesehatan Umum Riwayat Alergi : Riwayat Alergi:
Keluhan saat MRS / mekanisme kejadian : Pasien Mengeluh sesak napas disertai BAB ± 10x () tidak
( ) Ya: jenis alergi:
______________________
( ) Obat, jelaskan
_______________________
Riwayat Penyakit / Pengobatan : Pada tanggal 25 September 2022 SMRS pasien mengeluh sesak
napas dan sering BAB, demam,mual,muntah,lemas,nyeri perut dan dilakukan pemeriksaan diPuskemas
tumbang miri karena kondisi pasien semakin lemah kemudian pasien dirujuk ke RSUD Kuala kurun
pada hari yang sama. Di RSUD Kuala Kurun pasien sempat dirawat karena kondisi pasien yang tidak
kunjung membaik kemudian pasien kembali dirujuk pada tanggal 26 September 2022 ke RSUD dr. Doris
Slyvanus Palangka Raya untuk mendapatkan perawatan intensif & tatalaksana lebih lanjut. Saat tiba di ( ) Makanan, jelaskan
IGD dr. Doris Sylvanus Palngka Raya pukul 20.54 WIB pasien mengeluh sesak napas, BAB ± 10x ____________________
dengan konsistensi cair berwarna hitam kehijauan . Pada saat dilakukan pengkajian pasien tampak sesak,
dan lemas dengan kesadaran Composmentis. Hasil pemeriksan TTV: TD 70/50 mmHg, Nadi 85x/menit,
Respirasi 28x/menit, suhu 37◦C. Dan diberikan terapi O2 NRM 15 lpm, terpasang inf. RL 500 cc
dilengan kanan 14 tpm.
( ) lain-lain, jelaskan
_____________________
C. Data Khusus
Prioritas Triage: Biru Merah Kuning Hijau Putih Hitam
(Prioritas 1) (Prioritas 2) (Prioritas 3) (Prioritas 4) (Prioritas 5) (Prioritas 0)
JALAN NAPAS PERNAPASAN SIRKULASI KETIDAKMAMPUAN KETERPAPARAN
(AIRWAY) (BREATHING) (CIRCULATION) (DISABILITY) (EXPOSURE)
- Leher : Tidak ada pembesaran tyroid tidak ada gangguan menelan, kaji adanya
benjolan, pembesaran tyroid, peningkatan vena.
31
- Thorax : I: irama pernapasan tidak teratur
P: tidak adanya benjolan, adanya nyeri tekan
A: bunyi pernapasan kussmaul PEMERIKSAAN PENUNJANG
P : bunyi paru-paru sonor
: TD 70/50 MmHg Hasil Rontgen: 29/9/2022
I : tampak iktus cordis
P: iktus cordis teraba
A: bunyi jantung lub dub
P: Lub dub
- Cor
- Extremitas :
Hasil EKG:
Tanggal 26/9/22 pukul 21.18 WIB
Tidak terdapat oedem pada ekstremitas Sinus Tachycardi
Otherwise normal
- Lainnnya :
Konsultasi Spesialis :
NRS
32
- O2 NRM 15 lpm
- Cefriaxone 2x1 gr
- Lansoprazole 2x30 mg
- p/o Newdiatab 3x2
Nyeri
- Ondansentron 3x4 mg 0 : Tidak Nyeri 5-6 :
Sedang
- Inf. 2 jalur --Nacl 0,9% 1000 cc/24 jam
--D10% 1000cc/24jam
- SP NE 0,1 mg/40kg--- kecepatan 3cc/jam
KONDISI PSIKOLOGI
Masalah perkawinan : tidak ada □ ada : Cerai / istri baru / simpanan / lain-lain : ........................................................................
Mengalami kekerasan fisik : tidak ada □ ada Mencederai diri / orang lain : □ pernah tidak pernah
Trauma dalam kehidupan : tidak ada □ ada Jelaskan : .......................................................................................................................
Gangguan tidur : tidak ada □ ada
Konsultasi dengan
: tidak ada □ ada
psikologi/psikiater
Kebiasaan □ Merokok □ Alkohol □ Lainnya : ............. Jenis dan jumlah per hari : ...................................
33
ASSESSMEN FUNGSIONAL (Bartel Indeks)
SKOR TOTAL : ( ) Mandiri (20), ( ) Ketergantungan ringan (12-19), ( ) Ketergantungan sedang (9-11), ( ) Ketergantungan berat (5-8),
() Ketergantungan total (0-4)
Nilai : ( ) Resiko sangat tinggi (< 10) ( ) Resiko tinggi (10-14) ( ) Resiko sedang (15-18) ( ) Resiko rendah (>18)
34
□ 11 – 15 kg 3 * Bila pasien beresiko tinggi (MST 4-5) dengan penyakit DM, batu ginjal,
□ > 15 kg 4 batu ginjal/jantung, kanker, stroke, hati, HIV, TB, gangguan saluran
□ Tidak yakin 2 cerna, geriatric dan pediatric dirujuk ke ahli gizi
1. Keefektifan bersihan jalan napas b.d. obstruksi trakeobronkial, adanya □ Lakukan manuver jaw trust, head thilt dan chin lift.
benda asing pada jalan napas, sekret tertahan di saluran napas. □ Keluarkan benda asing, lakukan suction, needle cricothyroidectomy.
2. Resiko aspirasi b.d. trauma wajah, mulut atau leher, penurunan tingkat □ Pasang OPA, NPA, ETT, stabilisasi cervical (collar brace).
kesadaran, peningkatan tekanan intragastrik. □ Berikan bantuan napas buatan, ventilasi mekanik, ventilasi dengan
3. Ketidakefektifan pola napas b.d. nyeri, cedera pada spinal, kelelahan ventilator.
otot pernapasan, kerusakan otot rangka. Berikan O2 sesuai kebutuhan melalui nasal canula, masker.
4. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan kapasitas darah membawa Monitor SaO2.
oksigen,ketidakseimbangan membran pertukaran kapiler dan alveolus. Monitor tanda-tanda vital secara periodik.
5. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kekuatan jantung dalam □ Monitor tingkat kesadaran secara periodik.
melawan kontraksi otot jantung, menurunnya keluaran jantung, Monitor EKG.
penurunan isi sekuncup yang disebabkan oleh masalah elektrofisiologis. Pasang infus, sampel darah, cek AGD.
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan (cerebral, cardiopulmonar, renal, □ Hentikan perdarahan, KIE banyak minum.
gastrointestinal, periferal) b.d. penurunan pertukaran sel, hipovolemia, □ Berikan posisi semiflower.
penurunan aliran darah arteri. □ Berikan posisi head up 30º
7. Kekurangan / resiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan volume Pasang dower cateter untuk monitor cairan keluar.
cairan aktif, kerusakan mekanisme regulasi. □ Berikan cairan intravena, cairan koloid, darah atau produk darah,
8. Kelebihan volume cairan b.d. mekanisme regulasi yang terganggu. ekspander plasma.
9. Diare b.d. penyalahgunaan laxatif, proses infeksi, malabsorpsi. □ Kaji turgor kulit dan membran mukosa mulut.
10. Retensi urin b.d. obstruksi traktus urinarius, gangguan neurovaskular, □ Awasi tetesan cairan, berikan cairan sesuai kebutuhan.
trauma, hipertofi blader prostat. □ Pasang NGT
11. Nyeri akut, kronis b.d. spasme otot dan jaringan, trauma jaringan, □ Kumbah Lambung
ketidakmampuan fisik kronik. Atasi nyeri, delegatif pemberian analgetika, teknik distraksi, relaksasi.
12. Hipertermia b.d. dehidrasi, peningkatan kecepatan metabolisme, □ Lakukan perawatan luka dengan teknik septik aseptik.
trauma, proses perjalanan penyakit. □ Berikan kompres hangat.
13. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan muskuloskletal dan □ Berikan posisi semiflower bila tidak ada kontraindikasi.
neuromuskular, kehilangan integritas struktur tulang, penurunan □ Delegatif pemberian antipiretik.
kekuatan dan ketahanan tubuh. □ Monitor intake dan output cairan.
14. Pk Anemia. □ Pasang spalk, lakukan imobilisasi.
15. Konstipasi b.d. diet, asupan cairan, tingkat aktivitas, kebiasaan defekasi. □ Kaji tanda-tanda kompartemen pada daerah distal dari fraktur.
16. Resiko jatuh b.d. penyakit, gangguan keseimbangan, penurunan status □ Pastikan pengaman terpasang dan rem tempat tidur terkunci dengan baik.
mental, penggunaan obat, penggunaan alkohol. □ Pasang gelang kuning pada pasien sebagai penanda pasien perlu
17. Resiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan agresif. pengawasan.
18. Gaduh gelisah b.d. penyakitnya. □ Lakukan pengikatan pasien, kolaborasi obat penenang.
19. Pola Napas Tidak Efektif b/d Hambatan Upaya Napas □ Memonitor pola napas
20. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload □ Mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
. □ Memonitor diare
□ Memonitor tanda dan gejala hypernatremia
Mengawasi tetesan cairan
Mengawasi tetesan cairan
Mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
35
DAN DATA PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: Inspirasi tidak Pola Napas Tidak
Pasien mengatakan sesak memberikan ventilasi Efektif b/d
napas adekuat Hambatan Upaya
DO: Napas (D.0005)
- Dispnea
Peningkatan asam
- Pola napas abnormal
- Irama napas tidak
teratur
Hiperventilasi
- Bunyi napas kussmaul
- O2 NRM 15 lpm
TTV Dispnea (sesak napas)
- TD 70/50 mmHg
- Nadi 85x/menit
Pola napas tidak efektif
- RR 28x/menit
- Suhu 37◦C
Hasil Lab
- HCO3 5,3 mmol/l
- SaO2 89%
36
(+) Nyeri ulu hati Penurunan Curah Jantung
- Bising usus 6-37
x/menit
TTV
- TD 70/50 mmHg
- Nadi 85x/menit
- RR 28x/menit
- Suhu 37◦C
Hasil Lab
- Ureum 70 mg/dl
- Ureatinin 1,97 mg/dl
PRIORITAS MASALAH
1. Pola Napas Tidak Efektif b/d Hambatan Upaya Napas (D.0005) ditandai
37
dengan Pasien mengatakan sesak napas. Pasien tampak dispnea, pola napas
abnormal, irama napas tidak teratur, bunyi napas kussmaul, O2 NRM 15 lpm
TTV TD 70/50 mmHg, Nadi 85x/menit, RR 28x/menit, Suhu 37◦C. Hasil Lab
HCO3 5,3 mmol/l, SaO2 89%
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload (D.0008) ditandai dengan
Pasien mengatakan BAB ±10x. Pasien tampak dispnea, lemas, tekanan darah
menurun, warna kulit pucat, distensi abdomen, nyeri tekan abdomen (+) nyeri
ulu hati, bising usus 6-37 x/menit. TTV TD 70/50 mmHg, Nadi 85x/menit,
RR 28x/menit, Suhu 37◦C. Hasil Lab Ureum 70 mg/dl, Ureatinin 1,97 mg/dl
NAMA
TENAGA KESEHATAN
TERANG/
TANGGAL PUKUL H. IMPLEMENTASI TENAGA KESEHATAN (PERAWAT, DOKTER,
TANDA
AHLI GIZI DLL)
TANGAN
Senin, 26 22.30 WIB 1. Memonitor pola napas Perawat Rahmah Pebrianti
38
September 2. Memonitor bunyi napas tambahan
2022
3. Memonitor SaO2
4. Memposisikan semi-fowler
5. Melatih teknik relaksasi napas dalam
6. Memberikan oksigen NRM 15 lpm
39
- Pasien berbaring dengan posisi semi fowler
- Pasien mengerti cara melakukan teknik
relaksasi napas dalam
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
TTV:
TD: 80/60
N: 90
S: 36,6
RR: 20x/menit
SPO2 100%
A:
Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian
P:
Intervensi 2,3,6 dilanjutkan
40
- Hasil EKG :
Tanggal 26/9/22 pukul 21.18 WIB
Sinus Tachycardi
Otherwise normal
- Terpasang Inf. 2 jalur --Nacl 0,9% 1000 cc/24
jam
--D10% 1000cc/24jam
SP NE 0,1 mg/40kg--- kecepatan 3cc/jam
Hasil Laboratorium:
Tanggal 26/9/22 Pukul 23.17 WIB
Na 134 mmol/l
K 3,6 mol/l
Ca 0,88 mmol/l
Glukosa Sewaktu 40 mg/dl
Ureum 70 mg/dl
Ureatinin 1,97 mg/dl
HCO3 5,3 mmol/l
SaO2 89%
- Tampak turgor kulit pasien masih pucat dan
membrane mukosa masih kering
- Tetesan cairan
Inf. 2 jalur --Nacl 0,9% 1000 cc/24 jam
--D10% 1000cc/24jam
SP NE 0,1 mg/40kg--- kecepatan 3cc/jam
- Pemantauan kondisi pasien dilakukan setiap 1
jam sekali
- Pasien dan keluarga paham tujuan dan
prosedur pemantauan
13. Kondisi pasien mulai membaik setelah
diberikan terapi Cefriaxone 2x1 gr,
Lansoprazole 2x30 mg, p/o Newdiatab 3x2 ,
Ondansentron 3x4 mg
Inf. 2 jalur --Nacl 0,9% 1000 cc/24 jam
--D10% 1000cc/24jam
SP NE 0,1 mg/40kg--- kecepatan 3cc/jam
A:
41
Masalah penurunan curah jantung teratasi
sebagian
P:
Intervensi 4,7,8,9 dilanjutkan
(Rahmah Pebrianti)
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
42
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan,yang di tandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH,darah akan benar benar menjadi asam. Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya ginjal juga akan berusaha
mengkonpensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam urin. Tetapi ke-2 mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam. Sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. A dengan Diagnosa
Medis Asidosis Metabolik di Ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
maka dapat diambil kesimpulan :
1. Pengkajian pada Ny. M didapat data pasien mengeluh Pasien mengatakan sesak
napas dan BAB ± 10X. Pasien tampak dispnea, pola napas abnormal, irama napas
tidak teratur, bunyi napas kussmaul, O2 NRM 15 lpm TTV TD 70/50 mmHg,
Nadi 85x/menit, RR 28x/menit, Suhu 37◦C. Hasil Lab HCO3 5,3 mmol/l, SaO2
89%. Pasien tampak dispnea, lemas, tekanan darah menurun, warna kulit pucat,
distensi abdomen, nyeri tekan abdomen (+) nyeri ulu hati, bising usus 6-37
x/menit. TTV TD 70/50 mmHg, Nadi 85x/menit, RR 28x/menit, Suhu 37◦C.
Hasil Lab Ureum 70 mg/dl, Ureatinin 1,97 mg/dl
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. A adalah Pola nafas tidak
efektif, dan Penurunan Curah Jantung.
3. Tujuan intervensi yang di berikan adalah diharapkan Ekuilibrum antara ion
hydrogen diruang intraselular dari ekstraselular tubuh meningkat dengan Rencana
keperawatan manajemen pola napas, asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme membaik dengan rencana keperawatan manajemen diare.
4. Pelaksanaan yang telah diberikan pada Ny. A dilakukan secara dependent dan
independent untuk mencapai hasil yang optimal.
5. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilihat sesak napas berkurang dan frekuensi
BAB berkurang, tanda-tanda vital semakin membaik
1.2 Saran
43
1. Bagi Mahasiswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat Laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi
dan memperluas wawasan mengenai pasien dengan Asidosis Metabolik dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas, mahasiswa akan mampu
mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan
bagi masyarakat mengenai Asidosis Metabolik , dan faktor-faktor pencetusnya
serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus
agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asidosis
Metabolik
3. Bagi Intitusi Pelayanan Kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan
mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan pasien
yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal.
Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami kasus Asidosis Metabolik
maka harus segera dilukukan perawatan, agar tidak terjadi komplikasi dari
penyakit Asidosis Metabolik.
DAFTAR PUSTAKA
Wang, X., Mitch, W., & Price, S. (2022). Pathophysiological Mechanisms Leading to
Muscle Loss in Chronic Kidney Disease. Nature Reviews Nephrology, 18(3),
pp. 138–52.
44
Fouad, M., Zawilla, N., & Ashoush, O. (2021). Sequence of Unfortunate Events
Leading to Persistent Acidosis Ending Fatally. Asia Pacific Journal of Medical
Toxicology, 10(4), pp. 145–8
National Institute of Health (2022). National Library of Medicine. Hyperchloremic
Acidosis.
National Institute of Health (2021). MedlinePlus. Acidosis.
National Institute of Health (2021). National Library of Medicine. Respiratory
Acidosis.
National Institute of Health (2020). MedlinePlus. Respiratory Acidosis.
National Institute of Health (2020). National Institute of Diabetes and
Digestive and Kidney Diseases. Renal Tubular Acidosis.
National Kidney Foundation (2021). A to Z. Metabolic Acidosis.
Allen, S. Healthline (2022). Metabolic Acidosis.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Sudoyo, Aru W., et al. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
LEMBAR KONSULTASI
45
NIM : 2019.C.11a.1023
Angkatan : XI (sebelas)
Tahun Ajaran/Semester : 2022/VII (tujuh)
Pembimbing Akademik : Elin Ria Resty, S.Kep., Ners
Tanda Tangan
No. Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Pembimbing Mahasiswa
LEMBAR KONSULTASI
46
Tanda Tangan
No. Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Pembimbing Mahasiswa
47