Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA KELUARGA Ny.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS JEKAN RAYA KOTA PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH:
Nama: Anjuwita
NIM : 2019.C.11a.0999

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Ini Disusun Oleh:


Nama : Anjuwita
NIM : 2019.C.11a.0999
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Ny.S Dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Upt Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya.”

Telah melaksanakan ujian praktik dengan asuhan keperawatan sebagai


persyaratan untuk menempuh Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada
Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disahkan oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Christephanie, S.Kep.,Ners Munita Widya Satanti, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul.“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Ny.S
Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Upt
Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya.” Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan IV Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Ibu Munita Widya Satani, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan UPT
Puskesmas Jekan Raya yang telah banyak memberikan saran dan
bimbingannya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.
5. Ibu Christephanie, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 03 November 2022

Anjuwita

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga..............................................................................................4
2.2 Konsep Penyakit.............................................................................................14
2.2.1 Definisi..................................................................................................14
2.2.2 Anatomi Fisologi...................................................................................14
2.2.3 Etiologi..................................................................................................16
2.2.4 Fatosiologi (WOC) ...............................................................................19
2.2.5 Manifestasi Klinis .................................................................................22
2.2.6 Komplikasi ...........................................................................................22
2.2.7 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................23
2.2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................25
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Keluarga ..................................................26
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................26
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................29
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................31
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................35
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan...............................................................................38
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................49
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................52
3.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................54
3.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................54

iii
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.....................................................................................................58
4.2 Diagnosa........................................................................................................59
4.3 Intervensi.......................................................................................................59
4.4 Implementasi.................................................................................................60
4.5 Evaluasi.........................................................................................................61
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................63
5.2 Saran .............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
LAMPIRAN

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang disebabkan
oleh gagalnya organ pankreas dalam memproduksi hormon insulin secara
memadai. Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit kronis karena dapat
terjadi secara menahun. Berdasarkan penyebabnya diabetes melitus di
golongkan menjadi tiga jenis, diantaranya diabetes melitus tipe 1, tipe 2 dan
diabetes melitus gestasional (Kemenkes RI, 2020). Diabetes melitus tipe 1
disebabkan karena reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan
tubuh menyerang sel beta pada pankreas sehingga tidak bisa memproduksi
insulin sama sekali. Sedangkan diabetes melitus tipe 2 terjadi karena akibat
adanya resistensi insulin yang mana sel-sel dalam tubuh tidak mampu
merespon sepenuhnya insulin. Diabetes gestasional disebabkan karena
naiknya berbagai kadar hormon saat hamil yang bisa menghambat kerja
insulin (International Diabetes Federation, 2019). Maka dari itu, untuk
mengetahui bahwa seseorang mengidap penyakit diabetes melitus dapat
ditegakkan melalui pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula darah.
Pemeriksaan klinis merupakan data penunjang yang dapat digunakan
untuk menegakan diagnosa terhadap suatu penyakit. Salah satunya pada
penderita diabetes melitus yang dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah dengan glukometer. Menurut PERKENI (2015) ada empat kriteria
dalam menegakkan diagnosis DM, diantaranya melakukan pemeriksaan kadar
gula darah anteprandial, kadar gula darah post prandial, kadar gula darah acak
dan pemeriksaan HbA1c. Namun, pemeriksaan kadar gula darah dengan
HbA1c saat ini tidak digunakan lagi sebagai alat diagnosis ataupun evaluasi
dikarenakan tidak semua laboratorium di Indoesia memenuhi standar.
Menurut WHO (2019), seseorang didiagnosis diabetes melitus apabila dalam
pemeriksaan kadar gula darah ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula darah
anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua jam setelah makan ≥ 200 mg/dl dan kadar gula
darah acak ≥ 200 mg/dl.

1
Menurut International Diabetes Federation (2019) jumlah penderita
diabetes melitus diseluruh dunia mengalami peningkatan menjadi 463 juta
jiwa pada tahun 2019 dan jumlah kematian pada kasus ini yaitu 4,2 juta jiwa
yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah penderita 10,7 juta.
IDIABETIC FOOT juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045 kasus
diabetes akan meningkat menjadi 700 juta. Selain itu, Menurut RISKESDAS
(2018) menyebutkan bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes melitus di
Indonesia menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar
2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jika dibandingkan pada tahun
2013 dengan prevelensi 1.5% . Selain itu, jumlah kasus tertinggi terjadi di
provinsi Jakarta ( 3,4 %) dan terendah dimiliki oleh provinsi Nusa Tenggara
Timur (0,9%).
Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menekan kasus
diabetes melitus di Indonesia, salah satunya dengan cara mengedukasi.
Namun, menurut pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI tingkat
ketidakpatuhan penderita diabetes melitus masih memiliki angka yang cukup
tinggi untuk tahun 2018. Hal ini dibuktikan pada data prevelensi konsumsi
makanan dan minuman manis, yang mana 47,8 % responden mengonsumsi
makanan manis 1-6 kali/minggu dan hanya 12% responden mengonsumi nya
< 3 kali perbulan. Selain itu, prevelensi aktivitas fisik di Indonesia pada tahun
2018 yaitu 66,5 % yang mana mengalami penurunan dibandingkan pada
tahun 2013 dengan jumlah 73,9% (Kemenkes RI, 2020).
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk kasus diabetes melitus dengan
mentaati 4 pilar, yang diantaranya mengatur pola makan, melakukan aktivitas
fisik, terapi farmakologi dan edukasi. Pengaturan pola makan dapat dilakukan
dengan prinsip 3J ( jenis, jumlah, jadwal). Hal ini dilakukan untuk
mengurangi makanan atau minuman manis yang dapat berkontribusi terhadap
tingginya kadar gula darah. Tidak hanya mengatur asupan nutrisi, melakukan
aktivitas fisik juga dapat mengontrol kadar gula dan berat badan. Aktivitas
fisik dapat dilakukan dengan durasi 30 menit/hari. Penderita DM sangat
diwajibkan untuk melakukan terapi insulin secara teratur untuk mencegah
tingginya kadar gula darah yang berujung komplikasi. Selain itu, pentingnya

2
edukasi juga dapat membantu mengendalikan kasus diabetes melitus di
Indonesia (Kemenkes RI, 2020).
Peran keluarga sangatlah penting, apakah keluarga sudah tepat menyajikan
diit DM, mengontrolkan rutin gula darah, mengontrol minum obat DM
dengan lima benar : benar obat, benar dosis, benar orang, benar waktu, benar
cara minumnya, bagaimana dengan aktifitas sehari-hari atau olah raganya,
bagaimana cara mengatasi stressnya. Peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang
mengalami DM untuk mencegah terjadinya masalah yang lebih lanjut.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah :
1.2.1 Bagaimana pemberian Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa
Medis Diabetes Melitus Pada Keluarga Ny.S Di Puskesmas Jekan Raya
Palangka Raya?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S
Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Pada Keluarga Ny.S Di
Puskesmas Jekan Raya Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.

3
1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program
Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit yang diderita
Ny.S Diagnosa Medis Diabetes Melitus Pada Keluarga Ny.S Di Puskesmas
Jekan Raya Palangka Raya secara benar dan bisa melakukan keperawatan di
rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Diabetes Melitus dan Asuhan
Keperawatannya.
1.4.3.2 Bagi Institusi Puskesmas
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien
dengan diagnosa medis Diabetes Melitus melalui Asuhan Keperawatan
yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keluarga
2.1.1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga ( friedman, 2013).
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau
perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental
mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada
dalam suatu jaringan (Lestari, 2016).
Menurut (Bakri, 2017 dalam Yulianingrum 2021) keluarga secara universal
diartikan sebagai landasan dasar unit sosial ekonomi terkecil dari seluruh institusi
dalam warga. Keluarga terdiri dari dua maupun lebih orang yang mempunyai
ikatan interpersonal, ikatan darah, ikatan pernikahan, hidup dalam satu rumah
tangga serta adopsi.

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017 dalam Safitri 2020).
Definisi keluarga secara umum yaitu setiap keluarga itu unik, dengan masalah
dan kekuatannya masing-masing. Ketika seorang perawat keluarga berkunjung ke
rumah satu keluarga, perawat tidak dapat berasumsi seperti apa keluarga di rumah
tersebut. Perawat harus mengumpulkan informasi tentang setiap anggota keluarga
untuk mencapai tujuan keperawatan. Setiap keluarga memiliki beberapa

5
karakteristik universal. Karakteristik univeral ini memberikan kunci penting untuk
memahami keunikan dari setiap keluarga (Wiratri, 2018).
2.1.2. Tipe dan Bentuk Keluarga
Menurut Nadirawati (2018 dalam Safitri 2020) pembagian tipe keluarga
adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang
tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan
suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya
disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti
nuclear family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga
yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini
biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota
yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada
saat akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan

6
pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise
dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone),
yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal
mati.
i. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut
akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu
untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak
menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga
inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak
melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti
pasangan tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.

7
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.1.3. Struktur dan Fungsi Keluarga
1. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman (Nadirawati, 2018 dalam Safitri 2020)
sebagai berikut :
1) Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2) Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga.
Beberapa macam struktur keluarga:

8
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta
kasih, misalnya hubungan seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3) Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-
masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh
anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial

9
tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan
pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan
keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial
tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai
dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak
tampak ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan
emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga.
4) Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor
lain.
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (dalam Bakri,2017):
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi yang berhubungan dengan persepsi
keluarga terkait mengenai pemenuhan kebutuhan psikososial anggota
keluarga. Melalui pemenuhan fungsi afektif ini maka keluarga dapat
mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat dalam setiap
diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin hubungan secara lebih akrab, dan harga diri.
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai pada saat individu dilahirkan dan berakhir jika
individu tersebut meninggal. Sosialisasi adalah suatu proses yang
berlangsung seumur hidup, karena individu secara berkelanjutan akan
mengubah perilaku mereka.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga memiliki fungsi untuk meneruskan keturunannya dengan
berreproduksi dan menambah sumber daya manusia.

10
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
secara ekonomi dan suatu tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga memiliki fungsi untuk menyediakan kebutuhan fisik dan
perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik
kesehatan (yang berpengaruh pada status kesehatan tiap anggota
keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan dari
fungsi perawatan kesehatan. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan, terdiri dari :
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
2.1.4. Tugas Keluarga
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan (dalam Milasari, 2020)
adalah sebagai berikut :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

11
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluargayangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,
fasilitas fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

12
2.1.5. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan dari sistem keluarga
yang bergerak bertahap dari waktu ke waktu. Setiap tahapan perubahan umumnya
memiliki tugas dan risiko kesehatan yang berbeda-beda. (Duval, dalam
Yulianingrum 2021) membagi keluarga dalam 8 tahapan perkembangan, yaitu:
1. Keluarga Baru (Bergaining Family)
Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk sebuah keluarga
melalui perkawinan. Pada tahap ini, pasangan baru mempunyai tugas
perkembangan untuk membina hubungan intim yang memuaskan di dalam
keluarga, membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama,
termasuk dalam hal merencanakan anak, persiapan menjadi orang tua, dan
mencari pengetahuan prenatal care.
2. Keluarga dengan Anak Pertama < 30 Bulan (Child Bearing)
Tahap keluarga dengan memiliki anak pertama adalah masa transisi
pasangan suami istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia
kurang dari 30 bulan. Pada masa ini sering timbul konflik yang dipicu
kecemburuan pasangan akan perhatian yang lebih ditujukan kepada anggota
keluarga baru. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini yaitu kesadaran
akan perlunya beradaptasi dengan perubahan pertambahan anggota
keluarga, mempertahankan keharmonisan pasangan suami istri, berbagai
peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan biaya untuk anak.
3. Keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini mulai berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun hingga 5
tahun. Adapun tugas perkembangan yang harus dilakukan ialah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi lingkungan,
cermat dalam membagi tanggung jawab, mempertahankan hubungan
kekeluargaan, serta mampu membagi waktu untuk diri sendiri, pasangan,
dan anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 - 13 Tahun)
Tahap ini berlangsung sejak anak pertama mulai menginjakkan sekolah
dasar sampai memasuki awal masa remaja. Dalam hal ini, sosialisasi anak

13
semakin meluas. Tidak hanya di lingkungan rumah, melainkan juga di
sekolah dan lingkungan yang lebih luas lagi. Tugas perkembangannya
adalah anak harus sudah diperhatikan dalam hal minat dan bakatnya
sehingga orang tua bisa mengarahkan anak dengan tepat, dukung anak
dengan berbagai kegiatan kreatif agar motoriknya berkembang dengan baik,
dan memperhatikan anak-anak terhadap risiko terpengaruh oleh teman serta
sekolahnya.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 Tahun)
Pada perkembangan tahap perkembangan remaja ini orangtua perlu
memberikan kebebasan yang seimbang dan tanggung jawab yang diberikan
kepada anak. Hal ini Mengingat bahwa anak remaja adalah seorang yang
dewasa muda dan mulai memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupan
sendiri tetapi masih membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu, komunikasi
antara orang tua dan anak harus terus dijaga dengan cara tidak terlalu
mengekang namun juga tidak terlalu memberi kebebasan. Selain itu,
beberapa peraturan juga sudah mulai diterapkan untuk memberikan batasan
tertentu tetapi masih dalam tahap wajar. misalnya dengan membatasi jam
malam untuk pulang dan lain sebagainya.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa ( anak 1 meninggalkan rumah)
Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah untuk
memulai hidupnya sendiri. Artinya keluarga sedang menghadapi persiapan
anak yang mulai mandiri. Dalam hal ini ini, orang tua mesti merelakan anak
untuk pergi jauh dari rumahnya demi tujuan tertentu seperti kuliah ataupun
menikah. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini, antara lain membantu
dan mempersiapkan anak untuk hidup mandiri, menjaga keharmonisan
dengan pasangan, memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, bersiap
mengurusi keluarga besar (orang tua pasangan) memasuki masa tua, dan
memberikan contoh kepada anakanak mengenai lingkungan rumah yang
positif.
7. Keluarga Usia Pertengahan (middle Age family)
Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan salah
satu pasangan bersiap negatif sakit atau meninggal. Tugas perkembangan

14
keluarganya, yaitu menjaga kesehatan, meningkatkan keharmonisan dengan
pasangan, anak, dan teman sebaya, serta mempersiapkan kehidupan masa
tua.
8. Keluarga Lanjut Usia
Masa usia lanjut adalah masa-masa terakhir kehidupan manusia dengan
penurunan psikis maupun fisik. Maka tugas perkembangan dalam masa ini
yaitu beradaptasi dengan adanya perubahan kehilangan pasangan, kawan,
ataupun saudara. Selain itu perlu melakukan “Life review” juga penting.
Disamping tetap mempertahankan kedamaian rumah, menjaga kesehatan,
dan mempersiapkan kematian.
2.2. Konsep Penyakit
2.2.1. Definisi
Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada DM
dikaitkan dengan kerusakan organ, disfungsi atau insufisiensi beberapa
organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
(Hermayudi dan Ariani, 2017).
Diabetes Mellitus adalah salah satu bagian dari penyakit tidak menular.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh tingginya
kadar gula darah akibat gangguan pada pankreas dan insulin. Empat jenis
penyakit tidak menular utama menurut WHO adalah penyakit
kardiovaskulair (Penyakit Jantung Koroner dan Stroke), Kanker, Penyakit
Pernafasan Kronis (Asma Dan Penyakit Paru Obstruksi Kronis), dan
Diabetes Mellitus (Depkes, 2018).
2.2.2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pankreas yang disebabkan oleh :

15
a. Faktor genetik Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor imunologi Adanya respon autoimun yang merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autonium yang menimbulkan ekstruksi sel beta.
2. Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe II
antara lain :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun,
tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada
umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak
menghasilkan insulin.
b. Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat
hormon insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam
menghantar glukosa yang ada dalam darah. Pengurangan berat badan
sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan
pemulihan toleransi glukosa. Obesitas terjadi karena tubuh kelebihan
lemak minimal 20% dari berat badan ideal. Menurut Adriani (2012)
obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok
1) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro (2015)
pencegahan diabetes ada 2 yaitu :
1) IMT 23,0 : BB lebih

16
2) IMT 18,5-22,9 : BB normal
3) IMT > 23,0 : BB lebih
4) IMT 23,0-24,9 : dengan resiko
5) 25,0-29,9 : obesitas I
6) IMT >30 : obesitas II
c. Riwayat dalam keluarga Pada riwayat keluarga yang salah satunya
memiliki riwayat diabetes mellitus bisa diturunkan sejak remaja pada
anaknya. Kaum pria sebagai penderita sesungguhnya dan perempuan
sebagai pihak pembawa gen atau keturunan. Gen yang mempengaruhi
pada diabetes tipe II adalah gen TC7L2. Gen ini sangat berpengaruh
pada pengeluaran insulin dan produksi glukosa.
2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut International Diabetes
Federation (IDF) tahun 2019 adalah sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe ini terjadi karena adanya infeksi virus atau reaksi autoimun,
dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pankreas sebagai
penghasil insulin. Keadaan ini menyebabkan kerusakan pada sel beta
pankreas, sehingga insulin yang diproduksi sedikit atau tidak dapat
memproduksi insulin sama sekali. DM tipe ini paling sering terjadi pada
anak-anak dan anak muda. Untuk mempertahankan kadar gula darah dalam
rentang yang sesuai, penderita harus diberikan injeksi insulin secara teratur.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada DM tipe ini ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena
ketidakmampuan sel-sel tubuh untuk merespon insulin, sehingga
mendorong tubuh untuk meningkatkan produksi insulin. Terjadinya DM tipe
2 ada hubungannya dengan kelebihan berat badan, obesitas, usia, etnis dan
riwayat keluarga. Upaya promosi gaya hidup sehat dengan diet seimbang,
aktifitas fisik teratur, berhenti merokok dan pemeliharaan berat badan ideal
dapat dilakukan dalam pengelolaan DM tipe ini. Injeksi insulin dapat
diberikan ketika terapi obat per oral tidak dapat mengontrol hiperglikemi.
3. Diabetes Melitus Gestasional

17
DM tipe ini hiperglikemi terjadi dan terdiagnosa pertama kali pada
masa kehamilan, biasanya terjadi setelah kehamilan 24 minggu. Faktor
risiko terjadinya DM jenis ini, diantaranya kehamilan di usia tua,
penambahan berat badan berlebih selama kehamilan, sindrom ovarium
polikistik dan riwayat melahirkan bayi dengan kelainan bawaan. DM
gestasional bersifat sementara selama kehamilan, namun memiliki risiko
untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 3-6 tahun setelah
melahirkan.
4. Diabetes Melitus Tipe Lain
Yang termasuk dalam DM tipe ini adalah Diabetes monogenetik, yang
merupakan hasil dari satu gen dari kontribusi beberapa gen dan faktor
lingkungan seperti yang terlihat pada DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes
tipe ini jarang terjadi, namun dapat berfungsi memberikan wawasan tentang
patogenesis diabetes, sehingga dalam beberapa kasus terapi dapat
disesuaikan dengan cacat genetiknya.
2.2.4. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena
menurunnya insulin atau defisiensi insulin (Fatimah, 2018). Defisiensi
insulin terjadi karena :
a. Kerusakan
b. Menurunnya reseptor insulin pada jaringan perifer
c. Menurunnya reseptor glukosa di kelenjar pankreas Diabetes melitus
tipe 2 terjadi karena sel-sel insulin gagal karena tidak mampu
merespons dengan baik atau biasa disebut dengan resistensi insulin
(Teixeria, 2018).
Resistensi insulin disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan
juga bisa menjadi penyebab terjadinya DM. Pasien DM tipe 2 produksi
glukosa dalam hati berlebihan akan teteapi tidak terjadi kerusan sel beta
langrhans secara autoimun (Fatimah, 2017).
Pada perkembangan awal DM tipe 2 sel beta akan mengalami
gangguan sekresi insulin, apabila tidak segera ditangani makan akan
menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas. Ketika kadar gula dalam

18
darah meningkat, pankreas akan mengelurkan hormon yang dinamakan
insulin sehingga memungkinkan sel tubuh akan akan menyerap glukosa
tersebut sebagi energi. Hiperglikemia pada pasien dm terjadi karena
menurunnya penyerapan glukosa oleh sel yang di ikuti dengan
meningkatnya pengeluran glukosa dalam hati. Pengeluaran glukosa dalam
hati akan meningkat karena adanya proses yang menghasilkan
glukogenolisis dan glukoneogenesis tanpa hambatan karena insulin tidak
diproduksi (Sherwood, 2019).

19
DM Tipe 1 DM Tipe 2

Reaksi Autoimun Genetik, Pola makan, Pola hidup, stress


2.2.5 WOC

Sel Pankreas hancur Defisinsi Insulin


Jumlah sel pancreas menurun

Diabetes Melitus (DM)

B1 Breath B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone

Destruksi sel beta Oksidasi glukosa Konsentrasi Destruksi sel beta akibat
Kegagalan relative sel beta dan Kegagalan relative
akibat proses terganggu glukosa dalam proses autoimun sel beta dan
resistensi insulin pada jaringan
lemak autoimun darah ↑ resistensi insulin
Perubahan fungsi Mengganggu kerja
Perubahan metabolisme lemak Vasikularisasi aliran serebral enzim di pankreas System otot terganggu
Ginjal tidak
darah ↓
dapat menyerap
Pembentukan dan akumulasi Menurunnya glukosa Mengganggu proses Transport asam
benda-benda keton Pembuluh darah kesadaran dan absorsi makanan amino terganggu
menyempit penglihatan
Glukosa di urine +
Keseimbangan asam basa Cadangan glikogen
dan disertai Penyimpanan dan
terganggu MK : Resiko cidera dalam otot ↓
vasokontriksi pengeluaran cairan metabolisme gizi
berlebih
Hiperventilasi Gangguan urat saraf
MK : Resiko tinggi penurunan curah Ketidakseimbangan zat
jantung Peningkatan dalam berkemih gizi
Transport O₂ ↓ Kesemutan, kelelahan
dan kram
Hipoglikemi/Hiperglikemi
MK : Kekurangan volume cairan
MK : Gangguan pertukaran gas 1 MK : Gangguan
Perubahan perfusi jaringan Gangguan eliminasi urine MK : Resiko nutisi kurang dari metabolisme fisik
kebutuhan/lebih dari kebutuhan tubuh
2.2.6 Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan pada penyakit DM
menurut Price dan Wilson (2005) dalam Purwansyah ( 2019), yaitu :
1. Poliuria (sering buang air kecil)
Produksi urin yang meningkat pada penderita diabetes terjadi ketika ginjal
tidak mampu mengabsorbsi partikel gula sehingga urin yang dikeluarkan
banyak mengandung glukosa (Glukosuria). Produksi urin yang meningkat
diginjal merangsang penderita untuk sering buang air kecil.
2. Polidipsi (banyak minum)
Di saat ginjal tidak mampu mengabsorbsi partikel gula dapat
menyebabkan dehidrasi ekstra sel. Keadaan ini mengakibatkan penderita
DM merasakan haus secara berlebihan dan merangsang penderita untuk
banyak minum.
3. Polifagia (banyak makan)
Pada penderita DM glukosa yang ada dalam darah tidak mampu
berpindah ke dalam sel sehingga suplai glukosa ke otak dan organ tubuh
lainnya tidak mencukupi Hal ini dapat menyebabkan penderita merasakan
lapar berlebih, sehingga memicu untuk banyak makan.
Selain ketiga keluhan khas diatas, penurunan berat badan tanpa sebab
yang jelas, pandangan kabur, lemah badan, kesemutan, gatal, disfungsi
ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita dapat terjadi pada
penderita Diabetes Melitus (PERKENI, 2015)
2.2.7 Komplikasi
Kadar gula darah pasien DM yang tidak terkontrol, dapat menimbulkan
komplikasi. Komplikasi Diabetes Melitus menurut PERKENI (2015)
yaitu:
1. Komplikasi Akut, yaitu suatu keadaan dimana terjadi penurunan atau
kenaikan glukosa darah secara drastis dalam waktu singkat.
a. Hipoglikemia, yaitu kondisi dimana terjadi penurunan kadar gula darah.
b. Ketoasidosis Diabetik (KAD), yaitu kondisi kegawatan medis akibat
peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi (300-600 mg/dl) dan
tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber bahan bakar

1
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai
sumber energi. Kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan zat asam
yang berbahaya didalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi,
koma, sesak nafas, bahkan kematian jika tidak segera mendapat
penanganan medis.
c. Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH), yaitu suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan glukosa darah terlalu tinggi (600- 1200mg/dl), tanpa
tanda dan gejala asidosis, terjadi peningkatan osmolaritas plasma terlalu
tinggi (330-380mOs/ml). Untuk mencegah agar tidak jatuh ke keadaan
lebih parah, kondisi ini harus segera mendapat penatalaksanaan yang
memadai.
2. Komplikasi Kronik, yaitu komplikasi vaskuler jangka panjang yang
berkontribusi munculnya penyakit serius lain. Dibedakan menjadi 2,
yaitu :
a. Makroangiopati, yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah besar.
Jika mengenai pembuluh darah jantung muncul penyakit jantung koroner,
jika mengenai pembuluh darah tepi muncul ulkus iskemik pada kaki dan
jika mengenai pembuluh darah otak akan terjadi stroke iskemik atau stroke
hemoragik.
b. Mikroangiopati, yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah kecil.
Jika mengenai kapiler dan arteriola retina akan terjadi retinopati diabetik,
jika mengenai saraf perifer akan muncul neuropati diabetik dan jika
menyerang saraf diginjal akan terjadi nefropati diabetik.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk DM dilakukan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dilanjutkan dengan Tes
Toleransi Glukosa Oral standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM,
seperti usia dewasa tua, tekanan darah tinggi, obesitas, riwayat keluarga,
dan menghasilkan hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan penyaring
setiap tahun. Bagi pasien berusia tua tanpa faktor resiko pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun (Yunita, 2019).
2.2.9 Penatalaksanaan Medis

2
Menurut PERKENI (2015), penatalaksanaan Diabetes Melitus secara
umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.
Meminimalisir keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi
risiko terjadinya komplikasi akut merupakan tujuan jangka pendek,
sedangkan tujuan jangka panjang mencegah dan menghambat faktor
progresivitas mikroangiopati dan makroangiopati. Turunnya morbiditas
dan mortalitas DM merupakan tujuan akhir dari pengelolaan DM. Berikut
beberapa upaya dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Edukasi Kesehatan
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah
memberikan dukungan dan nasehat yang positif dengan memberikan
informasi secara bertahap dimulai dengan hal-hal yang sederhana dan
dengan cara yang mudah dimengerti. Materi edukasi yang diberikan pada
tingkat awal meliputi pengenalan gejala dan penanganan awal DM. Pada
tingkat lebih lanjut materi edukasi meliputi pengetahuan pencegahan dan
penatalaksanaan penyulit/komplikasi DM (PERKENI, 2015).
2. Perencanaan Makan
Prinsip pengaturan makan pada penderita DM adalah makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Pengetahuan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan,
jenis dan jumlah kandungan kalori perlu diberikan pada penderita DM
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin itu sendiri (PERKENI, 2015)
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan berenang, dilakukan
secara teratur 3 sampai 5 kali per minggu selama 30 sampai 45 menit
(PERKENI, 2015).
4. Intervensi Farmakologis

3
Ada dua jenis terapi farmakologis pada penatalaksanaan DM, yaitu
terapi per oral dan terapi melalui injeksi/suntik. Terapi per oral yang biasa
digunakan diantaranya obat untuk pemacu pengeluaran insulin yaitu
Sulfonilurea dan Glinid, dan obat untuk peningkat sensitivitas insulin yaitu
Metformin dan Tiazolidindion. Sedangkan terapi melalui injeksi, yaitu
insulin, agonis dan kombinasi keduanya biasanya diberikan pada kondisi
hiperglikemi berat yang disertai ketosis atau gagal terapi per oral dengan
dosis optimal (PERKENI, 2015).
5. Pemeriksaan Gula Darah Follow up teratur merupakan hal yang penting
dilakukan untuk memantau keberhasilan terapi dan mengatur dosis dan
pilihan obat yang diberikan. Selain itu pemeriksaan rutin gula darah
bertujuan 20 untuk deteksi dini kemungkinan munculnya komplikasi
(Suciana, 2019).
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang
diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan
dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas, luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti
mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
2) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infark miokard.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
b. Pengkajian Pola Gordon
1) Pola persepsi

4
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif
terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek , mual muntah.
3) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas
sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga
klien mengalami kesulitan tidur
6) Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.

5
7) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem)
8) Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada pembuluh darah diorgan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi
serta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya
perdangan pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan
nefropatai.
10) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalannya penyakit kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
11) Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal,
Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.

6
2) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
3) Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)
normal 5-2 cmH2.
4) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
5) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
6) Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
7) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
8) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
9) Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal.
10) Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative (CMC)
2.3.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah status kesehatan klien. (Herdman,2012)
1) Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (D.0077)

7
2) Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Hiperglikemi (D.0009)
3) Ansietas b.d Krisis Situasional (D.0080)
4) Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kekakuan Sendi (D.0054)
5) Gangguan Integritas Kulit b.d Perubahan Sirkulasi (D.0129)
6) Gangguan Pola Tidur b.d Kurangnya Kontrol Tidur (D.0055)
7) Resiko Hipovolemia b.d Kehilangan Cairan Secara Aktif (D.0034)
8) Resiko Syok b.d Hipotensi (D.0039)
2.3.3 Intervensi
1) Diagnosa : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien
diharapkan tingkat nyeri menurun. Kriteria Hasil : (L.08066)
1. Keluhan nyeri cukup menurun
2. Meringis cukup menurun
3. Gelisah cukup menurun
4. Kesulitan Tidur menurun
Intervensi : (I.08238)
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Berikan teknik non farmakologi (terapi music, kompres hangat,
kompres dingin, teknik relaksasi napas dalam)
6. Kontrol lingkungan yang mmperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
9. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan nyeri
11. Kolaborasi pemberian analgetik, bila perlu

8
2) Diagnosa : Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
hiperglikemia
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan diharapkan perfusi
perifer pasien meningkat.

Kriteria Hasil : (L.02011)


a) Penyembuhan luka cukup meningkat
b) Sensasi cukup meningkat
c) Edema perifer cukup menurun
d) Nekrosis cukup menurun
e) Kelemahan otot cukup menurun
Intervensi : (I.02079)
1. Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
suhu)
2. Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (diabetes mellitus,
hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi)
3. Identifikasi penyebab perubahan sensasi
4. Monitor terjadinya parastesia, bila perlu
5. Monitor perubahan kulit
6. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
7. Hindari pemasangan infus, pengambilan darah, pengukuran tekanan
darah, pada area keterbatasan perfusi
8. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
9. Lakukan pencegahan infeksi
10. Lakukan perawatan kaki dan kuku
11. Lakukan hidrasi
12. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
13. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah gula,
tinggi protein)
14. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
3) Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

9
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
ansieatas pasien menurun
Kriteria Hasil : (L.09093)
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Perilaku tegang menurun
Intervensi : (I.09314)
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2) Monitor tanda tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
3) Ciptakan suasana terapuetik untuk menumbuhkan kepercayaan
4) Pahami situasi yang membuat ansietas
5) Dengarkan dengan penuh perhatian
6) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
9) Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
10) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
11) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi 12) Latih teknik
relaksasi
4) Diagnosa : Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kekakuan Sendi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas
fisik pasien meningkat
Kriteria Hasil : (L.05042)
1) Pergerakan ekstremitas cukup meningkat
2) Kekuatan otot cukup meningkat
3) Nyeri cukup menurun
4) Kaku sendi cukup menurun
Intervensi : (I.06171)
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

10
3) Monitor fruekensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
4) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
5) Fasilitasi melakukan ambulasi, bila perlu
6) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
7) Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis.berjalan,duduk,setengah duduk)
5) Diagnosa : Gangguan Integritas Kulit b.d Perubahan Sirkulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas
kulit dan jaringan meningkat Kriteria Hasil : (L.14125)
1) Hidrasi cukup meningkat
2) Perfusi jaringan cukup meningkat
3) Kerusakan jaringan menurun
4) Kerusakan lapisan kulit menurun
5) Kemerahan menurun
Intervensi : (I.14564)
1) Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
2) Monitor tanda tanda infeksi
3) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
5) Bersihkan jaringan nekrotik
6) Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
7) Pasang balutan sesuai jenis luka
8) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
9) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
10) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
11) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
12) Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
13) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
6) Diagnosa : Gangguan Pola Tidur b.d Kurangnya Kontrol Tidur

11
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur
pasien membaik
Kriteria Hasil : (L.05045)
1) Keluhan sulit tidur menurun
2) Keluhan sering terjaga menurun
3) Keluhan pola tidur berubah menurun
Intervensi : (I.05174)
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Tetapkan jadwal tidur rutin
3) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
4) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
5) Anjurkan relaksasi otot
7) Diagnosa : Resiko Hipovolemia d.d Kehilangan Cairan Secara
Aktif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan
pasien membaik.
Kriteria Hasil : (L.03028)
1) Turgor kulit cukup meningkat
2) Edema perifer cukup menurun
Intervensi : (I.03116)
1) Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.fruekensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urin menurun, haus, lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
3) Monitor fruekensi dan kekuatan nadi
4) Monitor tekanan darah
5) Monitor waktu pengisian kapiler
6) Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
7) Identifikasi tanda tanda hypervolemia (mis. Fruekensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa meningkat, volume urin
menurun, haus, lemah, berat badan menurun dalam waktu singkat)

12
8) Hitung kebutuham cairan
9) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
10) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
11) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
monitor 0,4%)

8) Diagnosa : Resiko Syok d.d Hipotensi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat syok
menurun
Kriteria Hasil : (L.03032)
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Akral dingin menurun
3. Rasa haus menurun
4. Asidosis metabolic cukup menurun
Intervensi : (I.02068)
8) Monitor status kardiopulmonal (fruekensi dan kekuatan nadi, fruekensi
napas, tekanan daraha, MAP)
9) Monitor status oksigenasi
10) Monitor status cairan
11) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
12) Periksa riwayat alergi
13) Pasang jalur IV,bila perlu
14) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, bila perlu
15) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
16) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
17) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
18) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
19) Kolaborasi pemberian transfuse darah, bila perlu
20) Kolaborasi pemberian antiinflamasi, bila perlu
2.3.4 Implementasi

13
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012).
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat
dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluargadan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien 
Bila masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat
harus berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan
meninjau kembali rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali
terhadap keadaan masalah yang ada.

14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 03 November 2022. Hampir seluruh
keterangan atau data pada keluarga Ny.S berasal dari Ny.S sendiri dalam
memberikan data kesehatan, Keluarga Ny.S dapat berkomunikasi secara baik
dengan mahasiswa serta mau terbuka dalam menyampaikan informasi atau
masalah yang sedang dihadapi sehingga sangat membantu dalam proses
pengkajian. Ny.S berusia 52 tahun, jenis kelamin perempuan. Alamat Jl. Telaga
sari Palangkaraya. Di keluarga Ny.S ada yang menderita penyakit diabetes
melitus yaitu Ny.S
Dari pengkajian yang telah dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di
keluarga Ny.S adalah Ny.S menderita diabetes melitus. Ny.S mengeluh nyeri
pada keuda kakinya, Ny.S juga mengatakan sering mengalami kesemutan kebas-
kebas pada kaki kiri, mudah lelah, lemas. Ny. S mengatakan sering buang air
kecil dan pengelihatannya sering kabur.
Pada pemeriksaan Ny.S didapatkan hasil nadi 88x/menit. RR 20x/menit dan
suhu 36,5 °C. Berat badan Ny.S adalah 69,5 Kg dengan tinggi badan 150 cm,
GDS 300 mg/dl. Ny.S dan keluarga tidak pernah memeriksa Kesehatan ke
pelayanan kesehatan atau puskesmas, Ny.S dan keluarga kurang mengerti tentang
penyakit diabetes melitus dan tidak mengetahui bagaimana penanganan penyakit
yang diderita Ny.S.
a. Suku Bangsa

15
Keluarga Ny.S berasal dari suku Jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari
yaitu bahasa Indonesia, dan keluarga Ny.S tidak mempunyai kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan klien.
b. Agama
Keluarga Ny.S menganut agama Islam. Ny.S dan keluarganya selalu
melaksanakan ibadah secara rutin.

c. Stasus Sosial Ekonomi Keluarga


Tn.Y adalah seorang kariawan swasta dan istrinya yaitu Ny.S adalah seorang
ibu rumah tangga. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari yaitu
makan, bayar tagihan listrik, air dll di tanggung oleh Tn.Y, Tn.Y mengatakan
selama ini keluarganya hidup berkecukupan, untuk jaminan kesehatan
keluarga Tn.Y memiliki BPJS, keluarga memiliki fasilitas televisi, tempat
tidur yang cukup nyaman bagi keluarga, handphone sebagai sarana
komunikasi, motor dan mobil sebagai sarana transportasi.
d. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Ny.S Jarang melakukan rekreasi ketempat hiburan, rekreasi yang
biasanya dilakukan dengan menonton tv atau berbelanja. selain itu keluarga Ny.S
terkadang jalan – jalan mengunjungi rumah anak dan sanak saudaranya.
e. Komposisi Keluarga
Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK

1 Tn.Y 55 tahun Laki-laki Istri SMP Swasta

2 An. A 20 Tahun Laki-laki Anak SMA Mahasiswa

Tipe Keluarga :
Keluarga Ny.S merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan
anak yang tinggal dalam satu rumah, Ny.S tinggal bersama suaminya serta
anaknya yang berusia 20 tahun yang masih menempuh Pendidikan di perguruan

16
tinggi. Ny.S memiliki 1 orang anak lagi berusia 35 tahun, sudah menikah, hidup
mandiri.
Riwayat Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
Keluarga Ny.S merupakan tahap keluarga Launching Family yang mana Ny.S
Selain bertugas menjaga keharmonisan keluarga, tahap perkembangan keluarga
ini juga menantang orangtua untuk membangun komunikasi yang baik dengan
anak. Orangtua wajib memperhatikan tentang membantu anak untuk mandiri di
masyarakat, dan penataan kembali peran dan struktur keluarga.

b. Tugas Perkembangan Keluarga :


Tn. Y juga kadang-kadang masih bekerja dan Ny.M masih mampu
melakukan tugasnya sehari-hari seperti memasak dan membersihkan rumah, serta
anak nya yang sedang kuliah.
c. Riwayat Keluarga Inti
Tn.Y dan Ny.S menikah kurang lebih sekitar 40 tahun yang lalu, selama
menikah Keluarga Tn.F dikaruniai 2 orang anak yaitu 2 orang anak laki –
laki.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ny.S bahwa dalam keluarga Tn.Y
tidak memiliki penyakit keturunan seperti diabetes melitus sedangkan
keluarga Ny.M tidak ada riwayat penyakit keturunan.
Genogram (3 Generasi)

Keterangan :
: Laki-laki

17
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
: Meninggal

Struktur Keluarga
a. Pola Komuniasi Keluarga
Keluarga Ny.S berkomunikasi sehari-harinya menggunakan bahasa
Indonesia. Dalam keadaan emosi keluarga Ny.S menggunakan kalimat
positif, setiap masalah dalam keluarga selalu dirembukkan dan mencari jalan
keluarnya dengan musyawarah keluarga. Ny.S dan keluarga juga selalu
mengobrol saat berkumpul bersama.
b. Sturktur Kekuatan Keluarga
Pada keluarga Ny.S, Ny.S mengatakan orang yang terdekat dengannya adalah
keluarganya sendiri yaitu dan anak-anak nya.
c. Sturktur Peran Keluarga
Keluarga Tn.Y mampu menjalankan perannya dengan baik. Tn.Y berperan
sebagai kepala keluarga, suami, dan ayah. Ny.S berperan sebagai seorang
istri, ibu dan yang bertugas dalam menjalankan peraturan rumah tangga dan
mencurahkan kasih sayang bagi semua anggota keluarga. An.D berperan
sebagai anak dan sudah tinggal terpisah karena sudah berkeluarga serta An.A
berperan sebagai anak.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Tn.Y dan keluarganya menganut agama Islam dan norma yang berlaku
dimasyarakat dan adat istiadat orang jawa. Ny.S juga mengajarkan
pentingnya bersikap/sopan santun dengan orang lain. Apabila ada keluarga
yang sakit, keluarga mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang Tuhan
berikan agar keluarga dapat lebih kuat.
Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Ny.S selalu menyayangi dan perhatian kepada seluruh anggota
keluarganya terutama anak – anaknya, selalu mendukung untuk bersikap

18
sopan dan santun. Serta jika ada waktu luang Keluarga Ny.S berkunjung ke
rumah orang anak pertamanya.
b. Fungsi Sosial
Interaksi Tn.Y dengan Ny.S serta anaknya terjalin dengan sangat baik saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan satu sama lain. Tn.Y
dan Ny.S selalu bersikap adil kepada seluruh anggota keluarganya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Masalah kesehatan yang saat ini sedang dialami oleh keluarga Keluarga Ny.S
adalah Keluarga Ny.S yang saat ini memiliki penyakit diabetes melitus.
Keluarga Ny.S mengatakan kurang mengetahui apa itu penyakit diabetes
melitus. Ny.S juga kurang mengetahui cara mencegah penyakitnya, Ny.S dan
keluarga tidak pernah memeriksa kesehtanannya ke pelayanan Kesehatan.
d. Strees dan Koping Keluarga
Pada keluarga Ny.S, Ny.S mengatakan sedikit khawatir dengan penyakit
keluarganya, namun Ny.S juga mengatakan belum pernah memeriksa
Kesehatan keluarganya ke pelayanan Kesehatan. Apabila ada permasalahan
keluarga, Ny.S dan keluarga selalu menyelesaikannya dengan musyawarah
dan tenang dalam mengambil keputusan di dalam keluarga.
Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola makan
Ny.S dan keluarga makan 3x sehari serta tidak ada pantangan, Ny.S dan
keluarga juga mengatakan sukan memakan makanan yang manis.
b. Pola Minum
Pada keluarga Ny.S pola minum normal seperti umumnya, yaitu 8 gelas
perhari. Ny.S dan keluarga juga sering mengkonsumsi minuman manis
seperti es teh manis biasa 3 kali sehari.
c. Istirahat
Ny.S dan anggota keluarga yang lain selalu cukup tidur.
d. Pola BAK
Pola BAK pada keluarga Ny.S yaitu diamana Ny.S mengatakan bahwa ia
sering BAK pada malam hari.
e. Pola BAB

19
Pola BAB pada keluarga Ny.S baik serta tidak memiliki gangguan
pencernaan.
f. Pola Kebersihan diri
Keluarga Ny.S selalu rutin mandi 2x sehari
g. Tingkat kemandirian
Ny.S dan keluarga yang lain cukup mampu melakukan aktivitas mandiri
tanpa dibantu
ADL : mandiri
Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Pada keluarga Ny.S, keluarga tampak senang walaupun dengan penyakit yang
dialami saat ini serta tidak terdapat emosi seperti marah, sedih, ketakutan, putus
asa, serta stress.

a. Kurang interaksi dengan orang lain


Keluarga Ny.S mengatakan dirinya sering mengobrol dengan tetangga
b. Menarik diri dengan lingkungan
Keluarga Ny.S mengatakan dirinya dan anggota keluarga lain tidak pernah
menarik diri dari lingkungan
c. Konflik dengan keluarga
Keluarga Ny.S mengatakan dirinya tidak ada konflik. Seluruh keluarga
membantu dan memberikan semangat untuk kesembuhan.
d. Penurunan harga diri
Pada keluarga Ny.S, Ny.S mengatakan dirinya dan keluarga tidak merasa
malu dengan penyakit yang dialami
e. Pada keluarga Ny.S, keluarga mengatakan dirinya tidak merasa terganggu
dengan penyakit yang dialaminya dan menurut Ny.S penyakit yang
dialaminya adalah sebuah cobaan.
Faktor Resiko masalah kesehatan
a. Tidak pernah/ jarang periksa kesehatan.
Keluarga Ny.S belum pernah datang ke pelayanan kesehatan, karena mereka
tidak ada waktu untuk ke fasilitas kesehatan

20
b. Social ekonomi kurang
Pada keluarga Ny.S, Ny.S mengatakan keluarganya termasuk yang
berkecukupan untuk kebutuhan sehari hari
c. Total pendapatan keluarga per bulan
Ny.S mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk kebutuhan keluarga,
berobat, dan menyekolahkan anak-anaknya. Pendapatan perbulan kisaran Rp.
1.000.000,- s/d 2.000.000,- kadang Diatas 2.000.000,-

Pemeriksaan Fisik tanggal 03 November 2022


Nama Vital Sign
Tanggal
(Nama BB/TB Lain-lain
TD N RR S Pemeriksaan
Inisial)

Tn.Y 110/70 98 22 36,5 BB : 57,1 kg 03-11-2022 sehat


TB : 158,8 cm
Ny.S 180/110 88 19 36 BB : 69,5 kg 03-11-2022 Ny.S mengeluh nyeri
TB : 150 cm pada keuda kakinya,
Ny.S juga mengatakan
sering mengalami
kesemutan kebas-kebas
pada kaki kiri, mudah
lelah, lemas. Ny. S
mengatakan sering
buang air kecil pada
malam hari dan
pengelihatannya sering
kabur.
GDS : 300 mg/dl

An.D 120/80 95 22 36,5 TB : 62 kg 03-11-2022 Sehat


TB : 166 cm
An.A 120/90 80 22 36,7 BB : 58 kg 03-11-2022 Sehat

21
TB : 158 cm
Pengkajian Lingkuan :
a. Karakteristik rumah
keluarga Ny.S memiliki luas tanah 60-72 m2 dan memiliki luas bangunan
rumah 9 x 4 m2 (tipe 60). Bangunan tersebut milik sendiri, Rumah Ny.S
rumah permanen memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur,
1 kamar mandi dan wc. Penataan alat/perabot rumah tangga yang cukup rapi,
ventilasi/penerangan bagi keluarga Ny.S cukup memadai, sinar matahari bisa
masuk ke dalam rumah., dengan jumlah jendela 6 buah, ventilasi 6 buah.
Lantai rumah tampak bersih, hal ini terlihat dari tidak adanya kotoran pada
lantai, lingkungan rumah bersih, lantai rumah menggunakan semen, dinding
rumah terbuat dari beton. Halaman belakang rumah digunakan untuk
menanam sayuran. Untuk air minum keluarga menggunakan air isi ulang dan
penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Ny.S menggunakan
sumber air Sumur Bor, dan sumber listrik dari PLN.

Dapur

Ruang WC
Keluarga
Kamar

Kamar
Ruang Tamu

Kamar

b. Kerakteristik Lingkungan Sekitar


Keluarga Ny.S tinggal di lingkungan dengan warga mayoritas suku dayak,
Ny.S mengatakan tetangga nya ramah, terkadang mereka berkumpul untuk
mengobrol dengan disuguhi teh dan cemilan. Ny.S juga mengatakan beberapa
tetangga nya masih keluarga Ny.S
c. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

22
Keluarga Ny.S sering berkumpul dan bercerita dengan tetangga untuk
mengobrol ringan, dan saat ada waktu luang keluarga Ny.S sering mengobrol
dengan anaknya.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Pada keluarga Ny.S semua anggota keluarga saling menyayangi dan
membantu satu sama lain.

Perawat yang mengkaji


Nama : Anjuwita Tgl : 03/11/2022 pkl : 09:00 WIB

23
3.2 Diagnosa Keperawatan
Catatan Keperawatan Keluarga
Analisa Data

No Data Penunjang Masalah Penyebab

1 DS : Perilaku Kesehatan Pemilihan gaya


- Ny.S dan keluarga makan 3x Cenderung Beresiko hidup tidak sehat
sehari serta tidak ada (D.0099)
pantangan, Ny.S dan
keluarga juga mengatakan
suka memakan makanan
yang manis
- Pola minum Ny.S dan
keluarga normal seperti
umumnya, yaitu 8 gelas
perhari. Ny.S dan keluarga
juga sering mengkonsumsi
minuman manis seperti es teh
manis biasa 3 kali sehari.
- Keluarga Ny.S mengatakan
Ny.S mengeluh nyeri pada
keuda kakinya, Ny.S juga
mengatakan sering
mengalami kesemutan kebas-
kebas pada kaki kiri, mudah
lelah, lemas.
- Ny. S mengatakan sering
buang air kecil dan
pengelihatannya sering
kabur.
DO :
- Cek GDS : 300 mg/dl

24
- TTV :
TD : 180/110
N : 98x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5℃

2 DS : Defisit Pengetahuan Kurang Terpapar


- Ny.S dan keluarga tidak (D.0111) Informasi
pernah memeriksa Kesehatan
ke pelayanan kesehatan atau
puskesmas
- Ny.S dan keluarga kurang
mengerti tentang penyakit
diabetes melitus dan tidak
mengetahui bagaimana
penanganan penyakit yang
diderita Ny.S.
DO:
- Cek GDS : 300 mg/dl
- TTV :
TD : 180/110
N : 98x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5℃

25
Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa 1 : Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

Kriteria Skore Pembenaran

Sifat masalah (bobot 1) 3x1/3=1 Sifat masalah tidak

Skala dapat diubah karena


Ny. S menderita
3 : aktual
DM .hasil pemeriksaan
2 : resiko GDS 300 mg/dl
1 : sejahtera

Kemungkinan Masalah 2x2/2=1 Keluarga Ny. S


dapat dubah (Bobot 2) mengatakan akan selalu
Skala mendorong Ny.S

2 : mudah kontrol ke layanan


kesehatan setiap bulan
1 : sebagian

0 : rendah

Potensial masalah dapat 3x1/3=1 Potensial perilaku


dicegah (bobot 1) cenderung beresiko
tinggi untuk di ubah
3 : tinggi

2 : cukup

1 : rendah

Menonjolnya masalah 2x1/2=1 Masalah perilaku ini


(Bobot 1) harus segera di tangani
2 : berat segera ditangani

1 : tidak perlu segera


ditangani

26
0 : tidak dirasakan

Total 5

Diagnosa 2 : Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


informasi

Kriteria Skore Pembenaran

Sifat masalah (bobot 1) 1x3/3= 1 Keluarga Tn.F tidak

Skala mengerti bagaimana


penanganan penyakit.
3 : aktual

2 : resiko

1 : sejahtera

Kemungkinan Masalah 2x2/2=1 Keluarga tidak ada waktu


dapat dubah (Bobot 2) untuk ke fasilitas
Skala kesehatan

2 : mudah

1 : sebagian

0 : rendah

Potensial masalah dapat 3x1/3=1 Masalah dapat dicegah


dicegah (bobot 1) agar tidak berlanjut
3 : tinggi dengan melibatkan

2 : cukup langsung keluarga,


perawat.
1 : rendah

Menonjolnya maslah 1x1/2=1/2 Ny. M mengatakan tidak


(Bobot 1) pernah datang ke
2 : berat segera ditangani pelayanan kesehatan

1 :tidak perlu segera


ditangani

0 : tidak dirasakan

27
Total 3½

Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Priorita Diagnosa Keperawatan Skore


s
1. Manajamen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif 5
2. Defisit Pengetahuan 3½

28
3.3 Intervensi Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (D.0099)

Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan


Setelah dilakukan tindakan Verbal 1. Kemampuan Kondisi Diskusi Keluarga
keperawatan keluarga menjelaskan (I.12482)
selama 1x pertemuan di masalah kesehatan Observasi :
harapkan manajemen yang dialami 1. Identifikasi gangguan
kesehatan keluarga Ny.S Meningkat kesehatan setiap anggota
membaik. 2. Aktivitas keluarga keluarga
mengatasi masalah Terapeutik :
kesehatan tepat 1. Ciptakan suasana rumah
Meningkat yang sehat dan
3. Tindakan untuk mendukung
mengurangi factor 2. Fasilitasi keluarga
resiko Meningkat mendiskusikan masalah
4. Verbalisasi kesehtaan yang sedang
kesulitan dialami
menjalankan 3. Pertahankan hubungan
perawatan yang timbal balik antara
ditetapkan keluarga dan fasilitas
menurun kesehatan.
Gejala penyakit Edukasi :
anggota keluarga 1. Anjurkan anggota
keluarga dalam
memanfaatkan sumber –
sumber yang ada dalam
masyarakat

29
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Pengetahuan (D.0111)
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan asuhan Verbal 1. Perilaku sesuai Edukasi Kesehatan
keperawatan selama 1x anjuran meningkat (I.12383)
Observasi :
pertemuan diharapkan 2. Kemampuan
1. Identifikasi kesiapan
defisit pengetahuan menjelaskan tentang dan kemampuan
membaik penyakitnya menerima informasi
2. Identifikasi faktor-
meningkat
faktor yang dapat
3. Perilaku sesuai meningkatkan dan
dengan pengetahuan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
meningkat
dan sehat
4. Pertanyaan tentang Terapeutik :
masalah yang 1. Sedia materi dan
dihadapi menurut media Pendidikan
Kesehatan
5. Persepsi yang keliru 2. Jadwalkan Pendidikan
terhadap masalah Kesehatan sesuai
menurun kesepakatan
3. Berikan kesempatan
6. Menjalani
untuk bertanya
pemeriksaan yang Edukasi :
tidak tepat 1. Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat.

30
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari/Tanggal Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi
03/11/2022 Diagnosa 1 09.50 1. Mengidentifikasi S :
WIB gangguan kesehatan - Keluarga dan Ny.S
setiap anggota keluarga mengatakan baru
2. Menciptakan suasana pertama kali
rumah yang sehat dan melakukan
mendukung pemeriksaan
3. Memfasilitasi keluarga kesehatan ke petugas
mendiskusikan masalah Kesehatan.
kesehatan yang sedang - Keluarga dan Ny.S
dialami mengatakan sudah
4. Mengajurkan anggota mengetahui tentang
keluarga dalam diet & senam kaki
memanfaatkan sumber- diabetes dan akan
sumber yang ada dalam membatasi gula pada
masyarakat makanan dan
minuman yang
dikonsumsi.
O:
- Keluarga Ny.S
mengatakan tidak tau
kalua Ny.S mengidap
penyakit Diabetes
Melitus
- Tampak keluarga
Ny.S paham
pentingnya
menciptakan suasana
rumah yang sehat dan

31
bersih untuk
menunjang kesehatan
keluarga agar
menciptakan suasana
nyaman dan
menghindari dari
penyakit-penyakit
lain.
- Keluarga saat
dijelaskan tampak
mengerti tentang
penyakit Diabetes
Melitus, tanda dan
gejala hingga
bagaiamana cara
mengontrol penyakit
Diabetes Melitus
dengan Diet & senam
kaki Diabetes Melitus
- Keluarga Ny.S
menyetujui untuk
selalu memanfaatkan
layanan fasilitas
kesehatan baik
Puskesmas, Rumah
sakit, maupun Klinik
- Berkolaborasi dalam
pemberian terapi
Glimepirid 2mg,
metformin 500mg,
amlodipine 10mg,
becefort 2x1.

32
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi
25/10/2022 Diagnosa 2 09.55 WI 1. Mengidentifikasi S:
B kesiapan dan - Keluarga mengatakan
kemampuan menerima
senang telah diberi
informasi
2. Identifikasi faktor- penyuluhan.
faktor yang dapat - Keluarga mengatakan
meningkatkan dan
akan menyiapkan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih makanan minuman
dan sehat seperti yang diajarkan.
3. Menjelaskan faktor
- Keluarga mengatakan
resiko yang dapat
mempengaruhi telah menyarankan agar
Kesehatan Ny.S melakukan senam
4. Ajarkan strategi yang kaki
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku O:
hidup bersih dan sehat. Keluarga Ny.S tampak
senang
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan Intervensi

33
BAB 4
PEMBAHASAN
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan problem yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat
mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam
2001). Pengkajian menurut teori (Nursalam, 2010:17).adalah tahap awal dari
proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk menegvaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien .
Pada bab ini penulis akan mencoba membandingkan konsep teori
mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Ny.S Dengan Masalah
Diabetes Melitus di UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya”
4.1 Pengkajian
Menurut (Santi, 2015) dalam Rafli (2019) manifestasi Klinis DM tergantung
pada tingkat hiperglikemia yang dialami oleh klien. Manifestasi klinis khas
yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes meliputi:
1. Trias poli Poliura (Peningkatan penguluaran urin), Polidipsi (peningkatan
rasa haus) dan poliphagi (peningkatan rasa lapar).
2. Kelemahan dan kelelahan.
3. Perubahan penglihatan yang mendadak.
4. Perasaan gatal atau kebas pada kaki atau tangan.
5. Kulit kering dan adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi
berulangan.
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya
dengan temuan masalah yang di alami Ny.S maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa ada banyak kesamaan antara data temuan pada klien dengan
teoritis yang diuraikan para ahli. Kesamaan yang ditemukan sesuai dengan
teori pengkajian munurut penulis yang ditemukan pada Ny.S dengan Diagnosa
medis Diabetes Melitus di temukan keluhan pada Ny.S yaitu mengalami

34
Poliura (Peningkatan penguluaran urin), Polidipsi (peningkatan rasa haus) dan
poliphagi (peningkatan rasa lapar), Kelemahan dan kelelahan, kaki kesemutan.
4.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan
adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan
rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan
dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)
Diagnosa Keperawatan Keluarga yang mungkin muncul pada
penderita Diabetes Melitus adalah:
1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga (SDKI.D.0090)
2. Ketidakmampuan Koping Keluarga (SDKI.D.0093)
3. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (SDKI.D.0099)
4. Manajamen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif (SDKI.D.0115)
5. Gangguan Proses Keluarga (SDKI.D.0120)
6. Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga (SDKI.D.0123)
Diagnosa menurut penulis yang ditemukan pada kasus Ny.S dengan
Diabetes Melitus didapatkan Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif &
Defisit Pengetahuan.
4.3 Intervensi
Intervensi munurut fakta yang ditemukan pada Ny.S dengan Diabetes
Melitus yaitu dengan diagnosa yang pertama Manajamen Kesehatan
Keluarga Tidak Efektif yaitu Kondisi Diskusi Keluarga (I.12482):
1. Identifikasi gangguan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Ciptakan suasana rumah yang sehat dan mendukung
3. Fasilitasi keluarga mendiskusikan masalah kesehtaan yang sedang dialami
4. Pertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

35
5. Anjurkan anggota keluarga dalam memanfaatkan sumber – sumber yang ada
dalam masyarakat
Diagnosa yang kedua Defisit pengetahuan yaitu Promosi Edukasi
kesehatan (I.12383) :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3. Sedia materi dan media Pendidikan Kesehatan
4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala
treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan
dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan
(PPNI, 2019).
Menurut teori (Surhayanto, 2009:193) intervensi keperawatan adalah
perilaku sfesifik yang diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat, Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka
perlu dibuat perencanaan (Intervensi) keperawatan, tujuan perencanaan
adalah untuk mengurangi, menghilangkan, mencegah yang dirasakan oleh
pasien.
4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan pada pertemuan ke 1 pada tanggal
3 November 2022 di UPT Puskesmas Jekan Raya , yaitu diagnosa pertama
dengan implementasi yaitu Manajamen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif:
Mengidentifikasi gangguan kesehatan setiap anggota keluarga, menciptakan
suasana rumah yang sehat dan mendukung, memfasilitasi keluarga
mendiskusikan masalah kesehatan yang sedang dialami, mengajurkan
anggota keluarga dalam memanfaatkan sumber – sumber yang ada dalam

36
masyarakat . Dan diagnose kedua dengan implementasi Perilaku kesehatan
cenderung beresiko: Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat
ditingkatkan, mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi, mengorientasi pelayanan kesehatan yang dapat diamanfaatkan,
menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya untuk memeriksa kesehatan
rutin di layanan kesehatan, mengajarkan terapi komplementer seperti senam
kaki, menganjurkan makan sayur dan buah-buahan, menganjurkan
melakukan aktivitas fisik (olahraga) .
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan
bahwa, penatalaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang
direncanakan.
4.5 Evaluasi
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama yang
dilakukan di UPT Puskesmas Jekan Raya pada tanggal 3 November 2022
pukul 09.55 WIB yaitu S: Keluarga Ny.S mengatakan akan selalu rutin
kontrol di UPT Puskesmas Jekan Raya Palangka Raya untuk mengambil
obat rutin dan pemeriksaan kesehatan, Keluarga Ny.S mengatakan sudah
mengetahui tentang diet & senam kaki diabetes dan akan membatasi gula
pada makanan dan minuman yang dikonsumsi. O: Keluarga Ny.S
mengatakan Ny.S mengidap penyakit Diabetes Melitus, Tampak keluarga
Ny.S paham pentingnya menciptakan suasana rumah yang sehat dan bersih
untuk menunjang kesehatan keluarga agar menciptakan suasana nyaman dan
menghindari dari penyakit-penyakit lain, Keluarga saat dijelaskan tampak
mengerti tentang penyakit Diabetes Melitus, tanda dan gejala hingga
bagaiamana cara mengontrol penyakit Diabetes Melitus dengan Diet &
senam kaki Diabetes Melitus, Keluarga Ny.S menyetujui untuk selalu
memanfaatkan layanan fasilitas kesehatan baik Puskesmas, Rumah sakit,
maupun Klinik, Berkolaborasi dalam pemberian terapi pemberian terapi
Glimepirid 2mg, metformin 500mg, amlodipine 10mg, becefort 2x1 A:
masalah teratasi, P: pertahankan intervensi
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua yang
dilakukan di UPT Puskesmas Jekan Raya pada tanggal 3 November 2022

37
pukul 10.45 WIB yaitu: S : Keluarga mengatakan senang telah diberi
penyuluhan. Keluarga mengatakan akan menyiapkan makanan minuman
seperti yang diajarkan. Keluarga mengatakan telah menyarankan agar Ny.S
melakukan senam kaki O : Keluarga Ny.S tampak senang A : Masalah
teratasi P : Pertahankan Intervensi.
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan
sebelumnya

38
BAB 5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa Diabetes
Melitus Tipe 2 selama dua hari, mulai tanggal 03 November 2022 di wilayah
kerja UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S yang meliputi pengkajian dan


menganalisa data, menentukan diagnosa keperawatan, menentukan dan
membuat intervensi keperawatan, melakukan implementasi keperawatan
dan melakukan evaluasi hasil dari implementasi keperawatan yang telah
dilakukan.
2. Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah sikap koperatif dari klien
dan keluarganya yang ikut berperan dalam pemberian asuhan keperawatan
dan pelaksanaan implementasi keperawatan pada Ny.S serta tidak
ditemukannya faktor penghambat.
3. Pemecahan masalah pada klien Ny.S dengan Diabetes Melitus Tipe 2
dilakukan dengan melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang
dibuat berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, dan untuk mencapai tujuan
dari intervensi tersebut. Intervensi terdiri dari diagnostik, teraupetik,
edukatif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya
3.2 Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk referensi-referensi dalam
pengelolaan asuhan keperawatan, dan memberikan referensi untuk
memberikan intervensi sesuai kebutuhan dasar pada pasien tersebut.
3.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk
mahasiswa dalam membuat asuhan keperawatan terkait pasien dengan
diagnose Post Partum pada masa mendatang.

39
3.2.3. Bagi tempat praktik
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk menjadi referensi dan
tambahan supaya mengelola pasien dengan kebutuhan dasar yang menjadi
dasar pemenuhan dan hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang
maksimal.

40
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes
bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics

Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.


http://biologigonz.blogspost.com

(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 15 april 2016
dari http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf

PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta :PERKERNI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembangan


Kesehatan

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
: Jakarta: DPP PPNI

Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit


Keenbooks

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta: Trans Info Mediaq

41
LAMPIRAN

42
SATUAN ACARA PENYULUHAN

OLEH :

Anjuwita

2019.C.11a.0999

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023

43
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan : Pengertian DM, penyebab DM,
gejala DM, pencegahan DM,
komplikasi DM.
Hari/Tanggal : Kamis 03 November 2022
Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat : PKM Jekan Raya
Waktu : 15 menit
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x15 menit, pasien dan keluarga mampu
memahami dan mampu menjelaskan apa itu Diabetes Melitus.
2. Tujuan Instruksi Khusus:
a) Menyebutkan Pengertian Diabetes Melitus.
b) Menyebutkan macam-macam Penyebab Diabetes Melitus.
c) Moenyebutkan tanda dan Gejala Diabetes Melitus.
d) Menyebutkan Pencegahan Diabetes Melitus.
e) Menyebutkan Komplikasi Diabetes Melitus.
B. Metode
1. Ceramah dan Tanya Jawab
C. Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Diabetes Melitus.

44
D. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Kamis, 27 Oktober 2022
2. Pukul : 14.00 s/d 14.15
3. Alokasi : 15 Menit
Waktu Tahap Kegiatan Kegiatan
Penyuluhan Sasaran
2 Menit Pembukaan 1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan Diri
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
10 Menit Kegiatan Inti 1. Pengertian Diabetes Melitus. Mendengarkan,
2. Penyebab Diabetes Melitus. Menanggapi,
3. Gejala Diabetes Melitus. Menjelaskan ulang
4. Pencegahan Diabetes Melitus. materi yang sudah
5. Komplikasi Diabetes Melitus. disampaikan.
3 Menit Evaluasi/Penutup 1. Menyimpulkan materi. Menyimpulkan
2. Memberi saran Menyimak,
3. Menutup (mengucapkan Menjawab salam
salam)
E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di rumah klien
3) Evaluasi dengan memberikan pertanyaan secara lisan

45
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau
menggunakan insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy
atau disimpan sebagai cadangan energi.
B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan
C. TANDA DAN GEJALA
1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit
sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah

46
D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena
pengobatan dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi
E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN
Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi
Indonesia ) diet harian penderita DM disusun sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein         : 10-15%
c. Lemak          : 20-25%

Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi  yang dikonsumsi oleh penderita


DM diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
1. Manisan Buah
2. Gula pasir
3. Susu Kental Manis
4. Madu
5. Abon
6. Kecap
7. Sirup
8. Es Krim

b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS


DIBATASI ;
1. Nasi
2. Singkong

47
3. Roti
4. Telur
5. Tempe
6. Tahu
7. Kacang Hijau
8. Kacang Tanah
9. Ikan

c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :


1. Kol
2. Tomat
3. Kangkung
4. Oyong
5. Bayam
6. Kacang Panjang
7. Pepaya
8. Jeruk
9. Pisang
10. Labu Siam  
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan
baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur

48
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka
cepat MINUM TEH MANIS
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin,
tangga ( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan

49

Anda mungkin juga menyukai