Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA Ny. W DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES


MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PKM MARINA PERMAI
DI KOTA PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh :

Anjuwita
2019.C.11a.0999

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Anjuwita
NIM : 2019.C.11a.0999
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dalam Keperawatan Gerontik Dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Pkm
Marina Permai Kota Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


mneyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 4 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan Ini Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing lahan Pembimbing Akademik

Susilawati, S. Kep.,Ners Ika Paskaria, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Pendahuluan Dalam Keperawatan Gerontik Dengan Diagnosa Diabetes Melitus
Di Wilayah Kerja Pkm Marina Permai Kota Palangka Raya ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK 4) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3) Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners. Selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4) Ibu Susilawati, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
5) Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 19 September 2022

Anjuwita
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Gerontik.........................................................................................
2.1.1 Pengertian................................................................................................
2.1.2 Klasifikasi................................................................................................
2.1.3 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Lanjut Usia......................................
2.2 Konsep Dasasr Penyakit Diabetes Melitus.................................................
2.2.1 Definisi....................................................................................................
2.2.2 Klasifikasi................................................................................................
2.2.3 Etiologi....................................................................................................
2.2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................
2.2.5 Patofisiologi.............................................................................................
2.2.6 WOC........................................................................................................
2.2.7 Komplikasi...............................................................................................
2.2.8 Pemeriksaan penunjang...........................................................................
2.2.9 Penatalaksanaan medis............................................................................
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................
2.3.1 Pengkajian................................................................................................
2.3.2 Diagnosis.................................................................................................
2.3.3 Intervensi.................................................................................................
2.3.4 Implementasi............................................................................................
2.3.5 Evaluasi....................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Keliat, Budi Anna, 1999) dalam Sya’diyah (2018).
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
dalam Sya’diyah (2018).
Masalah kesehatan yang muncul pada lansia bisa berupa fisiologis
maupun psikologis. Berbagai penyakit yang dapat timbul karena akibat
penurunan fungsi tubuh. Penyakit yang timbul secara fisiologis seperti
diabetes mellitus, hipertensi, asam urat, kolestrol, dan penyakit lainnya.
Penyakit yang timbul secara psikologis yaitu setress, depresi dan lainnya.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik,
progresif, ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya
(Kardiyudiani & Susanti, 2019).
Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan
sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita
diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9.3%
dari total penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF
memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan
9.65% pada laki laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring
penambahan umur penduduk menjadi 19.9% atau 111.2 juta orang pada umur
65-79 tahun.
Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis menurut kelompok
umur pada Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2018 yaitu pada umur 15-
24 tahun sebesar 0.1%, umur 25-34 tahun sebesar 0,2%, umur 35-44 tahun
sebesar 1,1%, umur 45-48 tahun sebesar 3.9 %, 55-64 tahun sebesar 6.3%,
umur 65-74 tahun sebesar 6.0 %, dan untuk >75 tahun sebesar 3.3% (Badan
Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019) dalam Infodatin Kementerian
Kesehatan RI (2020). Dapat disimpulkan penderita diabetes mellitus
meningkat dikarenakan faktor bertambahnya usia dan puncaknya di umur 55-
64 tahun dan akan menurun jika telah melewati rentang umur tersebut.
Permasalahan kesehatan ini terjadi karena adanya proses menua yang
menyebabkan banyak perubahan pada tubuh lansia seperti perubahan
psikologis, sosial dan penurunan fungsional tubuh. Akibat penurunan
kapasitas fungsional ini lansia umumnya tidak berespons terhadap berbagai
rangsangan seefektif. Penurunan kapasitas untuk merespon rangsangan
menyebabkan lansia sulit untuk memelihara kestabilan status fisikawi dan
kimiawi tubuh atau memelihara homeostasis tubuh. Gangguan terhadap
homeostasis ini menyebabkan disfungsi berbagai sistem organ dan
meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit. Salah satu homeostasis
yang terganggu yaitu sistem pengaturan kadar glukosa darah. Terganggunya
sistem pengaturan glukosa darah mengakibatkan peningkatan glukosa darah
lebih dari normal. Glukosa darah meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Seiring dengan proses penuaan semakin banyak lansia yang berisiko
terhadap terjadinya Diabetes Melitus (Reswan, dkk, 2017).
Diabetes Tipe II merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi.
Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif
terhadap insulin sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan
dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen
penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini (Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru, 2019). DM tipe II adalah DM yang umum di temui di masyarakat.
DM merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial. DM
ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi karena
penyakit DM tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan menyebabkan
kerusakan vaskular sebelum penyakit terdeteksi (Gabriellyn, 2016) dalam
Aprilia, dkk (2018). DM Tipe II merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai. Biasanya terjadi pada usia 30 tahun ke atas. Pada DM tipe II
pankreas masih dapat membuat insulin tetapi kualitas insulin yang dihasilkan
buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya glukosa dalam darah
meningkat. Kemungkinan lain terjadinya DM tipe II adalah sel jaringan tubuh
dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (insulin
resistance) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya
tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien
yang gemuk atau mengalami obesitas (Aprilia,dkk, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan
keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Marina Permai”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah,
yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memahami konsep dan mempelajari Asuhan Keperawatan
pada pasien yang mengalami serta memberi pemahaman pada penulis
agar dapat belajar dengan lebih baik lagi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun Tujuan Khusus penulisan Laporan Pendahuluan ini yaitu penulis
mampu :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Diabetes Melitus
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan
pada pasien gerontic dengan diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien gerontik
dengan diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada pasien gerontik
dengan diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.5 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada gerontik dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.6 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada pasien Gerontik
dengan diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.8 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada keluarga dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat
mengetahui dan memahami konsep Penyakit Diabetes Melitus dan agar
dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitar agar
tidak mengalami
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan
keluarga dapat mengetahui gambaran umum dari beserta tanda gejala
serta perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan
yang tepat dalam lingkungan keluarganya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang
konsep Diabetes Melitus dan ilmu tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan
Manfaat penulisan bagi Rumah Sakit yaitu agar dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan keluarga
bagi pasien khusunya
1.4.4 Untuk IPTEK
Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan
di bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan Diabetes Melitus
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gerontik


2.1.1 Pengertian
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2008) dalam Sya’diyah
(2018). Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. (Constantindes, 1994) dalam Sya’diah (2018).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap dalam kehidupannya yaitu masa
anak, masa dewasa, dan masa tua (Nugroho, 1992) dalam Sya’diah (2018).
2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia
1. Batasan usia menurut WHO (Sya’diah, 2018) Lanjut Usia meliputi :
a) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b) Lanjut Usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. (Departemen Kesehatan RI, 2015) dalam Sya’diah (2018)
mengklafikasikan lanjut usia sebagai berikut :
a) Pralansia (prenalis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa,
e) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
2.1.3 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Usia Lanjut
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami
perubahanperubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri
secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.
Masalah-masalah yang menyertai lansia (Hurlock, 1979) dalam Sya’adiah
(2018) yaitu :
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang
lain
2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah
4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak
5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik
yang mendasar adalah perubahan gerak.
Permasalahan umum yang dapat terjadi pada lansia :
1. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang
lanjut usia kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
2.2 Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
2.2.1 Definisi
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan
oleh karena pankreas memproduksi insulin yang tidak adekuat bagi tubuh,
atau tubuh tidak dapat secara efektif memakai insulin yang ada, atau
keduanya. Hal tersebut akan membuat kadar glukosa dalam darah
meningkat. DM tipe 2 (DM 2) adalah DM yang disebabkan oleh karena
tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara efektif atau biasa dikenal
dengan resisten insulin (WHO, 2014) dalam Karamoy dan Dharmadi
(2020).
DM merupakan penyakit kronis yang menjadi tantangan di dalam
dunia kesehatan. DM merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular
(PTM) yang menyebabkan 1,6 juta kematian di dunia pada tahun 2010
(WHO, 2014) dalam Istianah, dkk (2020). DM adalah penyakit menahun
(kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula
darah yang melebihi batas normal. (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin
atau keduanya (Perkumpulan Endikronologi Indonesia, 2019). DM
merupakan penyakit yang memerlukan pengelolaan berkelanjutan
khususnya dalam pengendalian kadar glukosa untuk mencegah atau
memperlambat terjadinya komplikasi. Diabetes mellitus merupakan suatu
hal baru bagi masyarakat Indonesia (Astuti & Setiarani, 2013) dalam
Fitriyani, dkk (2020).
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi DM (Perkumpulan Endikronologi Indonesia, 2019) adalah :
1. Tipe 1: Destruksi sel beta, umumnya berhubungan dengan pada defisiensi
insulin absolut.
2. Tipe 2: Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai reistensi insulin.
3. DM gestasional: Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau
ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes
4. Tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain :
a. Sindroma diabetes monogenic (diabetes neonatal, maturity-onset
diabetes of the young [MODY]).
b. Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatisis).
c. Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan
glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi
organ).
2.2.3 Etiologi
Etiologi DM menurut (Wijaya & Puteri, 2019) adalah sebagai berikut :
1. DM tipe 1 (DDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetik/ herediter Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan
perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel-sel
beta
b. Faktor infeksi virus Infeksi virus coxsackie pada individu yang
peka secara genetik
c. Faktor imunologi Respon autoimun abnormal mengakibatkan
antibodi menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan asing.
2. DM tipe II (NIDDM)
a. Obesitas Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel
target diseluruh tubuh, insulin yang terjadi menjadi kurang efektif
dalam mengingatkan efek metabolik.
b. Usia Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga DM memiliki hubungan yang sangat erat dengan
riwayat keturunan keluarga.
d. Kelompok etnik Berdasarkan penelitian terakhir di 10 negara
menunjukkan bahwa bangsa Asia lebih beresiko terserang DM
dibanding bangsa barat. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan
bahwa secara keseluruhan bangsa Asia kurang berolahraga
dibandingkan bangsa-bangsa dibenua barat. Selain itu, kelompok
etnik tertentu juga berpengaruh terutama Cina, India dan Melayu
lebih beresiko terkena DM
3. DM Malnutrisi Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi
pankreas
4. DM Tipe Lain
a. Penyakit Pankreas: pankreatitis, Ca pankreas, dll)
b. Penyakit hormonal: akromegali yang merangsang sekresi sel-sel
beta sehingga hiperaktif dan rusak
c. Obat-obatan: Aloxan, streptozikin: sitotoksin terhadap sel sel beta
Derivit thiazide: menurunkan sekresi insulin
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Santi, 2015) dalam Rafli (2019) manifestasi Klinis DM
tergantung pada tingkat hiperglikemia yang dialami oleh klien.
Manifestasi klinis khas yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes
meliputi :
a. Trias poli Poliura (Peningkatan penguluaran urin), Polidipsi
(peningkatan rasa haus) dan poliphagi (peningkatan rasa lapar).
b. Kelemahan dan kelelahan.
c. Perubahan penglihatan yang mendadak.
d. Perasaan gatal atau kebas pada kaki atau tangan
e. Kulit kering dan adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan
infeksi berulangan.
2.2.5 Patofisiologis
Patofisiologi dari DM menurut (Brunner & Suddart, 2005) dalam Wijaya
dan Puteri (2019).
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes I tidak terdapat ketidakmampuan pankreas untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postpranidial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekresikan dalam urin, ekresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektronik yang berlebihan. Keadaan
ini dinamakan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliura) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencangkup kelelahan dan
kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang produksi badan keton yang merupakan produk
samping pecahan lemak. Badan keton merupakan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri
abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa didalam sel, resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif
maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencangkup kelelahan, iritabilitas, poliura, polidipsia, luka yang
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya saat tinggi). Penyakit diabetes membuat gangguan/
komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh,
disebut angiopati diabetic. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua
yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular)
disebut mikroangiopati.
Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekurangan atau tanpa insulin :
1) Penurunan penggunaan glukosa
2) Peningkatan mobilisasi lemak
3) Peningkatan penggunaan protein
DM Tipe 1 DM Tipe 2

Reaksi Autoimun Genetik, Pola makan, Pola hidup, stress


2.2.6 WOC

Sel Pankreas hancur Defisinsi Insulin


Jumlah sel pancreas menurun

Diabetes Melitus (DM)

B1 Breath B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone

Destruksi sel beta Oksidasi glukosa Konsentrasi Destruksi sel beta akibat
Kegagalan relative sel beta dan Kegagalan relative
akibat proses terganggu glukosa dalam proses autoimun sel beta dan
resistensi insulin pada jaringan
lemak autoimun darah ↑ resistensi insulin
Perubahan fungsi Mengganggu kerja
Perubahan metabolisme lemak Vasikularisasi aliran serebral enzim di pankreas System otot terganggu
Ginjal tidak
darah ↓
dapat menyerap
Pembentukan dan akumulasi Menurunnya glukosa Mengganggu proses Transport asam
benda-benda keton Pembuluh darah kesadaran dan absorsi makanan amino terganggu
menyempit penglihatan
Glukosa di urine +
Keseimbangan asam basa Cadangan glikogen
dan disertai Penyimpanan dan
terganggu MK : Resiko cidera dalam otot ↓
vasokontriksi pengeluaran cairan metabolisme gizi
berlebih
Hiperventilasi Gangguan urat saraf
MK : Resiko tinggi penurunan curah Ketidakseimbangan zat
jantung Peningkatan dalam berkemih gizi
Transport O₂ ↓ Kesemutan, kelelahan
dan kram
Hipoglikemi/Hiperglikemi
MK : Kekurangan volume cairan
MK : Gangguan pertukaran gas MK : Gangguan
Gangguan eliminasi urine
Perubahan perfusi jaringan MK : Resiko nutisi kurang dari metabolisme fisik
kebutuhan/lebih dari kebutuhan tubuh
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi menurut (Subiyanto, 2019) :
Diabetes sering disebut “the great imitator”, yaitu penyakit yang dapat
menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan.
Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak
menyadarinya adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Kadar glukosa
darah yang terus menerus tinggi akan menyebabkan gangguan-gangguan
yang akan timbul beberapa tahun kemudian. Ini biasanya dikenal sebagai
komplikasi kronis. Komplikasi akut juga dapat terjadi jika kadar glukosa
darah seseorang meningkat atau menurun dengan tajam dalam waktu
relatif singkat. Tidak semua orang dengan diabetes akan menderita
komplikasi jangka Panjang. Bagaimanapun penelitian telah membuktikan
bahwa kontrol glukosa darah yang baik akan mencegah atau
memperlambat perkembangan komplikasi akut dan kronis.
1. Komplikasi Akut
Dalam komplikasi yang dikenal dikenal beberapa istilah sebagai
berikut:
a. Hipoglikemia adalah keadaan seseorang dengan kadar glukosa
darah di bawah nilai normal (˂60 mg/DL) Gejala ini berkeringat
dengan munculnya rasa lapar, gemetar, mengeluarkan keringat,
berdebar-debar, pusing, pusing, dan penderita bisa menjadi tidak
sadar kejang.
b. Hiperglikemia Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah
meningkat secara tiba-tiba. Gejala hiprglikemia adalah
poliuria,polidipsia,polifagia, kelelahan yang parah dan pandangan
yang kabur. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat menjadi
keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis
diabetik yaitu dimana tubuh sangat kekurangan insulin secara
mendadak.
2. Komplikasi kronis/jangka
Meskipun komplikasi jangka panjang dari Diabetes berkembang secara
bertahap, komplikasi penyebab kecacatan permanen atau bahkan
mengancam jiwa. Beberapa komplikasi potensial diabetes termasuk :
a. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Diabetes meningkatkan
risiko berbagai masalah kardiovaskalar, termasuk penyakit arteri
koroner dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke,
penyempitan arteri (aterosklerosis), dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding
pembuluh darah kecil (kapiler) terutama di kaki. Ini dapat
menyebabkan kesemutan mati rasa, rasa terbakar atau rasa sakit
yang biasanya dimulai di ujung jari kaki dan secara bertahap
menyebar ke tubuh bagian atas. Gula darah yang tidak terkontrol
pada akhirnya dapat menyebabkan mati rasa di bagian tubuh yang
terkena. Kerusakan pada saraf yang mengontrol sistem pencernaan
yang menyebabkan masalah mual, muntah, diare atau sembelit.
c. Kerusakan ginjal (nefropati). Ginjal mengandung jutaan kluster
darah kecil yang menyaring limbah dari darah. Diabetes dapat
merusak sistem penyaringan tersebut. Kerusakan parah dapat
menyebabkan gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir yang
ireversibel, yang akhirnya memerlukan dialisis atau transplantasi
ginjal.
d. Kerusakan mata. Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina
(diabetic retinopathy), berpotensi menyebabkan kebutaan. Diabetes
juga meningkatkan risiko kondisi penglihatan serius lainnya,
seperti katarak dan glaukoma.
e. Kerusakan kaki. Kerusakan saraf di kaki atau aliran darah yang
buruk ke kaki meningkatkan risiko berbagai komplikasi kaki. Jika
tidak diobati, luka dan lecet bisa menjadi infeksi serius. Kerusakan
parah mungkin menyebabkan terjadinya amputasi kaki.
f. Gangguan pendengaran. Masalah pendengaran lebih sering terjadi
pada penderita diabetes.
g. Gangguan kulit. Diabetes dapat membuat seseorang lebih rentan
terhadap masalah kulit, termasuk infeksi bakteri dan jamur.
h. Penyakit Alzheimer. Diabetes tipe 2 dapat meningkatkan risiko
penyakit Alzheimer. Semakin buruk kendali gula darah, semakin
besar risikonya
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa cara pemeriksaan kadar glukosa darah untuk menegakkan
diagnosa DM berdasarkan konsensus pengelolaan dan pencegahan DM di
indonesia (Kardiyudiani & Dwi, 2019) adalah :
1. Tes gula darah (A1C). Tes darah ini menunjukkan tingkat gula darah rata-
rata selama dua hingga tiga bulan terakhir. Tes ini mengukur persentase
gula darah yang melekat pada hemoglobin dan protein pembawa oksigen
dalam sel darah merah. Semakin tinggi kadar gula darah, semakin banyak
hemoglobin yang dimiliki dengan gula darah, semakin banyak hemoglobin
yang dimiliki dengan gula darah yang menempel. Tingkat A1C 6,5% atau
lebih tinggi pada dua tes terpisah menunjukkan pasien menderita diabetes.
Hasil antara 5,7-6,4% dianggap prediabetes, yang menunjukkan risiko
tinggi terkena diabetes. Tingkat normal dari A1C adalah dibawah 5,7%.
2. Jika tes A1C tidak dapat dilakukan karena kondisi tertentu yang dapat
membuat tes A1C tidak akurat, seperti hamil atau kelainan, dokter akan
menggunakan tes berikut untuk mendiagnosis diabetes :
a. Tes gula darah acak. Sampel darah akan di ambil pada waktu acak.
Nilai gula darah dinyatakan dalam milligram per desiliter (mg/dL) atau
milimoles per liter (mmol/L). Kadar gula darah acak 200 mg/dL (11,1
mmol/L) atau lebih tinggi menunjukkan diabetes, terutama bila
digabungkan dengan salah satu tanda dan gejala diabetes, seperti sering
buang air kecil dan haus ekstrem
b. Tes gula darah puasa. Sampel darah akan diambil setelah pasien
menjalani puasa dalam semalam. Tingkat gula darah puasa normal
adalah kurang dari 100 mg/dL (5,6 mmol/L). Tingkat gula darah puasa
dari 100 hingga 125 mg/dL (5,6 hingga 6,9 mmol/L) dianggap
prediabetes, sedangkan hasil pengukuran 126 mg/dL (7 mmol/L) atau
lebih tinggi pada dua tes terpisah adalah indikasi diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral. Untuk tes ini, pasien akan diminta berpuasa
dalam semalam dan kadar gula darah puasa diukur keesokan harinya.
Pasien akan diminta minum cairan bergula dan kadar gula darah diuji
secara berkala selama dua jam kedepan. Kadar gula darah kurang dari 140
mg /dL (7,8 mmol/ L) dikatakan normal. Hasil antara 140 dan 199 mg/Dl
(7,8 mmol/ L dan 11,0 mmol/ L) menunjukkan prediabetes. Sementara itu,
pasien dikatakan menderita diabetes bila memiliki hasil tes 200 mg / Dl
(11,1 mmol/ L) atau lebih tinggi setelah dua jam.
2.2.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis menurut (Kardiyudiani & Dwi, 2019)
1. Tablet Obat Hipolikemia Oral (OHO)
Obat ini biasanya hanya untuk Diabetes Tipe 2. Tegantung dari
pasar penyebab diabetes dan berat badan. Ada beberapa OHO yang dapat
digunakan secara tunggal maupun kombinasi (termasuk kombinasi
insulin). Obat hipoglikemia oral saat ini terbagi dalam 2 kelompok:obat
yang memperbaiki efek kerja insulin dan obat-obat yang menambah
produk insulin. Obat-obatan seperti metformin, glitazon, dan ascorbe
adalah obat-obatan kelompok pertama. Obat tersebut bekerja pada hati,
otot, jaringan lemak, dan lumen usus. Singkatnya, obat tersebut bekerja
ditempat dimana terdapat insulin yang mengatur glukosa darah.
Sulfonileura, Repaglinid, dan Netaglinid bekerja meningkatkan sekresi
insulin ke sirkulasi porta, sedangkan suntikan insulin menambah kadar
insulin disirkulasi darah.
Jika dokter memberikan obat tablet, yakinkan pasien dan keluarga
mengetahui nama dan kerja obat yang didapatkan, karena pasien dan
keluarga merupakan bagian dari pengobatan. Tanyakan pula ke dokter,
perawat, atau educator diabetes, kapan obat diminum atau disuntikkan,
efek samping dan interkasi dengan obat yang lain.
2. Insulin
Insulin yang ada dipasaran saat ini adalah insulin manusia dengan
tingkat kemurnian yang relatif baik, yakni hasil rekayasa genetik. Insulin
tersebut merupakan suatu bahan sintesis dan bukan berasal dari hewan.
Insulin bekerja melalui suatu reseptor insulin yang terutama terdapat di sel
hati, sel otot, dan sel lemak. Insulin bekerja memasukkan glukosa dari
dalam darah ke intra sel. Sekarang dikembangkan juga cara injeksi insulin
yang baru, sangat mudah dan tidak terasa sakit, serta mudah dibawa
kemana-mana karena bentukanya seperti pena. Penyandang diabetes yang
mendapatkan insulin secara teratur harus dapat menyuntik insulin secara
mandiri. Dokter atau perawat akan mengajarkan pasien cara dan tempat
menyuntik yang benar.
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang perlu mendapat
perhatian dan dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet,
kegiatan jasmani, dan jumlah insulin yang disuntikkan.
a. DPP-4 inhibitor. Obat-obatan ini membantu mengurangi kadar gula
darah, tetapi cenderung memiliki efek sederhana. Obat ini tidak
menyebabkan kenaikan berat badan. Contoh dari obat-obatan ini
adalah sitagliptin (Januvia), saxagliptin (Onglyza), dan lina gliptin
(Tradjenta).
b. Agonis reseptor GLP-1. Obat obatan ini memperlambat pencernaan
dan membantu menurunkan kadar gula darah, meskipun tidak
sebanyak sulfoniluera. Penggunaanya sering dikaitkan dengan
penurunan berat badan. Jenis obat ini tidak direkomendasikan untuk
digunakan sendiri.
c. Exenatide (Byetta) dan liraglutide (Victoza) adalah contoh agonis
reseptor GLP-1. Kemungkinan efek sampingnya termasuk mual dan
peningkatan resiko pankreatitis.
d. Inhibor SGT2. Ini adalah obat diabetes terbaru dipasaran. Mereka
bekerja dengan mencegah ginjal menyerap Kembali gula kedalam
darah. Sebaliknya, gula diekresikan dalam urine. Contohnya termasuk
canaglifozin (Inovakana) dan dapaglifozin (Faraxiga). Efek
sampingnya mungkin termasuk infeksi ragi dan infeksi saluran kemih,
peningkatan buang air kecil, dan hipotensi.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama serta bagian awal dari sebuah
proses keperawatan. Dengan mengumpulkan data yang akurat, serta
sistematis, dan akan sangat membantu untuk menentukan status kesehatan.
Pola pertahan pasien dari berbagai penyakit yang mendera dirinya juga
akan semakin terbaca. Proses pengkajian ini juga dapat memetakan serta
mengantisipasi berbagai kekuatan, pertahanan, serta kelemahan pasien.
Selain itu pengkajian ini juga dapat membantu merumuskan diagnosa
keperawatan pada pasien DM tipe II, pengkajian data dasar pasien
(Subiyanto, 2019) yaitu :
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Meliputi: nama, tempat, tanggal lahir, jenis kelamin, umur, alamat,
status perkawinan, agama, suku, pekerjaan, tanggal masuk RS, no.
MR, tanggal pengkajian, diagnosa medis, TB/BB, TTV (suhu, nadi,
tekanan darah, pernafasan).
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk, ke RS dengan keluhan sering BAK,
kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit
kering, merah, sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien DM mempunyai riwayat hipertensi. Memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak, kurang olahraga.
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, apa
terapinya, apakah klien teratur dalam minum obat.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
d) Riwayat kesehatan lingkungan
Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien,
faktor lingkungan yang ada keterkaitannya dengan sakit yang
dialami pasien saat ini dan kemungkinan masalah yang dapat
terjadi akibat pengaruh lingkungan. Data pengkajian dapat meliputi
kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi udara,
keadaan kamar mandi dan WC, pembuangan air kotor, sumber air
minum, pembuangan sampah, sumber pencemaran, penataan
halaman, privasi, resiko injuri
2. Data dasar klien dan pemeriksaan fisik
a) Kebutuhan aktivitas
Gejala : Mudah lelah, mudah mengantuk, kram otot.
Tanda : Kadar glukosa darah rendah < 60 mg/DL atau tinggi > 200
mg/DL, takikardia dan takipnea ketikaeraktivitas; letargi/disorientasi
penurunan kesadaran dan kekuatan otot.
b) Kebutuhan istirahat
Gejala: Gangguan tidur/istirahat pada malam hari karena sering
kencing, nyeri pada kaki.
Tanda: Kadar glukosa darah > 200 mg/DL (hiperglikemia) yang
menyebabkan sering kencing.
c) Sirkulasi
Gejala: kesemutan dan nyeri pada ekstremitas bawah, ulkus pada kaki,
dan penyembuhan luka atau penyakit yang lama.
Tanda: suhu tubuh (tanda sistemik infeksi), tekanan darah: hipertensi,
nadi yang menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan
kemerahan, bola mata cekung.
d) Kebutuhan eliminasi
Gejala: perubahan pola kemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar
pada kandung kemih, kesulitan berkemih (infeksi) akibat ISK
baru/berulang, nyeri saat abdomen ditekan.
Tanda: urine encer, pucat, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolumia berat); urine berkabut dan
berbau busuk (terjadi infeksi).
e) Kebutuhan nutrisi (makanan/cairan)
Gejala: polifagia (sering lapar dan sering makan), sebaliknya nafsu
makan hilang atau berkurang, mual muntah; tidak patuh dengan diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat; penurunan berat badan dari
periode beberapa hari/minggu; haus berlebihan; penggunaan diuretik
(tiazid).
Tanda: kulit kering/bersisik, turgor terlihat jelek; pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah atau
sebaliknya terjadi hipoglikemia); kekuatan/distensi abdomen, muntah;
bau halitosis, bau buah (napas aseton).
f) Kebutuhan oksigenasi (pernapasan)
Gejala: sesak napas atau merasa kekurangan oksigen, batuk dengan
tanpa sputum baik karena adanya infeksi maupun tanpa adanya infeksi
saluran pernapasan.
Tanda: suhu tubuh (tanda sistemik dari infeksi), batuk dnean/tanpa
sputum purulen (infeksi); frekuensi pernapasan yang meningkat serta
tidak teratur.
g) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesi,
gangguan penglihatan (Padila,2019).
h) Nyeri/kenyamanan abdomen
Abdomen tegang, nyeri (sedang/berat) (Padila,2019).
i) Keamanan
Kulit kering gatal,ulkus kulit (Padila,2019)
3. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a) Psikososial Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,
sikap klien pada orang lain, harapan- harapan klien dalam melakukan
sosialisasi
b) Identifikasi masalah emosional seperti: kesulitan tidur, merasa gelisah,
murung dan menangis, kuatir banyak pikira,masalah dengan keluarga,
menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter, mengurung
diri, jiak lebih dari atau sama 1 jawaban “ya” memiliki Masalah
Emosional Positif (+)
4. Pengkajian Fungsional Klien (INDEKS KATZ)
Mengamati kemandirian dalam makan, kontinensia (BAB/BAK),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi apakah
mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas, atau mandiri
kecuali mandi dan salah satu fungsi lain, mandiri kecuali mandi,
berpakaian dan salah satu fungsi diatas, mandiri kecuali mandi,
berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain, mandiri kecuali
mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain atau
ketergantungan untuk semua fungsi dengan catatan Mandiri berarti tanpa
pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain, seseorang
yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia dianggap mampu Modifikasi Dari Barthel Indeks.
5. Pengkajian Status Mental
a) Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status
questioner (SPSMQ)
b) Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
aktual/potensial) dari individu atau kelompok agar dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,
menyingkirkan atau mencegah perubahan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi masalah, faktor penyebab masalah dan kemampuan klien untuk
dapat mencegah atau memecahkan masalah (Budiono, 2015) dalam Rafli (2019).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit
diabetes militus menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan penyembuhan luka lambat
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
mengeluh lelah
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume
cairan ditandai dengan kerusakan jaringan dan /atau lapisan kulit
4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan osmotik
diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukosa
kering.
5. Resiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis (mis.diabetes mellitus)
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Budiono, 2015) dalam Rafli (2019). Intervensi Keperawatan menurut Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Tindakan Observasi
berhubungan dengan hiperglikemia selama 3x24 jam diharapkan, Kriteria
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
ditandai dengan penyembuhan luka Hasil :
perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
lambat
1. Penyembuhan luka meningkat suhu, anklebrachial index)

2. Nyeri ektremitas menurun 2. Identifikasi faktor resiko gangguan


sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang
3. Kelemahan otot menurun
tua, hipertensi dan kadar kolesterol
tinggi)

3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau


bengkak pada ekstremitas

Terapeutik :
1. Hindari pemasangan infus atau
pengembalian darah di area keterbatasan
perfusi

2. Hindari pengukuran tekanan darah pada


ekstremitas dengan keterbatasan perfusi

3. Hindari penekanan dan pemasangan


tourniquet pada area yang cerdas

4. Lakukan pencegahan infeksi

5. Lakukan perawatan kaki dan kuku

6. Lakukan hidrasi

Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok

2. Anjurkan berolahraga rutin

3. Anjurkan pengecekan air mandi untuk


menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan mengunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan dan penurun
kolesterol jika perlu

5. Anjurkan minum obat pengontrol


tekanan darah secara teratur

6. Anjurkan menghindari pengunaan obat


penyekat beta

7. Anjurkan melakukan perawatan kulit


yang tepat (melembabkan kulit kering
pada kaki)

8. Anjurkan program rehabilitasi vascular


i) Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega

9. Informasikan tanda dan gejala darurat


yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan Tindakan Observasi :


dengan kelemahan ditandai dengan selama 3x24 jam diharapkan, Kriteria
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
mengeluh lelah Hasil :
fisik lainnya
1. Kekuatan tubuh bagian bawah
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
meningkat
ambulansi
2. Keluhan Lelah menurun
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
3. Tekanan darah membaik darah sebelum memulai ambulansi

4. Monitor kondisi umum selama


melakukan ambulansi

Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan
alat bantu (mis. tongkat, kruk)

2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,


jika perlu

3. Fasilitasi keluarga untuk membantu


pasien dalam meningkatkan ambulansi

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi

2. Anjurkan melakukan ambulansi dini

3. Ajarkan ambulansi sederhana yang


harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)

3. Gangguan Integritas kulit Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Tindakan Observasi :


berhubungan dengan kekurangan selama 3x24 jam diharapkan :
1. Identifikasi penyebab gangguan
volume cairan ditandai dengan
1. Elasitisitas meningkat integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
kerusakan jaringan dan /atau lapisan
perubahan status nutrisi, penurunan
kulit 2. Hidrasi menurun
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
3. Kerusakan jaringan menurun
4. Kerusakan lapisan kulit menurun penurunan mobilitas)

5. Nyeri menurun f. Kemerahan Terapeutik :


menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan


tulang, jika perlu

3. Bersihkan perineal dengan air hangat,


terutama selama periode diare

4. Gunakan produk berbahan petrolium


atau minyak pada kulit kering

5. Gunakan produk berbahan ringan/ alami


dan hipoalergik pada kulit sensitif

6. Hindari produk berbahan dasar alkohol


pada kulit kering

Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
lotion, serum)

2. Anjurkan minum air yang cukup

3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4. Anjurkan meningkatkan asupan buah


dan sayur

5. Anjurkan menghindari terpapar suhu


ekstrem

6. Anjurkan mengunakan tabir surya SPF


minimal 30 saat berada di luar rumah

7. Anjurkan mandi dan menggunakan


sabun secukupnya

4. Resiko ketidakseimbangan cairan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Tindakan Observasi :


berhubungan dengan osmotik selama 3x24 jam diharapkan
1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi
diuresis ditandai dengan tugor kulit
1. Asupan cairan meningkat nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
menurun dan membran mukosa
kapiler, kelembapan mukosa, turgor
kering. 2. Keluaran urin membaik
3. Kelembaban membrane mukosa kulit, tekanan darah)
meningkat
2. Monitor berat badan harian
4. Edema menurun
3. Monitor berat badan sebelum dan
5. Dehidrasi menurun sebelum dialisis

4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium


(mis. hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urine, BUN)

5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP,


CVP, PAP, PCWP jika tersedia)

Terapeutik :
1. Catat intakeoutput dan hitung balans
cairan 24 jam

2. Berikan asupan cairan, sesuai


kebutuhan

3. Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika
perlu

5. Resiko infeksi ditandai dengan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Tindakan Observasi :
penyakit kronis (mis.diabetes selama 3x24 jam di harapkan
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
mellitus)
1. Kemerahan menurun sistemik

2. Nyeri menurun
Terapeutik :
3. Cairan berbau busuk menurun
1. Batasi jumlah pengunjung

2. Berikan perawatan kulit pada area


edema

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah


kontsk dengan pasien dan lingkungan
pasien

4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien


beresiko tinggi

Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan


benar

3. Ajarkan etika batuk

4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka


atau luka operasi

5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi


f) Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah anda tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Budiono, 2015)
dalam Rafli (2019)
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan
dan kriteria hasil yang anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono,2015) dalam
(Rafli, 2019)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : Senin, 19 September 2022

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. W (P)
Tempat & Tanggal Lahir : Pandan Asri, 12 Februari 1958 Gol.Darah : A
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 150 Cm / 55 Kg
Penampilan : Baik Ciri-ciri Tubuh : Ideal
Alamat : Jalan Candra buana, gang Pandan Asri
Orang Yang Dekat Di hubungi : Tn. D
Hubungan dengan Lansia : Suami
Alamat : Jl. Candra buana, gang Pandan Asri

B. RIWAYAT KELUARGA
Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga

1. Tn. D Laki-laki Suami SD Pedagang Sehat

2. Ny. W Perempuan Istri SD Swasta Sehat

3. Ny. A Perempuan Anak SMA Swasta Sehat

4. Ny. F Perempuan Anak SMA Guru Sehat

5. Tn. G Laki-laki Anak S1 Swasta Sehat

6. An.A Laki-laki Anak SMA Swasta Sehat


Genogram

Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: pasien

: tinggal serumah

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya :-
Sumber pendapatan & Kecukupan : Sumber Pendapatan keluarga diperoleh
pekerjaan suami.
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP (DENAH)
Pasien dan keluarga memiliki jumlah kamar 5 dirumah, kondisi tempat
tinggal bersih, pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya, pasien
berhubungan baik dengan tetangganya

E. RIWAYAT REKREASI
Dalam masyarakat, pasien mengikuti kegiatan pengajian dan arisan

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawatan kesehatan pasien dirumah kurang, keluarga kurang
memperhatikan pola makan dari pasien, jarak rumah ke klinik cukup dekat
namun pasien dan keluarga jarang memeriksakan kesehatan.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan dirumah selalu berdoa sebelum memulai kegiatan. Sebelum dan
sesudah makan selalu berdoa

H. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, pasien sering
pusing mudah lelah
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu lalu : pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
3. Keluhan Utama : Pasien mengatakan pusing,mudah lelah kaki terasa
nyeri dan kebas kiri dan kanan, pasien lebih sering buang air kecil, sering
merasa haus dan penglihatan kabur
4. Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Pasien mengatakan
belum tahu ap aitu diabetes, pasien jarang memeriksakan kesehatannya.
5. Obat-Obatan : Pasien Tidak pernah di rawat di RS, pasien dulu sering
mengkonsumsi obat di warung.
STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal
terbaru)
Tetanus, Difteri : tidak ada
Influensa : tidak ada
Pneumothoraks : tidak ada

Al er gi : (Catatan agen dan reaksi


spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada alergi obat-obatan
Makanan : Tidak ada alergi makanan
Faktor Lingkungan : Tidak ada alergi debu

Pen yakit yan g dider ita : tidak ada penyakit yang diderita sebelumnya

I. AKTIFITAS SEHARI-HARI
Indeks Katz :
Pasien di kamar mandi mandiri, menyiapkan dan menggunakan pakaian
mandiri, BAB di WC mandiri, pasien mampu menontrol pengeluaran feses,
BAK di kamar mandi mandiri, pasien dapat mengontrol pengeluaran air
kemih, berjalan tanpa menggunakan alat bantu jalan, pasien dapat
menajalankan ibadah, dapat melakukan pekerjaan rumah, dapat berbelanja,
dapat menelola keuangan sendiri, menggunakan sarana transportasi umum
untuk bepergian, dapat menyiapkan obat dan minum obat, tidak dapat
megambil keputusan sendiri, dapat melakukan aktivitas
Oksigenasi : pasien tyidak sesak, tidak terpasang oksigen
Nutrisi Eliminasi Aktivitas : pasien makan 2x sehari, sering minum teh manis,
BAB 1X sehari, BAK, 6-7 xsehari
Istirahat & Tidur : pasien tidur 6-7 jam sehari
Personal Hygiene : baik
Seksual : pasien memiliki 4 orang anak
Psikologis
 Persepsi Klien : pasien mengatakan dirinya sakit
 Konsep Diri : pasien dapat memahami sakitnya
 Emosi : pasien dapat mengontrol emosinya
 Adaptasi : pasien mampu beradaptasi dengan sakitnya
 Mekanisme Pertahanan Diri : pasien dapat menontrol dirinya

Keadaan Umum : Lemah


Tingkat Kesadaran : Composmentis
Skala Koma Glasgow : Eye : 4 Verbal : 5 Psikomotor : 6
GCS : 15
Tanda-Tanda Vital : Pulse = 90 x/menit Temp = 360C
RR = 18 x/menit Tensi = 150/90mmHg

Sistem Kardiovaskuler : tidak ada masalah pada kardiovaskuler

Sistem Pernafasan : tidak ada sesak napas

Sistem Integumen : tidak ada masalah pada integumen pasien

Sistem Perkemihan : pasien sering BAK

Sistem Muskulo Skeletal : pasien tidak mengalami kelainan muskuloskeletal

Sistem Endokrin : tidak ada masalah

Sistem Gastrointestinal : tidak ada masalah

Sistem Reproduksi : pasien memiliki 4 orang anak dan tidak ada

gangguan pada reproduksi

Sistem Persarafan : tidak ada masalah pada persarafan

Sistem Penglihatan : pasien merasa pandangan sering kabur

Sistem Pendengaran : tidak ada masalah pada pendengan pasien, tidak

ada serumen pada telinga

Sistem Pengecapan : tidak ada masalah pada pengecapan pasien

Sistem Penciuman : tidak ada masalah pada indera penciuman pasien

Tactil Respon : baik


J. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ): Skor kesalahan 2
yaitu fungsi intelektual Ny. W utuh
Mini Mental State Exam (MMSE): Nilai 21 yaitu tidak ada kerusakan
kognitif
Inventaris Depresi Beck : Skor 10 yaitu depresi sedang
APGAR Keluarga : Skor 5 yaitu APGAR keluarga Ny. W kurang baik

K. DATA PENUNJANG
Laboratorium : tidak ada
Radiologi : tidak ada
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Ny. W Tanggal : 19 September 2022


Jenis Kelamin : P Umur: 64 Tahun TB/BB : 150 cm 55 Kg
Agama : Islam Gol darah: A
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jalan Candra buana, gang Pandan Asri

Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
lain sebagai C, D, E Atau F

Ny. S tidak mengalami ketergantungan


SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Nama Klien : Ny W Tanggal : 19 September 2022


Jenis Kelamin : L/P Umur: 64 Tahun TB/BB : 150 cm / 55 Kg
Agama : Islam Gol darah: A
Pendidikan : SD
Alamat : Jalan Candra buana, gang Pandan Asri

SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
1 Tanggal berapa hari ini? Benar
2 Hari apa sekarang ini? Benar
3 Apa nama tempat ini? Benar
4 Berapa nomor telepon anda? Salah
5 Berapa umur anda? Benar
6 Kapan anda lahir? Benar
7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Benar
8 Siapa presiden sebelumnya? Benar
9 Siapa nama kecil ibu anda? Benar
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap penggurangan 3 Salah
dari setiap angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total 2
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat

 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek
mempunyai pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit
hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

Skor kesalahan 2 yaitu fungsi intelektual Ny. W utuh


MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 4 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 2 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmentis
Nilai dari Ny. W adalah 21 yaitu tidak ada kerusakan kognitif

Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu


penyelidikan lanjut)
INVENTARIS DEPRESI BECK
(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama Klien : Ny W Tanggal : 19 September 2022


Jenis Kelamin : L/P Umur: 64 Tahun TB/BB : 150 cm / 55 Kg
Agama : Islam Gol darah: A
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Candra buana, gang Pandan Asri

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

Skor 10 yaitu depresi sedang


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial
Lansia

Nama Klien : Ny W Tanggal : 19 September 2022


Jenis Kelamin : L/P Umur: 64 Tahun TB/BB : 150 cm / 55 Kg
Agama : Islam Gol darah: A
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Candar la buana, gang Pandan Asri

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 1
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 1
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 1
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 1
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian:
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2 5
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

Skor 5 yaitu APGAR keluarga Ny. W kurang baik

ANALISA DATA
OBYEKTIF DAN DATA SUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1. Poliuria
DS : Ketidakstabilan
kadar glukosa
Pasien mengatakan pusing,mudah Lelah,
Hiperglikemi darah
kaki terasa nyeri dan kebas kiri dan kanan,
pasien lebih sering buang air kecil, sering
Ketidakstabilan gula
merasa haus dan penglihatan kabur
DO :
Ketidakstabilan kadar
1. Kesadaran Komposmentis gula darah
2. Pasien tampak lemas
3. GDS : 420 mg/dL Resistensi insulin
4. TTV :
TD : 150/90 mmHg
S : 36 ℃
N : 90 x/menit

2 DS :
Defisit
Pasien mengatakan belum tahu apa itu
Pola makan pengetahuan
diabetes, pasien jarang memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas maupun
Hipoglikemi
rumah sakit.
DO :
Ketidakstabilan gula
1. Nampak klien terlihat bingung saat
darah
ditanya perihal penyakit diabetes
melitus
Kurang terpapar
2. GDS : 420 mg/dL informasi

Defisit pengetahuan

PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi


insulin ditandai dengan pusing, mudah lelah dan kadar glukosa dalam
darah tinggi
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat
RENCANA TINDAKAN

No Dx Kep Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 (D.0027) Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Manajemen 1. Mengidentifikasi kadar glukosa
kadar glukosa darah keperawatan selama 3x24 hiperglikemia (I.03115) darah diatas normal
berhubungan dengan jam diharapkan kestabilan
Observasi : 2. Mengelola kadar glukosa darah
resistensi insulin ditandai kadar glukosa darah
diatas normal
dengan mudah lelah dan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi kemungkinan

kadar glukosa dalam hasil : penyebab hiperglikemia 3. Memenuhi cairan tubuh

darah tinggi 2. Monitor kadar glukosa


1. Pusing dari cukup
meningkat (2) darah

menjadi cukup 3. Monitor tanda dan gejala


menurun (4) hiperglikemia (mis.

2. Lelah dari cukup pandangan kabur, sakit

meningkat (2) kepala)

menjadi cukup Terapeutik :


menurun (4)
1. Berikan asupan cairan oral
3. Kadar glukosa
dalam darah dari 2. Konsultasi dengan medis
cukup memburuk jika tanda dan gejala
(2) ke cukup hiperglikemia tetap ada
membaik (4) atau memburuk

Edukasi :

1. Anjurkan monitor kadar


glukosa darah secara
mandiri

2. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga

3. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan)

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
insulin

2. Kolaborasi pemberian
2. (D.0111) Defisit
cairan IV
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24
kurang terpapar jam diharapkan tingkat Intervensi utama : Edukasi
informasi ditandai pengetahuan membaik kesehatan (I.12383)
dengan menunjukkan dengan kriteria hasil :
Observasi :
perilaku tidak sesuai
1. Perilaku sesuai
anjuran, menjalani Identifikasi kesiapan dan
anjuran dari cukup
pemeriksaan yang tidak kemampuan menerima informasi
menurun (2) Mengajarkan pengelolaan faktor risiko
tepat
menjadi cukup Terapeutik : penyakit dan perilaku hidup bersih sehat
meningkat (4) 1. Sediakan materi dan
media pendidikan
2. Kemampuan
kesehatan
menjelaskan
tentang suatu topik 2. Jadwalkan pendidikan
dari cukup kesehatan sesuai
menurun (2)
menjadi cukup kesepakatan
meningkat (4)
3. Berikan kesempatan
3. Kemampuan untuk bertanya
menggambarkan
Edukasi :
pengalaman
1. Jelaskan faktor risiko
sebelumnya yang
yang dapat
sesuai dengan topik
mempengaruhi
dari cukup
kesehatan
menurun (2)
menjadi cukup 2. Ajarkan perilaku hidup
meningkat (4) bersih dan sehat

4. Perilaku dari cukup 3. Ajarkan strategi yang


memburuk (2) dapat digunakan untuk
menjadi cukup meningkatkan perilaku
membaik (4) hidup bersih dan sehat

IMPLEMENTASI
No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
1. Ketidakstabilan kadar glukosa 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan
darah berhubungan dengan kemungkinan penyebab pusing,mudah Lelah, kaki
resistensi insulin ditandai hiperglikemia terasa nyeri dan kebas kiri dan
dengan mudah lelah dan kadar 2. Memonitor kadar glukosa kanan, pasien lebih sering
glukosa dalam darah tinggi darah buang air kecil, sering merasa
3. Memberikan asupan cairan haus dan penglihatan kabur
oral O : Pasien tampak lemah
4. Menganjurkan monitor GDS : 420 mg/dL
kadar glukosa darah secara A : Masalah belum teratasi
mandiri P: Lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan kepatuhan 1. Pemantauan GDS
terhadap diet dan olahraga 2. Pemberian obat
6. Mengajarkan pengelolaan insulin dan oral
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan)
7. Mengkolaborasikan
pemberian insulin
8. Mengkolaborasikan
pemberian cairan IV

2. Defisit pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Pasien mengatakan belum


berhubungan dengan kurang kemampuan menerima tahu apa itu diabetes, pasien
terpapar informasi ditandai informasi jarang memeriksakan
dengan menunjukkan perilaku 2. Menyediakan materi dan kesehatannya ke puskesmas
tidak sesuai anjuran, menjalani media pendidikan kesehatan maupun rumah sakit.
pemeriksaan yang tidak tepat 3. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan O : GDS : 420 mg/dL
4. Memberikan kesempatan A : Masalah belum teratasi
untuk bertanya P: Lanjutkan intervensi
5. Menjelaskan faktor risiko 1. Pemberian
6. yang dapat mempengaruhi pendidikan
kesehatan kesehatan tentang
7. Mengajarkan perilaku hidup DM dan diit DM
bersih dan sehat 2. Pemberian obat
8. Mengajarkan strategi yang insulin dan oral
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari / Tanggal /Jam Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
Kep
1. Senin, 19 September 1 1. Memonitor kadar glukosa darah S : Pasien mengatakan
2022 Jam 08.00 Wib kadang-kadang masih
2. Memonitor tanda dan gejala pusing,mudah Lelah, kaki
hiperglikemia (mis. pandangan kabur, terasa nyeri dan kebas kiri
sakit kepala) dan kanan, pasien lebih
sering buang air kecil, sering
merasa haus dan penglihatan
kabur
O : Pasien tampak lemas
GDS : 420 mg/dL
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Pemantauan GDS
2. Pemberian obat
insulin dan oral

2. Senin, 19 September 2
1. Menjelaskan faktor risiko yang dapat
2022 Jam 09.00 Wib
mempengaruhi kesehatan S : Pasien mengatakan tidak
2. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan mengetahui tentang
sehat
3. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan penyakitnya
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih O : pasien tampak
dan sehat menanyakan penyakitnya
GDS : 420 mg/dL
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Pemberian
pendidikan
kesehatan tentang
DM dan diit DM
2. Pemberian obat
insulin dan oral

3. 1 1. Memonitor kadar glukosa darah


Rabu, 21 September 2. Memonitor tanda dan gejala
2022 Jam 08.00 Wib hiperglikemia (mis. pandangan
S : Pasien mengatakan
kabur, sakit kepala)
pusing,mudah Lelah, kaki
3. Memberikan asupan cairan oral
terasa nyeri dan kebas kiri
4. Mengkolaborasikan pemberian
insulin dan kanan, pasien lebih
5. Mengkolaborasikan pemberian sering buang air kecil, sering
cairan IV merasa haus dan penglihatan
kabur sudah mulai berkurang
O : Pasien tampak lemas
berkurang
GDS : 325 mg/dL
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Pemantauan GDS
2. Pemberian obat
insulin dan oral
4. 2 1. Mengevaluasi pemberian pendidikan
kesehatan

Rabu, 21 September
2022 Jam 11.00 Wib S : Pasien mengatakan sudah
paham tentang
penyakitnya
O : pasien tampak paham
tentang penyakitnya
GDS : 325 mg/dL
A : Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2018). Standars of Medical Care in Diabetes . 12-27.

Aru W, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

dkk, G. (2013). Nursing Intervention classivication. jakarta: Elsevier.

dkk, G. (2016). Nursing intervention classivication. singapore: Elsevier

Global Rights. Gloria, H. d. (2013). Nursing intervention classivication.singapore:


Elsevier.

Hasdiana. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa Dan Anak
Dengan Solusi Herbal . Nuha Medika .

Herdman, H. (2018). NANDA-I. tokyo : Kangolabo.

NANDA-I. (2018). Heather Herdman. Tokyo: kangolabo.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2012). Buku ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.


LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

OLEH :

Anjuwita

2019.C.11a.0999

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022


LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAP : Perawatan dan pencegahan penyakit DM

Topik : Perawatan dan pencegahan pada pasien DM selama di rumah dan

senam kaki pada DM di puskesmas Marina Permai

Sasaran : Lansia

Tujuan :

Tujuan Instruksional : Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan

keluarga mampu memahami dan mampu menjelaskan


tentang
Tujuan Instruksi Khusus :

1. Mengetahui pengertian Diabetes Melitus


2. Mengetahui penyebab Diabetes Melitus
3. Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Melitus
4. Mengetahui cara pengelolaan Diabetes Melitus
5. Mengetahui jenis-jenis makanan yang dipantang dan diperbolehkan
6. Mengetahui bahaya jangka panjang atau komplikasi
7. Mengetahui cara pencegahan terjadinya luka gangrene
8. Mengetahui cara senam kaki pada Diabetes Mellitus

Metode :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

Media

1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Tentang seputar Diabetes Melitus
Waktu Pelaksanaan

1. Hari/tanggal : Rabu, 21 September 2022


2. Jam : 11.00-11.30 WIB
3. Alokasi : 25 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
.

1. Pendahuluan : 5 Menit - Menjawab salam


- Mendengarkan
- Memberi salam dan memperkenalkan diri
- Menjawab pertanyaan
- Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan
- Melakukan evaluasi vadilasi

2. Penyajian : 10 Menit -Mendengarkan dengan


seksama
- Menjelaskan tentang pengertian Diabetes
-Mengajukan pertanyaan
Melitus
- Menjelaskan tentang penyebab Diabetes
Melitus
- Menjelaskan tentang tanda dan gejala
Diabetes Melitus
- Menjelaskan tentang cara pengelolaan
Diabetes Melitus
- Menjelaskan tentang jenis-jenis makanan
yang dipantang dan diperbolehkan
- Menjelaskan tentang bahaya jangka panjang
atau komplikasi
- Menjelaskan tentang cara pencegahan
terjadinya luka gangrene.
- Menjelaskan tentang senam kaki DM.
- Memberikan kesempatan pada peserta untuk
bertanya
- Memberikan reinforcement pada peserta
yang mengajukan pertanyaan

3. Evaluasi : 5 Menit - Menjawab


- Mendemontrasi
- Memberikan pertanyaan akhir dan evaluasi
4. Terminasi : 5 Menit - Mendengarkan
- Menjawab salam
- Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan
penyuluhan
- Menutup penyuluhan dan mengucapkan
salam

 EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang Rumah Pasien
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “perawatan dan
pencegahan penyakit diabetes dan senam kaki diabetes melitus”
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “perawatan dan
pencegahan penyakit diabetes dan senam kaki diabetes melitus”
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Manfaat perawatan
dan pencegahan penyakit diabetes dan senam kaki diabetes melitus”
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan,
Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Prosedur/Langkah-
Langkah perawatan dan pencegahan penyakit diabetes dan senam kaki
diabetes melitus”
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Pengaruh senam kaki
diabetes melitus untuk penurunan persepsi nyeri
MATERI PENYULUHAN

PERAWATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELITUS

A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar gula di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan
insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bisa menghasilkan energi
atau disimpan sebagai cadangan energi.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa
dalam darah ≤ 50-60 mg/dl.
Hiperglikemia adalah suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa
dalam darah ≤ 200 mg/dl.
B. Penyebab Diabetes Melitus
1) Pola makan
2) Keturunan (faktor genetic).
3) Usia
4) Bahan-bahan kimia dan infeksi pada pancreas.
5) Pola hidup.
6) Kegemukan (obesitas)
7) Kurang gerak.
8) Kehamilan.
9) Kehilangan insulin
10) Konsumsi Alkohol
C. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
1) Sering merasa haus dan lapar
2) Sering kencing terutama malam hari
3) Nafas berbau buah.
4) Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas.
5) Penurunan berat badan
6) Kulit terasa kering
7) Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit
sembuh
8) Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9) Mual dan muntah

Gejala DM yang lain, adalah :

1) Rasa gatal serta infeksi ragi di sekitar vagina atau penis.


2) Pandangan kabur akibat lensa mata yang kering.
3) Infeksi pada kulit.
4) Mulut kering.
5) Mudah mengantuk.
6) Pusing.
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan
baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Penyakit jantung dan stroke. Penderita diabetes memiliki risiko lima kali
lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung atau stroke.
2. Menyebabkan kerusakan neuropati (saraf). Kadar gula darah yang
berlebihan dapat merusak saraf.
3. Menyebabkan kerusakan pada organ kaki. Terhambatnya aliran darah pada
kaki penderita diabetes bisa meningkatkan risiko komplikasi kesehatan
kaki yang biasanya terlambat disadari.
4. Menyebabkan kerusakan retina. Masalah pada pembuluh darah di retina
dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan.
5. Menyebabkan kerusakan ginjal menyebabkan disfungsi seksual.
Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada pria (terutama perokok)
dapat mengakibatkan disfungsi ereksi.
E. Cara perawatan Diabetes Melitus
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan
dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama. Cara Perawatan Pasien
DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol gula darah teratur
5. Pencegahan komplikasi
F. Makanan Yang Dipantang dan Diperbolehkan
Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI (perkumpulan Endokrinologi Indonesia)
diet harian penderita DM disusun sebagai berikut :
a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%
Jenis makanan yang harus di konsumsi yang dikonsumsi oleh penderita
DM sebagai berikut :
1. Jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi : Manisan buah, gula pasir,
susu kental manis, madu, abon, kecap, sirup, es krim.
2. Jenis makanan Yang boleh dimakan tetapi harus dibatasi: Nasi, singkong,
roti, telur, tempe, tahu, kacang hijau, kacang tanah, ikan.
3. Jenis makanan yang dianjurkan untuk dimakan : Kol, tomat, kangkung,
oyong, bayam, kacang panjang, papaya, jeruk, pisang, labu siam.
G. Pencegahan Terjadinya Luka Gangren Pasien DM
Mengapa pengidap DM beresiko terhadap luka gangren?
1. Sirkulasi darah kaki kurang baik.
2. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka.
3. Daya tahan tubuh terhdap infeksi menurun.

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita DM :

1. Hindari terlalu sering merendam kaki


2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau
menghilangkan kalus
4. Hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok
6. Melakukan senam kaki rutin.

Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka :


1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa
steril dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke
dokter
2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.

Perawatan kaki Diabetik :

1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung /
sikat halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna (pucat,
kemerahan), bentuk (pecahpecah, lepuh, kalus, luka), suhu (dingin,
lebih panas)
4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu
keras kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada
sesuatu didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan
pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar.
8. Lakukan senam kaki.
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun.

Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :

1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi lebih


panjang dari kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin
SENAM KAKI DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN SENAM KAKI DIABETES MELITUS


Senam kaki adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan
terencana, disusun secara sistemik yang dilakukan oleh pasien diabetes
mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki.
B. TUJUAN SENAM KAKI DIABETES MELITUS
1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
C. MANFAAT SENAM KAKI DIABETES MELITUS
1. Mengontrol gula darah
2. Dapat menurunkan berat badan.
3. Memberikan keuntungan psikologis
4. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin
5. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi orang – orang dengan
riwayat keluarga.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Persiapan Alat : Kertas Koran lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan
dalam posisi duduk), hanskun.
2. Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat
3. Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien,
Jaga privacy pasien
4. Prosedur Pelaksanaan :
a. Perawat cuci tangan
b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak
diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai
Gambar 1. Pesien duduk di atas kursi

c. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan


keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam
sebanyak 10 kali
Gambar 2. Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas

d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki
ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan
tumit kaki diangkatkan ke atas.Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki
kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
Gambar 3. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat

e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.
Gambar 4. Ujung kaki diangkat ke atas

f. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan


memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 5. Jari-jari kaki di lantai

g. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi
sebanyak 10 kali.
h. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut
dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali
kelantai.
i. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan
kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
j. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
k. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki ,tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan
secara bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur.
Gambar 6. Kaki diluruskan dan diangkat

l. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan
hanya sekali saja
m. Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
n. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
o. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
p. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

Gambar 7. Membentuk kertas koran


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai