Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI LIMA JARI

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI


DI KELURAHAN BAROS
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROS
KOTA SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Akhir


Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Disusun Oleh:
YODYSTA PURNAMA AGUSTIN
C1AA17165

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2021

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi Meditasi
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas

Baros Kota Sukabumi”.

Proposal ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan mata ajar metode penelitian

pada program studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih banyak

kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan bagi para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum WR.WB

Sukabumi, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................v

DAFTAR BAGAN.................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................9

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................9

D. Manfaat Penelitian...................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia............................................................................................... 12

B. Hipertensi................................................................................................. 23

C. Teknik Relaksasi Lima Jari .....................................................................27

D. Kerangka Pemikiran.................................................................................34

E. Hipotesis...................................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.........................................................................................38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................39

C. Variabel Penelitian...................................................................................39

D. Definisi Konseptual dan Operasional......................................................40

E. Populasi dan Sampel................................................................................43

F. Teknik Pengambilan Data........................................................................46

G. Instrument Penelitian...............................................................................47
H. Pengolahan dan Teknik Analisa Data......................................................49

I. Prosedur Penelitian..................................................................................55

J. Etika Penelitian........................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data data Hipertensi di wilayah Puskesmas Kota Sukabumi...........8

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7..........13

Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................42


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap

Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja

Puskesmas Baros Kota Sukabumi..................................................36

Bagan 3.1 Desain Quasi Eksperimen One Group Pre-Test And Post-Test Design

........................................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. WHO (2003) mengklasifikasi lansia menjadi empat

bagian, yaitu middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-89

tahun) dan very old (>90 tahun). Lansia dengan penurunan kemampuan

tubuh untuk beradaptasi dari stress lingkungan (Ratnawati, 2017).

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

dan luar tubuh (Kholifah Nur. S, 2016). Lansia terus mengalami proses

penuaan yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga

rentan terhadap penyakit. Empat penyakit erat hubungannya dengan proses

menua adalah gangguan metabolic hormonal, gangguan persendian, dan

gangguan sirkulasi darah. Hipertensi merupakan penyakit yang umum

terjadi pada lansia dan lebih rentan mengalami komplikasi akibat

hipertensi (Black, J. M. and Hawks, 2014). Karena proses-proses

perubahan tersebut maka lansia rentan terserang penyakit. Diantaranya

penyakit degeneratif pada lansia yang mempunyai tingkat morbiditas dan

mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi dapat terjadi dari berbagai

faktor penyebab, di antaranya gaya hidup daan pola makan. Hipertensi


juga dapat terjadi akibat obstruksi pada arteri dan kelemahan otot jantung

untuk memompa darah. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi

penurunan masa otot dan peningkatan kapasitas lemak tubuh (Nugroho,

2008).

Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620

orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar

427,218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun

(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

(Kemenkes RI, 2019)

Pada tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas di Provinsi Jawa Barat,

Prevalensi hipertensi yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18

tahun merupakan provinsi ke-4 dengan kasus hipertensi terbanyak (29,4%)

setelah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), dan

Kalimantan Timur (29,6%) (Riskesdas, 2013). Sedangkan pada tahun 2018

Jawa Barat menduduki urutan ke dua sebagai Provinsi dengan

kasus Hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 39,6% setelah

Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1%. Angka ini menunjukan bahwa di

Jawa Barat angka kejadian hipertensi masih tergolong tinggi

(Riskesdas, 2018).

Hipertensi 90% tidak diketahui secara pasti faktor penyebabnya,

Namun dari beberapa penelitian ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruh terjadinya hipertensi yaitu merokok, minum-minuman

beralkohol, berat badan yang berlebih serta stres (Pradono, 2010). Faktor

risiko yang tidak dapat dikendalikan pada hipertensi seperti jenis kelamin,
keturunan, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan

seperti kurang olah raga atau aktivitas, obesitas, minum kopi, merokok,

sensitivitas natrium, alkoholisme, kadar kalium rendah, pola makan,

pekerjaan, pendidikan dan stres (Andria, 2013). Stres diduga berpengaruh

terhadap peningkatan tekanan darah serta merupakan faktor terjadinya

hipertensi. Stres yaitu suatu reaksi tubuh dan psikis terhadap tuntutan-

tuntutan lingkungan kepada seseorang. Reaksi tubuh terhadap stres

misalnya berkeringat dingin, napas sesak, dan jantung berdebar-debar.

Reaksi psikis terhadap stres yaitu frustasi, tegang, marah dan agresif

(Saam & Wahyuni, 2013).

Stres tidak mengenal usia, stres bisa menyerang siapa saja baik yang

muda maupun yang tua, seperti halnya yang terjadi dikalangan masyarakat.

Stres yang menyerang masyarakat di kota besar karena menghadapi beban

dan tuntutan kerja sedangkan di kota kecil karena persoalan ekonomi

seperti kemiskinan atau sulitnya mencari kerja (Kurniawati, 2015). Stres

yang terjadi dikalangan masyarakat bisa

disebabkan oleh berbagai aspek bisa dikarenakan faktor ekonomi, masalah

personal, masalah keluarga, masalah sosial, dan tekanan dari lingkungan

serta stres karena penyakit tergantung individu itu untuk bisa mengatasi

stres tersebut, apabila stres berlangsung secara berkepanjangan akan

menyebabkan masalah kesehatan salah satunya yaitu hipertensi. Hubungan

antara stres dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas saraf simpatis

melalui (katekolamin, kortisol, vasopresin, endorphin dan aldosteron) yang

dapat meningkatkan tekanan darah yang intermitten. Apabila stres menjadi


berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menetap tinggi (Idrus,

2015).

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai

komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark

miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak

terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi

gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati

hipertensif. Dari berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan

penyakit yang sangat serius dan berdampak terhadap psikologis penderita

karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal,

dan gagal jantung (Nuraini. B, 2015).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)

dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan

tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh

karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang

peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan

agar hipertensi dapat dikendalikan (Infodatin, 2018).

Perlu upaya menangani hipertensi pada lansia, penatalaksanaan

hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi


famakologis yaitu terapi obat dimana penderita rutin meminum obat-

obatan. Namun karena terjadinya penurunan dari berbagai organ tubuh,

adanya penyakit penyerta dan sering terjadi komplikasi pada berbagai

organ lansia serta terjadinya efek polifarmasi yang akan mengakibatkan

gangguan pada fungsi dan kerja ginjal, maka penatalaksanaan hipertensi

pada lansia menjadi lebih rumit (Fuad, 2012) dalam (Martin W & Mardian

P, 2016). Penatalaksanaan nonfarmakologis hipertensi dapat dijadikan

sebagai pendamping atau pendukung terapi farmakologi yang dapat

digunakan adalah terapi relaksasi, dapat menurunkan tekanan darah dan

merupakan salah satu cara penanggulangan kejadian hipertensi, dengan

reaksi yang diberikan yaitu responden merasakan keadaan rileks, yang

dapat mengurangi keluhan-keluhan pusing, mual dan sakit pada bagian

kepala belakang atau tengkuk dan tidak menimbulkan efek samping

(Hartanti et al., 2016).

Relaksasi adalah suatu prosedur dan teknik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan dan kecemasan, dengan cara melatih pasien agar

mampu dengan segaja untuk membuat relaksasi otot-otot tubuh setiap saat,

sesuai dengan keinginan. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi merupakan

suatu teknik untuk mengurangi stres dan ketegangan dengan cara

meregangkan seluruh tubuh agar mencapai kondisi mental yang sehat

(Varvogli & Darvivi, 2011). Relaksasi terbagi menjadi dua kelompok,

yaitu relaksasi yang menekankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi otot

progresif, dan latihan pernapasan. Sementara jenis relaksasi yang

menekankan pada mental/psikis salah satunya adalah autogenic

suggestion/relaksasi lima jari.


Salah satu bentuk psikoterapi yang dapat diterapkan pada klien

hipertensi yaitu terapi relaksasi lima jari didasarkan pada teori bahwa

tanda dan gejala fisiologis akan berhubungan dengan interaksi antara

pikiran, perilaku dan emosi (Syukri. M, 2017). Terapi ini tidak

dimaksudkan untuk mengganti terapi obat yang selama ini digunakan

penderita hipertensi, terapi ini hanya membantu untuk menimbulkan rasa

nyaman atau rileks. Dalam keadaan rileks, tubuh melalui otak akan

memproduksi hormon endorphrin yang berfungsi sebagai analgesik alami

tubuh dan dapat meredaakan rasa nyeri (keluhan-keluhan fisik). Selain itu,

dalam keadaan rileks tubuh akan mengaktifkan sistem saraf

parasimapatetis yang berfungsi untuk menurunkan detak jantung, laju

pernafasan dan tekanan darah (Sulistyarini. I, 2013).

Sri (2016) menjelaskan bahwa teknik relaksasi bertujuan untuk

memberikan rasa nyaman dan rileks pada pasien, dapat mengurangi

intensitas nyeri, serta dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigen darah. Dimana teknik relaksasi lima jari sebuah teknik pengalihan

pemikiran seseorang dengan cara menyentuhkan pada jari-jari tangan

sambil membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau yang disukai

(Kelliat, 1995). Teknik relaksasi lima jari ini suatu proses yang

menggunakan pikiran dengan menggerakan tubuh untuk menyembuhkan

diri dan memelihara kesehatan atau rileks melalui komunkasi dalam tubuh

yang melibatkan semua indera meliputi sentuhan, penciuman, penglihatan

dan pendengaran (Davis & McKay, 2008) dalam (Dewi. R, 2021).

Relaksasi lima jari ini merupakan salah satu bentuk self hypnosis

yang dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan


mengurangi ketegangan, kecemasan dan stress dari pikiran seseorang.

Relaksasi lima jari mempengaruhi sistem limbik (struktur di otak yang

berhubungan dengan emosi) seseorang sehingga berpengaruh pada

pengeluaran hormon-hormon yang dapat memacu timbulnya stress, cemas

dan nyeri, dapat mengurangi ketegangan otot, memperkuat ingatan,

meningkatkan produktivitas suhu tubuh, mempengaruhi pernafasan,

denyut jantung, denyut nadi serta tekanan darah (Yuli & Arumsari. A,

2015).

Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

non farmakologi merupakan strategi penyembuhan tanpa menggunakan

obat-obatan tetapi lebih kepada perilaku Caring. Sehingga teknik relaksasi

lima jari ini menjadi pengembangan kompetensi khususnya bagi perawat

karena salah satu teknik yang dilakukan oleh perawat secara langsung.

Tabel 1.1 Data Penderita Hipertensi Usia 60 - 69 tahun di 15

Puskesmas Kota Sukabumi Periode Januari – Desember 2020

No Puskesmas Laki- Perempua Total


. laki
n

1 Selabatu 292 292 584

2 Sukabumi 232 243 475

3 Ciberem Hilir 188 269 457

4 Gedong Panjang 201 206 407

5 Limus Nunggal 156 239 395

6 Baros 189 200 389

7 Lembur Situ 128 206 334


8 Tipar 183 138 321

9 Cipelang 139 205 308

10 Nanggeleng 128 133 261

11 Karang Tengah 89 150 239

12 Benteng 88 68 174

13 Pabuaran 52 51 103

14 Cikundul 33 33 66

15 Sukakarya 9 20 29

Total 2.107 1.987 4.299

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2020

Berdasarkan Data Tabel Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa

Puskesmas Baros merupakan Puskesmas dengan kejadian lansia hipertensi

ke 6 terbanyak yaitu sebesar 389 jiwa kejadian lansia dengan hipertensi

dari total 4.299 jiwa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan

Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi

Lima Jari Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di

Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi”.


C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap

Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Kelurahan

Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan Teknik Relaksasi Lima

Jari pada lansia hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja

Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.

b. Mengetahui tekanan darah setelah dilakukan Teknik Relaksasi Lima Jari

pada lansia hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas

Sukabumi Kota Sukabumi.

c. Mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan

Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Kelurahan Baros

Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.

D. Manfaat Peneliti

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai sarana untuk penelitian

selanjutnya terutama yang berkaitan dengan penanganan hipertensi pada

lansia dengan Teknik Relaksasi Lima Jari.

2. STIKes Sukabumi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi di


perpustakaan bagi mahasiswa yang akan melakukan kajian maupun

penelitian yang berkaitan dengan Teknik Relaksasi Lima Jari.

E. Manfaat Peneliti

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai sarana untuk penelitian

selanjutnya terutama yang berkaitan dengan penanganan hipertensi pada

lansia dengan Teknik Relaksasi Lima Jari.

2. STIKes Sukabumi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi di

perpustakaan bagi mahasiswa yang akan melakukan kajian maupun

penelitian yang berkaitan dengan Teknik Relaksasi Lima Jari.

3. Puskesmas Sukabumi

Penelitian ini diharapkan hasil peneitian ini dapat digunakan untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama dalam memberikan

tindakan dalam pengobatan hipertensi.

4. Bagi Pasien Penderita Hipertensi

Sebagai informasi untuk klien tentang intervensi komplementer

berupa teknik relaksasi lima jari sehingga dapat meringankan gejala serta

menurunkan tekanan darah tinggi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu

lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal

ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan

stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan

yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak

terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,

partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan

hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar

hipertensi dapat dikendalikan (Infodatin, 2018).

Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah

120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang

disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg

dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg dan tekanan darah


perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg

dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg.

Tekanan darah seseorang bisa lebih atau kurang dari batasan

nilai normal jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita

hipertensi. Sebaliknya, jika di bawah nilai normal, maka orang

tersebut menderita tekanan darah rendah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National

Committee 7

Kategori Tekanan Tekanan

Darah Darah

Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg

Pre hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 >160 mmHg >100 mmHg

Sumber : (Sudarmoko, 2015)

2. Jenis Hipertensi

Fauzi (2017) menyatakan bahwa hipertensi digolongkan

menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Dari

sejumlah penderita secara umum, 90% penderita hipertensi


termasuk golongan ini.

b. Hipertensi sekunder atau non esensial

Merupakan hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya. Total

jumlah penderita hipertensi, 10% dari golongan hipertensi

sekunder. Penyebab hipertensi sekunder yaitu gangguan pada

endokrin (adrenal, tiroid, hipofisis dan paratiroid), penyakit ginjal,

kelainan hormonal, obat oral kontrasepsi.

3. Etiologi

Huda Nurarif. A, (2015) Menjelaskan berdasarkan penyebabnya

hipertensi dibagi mejadi 2 golongan:

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Disebut juga hipertensi idiopolik karena tidak diketahui

penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik,

lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin

dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor – faktor yang

meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

b. Hipertensi Sekunder

Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit, sindrom cushing dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

4. Etiologi Hipertensi Pada Lansia

Sutanto (2016) menjelaskan penyebab hipertensi pada orang

dengan lanjut usia adalah terjadi perubahan-perubahan pada :


a. Elastisitas dinding aorta

b. Katup jantung menebak dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap

tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung

memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi

dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

5. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi

Beberapa karakteristik, kondisi dan kebiasaan seseorang dapat

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Beberapa faktor utama

terjadinya hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Faktor yang bisa dikontrol

1) Obesitas

Orang yang mengalami kegemukan atau obesitas memang

sangat berisiko terkena hipertensi. Lebih dari 50% kasus

hipertensi baik pada wanita maupun pria selalu berhubungan

dengan problem kegemukan (Sudarmoko, 2015). Seseorang

yang mengalami obesitas atau kegemukan memiliki risiko lebih

besar untuk mengalami prehipertensi atau hipertensi. Indikator

yang bisa digunakan untuk menentukan ada tidaknya obesitas

pada seseorang adalah melalui pengukuran IMT atau lingkar


perut. Meskipun demikian, kedua indikator tersebut bukanlah

indikator terbaik untuk menentukan terjadinya hipertensi, tetapi

menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mempercepat

terjadi hipertensi (Prasetyaningrum, 2015)

2) Konsumsi minuman alkohol dan kebiasaan buruk

Kebiasaan merokok menyebabkan 1 dari 5 kasus kematian di

Amerika setiap tahun. Merokok merupakan penyebab kematian

dan kesakitan yang paling bisa dicegah. Pasalnya, zat kimia

yang dihasilkan dari pembakaran tembakau berbahaya bagi sel

darah dan organ tubuh lainnya, seperti jantung, pembuluh

darah, mata, organ reproduksi, paru-paru, bahkan organ

pencernaan. Selain itu, konsumsi minuman beralkohol juga

dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian menunjukan

bahwa risiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika

mengonsumsi minuman beralkohol lebih dari tiga gelas sehari

(Prasetyaningrum, 2015).

3) Kurangnya aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan otot anggota tubuh yang

membutuhkan energi atau pergerakan yang bermanfaat untuk

meningkatkan kesehatan. Contohnya berkebun, berenang,

bersepeda, yoga ataupun yang lainnya. Aktivitas fisik sangat

bermanfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya paru-paru.

Aktivitas fisik juga menyehatkan pembuluh darah dan


mencegah hipertensi. Usaha pencegahan hipertensi akan

optimal jika aktif beraktifitas fisik dibarengi dengan

menjalankan diet sehat dan berhenti merokok

(Prasetyaningrum, 2015).

4) Asupan garam berlebih

Di dalam populasi yang luas didapatkan kecenderungan

prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya asupan

garam, apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari,

prevalensi hipertensi beberapa persen saja, sedangkan bila

asupan garam antara 5-15 gram per hari prevalensi akan

meningkat menjadi 5-15%. Pada manusia yang diberikan

garam berlebihan dalam waktu yang pendek akan didapatkan

peningkatan tekanan perifer dan tekanan darah. Sedangkan

pengurangan garam ketingkat 60-90 mmol/hari akan

menurunkan tekanan darah pada kebanyakan manusia.

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah

tanpa diikuti peningkatan ekskresi garam, di samping pengaruh

faktor-faktor lain (Prasetyaningrum, 2015).

5) Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan

curah jantung sehingga akan merangsang aktivitas saraf

simpatik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan


pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan karakteristik personal

(Prasetyaningrum, 2015)

b. Faktor yang tidak bisa dikontrol atau diubah

1) Keturunan

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa orang yang

mempunyai riwayat atau silsilah keluarga yang menderita

hipertensi ada kecenderungan untuk terkena hipertensi juga.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Mayoritas penderita hipertensi

berjenis kelamin perempuan dimana Sebelum menopouse,

perempuan relative terlindungi dari penyakit kardiovaskuler

dengan cara meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar

LDL dalam Esterogen adalah antioksida yang melindungi LDL

yang teroksidasi lebih mudah memasuki plak aterosklerosis

(Aryan, 2016).

3) Usia

Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Sebanyak 65% orang Amerika berusia 60

tahun atau lebih mengalami hipertensi. Jenis hipertensi yang

banyak dijumpai pada kelompok lansia adalah isolated

hypertension. Meskipun demikian, hipertensi tidak selalu hadir

seiring proses penuaan (Prasetyaningrum, 2015).


Berbagai penelitian didapatkan fakta bahwa semakin tinggi usia

seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darahnya. Pada

umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun, sedangkan

pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun atau setelah menopause

(Sudarmoko, 2015).

6. Maniseftasi Klinis

Penyakit hipertensi ini seringnya datang secara diam-diam dan

tidak menunjukan adanya gejala-gejala tertentu yang bisa dilihat dari

luar sehingga disebut sebagai silent disease. Pada sebagian besar

kasus hipertensi, penderita tidak mengetahui atau menyadari bahwa

dirinya telah menderita hipertensi ketika tekanan darahnya berada di

atas batas normal. Penderita baru menyadari ketika hipertensi yang

dideritanya telah menyebabkan berbagai penyakit komplikasi mulai

dari penyakit jantung, stroke hingga gagal ginjal.

Ketika tekanan darah naik dengan sangat cepat sehingga tekanan

sistolnya lebih besar dari 140 mmHg, biasanya baru muncul tanda-

tanda tertentu bisa dilihat dari luar. Misalnya adalah sakit kepala atau

pusing, muka merah, serasa mau pingsan, tinnitus (terdengar suara

mendenging di telinga). Keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,

tengkuk terasa pegal, dan penglihatan menjadi kabur (Sudarmoko,

2015).

7. Cara Mencegah Hipertensi

Menurut Fajarina (2018) upaya ideal untuk mencegah dan


menangkal risiko tekanan darah tinggi pertamanya adalah dengan

penanggulangan secara non medikamentosa atau tanpa obat. Caranya

adalah dengan menghindari faktor-faktor pemicu timbulnya penyakit

tersebut (kecuali faktor yang tidak bisa diubah atau dikontrol). Salah

satu pencegahan adalah dengan cara memeriksakan tekanan darah

secara teratur agar bila sewaktu-waktu ada kenaikan darah yang cukup

tinggi, maka bisa diketahui secara dini.

Pemeriksaan tekanan darah secara teratur memang sangat

diperlukan terutama penyakit hipertensi disebut juga the silent disease,

tidak terdapat tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar. Satu-satunya

cara untuk mendeteksi adalah dengan memeriksakannya secara

mendalam. Kesempatan denyut jantung dan timbulnya rasa ketegangan

yang berlebihan tidak cukup untuk memastikan bila seseorang

menderita hipertensi.

Selain dengan cek tekanan darah secara teratur, perawatan pada

penderita hipertensi dapat dilakukan dengan menjalankan diet yang

dirancang secara khusus sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kondisi

penderita. Diet ini bertujuan untuk mengatur menu harian penderita

hipertensi agar naiknya gejolak tekanan darah bisa diminimalisir atau

tetap dalam batas normal. Pengaturan menu didasarkan dengan

mengurangi konsumsi lemak melalui diet rendah kalori terutama bagi

yang menderita obesitas dan diet rendah garam.

Upaya untuk mendukung keberhasilan diet, penderita hipertensi


disarankan untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin. Olahraga

aerobik seperti bersepeda, jogging, berenang dan yoga yang dilakukan

secara teratur bisa membantu memperlancar peredaran darah sehingga

dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dapat digunakan untuk

mengurangi risiko obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam

tubuh. Ketika berolahraga, tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan

garam sisa metabolisme lewat pori-pori.

8. Cara Pengobatan Hipertensi

Hipertensi dapat dikontrol hingga mencapai nilai normal dan

stabil. Sebagian besar penderita hipertensi membutuhkan proses

pengobatan dalam jangka waktu lama. Tatalaksana pengobatan

hipertensi yang baik dapat membantu proses pencegahan atau

penundaan terjadinya masalah kesehatan akibat hipertensi.

Prinsip penatalaksanaan pengobatan hipertensi adalah

menjadikan tekanan darah seseorang mencapai nilai kurang dari 140/90

mmHg. Perlakuan pertama yang dilakukan adalah memodifikasi gaya

hidup seseorang menjadi gaya hidup sehat, seperti menurunkan bobot

badan, memperbanyak konsumsi sayuran dan buah, mengurangi

konsumsi minuman beralkohol, dan manajemen stres.

Apabila perubahan gaya hidup sehat tidak berhasil maka bisa dibantu

dengan obat anti hipertensi. Diantaranya yaitu :

a. Diuretik : dapat menurunkan tekanan darah dengan

mengeluarkan kelebihan air dan garam dalam tubuh


melalui ginjal.

b. Beta blockers : dapat memba ntu organ jantung

memperlambat detaknya sehingga darah yang dipompa

jantung lebih sedikit dibandingkan pembuluh darah

sehingga tekanan darah menurun.

c. ACE Inhibitor : mencegah tubuh membentuk hormon

angiostenin II yang menyebabkan penyempitan pembuluh

darah.

d. Kalsium Channel Bloker : bertugas mengatur kalsium agar

masuk ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah

sehingga pembuluh darah menjadi rileks dan tekanan

darah menurun.

e. Inhibitor sistem saraf : bertugas meningkatkan impuls

saraf dari otak untuk bersantai dan memperlebar

pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat turun.

f. Vasodilatator : berfungsi untuk mengendurkan otot-otot

dinding pembuluh darah sehingga tekanan darah

menurun.

9. Komplikasi Hipertensi
Menurut Fauzi (2017) hipertensi dapat menyebabkan kematian
dengan berbagai komplikasinya seperti :

Anda mungkin juga menyukai