Anda di halaman 1dari 104

BUKU MODUL

BLOK SISTEM PERKEMIHAN


(NS 351)

Koordinator
Erfin Firmawati, Ns., MNS

Penyusun
Erfin Firmawati, Ns., MNS
Arianti, Ns., M.Kep., Sp.Keb.MB
Fahni Haris, Ns., M.Kep
Ambar Relawati, Ns., M.Kep
Rahmah, Ns., M.Kep., Sp.An
Dinasti Pudang Binoriang, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta 2016
GAMBARAN BLOK

1
Blok perkemihan merupakan blok pertama di semester pertama pada tahun ketiga
dari kurikulum blok PBL Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UMY, yang terdiri dari 6 SKS; 3 SKS PBC/PBD, 1 SKS PBT, 1 SKS
PBP, dan 1 SKS PBS. Kedalaman bahan kajian disesuaikan dengan visi, misi program
studi dan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai ners generalis dengan
menekankan kemampuan klinik dan integrasi nilai-nilai keislaman. Blok ini membahas
tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis keperawatan tentang system
perkemihan semua tingkat usia manusia. Secara umum, topik yang dibahas dalam blok
ini meliputi pengetahuan dasar tentang sistem perkemihan (anatomi, fisiologi, histology,
biokimia), pengkajian sistem perkemihan, hingga kondisi patologis pada sistem
perkemihan akut dan kronik pada berbagai usia mulai dari neonatus hingga lansia. Proses
keperawatan menjadi dasar asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan gangguan
perkemihan yang dialaminya. Selain itu, nilai-nilai Islam juga diintegrasikan dalam
pembelajaran ini.
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir
sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep sistem perkemihan dengan
pendekatan asuhan keperawatan. Selain menggunakan metode kuliah atau ceramah,
mahasiswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran tutorial atau small group
discussion dan praktikum baik praktikum biomedis maupun skills di mini hospital PSIK
FKIK UMY yang telah menggunakan pendekatan student centered learning. Selain itu,
mahasiswa juga dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada blok
kardiovaskuler ini dengan mengerjakan beberapa penugasan dan presentasi di depan
kelas. Kompetensi akhir dalam blok ini adalah mahasiswa mampu menganalisis dan
mendemonstrasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan di semua tingkat usia baik kondisi akut maupun kronik dalam upaya
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Yogyakarta, September 2016
Tim Penyusun Blok 13

DAFTAR ISI

Hal

2
Halaman judul …………………………………………………….. 1
Halaman Pengesahan …………………………………………………….. 2

Gambaran Blok................................................................................................................................... 3
Daftar Isi.............................................................................................................................................. 4
Visi dan Misi Program Studi............................................................................................................. 5
Rancangan Pembelajaran Semester................................................................................................... 6
Suplemen........................................................................................................................................... 24
Petunjuk Teknis Tutorial.................................................................................................................. 25
Skenario Tutorial.............................................................................................................................. 29
Tata Tertib Praktikum Skills Lab.................................................................................................... 37
Panduan Praktikum Skills Lab........................................................................................................ 40
Panduan Praktikum Biomedis......................................................................................................... 86

VISI MISI PROGRAM STUDI

Visi Program Studi

Menjadi Program Studi Pendidikan Ners yang unggul dalam pengembangan keperawatan
klinik berdasarkan nilai-nilai ke-Islaman untuk kemaslahatan umat di Asia Tenggara pada
2022.

Misi Program Studi

1. Menyelenggarakan pendidikan ners yang unggul dan Islami.


2. Mengembangkan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan praktik
keperawatan.
3. Menerapkan ilmu keperawatan sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat
untuk kemaslahatan umat.

3
Tujuan

1. Menghasilkan ners yang memiliki kemampuan klinik dan mampu menerapkan


nilainilai Islami dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan meningkatkan ilmu keperawatan.
3. Menghasilkan kegiatan pelayanan berbasis hasil penelitian untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Mata Kuliah : Blok Perkemihan Kode : NS 351 SKS : 6 SKS (3 SKS PBD/PBC; 1
SKS PBT; 1 PBP; 1 SKS PBS) Semester : V

Area Kompetensi
Kompetensi Uraian
Ke
Kompetensi Utama
1 Mampu melakukan asuhan keperawatan professional di tatanan klinik dan
komunitas
2 Mampu menjalin hubungan interpersonal
3 Mampu melakukan komunikasi efektif
4 Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan
5 Mampu menerapkan aspek etik legal dalam praktik keperawatan
6 Mampu melakukan praktik keperawatan yang holistic
7 Mampu bersikap caring dan empati
Kompetensi Pendukung
1 Mampu menginternalisasikan nilai Islam di pelayanan keperawatan
Kompetensi lainnya
1 Mampu mengaplikasikan teknologi informasi
Learning Outcome Blok Sistem Perkemihan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada blok sistem perkemihan mahasiswa
mampu:
1) Memahami ilmu dasar keperawatan tentang perkemihan
2) Memahami patofisiologi gangguan sistem perkemihan

4
3) Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan perkemihan pada
berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis
4) Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan sistem perkemihan
pada berbagai tingkat usia

5) Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem


perkemihan pada berbagai tingkat usia sesuai standar yang berlaku dengan berfikir
kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif
6) Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan
gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek
legal etis
7) Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem
perkemihan dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah gastrologi
dan endokrin
8) Mengintegrasikan nilai Islam dalam melakukan asuhan keperawatan pada sistem
perkemihan

Karakteristik Mahasiswa
Blok gastrologi dan endokrin ditujukan bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan tahun
ke 3 pada semester ke 5 yang telah mendapat ilmu tentang keperawatan profesional
(profesional nurse), teori keperawatan, proses keperawatan, Blok Hematologi dan
Imunologi, Blok Persepsi Sensori, Blok Integumen, Blok Tumbuh Kembang, Blok
Kardiovaskuler, Blok Respirasi, dan Blok Gastrologi dan Endokrinologi pada blok
sebelumnya. Blok perkemihan berada pada blok ke 13 di semester ke 5 pada kurikulum
S1 Ilmu Keperawatan UMY.

Pre-Assessment
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir
(sumatif) terdiri dari ujian blok, penugasan, tutorial, dan nilai praktikum. Syarat untuk dapat
mengikuti ujian praktikum maupun ujian blok adalah dengan kehadiran minimal sebagai
berikut:
a. Kuliah : 75%

5
b. Tutorial : 100%
c. Praktikum dan atau Skill Lab : 100 %
Metode Evaluasi
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir (sumatif)
terdiri dari ujian blok/MCQ, penugasan, tutorial, nilai praktikum biomed, dan nilai skillalab.
Penilaian formatif adalah penilaian aktifitas harian menggunakan checklist, laporan,
mini kuis, dll. Penilaian sumatif menggunakan mutiple choise question (MCQ) dan OSCE .
Nilai akhir dari Blok terdiri atas :
a. 40% hasil pre-test, post-test, dan MCQ
b. 10% penugasan
c. 20% hasil Tutorial, terdiri dari:
1) Proses selama tutorial : 60%
2) Minikuis : 40 %
d. 10 % hasil praktikum biomedis
1) Pre-test 2) : 20%
Diskusi : 20%

3) Post-test : 20%
: 20%
4) Laporan
: 20%
5) Responsi
20% hasil skill lab
: 15%
1) Pre-test
: 40%
2) Proses skill lab
: 15%
3) Post-test
: 30%
e. 4) OSCE

6
Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8
U1 Mampu menjelaskan Anatomi sistem a. Ginjal Presentasi - Pre test 2% 2x50
anatomi dan fisiologi sistem perkemihan b. Ureter Kelompok - Post test -
perkemihan Struktur sistem c. Vesica Urinaria Ceramah, Rubrik
1. Mampu menjelaskan perkemihan d. Urethra dan meatus diskusi Presentasi
anatomi dan fisiologi e. Prostat - Rubrik
sistem perkemihan f. Vaskularisasi sistem Makalah
2. Mampu menjelaskan perkemihan - MCQ
transcapillar fluid g. Persyarafan sistem
exchange perkemihan
3. Mampu menjelaskan Anatomi sistem Anatomi system perkemihan: Praktikum - Pre test 2,5% 2x60
pengaturan asam basa perkemihan a. Ren biomedis - Post test
pada sistem perkemihan - Diskusi -
b. Ureter
4. Mampu menjelaskan Rubrik
c. Vesika urinaria
proses pembentukan urin Laporan
d. Urethra
5. Mampu menjelaskan - Responsi
e. Arteri dan vena
mekanisme koping pada
injuri sistem perkemihan system perkemihan
Histologi sistem Histologi sistemperkemihan: Praktikum - Pre test 2,5% 2x60
perkemihan a. Ren biomedis - Post test
b. Ureter - Diskusi
c. Vesika Urinaria - Laporan
d. Urethra - Responsi
Fisiologi sistem a. Mekanisme tubular ginjal Presentasi - Pre test 2% 2x50
perkemihan untuk filtrasi, sekresi, Kelompok - Post test -
ekskresi, dan reabsorbsi Ceramah, Rubrik
b. Komposisi urin diskusi Presentasi
c. Mekanisme pembentukan - Rubrik
urin Makalah

7
d. Pengaturan tekanan darah - MCQ

Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8
Fisiologi system a. Pengaturan asam basa pada Presentasi - Pre test 2% 2x50
perkemihan ginjal Kelompok - Post test
b. Keseimbangan cairan dan Ceramah, - Rubrik
elektrolit diskusi Presentasi
c. Fisiologi transport cairan dan - Rubrik
elektrolit Makalah
- MCQ
Balance cairan dan Balance cairan dan monitoring Skills lab - Pre test 2x60
monitoring cairan (anak, cairan (anak, dewasa dan (demonstra - Proses
dewasa dan lansia) lansia) si, diskusi) - Post test
- OSCE
Perubahan fisiologis a. Perubahan anatomi Belajar - Makalah 2x50
sistem perkemihan b. Faktor yg mempengaruhi mandiri
berdasarkan rentang usia ekskresi dan urin: genetic, kelompok
aktivitas. makanan, gaya
hidup, usia
Fisiologi sistem Uji fungsi eksresi ginjal Praktikum - Pre test 2,5% 2x60
perkemihan biomedis - Post test
- Diskusi
- Laporan
- Responsi
Pemeriksaan urin Pemeriksaan urin (urinalisis) Praktikum - Pre test 2,5% 2x60
(urinalisis) a. Pemeriksaan urin biomedis - Post test
makroskopik - Diskusi
b. Pemeriksaan urin - Laporan
mikroskopik - Responsi

8
Peran hormone dalam Mekanisme pengaturan Tutorial - Tutorial 2% 2x60
mengatur cairan tubuh hormon sistem ekskresi: assessment
(eksresi) RAA dan ADH - Mini Quiz

Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8

Mampu mendemonstrasikan Asuhan keperawatan a. Pengkajian sistem Presentasi - Pre test 2% 2x50
asuhan keperawatan pada pada system perkemihan perkemihan Kelompok - Post test
klien dengan gangguan - Riwayat kesehatan Ceramah, - Rubrik
sistem perkemihan pada - Pengkajian diskusi Presentasi
berbagai tingkat usia dengan - Pemeriksaan fisik - Rubrik
memperhatikan aspek legal - Pemeriksaan diagnostic Makalah
etik sesuai dengan standar b. Gangguan pola BAK - MCQ
yang berlaku dengan berfikir c. Diagnosa keperawatan pada
kreatif dan inovatif sehingga system perkemihan
U1 –
menghasilkan pelayanan d. Intervensi keperawatan
U4
yang efisien dan efektif
1. Mampu menjelaskan
pengkajian pada system
Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Skills lab - Pre test 2x60
perkemihan
system perkemihan b. Palpasi (demonstra - Proses
2. Mampu
c. Perkusi si, diskusi) Post test
mendemonstrasikan
d. Auskultasi OSCE
pemeriksaan fisik pada
system perkemihan Pengkajian system perkemihan - Rubrik 2x60
Makalah

Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8

9
3. Mampu mengidentifikasi Pemeriksaan diagnostic a. Pemeriksaan laboratorium ; Presentasi - Pre test 2% 2x50
diagnosis keperawatan pada gangguan system urinalisis, Kelompok - Post test
dan intervensi perkemihan b. Pemeriksaan darah : darah Ceramah, - Rubrik
keperawatan pada rutin, faal ginjal, elektrolit, diskusi Presentasi
system perkemihan c. Analisis batu - Rubrik
d. Kultur urin Makalah
- MCQ
e. Pemeriksaan radiologi : foto
polos abdomen,
sistografi, uretrografi,
RPG, USG, CT, BNO IVP
f. Peran perawat dalam
pemeriksaan diagnostic

1. Mampu menjelaskan Gangguan perkemihan a. Definisi Presentasi - Pre test 2% 2x50


kembali patofisiologi infeksi (Urethritis, b. Mindmap (etiologi/faktor Kelompok - Post test
gangguan sistem Cystitis, Pyelonephritis, resiko, tanda dan Ceramah, - Rubrik
perkemihan non infeksi Glomerulonephritis) gejala,masalah keperawatan) diskusi Presentasi
dan infeksi pada berbagai c. Pemeriksaan diagnostic - Rubrik
tingkat usia d. Penatalaksanaan Makalah
a. Mampu menjelaskan e. Asuhan keperawatan - MCQ
U1 – kembali patofisiologi f. EBN
U4 gangguan perkemihan g. IRK
non infeksi Gangguan perkemihan Presentasi - Pre test 2% 2x50
a. Definisi
b. Mampu menjelaskan non infeksi: hipospadia, Kelompok - Post test
b. Mindmap (etiologi/faktor
kembali patofisiologi hidrokel dan phimosis Ceramah, - Rubrik
resiko, tanda dan
gangguan perkemihan diskusi Presentasi
gejala,masalah keperawatan)
infeksi - Rubrik
c. Pemeriksaan diagnostic
2. Mampu Makalah
d. Penatalaksanaan
mendemonstrasikan - MCQ
e. Asuhan keperawatan

10
Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8
asuhan keperawatan pada f. EBN
klien dengan gangguan g. IRK
sistem perkemihan pada
berbagai tingkat usia Gangguan perkemihan Presentasi - Pre test 2% 2x50
a. Definisi
dengan memperhatikan non infeksi (gangguan Kelompok - Post test
b. Mindmap (etiologi/faktor
aspek legal etik sesuai genetic; Polycistic resiko, tanda dan Ceramah, - Rubrik
dengan standar yang
kidney disease) gejala,masalah keperawatan) diskusi Presentasi
berlaku dengan berfikir
c. Pemeriksaan diagnostic - Rubrik
kreatif dan inovatif
d. Penatalaksanaan Makalah
sehingga menghasilkan
e. Asuhan keperawatan - MCQ
pelayanan yang efisien
dan efektif f. EBN
a. Mampu menjelaskan g. IRK
pengkajian pada Gangguan perkemihan a. Definisi Tutorial - Tutorial 5% 2x60
gangguan system non infeksi; obstruktif b. Mindmap (etiologi/faktor assessment
perkemihan infeksi (nefrolithiasis, resiko, tanda dan - Mini Quiz
maupun non infeksi urolithiasis) gejala,masalah keperawatan)
b. Mampu c. Pemeriksaan diagnostic
menganalisis dan d. Penatalaksanaan
menegakkan e. Asuhan keperawatan
diagnosis f. EBN
keperawatan g. IRK
berdasarkan NANDA Gangguan perkemihan a. Definisi Tutorial - Tutorial 5% 2x60
c. Mampu menyusun non infeksi; obstruktif b. Mindmap (etiologi/faktor assessment
rencana keperawatan (BPH) resiko, tanda dan - Mini Quiz
berdasarkan NOC dan gejala,masalah keperawatan)
NIC c. Pemeriksaan diagnostic
d. Mampu
d. Penatalaksanaan
menganalisis
e. Asuhan keperawatan

11
tindakan keperawatan f. EBN
berdasarkan EBN

Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8
yang meliputi upaya g. IRK
prefentif, promotif,
dan rehabilitative
e. Mampu Gangguan perkemihan a. Definisi Presentasi - Pre test 2% 2x50
mendemonstrasikan non infeksi (Nephrotic Kelompok - Post test
b. Mindmap (etiologi/faktor
beberapa tindakan Syndrome) Ceramah, - Rubrik
resiko, tanda dan
keperawatan untuk diskusi Presentasi
gejala,masalah keperawatan)
mengatasi gangguan - Rubrik
c. Pemeriksaan diagnostic
perkemihan Makalah
3. Mampu Mengidentifikasi d. Penatalaksanaan
e. Asuhan keperawatan - MCQ
masalah-masalah
penelitian yang f. EBN
berhubungan dengan g. IRK
sistem perkemihan dan Gangguan perkemihan a. Definisi Presentasi - Pre test 2% 2x50
menggunakan hasil-hasil non infeksi (keganasan; b. Mindmap (etiologi/faktor Kelompok - Post test
penelitian dalam Ca Bladder) resiko, tanda dan Ceramah, - Rubrik
mengatasi masalah gejala,masalah keperawatan) diskusi Presentasi
perkemihan c. Pemeriksaan diagnostic - Rubrik
d. Penatalaksanaan Makalah
e. Asuhan keperawatan - MCQ
f. EBN
g. IRK

12
Gangguan perkemihan a. Definisi Presentasi - Pre test 2% 2x50
non infeksi (Gagal b. Mindmap (etiologi/faktor Kelompok - Post test
Ginjal Akut) resiko, tanda dan Ceramah, - Rubrik
gejala,masalah keperawatan) diskusi Presentasi
c. Pemeriksaan diagnostic - Rubrik
d. Penatalaksanaan Makalah
e. Asuhan keperawatan - MCQ
f. EBN

Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8
g. IRK
Gangguan perkemihan a. Definisi Presentasi - Pre test 2% 2x50
non infeksi (Gagal b. Mindmap (etiologi/faktor Kelompok - Post test
Ginjal Kronik) resiko, tanda dan Ceramah, - Rubrik
gejala,masalah keperawatan) diskusi Presentasi
c. Pemeriksaan diagnostic - Rubrik
d. Penatalaksanaan Makalah
e. Asuhan keperawatan - MCQ
f. EBN
g. IRK
Gangguan perkemihan a. Definisi Presentasi - Pre test 2% 1x50
non infeksi (Bladder b. Mindmap (etiologi/faktor Kelompok - Post test
Trauma) resiko, tanda dan Ceramah, - Rubrik
gejala,masalah keperawatan) diskusi Presentasi
c. Pemeriksaan diagnostic - Rubrik
d. Penatalaksanaan Makalah
e. Asuhan keperawatan - MCQ
f. EBN

13
g. IRK
Renal Replacement a. Dialysis therapy (HD, Presentasi - Pre test 2% 2x50
Therapy (RRT) CAPD) Kelompok - Post test
b. Renal Transplantation Ceramah, - Rubrik
diskusi Presentasi
- Rubrik
Makalah
- MCQ
- Manajemen cairan dan nutrisi Tutorial - Tutorial 5% 2x60
pada pasien dengan assessment
hemodialisa - Mini Quiz

Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8
Asuhan keperawatan a. Pengkajian pada pasien Presentasi - Pre test 2% 2x50
pada pasien dengan dengan HD Kelompok - Post test
hemodialisa (HD) b. Pemeriksaan fisik pada Ceramah, - Rubrik
pasien dengan HD diskusi Presentasi
c. Diagnosa keperawatan pada - Rubrik
pasien dengan HD Makalah
d. Intervensi keperawatan pada - MCQ
pasien dengan HD
Farmakologi untuk a. Macam-macam obat Presentasi - Pre test 1,5% 2x50
gangguan system b. Mekanisme kerja obat Kelompok - Post test
perkemihan c. Indikasi dan kontra indikasi Ceramah, - Rubrik
obat diskusi Presentasi
d. Cara pemberian obat - Rubrik
e. Peran perawat dalam Makalah
pemberian obat - MCQ

14
Pemasangan dan Pemasangan dan perawatan Skills Lab - Pre test 2x60
perawatan kateter kateter (demonstra - Proses
si, diskusi) - Post test
- OSCE
(check list)
Bladder Training Bladder Training Skills Lab - Pre test 2x60
(demonstra - Proses
si, diskusi) - Post test
- OSCE
(check list)
Health promotiom pada a. Primary prevention Presentasi - Rubrik 1,5% 2x50
gangguan sistem b. Secondary prevention Kelompok Makalah
perkemihan (GGK, c. Tertiary prevention Ceramah, - Rubrik
urolithiasis, ISK) d. Peran perawat komunitas diskusi Media ajar

Area Kemampuan akhir Yang Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi Indikator Bobot Jumlah
Kompe diharapkan pembelajar Penilaian Nilai Jam
tensi an
1 2 3 4 5 6 7 8
pada pasien dengan
gangguan system
perkemihan
Jurnal EBN pada sistem a. Bladder training pada pasien Presentasi - Rubrik 1,5% 2x50
perkemihan (Nursing dengan kateter Kelompok Presentasi
intervention) b. Kegel excersie pada pasien Ceramah, - Rubrik
dengan gangguan system diskusi Makalah
perkemihan
c. Perawatan kateter
d. Irigasi kateter pada pasien
post TURP

15
Kajian Islam dalam a. Sirkumsisi/khitan Presentasi - Pre test 1,5% 2x50
sistem perkemihan b. Najis Kelompok - Post test
c. Thaharah Ceramah, - Rubrik
d. Ibadah praktis pada orang diskusi Presentasi
sakit: pasien terpasang - Rubrik
kateter Makalah
- MCQ
- Thoharoh dan cara beribadah Demonstra - Pre test
pasien terpasang kateter si, diskusi Proses
Post test
- OSCE
Jadwal Proses Belajar Mengajar Blok 13 Perkemihan
Jam SENIN (19/9/16) SELASA (20/9/16) RABU (21/9/16) KAMIS (22/9/16) JUMAT (23/9/16) SABTU (24/9/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Kuliah fisiologi (NR) Kuliah fisiologi (NR)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Kuliah fisiologi (NR) Kuliah fisiologi (NR)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
12.30-13.30 Biomedis anatomi Kuliah anatomi (DP) Pengumpulan Tugas
13.30-14.30 Biomedis anatomi Kuliah anatomi (DP)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila
Jam SENIN (26/9/16) SELASA (27/9/16) RABU (28/9/16) KAMIS (29/9/16) JUMAT (30/9/16) SABTU (24/9/16)
07.30-08.30 Biomedis urin rutin Praktikum Blok 13 Pemeriksaan diagnostic (AMG) Hipospadia, hidrokel
dan phimosis (RH)
09.00-09.30 Biomedis urin rutin Praktikum Blok 13 Pemeriksaan diagnostic (AMG) Hipospadia, hidrokel
dan phimosis (RH)
09.30-10.30 Biomedis urin rutin B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11000-11.30 Biomedis urin rutin B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT


12.30-13.30 Biomedis urin rutin Askep system Urethritis, Cystitis,

16
perkemihan (EF) Pyelonephritis,
Glomerulonephritis (FH)
13.30-14.30 Biomedis urin rutin Askep system Urethritis, Cystitis,
perkemihan (EF) Pyelonephritis,
Glomerulonephritis (FH)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila

Jam SENIN (3/10/16) SELASA (4/10/16) RABU (5/10/16) KAMIS (6/10/16) JUMAT (7/10/16) SABTU (8/10/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Nephrotic Syndrome (RH) GGA (FH)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Nephrotic Syndrome (RH) GGA (FH)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
Biomedis anatomi Polycistic kidney
12.30-13.30 disease (A) Ca Bladder (A)
Biomedis anatomi Polycistic kidney
13.30-14.30 disease (A) Ca Bladder (A)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila

Jam SENIN 1010/16) SELASA (11/10/16) RABU (12/10/16) KAMIS (13/10/16) JUMAT (14/10/16) SABTU (15/10/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Trauma bladder (A) Askep HD (AR)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Trauma bladder (A) Askep HD (AR)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
Biomedis anatomi Renal Replacement Therapy
12.30-13.30 GGK (AR) (AR)
Biomedis anatomi Renal Replacement Therapy
13.30-14.30 GGK (AR) (AR)

17
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila

Jam SENIN (17/10/16) SELASA (18/10/16) RABU (1910/16) KAMIS (20/10/16) JUMAT (21/10/16) SABTU (22/10/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Health promotiom (DPB) Kajian Islam (EF)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Health promotiom (DPB) Kajian Islam (EF)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
12.30-13.30 Biomedis anatomi Farmasi (NM) Jurnal EBN (EF)
13.30-14.30 Biomedis anatomi Farmasi (NM) Jurnal EBN (EF)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila

18
A. TOPIK TUTORIAL
No Topik Durasi

1 Efek hormone pada proses berkemih 2 pertemuan x 2 x 60 menit


2 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan 2 pertemuan x 2 x 60 menit
Nephrolithiasis
3 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan 2 pertemuan x 2 x 60 menit
BPH
4 Asuhan keperawatan: 2 pertemuan x 2 x 60 menit
manajemen cairan dan
nutrisi pada pasien
hemodialisa
B. TOPIK PRAKTIKUM
No Topik Waktu Tempat Durasi
1 Anatomi sistem perkemihan 19-Sep-16 Lab Biomedis 2 x 60 menit

Pemeriksaan urin rutin (urinalisis) 26/9/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit


2
3 Histology system perkemihan 3/10/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit
Fisiologi system perkemihan:
4 10/10/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit
Uji fungsi ekskresi ginjal
5 Inhal 17/10/2016 Lab Biomedis
C. TOPIK SKILL LAB
No Topik Tempat Durasi
1 Pemeriksaan fisik system Mini Hospital 2 x 60 menit
perkemihan
2 Pemasangan kateter Mini Hospital 2 x 60 menit
3 Bladder training dan pelepasan Mini Hospital 2 x 60 menit
kateter
4 Kegel exercise, Tata cara ibadah Mini Hospital 2 x 60 menit
pasien dengan dower kateter
5 Balance cairan dan monitoring Mini Hospital 2 x 60 menit
cairan (anak, dewasa dan lansia)
FASILITAS

Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY telah dilengkapi fasilitas pendukung pembelajaran yang
terdiri dari:
a. Amphiteater untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector, audio
recorder, internet
b. Ruang kuliah ber-AC untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector,
audio recorder, internet
c. 15 ruang tutorial untuk small group discussion (SGD) dengan kapasitas 12-15 mahasiswa.
Ruang tutorial dilengkapi dengan mini perpustakaan, peralatan audiovisual, internet
d. Mini hospital dan laboratorium komunikasi
e. Enam (6) laboratorium
f. Satu (1) ruang perpustakaan PBL bersama
g. Hot-spot area

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta

Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Ignatavicius & Workman. 2006. Medical Surgical Nursing: Critical Thingking For Collaborative
Care. 5th Ed. Vol 1. Elsevier Saunders. St. Louis, Missouri. USA.

Kowalak, P, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Kozier, B. (2008). Fundamental of nursing: concept, process and practice. Pearson Education.

Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) SecondEdition. Mosby.

Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
Mosby.

NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American
Nursing Diagnosis Association.

O’Callaghan, Chris. 2012. At Glance Sistem Ginjal, edisi 2. Penerbit Erlangga : Jakarta
Perry, A.G., & Potter, P.A. 2000. Buku saku keterampilan dan prosedur dasar. Monika Ester
(translater). Jakarta: EGC.

Pramono, B. B. 2011. Dasar-Dasar Urologi, edisi 3. Sagung Seto: Jakarta

Price Sylvia Anderson, PhD, RN, Wilson Lorraine, PhD, RN, 2002, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology clinical concept of disease processes),EGC:
Jakarta

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 8. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Weber & Kelley, 2003, Health assessment in Nursing, Second edition, Lippincott Williams and
Wilkins.

20
SUPLEMEN
1.Petunjuk Teknis Tutorial
2.Skenario Tutorial
3.Tata Tertib Praktikum Skills Lab
4.Panduan Praktikum Skills Lab
5.Panduan Praktikum Biomedis
6.Uraian Tugas dan Penilaian Tugas
1. PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL

1. Clarifying unfamiliar terms


2. Problem definition
3. Brainstorming
4. Analyzing the problem
SEVEN JUMP 5. Formulating learning issue
6. Self study
7. Reporting

Proses tutorial menggunakan metode seven jump dalam menganalisa skenario, meliputi:

1. Clarifying unfamiliar terms/ mengklarifikasi istilah atau konsep : istilah-istilah dalam skenario yang
belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu
dengan bantuan kamus keperawatan, kamus kedokteran, tutor.
2. Problem definition/mendefinisikan permasalahan: masalah-masalah yang ada dalam skenario
diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas berisi pertanyaan-pertanyaan.
3. Brainstorming: langkah ini berisi jawaban singkat atau hipotesis dari pertanyaan pada langkah ke-2
4. Analyzing the problem/menganalisis masalah : masalah-masalah yang telah ditetapkan dianalisa
dengan membuat skemaatau bagan yang merupakan alat untuk menghubungkan pemahaman
mahasiswa dalam kelompok tersebut.. Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat
mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat dan lain-lain tentang
permasalahan.

21
5. Formulating learning issue/menetapkan tujuan belajar: informasi yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar.
6. Self study/mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri) : kebutuhan pengetahuan yang
ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan masalah dalam belajar mandiri dapat dilakukan
dengan mengakses informasi melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.
7. Reporting/mensintesis/menguji informasi baru : mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi
baru hasil belajar mandiri setiap anggota kelompok
Setiap skenario diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan skenario dimana langkah
1s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan diantara pertemuan pertama dan
kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan ke2.

Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam
cara memecahkan masalah tanpa harus menjelaskan penjelasan atau kuliah mini. Ketua diskusi
memimpin diskusi dengan memberikan kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan
ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi serta memancing
anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat mengakhiri brainstorming bila dirasa
sudah cukup dan melihat bersama sekretaris apakah semua hal yang penting sudah
dicatat/didokumentasikan. Ketua dibantu sekretaris menulis hasil diskusi pada white board/flipchart.

Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning athmosphere, keterbukaan dan kebersamaan yan
kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir dianggap salah, diremehkan atau
tidak bermutu oleh teman-temannya, karena metode tutorial ini mengedepankan proses atau
langkahlangkah yang harus dicapai dlm pemecahan masalah bukan benar tidaknya jawaban yang
dihasilkan. Metode tutorial ini menuntut mahasiswa secara aktif dalam mencari informasi atau belajar
mandiri untuk memecahkan masalah.

Skill Mahasiswa Dalam Tutorial


Langk Deskripsi Ketua Sekretaris
ah
1. Clarifying unfamiliar  Mengajak anggota kelompok untuk membaca  Membagi papan tulis
terms/ permasalahan menjadi tiga bagian
Istilah-istilah asing  Mengecek anggota sudah membaca permasalahan  Menuliskan
dalam teks diklarifikasi  Mengecek jika terdapat istilah asing dalam istilahistilah asing
permasalahan
 Menyimpulkan dan meneruskan langkah
selanjutnya

22
2. Problem definition  Bertanya pada kelompok tentang definisi  Menuliskan definisi
Kelompok tutorial permasalahan yang mungkin terjadi permasalahan
mendefinisikan  Mengakomodir berbagai pendapatanggota
permasalahan dalam kelompok
bentuk  Mengecek apakah anggota puas dengan definisi
pertanyaanpertanyaan permasalahan
 Menyimpulkan dan meneruskan langkah
selanjutnya
3. Brainstorming  Memperkenankan semua anggota kelompok  Membuat ringkasan
Mengaktifkan dan untuk berkontribusi satu persatu singkat dan jelas dari
menentukan  Meringkas kontribusi anggota kelompok kontribusi
pengetahuan dasar yang  Menstimulasi semua anggota kelompok untuk  Membedakan antara
telah dimiliki, serta berkontribusi poin-poin utama dan
membuat hipotesis  Menyimpulkan pada akhir langkah brainstorm persoalan tambahan
 Memastikan bahwa proses analisis kritis dari

Langk Deskripsi Ketua Sekretaris


ah
seluruh kontribusi ditunda sampai langkah
selanjutnya
4. Analyzing the problem  Memastikan bahwa semua poin dari brainstorm  Membuat ringkasan
Penjelasan dan didiskusikan singkat dan jelas dari
hipotesis didiskusikan  Meringkas kontribusi anggota kelompok kontribusi
secara mendalam dan  Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam  Mengindikasi
dianalisis secara diskusi hubungan antara
sistematis dan  Memastikan bahwa diskuis kelompok tidak topik dan membuat
berhubungan satu sama menyimpang dari subyek skema
lain  Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari
hubungan antar topik
 Menstimulasi semua anggota kelompok untuk
berkontribusi
5. Formulating learning  Menanyakan tujuan pembelajaran yang mungkin  Menulis tujuan
issue/ dicapai pembelajaran
Menentukan  Mengakomodir berbagai pendapatanggota
pengetahuan yang kelompok
kurang dimiliki oleh  Mengecek apakah anggota puas dengan tujuan
kelompok dan pembelajaran yang dibuat
membuat tujuan  Mengecek apakah semua ketidakjelasan dan
pembelajaran kontradiksi dari analisis permasalahan telah
berdasarkan topik dikonversi menjadi tujuan pembelajaran
6 Self Study
7 Reporting  Mempersiapkan struktur tahap pelaporan  Membuat ringkasan
 Menginventaris sumber yang telah digunakan singkat dan jelas dari
Setelah mencari Mengulangi setiap tujuan pembelajaran dan kontribusi

dari literatur, menanyakan apa yang telah ditemukan  Mengindikasi
dilaporkan dan Meringkas kontribusi anggota kelompok hubungan antara

jawaban tujuan Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam topik dan membuat
pembelajaran 
diskusi skema
didiskusikan Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari  Membedakan antara

hubungan antar topik poin-poin utama dan
 Menstimulasi semua anggota kelompok untuk persoalan tambahan
berkontribusi
 Menyimpulkan diskusi tiap tujuan pembelajaran
beserta ringkasan

23
RUBRIK INSTRUMEN PENILAIAN TUTORIAL
Blok : Nama:
Tutorial : NIM:
Petunjuk Pengisian :

 Berilah nilai terhadap anggota kelompok Anda sesuai dengan petunjuk rubrik penilaian (skor 1-4)
 Diperbolehkan memberikan nilai dengan pecahan desimal (misal 3,5)
No Aspek yang Sken ario 1 Skenario 2 Skenario Skenario 4
diobservasi 3

1. Dealing with work

2. Dealing with others

3. Dealing with one self

Jumlah Skor

Nilai Akhir

Minikuis

Tanda tangan Tutor

Nama Tutor

Rumus Nilai Akhir (NA) :

Rubrik Penilaian Tutorial


Aspek Kriteria Skor

Dealing - Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan pengetahuan hasil belajar 4


with work tentang topik terkait. Pada pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2
text books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario
- Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan sesuai materi
yang telah dipelajari
- Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus (brainstorming)
- Berpartisipasi aktif dalam kelompok ( minimal 3 x dalam masing-masing
langkah : 3,4, dan 7)
- Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota kelompok
Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 3

24
Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 2

Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 1

Dealing - Bekerjasama dalam tim 4


with others - Menjadi pendengar yang baik
- Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan baik
- Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi
- Komunikasi dengan santun
Terdapat 3 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 3

Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 2

Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 1

Dealing - Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan sumber-sumber yang 4


with ne self valid
- Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada pendapat anggota lain
- Mampu merefleksikan hasil diskusi
- Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari tutor
- Datang tepat waktu
- Berpenampilan syar’i
Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 3

Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 2

Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 1

2. SKENARIO TUTORIAL

Scenario 1

General Learning Objective: After completing the tutorial process, the students are able
to analyze the effect of hormones in the urinate process

A man 22 years old went to the mountain for vacation. The cold condition made him
diuresis for more than twelve times during 6 hours eventhough no drinking. When he
went back to the city, he drank much than before because hot climate but he didn’t
urinate more (oliguria). He asked to his friend as a nurse, and his friend said that
phenomenon happened because of body hormon. He said “Allohu Akbar”

25
Students’ task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

26
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

27
Scenario 2

General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able
to understand nursing care patient with nephrolithiasis

A man, 65 years old was admitted in surgical wards because of pain in during urinate
since 3 days ago. That patient said he had been smoked for 10 years and drank little
fresh water every day. He also suffer from pain with scale 8, continuous abdominal pain
in his right lower quadrant. Physical assessment resulted pain in his right kidney
percussion. Laboratory examination: BP 120/90 mmHg, RR 20x/menit, P 90x/menit, T
36,5oC, Hb 13,8 gr%, albumin=3,7 mg/dL. USG examination showed nephrolitiasis in
his right kidney.

Students task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

28
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

Scenario 3

General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to
analyze nursing care plan patient with BPH

29
A man, 68 years old was admitted to the surgical ward. He complained pain during
urinate since one week ago, incomplete urinate, drips and took a long time to urinate.
Results of USG showed prostate enlargement. Patient was diagnosed BPH. TURP was
conducted 6 hours ago. Urine catheter was inserted. The patient had irrigation with
NaCl 1000 cc, 60 drops/minute. Nurse measured the fluid balance and observed the
color of the discharge. Patient did not pray because he confused if it was appropriate to
pray when having catheterization.

Students task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

30
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

Scenario 4

General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able
to analyze nursing care plan fluid and nutrition nursing management of patient
undergoing hemodialysis (HD)

31
A man 45 years old had been doing renal replacement therapy (hemodialysis) for 2
years caused by end stage renal disease. According to that patient and the nurse there, at
his first year, the patient should only got hemodialysis twice a week. From the evaluation,
body weight gain always > 3 kg, ureum dan creatinin level always high, and patient
couldn’t control his meal and drink, so the doctor gave new hemodialysis prescription for
3 times per week.
Now, the patient condition like dry and dark colour in his skin, abdominal ascites,
body weight pre hemodialysis 75 kg, body weight post hemodialysis 73 kg with body
height 160 cm, blood pressure 180/100 mmHg, pulse 80x/minute, RR 16 x/minute,
Albumin level 2.5, Hb 9 g/dL, Hematocrite 39,6%, Ureum 100 mg/dl, Creatinin 13,30
mg/dL. His wife said that until now her husband still can’t manage for eating and drinking,
so she consulted to the nurse about fluid and nutritional management for patient with
hemodialysis, and also how to motivate her husband for keeping his pray.

Students task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

32
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

33
3. TATA TERTIB PRAKTIKUM SKILLS LAB

A. Penjelasan Umum
Praktikum Skills Lab dilakukan di Mini Hospital PSIK FKIK UMY sesuai pada
jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa per kelompok. Masing-masing
kelompok akan dibimbing secara intensif oleh instruktur praktikum dengan fasilitas yang
tersedia di Mini Hospital. Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses praktikum
dan diharapkan semua mahasiswa mampu mendemonstrasikan skill yang sedang di
praktikumkan. Selain kegiatan praktikum dibawah bimbingan instruktur, mahasiswa juga
mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri sesuai jadwal yang telah ditentukan maupun
belajar mandiri diluar jadwal yang telah ditentukan dengan seijin coordinator Mini Hospital.
Diakhir kegiatan praktikum, mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE).

B. Ujian Skills Lab


Ujian praktikum Blok 6 dilakukan pada akhir masa praktikum. Ujian ini untuk
mengetahui penyerapan mahasiswa tentang praktikum yang telah dijalankan dan mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktikum. Bahan–bahan ujian terutama dari
bahan praktikum dan teori.

C. Sistem Penilaian
Penilaian praktikum meliputi :
1. Ujian OSCE sebesar 30 %
2. Praktikum sebesar 70 %
a. Pretes : 15%
b. Proses Praktikum : 40%
c. Postes : 15%
D. Tata Tertib Skill’s Lab
Sebelum praktikum, mahasiswa:
1. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Memakai seragam biru-biru.
3. Memakai name tag.

34
4. Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat.
5. Bagi mahasiswa putri:
a. Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki.
b. Memakai jilbab biru polos, tanpa poni dan buntut.
c. Memakai sepatu tertutup dan berhak rendah, bukan sepatu karet, warna sepatu hitam,
memakai kaos kaki.
d. Tidak berkuku panjang dan tidak menggunakan pewarna kuku.
e. Tidak memakai cadar.
Bagi mahasiswa putra:
a. Memakai seragam biru-biru.
b. Celana longgar, bukan celana pensil.
c. Rambut rapi, tidak melebihi krah baju, tidak menutupi mata dan telinga.
d. Tidak beranting dan bertato.
e. Memakai sepatu tertutup berwarna hitam dan memakai kaos kaki.
f. Tidak berkuku panjang dan memakai perhiasan dalam bentuk apapun.
6. Mahasiswa sudah siap didalam ruangan maksimal 15 menit sebelum praktikum dimulai.
7. Apabila alat, bahan, dan mahasiswa belum siap dalam 15 menit setelah jam praktikum
berjalan, maka mahasiswa tidak diijinkan untuk mengikuti praktikum.
Selama praktikum, mahasiswa:
1. Melakukan pretes.
2. Mengikuti praktikum dari awal sampai akhir dengan aktif dan baik.
3. Melakukan postes.
4. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.

Setelah praktikum, mahasiswa:


1. Mengembalikan dan merapikan alat, bahan dan ruangan dengan rapi pada tempatnya.
2. Mengisi daftar presensi mahasiswa.
3. Memberikan evaluasi terhadap proses berjalannya praktikum melalui instruktur
masingmasing.

35
4. PANDUAN PRAKTIKUM SKILLS LAB

TOPIK-TOPIK PRAKTIKUM:
1. Pemeriksaan Fisik System Perkemihan
2. Pemasangan Kateter
3. Perawatan Kateter Dan Bladder Training
4. Kegel Exercise Dan Tata Cara Ibadah Pasien Dengan Terpasang Kateter
5. Balance Cairan Dan Monitoring Cairan (Anak, Dewasa Dan Lansia)

36
1st TOPIC
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN

Erfin Firmawati, Ns.,MNS Yuni


Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC

Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :
1. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan system eliminasi
2. Melakukan interpretasi data hasil pemeriksaan

Scenario
A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This patient
is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In order to help the patient to urinate, you are
ordered to insert urine catheter. But, nurse will do physical examination first

Pertanyaan mInimal:
1. Jelaskan pemeriksaan palpasi ginjal
2. Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan inspeksi
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
PERKEMIHAN

Pemeriksaan fisik sistem perkemihan adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ginjal, vesika
urinaria, dan meatus urinaria. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan dilakukan dengan metode inspeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi.

Tujuan pemeriksaan fisik abdomen:


1. Mendapatkan kesan kondisi dan fungsi organ perkemihan.
2. Mengetahui keluhan klien yang muncul dari sistem perkemihan

Langkah-langkah pemeriksaan fisik system perkemihan

Langkah pemeriksaan fisik:

A.Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Sarung tangan bersih

37
3. Alat tulis
4. Bengkok

B. Pemeriksaan Inspeksi
Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen, catat ukuran, kesimetrisan, warna kulit,
tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka. Kulit dan membran
mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Penurunan turgor
kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.

C.Pemeriksaan Auskultasi
Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan
kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri
renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

D.Pemeriksaan Ginjal
1. Palpasi Ginjal
Ginjal kanan
- Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
- Letakkan tangan kiri di bawah costa 12
- Letakkan tangan kanan dibagian atas, sedikit di bawah lengkung iga kanan
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah sementara tangan
kiri mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kanan kuat dan dalam.
Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan.

Ginjal kiri
Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :
- Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita
- Gunakan tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakang
- Letakkan tangan kiri di kuadran kiri atas
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kiri menekan ke bawah sementara tangan
kanan mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kiri kuat dan dalam.
Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan. Normalnya jarang
teraba.

38
2. Perkusi Ginjal
Perkusi ginjal dilakukan untuk mengkaji adanya nyeri. Perkusi ginjal dilakukan pada akhir
pemeriksaan.
Perkusi costovertebral ginjal (costovertebral angle)
- Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk
- Letakkan telapak tangan kiri di atas
sudut costovertebral/costovertebral angel (setinggi
vertebra torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan
tangan kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri.
Lakukan perkusi ginjal dengan cukup kekuatan sampai
pasien dapat merasakan pukulan.

- Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat nyeri mengindikasikan
adanya batu atau pyelonephritis

39
E. Pemeriksaan Vesika Urinaria
1. Palpasi Vesika Urinaria
Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan, lokasi, ukuran, dan sensasi.
Dalam kondisi normal, vesika urinaria tidak teraba. Adanya distensi/pembesaran vesika
urinaria dapat dipalpasi di area antara simfisi pubis dan umbilical. Langkah-langkah
palpasi vesika urianaria:
- Atur posisi pasien supinasi
- Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah
mendekati simfisis.
- Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria.
2. Perkusi Vesika Urinaria
Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml.
Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.
Sebelum melakukan perkusi vesika urinaria, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus
vesika urinaria. Setelah itu lakukan perkusi di atas area suprapubic. Jika vesika urinaria

40
penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di
atas simphysis pubis. Langkah-langkah perkusi vesika urinaria:
- Atur posisi pasien supinasi
- Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus.Vesika urinaria
dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”.

F. Pemeriksaan Meatus
Pemeriksaan meatus bukan pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan fisik system perkemihan.
Pemeriksaan ini sering dilakukan pada pasien dengan gangguan system perkemihan infeksi.

Langkah-langkah pemeriksaan dengan inspeksi pada meatus


1. Pada pasien laki-laki
- Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri
- Gunakan sarung tangan
- Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis untuk membuka meatus
urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka,
pada meatus.
2. Pada pasien perempuan
- Atur pasien dalam posisi litotomi
- Gunakan sarung tangan
- Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat meatus adanya kemerahan,
pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.

41
Nama Pasien :
TTL/Umur :
Alamat :
Diagnosa medis :

Pengkajian
1. Riwayat kesehatan sekarang:

2. Pengkajian pola Gordon


- Pola kebutuhan eliminasi BAK

3. Pemeriksaan Fisik - Inspeksi:


Warna: , turgor kulit: , distensi ( ), bengkak ( ), luka ( ),
……………………………………………………………………………………………….
- Auskultasi:
- Pemeriksaan ginjal Kanan: palpasi perkusi
Kiri: palpasi
perkusi
- Pemeriksaan vesika urinaria Palpasi:

Perkusi:

- Pemeriksaan meatus urinaria:


Kemerahan ( ), bengkak ( ), luka ( ), discharge/cairan ( )
Checklist Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Raw Score Critically Difficulty Score
1,2,3 1,2,3
Performance Procedure
0 1 2 3 4 5 Actual Max
RxCxD Score
Tahap pre 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 0 1 3 1 3
interaksi 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
dengan menggunakan hand rub)
3. Persiapan Alat: 0 1 3 1 3
- Stetoskop, Alat tulis, Sarung tangan
- Bengkok
Tahap 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Orientasi 2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan 0 1 2 3 1 6
alamat klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang 0 1 2 2 1 4
akan dilakukan

42
4. Kontrak waktu 0 1 1 1 1
5. Beri kesempatan pada 0 1 1 1 1
pasien/keluarga untuk bertanya
6. Minta persetujuan klien/keluarga 0 1 2 1 2
7. Dekatkan alat 0 1 1 1 1
8. Jaga privacy klien dengan menutup 0 1 1 1 1
tirai/pintu
Tahap Kerja Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
dengan menggunakan hand rub)
Baca Basmalah 0 1 2 1 2
Inspeksi
Atur posisi supinasi 0 1 3 1 3
Amati kesimetrisan, warna kulit, 0 1 2 2 4
tekstur, turgor kulit, adanya massa atau
pembengkakan, distensi, dan luka
Auskultasi suara bising pembuluh darah 0 1 2 3 2 12
(bruits)
Letakkan stetoskop bagian bell pada sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen
(aorta abdomen dan arteri renalis)
Dengarkan bising pembuluh darah
Palpasi Ginjal
Letakkan tangan kiri di bawah sela iga 12 dan 0 1 2 3 4 3 3 36
ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan
Letakkan tangan kanan sedikit di bawah 0 1 2 3 3 2 18
lengkung costa kanan
Anjurkan klien untuk nafas dalam. Pada saat 0 1 2 3 3 3 27
akhir inspirasi, tangan kanan menekan kebawah
sementara tangan kiri mendorong ke atas. Raba
ginjal kanan anatara dua tangan
Perkusi Ginjal
Atur posisi klien berbaring dengan posisi 0 1 2 1 2
miring/duduk
Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut 0 1 2 3 4 3 3 36
costovertebral (setinggi vertebra torakalis 12
dan lumbal 1). Perkusi dengan tangan kanan
yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri.
Palpasi Vesika Urinaria \

Performance Raw Score Score


Critically Difficulty
Procedure Actual Max
0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
RxCxD Score
Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah 0 1 2 3 3 1 9
bawah mendekati simfisis. Palpasi adanya
distensi kandung vesika urinaria.
Perkusi Vesika Urinaria 0 1 2 3 3 1 9
Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic
sampai ke area umbilicus. Vesika urinaria
dalam keadaan penuh akan terdengar
“dullness”.
Inspeksi Meatus urinari

43
Meatus laki-laki 0 1 2 3 4 3 2 24
- Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri
- Gunakan sarung tangan
- Pegang penis dengan dua tangan, tekan
ujung gland penis untuk membuka meatus
urinary. Lihat meatus adanya kemerahan,
pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada
meatus.
Meatus perempuan
- Atur pasien dalam posisi litotomi
- Gunakan sarung tangan
- Buka labia mayora dengan tangan yang
dominan, lihat meatus adanya kemerahan,
pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada
meatus.
Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1
Bereskan alat 0 1 1 1 1
Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 2 1 2
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
dengan menggunakan hand scrub)
Tahap 1. Evaluasi respon klien 0 1 2 1 2
terminasi 2. Menyimpulkan hasil prosedur 0 1 1 1 1
yang dilakukan
3. Berikan reinforcement sesuai 0 1 1 1 1
dengan kemampuan klien
0 1 2 1 2
4. Doa kesembuhan klien
dengan mengucapkan syafakalloh
(laki-laki) dan syafakillah (perempuan)
0 1 2 1 2
5. Melakukan kontrak waktu untuk tindakan
selanjutnya 0 1 1 1 1
6. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi
salam
Dokumentasi 1. Nama dan umur atau nama dan alamat klien 0 1 2 2 1 4
2. Diagnosa keperawatan 0 1 2 1 2
3. Tindakan keperawatan yang 0 1 2 1 2
sudah dilakukan
4. Evaluasi: S: Respon klien 0 1 2 2 1 4
O:hasil pemeriksaan
(inpeksi,auskultasi, perkusi, dan
0 1 1 2 1 2
palpasi) A: P:
0 1 2 2 1 4
5. Tanggal dan jam pelaksanaan
6. Nama dan tanda tangan ners

2nd TOPIC
PEMASANGAN KATETER

Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.Jiwa

44
Yanuar Primanda, Ns., MNS., HNC Erfin Firmawati,
Ns.,MNS

Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:
1. Melakukan persiapan alat untuk pemasangan kateter dengan tepat sesuai indikasi

2. Melakukan pemasangan kateter urin dengan benar

Scenario

A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This
patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In orderto help the patient to
urinate, you are ordered to insert urine catheter.

Pertanyaan mInimal:
2.Sebutkan indikasi pemasangan kateter
! urin
3.Sebutkan tujuan pemasangan kateter
! urin

Masalah keperawatan:
1. Altered urinary elimination
2. Urinary retention
3. Risk for infection
4. Dependence on urinary catheter
PEMASANGAN KATETER

A. DEFINISI
Kateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretha menuju ke
kandung kemih (vesica urinaria).

45
B. TUJUAN
Kateterisasi urin bertujuan:
¤ Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau mengalami obstruksi pada
saluran kemih.
¤ Memantau pengeluaran urin pad aklien yang mengalami gangguan hemodinamik.
Karena kateterisasi urin meresiko bagi klien untuk mengalami Urinaria Tractus Infection (UTI) atau Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dan menyebabkan trauma pada uretra, maka kateterisasi lebih dianjurkan untuk
pemasangan sementara.

C. INDIKASI PEMASANGAN KATETER


Pemasangan kateter merupakan tindakan yang sangat penting bagi beberapa pasien. Tetapi penelitian
menunjukkan bahwa 21-54% pemasangan kateter dilakukan atas indikasi yang kurang tepat (CDC, 2012).
Keputusan dilakukan tindakan pemasangan kateter harus berdasarkan pengkajian yang komprehensif terkait
resiko dan kebutuhan pasien. Secara umum, indikasi pemasangan kateter adalah:

1. Pasien yang mengalami retensi urin akut dan kronis


2. Menjaga keteraturan pengeluaran urin pada pasien yang mengalami kesulitan berkemih, sebagai akibat
gangguan neurologis yang menyebabkan paralisis atau kehilangan sensasi berkemih yang berefek pada
proses berkemih
3. Pasien dengan penyakit gawat yang membutuhkan pengukuran urin output
4. Pasien yang menjalani pembedahan urologi atau operasi lain yang terkait dengan saluran genitourinary
5. Untuk antisipasi proses operasi yang panjang
6. Pasien yang membutuhkan monitoring urine output pada saat pembedahan
7. Untuk membantu proses penyembuhan luka di area sacral dan perineal pada pasien yang mengalami
inkontinensia
8. Pasien yang mengalami imobilisasi jangka panjang seperti pasien yang mengalami fraktur spinal atau
lumbar, multiple fracture, multiple trauma di area pelvis, dll
9. Untuk irigasi kandung kemih

46
10.Untuk memasukkan obat atau untuk proses pemeriksaan diagnostic terkait system urologi (contoh:
cystogram)
11.Untuk memfasilitasi proses berkemih dan menjaga integritas kulit
12.Untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien terminal (palliative care)

D. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER


1. Pasien dengan prostatitis akut
2. Pasien dengan suspek trauma urethral
3. Pasien dengan riwayat striktur urethra
4. Pasien yang baru selesai penjalani TURP (Trans-Urethral Reserction of the Prostate) dalam jangka waktu 24
jam
5. Pasien yang mengalami phymosis
6. Pasien yang mengalami riwayat sulit dipasang kateter
7. Pasien yang dicurigai mengalami hematuria
8. Pasien yang mengalami atau menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih

E. DURASI KATETERISASI URIN


Secara umum, durasi kateterisasi urin dibagi menjadi sementara (intermitten), tetap jangka pendek, dan tetap
jangka panjang. Pemasangan kateter dalam jangka waktu yang pendek akan meminimalkan infeksi.

¤ Kateter Sementara
Kateter sementara adalah pemasangan dan pelepasan kateter segera setelah kandung kemih kososng.
Kateter sementara biasanya menggunakan kateter satu lumen dan hanya memerlukan waktu 5 – 10 menit
sampai kandung kemih. Penggunaan kateter sementara dapat diulangi penggunaannya tetapai penggunaan
yang terus menerus akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma pada uretra. Kateter sementara dapat
digunakan untuk:

o Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi Vesica Urinaria o Mengatasi retensi urin akut o
Pengambilan specimen urin
o Pengambilan urine residu setelah pengosongan Vesica Urinaria
¤ Kateter Tetap Jangka Pendek
Kateter tetap jangka pendek dibiarkan terpasang pada pasien selama 1 minggu. Untuk keperluan ini,
biasanya bahan kateter yang digunakan berbahan latex kecuali ada alergi terhadap latex. Kateter tetap
jangka pendek digunakan untuk:

o Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)


o Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti Vesica Urinaria, uretra dan organ
sekitarnya

47
o Preventif pada obstruksi uretra dari perdarahan o Untuk memantau output urin o Irigasi Vesica
Urinaria

¤ Kateter Tetap Jangka Panjang


Pemasangan kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Termasuk dalam kategori ini jika pasien memerlukan kateter untuk durasi 6 minggu hingga 3 bulan.
Kateter yang digunakan untuk kateter jangka panjang harus diganti secara teratur sesuai dengan batas
waktu pemasangan dari setiap produk kateter (sesuai pabrik) dan sesuai kebutuhan dan kondisi individu
dan tidak berbatas waktu secara kaku. Pertimbangan penggantian kateter adalah berdasarkan: fungsi
kateter, banyaknya kerak atau kotoran yang menempel pada kateter, frekuensi sumbatan pada kateter, dan
kenyamanan pasien. Kateter tetap jangka panjang digunakan untuk: o Retensi urin pada penyembuhan
penyakit ISK/UTI o Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urin o Klien dengan
penyakit terminal
F. TIPE KATETER
1. One-way catheter/single lumen catheter/kateter 1 jalur
Kateter ini hanya mempunyai saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, tidak memeiliki balon
untuk fiksasi dan tersedia dalam sediaan berlapis silicon atau tidak dan biasa disebut dengan kateter
langsung. Tipe ini tidak digunakan dalam jangka waktu lama di kandung kemih tetapi sangat berfungsi
untuk:

 Kateterisasi intermitten atau sementara


dan pengambilan specimen urin

 Mengatasi striktur urethra


 Memasukkan obat ke dalam vesica urinaria
 Proses pemeriksaan penunjang seperti urodinamik
 Kateterisasi suprapubik tanpa balon
2. Two-way catheter/double lumen catheter/kateter
double lumen
Kateter ini terdiri dari 2 saluran pada ujung kateternya. Satu saluran untuk keluarnya urine dan satu
saluran untuk mengembangkan balon yang berfungsi sebagai fiksasi kateter di dalam kandung kemih
pasien. Tipe kateter ini paling sering digunakan.

48
3. Three-way catheter/triple lumen catheter/kateter triple lumen
Kateter 3 lumen memiliki lumen ketiga (selain untuk urin dan untuk mengembangkan balon) yang
berfungsi untuk proses irigasi kandung kemih secara terus menerus. Kateter ini terutama digunakan pada
pasien yang menjalani pembedahan saluran kemih atau perdarahan dari kandung kemih atau tumor prostat
sehingga kandung kemih membutuhkan baik irigasi terus menerus atau irigasi sementara untuk
membersihkan dari gumpalan darah atau debris.

4. Catheter with integrated temperature sensor


Kateter ini mempunyai fasilitas sensor pengukur
suhu yang terintegrasi didalam kateter yang terletak di
ujung proksimal. Kateter ini khususnya digunakan pada
pasien yang membutuhkan perawatan intensif atau pada
saat menjalani operasi tertentu. Fungsi dari sensor suhu
adalah untuk mengukur suhu urine di dalam kandung
kemih dan merupakan alat yang efektif untuk
mengetahui suhu tubuh bagian dalam (core
temperature).

G. JENIS KATETER

¤ Kateter plastik: digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
¤ Kateter Latex/Karet: berbahan dasar karet, fleksibel tetapi kurang nyaman karena gesekan permukaan,
mudah terjadi pengerakan akibat mineral yang terkumpul dari urin, dan alergi yang menyebabkan urethritis
dan urethral stricture. Digunakan untuk pemakaian dalam jangka waktu pendek.

¤ Kateter Silicon murni (100% silicon): sangat lembut untuk jaringan dan hipoalergenik. Ukuran
lumen/saluran besar karena tidak ada lapisan karet dan tidak mudah menggumpal. Kerugiannya adalah
mudahnya balon mengempes sehingga sering terjadi kateter terlepas atau tidak sesuai pada tempatnya lagi.
Kateter ini lebih sering digunakan untuk penggunaan jangka waktu selama 2-3 bulan.

¤ PTFE (Polytetrafluoroethylene)/teflon: PTFE-coated latex catheter adalah kateter latex yang dilapisi teflon
pada bagian dalam maupun luar. Kateter ini lebih lembut daripada kateter latex karena adanya lapisan
Teflon yang membantu mencegah pengerakan dan iritasi. Jangan menggunakan jenis ini untuk pasien yang
alergi terhadap latex.

¤ Silicone-coated/silicone elastomer-coated: adalah kateter latex yang dilapisi silicon pada bagian dalam dan
luar. Kateter ini memiliki kekuatan dan fleksibilitas sejenis kateter latex tetapi lebih awet dan tidak mudah
mengerak seperti jenis silicon murni (100% silicon).

49
¤ Hydrogel-coated: merupakan kateter yang lembut dan biocompatible. Kateter ini bersifat hidrofilik sehingga
menyerap cairan yang akan membentuk kerak di sekitar kateter dan karena tidak terlalu banyak gesekan
maka tidak menyebabkan iritasi.

¤ Silver-coated catheter: merupakan jenis kateter dengan kombinasi lapisan silver alloy dan hydrogel yang
berfungsi sebagai antiseptic. Silver-hydrogel coated catheter tersedia dalam bahan dasar latex dan silicon.
Jenis ini terbukti menurunkan insiden bekteriurea asimtomatik dalam jangka waktu 1 minggu.

¤ Kateter Logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu
yang melahirkan

Jenis Kateter, Keuntungan, dan Kerugiannya

H. UKURAN KATETER
Prinsip pemilihan ukuran kateter adalah memilih ukuran yang terkecil yang mampu mengalirkan urin
secara adekuat. Meskipun demikian, ukuran kateter tetap harus disesuaikan dengan indikasi dan kondisi klinis
pasien. Ukuran kateter bervariasi antara 5 – 24 French (Fr). Secara umum, ukuran yang disarankan adalah:

50
¤ Anak : 8 – 10 Fr
¤ Wanita : 12 – 14
Fr
¤ Laki-laki : 16 – 18 Fr

¤ Hematuria : 20 – 24 Fr
Pasien yang mengalami hematuria sebaiknya menggunakan kateter 3 jalur sehingga memungkinkan
dilakukannya irigasi kandung kemih tanpa mengganti kateter.

I. PANJANG KATETER
Panjang kateter terdiri dari 3 ukuran: ukuran anak, anak, perempuan, dan laki-laki. Ukuran kateter lakilaki
standar dengan panjang 41-45 cm dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan, tetapi ukuran perempuan
yang lebih pendek yaitu 25 cm dianggap lebih nyaman pada beberapa wanita yang bias beraktivitas dan
membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama. Ukuran wanita yang pendek tidak sesuai
untuk wanita yang obese atau imobilisasi karena akan mudah terlepas dan menyebabkan trauma bada kandung
kemih.

J. UKURAN BALON
Kembangkan balon dengan ukuran yang sekecil mungkin. Hal ini akan mencegah adanya residu urine di
kandung kemih, menurunkan resiko spasme kandung kemih dan meminimalkan trauma pada leher kandung
kemih. Ukuran balon berkisar antara 5 – 30 ml tergantung produksi pabrikan. Ukuran yang biasa digunakan
adalam 10 ml. kembangkan balon sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ukuran
balon 30 ml digunakan untuk haemostat post prosedur urologi dan tidak dianjurkan untuk peggunaan rutin.
Gunakan air steril untuk mengembangkan balon.

K. SISTEM DRAINASE
Sistem drainase tertutup dimana saluran yang menghubungkan antara kateter dan urin bag selalu
tersambung dan urin dikeluarkan dari urine bag melalui saluran pembuangan pada urin bag, menurunkan resiko
infeksi, tetpi efektifitas system ini tergantung pada kebersihan dan perawatan kateter.

51
Sistem drainase yang baik dapat mencegah munculnya infeksi akibat pemasangan kateter (CaUTI).
Manajemen system drainase yang baik adalah sebagai berikut:

1. Jaga agar system drainase atau urin bag tetap berada di bawah/lebih rendah daripada kandung kemih
2. Minimalkan kontaminasi dari urine bag dan hindarkan kontak antara urin bag dengan lantai atau dengan
permukaan lainnya
3. Kaji secara rutin kondisi urin bag dang anti jika perlu
4. Kosongkan urin bag secara rutin atau jika telah mencapai 2/3 kantong untuk mencegah reflux dan mencegah
urine bag terlalu berat
5. Saat mengosongkan urin bag, jangan sampai konektor pembuangan pada urin bag menyentuh penampung.
Gunakan penampung yang bersih dan terpisah antara satu pasien dengan pasien yang lainnya
6. Anjurkan pasien untuk banyak minum jika tidak ada kontraindikasi secara klinis
L. PEDOMAN UMUM PEMASANGAN KATETER
- Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter.
- Prinsip pemasangan kateter menggunakan tehnik aseptik/steril
- Kateter tetap dan sementara menggunakan prinsip yang sama, perbedaannya adalah pada kateter tetap
difiksasi dengan balon.
- Setelah pemasangan kateter perawat menjaga sistem drainase untuk meminimalkan resiko infeksi
- Urine bag terbuat dari plastik yang dapat menampung 1.000 – 1.500 ml urin. Urine bag harus digantung pada
tepi tempat tidur atau kursi roda tanpa menyentuh lantai. Jangan pernah menggantungkan urine bag pada
posisi lebih tinggi dari abdomen. Jika klien berjalan, klien atau perawat membawa urine bag dibawah lutut
klien. Hal ini karena urin didalam kantong dapat menjadi medium bagi hidupnya mikroorganisme dan infeksi
dapat terjadi apabila urin kembali (refluk) ke Vesica Urinaria. Sebagian Urine Bag dirancang menjadi
antirefluk untuk menjaga kembalinya urin pada Vesica Urinaria.
- Karena urin dapat menjadi media bagi tumbuhnya mikroorganisme, maka pengosongan urine bag dilakukan
setiap 6 – 8 jam sekali.

M. KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER


- Trauma urethral akibat peniupan balon fiksasi ketika kateter belum sampai di vesica urinaria
- Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Catheter-associated Urinary Tract Infection (CaUTI)
- Trauma psikologi
- Perdarahan diakibatkan proses insersi kateter atau peniupan balon
- Salah saluran akibat trauma saat insersi kateter
- Striktur urethra merupakan komplikasi lanjutan akibat adanya cedera kronis pada uretra
- Paraphimosis (terjadi pada laki-laki yang tidak sirkumsisi dimana preputium terjebak di belakang kepala
penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal) akibat kegagalan pengembalian kulit permukaan ke
posisi normal setelah pemasangan kateter sehingga kulit di sekitar gland penis membengkak

Performa Procedure Raw Score Critically Difficulty Score


nce 1,2,3 1,2,3

52
Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
Tahap n 5 alat utama)medis
1. Baca catatan keperawatan/catatan 0 1 3 1 3
pre - Perlak
2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah dan
cuci pengalas
tangan 0 1 3 1 3
interak - NaCl hand rub)
dengan menggunakan
- Kapas/kassa
3. Persiapan steril
Alat (sebutka 0 1 3 1 6
si - Kassa gulung
- Foley catheter
- Urine bag - Bak instrument
- Sarung tangan steril - Spuit 10cc 1 buah
- Spuit 3 cc 1 buah - 2
- Korentang
- Kom steril Lydocain Jelly
- Plester/hypavix - Aquabidest 30 ml
- Bengkok
- Duk steril
- Gunting
- Perban/plester an ke dalam bak
- Pinset steril
- Pinset sirurgis
0 1 1 1 2
4. Buka 1 spuit 3cc, masukkinstrument dengan
menjaga kesterilan spuit 0 1 1 1 2
5. Tampung jelly ke dalam kom steril yang ada
di bak instrument, jaga kesterilan saat 2
mengeluarkan jelly dari tube dan menampung 0 1 1 1 2
dalam bak instrument 2
6. Buka 1 spuit 10cc dan isi dengan aquadest
untuk fiksasi folley catheter, letakkan di luar
2
Tahap 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Orientasi
2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan 0 1 2 3 1 6
alamat klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan 0 1 2 2 1 4
dilakukan (pemasangan kateter, nafas dalam saat
kateter dipasang) 0 1 1 1 1 1
4. Kontrak waktu 0 1 1 1 1 1
5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
0 1 1 2 1 2
bertanya
0 1 1 1 1 1
6. Minta persetujuan klien/keluarga
0 1 1 1 1 1
7. Dekatkan alat
8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap Baca Basmalah 0 1 2 1 2
Kerja
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 0 1 3 1 3
menggunakan hand rub)
Atur posisi yang nyaman 0 1 3 1 3
- Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan
- Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbent
- Pasien laki-laki dengan supine

Memasang pengalas/perlak dibawah pantat klien 0 1 1 1 1


Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas 0 1 1 1 1
Bengkok diletakkan didekat bokong klien 0 1 1 1 1
Sambungkan ujung folley catheter dengan urine bag, 0 1 2 1 2
buka sedikit pembungkus luar dari folley catheter dan
jaga kesterilan folley catheter
Pakai sarung tangan steril 0 1 2 3 3 1 9
Persiapkan jelly:* 0 1 2 3 3 2 18
- Untuk klien laki-laki: ambil 1 buah spuit 3ml,

53
Performa Raw Score Critically Difficulty Score
nce 1,2,3 1,2,3
Procedure
Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
lepaskan jarumnya, isi dengan lydocain jelly
yang ada di kom steril sebanyak 5 – 10 ml untuk
diinjeksikan kedalam urethra*
- Untuk klien perempuan, ambil jelly yang ada
pada kom steril dengan menggunakan kassa
steril*
Membersihkan bagian genitalia:* 0 1 2 3 3 2 18
- Klien laki-laki: Penis dipegang dengan tangan
non dominan. Penis dibersihkan dengan
menggunakan kapas steril/ kassa steril yang
diolesi NaCl oleh tangan dominan dengan
gerakan memutar dari meatus ke luar dengan
menggunakan pinset, dilanjutkan dengan
membersihkan gland penis. Tindakan bisa
dilakukan beberapa kali hingga bersih.
Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*
- Klien perempuan: Gunakan tangan yang tidak
dominan untuk membuka labia mayora, dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk. Kemudian
bersihkan labia mayora dengan menggunakan
kapas sublimat atau kassa steril yang diolesi
cairan antiseptik dengan menggunakan pinset
dari arah atas kebawah, dilanjutkan ke daerah
labia minora, dan selanjutnya meatus urethra
(dari luar ke dalam), sekali usap pada satu sisi
kapas atau kassa. Tindakan bisa dilakukan
beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset
diletakkan dalam bengkok*
Pasang duk steril dengan menggunakan tangan kanan 0 1 2 2 1 4
dan tangan kiri memegang penis, jaga kesterilan duk
Pasang selang kateter:* 0 1 2 3 4 5 3 3 45
- Klien laki-laki: pegang penis dengan tangan
non dominan, injeksikan jelly ke dalam uretra
klien tanpa menggunakan jarum. Keluarkan
folley catheter dengan hati-hati dan menjaga
kesterilannya. Pegang penis dengan tangan non
dominan, masukkan kateter kedalam uretra
secara perlahan-lahan sampai urine keluar.
Pasien diminta tarik napas dalam selama
pemasangan *
- Klien perempuan: oleskan jelly yang telah
disiapkan di kassa pada ujung kateter dengan
menggunakan kassa steril minimal sepanjang 6
inchi dari ujung kateter. Gunakan tangan yang
tidak dominan untuk membuka labia mayora,
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
temukan meatus uretra. Masukkan kateter
kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai
urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam
selama pemasangan*
Masukkan cairan aquades 20-30 cc dimasukkan 0 1 2 3 4 3 2 24
atau sesuai ukuran yang tertulis untuk fiksasi
kateter di dalam vesica urinaria. Kateter sedikit
ditarik sampai ada tahanan*
Lepaskan duk dengan menarik ke bawah, hati-hati saat 0 1 1 1 1
melewati urin bag. Jika urine bag penuh, urin bag

54
Performa Raw Score Critically Difficulty Score
nce 1,2,3 1,2,3
Procedure
Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
dikosongkan dulu dengan membuang urine di bengkok
atau pispot
Fiksasi kateter ke pasien 0 1 2 2 1 4
- Untuk laki-laki di bawah abdomen
- Untuk wanita ke paha atau dengan longgar diatas
kaki tanpa fiksasi
Gantung urine bag ditempatnya 0 1 1 1 1
Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan 0 1 1 1 1
kembali pakaian pasien
Bereskan alat 0 1 1 1 1
Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 0 1 3 1 3
menggunakan hand scrub)
Tahap - Evaluasi respon klien 0 1 2 2 1 2
terminasi
- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan 0 1 2 2 1 2
- Berikan reinforcement atas kemampuan klien
- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang 0 1 1 1 1
tidak meninggikan urine bag diatas paha ketika
berjalan, menjaga kebersihan, cara thoharoh, 0 1 1 1 1
beribadah dengan kateter dan urine bag melekat)
- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan 0 1 2 1 2
syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah
(perempuan)
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan 0 1 2 1 1
selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai 0 1 1 1 1
tindakan
0 1 1 1 1
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokument -Nama dan umur atau nama dan alamat klien 0 1 2 1 1 2
asi
-Diagnosa keperawatan 0 1 2 1 1 2
-Tanggal dan jam tindakan keperawatan 0 1 2 1 1 2
-Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan 0 1 2 1 1 2
-Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan ukuran 0 1 2 1 1 2
kateter, deskripsi urine: warna, jumlah
- Nama dan tanda tangan ners 0 1 2 1 1 2
Keterangan: * critical point dari prosedur. Jika critical point tidak dilakukan, otomatis mahasiswa tidak lulus

3nd TOPIC
BLADDER TRAINING& PELEPASAN KATETER

BLADDER TRAINING
Erfin Firmawati, Ns.,MNS Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB.,
HNC

Learning Objective:

55
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:
1. Melatih bladder training sesuai indikasi
2. Melakukan bladder training

Scenario

A man, 70 years old is admitted to hospital because of post TURP procedure. This
patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. The nurse will open the Foley
catheter. Before, nurse open the catheter, nurse will train of bladder training to patient.

Pertanyaan mInimal:
1. Sebutkan indikasi latihan bladder training!

Masalah keperawatan:
1. Altered urinary elimination
2. Urinary retention
3. Risk for infection
4. Dependence on urinary catheter

Pada pasien yang terpasang kateter dalam jangka waktu yang lama, pasien mungkin
mengalami penurunan sensasi ingin berkemih atau miksi. Jika hal ini terjadi, maka pasien
dapat mengalami kesulitan mengontrol rasa berkemih sehingga mengompol atau mengalami
inkontinensia urin. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka pasien perlu menerima bladder
training.

Bladder training merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengembalikan kontrol


terhadap keinginan berkemih. Secara umum, bladder training dilakukan sejak sebelum kateter
hingga setelah kateter dilepas.

Secara umum, panduan bladder training sebelum kateter dilepas adalah sebagai berikut:

56
1. Perawat harus mengkaji rencana perawatan pasien termasuk kemungkinan durasi
terpasang kateter
2. Prosedur bladder training harus dengan persetujuan dokter
3. Jadwal pelaksanaan baldder training perlu didiskusikan dengan pasien
4. Bladder training bisa memakan waktu hingga 4 hari atau setelah pasien mampu
mengontrol miksi dengan baik
5. Kosongkan urin bag saat selang penghubung kateter ke urin bag di klem
6. Saat klem dilepas, catat warna, kejernihan, dan jumlah urin.
7. Sebelum benar-benar dilepas, pasien harus mampu mentoleransi minimal 250 cc urin
di kandung kemih
Alat yang digunakan:
1. Klem kateter/klem arteri
2. Penampung urin
3. Sarung tangan bersih
Prosedur bladder training:
1. Jaga privacy pasien
2. Cuci tangan dengan 6 langkah, gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2
jam kecuali pasien merasa kesakitan)
5. Kosongkan urin bag
6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran
terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan
secara bertahap

7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih menuju
urine bag hingga kandung kemih kosong
8. Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.
9. Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama
10. Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan
klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam

57
11. Pada hari ketika, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15 menit
dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
12. Pada hari ke 4, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepas
13. Anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam
14. Setelah kateter dilepas, maka lakukan proses selanjutnya yaitu dengan melakukan:
kegel exercise, penundaan berkemih, dan penjadwalan berkemih
15. Kegel exercise adalah latihan untuk penguatan otot pelvis agar mampu
menghentikan aliran urin. Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:
16. Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan
berkemih dapat membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih,
tunda berkemih selama 5 menit. Jika berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan
berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut secara bertahap hingga
mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas
waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam
dan pelan. Kegel exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih
17. Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi
berkemih secara teratur. Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang
telah ditentukan meskipun belum merasa ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan
berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga waktu yang sesuai
untuk pasien.
18. Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:
a. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada
anjuran lain dari dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi
jumlah minum. Mengurangi asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia,
tetapi justru akan membuat urin menjadi sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi
kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin berkemih sementara urin
yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih.
b. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum banyak
dalam sekali waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah dikendalikan
karena kandung kemih segera penuh, sehingga keinginan berkemih akan segera
muncul setelah minum banyak.

58
c. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan
untuk berkemih semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein
harus dihindari. Minuman jenis lain yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman
berkabonasi.
d. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur
akan meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.
19. Anjurkan pasien untuk segera mencari pertolongan medis jika setelah dilepas
kateternya pasien mengalami:
a. Tidak dapat berkemih selama 6 jam
b. Ada perasaan ingin berkemih tetapi tidak dapat berkemih
c. Mengalami nyeri hebat di punggung (back pain)
d. Perut membesar
e. Demam (> 37.5oC)
f. Mual dan muntah
PELEPASAN KATETER Erfin Firmawati, Ns.,MNS

Pengertian:
Melakukan tindakan perawatan melepaskan kateter uretra dari kandung kemih
Tujuan: Mencegah infeksi Indikasi:
1. Pasien yang terpasang kateter lebih dari 7 hari
2. Pasien yang tidak memerlukan pemasangan kateter menetapPeralatan:
1. Perlak
2. Sarung tangan
3. Kom kecil berisi Cairan NaCl
4. Kassa
5. Pinset chirurgis
6. Spuit 10 atau 20 cc
7. Bengkok/nierbeken
8. Kantung plastik

Pelaksanaan:

59
1. Mengucapkan basmalah
2. Cuci tangan dengan 6 langkah
3. Menjaga privacy pasien
4. Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien
5. Memasang perlak/pengalas
6. Memakai sarung tangan
7. Melepas plester dan membersihkan sisa plester
8. Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya
9. Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar dengan meatus
urethra (perempuan)
10. Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam dan rileks
11. Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik
12. Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan
13. Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan
kepada pasien adanya nyeri, demam
14. Melepas sarung tangan
15. Merapikan pasien dan alat
16. Cuci tangan dengan 6 langkah
17. Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai kegiatan

Raw Score Difficult Score


Performan Critically y
Procedure Actual Max
ce 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 RxCxD Score
Tahap pre 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 0 1 3 1 3
interaksi 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
dengan menggunakan hand rub)
3. Persiapan Alat: 0 1 3 1 3
Bladder training:
- Sarung tangan bersih
- Klem kateter/klem arteri
- Penampung urin
Pelepasan kateter:
- Perlak
- Sarung tangan
- Kom kecil berisi Cairan NaCl
- Kassa
- Pinset chirurgis
- Spuit 10 atau 20 cc
- Bengkok/nierbeken

60
- Kantung plastik
Tahap 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Orientasi 2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan 0 1 2 3 1 6
alamat klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang 0 1 2 2 1 4
akan dilakukan
4. Kontrak waktu 0 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1
5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya
0 1 1 2 1 2
6. Minta persetujuan klien/keluarga 0 1 1 1 1 1
7. Dekatkan alat 0 1 1 1 1 1
8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap Baca Basmalah 0 1 2 1 2
Kerja Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
dengan menggunakan hand rub)
Gunakan sarung tangan bersih 0 1 3 1 3
Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam 0 1 1 1 1
(disarankan bisa mencapai waktu 2 jam kecuali

Performan Raw Score Difficult Score


Critically
ce y
1,2,3
Procedure 1,2,3
Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
pasien merasa kesakitan)
Kosongkan urin bag 0 1 1 1 1
Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien 0 1 1 1 1
merasa kesakitan atau tidak toleran terhadap
waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi
waktunya dan tingkatkan secara bertahap
Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine 0 1 2 1 2
mengalir dari kandung kemih menuju urine bag
hingga kandung kemih kosong
Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, 0 1 2 3 3 1 9
setelah itu klem lagi 1-2 jam.
Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama 0 1 2 3 3 2 18
Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 0 1 2 3 3 2 18
2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem ulang.
Lakukan prosedur ini higga 24 jam
Pada hari ketiga, tingkatkan lagi lama klem 0 1 2 1 2
menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15 menit dan
klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
Pada hari keempat, lepas kateter dan amati
seksama respon pasien setelah kateter dilepas
Pelepasan kateter
Cuci tangan dengan 6 langkah 0 1 3 1 3
Menjaga privacy pasien 0 1 1 1 1
Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal
recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien 0 1 2 1 1 2

Memasang perlak/pengalas 0 1 1 1 1
Melepas plester dan membersihkan sisa plester 0 1 3 1 3
Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis 0 1 2 3 3 1 9
isinya

61
Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang 0 1 3 1 3
selang kateter sejajar dengan meatus urethra
(perempuan)
Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, 0 1 2 3 3 2 18
pasien diminta nafas dalam dan rileks
Buang kateter dan urin bag kedalam kantong 0 1 3 1 3
plastik
Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan 0 1 2 3 3 1 9
kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan
Observasi ujung penis/meatus urethra adanya 0 1 2 3 3 1 9
kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan
kepada pasien adanya nyeri, demam
Setelah kateter dilepas, anjurkan pasien untuk ke 0 1 3 1 3
toilet setiap 2 jam
Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan 0 1 1 1 1
rapikan kembali pakaian pasien
Bereskan alat 0 1 1 1 1
Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
dengan menggunakan hand scrub)

Raw Score Difficult Score


Critically
y
Performan 1,2,3
Procedure 1,2,3
ce
Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
Tahap - Evaluasi respon klien 0 1 2 2 1 2
terminasi - Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan 0 1 2 2 1 2
- Berikan reinforcement atas kemampuan klien 0 1 1 1 1
Berikan pendidikan kesehatan; banyak minum, 0 1 1 1 1
- tidak menunda berkemih 2
Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan 0 1 2 1
syafakalloh (laki-laki) dan
- syafakillah (perempuan)
Melakukan kontrak waktu untuk tindakan 0 1 1 1 1
- selanjutnya: kegel exercise
Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai 0 1 1 1 1
- tindakan
Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi 0 1 1 1 1
salam
Dokument - Nama dan umur atau nama dan alamat klien 0 1 2 1 1 2
asi - Diagnosa keperawatan 0 1 2 1 1 2
- Tanggal dan jam tindakan keperawatan 0 1 2 1 1 2
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan 0 1 2 1 1 2
Evaluasi: S (respon 0 1 2 1 1 2
- klien;kemampuan berkemih), O:
warna dan jumlah urin; A;P 0 1 2 1 1 2
Nama dan tanda tangan ners

62
4th TOPIC
KEGEL EXERCISE
THAHARAHPASIEN YANG DIPASANG KATETER

KEGEL EXERCISE
Erfin Firmawati, Ns.,MNS Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB.,
HNC

Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :
1. Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien sesuai
indikasi
2. Mengajarkan kegel exercise dengan benar

Scenario

A woman, 65 years old was diagnose urinary incontinence. Nurse will teach patient
how to do kegel exercise.

Pertanyaan mInimal:
1.Sebutkan indikasi kegel exercise
2.Sebutkan langkah-langkah kegel exercise

Masalah keperawatan:
1.Altered urinary elimination
2.Urinary retention
3.Risk for infection
4.Dependence on urinary catheter

A. DEFINISI
Latihan kegel atau latihan otot panggul adalah latihan yang bertujuan untuk menguatkan otot perianal
(pubococcygeus).

B. LANGKAH-LANGKAH KEGEL EXERCISE


Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:
1. Temukan otot yang tepat. Kegel exercise melatih otot pelvis agar lebih kuat. Untuk menentukan otot
pelvis yang tepat, maka hentikan urin saat sedang berkemih. Jika urin dapat dihentikan, maka otot pelvis

63
yang dimaksud telah ditemukan. Otot tersebut yang harus dikontraksikan saat melakukan kegel
exercise.
2. Ketika sudah berhasil mengidentifikasi otot pelvis, kosongkan kandung kemih. Setelah itu kegel
exercise bisa dimulai. Dilarang melakukan kegel exercise saat sedang berkemih karena hal tersebut
justru akan melemahkan otot pelvis dan menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna dan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
3. Mulai kegel exercise dengan mengontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 detik dan relaks
selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set. Lakukan terus latihan secara bertahap hingga
dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set.
4. Untuk hasil yang maksimal, fokuslah mengkontraksikan hanya bagian pelvis. Jangan melakukan
kontraksi pada area perut, panggul, pantat atau paha, tetapi konsentrasi hanya bagian otot pelvis.
Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks
pada saat melakukan kegel exercise.
5. Lakukan kegel exercise minimal 3 kali sehari sebanyak 10 set.

Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan berkemih dapat
membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih, tunda berkemih selama 5 menit. Jika
berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut
secara bertahap hingga mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas
waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam dan pelan. Kegel
exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih
Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi berkemih secara teratur.
Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang telah ditentukan meskipun belum merasa
ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga
waktu yang sesuai untuk pasien.

Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:


1. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada anjuran lain dari
dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi jumlah minum. Mengurangi
asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia, tetapi justru akan membuat urin menjadi
sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin
berkemih sementara urin yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
2. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum banyak dalam sekali
waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah dikendalikan karena kandung kemih segera
penuh, sehingga keinginan berkemih akan segera muncul setelah minum banyak.

64
3. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan untuk berkemih
semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein harus dihindari. Minuman jenis lain
yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman berkabonasi.
4. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur akan
meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.

65
Raw Score Critically Difficulty Score
Performa 1,2,3 1,2,3
Procedure
nce Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
Tahap 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 0 1 3 1 3
pre 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
interak dengan menggunakan hand rub)
3. Persiapan Alat: matras 0 1 1 1 1
si
Tahap 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Orientasi
2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat 0 1 2 3 1 6
klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan 0 1 2 2 1 4
dilakukan
4. Kontrak waktu 0 1 1 1 1 1
5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk 0 1 1 1 1 1
bertanya
0 1 1 2 1 2
6. Minta persetujuan klien/keluarga
0 1 1 1 1 1
7. Dekatkan alat 0 1 1 1 1 1
8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap Baca Basmalah 0 1 2 1 2
Kerja
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 0 1 3 1 3
menggunakan hand rub)
Anjurkan pasien untuk mengkosongkan kandung 0 1 3 1 3
kemih
Kontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 0 1 2 3 4 5 3 2 30
detik dan relaks selama 5 detik. Ulangi proses
tersebut hingga 4-5 set.
Lakukan terus latihan secara bertahap hingga dapat 0 1 2 1 1 2
menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set.
Hindari menahan nafas saat melakukan kegel 0 1 2 1 2
exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan
rileks pada saat melakukan kegel exercise.
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan 0 1 1 1 1
kembali pakaian pasien
Bereskan alat 0 1 1 1 1
Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 0 1 3 1 3
menggunakan hand scrub)
Tahap - Evaluasi respon klien 0 1 2 2 1 2
terminasi
- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan 0 1 2 2 1 2
- Berikan reinforcement atas kemampuan klien 0 1 1 1 1
- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang 0 1 1 1 1
pelaksanaan kegel exerxise secara rutin
- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan 0 1 2 1 2
syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah
(perempuan)
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan 0 1 2 1 1
selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai 0 1 1 1 1
tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam 0 1 1 1 1

Dokument - Nama dan umur atau nama dan alamat klien 0 1 2 1 1 2


asi
- Diagnosa keperawatan 0 1 2 1 1 2
- Tanggal dan jam tindakan keperawatan 0 1 2 1 1 2

66
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan 0 1 2 1 1 2

Raw Score Critically Difficulty Score


Performa 1,2,3 1,2,3
Procedure
nce Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
- Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan 0 1 2 1 1 2
melakukan kegel exercise; A;P
- Nama dan tanda tangan ners 0 1 2 1 1 2

67
THAHARAH PASIEN YANG DIPASANG KATETER

Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC


Erfin Firmawati, Ns.,MNS

Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :
1. Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien sesuai

2. Mengajarkan kegel exercise dengan benar

Scenario

A man, 45 years old was diagnose Urinary retention after he got surgery 5 days ago. He
inserted a folley catheter and urine output 1500 ml/day. For 5 days, he can not pray because
he don’t know how to pray.

Pertanyaan mInimal:
1.Bagaimana cara toharoh pasien yang terpasang kateter ?
2.Bagaimana cara melakukan sholat pada pasien yang terpasang kateter ?

indikasi

Masalah keperawatan:
1. Distress spiritual

Definisi Thaharah
Thaharah adalah menyucikan badan, pakaian, serta tempat dari najis dan menyucikan diri
dari hadast.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang bersuci “(QS. al-Baqarah/2: 222)

Langkah-langkah thaharah pada pasien dengan kateter:


1. Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu

68
2. Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kasa atau kain bersih
yang telah dibasahi dengan air
3. Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak
mampu beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk berwudhu
dengan air suci
4. Tata cara berwudhu:
- Berniat wudhu
- Mengucapkan bismillah.
- Membasuh dua telapak tangan
- Membasuh seluruh wajah
- Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku
- Menyapu seluruh kepala
- Membasuh kaki kanan hingga mata kaki.

69
Raw Score Critically Difficulty Score
Performa 1,2,3 1,2,3
Procedure
nce Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
Tahap 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 0 1 3 1 3
pre 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan 0 1 3 1 3
interak dengan menggunakan hand rub)
si 3. Persiapan Alat: sarung tangan bersih, penampung 0 1 1 1 1
urin, air bersih, kassa bersih, kain bersih, handuk
Tahap 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Orientasi
2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat 0 1 2 3 1 6
klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan 0 1 2 2 1 4
dilakukan
4. Kontrak waktu 0 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1
5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya
0 1 1 2 1 2
6. Minta persetujuan klien/keluarga 0 1 1 1 1 1
7. Dekatkan alat 0 1 1 1 1 1
8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap Baca Basmalah 0 1 2 1 2
Kerja
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 0 1 3 1 3
menggunakan hand rub)
Gunakan sarung tangan bersih 0 1 2 1 2
Lakukan pengosongan urine bag 0 1 2 3 1 6
terlebih dahulu
Usap ujung tempat pengeluaran urin pada 0 1 2 3 1 6
urine bag dengan kasa atau kain bersih yang
telah dibasahi dengan air
Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri 0 1 2 3 1 6
dengan air suci, jika pasien tidak mampu
beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga
membantu pasien untuk berwudhu dengan air
suci
Ajarkan berniat wudhu (dalam hati) untuk 0 1 2 3 1 6
menghilangkan hadats.
Mengucapkan bismillah. 0 1 2 3 1 6
Membasuh dua telapak tangan 0 1 2 3 1 6
Membasuh seluruh wajah 0 1 2 3 1 6
Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku 0 1 2 3 1 6
Menyapu seluruh kepala 0 1 2 3 1 6
Membasuh kaki kanan hingga mata kaki 0 1 2 3 1 6
Keringkan dengan handuk 0 1 1 1 1
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan 0 1 1 1 1
kembali pakaian pasien
Bereskan alat 0 1 1 1 1
Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 0 1 3 1 3
menggunakan hand scrub)
Tahap - Evaluasi respon klien 0 1 2 2 1 2
terminasi
- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan 0 1 2 2 1 2

70
- Berikan reinforcement atas kemampuan klien 0 1 1 1 1
- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang 0 1 1 1 1

Raw Score Critically Difficulty Score


Performa 1,2,3 1,2,3
Procedure
nce Actual Max
0 1 2 3 4 5
RxCxD Score
thaharah
- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan 0 1 2 1 2
syafakalloh (laki-laki) dan
syafakillah (perempuan)
- Melakukan kontrak waktu untuk 0 1 2 1 1
tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah 0 1 1 1 1
selesai tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam 0 1 1 1 1

Dokument - Nama dan umur atau nama dan alamat klien 0 1 2 1 1 2


asi
- Diagnosa keperawatan 0 1 2 1 1 2
- Tanggal dan jam tindakan keperawatan 0 1 2 1 1 2
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan 0 1 2 1 1 2
Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan 0 1 2 1 1 2
- melakukan thaharoh;A;P
Nama dan tanda tangan ners 0 1 2 1 1 2

71
5th TOPIC
BALANCE CAIRAN DAN MONITORING CAIRAN
(ANAK, DEWASA DAN LANSIA
)

Tujuan Umum:

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana pada pasien
dengan gangguan cairan

Tujuan Khusus:

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

a. Menjelaskan pengertian Dehidrasi


b. Menjelaskan tingkatan dan tanda dehidrasi
c. Menghitung kebutuhan cairan pada pasien
d. Melakukan tata laksana pada pasien dengan kebutuhan cairan

Bayi Ny R, baru berusia 2 minggu, dibawa ke puskesmas karena


Scenario bayinya terlihat lemah dan malas minum , saat ditimbang BB bayi Ny R 2,
7Kg, padahal BB saat lahir 3,2 Kg , Hasil pemeriksaan pada bayi Ny.R
didapatkan mata cekung, bibir kering, dan turgor kulit 8 detik

MATERI VIEW

KESEIMBANGAN CAIRAN PADA NEONATUS

Bayi : cairan tubuh 70 - 75% berat badan (dewasa 60-65%)


Kebutuhan balans, berdasarkan : intake - output, insensible loss,
kebutuhan tumbuh kembang.

Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir :

 ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah
diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai
stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi
cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pascapersalinan.
 Hindari penggantian PASI (pengganti ASI) KECUALI ada indikasi medis, misalnya ASI tidak keluar
dan bayi prematur dan sebagainya

72
 Tidak boleh diberi ASI hanya pada indikasi medis ketat, misalnya ibu penderita penyakit infeksi
tertentu dan bayi belum tertular. Tetapi jika tidak ada PASI, ASI tetap diberikan.
Pertimbanganpertimbangan lain tetap diperhatikan.

Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) :


 PASI : berbagai produk formula, untuk adaptasi maupun formula komplit. Komposisi mendekati ASI,
kecuali dalam hal komposisi mineral dan imunoglobulin.
 usia 0 - 6 bulan : formula awal.
 Pada diare kronik / sindrom panmalabsorpsi : susu progestimil
 alergi protein susu sapi : soya (bahan susu kedelai)
 usia 6 bulan - 1 tahun : formula lanjutan, sudah bisa menerima susu full-cream yang dijual bebas.
Gunakan SENDOK TAKAR yang tepat !!

Jika keseimbangan gizi dan cairan tidak terpenuhi :


 pertumbuhan natural defense mechanism terganggu
 potensi tumbuh kembang tidak optimal

 Nutrition Committee, Canadian Paediatric Society. Oral Rehydration Therapy and Early Refeeding
in the Management of Childhood Gastroenteritis. The Canadian Journal of Paediatrics 1994; 1(5):
160-164.

DEHIDRASI PADA BAYI BARU LAHIR

Prinsip Dasar
□ Kadar air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak) lebih kurang 82%. Apabila bayi
kehilangan cairan 5% atau lebih akan terjadi dehidrasi.
□ Pada masa gestasi akhir sampai minggu pertama sesudah kelahiran, fungsi ginjal mengalami perubahan
sedemikian rupa sehingga mempengaruhi keseimbangan air dn garam. Air di dalam tubuh terdapat
di dalam sek (cairan intra seluler) atau di luar sel (cairan ekstraseluler). Dengan semakin maturnya
ginjal, dan adaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin semakin bertambah
mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab turunnya berat
badan bayi baru lahir pada minggu minggu pertama). Kecepatan filtrasi glomerolus berkurang,
sehingga kehilangan Natrium melalui urin berkurang dan kecepatan reabsorbsi tubular juga
berkurang, sehingga reabsorbsi ginjal melalui tubulus juga berkurang. Sebagai akibatnya, terjadilah
keseimbangan cairan dan elektrolit yang negatif dan dapat berlanjut sampai minggu ke dua bahkan
ketiga. Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang imatur, ketidakseimbangan ini lebih berat.

Penilaian
Gejala/tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi: bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir
dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis,
turgor kulit berkurang, ekstramitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, apatik, gelisah,
kadangkadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan kusmaul.
Klasifikasi
Dehidrasi ringan Kehilangan cairan berkisar 5% Beratt badn

Dehidrsi sedang Kehilangan cairan antara 5-10% berat badan

73
Dehidrasi berat Kehilangan cairan >10% berat badan

Penanganan
Prinsip Penanganan dehidrasi

• Mengatasi dehidrasi
• Mencegah terjadinya syok
• Menjaga jalan nafas tetap bebas
• Memperbaki curah jantung
• Mencari faktor penyebab
• Mengobati penyebab
• Mencegah terjadinya kejang

Tabel 1. Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus

Hari Kelahiran ml Cairan/kg/hari Kalori/kg/hari

Hari ke-1 60 40

Hari ke- 2 70 50

Hari ke- 3 80 60

Hari ke- 4 90 70

Hari ke- 5 100 80

Hari ke- 6 110 90

Hari ke- 7 120 100

Hari ke >10 150-200 >120

Tabel 2. Bagan penanganan dehidrasi pada BBL

Tanda-tanda Mengantuk, sukar dibangaunkan, mata cekung, konjungtiva


kering, bibir dan lidah ering, turgor berkurag, (cubitan pada
kulit lambat kembalinya)

Kategori Dehidrasi sedang Dehidrasi Berat

Penilaian

 Berat badan  Turun < 10% BB  Turun > 10 % BB


 Kesadaran sebelumnya sebelumnya
 Mata  Gelisah  Mengantuk/sukar
 Mulut  Mata Cekung dibangunkan
 Turgor  Bibir dan ludah kering  Mata sangat cekung dan
 Turgor kurang (cubitan kering
kulit kembalinya lambat)  Bibir dn lidah kering

74
 Turgor Jelek (cubitan
kulit sangat lambat sekali)
Penanganan

Puskesmas  Pertahankan tetap hangat


 Cegah hipotermia
 ASI tetap diberikan sesering mungkin
 ASI terus diberikan secara langsung atau diteteskan langsung
 Rujuk bila tidak mau menghisap/ada tanda infeksi
 Rujuk bila masih mencret, muntah,panas (minimum salah
satu
Rumah sakit  Cegah hipotermia  Cegah hipotermia
 ASI/RL dapat diberikan  ASI?RL dapat diberikan
secara langsung atau per secara langsung atau
sonde personde
 Antibiotika  Antobiotika
 Infus RL atau N4 150 ml  Infus RL atau N4
per hari, ¼ nya diberikan 4  Koreksi cairan 30 cc/kg/1
jam pertama, ¾ nya jam, 20cc/kg/2jam,
diberikan 20 jam dilanjutkan 10 cc.kg
berikutnya.  Koreksi BicNat 8,4%, 20 x
 Koreksi Bicnat 8,4% 10x 0,3 x BB (diencerkan aa
0,3 xBB (diencerkan aa dengan NaCl 0,9%)
dengan NaCl 0,9%)

DEHIDRASI PADA PENDERITA DIARE

Terapi ORALIT yang diberikan pada penderita diare dengan dehidrasi ringan /sedang pada 3 jam pertama
adalah 75 ml/kg BB. Bila BB anak tidak diketahui, dapat dberikan oralit paling sedikit sesuai table di
bawah:

 Umur  < 1 tahun  1-5 tahun  > 5 tahun  Dewasa


 Jumlah Oralit  300 ml  600 ml  1200 ml  2400 ml
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, maka berikan. Untuk anak di bawah 6 bulan yang tidak
mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air masak pada masa ini.

Setalah 3 jam, nilai kembali penderita, untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya.

Bila anak mengalami dehidrasi berat, maka cairan intra vena perlu diberikan.

Bila penderita bias minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Cairan yang sebaiknya diberikan
adalah Ringer Laktat, dibagi sbb:

 Umur  Pemberian I  Kemudian 


 30 ml/kg BB 70 ml/kgBB dalam:
dalam:

75
 Bayi < 12 bulan  1 jam*  5 jam

 Anak > 1 tahun  ½ - 1 jam*  2½ -3 jam

*Ulangi bila nadi lemah atau tidak teraba

Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam, Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV.

Berikan larutan oralit (5 ml/kg BB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau
1-2 jam (anak).

Setalah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilian. Kemudian pilih
rencana terapi yang sesuai.
Kebutuhan Cairan Rumatan

 BB  Jumlah Cairan per 24 jam  Jumlah cairan per jam

 <10 kg  100 ml/kg  4 ml/kg


 10-20 kg  1000 ml+ 50 ml/kg tiap kenaikan  2 ml/kg tiap kenaikan perkilo di atas 10
per kg di atas 10
 >20 kg  1500 ml + 20 ml/kg tiap kenaikan  1 ml /kg tiap kenaikan perkilo di ats 20
per kg di atas 20
Perhitungan IWL ( Insensible water loss)

 IWL  10-30 cc/kg BB  Perhatian

 Neonatus  50 cc/kg BB
 IWL meningkat 12 % tiap kenaikan 1 di atas 38 C
 1-5 th  40 cc/kg BB
 IWL meningkat 40-50% pada bayi < 1500 gr
 >5 th  20 cc/kg
Balance Cairan =

Jumlah cairan yang masuk – jumlah cairan yang keluar – IWL

Jika memungkinkan, jalur enteral digunakan untuk cairan. Panduan ini hanya digunakan pada anak
yang tidak dapat menerima cairan melalui mulut.

Pemberian Cairan Infus pada Anak

Berapa Banyak Cairan yang Dibutuhkan Anak Sehat?

Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang masuk melalui
mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan “maintenance”. Cairan maintenance adalah
volume (jumlah) asupan cairan harian yang menggantikan “insensible loss” (kehilangan cairan tubuh

76
yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari hembusan napas dalam hidung,
dan dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin,
elektrolit, dll) dalam urin/air seni yang osmolaritasnya/kepekatannya sama dengan plasma darah.
Kebutuhan cairan maintenance anak berkurang secara proporsional seiring meningkatnya usia (dan berat
badan). Perhitungan berikut memperkirakan kebutuhan cairan maintenance anak sehat berdasarkan berat
bdan dalam kilogram (kg).

Cairan yang digunakan untuk infus maintenance anak sehat dengan asupan cairan normal adalah: NaCl
0.45% dengan Dekstrosa 5% + 20mmol KCl/liter

Pemberian cairan infus banyak disalahgunakan (overused) di Unit Gawat Darurat (UGD) karena persepsi
yang salah bahwa jenis rehidrasi ini lebih cepat menangani diare, dan mengurangi lama perawatan di RS.

Terapi cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tiga komponen: rehidrasi (mengembalikan cairan
tubuh), mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan “maintenance”. Terapi cairan ini
berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian CRO dalam penatalaksanaan


diare (gastroenteritis) pada anak dengan dehidrasi derajat ringan-sedang. Penggunaan cairan infus hanya
dibatasi pada anak dengan dehidrasi berat, syok, dan ketidakmampuan minum lewat mulut.

Daftar Pustaka

• Intravenous Fluids. Clinical Practice Guidelines. Royal Children’s Hospital Melbourne.


http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm
• C Waitt, P Waitt, M Pirmohamed. Intravenous Therapy. Postgrad. Med. J. 2004; 80; 1-6. 

LATIHAN
Hawa, seorang anak 3 tahun dengan BB 12 kg, dibawa ke puskesmas karena diare. Diarenya dimulai
kemarin dan telah BAB 8 kali dengn jumlah yang sangat banyak. Saat diperiksa, matanya cekung
dan kering, lidahnya sangat kering, cubitan kulitnya sangat lambat. BB turun 2 Kg.

77
5. Panduan Praktikum Biomedis
a.Praktikum Anatomi
b.Praktikum Fisiologi
c.Praktikum Histologi
d.Praktikum Urinalisa
PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI
PSIK BLOK 13

1. ANATOMI SYSTEMA URINARIA


A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi organ
penyusun systema urinaria

B. Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada ren, vesica urinaria, ureter
dan urethra
2. Memahami vascularisasi, aliran vena, aliran limfe dan inervasi organ penyusun
systema urinaria

Skenario:
Seorang laki-laki berusia 45 tahun, sopir bis AKAP yang tinggal di Wonosari, datang
ke UGD dalam keadaan kesakitan . Nyeri dirasakan di perut kanan seperti diremas-
remas dan menjalar sampai ke lipat paha kanan. Sebelumnya Pak Karta sering merasa
pegal-pegal di pinggang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok costovertebra
(+) dan pada x photo abdomen didapatkan gambaran batu di ginjal kanan. Menurut
dokter UGD ada batu ginjal yang turun dan tersangkut di ureter.

Pertanyaan:
1. Ginjal (ren) termasuk dalam systema urinaria, sebutkan organ penyusun systema
urinaria lainnya !
2. Jalaskan topographi ginjal !
3. Jelaskan bangunan dari ren mulai dari tempat filtrasi darah sampai saluran
pembuangan urin !
4. Pada kasus diatas terdapat batu yang tersangkut diureter, dimana sering terjadi hal
demikian ?
5. Jelaskan aspek anatomis hubungan antara tersangkutnya batu di ureter dan nyeri
seperti diremas-remas dan menjalar sampai ke lipat paha !

C. Petunjuk Identifikasi

SYSTEMA URINARIA
Terdiri atas : Ren, Ureter , Vesicae urinaria dan Urethra

1. REN
- terletak retroperitoneal pada bagian superior sulcus para vertebralis
- bentuknya seperti kacang buncis dengan ukuran 10x5x2,5 cm,
- ren sinister biasanya lebih panjang
- pembungkus ren (dari luar - dalam) : fascia renalis membungkus ren dan glandula
suprarenalis – capsula adiposa renalis – capsula fibrosa renalis
- capsula fibrosa melanjutkan diri sebagai dinding calices renalis
Bangunan pada ren :

- hilum renalis, adalah tempat lalunya: a. renalis, v. renalis dan pelvis renalis
- margo medialis, margo lateralis
- extremitas superior dan extremitas inferior
- facies anterior, facies posterior
- sinus renalis : pelvis renalis, 2 calices renalis major, 7-14 calix renalis minor, papilla
renalis
- potongan coronal : cortex, medulla, pyramis renalis, columna renalis, basis pyramidis,
papilla renalis, calyces renalis minor, calyces renalis major

Vaskularisasi :

- a. renalis bercabang cabang secara berurutan :


– a. segmentalis – a. lobaris – a. interlobaris – a. arquata ( diantara cortex dan
medulla) – a. interlobularis – a. glomerularis

Aliran vena :v. renalis

Aliran limpha : mengikuti vasa renalis  nll. aortici

Inervasi :

- sensoris : melalui n. splanchnicus inferior ke medulla spinalis segmen T12 - L1


- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n. splanchnicus
inferior), menuju ke medula spinalis T12-L1

2. URETER

Ureter terbagi menjadi 2 bagian :

1. Pars abdominal , panjangnya12,5 cm, retroperitoneal, terletak di sepanjang m. psoas dan


berjalan secara vertikal
2. Pars pelvina, berjalan pada dinding lateral pelvis. Brmuara ke vesica urinaria di sebelah
superior tuberculum pubicum
- pada laki-laki : berjalan di dalam plica sacrogenitale dan lig. vesicale laterale
- pada perempuan : berjalan di dalam lig. uterosacrale, lig. cervicale laterale (bersama a.
uterina) Vaskularisasi :

- arteria dari aortae, a, renalis, a. iliaca communis, a. uterina (a. ovarica, a.


testicularis, a. iliaca interna)
- v. renalis Aliran lympha :

- bagian superior : nll. aortici


- bagian media : nll. iliaci communis
- bagian inferior : nll. iliaci communis, nll. iliaci externi, nll. iliaci interni Inervasi :

- sensoris ke n. splanchnicus inferior ke MS segmen T12 dan L1


- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n.
splanchnicus inferior) Kelainan :
- kolik ureter
- calculus ureterica sering terjadi pada tempat ureter menyilangi vasa iliaca dan apertura
pelvis superior dan pada waktu ureter berjalan miring pada dinding vesica urinaria

3. VESICAE URINARIA

Berbentuk piramid dengan 3 sisi yang terletak di sebelah kranial prostata Dinding

vesicae urinaria tersusun atas :

1. tunica fibrosa dan tunica serosa


2. tunica muscularis
- m. detrusor vesicae
- m. trigonalis (lanjutan dari stratum longitudinale ureter)
- m. spinchter vesicae (di keliling ostium urethrae internum)
- m. pubovesicalis (lanjutan m. spinchter vesicae ke os pubis)
- m. rectovesicalis (dari fundus ke rectum)
3. tunica mucosa
- dapat digerakkan dari tunica muscularis kecuali pada trigonum vesicae

Bangunan-bangunan pada permukaan luar vesicae urinaria :

- apex vesicae (puncak piramid), melanjutkan diri ke kranial sebagai lig.


vesicoumbilicale mediale
- fundus vesicae (basis piramid)
- corpus vesicae
- facies cranialis
- facies caudolateralis dextra dan sinistra
Bangunan-bangunan pada permukaan dalam vesicae urinaria :

- muara ureter pada sudut kanan dan kiri basis vesicae : ostium ureteris
- plicae interureterica
- orificium urethrae internum : pada sudut caudal
- trigonum vesicae (Liautandi) : tunica mucosanya melekat pada tunica muscularis
(pada daerah m. trigonalis)
- uvula vesicae (proximal dorsal dari orificium urethrae internum) Penggantung
vesicae urinaria :
- diafragma pelvis (bagian cervix vesicae) - lig. puboprostaticum laterale
- lig. puboprostaticum mediale - lig. vesicale laterale
(pubovesicale) - lig. umbilicale medianum
Arteria : - lig. umbilicale laterale

- a. vesicalis superior (a. umbilicalis) - a. ductus deferentis (laki-laki)


- a. vesicalis inferior - a. vaginalis (perempuan)
Vena : ke plexus venosus prostaticus (vesicalis)  v. iliaca interna

Aliran limpha :

- ke lnn. iliaci interni, lnn. iliaci externi, lnn. sacralis, lnn. iliaci communis Inervasi :
- plexus vesicalis dan plexus prostaticus (cabang plexus hypogastricus inferior)
4. URETHRA

Pada Perempuan :

- panjangnya hanya 3-4 cm


- dindingnya tersusun atas tunica muscularis dan tunica mucosa
- pada tunica mucosanya terdapat plicae longitudinales
- ke dalamnya bermuara glandula urethrales
- bangunan : ostium urethae internum, ostium urethrae externum, crista urethralis Pada
laki-laki :

Urethraenya terbagi atas :

1. Pars prostatica urethrae, pada waktu urethrae menembus glandula prostata.


Bangunannya:
- ostium urethrae internum (ostium vesicae), disekelilingnya terdapat m. sphinchter
urethrae internum
- crista urethralis (lanjutan dari uvula vesicae)
- colliculus seminalis (lanjutan dari crista urethralis), merupakan muara ductus
ejaculatorius
- sinus prostaticus (sebelah lateral crista urethralis dan colliculus seminalis),
merupakan muara ductus glandula prostata
2. Pars membranacea urethrae, pada waktu urethrae melalui trigonum urogenitale
- plicae longitudinale
- di sekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae externum
3. Pars spongiosa urethrae, pada waktu melewati corpus spongiosum penis
- fossa infrabulbaris (pada permulaan pars spongiosa urethrae)
- fossa terminalis (fossa navicularis) – pada bagian distal urethrae
- plicae longitudinale
- ke dalamnya bermuara glandula urethrales - ostium urethrae externum

Arteria :

- a. vesicalis inferior
- a. rectalis media
- a. bulbi penis (laki-laki)
- a. urethralis
- a. profunda penis (laki-laki)
- a. dorsalis penis (laki-laki)

Vena : ke plexus venosus prostaticus dan v. pudenda interna

Inervasi : plexus prostaticus (nn. cavernosi penis dan n. pudendus)


PRAKTIKUM FISIOLOGI

UJI FUNGSI EKSKRESI GINJAL


Tujuan Praktikum adalah mahasiswa dapat menjelaskan fungsi ginjal dalam pengaturan cairan
tubuh

Dasar Teori

Ginjal memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh kita antara lain :
Pertama, ginjal mengatur kadar air dalam tubuh. Kalau kurang, ginjal menahan agar air tidak keluar dari
tubuh kita. Sebaliknya, kalau berlebih, ginjal akan mengeluarkan air itu. Ini yang dikenal dengan fungsi
eksresi ginjal. Kedua, ginjal akan menyaring hasil / sisa metabolisme tubuh untuk kemudian
dikeluarkan. Ketiga, memproduksi serta mengatur sejumlah hormon penting dalam tubuh seperti
hormon eritropoitin pembentuk sel darah merah, hormon renin yang mengatur tekanan darah serta
hormon yang berperan untuk mengaktifkan vitamin D (metabolisme tulang). Kemudian, ginjal mengatur
sejumlah proses kimia dalam tubuh meliputi menjaga keseimbangan garam, air, asam basa, serta
mineral.

Prinsip pengaturan homeostasis air tubuh adalah keseimbangan intake dengan kehilangan. Dalam
keadaan normal, total intake (2100 ml) dan air metabolit (200 ml). Kehilangan air tubuh melalui urin
(1400 ml), keringat (100 ml), penguapan insensibel kulit (350 ml) dan pernafasan (350 ml), dan
defekasi (100 ml). Pusat pengaturan cairan tubuh adalah osmoreseptor di n.preoptik hipotalamus
Rangsang berupa mukosa mulut kering, hiperosmotis cairan ekstrasel akan menimbulkan refleks haus,
sekresi ADH, aldosteron meningkat untuk retensi air. Sebaliknya, Jika terjadi peningkatan volume dan
penurunan tekanan osmotic cairan tubuh, akan terjadi peningkatan Atrial Natretik peptide (ANP) dari
sel-sel dinding atrium yang akan menghambat retensi air di tubulus ginjal. Peran Ginjal dalam
homeostasis volume maupun konsentrasi cairan tubuh terlaksana karena system transport di tubulus
ginjal memiliki kemampuan transport maksimal (Tm) untuk tiap komponen substansi yang akan
ditransport, baik reabsorbsi maupun sekresi.

ALAT DAN BAHAN

1. Air minum hipotonis, isotonis


2. Alat ukur volume urin
3. Alat ukur BJ urin (urinometer)
4. pispot

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Minum Air Tawar


Petunjuk bagi probandus minum air tawar

Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus


berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung
air tidak lebih dari 200 ml.

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:

- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00


- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel I
- Probandus minum air tawar sebanyak 1200 ml
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel
II
- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst

2. Minum air isotonis

Petunjuk bagi probandus minum air isotonis

Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus


berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung
air tidak lebih dari 200 ml.

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:

- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00


- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel I
- Probandus minum air oralit sebanyak 1200 ml
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel
II
- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst

2. Puasa
Petunjuk bagi probandus puasa

Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus


berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung
air tidak lebih dari 200 ml.

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:


- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00
- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel I
- Probandus tetap berpuasa
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 09.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel
II
- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 60 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst

2. Kontrol
Petunjuk bagi probandus kontrol
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus tetap
makan minum seperti biasa

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:

- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung


- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel I - Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel
II
- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst

Cara Pengukuran BJ

- masukkan urin ke dalam gelas pengukur BJ kita-kira 2/3 tabung


- masukkan pengukur BJ (urinometer)
- Baca angka yang bertepatan dengan meniscus air, itulah Bj cairan yang diukur.
- Koreksi dengan suhu. Urinometer disetting untuk pengukuran suhu 20 oC. Jika suhu urin lebih
atau kurang dari 20oC, perlu dilakukan koreksi sebab suhu mempengaruhi nilai BJ. Perubahan
suhu sebesar 3oC setara dengan perubahan BJ sebesar 0,001. Gunakan rumus berikut untuk
menghitung koreksi.

BJ terkoreksi suhu= BJ terbaca +/- (selisih suhu terbaca ke 20oC) x 0,001

Jika suhu urin lebih 20oC koreksinya ditambah, dan jika kurang dari 20oC koreksi dengan
dikurangi.

Volume urin sedikit

- Jika volume urin tidak mencapai 2/3 tabung pengukur BJ, maka perlu ditambahkan air -
Ukur BJ air terlebih dahulu
- Gunakan rumus sebagai berikut
SC.VC – SA.VA

SU =_________________

VU

SU= BJ urin
SC= BJ campuran urin dan air
VC= volume campuran urin dan air
SA= BJ air
VA= volume air yang ditambahkan
VU= volume urin sebelum dicampur air

Catatan: nilai BJ yang dimasukkan rumus adalah BJ terkoreksi suhu


Daftar Pustaka
Guyton, A.C dan Hall, JE. (2006). Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed. Elsevier Saunders.
Manual Penggunaan Urinometer
LEMBAR KERJA FISIOLOGI GINJAL
Golongan :

Nama Praktikan :

Jenis Kelamin :

Tanggal :
NO PROBANDUS AWAL 30 MENIT 60 MENIT 90 MENIT

1 TIDAK PUASA VOL BJ VOL BJ VOL BJ VOL BJ

2 PUASA

3 PUASA
+CAIRAN
HIPOTONIS

4 PUASA +
CAIRAN
ISOTONIS

PEMBAHASAN :

KESIMPULAN :

Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( …………………………..) (…………………………)

PRAKTIKUM HISTOLOGI
SYSTEMA UROPOETICA

Sistema ini terdiri dari ren (ginjal), ureter, vesica urinaria dan uretra. Sistem ini
mempunyai tugas utama menghasilkan urine, yaitu cairan yang membawa sisa-sisa metabolisme
yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan cara itu keseimbangan cairan tubuh dapat diatur
sebaik-baiknya
I. REN atau GINJAL
Ginjal berperan dalam filtrasi, absorbsi aktif dan pasif dan sekresi.
Ultrafiltrat darah dibentuk di glomerolus sedangkan absorbsi substansia diperankan oleh
tubulus dari nephron terutama tubulus convolutus proximalis.
Seperti kelenjar lain, maka sistem ini terdiri atas 2 komponen pokok, yaitu komponen
penghasil sekret dan saluran penyalur sekret.
Berbeda dengan kelenjar umum, alat ini sebenarnya membuat urine tidak melalui produksi
sekret oleh epitel kelenjar, melainkan membuat urine dengan cara mengambil cairan dan
menyaring substansi yang berasal dari aliran darah. Dari arah proksimal ke distal.
Struktur ginjal :
Capsula sebagai jaringan ikat padat membungkus ren, kecuali pada hilum, tempat
pembuluhpembuluh keluar dari dan masuk ke dalam ren.

Ren terdiri atas 2 bagian, yaitu: CORTEX dan MEDULLA

A. CORTEX
Bagian sebelah luar, di bawah capsula, sampai mencapai basis pyramidis, pada perbatasan
dengan medulla.
Cortex meluas ke medulla di antara pyramis renalis sebagai columna renalis. Cortex renalis
penuh berisi unit-unit fungsional yaitu Nephronum, jumlahnya ± 2 juta dalam setiap ginjal,
masing-masing terdiri atas:
1) corpusculum renale, yang mempunyai 2 ujung, yaitu :
- Polus vascularis.
Ujung corpusculum, renale tempat arteriola afferentia masuk dan arteriola
afferentia meninggalkan kapiler glomeruli.
- Polus urinaris.
Ujung corpusculum renale tempat dimulainya tubulus contortus proximalis.
Corpusculum renale terdiri atas 2 komponen:
a) glomerulus, kapiler arteri terakit seperti benang kusut, dinamakan rete
capillare glomerulare. Dinding kapiler dilengkapi dengan endotheliocytus
fenestratus. Di antaranya anyaman kapiler-terdapat sel mesangial
merupakan modifikasi sel otot polos.
b) capsula glomeruli, berbentuk mangkuk, berdinding dua lapis : - paries
externa: epithel simplex squamosum.
- paries interna: epithelium simplex squamosum.
Dilihat dengan mikroskop elektron ternyata sel memiliki tonjolan cytoplasma sebagai
kaki-kaki, maka sel disebut podocytus.
Tonjolan dinamakan :
- cytotrabecula.
- cytorodium.
Kedua dinding saling dipisahkan oleh lumen cansulae (spatium urinarium), yang akan
mengumpulkan cairan kencing yang tersaring.

1. tubuli nephroni.
Sistem pembuluh ini mulai pada corpusculum renale di polus vascularis.
Berturut-turut dari proksimal ke distal adalah
a. tubulus contortus proximalis
- berkelok-kelok dalam cortex.
- dinding : epithelium simplex cuboideum atau simplex columnare rendah, sel
asidofil kuat, banyak mengandung mitochondria.
Dengan mikroskop elektron sel bersifat epitheliocytus microvillosus, sehingga
dengan mikroskop optik deretan microvilli tampak sebagai limbus disebut limbus
Peniciliatus. Dasar sel juga menunjukkan gambaran bergaris disebut limbus striatus
basalis (ciri khas bagi sel yang bertugas absorpsi).
b. tubulus attenatus, tubulus yang tidak berkelok-kelok terdiri atas :
1) pars discendens bagian tebal, bagian yang lurus dari tubulus proximalis turun
ke arah medulla. Dinding dilengkapi epithelicytus simplex cuboideum.
2) pars discendens bagian tipis, bagian yang lurus dari pars descendens bagian
tebal. Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum.
3) pars ascendens bagian tipis, bagian yang naik ke pars acsendens bagian tebal.
Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum.
4) pars ascendens bagian tebal, bagian yang naik ke arah cortex. Dinding
dilengkapiepitheliocytus simplex cuboideum. Tubulus attenatus yang berbentuk
huruf U dulu dikenal sebagai ANSA NEPHRONI.
c. tubulus contortus distalis
- berkelok-kelok lagi, di dalam cortex.
- merupakan ruas terdistal nephronum.
- dinding : epithelium simplex cuboideum. dibandingkan dengan tubulus
contortus proximal, tubulus ini mempunyai ciri :
• lebih pendek dan lebih tipis.
• mempunyai lumen lebih besar, karena sel dinding lebih kecil.
• pada epitheliocytus: microvilli tidak ada atau sedikit.
• epitheliocytus kurang asidofil. sepanjang perjalanan cortex, tubulus
• contortus distalis menempel pada arteriola glomerularis afferens atau
efferens.
Pada tempat itu sel-sel epitel dinding tubulus menjadi kolumnare, inti saling berapatan,
sehingga deretan sel tampak lebih gelap, padat; gambaran ini disebut macula densa
(noda padat). Diduga struktur ini berfungsi untuk menghantarkan datadata osmolaritas
cairan dalam tubulus contortus distalis ke arteriole afferentia. Tunica media pada
arteriola glomeru-laris afferens di dekat corpusculum renale mengalami modifikasi, sel
epitel dinamakan Juxta glomerulocytus, yang bersifat endocrinocytus dengan
cytoplasma bergranulae.
Granula terpulas positif dengan teknik P.A.S. Macula densa bersama-sama dengan
dinding arteriola yang dilengkapi dengan juxta glomerulocytus membentuk apparatus
juxtaglomerularis.
Pada apparatus :Terdapat sel-sel berwarna pucat, dinamakan mesangiocytus extra
glumerularis. Membrana elastica interna arteriolae menghilang pada daerah juxta
glomerulocytus. Juxtaglomerulocytus menghasilkan renin, yang dapat mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Jika zat terakhir ini diubah menjadi angiotensin
II maka sekresi hormon aldosteron meningkat oleh cortex glandula adrenalis. Dengan
demikian reabsorpsi dan resorpsi natrium dan khlorida dalam tubuli nephroni dapat
diatur dan tensi darah dapat dipengaruhi.

B. MEDULLA
Medulla terisi oleh pyramis medularis, 10-18 buah,, dengan :
- basis pyramidis menghadap ke arah cortex.
- apex pyramidis menjulang ke dalam sinus renalis.
Pada puncak apex, yang disebut papilla renalis, terdapat daerah berlobang-lobang
seperti tapisan : area cribrosa. Tiap lobang, foramen papillare merupakan muara tubulus
renalis colligens.
Tubulus renalis colligens :
- lanjutan dari tubulus contortus distalis, epitel selapis kuboid
- terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian ujung proksimal melengkung : tubulus renalis
arcuatus. bagian lanjutan yang lurus tubulus colligens rectus.
Ductus papillaris: lanjutan tubulus renalis colligens di papilla renalis.

II. URETER
Dinding ureter disusun oleh Tunica mucosa :
- epthelium tansitionale di ureter 4-5 lapis.
- lamina propria berlembar 2 buah :
• bagian luar : jaringan ikat padat, tanpa papilla, mengandung serabut elastis, sedikit
noduli lymphatici kecil-kecil.
• bagian dalam : jaringan ikat longgar.

Kedua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan vesica urinaria melipat-lipat
membujur pada waktu kosong.
Tunica submucosa : tidak jelas.
Tunica muscularis : otot polos, longgar, saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan
anyaman serabut elastis. Otot membentuk 3 lapis :
- stratum longitudinale internum,
- stratum circulare, dan
- stratum longitudinale externum.
Tunica adeventitia : jaringan ikat longgar.

III. VESICA URINARIA


Dinding tersusun serupa dinding ureter. epithelium transitionale.
Di daerah trigonum vesicae :
- tunica mucosa memiliki glandula trigoni vesicae.
- berkas otot polos membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae
internum, membentuk musculus spincter internus.
Di sebelah luar tunica muscularis dijumpai tunica subserosa, tunica serosa atau tunica
adventitia.

IV. URETHRA
1. URETHRA FEMININA pada wanita Tunica
mucosa:
- epithelium pseudostratificatum, makin ke distal menjadi epithelium stratificatum
squamosum.
- lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi dengan glandula urethralis dan
lacuna urethrales, serabut elastis.
Karena bagian ini ditempati oleh plexus venosus, maka disebut juga stratum spongiosum.

Tunica muscularis, membentuk :


- stratum longitudinale : sebelah dalam. - stratum circulare : sebelah luar.
2. URETHRA MASCULINA, pada pria.
Lebih lanjut akan dijelaskan pada Blok system reproduksi.

PETUNJUK PRAKTIKUM

1. REN
Sediaan : SU-1; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat : a.
capsula fibrosa
b. cortex dan medulla
c. nephronum, sebagai suatu sistem, tersusun oleh komponen-komponen :
1) corpusculum renale, terdiri atas
- glomerulus
- capsula glomeruli, terdiri atas :
• pars externa
• pars interna
• lumen capsulae
Perhatikan bentuk sel-sel penyusun epithelium di situ.
2) tubuli. Ini sesuai dengan wilayahnya terdiri atas :
- pars proximalis, tersusun oleh - pars convolutus : berkelok
- pars-rectus : lurus
- Sel epitel dilengkapi dengan limbus peniciliatus (perhatikan pada sediaan
demonstrasi terpulas khusus untuk memperagakan fosfatase alkalis). Bangunan ini
tampak hitam intensif. Bandingkan dengan ansa nephroni dan pars distalis yang
tidak terpulas hitam karena tidak mempunyai limbus peniciliatus.
- ansa nephroni : epitel pipih - pars distalis : epitel kuboid - tubulus renalis
colligens :
- tubulus renalis arcuatus.
Epitel yang kuboid selapis terdiri atas 2 jenis sel
- cellula densa : cytoplasma padat
- cellula lucida : cytoplasma jernih tubulus colligens rectus, melanjutkan diri menjadi
ductus papillaris. Tubulus ini dilengkapi epitel kuboid selapis.

2. URETER
Sediaan : SU-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
1. Dinding
- tunica mucosa : berlipat-lipat membujur, dilengkapi
• epithelium transitionale
• membrana basalis
• lamina propria : jaringan ikat longgar.
- tunica muscularis : otot polos di sela jaringan ikat longgar. Tersusun 3 lapis :
• stratum longitudinale internum
• stratum circulare
• stratum longitudinale externum.
- tunica adventitia : jaringan ikat longgar

2. Lumen : pada penampang melintang tampak kosong, berbentuk bintang.

3. VESICA URINARIA
Sediaan : SU-3; H E Perhatikan
:
-Tunica mucosa
* epithelium transitionale dengan sel- sel
• payung di permukaan; inti kadang-kadang 2 buah.
• kuboid di bagian dasar
* lamina propria : jaringan ikat longgar berserabut.
- Tunica serosa dan tunica adventitia : jaringan ikat longgar.
PRAKTIKUM URINALISA URIN RUTIN

A. PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIK

Adalah pemeriksaan urin tanpa menggunakan alat, dilihat dengan mata telanjang, dengan
penerangan sinar matahari.
Hal yang dilaporkan :

VOLUME
Diukur dengan gelas ukur. Normal rata rata orang dewasa 800-1300 ml (variasi 600 – 2000)
dalam 24 jam. “Poliuri” bilamana pengeluaran urin lebih dari 2000 ml. Dalam 24 jam. Dibedakan
dengan poliuresis, yaitu peningkatan baik sewaktu maupun 24 jam. Terdapat keadaan fisiologis
pada polidipsi, obat diuretik, minuman tertentu, nervous, kedinginan, cairan parenteral IVFD.
Patologis pada penyakit Diabetes mellitus, Diabetes insipidus, Gagal ginjal, Kerusakan tubulus
ginjal.
Diuresis malam disebut “Nokturi”, yaitu urin yang keluar pada malam hari lebih dari 400
ml. Keadaan ini terdapat pada semua keadaan poliuri, resorpsi cairan edema, kapasitas kandung
seni yang berkurang, seperti pada infeksi, batu atau tumor, iritasi kandung kemih, obstruksi partial
saluran kemih karena prostat, striktura,batu dan tumor.
Pengeluaran urin kurang dari 500 ml dalam sehari, disebut “oliguri”. Sama sekali tidak
mengeluarkan urin, disebut “anuri”. Keadaan ini bisa terjadi pre-renal, renal, maupun post renal.

WARNA
Dilihat dengan cahaya tembus dalam tabung reaksi, dilihat dengan posisi serong dalam
penerangan terang matahari. Biasanya dilihat bersama kekeruhan dan ada benang-benang lendir
(nubecula). Normal urin berwarna kuning muda sampai kuning tua.
Perubahan warna urin dapat diperoleh juga dari anamnesis. Penafsiran hasil pemeriksaan
urin makroskopik, harus diperhatikan keadaan hidrasi pasien, pigmen saat warna normal,
penyimpanan lama menjadi lebih gelap, warna makanan, minuman dan obat-obatan.
Urin “merah” merupakan tanda yang penting bagi penderita, harus dicari sebabnya. Kelainan
penting yang menyebabkan urin merah, yaitu : hematuri, hemoglobinuri, mioglobinuri. Jangan
lupa kontaminasi darah menstruasi pada pasien wanita.
Urin “kuning tua-coklat-kehitaman seperti teh tua” , disebabkan oleh urin yang pekat,
pigmen bilirubin. Untuk memantapkan adanya bilirubin, biasanya kehijauan dan dapat dilakukan
percobaan busa, busa berwarna sama.

KEKERUHAN
Caranya sama dengan pemeriksaan warna. Dilaporkan sebagai jernih, agak keruh, keruh,
sangat keruh. Normal disebabkan fosfat, karbonat, urat, cairan semen, kontaminasi talk, antiseptik,
feses. Abnormal pada lipiduria, chyluri, kuman bakteri pada infeksi saluran kemih, bisa juga oleh
karena unsur2 sedimen dalam jumlah besar.

BAU
Normal bau khusus lunak. Bau abnormal menusuk terdapat pada urin yang disimpan lama,
makanan, obat2an dan penyakit kongenital asam amino. Bau buah buahan pada ketosis Diabetes
Melitus. Bau busuk pada infeksi saluran kemih. Bau anyir pada keganasan.

BERAT JENIS
Secara manual diperiksa dengan urinometer. Secara praktis dengan menggunakan dipstisk.
Hasil pemeriksaan berat jenis urin dapat dipakai untuk menilai kemampuan ginjal dalam
memekatkan urin. Nilai rujukan berat jenis urin pagi = 1,015 – 1,025. Defek fungsi dini yang
tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urin. Berat
jenis urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorpsi tubulus. Nokturia
dengan ekskresi urin malam > 500 ml dan berat jenis < 1,018 memberi pertanda gangguan fungsi
ginjal dini. Sedangkan berat jenis urin yang menetap sama dengan berat jenis plasma (= 1,010)
yang disebut isostenuri, menunjukkan sudah terjadi gangguan fungsi pemekatan dan pengenceran
urin.

B. PEMERIKSAAN URIN MIKROSKOPIK


Adalah pemeriksaan elemen elemen dalam urin dengan menggunakan mikroskop
cahaya biasa, fase kontras atau polarisasi, setelah sampel urin disentrifus. Indikasi
pemeriksaan : 1) membantu menetapkan proses patologis di ginjal atau non ginjal; 2) Bila
diperlukan diagnosis untuk mioglobinuri. 3) Untuk mengetahui apakah hematuri atau
hemoglobinuri.
Alat dan bahan yang diperlukan, adalah : sentrifus, tabung sentrifus, kaca objek
kaca penutup, Pewarna Sternheimer Malbin dan pelaporan hasil. Pemeriksaan mikroskopik
membutuhkan standarisasi sentrifus 1500 rpm selama 5 menit, yaitu volume urin 10-15ml
dalam tabung sentrifus. Bilamana menggunakan mikroskop cahaya biasa, dibuat cahaya
redup, kondensor diturunkan maksimal, diafragma diperkecil dan menggunakan
pengecatan supravital (Steinheimer Malbin).

ALAT / REAGEN :

1. Tabung sentrifus
2. Sentrifus
3. Pipet Pasteur
4. Kaca objek
5. Kaca penutup
6. Mikroskop cahaya 7. Reagen Steinheimer Malbin.

CARA :

1. Kocoklah urin sampel dalam botol penampung, supaya sedimen tercampur dengan
cairan diatasnya.
2. Masukkan urin 10 – 12 ml kedalam tabung sentrifus
3. Masukkan kedalam sentrifus dan putar dengan kecepatan 1.500 rpm selama 5 menit
atau 3.000 rph selama 3 menit.
4. Angkat dari sentrifus, tuanglah cairan bagian atas kembali ketempat asalnya secara
cepat tapi lembut, kemudian segera tegakkan kembali tabung sehingga diperoleh
sisa ± 0,5 ml
5. Kocok kembali tabung untuk meresuspensi sedimen.
6. Tambahkan 1 tetes reagen Steinheimer Malbin. Campurlah dengan cara mengetuk-
ketukan tabung ke tangan.
7. Dengan pipet Pasteur taruhlah 1 tetes sedimen diatas kaca objek dan tutup dengan
kaca penutup
8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x untuk menghitung
silinder dan epitel.
9. Gantilah perbesaran objektif 40 x untuk menghitung lekosit, eritrosit, kristal dan
bakteri
PELAPORAN :
Pembesaran 10 X
Silinder :

• Hialin : ………. / lpk (lapangan pandang kecil)


• Granuler : ………. / lpk
• Lekosit : ………. / lpk
• Eritrosit : ………. / lpk
• Lilin : ………. / lpk
• Dll : ………. / lpk

Epitel : - / + / ++ / +++ (jenis ……………..(squamosa, transitional,


kuboid)
Pembesaran 40 X
Lekosit : ………. / lpb,
Eritrosit : ………. / lpb, ( eumorfik / dismorfik)
Kristal : ………. - / + / ++ / +++ (jenis……………)
Lain-lain : ………. - / + / ++ / +++ (jamur, bakteri, parasit)

C. Pemeriksaan Urin Kimia Stik


Pemeriksaan urin kimia stik adalah pemeriksaan urin, tanpa sentrifus, menggunakan reagen kimia
kering berupa multistik dengan parameter pengukuran meliputi: pH, berat jenis, protein, glukosa,
bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit esterase, dan darah.
Prosedur:

1. Masukkan urin ke dalam tabung sebanyak 10 – 12 ml.


2. Celupkan multistik kedalam urin sampai semua pita tercelup, angkat dan tiriskan melalui
dinding tabung/miringkan sebentar diatas kertas tissue untuk menghilangkan kelebihan
urin pada pita.
3. Tunggu selama 2 menit.
4. Segera baca hasil reaksi / perubahan warna dari masing-masing indikator multistik
dicocokkan dengan indikator pada tabung stik 5. Catat hasil di blangko hasil

PELAPORAN :
1. pH : 5.0 ; 6.0 ; 6.5 ; 7.0 ; 7,5 ; 8.0 ; 8.5
2. Berat Jenis :1.000 ; 1.005 ; 1.010 ; 1.015 ; 1.020 ; 1.025;1.030
3. Protein : - / ±/+ / ++ / +++/++++
4. Glukosa : - / ±/ + / ++ / +++/++++
5. Bilirubin : - / + / ++ / +++
6. Urobilinogen : - / ±/+ / ++ / +++
7. Keton : - / + / ++ / +++
8. Nitrit : - / + / ++ / +++
9. Lekosit esterase : - / ±/+ / ++ /
10. Darah : - / ±/+ / ++ / +++
Prinsip Kimiawi,
I. BERAT JENIS
Prinsip kimia reagen kering ini adanya konsentrasi ion dalam urin. Adanya kation, proton akan
melepaskan bahan komplek & membentuk perubahan warna (biru hijau kuning). Sumber
kesalahan positip palsu disebakan ok proteinuri, ketoasidosis dan kation divalen dalam jumlah
besar. Terjadi negatip palsu pada kadar glukosa >1000mg/dl. Pada pH >7 hasil harus ditambah
0,005.
Indikasi dan interpretasi: menilai fungsi ginjal. Check penyebab lisis sel sedimen. Diabetes
Mellitus. Diabetes Insipidus. Urin pagi setelah semalam puasa air, normal minimal 1,020.

II. LEKOSIT
Prinsip kimia adalah esterase Indoxyl ester dengan diazonium dye menjadi violet dye.
Sumber kesalahan : Meningkat palsu pada warna urin ok bilirubin dan nitrofurantoin. Urin
dengan pengawet formaldehyde. Rendah palsu terdapat pada proteinuri > 500mg/dl dan terapi
Cephalexin dosis tinggi.
Pembacaan sesudah 2 menit. Hasil positip memberi warna violet. Positip satu sesuai dengan 10-
25 sel/ul, ++ sesuai dengan 75 sel/ul dan +++ sesuai dengan 500 sel/ul. Kesesuaian dengan
pemeriksaan mikroskopik sedimen 1 lekosit/lpb = 10 sel/ul.
Indikasi interpretasi : adanya “inflamasi” ginjal atau saluran kemih bawah. Mendeteksi
kesembuhan dan kronisitas. Tidak selalu berkorelasi dengan “bakteriuri”. Pemeriksaan kultur
perlu dilakukan setiap adanya lekosituri, bukan sebaliknya. Pada wanita sering terjadi
kontaminasi fluor albus.

III. NITRIT

Adanya nitrit dalam urin akan bereaksi dengan aromatik amin, diazonium dan garam
benzoquinoline menimbulkan warna merah.
Sumber kesalahan: negatip palsu terdapat pada peningkatan diuresis, pengenceran urin, puasa
lama, tidak mengkonsumsi sayuran dan konsumsi vitamin C dosis tinggi. Positip palsu
terdapat pada urin yang tidak segera diperiksa > 4 jam dan obat Phenazopyridin.
Indikasi dan interpretasi setelah ditunggu 30 – 60 detik. Positip warna dari pink sampai merah,
menunjukkan bakteri pembentuk nitrit. Negatip tidak menyingkirkan, mungkin infeksi
disebabkan oleh bakteri yang tidak membentuk nitrit, jumlah bakteri sedikit ok pemberian
antibiotika kemoterapeutika atau tidak ada bahan nitrit dalam urin oleh karena tidak makan
sayur.
IV. KEASAMAN (pH)
Prinsip kimia adalah perubahan warna double indikator bervariasi antara 5 – 9.
Sumber kesalahan: terlalu alkalis pada urin lama, pertumbuhan dan kontaminasi bakteri.
Pembacaan segera. Normal pH 5 – 6. Pada UTI urin alkalis pH 7 – 8.

V. PROTEIN
Prinsip kimia adanya protein akan mengubah warna indikator dari kuning menjadi hijau.
Sumber kesalahan positip palsu pada infus polivinylpyrrolidone dan botol penampung
tercemar bahan deterjen yang mengandung ammonium atau chlorhexidine.
Pembacaan setelah 60 detik. Positip satu sesuai dengan 0,3 g/l. Mulai ++ dianggap nefropati
(glomerular atau tubular) kecuali pada DM dan Hipertensi bisa mulai Mikroalbuminuri.
Fisiologis atau orthostatik biasanya positip terbatas satu.

VI. GLUKOSA
Prinsip kimia adalah reaksi ensimatik spesifik glukosa oksidase menimbulkan warna hijau.
Sumber kesalahan negatip palsu karena adanya vitamin C, obat. Positip palsu pada penampung
yang terkontaminasi detergen atau residu peroksida. Pembacaan setelah 60 detik. Normal, +,+
+,+++. ++++.

VII. KETON
Adanya benda keton (acetoacetic, acetone) menimbulkan kompleks bewarna ungu.
Sumber kesalahan positip karena phenylketon dan phthaleins.

VIII. UROBILINOGEN
Reaksi kimia dengan garam diazonium dalam suasana asam memberi warna merah. Sumber
kesalahan negatip palsu pada sampel terpapar sinar matahari, penyimpanan lama, konsentrasi
formaldehyde pengawet urin, nitrit karena UTI. Positip palsu pada obat2an.
Pembacaan setelah 10 menit. Abnormal + 33, ++ 66,++131 umol/l atau hasil negatif

IX. BILIRUBIN
Prinsip reaksi adalah bilirubin denghan garam diazo memberikan warna merah-ungu dalam
suasana asam.
Sumber kesalahan negatip palsu ok vitamin C, nitrit dalam urin, penyimpanan lama dan
paparan sinar matahari. Positip palsu pada obat-obatan yang memberi warna merah pada urin.
Pembacaan +, ++, dan +++ adalah warna merah muda sampai violet.

X. DARAH
Prinsip kimia adalah adanya hemoglobin dan mioglobin yang mempunyai sifat seperti
peroksida, mereduksi H2O2 memberikan warna biru-hijau.
Sumber kesalahan negatip palsu adanya nitrit dalam urin, pengawet formalin dan proteinuri >
5g/l. Positip palsu adanya residu detergen.
Pembacaan ada dua macam : Eritrosit hijau kompak: + (5 – 15), ++ (30 – 100), +++ (150 –
300) sel/ul. Hemoglobin dan Mioglobin warna hijau rata. Rentang dinyatakan sama dengan
Eritrosit. Lakukan konfirmasi / perbandingan dengan mikroskopik bila ada dugaan
hemoglobinuri pada Sindroma Hemolitik intra vaskuler, dan mioglobinuri pada trauma atau
penyakit otot.
6. URAIAN TUGAS DAN PENILAIAN TUGAS

A. TUGAS
1. TUGAS 1 TUGAS PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
1) Tugas merupakan tugas kelompok sesuai dengan kelompok praktikum skill lab blok 13
2) Mahasiswa membuat format pengkajian system perkemihan
3) Mahasiswa wajib mencari bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia
di sekitar asrama/kos/saudara
4) Lakukan pengkajian fisik pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia tersebut
5) Bandingkan hasil pengkajian yang diperolah terkait system perkemihan pada bayi/anak,
remaja, dewasa, dan lansia dan lakukan analisis mengapa terjadi perbedaan tersebut
6) Wajib menyertakan foto bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia yang dikaji
7) Tulis hasil pengkajian,kumpulkan tugas ke PJ Blok 13 dan diupload via ELS pada minggu
kedua
8) Format pengkajian meliputi identitas diri, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
lalu, pengkajian pola Gordon (spesisfik berhubungan dengan system perkemihan) dan
pemeriksaan fisik 9) Format laporan:
a. Cover (sertakan nama dan no mahasiswa anggota kelompok)
b. Hasil pengkajian masing-masing pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia.
c. Analisa temuan hasil pengkajian
d. Daftar pustaka
10) Komponen penilaian
No Komponen Bobot
1 Kelengkapan data pengkajian 40%
2 Ketajaman analisis 40%
3 Kesesuaian format 10%
4 Kesesuaian content 10%
2. TUGAS 2 BLOK PERKEMIHAN PRESENTASI DAN MAKALAH
1) Tugas merupakan tugas kelompok kecil. setiap kelompok terdiri dari 4-5 mahasiswa. 2)
Buat makalah presentasi
3) Isi makalah presentasi meliputi:
a. Definisi
b. Mindmap (lihat contoh) meliputi; etiologi/faktor resiko, mekanisme/patofisiologi,
tanda dan gejala, masalah keperawatan, intervensi keperawatan dan EBN
c. Terapi komplementer
d. Kajian Islam
4) Format makalah
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Isi makalah
d. Kesimpulan
e. Daftar pustaka
5) Bagi penugasan tentang jurnal, bagian isi makalah meliputi; judul penelitian, pengarang,
tujuan penelitian, desain/metode penelitian, P (population) I (intervention) C (comparation)
O (outcomes), manfaat bagi keperawatan. Bagian intervention dijelaskan dengan detail.
6) Tata tulis
a. Font: Times New Roman, 12pt, 1.5 spasi
b. Margin: Kiri dan Atas: 4cm, Kanan dan bawah: 3 cm
c. Jumlah halaman: isi maksimal 10 halaman
d. Menggunakan EYD
7) Tugas dikumpulkan dan di upload di ELS pada minggu pertama blok
8) Komponen penilaian
Komponen Item penilaian Bobot
a. Struktur 1. Menyusun makalah dengan terstruktur 10%
2. Menggunakan heading dan sub heading dengan tepat
3. Menyimpulkan makalah
b. Writing 1. Menjelaskan makalah dengn kalimat terstruktur, 10%
style argumen yang jelas, dan menggunakan EYD
c. Isi makalah 1. Sesuai dengan kajian teori 60%
d. References 1. Daftar pustaka akurat dan lengkap, 10 tahun terakhir 20%
2. Melakukan kutipan referensi dengan tepat
3. Menyebutkan semua sumber informasi
4. Kutipan langsung hanya untuk point yang penting
9) Topik:
Kelompok Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Dosen
1 Asuhan a. Pengkajian sistem perkemihan Erfin Firmawati,
keperawatan - Riwayat kesehatan Ns., MNS
pada system - Pengkajian
perkemihan - Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan diagnostic
b. Diagnosa keperawatan
pada system perkemihan
c. Intervensi keperwatan

2 Asuhan a. Gangguan Pola BAK Erfin Firmawati,


keperawatan pada b. Diagnosa keperawatan pada Ns., MNS
system system perkemihan
perkemihan c. Intervensi keperwatan
3 Pemeriksaan a. Pemeriksaan laboratorium ; dr. Adang
diagnostic pada urinalisis, M.Gugun, Sp.K,
gangguan system b. Pemeriksaan darah : darah M.Kes
perkemihan rutin,
faal ginjal, elektrolit,
c. Analisis batu
d. Kultur urin
e. Peran Perawat dalam
pemeriksaan diagnostik
4 Pemeriksaan a. Pemeriksaan radiologi : foto dr. Adang
diagnostic pada polos abdomen, sistografi, M.Gugun, Sp.K,
gangguan system uretrografi, RPG, USG, CT, M.Kes
perkemihan BNO IVP
b. Peran perawat dalam
pemeriksaan diagnostic
5 Gangguan a. Definisi Fahni Haris, Ns.,
perkemihan b. Pathway (etiologi/faktor resiko, M.Kep
infeksi (Urethritis, tanda dan gejala,masalah
Cystitis, keperawatan)
Pyelonephritis, c. Pemeriksaan diagnostic
Glomerulonephri d. Penatalaksanaan
tis) e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK
6 Gangguan a. Definisi Rahmah, Ns.,
perkemihan non b. Pathway (etiologi/faktor resiko, M.Kep.,Sp.An
infeksi: tanda dan gejala,masalah
hipospadia, keperawatan)
hidrokel dan c. Pemeriksaan diagnostic
phimosis d. Penatalaksanaan
e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK
7 Gangguan a. Definisi Arianti, Ns.,
perkemihan non b. Pathway (etiologi/faktor resiko, Sp.Kep.MB
infeksi tanda dan gejala,masalah
(gangguan keperawatan)
genetic; c. Pemeriksaan diagnostic
Polycistic kidney d. Penatalaksanaan
disease) e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK

8 Gangguan a. Definisi Rahmah, Ns.,


perkemihan non b. Pathway (etiologi/faktor resiko, M.Kep.,Sp.An
infeksi tanda dan gejala,masalah
(Nephrotic keperawatan)
Syndrome) c. Pemeriksaan diagnostic
d. Penatalaksanaan
e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK
9 Gangguan a. Definisi Arianti, Ns.,
perkemihan non b. Pathway (etiologi/faktor resiko, Sp.Kep.MB
infeksi tanda dan gejala,masalah
(keganasan; Ca keperawatan)
Bladder) c. Pemeriksaan diagnostic
d. Penatalaksanaan
e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK
10 Gangguan a. Definisi Fahni Haris, Ns.,
perkemihan non b. Mindmap (etiologi/faktor resiko, M.Kep
infeksi (Gagal tanda dan gejala,masalah
Ginjal Akut) keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnostic
d. Penatalaksanaan
e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK
11 Gangguan a. Definisi Ambar Relawati,
perkemihan non b. Pathway (etiologi/faktor resiko, Ns., MKep
infeksi (Gagal tanda dan gejala,masalah
Ginjal Kronik) keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnostic
d. Penatalaksanaan
e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK
12 Gangguan a. Definisi Arianti, Ns.,
perkemihan non b. Pathway (etiologi/faktor resiko, Sp.Kep.MB
infeksi (Bladder tanda dan gejala,masalah
Trauma) keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnostic
d. Penatalaksanaan
e. Asuhan keperawatan
f. EBN
g. IRK

13 Renal Dialysis therapy (HD) Ambar Relawati,


Replacement Ns., MKep
Therapy (RRT)

14 Renal CAPD dan Renal Ambar Relawati,


Replacement Transplantation Ns., MKep
Therapy (RRT)
15 Asuhan a. Pengkajian pada pasien dengan Ambar Relawati,
keperawatan HD Ns., MKep
pada pasien b. Pemeriksaan fisik pada pasien
dengan dengan HD
hemodialisa c. Diagnosa keperawatan pada
(HD) pasien dengan HD
d. Intervensi keperawatan pada
pasien dengan HD
16 Farmakologi a. Macam-macam obat Farmasi
untuk gangguan b. Mekanisme kerja obat
system c. Indikasi dan kontra indikasi obat
perkemihan d. Cara pemberian obat
e. Peran perawat dalam pemberian
obat
17 Health a. Primary prevention Dinasti Pudang
promotiom b. Secondary prevention Binoriang, Ns.,
pada gangguan c. Tertiary prevention M.Kep.,
sistem d. Peran perawat komunitas pada Sp.Kep.Kom
perkemihan pasien dengan gangguan
(GGK, system perkemihan
urolithiasis, ISK)
18 Jurnal EBN pada a. Bladder training pada pasien Erfin Firmawati,
sistem dengan kateter Ns., MNS
perkemihan b. Kegel excersie pada pasien
(Nursing dengan gangguan system
intervention) perkemihan
19 Jurnal EBN pada a. Perawatan kateter Erfin Firmawati,
sistem b. Irigasi kateter pada pasien post Ns., MNS
perkemihan TURP
(Nursing
intervention)
20 Kajian Islam a. Sirkumsisi/khitan Erfin Firmawati,
dalam sistem b. Najis Ns., MNS
perkemihan c. Thaharah
d. Ibadah praktis pada orang sakit:
pasien terpasang kateter
3. TUGAS 3 PEMBUATAN MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN/KONSELING
1) Tugas merupakan tugas kelompok dengan anggota 10-12 orang mahasiswa
2) Buatlah media ajar untuk pendidikan kesehatan pada klien dengan gangguan system
perkemihan pada berbagai kelompok usia dan permasalahannya.
3) Media ajar dapat berupa: leaflet, lembar balik, booklet, atau video 4) Topik media ajar
dapat dipilih salah satu dari perkemihan sebagai berikut:
1. BPH 5. Nefrotik Syndrome 9. Perawatan kateter di

rumah
2. Urolithiasis/vesikolithiasis 6. Gagal Ginjal Akut
3. Urethritis 7. Gagal Ginjal Kronik 10. Kegel Exercise pada
Inkontinesia
4. Deteksi Ca Bladder 8. Pasien dengan
Hemodialisa

b. Tugas diupload di ELS dan dikumpulkan langsung pada PJ Blok 13 pada minggu ketiga
c. Komponen penilaian
Komponen Item penilaian Bobot
a. Struktur 1. Tulisan mudah dibaca 20%
2. Warna menarik
3. Disertai gambar atau objek yang mendukung
memudahkan memahami materi
b. Writing 1. Menggunakan kata dan kalimat yang mudah dipahami 15%
style 2. Menggunakan EYD
c. Isi media 1. Menunjukkan kesesuaian dengan teori/evidence based 65%
ajar 2. Sesuai dengan nila-nilai islami
3. Mudah dipahami oleh pembaca
4. Jelas
RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI LISAN
Aspek Kriteria Skor
Organisasi Presentasi terorganisasi dengan baik dan menyajikan fakta yang 3
meyakinkan untuk mendukung kesimpulan-kesimpulan.

Presentasi mempunyai fokus dan menyajikan beberapa bukti yang 2


mendukung kesimpulan-kesimpulan.

Tidak ada organisasi yang jelas. Fakta tidak digunakan untuk 1


mendukung pernyataan.

Isi Isi akurat dan lengkap. Para pendengar menambah wawasan baru 3
tentang topik tersebut.

Isi secara umum akurat, tetapi tidak lengkap. Para pendengar bisa 2
mempelajari beberapa fakta yang tersirat, tetapi mereka tidak
menambah wawasan baru tentang topik tersebut
Isinya tidak akurat atau terlalu umum. Pendengar tidak belajar apapun 1
atau kadang menyesatkan.

Gaya Pembicara tenang dan menggunakan intonasi yang tepat, berbicara 3


presentasi
tanpa bergantung pada catatan, dan berinteraksi secara intensif
dengan pendengar. Pembicara selalu kontak mata dengan pendengar.
Secara umum pembicara tenang, tetapi dengan nada yang datar dan 2
cukup sering bergantung pada catatan. Kadang-kadang kontak mata
dengan pendengar diabaikan
Pembicara cemas dan tidak nyaman, dan membaca berbagai catatan 1
daripada berbicara. Pendengar sering diabaikan. Tidak terjadi kontak
mata karena pembicara lebih banyak melihat ke papan tulis atau
layar.
RUMUS NILAI AKHIR (NA): NA: Σ Skor X 100
3

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan/Dokumentasi tindakan.

KELOMPOK TUTORIAL PSIK BLOK 2013


T. 1 T. 2
20130320011 Ferika Madani 20130320012 Siska Pratiwi
20130320021 Ade Palin Salmah 20130320035 Gita Mila Wulansari
20130320038 Nurhuda Surya Pratama 20130320039 Rizky Shodiqurrahman
20130320055 Eyasintri 20130320040 Didik Iman Margatot
20130320067 Satrio Budi Raharjo P 20130320054 Labib Alfikri
20130320069 Deby Gita Purnamasari 20130320060 Nurbaiti Arifin
20130320084 Muhamad Andre FA 20130320082 Miftahul Jannah S
20130320090 Pawit Puji Astuti 20130320092 Romadlon Hadi K
20130320112 Ifan Nurhidayat 20130320113 Arifka Dwi Astuti
20130320115 Risti Rahayu 20130320132 Nurul Arifah
20130320126 Aneta Putri Arlindasari 20130320137 Anindea Bucika Putri
20130320135 Mia Nur Wahyu D.
T. 3 T. 4
20130320017 Lisa Andriani 20130320033 Putri Argalita Tri U
20130320027 Milatul Afifah 20130320046 Sushmitha Lantu Aryani

20130320042 Muhammad Shahibul M 20130320066 Laely Hidayati


20130320056 Serly Widia Ningsih 20130320075 Nurita Febriani
20130320065 Riska Apriliyadani H 20130320088 Tri Ayu Lestari
20130320103 Agus Purwanto 20130320096 Arifudin
20130320105 Muhammad Nuruddin 20130320119 Probo Adi Saputro
20130320108 Anisa Purbarani 20130320122 Novita Nur Hasanah
20130320118 Anovita Kurnia Irianti 20130320133 Johan
20130320129 M. Daroji Tahmidullah 20130320138 Nur Intan Indriyati O
20130320142 Pramesti Frinatikasari 20130320149 Nurul Wahyuningsih
T. 5 T. 6
20130320001 Bambang Sugiarto 20130320007 Eka Asti Wijaya
20130320005 Jefry Leo Sandy 20130320010 Dian Pepriana W
20130320008 Sekar Sari 20130320019 Ilham Ridwan Yassin
20130320025 Dina Oktaviana 20130320032 Rizka Wuryaningsih
20130320036 Maulin Halimatunnisa' 20130320047 Anggi Novinda Aryani
20130320050 Nia Retno Falupi 20130320053 Robain
20130320098 Sri Marta Mei W 20130320061 Selviyani Safrudin
20130320099 Kurnia Dwi Safitri 20130320071 Okta Jaka Purnama
20130320109 Magenda Bisma Yudha 20130320104 Tresna Astiariny
20130320125 Wisni Pratiwi 20130320106 Indah Anggraeni
20130320141 Ledia Teja Kesuma 20130320145 Amalina Mazaya Karcy
T. 7 T. 8
20130320015 Merlisa Kesuma Intani 20130320003 Dwi Arini
20130320037 Dinda Santi Putri Utami 20130320029 Erna Kurniawati
20130320041 Rizki Rahmadani Putri 20130320048 Yunita Restiasa M
20130320043 Yunita Nurpuspa Sari 20130320059 Karina Saraswati
20130320049 Selvi Astuti 20130320064 Alviana Devita
20130320070 Sholeh Arry Wibowo 20130320068 Ahmad Syakur Banafif
20130320083 Fitri Wahyuni Mz. 20130320072 Riyo Nurihsan
20130320095 Rizka Putri Aprelia 20130320087 Romi Kurniawan
20130320116 Sri Andini Widya N 20130320114 Gunadiah Annisa S
20130320124 Nurul Latifah 20130320117 Ati Purwaningsih
20130320136 Muhammad Bayu Arisa 20130320151 Rahayu
T. 9 T. 10
20130320006 Lisyah Bonita Paputungan 20130320016 Ena Septiningsih
20130320023 Wiga Eryzha Fajarwati P. 20130320018 Wahid Afrizal
20130320026 Retno Wulandari 20130320020 Tegar Rizky Nur M

20130320073 Ghulam Najiih Naadir 20130320034 Anisa Ratnasari


20130320081 Ayu Cucuk Iskandar 20130320045 Nur Afni Sharfina
20130320085 Riska Ayu Melinda D 20130320091 Eki Rusmayanti
20130320089 Irwan Fauzi 20130320101 Lusi Anika
20130320093 Nadya Rianda 20130320102 Diah Rahmawati
20130320097 Andira Azzahra 20130320127 M. Bagus Wibisono
20130320120 M. Ade Luthfi Hanan 20130320131 Rizka Saputri
20130320128 Desy Rahmayani 20130320139 Indri Lestari
T. 11
20130320002 Muhammad Rofiqul M
20130320004 Ahmad Firdaus
20130320009 Fathiyyah Intan Niryani
20130320028 Pradika Fatwa Khoirul H
20130320051 Iin Rahmayanti Soamole
20130320058 Rina Widiya Hasim
20130320086 Astuti Rismawati
20130320110 Ristyo Utari
20130320123 Cristanti
20130320130 Dwi Astuti
20130320147 Novelinda Permata Sari

Anda mungkin juga menyukai