Foto
3x4
( ............................... )
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
Disusun Oleh :
Puji Astutik
1035211015
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
II.1. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu bentuk infeksi yang menyerang salah satu atau kedua lobus
paru-paru. Pneumonia merupakan infeksi yang menyerang paru-paru yang biasanya disebabkan
oleh bakteri, virus dan fungi. Pneumonia bukan merupakan kasus tunggal, namun dengan
penyebab yang bervariasi. Gejala yang ditimbulkan pun bervariasi dari ringan hingga berat.
Pneumonia menyerang paru-paru dengan 2 mekanisme. Lobar pneumonia merupakan pneumonia
yang menyerang pada satu bagian (lobus) paru. Bronchial pneumonia (Bronchopneumonia)
menyerang semua bagian pada 2 lobus paru-paru.
II.3. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia bervariasi, antara lain disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, dan
bahan kimia. Seseorang menderita pnuemonia dengan beberapa cara antara lain:
a. Bakteri dan virus yang berada di hidung, sinus dan mulut menyebar ke paru-paru
b. Menghirup udara yang mengandung bakteri, virus, atau fungi
c. Menghirup makanan, cairan, atau muntahan dari mulut ke paru-paru (pneumonia aspirasi)
Berikut beberapa contoh organisme penyebab pneumonia:
1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), Legionella pneumophila, Mycoplasma
pneumoniae, dan Chlamydophila pneumoniae. Pneumocystis jiroveci biasanya menyebabkan
pneumoni pada orang dengan penurunan sistem imun misal pada HIV AIDS
2. Virus : Respiratory syncytial virus
3. Fungi : Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum
4. Mycoplasma : Mycoplasma pneumoniae
Beberapa faktor resiko seseorang menderita pneumonia antara lain sebagai berikut:
1. Cerebral palsy
2. Penyakit paru kronik
3. Perokok
4. Kesulitan menelan
5. Penurunan sistem imun
6. Penurunan kesadaran
7. Penyakit kritis lainnya
8. Pembedahan atau trauma
9. Status gizi buruk
10. Sedang mengalami laringitis atau flu
II. 4. PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi saat mikroorganisme patogen masuk ke saluran pernafasan dan
tubuh melakukan mekanisme pertahanan diri dengan munculnya respon inflamasi.
Patofisiologi pneumonia dimulai dari hilus paru yang menjalar secara progresif ke perifer
sampai seluruh lobus terkena. Proses radang ini dapat kita bagi atas 4 tingkatan:
1. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat kongesti
Lobus paru yang meradang tampak berwarna kemerah-merahan, membengkak pada perabaan
mengandung banyak cairan dan pada irisan keluar cairan kemerah-merahan. Pada tingkat ini
kapiler melebar dan kongestif, alveolus terisi oleh netrofil dan makrofag.
2. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat hepatisasi merah
Pada tingkat ini jumla,h netrofil bertambah, tampak pula sel-sel darah merah dalam alveoli.
Eksudat berubah menjadi fibrinosa. Pada makroskopis paru-paru tampak lebih padat sehingga
perabaannya menyerupai hati.
3. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat hepatisasi kelabu
Pada perabaan paru masih tetap kenyal seperti hepar, hanya warna kemerah-merahan berubah
menjadi kelabu. Eksudat masih tetap terlihat bahkan dapat berubah menjadi nanah dan masuk ke
pleura, pada mikroskopis sel-sel tampak amorf. Saat ini kuman sudah tidak dapat terdeteksi lagi
dan makrofag lebih berperan dalam proses penyembuhan.
4. Patofisiologi Pneumonia – Tingkat resolusi atau penyembuhan total
Disini paru-paru menjadi lunak dimana eksudat yang melunak sebagian dibatukkan keluar dan
sebagian lagi mengalami resorbsi. Pada saat ini seluruh bagian paru kembali kepada keadaan
normal.
II.7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia tergantung dari berat ringannya gejala yang diderita.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan infeksi dan mencegah komplikasi. Jika gejala masih
ringan, dapat dianjurkan :
a. Banyak minum, terutama air hangat untuk membantu mengencerkan lendir yang pekat
b. Istirahat yang cukup
c. Berhenti merokok
d. Menghirup udara yang hangat dan lembab : caranya dengan meletakkan kain yang
lembab dan hangat di dekat mulut dan hidung. Tujuannya untuk mengencerkan lendir
yang pekat di saluran nafas
e. Batuk efektif: dapatmembantu mengeluarkan dahak
f. Periksa ke dokter : untuk mendapatkan antibiotik dan obat penurun panas
Jika gejala makin berat maka perlu dirawat di rumah sakit. Tindakan yang dilakukan antara lain:
a. Pemberian cairan intra vena
b. Pemberian antibiotik intravena : tergantung dari organisme penyebab pneumonia dan
berat ringannya infeksi serta gejala yang timbul. Jika pneumonia karena virus, biasanya
tidak diberikan antibiotik, namun antiviral. Pneumonia karena virus biasanya membaik
dalam 1-3 minggu.
c. Terapi oksigen
d. Terapi pernafasan (breathing treatment)
II.8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien pneumonia antara lain:
1. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
2. Efusi pleura
3. Abcess paru
4. Gagal nafas ( membutuhkan ventilasi mekanik)
5. Sepsis, yang dapat menyebabkan gagal multi organ
KASUS:
By.H, jenis kelamin laki-laki, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak yang semakin
memberat sejak 9 jam smrs.
III.1. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 01 Jan 2022, pukul 21.00
Ruang rawat : ICU Anak (masuk tgl. 1 Jan 2022)
1. Identitas Pasien
Nama : By. H
NRM : 368.3406
Tanggal lahir : 10 Sept 2021
Umur : 4 bulan
Tanggal masuk RS : 1 Jan 2022
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kalibata timur I RT: 09 RW: 01
Penanggung jawab biaya : BPJS
2. Keluhan Utama:
Sesak nafas yang semakin memberat 9 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
By H, sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit sering batuk-batuk, berdahak, namun
dahak tidak keluar. Tidak ada sesak, demam tidak ada, muntah tidak ada. BAB 3-4x/hari, BAK
tidak ada keluhan. Kejang tidak ada, namun anak tampak lebih banyak tidur dan mau menyusu
jika dibangunkan.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien BAB sebanyak 10 kali, cair ampas sedikit,
warna kuning, tidak ada darah dan lendir, anak lebih banyak tidur. 9 jam SMRS, anak lebih
banyak mengantuk, ada demam, menggigil, tidak ada kejang. Batuk semakin berat, menurut ibu
anak tampak biru, tidak ada muntah, BAB 2 kali seperti bubur. Anak di bawa berobat ke RS Tria
Dipa, dikatakan sepsis, di rujuk ke IGD Radjak Salemba.
31 Des 2021 : Tiba di IGD Radjak Salemba dalam keadaan apnea, dilakukan intubasi dan
bagging manual. Klien dirawat selama satu hari, lalu pindah rawat ICU anak.
2 Jan 2022 : klien tiba di PICU dalam keadaan terintubasi dengan bagging manual.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu menyangkal riwayat penyakit serupa sebelumnya.
5. Penyakit berat sebelumnya
Ibu mengatakan tidak pernah sakit berat sebelumnya
6. Genogram
Keluarga Ibu Keluarga Ayah
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-Tanda Vital (TTV):
TD: 62/35 mmHg Nadi: 155x/menit RR: 60 x/menit Suhu: 37oC
2. Pernafasan
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada, retraksi
tidak ada, tidak ada sianosis
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris
Perkusi : Sonor di area paru
Auskultasi : Ronkhi di kedua paru, suara paru kanan dan kiri sama keras
Alat bantu nafas: klien terintubasi dengan ETT no3,5 kedalaman 9cm on ventilator
modus Pressure Control(PC), FiO2: 55%, PEEP : 6, RR: 50x/menit, P : 18, trigger:
-1, IT: 0,4, I:E ratio : 1: 1,7.
Min.Volume 0,9, SpO2: 99%
3. Sirkulasi
a. Sianosis : tidak ada c. CRT : <2 dtk
b. Pucat : tidak ada d. Akral : hangat
4. Neurologi
a. Kesadaran : Apatis/somnolent, GCS E1 M5 Vintubasi
dibawah sedasi dengan midazolam 1cc/jam (1microgram/kg/menit)
b. Pupil isokor, diameter 2mm/2mm, Reflek cahaya +/+
b. Gangguan neurologi : tidak ada
5. Gastrointestinal
a. Inspeksi : mukosa mulut lembab, abdomen datar, tidak distended
Auskultasi : terdengar bising usus
Palpasi : abdomenlunak, tidak tegang, hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
b. Mual dan Muntah : tidak ada
c. Asites : tidak ada
6. Eliminasi
a. Defekasi : via anus, karakter feses lunak
b. Urin : Spontan, tidak ada kelainan. Urin jernih
c. Diuresis ; 3,3 ml/kg/jam
7. Integumen
a. Warna kulit : normal
b. Luka : tidak ada
8. Muskuloskeletal
a. Kelainan tulang : tidak ada
b. Gerakan anak : bebas, normal
9. Genetalia
Laki-laki, bentuk normal
10. Penapisan / skrinning gizi:
a. TB/PB : 46cm
b. Berat badan aktual : 3,5 Kg
c. Berat badan ideal : 4,6kg ( Kurva CDC terlampir)
Status gizi pasien berdasarkan Waterlow, (BB aktual/BB ideal )x 100%
(3,5kg/4,6kg) x 100%= 76 %, maka status gizi pasien dinyatakan kurang.
Range Waterlow
- > 120% dinyatakan obesitas
- 110%-120% dinyatakan overweight atau kelebihan berat badan
- 90%-110% dinyatakan gizi normal
- 70%-90% dinyatakan gizi kurang
- <70% dinyatakan gizi buruk
RESIKO/CEDERA JATUH
Berdasarkan skala resiko jatuh Humpty Dumpty : nilai 12 termasuk resiko tinggi jatuh
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan darah by. H
Tanggal 6 mei 2012 diterima hasil Analisa Gas Darah (AGD):
pH: 7,345 pCO2: 71 PaO2 : 81,6 BE: 12,4 HCO3: 38,2 SaO2: 94,9%
2. Hasil rontgen thorax:
Tanggal 1 Mei 2012: infiltrat pneumonia tidak terlihat jelas, tapi terlihat adanya
atelektasis paru kiri yang diduga karena ETT terlalu dalam
Tanggal 2 Mei 2012: atelektasis paru kiri membaik
Tanggal 4 Mei 2012: tidak tampak atelektasis, tampak bercak infiltrat
DIAGNOSA MEDIS
- Pneumonia riwayat atelektasis paru kiri
TERAPI
1. Oral : Puasa
2. Farmakologi : - Cefotaxime injeksi 3x150mg IV
- Paracetamol 3x35mg (KP)
- Inhalasi NaCl 0,9% 3cc + ventolin 1 amp. per 6 jam
3. Cairan dan Elektrolit
a. N5 (48ml) + KCl (10ml), kecepatan 11,6cc/jam via syringe pump
b. Aminofusin 5%, kec. 2,9cc/jam
c. Dobutamin 45mg dalam 25ml D5% kec. 1cc/jam
d. Miloz dalam 25ml D5% kec. 1 cc/jam
2 Data subjektif : ibu mengatakan anaknya Penumpukan secret Bersihan jalan nafas
batuk pilek tidak efektif
Data objektif:
pada auskultasi paru terdengar ronkhi
kasar
terdapat reflek batuk
sekret kental berwarna putih
3 Data subjektif :- Kurangnya pengetahuan Nutrisi kurang dari
Data objektif : orang tua tentang kebutuhan
usia 2 bulan, BB 3,5 kg, PB 46 cm pemberian gizi yang cukup
menurut kurva CDC berat badan ideal pada anak
adalah 4,6 kg,di dapat penghitungan
bedasarkan skala waterlow status gizi
anak adalah 76% sehingga di dapat
status gizi pasien kurang
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Defisit perawatan diri
5. Resiko jatuh
5. Resiko Jatuh
Tujuan : selama tindakan keperawatan 2x24 jam, tidak terjadi jatuh pada klien
Intervensi :
a. Monitor resiko jatuh menggunakan skala humpty dumty
b. Pakaikan gelang resiko (kuning)
c. Pasang pengaman di infant warmer
d. Observasi klien tiap jam
12.00
mengukur urin 90cc
melakukan oral hygiene
melakukan suctioning
12.13
4/01/2022 DX 1,2,3,4,5,
08.00 Memonitor tanda –tanda vital tiap jam
Melakukan Suctioning
Melakukan suctioning
Memandikan pasien
08.30
Mengganti linen kotor
Menggukur berat urine 50cc
Melakukan inhalasi dengan Nacl 0,9% dan
09.00
ventolin 1 ampl
Melakukan suctioning
15.00
Mengukur tanda-tanda vital
17.00
19.00
Mengukur tanda-tanda vital
16.00
Memberikan inhalasi Nacl 0,9%
3cc+brotec 5 tetes
DIAGNOSA EVALUASI
DP 1 S:-
DP 2 S:-
O : - ronkhi (+)
DP 3 S:-
O:
DP 5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien
EVALUASI TANGGAL 05-01-2022 pk 14.00
DIAGNOSA EVALUASI
DP 1 S :-
- pantau AGD
DP 2 S:-
P : -inhalasi NaCl 0,9% 3 cc+ berotec 5 tetes per 6 jam, inhalasi NaCl
0,9 % 3cc+ epinephrine 0,4 ml per 6 jam
- auskultasi dada
- suctioning
DP 3 S:-
DP 4 S:-
O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP 5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien
- pantau AGD
DP 2 S:-
P : -inhalasi NaCl 0,9% 3 cc+ berotec 5 tetes per 6 jam, inhalasi NaCl
0,9 % 3cc+ epinephrine 0,4 ml per 6 jam
- auskultasi dada
- suctioning
DP 3 S:-
DP 4 S:-
O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP 5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien
- pantau AGD
DP 2 S:-
P : -inhalasi NaCl 0,9% 3 cc+ berotec 5 tetes per 6 jam, inhalasi NaCl
0,9 % 3cc+ epinephrine 0,4 ml per 6 jam
- auskultasi dada
- suctioning
DP 3 S:-
DP 4 S:-
O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP 5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien
- pantau AGD
DP 2 S:-
P : -inhalasi NaCl 0,9% 3 cc+ berotec 5 tetes per 6 jam, inhalasi NaCl
0,9 % 3cc+ epinephrine 0,4 ml per 6 jam
- auskultasi dada
- suctioning
DP 3 S:-
DP 4 S:-
O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP 5 S: -
O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien