Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

I. Konsep Dasar Medis

A. Definisi

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut


parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran
pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala batuk dan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi
substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi
dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis
(Nursalam, 2015).

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang


meliputi alveolus dan jaringan dan jaringan intersittel.
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di
berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk
Indonesia dan merupakan penyebab kematian utama pada
balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan
pneuomonia antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang
dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan beratnya
pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit
imunologi, polusi, GER, dan aspirasi (Daud Dasril, 2013).

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang


biasanya terjadi apada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada
bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis penumonia
dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi dari
penyakit lain (Hockenberry dan Wilson, 2009 dalam Seyawati
Ari, 2018).

B. Etiologi

Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet atau sering


disebabkan oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infuse
oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat.

Setelah masuk ke paru paru organism bermultiplikasi dan,


jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru,
terjadi pneumonia. Selain di atas penyebab terjadinya
pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1. Bacteria : diploccus pneumonia, pneumocaccus,
streptokokus hemolyticus, streptokoccus aureus,
hemophilus influenzae, mycobacterium tuberkulosis,
bacillus friedlander.
2. Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus,
V.Ssitomegalitik, V.Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus
neuroformans, blastomyces dermatitides, coccidodies
immtis, aspergillus, species, candida albicans.
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
(Nursalam, 2015)

C. Manifestasi Klinis

Usia merupakan faktor penentu dalam manifetstasi klinis


pneumonia. Neonatus dapat menunjukan gejala demam tanpa
ditemukannya gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas
pada pasien pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda
antara bayi yang lebih tua dan anak walaupun perbedaan
tersebut tidak selalu jelas. Demam, menggigil, takipneu, batuk,
malaise, nyeri dada akibat pleuritis, retraksi dan iritabilitas
akibat sesak respiratory sering terjadi pada bayi yang lebih tua
dan anak.

Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk,


mengi, atau stridor dan gejala demam lebih tidak menonjol
dibanding pneumonia bakterial. Pneumonia bakterial secara
tipikal berasosiasi dengan demam tinggi, menggigil, batuk,
dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda
konsolidasi paru.

Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala


khas seperti takipneu, batuk, ronki kering(crackles) pada
pemeriksaan auskultasi dan sering ditemukan bersamaan
dengan adanya konjungtivitis chlamydial.

Gejala klinis lainnya dapat ditemukan distress pernapasan


termasuk cuping hidung, retraksi intercosta dan subkosta dan
merintih (grunting) (Karen et al, 2010 dalam Setyawati Ari,
2018).

D. Penatalaksanaan Medis

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa


diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak napas atau
dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon
terhadap pengobatan dan keadaanya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD dekstrosa 10% NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500
ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu,
dan status dehidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat berat, dapat dimulai makanan
enteral bertahap melalui selang nasogatrik dengan feeding
drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapar diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transport mukosillier.
(Nursalam, 2015)
Terapi lain dari pneuomonia, yaitu:
1. Medikamentosa
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk
ditentukan sehingga pemberian antibiotik dilakukan secara
empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Sterptococcus pneuminia dan haemophilus influenzae.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur.
Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisilin
dan aminoglikosida. Untuk usia >3 bulan, ampisilin dipadu
dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Bila
keadaan pasien memberat atau terdapat empisema,
antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin. Antibiotik
parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,
dilanjutkan dengan pemberian peroral selama 7-10 hari
2. Bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali
bila terjadi komplikasi pneumotoraks/pneumomediastinum.
3. Suportif
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi
parenteral diberikan selama pasien masih sesak.
(Daud Dasril, 2013)

E. Prognosis

Secara umum prognosisnya adalah baik. Gangguan jangka


panjang pada fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan
pneumonia yang telah terkomplikasi dengan emplema dan
abses paru. Sekuele yang signifikan muncul pada penyakit
adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat
muncul pada anak dengan kondisi yang mendasari, seperti
penyakit paru kronik pada bayi pematur, penyakit jantung
bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi. Dengan pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%.
II. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian

1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
1) Keluhan yang dirasakan klien
2) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi
keluhan
b. Riwayat oenyakit dahulu
1) Pernah menderita ISPA
2) Riwayat terjadi aspirasi
3) Sistem imun anak yang mengalami penurunan
c. Riwayat penyakit keluarga
1) Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
2) Ada anggota keluarga yang sakit Pneumonia
2. Pemeriksaan fisik keperawatan
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang
biasanya muncul, yaitu:
a. Keadaan umum : tampak lemah dan sesak nafas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan bisa
somnolent
c. Tanda-tanda vital
1) TD : hipertensi
2) Nadi : takikardi
3) RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
4) Suhu : hipertermi
d. Kepala : tidak ada kelainan
e. Mata : konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas
cuping hidung
g. Paru
- Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak
simetris kiri dan kanan, ada penggunaan otot bantu
nafas
- Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan
vocal fremitus pada daerah yang terkena.
- Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan,
normalnya timpani.
- Auskultasi : bisa terdengar ronki
h. Jantung : jika tidak ada kelainan jantung,
pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan.
i. Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika
dehidrasi.
3. Diagnostik test
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah menunjukkan leukosistosis dengan
predominan PMN atau dapat ditemukan leucopenia
yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan
anemia ringan atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologis
1) Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
2) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia
lobaris
3) Gambaran bronkopneumonia difus infiltrat
intertisialis pada pneumonia stafilokok.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Hipertermi
4. Kekurangan volume cairan
5. Intoleransi aktivitas

C. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA NOC SIKI


O KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Respiratory status: 1. Monitor pola
bersihan jalan nafas ventilation nafas
Respiratory status: (frekuensi,
airway patency kedalaman,
Kriteria hasil: usaha nafas)
1. Suara nafas yang 2. Monitor
bersih, bunyi nafas
mengeluarkan tambahan
sputum, mampu 3. Monitor
bernafas dengan sputum
mudah. 4. Posisikan
2. Menunjukkan semi fowler
jalan nafas yang atau fowler
paten (irama nafas 5. Berikan
dan frekuensi minum
nafas dalam hangat
rentang normal), 6. Berikan
tidak ada suara oksigen, jika
nafas abnormal perlu
7. Anjurkan
asupan
cairan (2000
ml/hari)
8. Ajarkan
teknik batuk
efektif
2 Ketidakefektifan Respiratory status: 1. Identifikasi
pola nafas ventilation efek
Vital sign status perubahan
Kriteria hasil: posisi
1. Menunjukkan terhadap
jalan nafas yang status
paten, irama pernapasan
nafas dan 2. Monitor
frekuensi statsu
pernapasan oksigenasi
dalam rentang dan respirasi
normal, tidak 3. Berikan
ada suara nafas posisi semi
abnormal. fowler atau
2. Tanda-tanda fowler
vital dalam 4. Fasilitasi
rentang normal. mengubah
posisi
senyaman
mungkin
5. Berikan
oksigenasi
sesuai
kebutuhan
6. Ajarkan
melakukan
teknik
relaksasi
nafas dalam
7. Ajarkan
mengubah
posisi secara
mandiri
8. Ajarkan
teknik batuk
efektif
3 Hipertermi Thermoregulation 1. Identifikasi
Kriteria hasil: penyebab
1. Suhu tubuh hipertermia
dalam rentang 2. Monitor suhu
normal tubuh
2. Nadi dan RR 3. Longgarkan
dalam rentang atau lepaskan
normal pakaian
3. Tidak ada 4. Berikan
perubahan warna cairan oral
kulit dan tidak 5. Hindari
ada pusing pemberian
antipiretik
atau aspirin
6. Anjurkan
tirah baring
7. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena jika
perlu
4 Kekurangan volume Fluid balance 1. Monitor
cairan Hydration status hidrasi
Nutritional status: 2. Monitor hasil
food and fluid pemeriksaan
Kriteria hasil: laboratorium
1. Mempertahankan (HT, Na, K,
urine output Cl)
sesuai dengan 3. Catat intake-
usia dan BB. output dan
2. TTV dalam batas hitung balans
normal cairan 24 jam
3. Tidak ada tanda- 4. Berikan
tanda dehidrasi asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
5. Berikan
cairan
intravena,
jika perlu
6. Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
perlu
5 Intoleransi aktivitas Activity tolerance 1. Identifikasi
Self care: ADLs kebiasaan
Kriteria hasil: aktivitas
1. Berpartisipasi perawatan
dalam aktivitas diri sesuai
fisik tanpa usia.
disertai 2. Identifikasi
peningkatan kebutuhan
tekanan darah, alat bantu
nadi dan RR. kebersihan
2. Mampu diri,
melakukan berpakaian,
aktivitas sehari- berhias dan
hari (ADLs) makan.
secara mandiri 3. Dampingi
dalam
perawatan
diri sampai
mandiri.
4. Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika
tidak mampu
melakukan
perawatan
diri.
5. Anjurkan
melakukan
perawatan
diri secara
konsisten
sesuai
kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Daud, D.2013.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Dept.Ilmu Kesehatan


Anak FK-UNHAS: Makassar.

Nursalam, A.H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1. Media Action: Jakarta.

Setyawati, A.2018. Tata Laksana Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas:
Literature Review.Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi dan Tindakan Keperawatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik.Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia: Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai