Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH PENYULUHAN PAKET PELAYANAN AWAL

MINIMUM KESEHATAN REPRODUKSI IBU HAMIL


TERHADAP KESIAPSIAGAAN DALAM
SITUASI KRISIS KESEHATAN
DI PUSKESMAS BALUASE

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program


pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palu jurusan Kebidanan

Oleh :

Kharissa Rinandyawati
NIM. PO7124318004

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji Poltekkes Kemenkes
Palu jurusan Sarjana Terapan Kebidanan Palu.

Nama : Kharissa Rinandyawati


Nim : PO7124318004

Palu, Januari 2022


Pembimbing I

Siti Hadijah Batjo, S.SiT.,MPH


NIP. 197506082000122004

Palu, Januari 2022


Pembimbing II

Sarliana , M.Tr.Keb
NIP. 19900805220122007

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Muliani, S.Kep., Ns.,M.Kes


NIP: 196503241988032001
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji


Poltekkes Kemenkes Palu
Nama : Kharissa Rinandyawati
NIM : PO7124318004
Palu, februari 2022
Penguji I

Mardiani Mangun, SSiT., MPH


NIP. 196501221984022001

Palu, februari 2022


Penguji II

Amsal, SKM.,M.Kes
NIP. 1966051319880210002

Palu, februari 2022


Penguji III

Nilda Yulita Siregar, SST.,M.Kes


NIP. 199011222018012001

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Muliani, S.Kep., Ns.,M.Kes


NIP: 196503241988032001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU

L
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.....................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................7
BAB II...................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................9
A. Konsep Krisis Kesehatan.....................................................................................9
B. Konsep Kesiapsiagaan.......................................................................................10
C. Konsep Manajemen Krisis Kesehatan Ibu Hamil..............................................21
D. Konsep Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)...........................................29
E. Kerangka Pikir Penelitian..................................................................................33
F. Hipotesis Penelitian...........................................................................................34
BAB III................................................................................................................35
METODE PENELITIAN....................................................................................35
A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................................35
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................................36
C. Populasi dan Sampel..........................................................................................36
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................................................37
E. Tehnik Pengumpulan Data.................................................................................39
F. Pengolahan Data................................................................................................39
G. Analisis Data.....................................................................................................40
H. Penyajian Data...................................................................................................42
I. Etika Penelitian..................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................45
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian,

dan/atau adanya potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat

yang membutuhkan respon cepat diluar kebiasaan normal dan kapasitas

kesehatan tidak memadai (Permenkes Nomor 75 Tahun 2019).

Kejadian krisis kesehatan berdasarkan data Pusat Krisis Kesehatan

terjadi peningkatan. Sepanjang tahun 2018 terjadi 384 kejadian bencana

alam, kemudian ditahun 2019 naik menjadi 449 kejadian bencana alam . Di

tahun 2020 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 520

kejadian bencana alam. Hal ini menunjukan tren kejadian krisis kesehatan

akibat bencana khususnya bencana alam sehingga di butuhkan peningkatan

upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana

alam.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016-2020

menurut hasil rekapitulasi data kejadian bencana yang mengakibatkan risiko

krisis kesehatan, kejadian bencana di Sulawesi Tengah terus meningkat.

Sebagai perbandingan jumlah kejadian bencana selama 5 tahun terakhir

yaitu tahun 2016 (13 bencana), 2017 (30 bencana), 2018 (113 bencana),

2019 (30 bencana), dan 2020 (37 bencana).

1
Provinsi Sulawesi Tengah pernah mengalami gempa bumi dengan

kekuatan 7,4 Mw berpusat 26 Km utara Donggala dan 80 Km barat laut

2
3

Kota Palu dengan kedalaman 10 Km. Goncangan gempa yang kuat

menghasilkan tsunami yang melanda Kota Palu yg berada di Teluk Palu,

serta likuifaksi (berubahnya tanah jadi lumpur sehingga menelan bangunan

diatasnya) terutama daerah Petobo dan Balaroa di Kota Palu yang

mengakibatkan hingga tanggal 20 oktober 2018 tercatat 2.113 orang

meninggal dunia, 1.309 orang hilang, 4.612 orang mengalami luka-luka, dan

puluhan ribu bangunan mengalami kerusakan (Tim Pusat Studi Gempa

Nasional, 2018). Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI)

2020, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki indeks risiko 144.96 yang mana

angka tersebut tergolong dalam risiko tinggi (BNPB, 2021).

Hal utama yang mengakibatkan timbulnya banyak korban akibat bencana

adalah karena kurangnya kesiapsiagaan masyarakat tentang dalam

mengantisipasi bencana tersebut. Faktor utama yang menjadi kunci

kesiapsiagaan adalah pengetahuan, sikap dan kepedulian siap siaga dalam

menghadapi bencana (Niken & Andri Setyorini, 2020)

Hasil penelitian Sari & Husna (2017), mendapatkan bahwa tingkat

kesiapsiagaan bencana masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan

menunjukan sebanyak 40 orang (57,1%) daerah risiko tinggi dan 52 orang

(74,3%) daerah risiko rendah tidak siap menghadapi bencana. Sedangkan

menurut hasil penelitian Hildayanto (2020), diketahui bahwa jumlah

masyarakat yang memiliki pengetahuan kesiapsiagaan baik sebanyak 36

orang (36,4%), sedangkan jumlah masyarakat yang memiliki pengetahuan

kesiapsiagaan kurang sebanyak 63 orang (63,6 %). Dan jumlah masyarakat


4

yang memiliki sikap kesiapsiagaan baik sebanyak 46 orang (46,5%),

sedangkan jumlah masyarakat yang memiliki sikap kesiapsiagaan kurang

sebanyak 53 orang (53,5%).

Ketika dalam situasi darurat bencana, kebutuhan kesehatan

reproduksi sering terabaikan. Risiko komplikasi pada perempuan ketika

melahirkan dapat meningkat, karena terpaksa harus melahirkan tanpa

bantuan tenaga kesehatan. Risiko terhadap kekerasan seksual, kehamilan

yang tidak diingankan dan penularan HIV dapat terjadi (Ika Fajarini &

Amin Abdullah, 2018). Pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi

darurat bencana dilaksanakan melalui Paket Pelayanan Awal Minimum

(PPAM) pada saat awal bencana (Veri et al., 2020).

Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) merupakan serangkaian

kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang harus segera dilaksanakan

pada tanggap darurat kesehatan krisis kesehatan dalam rangka

menyelamatkan jiwa pada kelompok rentan. PPAM harus tersedia pada

situasi krisis kesehatan karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan

reproduksi tetap ada bahkan justru meningkat seperti ibu hamil yang

membutuhkan pelayanan dan dapat melahirkan sewaktu-waktu dan terdapat

15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi dalam kehamilan dan

persalinan (Hildayanto, 2020).

Jika Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) tidak dilaksanakan,

akan memiliki konsekuensi: 1)meningkatnya kematian maternal dan

neonatal, balita dan lanjut usia, 2)meningkatnya risik kasus kekerasan,


5

seksual dan komplikasi lanjutan, 3)meningkatnya penularan Infeksi Menular

Seksual (IMS), 4)terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi

yang tidak aman, 5)terjadinya penyebaran HIV (Hildayanto, 2020).

Secara statistik jumlah ibu hamil dalam kondisi darurat adalah 4 %

dari jumlah populasi, 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi

misalnya perdarahan, eklampsia, dll. Ibu-ibu yang mengalami komplikasi

ini harus segara mendapat pertolongan segera. Ketidaktersedianya layanan

kegawatdaruratan kebidanan akan menyebabkan risiko meningkatnya

kematian ibu (Prijatni & Rahayu, 2018). Menurut data dari The United

Nations Population Fund (UNFPA) menunjukan bahwa 20% kehamilan

terjadi di saat krisis akan berakhir dengan keguguran, atau aborsi yang tidak

aman. Hal inilah yang berusaha dicegah oleh PKBI dan BNPB, melalui

program Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) untuk kesehatan

reproduksi (Arief, 2021).

Menurut pengalaman respon bencana sebelumnya menunjukan

bahwa dalam situasi bencana, selalu ada ibu yang melahirkan atau

mengalami komplikasi kehamilan seperti kasus seorang ibu yang

melahirkan ketika gempa di Padang pada bulan Oktober 2009 dan ibu yang

melahirkan saat terjadi letusan gunung Merapi di Yogyakarta tahun 2010.

Di Padang, ibu harus diangkut dengan mobil bak terbuka untuk mencapai

tempat bidan ketika gempa terjadi dan bidan menolong ibu di luar rumah

dengan peralatan seadanya (Iswarani et al., 2020).


6

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Palmeiro-Silva et al.,

(2018) mengemukakan dampak yang dirasakan ibu hamil pada saat bencana

gempa bumi mengakibatkan kelahiran lebih awal dan pengurangan panjang

dan lingkar kepala pada keturunannya. Sedangkan Menurut Khatri et al.,

(2020) menyebutkan bahwa kesehatan mental ibu hamil harus diprioritaskan

dalam penanganan bencana bukan hanya karena beban yang dialami ibu

tetapi juga karena risiko tumbuh kembang bayinya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik

melakukan penelitian untuk mengetahui “Pengaruh penyuluhan Paket

Pelayanan Awal Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap

kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan”.

B. Rumusan Masalah

Apakah pengaruh penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum

kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap kesiapsiagaan dalam situasi krisis

kesehatan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan Paket Pelayanan Awal

Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap kesiapsiagaan

dalam situasi krisis kesehatan.

2. Tujuan khusus
7

a. Untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan

sebelum dilakukan penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minumum

kesehatan reproduksi ibu hamil

b. Untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan

sesudah dilakukan penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minumum

kesehatan reproduksi ibu hamil

c. Untuk menganalisis Paket Pelayanan Awal Minumum kesehatan

reproduksi dalam situasi krisis kesehatan terhadap kesiapsiagaan ibu

hamil

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan mengenai penyuluhan Paket Pelayanan

Awal Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap kesiapsiagaan

dalam situasi krisis kesehatan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

tindak lanjut untuk memberikan intervensi mengenai kesiapsiagaan

ibu hamil dalam situasi krisis kesehatan.

b. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Dapat digunakan sebagai sumber bahan bacaan untuk penelitian

selanjutnya atau dijadikan referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan kebidanan khususnya tentang penyuluhan Paket


8

Pelayanan Awal Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap

kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan peneliti

sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama

kuliah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Krisis Kesehatan

1. Definisi krisis kesehatan

Krisis kesehatan merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam kesehatan individu atau masyarakat yan disebabkan oleh

bencana dan/atau berpotensi bencana (Kementrian Kesehatan RI, 2017).

Mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2019 tentang

Penanggulangan Krisis Kesehatan disebutkan bahwa Krisis kesehatan

merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan

timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau adanya

potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang

membutuhkan respon cepat diluar kebiasaan normal dan kapasitas

kesehatan tidak memadai.

2. Tahapan kegiatan krisis kesehatan

Berdasarkan Pedoman Pelakanaan PPAM Kespro pada Krisis

Kesehatan yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan RI (2017)

Kegiatan krisis kesehatan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Pra krisis kesehatan

Merupakan serangkaian kegiatan kesiagaan krisis kesehatan

yang dilakukan pada situasi tidak terjadi bencana atau situasu

terdapat potensi terjadinya bencana yang meliputi kegiatan

9
10

perencanaan penanggulangan krisis kesehatan, pengurangan risiko

krisis kesehatan, pendidikan dan pelatihan, penetapan persyaratan

satndar teknis dan analisis penanggulangan krisis kesehatan,

kesiapsiagaan dan mitigasi kesehatan.

b. Tanggap darurat krisis kesehatan

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera

pada saat kejadian akibat bencana untuk menemani dampak ksehatan

yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan

evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan

pemulihan korban, memastikan ketersediaan prasarana serta fasilitas

pelayanan kesehatan.

c. Pasca krisis kesehatan

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera

untuk memperbaiki, memulihkan, dan/atau membangun kembali

prasarana dan fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Konsep Kesiapsiagaan

1. Definisi kesiapsigaan

Kesiapsiagaan yakni kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah yang

dilakukan sebelum terjadinya bahaya-bahaya alam untuk meramalkan

dan mengingatkan orang akan kemungkinan adanya kejadian bahaya

(Paramesti, 2011).
11

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana, kesiapsiagaan bencana adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

perngorganisasian dan langkah yang tepat serta berdaya guna.

Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

manajemen penanggulangan bencana secara terpadu.

Kesiapsiagaan bencana dilaksanakan oleh pemerintah untuk

memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat

terjadi bencana. Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan bencana

dikoordinasikan oleh BNPB dan/atau BPBD dalam bentuk:

1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan

bencana

2) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini

3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan

dasar

4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang

mekanisme tanggap darurat

5) Penyiapan lokasi evakuasi

6) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap

tanggap darurat bencana

7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana


12

2. Parameter kesiapsiagaan

Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) ada lima parameter yang

digunakan untuk mengkaji tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam

kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana yaitu :

a. Pengetahuan tentang risiko bencana yang dimiliki oleh masyarakat

akan mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap dan siaga

dalam mengantisipasi bencana, terutama penduduk yang tinggal di

daerah pesisir yang rentan terhadap gempa dan tsunami.

b. Kebijakan dan panduan merupakan upaya konkret untuk

melaksanakan kegiatan siaga bencana. Kebijakan dan panduan yang

berpengaruh terhadap kesiapsiagaan meliputi pendidikan publik,

emergency planning, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi

sumber daya, termasuk pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan

fasilitas-fasilitas penting untuk kondisi darurat bencana. Kebijakan

dapat dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi lebih konkret apabila

berbentuk peraturan, seperti SK dan Perda.

c. Rencana tanggap darurat terkait dengan evakuasi, pertolongan dan

penyelamatan agar korban bencana dapat diminimalkan. Berbagai

tindakan tanggap darurat sangat penting untuk meminimalkan

jatuhnya korban, terutama pada saat terjadi bencana dari hari

pertama sampai haru ketiga sebelum bantuan datang.

d. Parameter peringatan bencana yang meliputi tanda peringatan dan

distribusi informasi akan terjadi bencana tidak kalah pentinganya


13

dengan parameter lainnya. Adanya peringatan dini dapat mengurangi

korban jiwa, harta benda, dan kerusakan lingkungan. Berkaitan

dengan hal tersebut, diperlukan latihan dan simulasi apa yang harus

dilakukan apabila mendengar peringatan, ke mana dan bagaimana

harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu sesuai dengan lokasi

di mana masyarakat sedang berada saat terjadi bencana.

e. Parameter mobilisasi sumber daya baik sumber daya manusia

(SDM), pendanaan, dan prasarana-sarana penting keadaan darurat

merupakan potensi yang dapat mendukung kesiapsigaan. Namun

sebaliknya, mobilisasi sumber daya juga menjadi kendala apabila

mobilisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu,

mobilisasi sumber daya merupakan parameter kesiapsiagaan yang

cukup penting.

3. Rencana kesiapsiagaan

Bencana sering terjadi tanpa peringatan sehingga membutuhkan

pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapinya. Salah satu

kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah rencana

kesiapsiagaan.

Tiga upaya utama dalam menyusun rencana kesiapsiagaan menghadapi

bencana yaitu:

a. Memiliki sebuah rencana darurat keluarga. Rencana ini mencakup :

1) Analisis ancaman di sekitar

2) Identifikasi titik kumpul


14

3) Nomor kontak penting

4) Ketahui rute evakuasi

5) Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas, dan listrik

6) Identifikasi titik aman dalam bangunan atau rumah

7) Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-anak, ibu hamil,

lanjut usia, dan penyandang disabilitas.

b. Tas siaga bencana (TSB)

Tas siaga bencana (TSB) merupakan tas yang dipersiapkan

anggota keluarga untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana

atau kondisi darurat lain.

Tujuan TSB sebagai persiapan untuk bertahan hidup saat bantuan

belum datang dan memudahkan kita saat evakuasi menuju tempat

aman. Berikut contoh kebutuhan dasar Tas Siaga Bencana untuk 3

hari :

1) Surat-surat penting

Seperti surat-surat tanah, surat kendaraan, ijazah, akte kelahiran

dan sebagainya.

2) Pakaian untuk 3 hari

Seperti pakaian dalam, celana panjang, jaket, selimut, handuk,

jas hujan dan sebagainya

3) Makanan ringan tahan lama

Seperti mie instant, biskuit, abon, coklat dan sebagainya


15

4) Air minum

Setidaknya bisa mendukung kebutuhan kurang lebih 3 hari

5) Kotak obat-obatan/P3K

Seperti obat-obatan pribadi dan obat-obatan umum lainnya.

6) Radio/ponsel

Radio/ponsel beserta baterai/charger/powerbank untuk

memantau informasi bencana

7) Alat bantu penerangan

Seperti senter, lampu kepala(handlamp), korek api, lilin dan

sebagainya

8) Uang

Siapkan uang tunai secukupnya untuk perbekalan selama kurang

lebih 3 hari

9) Peluit

Alat bantu untuk meminta pertolongan saat darurat

10) Masker

Alat bantu pernafasan untuk menyaring udara kotor/tercemar

11) Perlengkapan mandi

Seperti sabun mandi, sampo, sikat gigi, pasta gigi, sisir, cotton

bud, dan sebagainya.

c. Menyimak informasi dari berbagai media

Pada saat keadaan gawat darurat kita dapat mendapatkan

informasi dari berbagai media seperti radio, televisi, media online,


16

maupun sumber lain yang resmi. Informasi resmi mengenai

penanganan darurat dapat kita peroleh dari BPBD,BNPB, dan

kementrian atau lembaga terkait. Apabila sudah terbentuk posko,

informasi lanjutan akan diberikan oleh posko setempat.

4. Manajemen Kesiapsiagaan

Berdasarkan Buku Pedoman Kesiapsiagaan bencana, yang

diterbitkan oleh BNPB (2017) Secara umum, kegiatan latihan

kesiapsiagaan bencana terbagi menjadi lima tahapan utama, yakni tahap

perencanaan,persiapaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.

a. Tahap perencanaan

1) Membentuk tim perencana

a) Bentuk organisasi latihan kesiapsiagaan agar pelaksanaan

evakuasi berjalan dengan baik dan teratu

b) Tim perencana terdiri dari pengarah, penanggung jawab,

bidang perencanaan yang ketika pelaksanaan tim

perencanaan berfungsi sebagai tim pengendali.

c) Jumlah anggota terdiri tergantung tingkat kompleksitas

latihan yang dirancang.

d) Anggota organisasi bertanggungjawab pada perencanaan,

pelaksanaan, hingga akhir latihan.


17

2) Menyusun rencana latihan kesiapsiagaan

Menyusun rencana latihan kesiapsiagaan (aktivasi sirine dan

evakuasi mandiri) yang melibatkan populasi di lingkungan

tempat tinggal, kantor, sekolah, area publik, dan lain-lain.

Rencana latihan tersebut berisi :

a) Tujuan, sasaran, dan waktu pelaksanaan latihan

kesiapsiagaan

b) Jenis ancaman yang dipilih atau disepakati untuk latihan

kesiapsiagaan sebaiknya disesuaikan dengan ancaman di

wilayah masing-masing

c) Membuat skenario kesiapsiagaan

d) Menyiapkan atau mengkaji ulang SOP/ PROTAP yang sudah

ada untuk memastikan kembali

e) Menentukan tempat pengungsian yang dipilih seteah

mempertimbangkan kapsitas ketersediaan logistik (seperti

makanan atau minuman, pakaian, obat-obatan dan peralatan

medis, keperluan tidur, peralatan kebersihan, bahan bakar

dan lain-lain), serta ketersediaan fasilitas umum

f) Menetapkan dan menyiapkan jalur evakuasi

g) Orientasi sebelum latihan

h) Dalam melaksanakan latihan yang akan melakukan simulasi

juga dapat mengundang pengamat atau observer untuk


18

membantu memberikan masukan dan umpan balik proses

latihan untuk perbaikan kedepannya.

i) Perencanaan dokumentasi

b. Tahap persiapan

Persiapan dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan

latihan kesiapsiagaan. Dalam persiapan ini yang terutama dilakukan

adalah:

1) Briefing

Briefing dilakukan untuk mematangkan perencanaan latihan.

Pihak-pihak yang perlu melakukan briefing antara lain tim

perencana, peserta simulasi, dan tim evaluator/observer.

Informasi penting yang disampaikan pada kegiatan ini, yakni:

a) Waktu

Alur waktu dan durasi waktu yang ditentukan sesuai

PROTAP/SOP simulasi

b) Batasan simulasi

Batasan-batasan yang ditentukan selama simulasi, berupa apa

yang dapat dan tidak dapat dilakukan selama simulasi

c) Lokasi

Tempat dimana simulasi akan dilakukan

d) Keamanan

Hal-hal yang harus dilakukan untuk keamanan simulasi dan

prosedur darurat selama simulasi


19

2) Memberikan poster, leaflet, atau surat edaran kepada siapa saja

yang terlibat latihan kesiapsiagaan

3) Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung,

khususnya yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat.

Misalnya, gedung dan fasilitas medis, persediaan barang-barang

untuk kondisi darurat, dan lain-lain.

4) Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang

mudah dilihat semua orang

c. Tahap pelaksanaan

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan kesiapsiagaan

berlangsung :

1) Tanda peringatan

Tentukan tiga tanda peringatan berikut :

a) Tanda latihan dimulai

b) Tanda evakuasi

c) Tanda latihan berakhir

Tanda bunti yang menandakan dimlainya latihan, tanda evakuasi

dan tanda latihan berakhir. Tanda mulainya laihan dapat

menggunakan tiupan peluit atau tanda bunyi lainnya. Tanda ini

harus berbeda dengan tanda peringatan dini untuk evakuasi

seperti pukulan lonceng/sirine/megaphone/bel panjang menerus

dan cepat, atau yang telah disepakati. Tanda latihan berakhir

kembali menggunakan peluit panjang.


20

2) Reaksi terhadap peringatan

Latihan ini ditujukan untuk menguji reaksi peserta latih dan

prosedur yang ditetapkan. Pastikan semua peserta memahami

bagaimana harus bereaksi terhadap tanda-tanda peringatan.

Seluruh komponen latihan, harus bahu membahu menjalankan

tugasnya dengan baik.

3) Dokumentasi

Rekamlah proses latihan dengan kamera seperti foto dan video.

Seluruh peserta, pelaksana maupun yang bertugas dapat

bersama-sama melihat hal-hal ang baik atau masih perlu

diperbaiki, secara lebih baik dengan rekaman dokumentasi.

d. Tahap evaluasi dan rencana perbaikan

Evaluasi adalah salah satu komponen yang penting dalam latihan.

Dalam mengevaluasi beberapa hal yang harus dipertimbangkan :

1) Apakah peserta memahami tujuan dari latihan ?

2) Siapa saja yang berperan aktif dalam latihan ?

3) Bagaimana kelengkapan peralatan pendukung atihan

4) Bagaimana respon peserta latih?

5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan-

tindakan di dalam setiap latihan?

6) Apa hal-hal yang sudah baik dan hal-hal yang perlu diperbaiki ?
21

C. Konsep Manajemen Krisis Kesehatan Ibu Hamil

1. Kelompok rentan ibu hamil

Kelompok rentan ibu hamil menurut Undang-undang Nomor 24

tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu penyelenggaraan

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat adalah perlindungan

terhadap kelompok rentan. Kelompok rentan bencana menurut undang-

undang ini adalah bayi, balita, dan anak-anak, ibu yang mengandung

atau menyusui, penyandang cacat dan orang lanjut usia. Perlindungan

terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan prioritas

kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,

pelayanan kesehatan, dan psikososial

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rentan terlebih pada

saat kejadian bencana. Mereka memiliki kebutuhan yang berbeda,

sehingga diperlukan penanganan yang tersendiri, misalnya untuk

pemenuhan kebutuhan gizi, pemantauan ibu hamil risiko tinggi, dll.

Pada situasi normal, Angka Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian

Bayi(AKB) di indonesia masih tinggi dan jumlah kematian akan dapat

meningkat pada situsi krisis kesehatan sehingga upaya mencegah

meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal harus

menjadi prioritas penting.

Pada situasi krisis kesehatan, pelayanan kesehatan reproduksi ada

kalanya tidak tersedia bahkan justru meningkat pada situasi bencana. Ibu

hamil dapat melahirkan sewaktu-waktu dan bisa saja terjadi komplikasi,


22

sehingga membutuhkan layanan kesehatan reproduksi berkualitas.

Penanggung jawab komponen maternal neonatal harus berkoordinasi

untuk memastikan setiap ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi baru lahir

untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan.

2. Manajemen krisis kesehatan ibu hamil

Menurut Pedoman Pelakanaan PPAM Kespro pada Krisis

Kesehatan yang diterbitkan Kementrian Kesehatan RI (2017), Langkah-

langkah yang dilakukan untuk mencegah meningkatnya kesakitan dan

kematian maternal dan neonatal adalah:

a. Pendataan dan pemetaan ibu hamil, ibu pasca persalinan dan bayi

baru lahir ditempat-tempat pengungsian.

Pendataan dan pemetaan ibu hamil dilakukan sejak awal bencana

oleh penanggung jawab dengan keterlibatan aktif semua anggota sub

klaster. Informasi tentang jumlah dan lokasinya digunakan untuk

merencanakan penjangkauan pelayanan kesehatan dan pemantauan.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam pendataan dan pemetaan

ibu hamil:

1) Kumpulkan data sekunder dari program KIA yang ada

dipuskesmas setempat

2) Siapkan peta daerah setempat dan menandai lokasi dan jumlah

sasaran ibu hamil


23

3) Lakukan pencatatan ulang dilokasi terdampak dan pengungsian

dengan pengambilan data primer berdasarkan data aktual di

lapangan. Gunakan format wawancara ibu hamil

4) Lakukan pembuatan tematik dengan metode tumpang susun

(overlay).

5) Overlay pada peta dilakukan terhadap beberapa data/indikator

seperti jumlah ibu hamil dan indikator dapat ditambahkan sesuai

dengan kebutuhan.

6) Lakukan pemetaan untuk perencanaan dan respon cepat dalam

memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dilapangan.

b. Melakukan pemetaan puskesmas dan rumah sakit

Pemetaan dan penilaian puskesmas rawat inap dan rumah sakit

minimal kelas C dilakukan oleh penanggung jawab komponen

maternal dan neonatal untuk mengetahui kemudahan akses dan

kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan

layanan kesehatan reproduksi sesuai dengan standar. Hal-hal lain

yang harus diobservasi, antara lain adalah:

1) Kondisi bangunan rumah terhadap kelayakan untuk memberikan

pelayanan kesehatan reproduksi

2) Ketersediaan peralatan, obat-obatan dan sumber daya manusia,

untuk mengetahui kemampuan fasilitas kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan prosedur tepat

melakukan rujukan termasuk stabilisasi pasien


24

3) Kondisi geografis, termasuk kemudahan dalam mengakses

fasilitas pelayanan kesehatan dengan menghitung perkiraan

waktu tempuh dan jarak tempuh. Apabila tidak memungkinkan

untuk mengakses fasilitas pelayanan keseatan dalam waktu

singkat, perlu dipertimbangkan penggunaan Public Safety

Center ( PSC 119). Pastikan adanya informasi tentan prosedur

pelayanan kesehatan, yang menyebutkan kapan, dimana dan

bagaimana merujuk pasien dengan kondisi kegawatdaruratan

maternal dan neonatal ke tingkat pelayanan kesehatan lebih

lanjut.

4) Transportasi, ketersediaan transportasi dalam mengakses

fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dalam 24 jam terutama

apabila akan merujuk kasus kegawatdaruratan maternal

neonatal. Penanggung jawab komponen maternal neonatal

memastikan ada petugas pendamping dan alat transportasi yang

digunakan untuk merujuk. Pastikan stabilisasi pasien sudah

dilakukan sebelum merujuk.

c. Memastikan petugas dapat menjangkau ibu hamil dan adanya tempat

khusus ibu hamil yang akan melahirkan dalam waktu dekat.

Penempatan ibu hamil dan bayi baru lahir di pengungsian

menjadi penting karena terdapat risiko mengalami komplikasi

hiperemesis, risiko keguguran, ketuban pecah dini dan bayi baru

lahir dapat mengalami infeksi yang didapat dari lingkungan.


25

Penjangkauan dilakukan untuk memudahkan tenaga kesehatan

memberikan pelayanan yang optimal dan memudahkan dalam

pemantauan kesehatan. Penanggung jawab komponen maternal

neonatal perlu memastikan bahwa:

1) Mengelompokan ibu hamil pada trimester ketiga atau yang

memiliki risiko tinggi pada satu tempat yang berada dekat

tempat pelayanan kesehatan.

2) Menyiapkan alat transportasi yang dapat digunakan seaktu-

waktu untuk melakukan rujukan apabila terjadi

kegawatdaruratan maternal neonatal. Persiapan transportasi

termasuk kesiapan petugas, supir, bensin, dll.

3) Menyediakan fasilitas yang mendukung kesehatan dengan

memperhatikan keamanan serta kenyamanan sarana dan

prasarana di dalam tempat pengungsian bagi ibu hamil dan bayi

baru lahir( kecukupan air bersih, suhu ideal, sirkulasi udara yang

baik, privasi yang terjaga, situasi yang kondusif bagi kondisi

psikologis ibu hamil, dll)

4) Ibu hamil pada trimester ketiga diberikan kit individu (kit ibu

hamil). Penjangkauan ibu hamil dan bayi baru lahir di

pengungsian dapat memudahkan untuk pemberian layanan yang

tepat dalam penanganan masalah kesehatan ibu hamil tersebut.


26

5) Pastikan tempat tertutup dalam melakukan AnteNatalCare

(ANC) dan jika terdapat tanda-tanda bahaya kehamilan atau

persalinan segera rujuk.

6) Berikan edukasi kepada ibu hamil, suami dan keluarga tentang

tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan pascapersalinan,

apabila ditemukan tanda bahaya segera menghubungi petugas

kesehatan. Gunakan buku KIA untuk mengedukasi ibu, suami

dan keluarga.

d. Berkoordinasi dengan subklaster gizi untuk ketersediaan konselor

ASI di pengungsian

Sejak hamil, ibu dimotivasi untuk memberikan ASI kepada

bayinya. Ibu pascapersalinan di pengungsian tetap dianjurkan untuk

memberikan ASI secara ekslusif. Ada kondisi lingkungan yang

kurang mendukung, ibu mungkin tidak dapat memberikan ASI

secara optimal sehingga keberadaan tenaga konselor ASI di

pengungsian mungkin diperlukan. Konselor ASI tidak terbatas pada

tenaga kesehatan saja tetapi dapat juga masyarakat yang sudah

mengikuti pelatihan konselor ASI. Suami dan keluarga diharapkan

dapat mendukung ibu untuk memberikan ASI. Konselor ASI akan

memberikan informasi, memotivasi dan mengedukasi ibu dan

keluarga agar tetap memberikan ASI secara ekslusif kepada bayi di

pengungsian.
27

Penanggung jawab komponen maternal neonatal

berkoordinasi dengan koordiantor sub klaster kesehatan reproduksi

berkoordinasi dengan sub klaster gizi untuk:

a) Penyediaan tenaga konselor ASI bula dibutuhkan

b) Menyiapkan pelaksanaan konseling Asi dilakukan berkelompok

atau secara individu, disesuaikan dengan kondisi pengungsian

dan jumlah ibu yang akan dikonseling.

c) Menyusun jadwal, waktu dan tempat pelaksanaan konseling ASI

e. Memastikan ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan maternal

neonatal dan rujukan 24 jam/7 hari.

1) Pada setiap kehamilan dapat terjadi komplikasi sewaktu-waktu

yang dapat mengakibatkan keadaan kegawatdaruratan maternal

neonatal. Untuk itu penanggung jawab komponen maternal

neonatal wajib memastikan tersedianya:

(a) Petugas kesehatan terlatih dengan jadwal jaga 24 jam/7 hari

(b) Alat dan obat kegawatdaruratan tersedia

(c) Sistem rujukan yang berfungsi( tarnsportasi,

radiokomunikasi, stabilisasi pasien, kesiapan fasilitas

pelayanan kesehatan yang dituju)

2) Jika pelayanan rujukan 24 jam/7 hari tidak tersedia maka

penanggung jawab komponen maternal neonatal perlu

memastikan adanya petugas kesehatan di puskesmas yang tetap


28

dapat melakukan pelayanan kegawtdaruratan maternal neonatal

melalui bimbingan dan konsultasi ahli.

3) Pelayanan dan asuhan pasca keguguran.

f. Memastikan asupan gizi yang cukup bagi kelompok rentan

khususnya ibu hamil.

Asupan gizi yang cukup dan baik harus dipenuhi untuk

kelompok rentan khusunya ibu hamil. Ibu hamil dianurkan untuk

konsumsi beragam makanan dengan pola gizi seimbang dan

proporsional. Penanggung jawab komponen maternal neonatal perlu

memastikan:

1) Kecukupan gizi bagi kelompok rentan ibu hamil dengan cara

berkoordinasi dengan koordinator sub klaster gizi dan klaster

perlindungan dan pengungsian untuk menyediakan makanan

yang sesuai dengan pola gizi seimbang

2) Pengolahan makanan dilakukan secara higienis dan

mempertimbangkan ketersediaan bahan pangan lokal

3) Penggunaan buku KIA untuk pemantauan kecukupan gizi

4) Apabila didapatkan ibu hamil dengan permasalahan gizi,

penanggung jawab komponen maternal neonatal dapat

berkoordinasi dengan sub klaster gizi dan sub klaster pelayanan

kesehatan untuk Pemberian Makanan Tambahan(PMT) kepada

ibu hamil.
29

D. Konsep Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)

1. PPAM Kesehatan reproduksi

Paket Pelaksanaan Awal Minumun (PPAM) merupakan

serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang harus segera

dilaksanakan pada tanggap darurat krisis kesehatan dalam rangka

menyelamatakan jiwa pada kelompok rentan .

Ketersediaan layanan kesehatan reproduksi sejak awal

bencana/krisis kesehatan dilakukan PPAM kesehatan reproduksi.

Sasaran PPAM adalah penduduk yang merupakan kelompok rentan

kesehatan reproduksi yaitu ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu

pascapersalinan, ibu menyusui, anak perempuan, remaja dan wanita usia

subur.

PPAM kesehatan reproduksi dilaksanakan pada saat fasilitas

pelayanan kesehatan tidak berfungsi atau akses terhadap pelayanan

kesehatan reproduksi sulit terjangkau oleh masyarakat terdampak.

PPAM kesehatan reproduksi diterapkan pada semua jenis bencana, baik

bencana alam maupun nonalam. Kebutuhan terhadap pelayanan

kesehatan reproduksi disesuaikan dengan hasil penilaian kebutuhan

awal, yang dilakukan oleh petugas kesehatan di lapangan/angota sub

klaster kesehatan kesehatan reproduksi.

Jika PPAM kesehatan reproduksi tidak di laksanakan, akan memiliki

konsekuensi:
30

a. Meningkatnya kematian maternal dan neonatal

b. Meningkatnya risiko kasus kekerasan seksual dan komplikasi

lanjutan

c. Meningkatnya penularan infeksi menular seksual

d. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak

aman

e. Terjadinya penyebaran HIV

2. Komponen dan waktu pelaksanaan PPAM

PPAM dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan kelompok rentan

kesehatan reproduksi yang terdampak bencana seperti ibu hamil,

bersalin, pascapersalinan, bayi baru lahir, remaja dan WUS.]

Komponen PPAM kesehatan reproduksi dilaksanakan segera

mendapatkan hasil penilaian dari timkaji cepat dilapangan ( tim RHA)

PPAM terdiri dari 5 komponen sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi koordinator PPAM kesehatan reproduksi

b. Mencegah dan menangani kekerasan seksual

c. Mencegah penularan HIV

d. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan

neonatal

e. Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dan

terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi stabil

pascakrisis kesehatan
31

3. Logistik PPAM

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang optimal

diperlukan ketersediaan paket dan perlengkapan PPAM. Ada tida jenis

paket (kit) yaitu: kit individu, kit persalinan di lapangan, kit kesehatan

reproduksi serta alat dan sarana penunjang. Semua kebutuhan logistik

ini harus disiapkan pada tahap prakrisis kesehatan sebagai bagian dari

kegiatan kesiapsiagaan bencana. Penyediaan dan pendistribusian

losgistik dapat dilakukan secara mandiri oleh pemerintah maupun pihak

lainnya. Berikut adalah uraian tentang jenis-jenis paket dan logistik

PPAM:

a. Kit individu

1) Berisi barang kebutuhan pribadi sesuai sasaran kesehatan

reproduksi

2) Dikemas dalam kantong/warna tertentu yaitu: ibu hamil (kit

warna hijau), ibu pasca persalinan (kit warna oranye), bayi baru

lahir ( kit warna merah), dan kit hygiene untuk wanita usia

subur(kit warna biru).

3) Kit diberikan diberikan sesegera mungkin pada awal terjadi

krisis kesehatan sesuai kebutuhan dari hasil kaji cepat tim

lapangan

Penanggung jawab komponen logistik PPAM menyiapkan dan

mendistribusikan kit individu dengan cara:


32

1) Menghitung kebutuhan kit individu dengan menggunakan data

real dilapangan, atau apabila data belum tersedia, dapat

menggunakan estimasi jumlah sasaran dari total jumlah

pengungsi di wilayah tersebut.

2) Mendistribusikan kit individu sesuai dengan sasaran, yaitu:

a) Kit ibu hamil untuk ibu hamil khususnya trimester tiga

b) Kit ibu pasca persalinan untuk ibu nifas

c) Kit bayi baru lahir untuk bayi sampai usia 3 bulan

d) Kit hygiene untuk WUS

3) Apabila kit individu belum tersediam penanggung jawab PPAM

dapat mengkoordinasikan kebutuhan tersebut kepada para

pemberi bantuan/donatur dalam krisis kesehatan.

4. Kit individu ibu hamil

Berdasarkan Pedoman dukungan logistik PPAM Kespro pada

situasi krisis yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI(2017).

Beberapa contoh barang yang diperlukan untuk berada di dalam kit

individu ibu hamil , sebagai berikut:

No Jenis Barang Jumlah Keterangan


Per Kit
(1) (2) (3) (4)
1. Bra khusus ibu hamil 3 Ukuran 38-40
Cup B dan C
Lingkar dada 83-90
cm
2. Kain panjang (jarik) 1 Bahan katun
3. Celana dalam (ukuran 3 Minimal lingkar
33

besar) pinggang 80-100 cm


(1) (2) (3) (4)
4. Baju hamil lengan daster/ 1 Minimal lingkar dada
baju hamil lengan panjang 100 cm
Minimal lingkar
pinggang/panggul 110
cm
5. Selimut 1
6. Sabun mandi 3 buah Minimal expired 2
(85 gr) tahun
7. Pasta gigi 3 buah Minimal expired 2
(75 gr) tahun
8. Sampo 3 botol Minimal expired 2
(80 ml) tahun
9. Sikat gigi 1
10. Handuk sedang 1
11. Senter dan baterai 1
12. Sandal 1 Ukuran kaki 38-40
13. Sisir 1
14. Peluit 1
15. Jerigen air 1 Dapat dilipat
16. Tas warna hijau dengan 1
tulisan Kit Ibu Hamil
17. Katalog didalam dan diluar 2
tas

E. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan

Paket Pelayanan Awal Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap

kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan di Puskesmas Baluase. Variabel

yang terdapat pada penelitian ini dan kemudian akan diteliti berjumlah satu

variabel independen (Pengaruh penyuluhan Paket Pelayanan Awal

Minimum Kesehatan Reproduksi ibu hamil) dan satu variabel dependen

(Kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan). Sehingga kerangka

konsepnya sebagai berikut:


34

Variabel independen Variabel Dependen

Paket Pelayanan Awal


Kesiapsiagaan dalam
Minimum Kesehatan
situasi Krisis kesehatan
Reproduksi ibu hamil

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan sebuah pernyataan atau jawaban

yang dibuat sementara dan akan diuji kebenarannya (I Made Sudarma

Adiputra & dkk, 2021). Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ha : ada pengaruh penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum

kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap kesiapsiagaan dalam situasi

krisis kesehatan

2. Ho : tidak ada pengaruh penyuluhan Paket Pelayanan Awal

Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap kesiapsiagaan dalam

situasi krisis kesehatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu pre eksperimen dengan

rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah the one group pre-

test and post-tes.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu

dengan memberikan kuesioner secara langsung sebelum melakukan

penyuluhan dan kemudian memberikan kembali kuesioner post-tes

setelah diberikan penyuluhan dengan melibatkan satu kelompok yang

sama. Pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara membandingkan

hasil dari pre-test dengan post-test. Adapun ilustrasi dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

Keterangan:

O1 : Pengukuran pertama (pre-test)

X : Perlakuan atau penyuluhan

O2 : Pengukuran kedua (post-test)

35
36

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2022 di

wilayah kerja Puskesmas Baluase

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoadmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu hamil yang terdata di wilayah kerja Puskesmas Baluase

Tahun 2022. Adapun jumlah yang menjadi populasi yaitu 50 ibu

hamil.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek yang diteliti atau dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2012). Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan Non

Probability Sampling dengan pendekatan Total Sampling

merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2017). Alasan mengambil total sampling

karena jumlah populasi yang kurang dari 100.

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang ibu

hamil.
37

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah

Penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum kesehatan

reproduksi ibu hamil.

b. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah

kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan.

2. Definisi operasional

Definisi operasional adalah pengertian variabel-variabel yang diteliti

untuk mengarahkan pada pengamatan terhadap variabel yang

bersangkutan.

a. Penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum kesehatan

reproduksi ibu hamil

Penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)

dilakukan dengan cara penyebaran pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga ibu hamil sadar, paham, dan mengerti tetapi

berbuat sesuatu dan dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan

untuk mempersiapkan diri saat situasi krisis kesehatan.

Cara ukur : pengisian presensi

Alat ukur : prensensi

Skala ukur : nominal

Hasil ukur :
38

Hadir = 1

Tidak = 0

b. Kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan

Kesiapsiagaan adalah kemampuan responden (ibu hamil)

dalam menjawab dengan benar atas pertanyaan mengenai

kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi krisis kesehatan.

Cara ukur : pengisian kuesioner

Alat ukur : kuisioner

Skala ukur : ordinal

Hasil ukur :

1) Sangat siap, apabila responden menjawab benar dari 80% -

100% dari seluruh pertanyaan

2) Siap, apabila responden menjawab benar dari 65% -80% dari

seluruh pertanyaan

3) Hampir siap, apabila responden menjawab benar dari 55% -

64% dari seluruh pertanyaan

4) Kurang siap, apabila responden menjawab benar dari 40% -

54% dari seluruh pertanyaan

5) Tidak siap, apabila responden menjawab benar dari 0% -39%

dari seluruh pertanyaan


39

E. Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sumber pengumpulan data dan instrumen

yang meliputi :

1. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari responden (ibu hamil) melalui

pengisian identitas dan kuesioner. Data mengenai kesiapsiagaan ibu

hamil dalam situasi krisis kesehatan diperoleh dari hasil kuesioner

dalam melakukan pretest dan posttest, dimana peneliti membagikan

kuesioner terlebih dahulu(pretest) sebelum melakukan penyuluhan

dan setelah melakukan penyuluhan peneliti membagikan kuesioner

kembali (posttest).

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan

Provinsi Kesehatan Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan Kabupaten

Sigi, BPBD Provinsi sulawesi tengah, BPBD Kabupaten Sigi dan

Puskesmas Baluase.

3. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

4. Alur penelitian

Adapun alur penelitian ini, yaitu :

a. Tahap awal

1) Meminta surat izin penelitian di Prodi Sarjana Terapan

Kebidanan untuk pengambilan data awal di Dinas Kesehatan


40

Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi,

Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) kabupaten

sigi, dan Puskesmas Baluase.

2) Mengambil data lokasi daerah yang rawan terkena bencana di

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dan Badan

Penanggulangan Badan Daerah (BPBD)Kabupaten Sigi

3) Mengambil data jumlah ibu hamil tahun 2021 di wilayah

kerja Puskesmas Baluase.

4) Melakukan pengajuan judul, kemudian menyusun proposal

penelitian, selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing, dan dipresentasikan dihadapan dosen penguji.

5) Proposal penelitian disetujui oleh pembimbing dan penguji

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Peneliti menetapkan populasi dan sampel yaitu ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Baluase

2) Peneliti melakukan pendekatan terhadap responden dengan

cara peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

penelitian, hak dan kewajiban responden, serta manfaat

penelitian bagi responden.

3) Peneliti menjelaskan kepada responden tentang bagaimana

jalannya penelitian

4) Peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditanda

tangani oleh responden yang berpartisipasi dalam penelitian


41

5) Peneliti membagikan kuesioner sebelum dilakukan

penyuluhan mengenai perangkat kesiapsiagaan terhadap

peningkatan kesiapan ibu hamil dalam upaya mengahdapi

bencana alam.

6) Peneliti melakukan penyuluhan kepada ibu hamil

7) Peneliti membagikan kuesioner sesudah dilakukan edukasi

mengenai perangkat kesiapsiagaan terhadap peningkatan

kesiapan ibu hamil dalam upaya mengahdapi bencana alam.

c. Tahap akhir

1) Penyusunan laporan hasil penelitian yang meliputi interpretasi

data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian

berdasarkan data yang ada kemudia dihubungkan dengan

jurnal dan teori-teori yang bersangkutan.

2) Penyajian hasil penelitian dalam bentuk tertulis yang

kemudian dilakukannya bimbingan pada tiap dosen dan

dilanjutkan dengan ujian, revisi sesuai hasil ujian.

3) Penyerahan hasil laporan akhir penelitian yang telah direvisi

pada dosen yang bersangkutan kemudian diserahkan kepada

Poltekkes Kemenkes Palu.

F. Pengolahan Data

1. Pemeriksaan data (editing)


42

Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa

daftar pertanyaan,kartu atau buku register. Kegiatan editing untuk

melakukan pengecekan isian formulir atau kuisioner apakah data

sudah lengkap (semua pertanyaan sudah terisi), jelas (tulisan cukup

jelas terbaca), relevan (jawaban sesuai dengan pertanyaan) dan

konsisten.

2. Pemberian kode (coding)

Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan.

3. Proses data (processing)

Processing data dilakukan dengan cara memasukan data (data dari

kuesioner kedalam program komputer Microsoft Word 2010 dan

selanjutnya hasil coding di-entry kedalam software SPSS versi 22 for

windows untuk analisis data.

4. Pembersihan data (cleaning)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan kembali data yang

telah di-entry untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan data dan sebagainya. Setelah dicek

jika terdapat data yang tertukar sehinga dikoreksi dan selanjutnya

data siap diolah.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat
43

Analisis Univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan

sifat atau karakteristik setiap variable penelitian. Hasil pengolahan

data ditampilkan dalam bentuk proporsi atau presentase. Analisis

pada penelitian ini adalah tingkat kesiapasiagaan sebelum dilakukan

penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum kesehatan reproduksi

ibu hamil dan sesudah penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum

kesehatan reproduksi ibu hamil. Analisis univariat digunakan untuk

mengetahui distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variable

menggunakan rumus :

a. Distribusi frekuensi

f
P= × 100%
n

Keterangan:
P : Persentase
f : Frekuensi jawaban responden
n : Jumlah responden
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh antara variabel

independen dan dependen. Variabel independen adalah Pengaruh

penyuluhan Paket Pelayanan Awal Minimum kesehatan reproduksi

ibu hamil. Variabel dependen adalah Kesiapsiagaan dalam situasi

krisis kesehatan. Analisis dilakukan dengan menggunakan program

komputer yaitu menggunakan uji wilcoxon.

Uji wilcoxon atau disebut juga dengan wilcoxon signed rank test

adalah salah satu uji nonparametris yang digunakan untuk mengukur


44

ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata 2 kelompok sampel yang saling

berpasangan. Data penelitian yang digunakan dalam uji ini idealnya

adalah data yang berskala ordinal atau interval. Uji wilcoxon bisa

digunakan pada penelitian desain pre-post test. Pada penelitian ini

peneliti ingin mengukur perbedaan antara pengaruh penyuluhan

Paket Pelayanan Awal Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil

sebelum (pretest) dan sesudah intervensi (posttest).

H. Penyajian Data

Penyajian data data yang digunakan peneliti adalah penyajian

data dalam bentuk tabel dan narasi

I. Etika Penelitian

Peneliti memulai penelitian dengan menekankan pada prinsip-prinsip

dalam etika yang berlaku meliputi:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjektif

penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga harus

memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi

atau tidak mau berpartisipasi dalam penelitian. Tindakan penelitian

adalah menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan

dilaksanakan kepada hamil (responden), dan mempersiapkan lembar


45

persetujuan(informed consent) atas kesediaan ibu ang terlibat dalam

penelitian ini.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy dan confidentially)

Dalam hal ini peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas subjek. Peneliti sebaiknya cukup menggunakan

coding sebagai pengganti identitas responden. Pada penelitan ini,

peneliti mengunakan inisial nama sebagai pengganti identitas

responden. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan inisial nama

sebagai pengganti identitas responden. Peneliti mengambil

dokumentasi sebagai bukti penelitian namun menutupi wajah dari

responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and

inclusivenes)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Dalam hal ini, lingkungan

penelitian dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan


46

keuntungan yang sama tanpa membeda-bedakan gender, etnis, agama

dan lain sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Penelitian hendaknya memberikan manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umunya terkhusus responden dalam penelitian.

Peneliti hendaknya meminimalisir dampak yang merugikan bagi

subjek.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. (2021). Darurat Bencana, Darurat Hak Kesehatan Reproduksi.


Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. https://pkbi.or.id/darurat-
bencana-darurat-hak-kesehatan-reproduksi/
BNPB. (2017). Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana. Jurnal Kajian
Komunikasi, 1(1), 59. https://doi.org/10.24198/jkk.v1i1.6031
BNPB. (2021). Indeks risiko bencana Indonesia (IRBI) tahun 2020. Bnpb, 78.
Hildayanto, A. (2020). Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan Masyarakat
terhadap Bencana Banjir di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu
Kota Semarang.
I Made Sudarma Adiputra & dkk. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan (R.
W. & J. Simarmata (ed.); satu). Yayasan Kita Menulis.
Ika Fajarini, Y., & Amin Abdullah, A. (2018). Perangkat Kesiapsiagaan
Bencana Untuk Wanita Hamil dan Pasca Melahirkan. Indonesian Journal
of Nursing Practice, 2(2), 90–95. https://doi.org/10.18196/ijnp.2284
Iswarani, I. N. S., Izzati, I. A. F., Firdausi, R. I., & Nursanto, D. (2020).
Manajemen Penyelamatan Ibu Hamil Pasca Bencana. Al-Iqra Medical
Journal : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran, 2(2), 72–80.
https://doi.org/10.26618/aimj.v2i2.3953
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pedoman dukungan logistik paket
pelayanan awal minimum kesehatan. kesehatan reproduksi pada situasi
krisis.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Pelaksanaan PPAM Kespro pada
Krisis Kesehatan.
Khatri, G. K., Tran, T. D., Baral, S., & Fisher, J. (2020). Experiences of an
earthquake during pregnancy, antenatal mental health and infants’
birthweight in Bhaktapur District, Nepal, 2015: A population-based cohort
study. BMC Pregnancy and Childbirth, 20(1), 1–12.
https://doi.org/10.1186/s12884-020-03086-5
LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami (Assessment of
Community Preparedness in Anticipating Earthquake and Tsunami
Disasters). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa, 1–579. http://www.buku-e.lipi.go.id/utama.cgi?
lihatarsip&jans001&1273262299&51

47
Niken, & Andri Setyorini. (2020). Tingkat Kesiapsiagaan Kepala Keluarga
Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan Pleret Dan
Piyungan Kabupaten Bantultingkat Kesiapsiagaan Kepala Keluarga Dalam
Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan Pleret Dan Piyungan
Kabupaten Bantul. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 13(1), 84–92.
https://doi.org/10.36746/jka.v13i1.61
Notoadmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.
Palmeiro-Silva, Y. K., Orellana, P., Venegas, P., Monteiro, L., Varas-Godoy,
M., Norwitz, E., Rice, G., Osorio, E., & Illanes, S. E. (2018). Effects of
earthquake on perinatal outcomes: A Chilean register-based study. PLoS
ONE, 13(2), 1–11. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0191340
Paramesti, C. A. (2011). Kesiapsiagaan Masyarakat Kawasan Teluk Pelabuhan
Ratu Terhadap Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Journal of Regional
and City Planning, 22(2), 113. https://doi.org/10.5614/jpwk.2011.22.2.3
Permenkes Nomor 75 Tahun 2019. (2019). Penanggulangan Krisis Kesehatan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Nomor 44(879), 2004–2006.
Prijatni, I., & Rahayu, S. (2018). MODUL BAHAN AJAR PAKET
PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA). Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 1(1), 1–8.
Sari, D. I., & Husna, C. (2017). Kesiapsiagaan Bencana Banjir Pada Masyarakat
Daerah Risiko Tinggi Dan Risiko Rendah Banjir. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa, 2(3), 1–9.
Sudrma, I. M. adiputra dkk. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatn. Yayasan
Kita Menulis.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. CV
Alfabeta.
Tim Pusat Studi Gempa Nasional. (2018). Geotechnical Extreme Events
Reconnaissance ( Geer ) Akibat Gempa Palu 28 September 2018.
Veri, N., Mutiah, C., Alchatlidi, & Baharuddin. (2020). Edukasi Paket Pelayanan
Awal Minimum (PPUM) Untuk Kesehatan Reproduksi dalam Siuasi
Darurat Bencana pada Bidan Desa di Kecamatan Langsa Larna Kota
Langsa. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 3(2),
446–453.

48
INFORMED CONSENT

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengani penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan
dengan judul penelilitian “Pengaruh penyuluhan Paket Pelayanan Awal
Minimum terhadap Kesiapsiagaan dalam situasi Krisis kesehatan di Puskesmas
Baluase”

Nama :
Alamat :
No. Telepon/HP :
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini dnegan
sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Jika selama penelitian ini
saya ingin mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri kapan pun
tanpa adanya sanksi.

Palu, ................... 2022

Saksi Yang Memberikan Persetujuan

(…………………………………) (……………………………….)

Mengetahui,
Pelaksana Penelitian

49
Kharissa Rinandyawati
NIM. PO7124318004

KUESIONER PENYULUHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM


KESEHATAN REPRODUKSI IBU HAMIL TERHADAP
KESIAPSIAGAAN DALAM SITUASI KRISIS KESEHATAN
DI PUSKEMAS BALUASE

Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian “ Penyuluhan

Paket Pelayanan Awal Minimum kesehatan reproduksi ibu hamil terhadap

kesiapsiagaan dalam situasi krisis kesehatan di Puskesmas Baluase”. Oleh

karena itu dimohon ketersediaan ibu untuk dapat mengisi pertanyaan-pertanyaan

dalam kuesioner berikut ini.

Petunjuk pengisian
1. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda check list ( √ ) pada jawaban

yang sesuai

2. Semua pertanyaan harus dijawab

3. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

4. Bila ada yang kurang mengerti, silahkan bertanya kepada peneliti

A. Pengkajian identitas

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. No. Hp :

50
B. Kuesioner kesiapsiagaan ibu hamil dalam situasi krisis kesehatan

No Pernyataan Ya Tidak

Pengetahuan dan sikap


1. Apakah ada informasi yang disebarluaskan
ke masyarakat tentang PPAM kesehatan
reproduksi dan akses terhadap pelayanan?
2. Apakah ibu mengetahui adanya kejadian
krisis kesehatan/bencana yang pernah terjadi
diwilayah anda ?
3. Apakah anda pernah mendengar layanan
kesehatan yang dapat memberikan layanan
kepada perempuan yang mengalami
kekerasan seksual?
4. Jika anda mendengar tentang kasus
kekerasan seksual didalam atau sekitar tenda
pengungsian. Apakah anda akan melaporkan
hal tersebut?
5. Pada situasi krisis kesehatan, toilet laki-laki
dan perempuan tersedia secara terpisah di
tempat yang aman dengan penerangan yang
cukup dan dipastikan pintu toilet dapat
di kunci dari dalam.
6. Apakah harus tersedia ruang konseling
dengan menggunakan posko kesehatan atau
ruangan untuk perempuan (berganti pakaian,
menyusui, dsb)?
Perencanaan tanggap darurat
7. Apakah ibu sudah mempersiapkan tas (kit)
individu ibu hamil dan perlengkapan siaga
bencana ?
8.. Apakah ibu sudah memiliki nomor-nomor
penting yang bisa dihubungi dalam keadaan
darurat ( rumah sakit, polisi, pemadam
kebakaran, dll) ?

51
9. Apakah keluarga sudah menyiapkan peta,
dan rute pengungsian ?
10. Apakah tersedia pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau ketika krisis kesehatan
11. Apakah ada pembagian tugas keluarga
dalam tindakan penyelamatan dalam situasi
krisis kesehatan?
Peringatan bencana
12. apakah ibu sudah mengetahui adanya
tanda/cara peringatan bencana didaerah ini ?
13. apakah ibu mempunyai akses untuk
mendapatkan informasi darurat bencana
seperti ponsel, radio, televisi, dll ?
Mobilisasi sumber daya
14. apakah ada anggota keluarga yang pernah
mengikuti pelatihan, seminar, atau
pertemuan yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan ?
15. Apakah ibu mempunyai aset/investasi yang
dimanfaatkan untuk kewaspadaan terhadap
kemungkinan terjadinya krisis kesehatan ?

52

Anda mungkin juga menyukai