Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS “X” DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MAPANE KABUPATEN POSO

Proposal

Oleh
Rahayu Musody
NIM : PO0224218023

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN POSO
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji Poltekkes

Kemenkes Palu.

Nama : Rahayu Musody


NIM : P00224218023

Poso, 18 Februari 2021


Pembimbing 1

Fransisca Noya, SST., M.Keb


Nip. 197908072002122002

Poso, 18 Februari 2021


Pembimbing II

Nurfatimah, SKM.,M.Kes
Nip. 198809082012122001

Menyetujui

Ketua Program Studi

Lisda Widianti Longgupa, SST,. M.Keb


NIP. 198104262002122002

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Proposal ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Poltekkes Kemenkes

Palu Prodi D-III Kebidanan pada tanggal, 22 Februari 2021.

Nama : Rahayu Musody


Nim : PO0224218023

Penguji I,

Sony Bernike Magdalena Sitorus, S.ST,M.Kes


NIP. 198410182019022001

Penguji 2,

Lisda Widianti Longgupa, SST,. M.Keb


NIP.198104262002122002

Penguji 3,

Kadar Ramadhan, S.KM.,M.K.M


NIP.198706012010121008

Menyetujui

Ketua Prodi D-III Kebidanan Poso

Lisda Widianti Longgupa, SST,. M.Keb


NIP. 198104262002122002

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6


A. Konsep Dasar Neonatus.............................................................................6
B. Kewenangan Bidan..................................................................................26
C. Asuhan Kebidanan Menurut Lawrence Weed.........................................28
D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Neonatus (SOAP).............33
E. Pedoman Asuhan Bagi Neonatus Di Era Pandemik Covid-19................36
F. Kerangka Teori Dan Kerangka Konsep...................................................41

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................43


A. Jenis Dan Desain Penelitian.....................................................................43
B. Lokasi dan waktu penelitian....................................................................43
C. Subjek laporan penelitian.........................................................................43
D. Definisi Operasional................................................................................43
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................44
F. Teknik Keabsahan Data...........................................................................47
G. Teknik Analisa Data................................................................................47
H. Alat dan Bahan.........................................................................................48
I. Etika penelitian........................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pengkajian Neonatus

Lampiran 2 Persetujuan Responden

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar Rahim

sampai dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang

sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba

bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara

mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua

sistem. Bayi yang berusia kurang dari satu bulan memiliki resiko

gangguan kesehatan paling tinggi. Berbagai masalah kesehatan dapat

muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, biasa berakibat

fatal. Selama 28 hari pertama kehidupan bayi memiliki resiko tinggi

kematian hampir 3 juta bayi meninggal setiap tahun di bulan pertama

hidup.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), rasio

kematian anak sebelum menyelesaikan tahun pertama yang tertinggi di

region wilayah Afrika 52 per 1000 kelahiran hidup, enam kali lebih tinggi

dari pada di region wilayah Eropa 8 per 1000 kelahiran hidup (World

Health organization, 2019)

Berdasarkan data di Indonesia pada tahun 2017, angka kematian

Neonatus mencapai 15 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019 jumlah

kematian Neonatus yang dilaporkan 80% (16.156 kematian) terjadi pada

periode enam hari pertama kehidupan. Sebanyak 21% (6.151 kematian)

1
2

terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 10% (2.927 kematian) terjadi pada

usia 12 – 59 bulan (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data di Sulawesi Tengah pada tahun 2017 jumlah

angka kematian bayi baru lahir sebesar 547 dari jumlah kelahiran 52.622.

Dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 jumlah angka kematian bayi

baru lahir sebesar 625 dari jumlah kelahiran 53.521. Sedangkan pada

tahun 2019 mengalami penurunan angka kematian bayi sebanyak 394 dari

jumlah kelahiran 32.874 (Dinkes Prov.Sulteng, 2019).

Pada tahun 2017 AKB di Kabupaten Poso sebanyak 40 kasus

kemudian mengalami penurunan di tahun 2018 menjadi 31 kasus dan pada

tahun 2019 mengalami kenaikan menjai 41 kasus. Penyebab utama adalah

asfiksia, ikterus, dehidrasi, BBLR, imaturus (Dinkes Prov.Sulteng, 2019).

Kunjungan Neonatus hari ke-1 (KN1) adalah jumlah neonatus

umur ≥ 24 jam – 2 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatus sesuai

dengan standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas

(termasuk bidan desa, polindes, kunjungan rumah, rumah sakit

pemerintah/swasta, dan bidan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas).

Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) adalah jumlah neonatus

yang mendapatkan pelayanan sesuai standar 3 kali (KN1, KN2, KN3).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Indonesia cakupan

Neonatus pertama (KN1) pada tahun 2019 sebesar 94,9% lebih kecil dari

pada tahun 2018 yaitu sebesar 97,4% namun capaian ini telah memenuhi
3

target sebesar 90%. Sedangkan cakupan Neonatus Lengkap (KN Lengkap)

pada tahun 2019 sebesar 87,1%. Empat Provinsi cakupannya mencapai

100%, yaitu Jambi, Dki Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Bali (Kemenkes

RI, 2019).

Cakupan Neonatus di Provinsi Sulawesi Tenggah pada tahun 2019

pencapaian KN1 tertinggi adalah di Kabupaten Morowali sebanyak

106,2% kemudian di susul Kota Palu sebanyak 104,4% dan di Kabupaten

Bangai sebanyak 96%, sedangkan Kabupaten dengan pencapaian terendah

adalah Kabupaten Poso sebesar 63,5% dan di Morowali Utara sebanyak

61,4%. Pencapaian indikator KN Lengkap di Provinsi Sulawesi Tenggah

pada tahun 2019 tertolong telah menunjukan hasil yang membaik

meskipun belum ada Kab/Kota yang mencapai target 100%, untuk

cakupan Provinsi adalah 81,9% (Dinkes Prov.Sulteng, 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kabupaten Poso Cakupan Kunjungan

Neonatus (KN1) pada tahun 2019 sebanyak 63,5%. Sedangkan KN

Lengkap pada tahun 2019 sebanyak 60,9% (Dinas Kesehatan Kabupaten

Poso, 2019).

Berdasarkan data di Puskesmas Mapane Kunjungan Neonatus

tahun 2018 KN1 sebesar 56% dari target 100% dan KN lengkap 97% dari

target 100%. Kemudian pada tahun 2019 KN1 menjadi 81% dari target

100% dan KN lengkap 81% dari target 100% (Puskesmas Mapane, 2019).
4

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang asuhan kebidanan neonatus pada Neonatus di wilayah kerja

Puskesmas Mapane Kabupaten Poso

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Asuhan

Kebidanan pada Neonatus “X” di wilayah kerja Puskesmas Mapane

Kabupaten Poso”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada Neonatus “X” di wilayah

kerja Puskesmas Mapane dengan melakukan pendokumentasian dalam

bentuk SOAP menurut Lawrence Weed.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian data subjektif pada Asuhan

Kebidanan Neonatus “X” di wilayah kerja Puskesmas Mapane

Kabupaten Poso.

b. Untuk melakukan pengkajian data objektif pada Asuhan

Kebidanan neonatus pada Neonatus “X” di wilayah kerja

Puskesmas Mapane Kabupaten Poso.

c. Untuk menentukan assessment berdasarkan data subjektif dan

objektif pada Asuhan Kebidanan neonatus pada neonatus “X” di

wilayah kerja Puskesmas Mapane Kabupaten Poso.


5

d. Untuk melakukan plan yang sesuai dengan Asuhan Kebidanan

neonatus pada Neonatus “X” di wilayah kerja Puskesmas Mapane

Kabupaten Poso

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lahan Praktik

Memantau dalam upaya menurunkan AKB dengan melakukan

pelayanan Asuhan Kebidanan Neonatus “X”.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bagi mahasiswa kebidanan dalam meningkatkan

pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Neonatus

“X”

3. Bagi Penulis.

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam

memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan standar kebidanan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang pelayanan

asuhan kebidanan pada Neonatus “X” dan dapat membantu dalam

penyusunan penelitian selanjutnya.

5. Bagi Klien

Mendapatkan Asuhan Neonatus sesuai standar oprasional prosedur

(SOP)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Neonatus

1. Pengertian Neonatus

Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan.

Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga bulan pertama kelahiran.

Neonatus normal memiliki berat 2.500 sampai 4.000 gram, panjang

48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm. Dari ketiga pengertian di atas

dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama

Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus

pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari di mana terjadi

perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi

di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir di

semua sistem (Rohan, 2014).

2. Ciri-ciri Neonatus

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-

4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,

bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan

tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,2010).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar

dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung

120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan

rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai

6
7

APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting,

sucking, swallowing, morro, tonic neck, palmar graps, babinsksi),

organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum

dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra

berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah

keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Nanny Lia

Dewi, 2010)

3. Fisiologi Neonatus

Menurut (Astuti, 2015). Fisiologi neonatus adalah sebagai berikut:

a. Sistem pernafasan

Saat kepala bayi melewati jalan lahir ia akan mengalami

penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang

dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanisme ini

menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena

terdorong kebagian perifer paru untuk kemudian di absorbsi.

Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya

bayi mulai bernapas untuk pertama kali. Tekanan intra toraks yang

negative di sertai dengan aktivitas napas yang pertama

memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru- paru. Setelah

beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan

napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus

mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat maksimal

jika dalam paru-paru bayi terdapat sufraktan yang adekuat.


8

Sufraktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga

alveols tidak kolaps saat akhir napas.

b. Sirkulasi darah

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.

Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan

malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri, yang

disebut foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian

secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus. Karena

tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit

janin-plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang

merupakan sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri

sendiri.

c. Termoregulasi

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stres

karena perubahan lingkungan dan bayi harus beradaptasi dengan

suhu lingkungan yang cenderung dingin di luar. Terdapat 4

mekanisme kehilangan panas dari tubuh bayi ke lingkungan. Sesaat

setelah bayi lahir, bayi berada di tempat yang suhunya lebih rendah

dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Jika di biarkan

dalam suhu kamar 250 C, bayi akan mengalami kehilangan panas

melalui evaporasi, konduksi, konveksi, dan radiasi sebanyak 200

kalori/kg BB/menit, yaitu sebagai berikut :


9

1) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

Contohnya: saat bayi ditimbang di timbangan yang dingin

2) Konveksi adalah kehilangan panas dari tubuh bayi ke udara

disekitarnya yang bergerak. Contohnya: membiarkan bayi

terlentang diruangan yang relative dingin.

3) Radiasi adalah panas dipancarkan dari bayi ke luar tubuhnya

ke lingkungan yang lebih dingin. Contohnya: bayi baru lahir

dibiarkan dalam keadaan telanjang

4) Evaporasi adalah panas yang hilang akibat penguapan karena

kecepatan dan kelembapan udara. Contohnya: bayi baru lahir

yang tidak dikeringkan dari cairan amnion.

d. System pencernaan

Reflek menghisap dan menelan ASI sudah terbentuk pada saat

persalinan. Kemampuan sistem pencernaan untuk mencerna

protein, lemak dan karbohidrat belum efektif. Hubungan antara

esophagus bawah dengan lambung belum sempurna sehingga bisa

menimbulkan gumoh pada bayi apabila mendapatkan ASI terlalu

banyak.

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam

jumlah yang cukup banyak, bayi akan membuat glukosa dari

glikogen (glikogenesis). Hal ini terjadi jika bayi mempunyai

persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat menyimpan


10

glukosa sebagai glikogen terutama dalam hati selama berbulan-

bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia pada

saat lahir akan mengalami hipoksia. Hal ini akan mengganggu

persediaan glikogen dalam jam pertam kelahiran. Oleh karena itu

penting menjaga bayi agar tetap hangat. Jika semua glikogen di

gunakan dalam jam pertama, otak bayi dalam keadaan beresiko.

Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, mengalami hambatan

pertumbuhan dalam rahim dan gawat janin merupakan resiko

utama karena simpanan energi berkurang.

e. Perubahan berat badan

Setelah bayi lahir, berat badan bayi akan menurun karena bayi

kekurangan cairan tubuh melalui defekasi, berkemih, proses

pernapasan, dan melalui kulit serta jumlah asupan cairan yang

sedikit. Setelah 10-14 hari pertama kelahiran bayi, berat badan

akan meningkat kembali mencapai berat badan lahir. Pertumbuhan

berat badan bayi yang cepat terjadi sampai bayi berusia 2 tahun,

kemudian secara bertahap menjadi konstan.

f. Perubahan pada darah

1) Bayi baru lahir dilahirkan dengan hematokrit/hemoglobin yang

tinggi.

Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-

20,0 gr/dL. Selama beberapa hari pertama kehidupan, nilai

hemoglobin sedikit meningkat, sedangkan volume plasma


11

menurun. Akibat perubahan dalam volume plasma tersebut,

hematokrit, yang normalnya dalam rentang 51 hingga 56%

pada saat kelahiran, meningkat dari 3 menjadi 6%.

Hemoglobin kemudian turun perlahan, tapi terus-menerus pada

7-9 minggu pertama setelah bayi lahir. Nilai hemoglobin rata-

rata untuk bayi berusia 2 bulan ialah 12,0 gr/dL.

2) Sel darah merah

Sel darah merah bayi baru lahir memiliki usia yang sangat

singkat (80 hari) jika dibandingkan orang dewasa (120 hari).

Pergantian sel yang sangat besar ini menghasilkan lebih

banyak sampah metabolic, termasuk bilirubin yang harus di

metabolisme. Kadar bilirubin yang berlebihan menyebabkan

ikterus fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir. Oleh sebab

itu di temukan hitung retikulosit yang tinggi pada bayi baru

lahir. Hal ini menggambarkan adanya pembentukan sel darah

merah yang sangat tinggi.

3) Sel darah putih

Jumlah sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir adalah

10.000-30.000/mm2. Peningkatan jumlah sel darah putih lebih

lanjut dapat terjadi pada bayi baru lahir normal selama 24 jam

pertama kehidupan. Periode menangis yang lama juga dapat

menimbulkan hitung sel darah putih meningkat.


12

g. Perubahan pada sistem imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matur pada setiap

tingkat yang signifikan. Ketidakmaturan fungsional menyebabkan

neonatus atau bayi baru lahir rentan terhadap berbagai infeksi dan

alergi. Sistem imun yang matur memberikan kekebalan alami dan

kekebalan yang di dapat. Kekebalan alami terdiri atas struktur

pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Bayi

memiliki immunoglobulin untuk meningkatkan sistem imunitas

yang di sekresi oleh limfosit dan sel-sel plasma. Kekebalan alami

juga tersedia pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi

baru lahir membunuh mikroorganisme asing, tetapi sel darah ini

masih belum matur, artinya bayi baru lahir mampu melokalisasi

dam memerangi infeksi secara efisien. Beberapa kekebalan alami

contohnya :

1) Perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membran

mukosa

2) Kerja seperti saringan oleh saluran napas

3) Kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung

4) Perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada

lambung.

Imunitas yang didapat neonatus dilahirkan dengan imuitas

pasif terhadap virus dan bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin

mendapatkan imunitas ini melalui perjalanan transplasenta dari


13

imunoglobulin varietas IgG. Imunoglobulin lain seperti IgM dan

IgA, tidak dapat melewati plasenta.

h. Perubahan sitem gastrointestinal

Dengan kapasitas lambung yang terbatas, sangat penting untuk

mengatur pola asupan cairan bagi bayi dengan frekuensi sedikit

tetapi sering. Contohnya memberi ASI sesuai kebutuhan bayi. Usus

bayi masih belum matur sehingga tidak mampu melindungi dirinya

sendiri dari zat berbahaya yang masuk ke pencernaan. Di samping

itu bayi baru lahir juga belum dapat mempertahankan air secara

efisien di bandingkan dengan orang dewasa sehingga kondisi ini

dapat menyebabkan diare yang serius pada neonatus.

i. Perubahan sistem ginjal

Ginjal bayi baru lahir normal menujukkan penurunan aliran

darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomelurus. Kondsi

ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi

tubulus tidak matus sehingga tidak dapat menyebabkan kehilangan

natrium dalam jumlah besar dan ketidak seimbangan elektrolit lain.

Bayi baru lahir tidak dapat mengonsentrasikan urin dengan baik

yang tercermin dari berat jenis urin 1,0004 dan osmolitas urin yang

rendah .semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang

bulan.
14

4. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

a. Berdasarkan usia kehamilan

1) Neonatus kurang bulan (preterm infant) : kurang dari 259 hari

(37 minggu).

2) Neonatus cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-

42 minggu)

3) Neonatus lebih bulan (posterm infant) : lebih dari 294 (42

minggu) atau lebih.

b. Berdasarkan berat lahir

1) Neonatus berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram

2) Neonatus berat lahir cukup gram : antara 2500 sampai 4000

3) Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram

c. Penggolongan Berat Badan menurut usia kehamila:

1) Kecil Masa Kehamilan (KMK) adalah jika bayi lahir dengan

berat badan dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.

2) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) adalah jika bayi lahir dengan

berat badan diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva

pertumbuhan janin.

3) Besar Masa Kehamilan (BMK) adalah jika bayi lahir dengan

berat badan diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan

janin.
15

5. Kebutuhan Neonatus

Kebutuhan neonatus yaitu :

a. Kebutuhan Nutrisi

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan mengandung

zat gizi yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,

baik kualitas maupun kuantitas. Jangan beri susu formula sebelum

usia bayi 6 bulan. Tahapan kebutuhan minum bayi baru lahir:

1) Kapasitas lambung bayi baru lahir hanyalah sebesar 5-7 ml

setiap kali minum.

2) Pada hari ketiga kapasitas lambung bayi meningkat menjadi

22-27 ml bersamaan dengan habisnya produksi kolostrum

pada ASI.

3) Pada hari ketujuh kapasitas lambung meningkat lagi menjadi

45-60 ml setiap kali menyusu.

4) Hari kesepuluh menjadi 60-81 ml setiap kali menyusu

b. Defekasi

Kotoran yang di keluarkan pada hari-hari pertama di sebut

mekonium. Mekonium adalah ekskresi gastrointestinal bayi yang

di akumulasi usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16

minggu. Warna mekonium adalah hijau kehitaman, lengket,

bertekstur lembut, terdii atas mucus, sel epitel, cairan amnion

yang tertelan, asam lemak, pigmen empedu. Mekonium di

keluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Kemudian fases bayi


16

yang di beri ASI akan berubah warna menjadi hijau-emas dan

terlihat seperti bibit. Bayi yang di beri susu formula memiliki

fases yang berwarna cokelat gelap seperti pasta atau padat. Bayi

defekasi 5-6 kali dalam sehari dan berkurang pada minggu ke

dua. Apabila bayi tidak defekasi selama lebih dari 2 hari, segera

hubungi tenaga kesehtan.

c. Berkemih

Bayi berkemih sebanyak 4-8 kali dalam sehari. Pada awalnya,

volume urin sebanyak 20-30 cc perhari dan meningkat menjadi

100-200 cc perhari pada minggu pertama. Warna bayi keruh/

merah muda dan berangsur-angsur jernih karena asupan cairan

meningkat.

d. Tidur

Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi menghabiskan

waktunya untuk tidur. Sebaiknya orang tua menyediakan

lingkungan yang nyaman, mengatur posisi, dan meminimalkan

gangguan agar bayi dapat tidur saat ibu ingin tidur.

e. Perawatan kulit

Kulit bayi masih sangat sensitive terhada kemungkinan terjadinya

infeksi. Verniks kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi

sehingga jangan membersihkannya saat mandi. Pastikan semua

alat yang di gunakan oleh bayi selalu dalam keadaan bersih dan

kering
17

f. Keamanan bayi

Hal yang harus di perhatikan untuk menjaga keamanan bayi

adalah tetap menjaga bayi dan jangan sekalipun meninggalkan

bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu, jangan memberikan

apapun ke mulut bayi selain ASI karena bayi dapat tersedak dan

jangan menggunakan alat penghangat di tempat tidur bayi.

g. Perawatan tali pusat

Sisa tali pusat sebaiknya di biarkan terbuka di tutupi kain kasa

bersih/steril dan kering secara longgar, dan tidak memakai gurita.

Jika di pakaikan popok sebaiknya di lipat di bawah tali pusat. Jika

tali pusat terkena urin atau fases harus segera di cuci dengan air

bersih dan sabun kemudian di keringkan. Biasanya tali pusat akan

terlepas sekitar 1-2 minggu.

6. Tanda Bahaya Neonatus

Tanda bahaya neonatus menurut (Tando, 2016):

a. BBLR bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram

b. Asfiksia neonatorum keadaan kegagalan napas secara spontan dan

teratur saat bayi lahir

c. SGNN (sindrom gawat napas neonatus)

d. Ikterus patologis

e. Perdarahan tali pusat

f. Kejang

g. Hipotermia
18

h. Hipertermia

i. Hipoglikemia

j. Tetanus neonatorum

7. Kunjungan Neonatus

Cakupan kunjungan neonatus adalah pelayanan kepada neonatus

pada masa 6 jam sampai dengan 28 hari setelah kelahiran sesuai

standar. Standar pelayanan minimal :

a. Satu kali pada kunjungan 6-48 jam (KN 1)

b. Satu kali pada kunjungan 3-7 hari (KN 2)

c. Satu kali pada kunjungan 8-28 hari (KN 3)

Pelayanan kesehatan neonatus dasar dilakukan secara

komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi

baru lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM)

8. Pelayanan Kesehatan Neonatus

a. Kunjungan Neonatus ke-1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-

48 jam setelah lahir. Hal yang dilaksanakan adalah:

1) Jaga kehangatan tubuh bayi

2) Berikan ASI eksklusif

3) Rawat tali pusat

b. Kunjungan Neonatus ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.

1) Jaga kehangatan tubuh bayi


19

2) Berikan ASI eksklusif

3) Cegah infeksi

4) Rawat tali pusat

c. Kunjungan Neonatus ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir. Periksa ada atau

tidaknya tanda bahaya atau gejala sakit, lakukan

1) Jaga kehangatan tubuh bayi .

2) Berikan ASI eksklusif

3) Rawat tali pusat

d. Perawatan Neonatus yaitu :

1) Meningkatkan Hidrasi dan Nutrisi yang Adekuat untuk Bayi

2) Memperhatikan Pola Tidur dan Istirahat

3) Meningkatkan Pola Eliminasi yang Normal

4) Meningkatkan Hubungan Interaksi antara Orangtua dan Bayi

9. ASI Eksklusif

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa tambahan

makanan lain pada bayi berumur nol sampai 6 bulan. Yang dimaksud

ASI Eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya

diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, dan bubur nasi (Fatriani,

2015).
20

Asi eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan

makanan padat misalnya pisang, papaya, biscuit, bubur nasi, atau

makanan lain selain ASI (Istiqomah, 2016)

ASI eksklusif adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh

unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual.

Air susu ibu mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, anti

alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200

unsur zat makanan

a. Jenis-jenis ASI

1) Kolostrum

Cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan

pada hari pertama sampai hari ke-3. Kolustrum bisa

dikatakan sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi

karena banyak mengandung protein untuk daya tubuh yang

berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah tinggi.

Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur.

2) Susu Transisi

 Susu yang di produksi setelah kolostrum antara hari ke-4

sampai dengan hari ke-10. Dalam susu transisi ini terdapat

Immunoglobulin, protein dan laktosa dengan konsentrasi

yang lebih rendah dari kolostrum tetapi konsentrasi lemak

dan jumlah kalori lebih tinggi, vitamin larut lemak berkurang,


21

vitamin larut air meningkat. Bentuk atau warna susu lebih

putih dari kolostrum.

3) Susu Matur

Susu matur adalah susu yang keluar setelah hari ke-10.

Berwarna putih kental. Komposisi ASI yang keluar pada

isapan-isapan pertama (foremilk) mengandung lemak dan

karbohidratnya lebih banyak dibandingkan hindmilk (ASI

yang keluar pada isapan-isapan terakhir), maka jangan terlalu

cepat memindahkan bayi untuk menyusu pada payudara yang

lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum

habis. 

b. Manfaat ASI Eksklusif untuk bayi

1) Membantu perkembangan otak dan fisik bayi

2) Memberikan perlindungan terhadap penyakit terutama infeksi

3) Memperindah kulit dan gigi serta bentuk rahang.

4) Bayi yang menyusu jarang mengalami diare, tidak akan

mengalami sembelit dan jarang terkana alergi

5) Komposisi dan volume ASI cukup untuk pertumbuhan dan

perkembanga bayi sampai dengan 6 bulan

6) Sistem pencernaan bayi sampai dengan 6 bulan belum

sempurna untuk mencerna makanan selain ASI. ASI sendiri

mudah dicerna karena mengandung enzim-enzim.


22

7) Tidak memberatkan fungsi ginjal bayi. Sistem ekskresi bayi

baru lahir sampai dengan usia 6 bulan belum sempurna,

sehingga bila diberi makanan dengan osmolaritas yang tinggi

(susu formula atau buah-buahan) aan memberatkan fungsi

ginjal.

8) Pemberian makanan atau minuman selai ASI sebelum 4-6

bulan secara tidak langsung akan mengurangi produksi ASI

oleh karena frekuensi bayi untuk menyusu berkurang karena

sudah kenyang.

c. Tanda-tanda bayi cukup ASI

Terkadang masih banyak ibu yang meragukan apakah ASI yang

diberikan kepada bayi telah cukup atau tidak. Banyak ibu

beranggapan jika bayi tertidur pada saat menyusui maka bayi

sudah bisa dikatakan cukup ASI(Air Susu Ibu). Bayi dikatakan

cukup ASI bisa menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Bayi minum ASI (Air Susu Ibu) tiap 2-3 jam atau dalam 24

jam minimal mendapatkan ASI 10-12 kali pada 2-3 minggu

pertama

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan

menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.

3) Bayi akan buang air kecil (BAK) setidaknya 6-8 kali sehari

4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayimenelan Air Susu

Ibu(ASI).
23

5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah

habis.

6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7) Pertumbuhan berat badan bayi dan tinggi badan bayi sesuai

dengan grafik pertumbuhan.

10. Reflex pada Bayi Baru Lahir

a. Refleks Rooting

Refleks ini muncul saat jari ibu menyentuh pipi bayi, maka bayi

akan mencari kearah jari tersebut. Refleks ini berguna ketika bayi

belajar menyusui. Refleks rooting akan hilang pada 3-4 bulan.

Apabila refleks ini masih menetap, maka bayi akan sensitif

terhadap sesuatu disekitar wajahnya, berantakan ketika makan

dan ketangkasannya berkurang (Soares, 2013).

b. Refleks Sucking

Reflek menghisap (Sucking Reflex) merupakan rangkaian dari

reflek mencari putting susu. Setelah bayi menemukan puting susu

atau stimulus (jari mislanya), bayi akan memasukkan puting dan

menghisap dengan tekanan tertentu. Kuat hisapan dapat berbeda-

beda. Reflek tersebut postif apabila bayi menghisap stimulus.

Reflek terkadang sulit muncul jika bayi telah diberi minum,

lemah, prematur, atau memiliki kelainan neurologi. Hindari

mengarahkan kepala ke payudara atau puting, biarkan bayi


24

membuka dan menghisap dengan alami (Rhomawati &

Estiwidani, 2016)

c. Refleks Swallowing

Reflek menelan (Swallowing Reflex) merupakan reflek yang

menyertai reflek menghisap. Hal tersebut dilakukan untuk

mendapatkan cairan. Reflek menelan positif apabila bayi mampu

menelan sambil mengatur hisapan sehingga tidak tersedak, batuk,

atau muntah (Rhomawati & Estiwidani, 2016)

d. Refleks Moro

Fase awal respon pada moro refleks meliputi abduksi shoulder,

ekstensi forearm, ekstensi trunk dan retraksi kepala. Forearm

supinasi dan finger ekstensi. Terkadang muncul tremor atau

klonus di ekstremitas. Refleks moro muncul pada usia 2-4 bulan.

Apabl, ila refleks ini menetap, bayi akan hipersensitif atau

mudah bereaksi terhadap stimulasi. Hipersensitivitas terhadap

stimulasi ini menyebabkan saraf simpatik dan kelenjar adrenal

bereakasi berlebih. Jika kelenjar adrenal ini terus disekresikan

maka bayi akan mudah keelahan dan mudah alergi, asma,

berkurangnya imun dan penyakit kronik (Soares, 2013)

e. Refleks Tonic Neck

Refleks tonic neck disebut juga crawling refleks. Normal respon

yang ditunjukkan bayi adalah seperti gerakan merangkak, dengan

posisi tangan ekstensi, knee fleksi ketika leher ekstensi. Refleks


25

ini akan menghilang pada 9-11 bulan. Apabila masih menetap

akan menyulitkan bayi dalam merangkak dengan tangan dan

kakinya karena bayi akan merangkak dengan perut, postur yang

buruk, duduk dengan posisi W, koordinasi mata tangan yang

buruk dan kesulitan dalam berenang (Soares, 2013)

f. Refleks Palmar Graps

Merupakan refleks yang terjadi ketika jari ibu diletakkan pada

tangannya, maka bayi akan menggenggam jari tersebut. Apabila

jari tersebut akan dibawa menjauh, bayi akan menggengamnya

semakin erat. Refleks ini akan hilang pada 2-3 bulan. Apabila

refleks masih menetap, yang terjadi adalah kesulitan dalam

memegang pensil, kesulitan menulis, kesulitan merangkai kata-

kata dan pergerakan tangan (Soares, 2013).

g. Refleks Babinski

Adalah semacam refleks genggam kaki. Bila ada rangsang pada

telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak ke atas dan jari-jari lain

membuka. Kedua refleks ini akan menghilang pada sekitar 6

bulan.
26

B. Kewenangan Bidan

Wewenang bidan yang sesuai dengan permenkes RI No 28 tahun 2017

tentang perizinan dan penyelenggaraan Praktik Bidan Mandiri dalam

melakukan sesuai asuhan kebidanan meliputi:

1. Pasal 18, yang berbunyi :

Dalam penyelenggaraan praktik kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Pasal 20, yang berbunyi:

a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

1) pelayanan neonatal esensial;

2) penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

3) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah; dan

4) konseling dan penyuluhan.


27

c. Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan

tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat

ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan

Kesehatan yang lebih mampu.

d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan

jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.

2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru.

3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alcohol

atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih

dan kering

4) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir

dengan infeksi gonore (GO)

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran

tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan


28

tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP)

f. Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)

kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI

eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,

imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

C. Asuhan Kebidanan Menurut Lawrence Weed

Dr. Lawrence weed merupakan dokter yang memperkenalkan

format catatan SOAP. Beliau menggunakan catatan SOAP tersebut untuk

membantu semua tenaga kesehatan mengorganisasikan dan merencanakan

perawatan pasien, termasuk asuhan kebidanan, yang berkualitas. Dalam

acuan Dr. Weed berdasarkan rencana (SOAP) yang telah dibuat oleh

dokter tersebut.

Dengan dokumentasi jenis ini, banyak tujuan dapat dipenuhi, mulai

dari memastikan asuhan yang berkualitas hingga menyelesaikan rencana

asuhan yang sudah dibuat tersebut. Ini menjadi sangat penting dalam

atmosfer kesehatan yang mencakup tuntutan hukum dan kebutuhan

pembayar pihak ketiga untuk mendapatkan informasi yang jelas dan

akurat.

Singkatnya, metode penulisan catatan SOAP berfungsi sebagai

panduan untuk memikirkan masalah, menunjukkan akuntabilitas untuk

asuhan pasien yang berkualitas, menjamin keabsahan bukti asuhan ketika


29

kasus hukum terjadi, dan mendokumentasikan asuhan pasien. Dengan

pentingnya aspek legal ini, catatan SOAP yang benar dan berkualitas harus

diajarkan secara benar pula kepada mahasiswa kebidanan sedini mungkin

agar mereka terbiasa dengan pencatatan asuhan klinis pasien yang benar.

1. Fungsi utama catatan SOAP

Fungsi utama catatan SOAP, dalam konteks asuhan kebidanan,

adalah rencana asuhan kebidanan yang dibuat seideal mungkin

berdasarkan standard operating procedure (SOP) asuhan kebidanan

tertentu yang berlaku di Indonesia’. Catatan SOAP dapat menjadi

catatan ini harus sesuai dengan ilmu sumber, yaitu pengertian catatan

SOAP ini diseluruh dunia dari semua latar profesi kesehatan.

Profesional kesehatan, termasuk bidan harus mengerti bahwa

penulisan catatan SOAP secara lengkap harus dilakukan sesegera

mungkin setelah pasien memberikan data, baik data subjektif

mengenai dirinya dan kondisi dirinya saat itu, ataupun data

pemeriksaan, untuk menghindari kesalahan data. Dalam bagian

rencana, bidan harus menulis seideal mungkin (seperti yang

diungkapkan fungsi utama catatan SOAP) sehingga bidan harus benar-

benar kompeten dalam ilmu kebidanannya.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, inti dari format catatan

SOAP adalah di bagian P (plan) karena catatan ini merupakan lembar

rencana asuhan klinis. Setelah lembar SOAP ini, kita harus

menyertakan catatan implementasi dari rencana yang tertulis dalam


30

lembar catatan SOAP. Jadi, kata plan (p) tidak boleh diartikan

menjadi ‘penatalaksanaan’, karena dalam ilmu kesehatan klinis,

management plan’ atau rencana penatalaksanaan merupakan hal yang

harus ada di dalam setiap tindakan.

2. Definisi Akronim SOAP

Lembar catatan SOAP merupakan lembar rencana asuhan kebidanan

yang akan diberikan kepada pasien (atau klien) oleh seorang praktisi

bidan. Jadi, SOAP dibuat oleh bidan sebagai lembar rencana untuk

merencanakan pemberian tindakan asuhan kepada kliennya berdasarkan

data aktual (S dan O) yang disimpulkan dalam A untuk ditulis secara ideal

dalam rencana (P).

a. Subjektif (S)

Data subjektif didasarkan pada apa yang dirasakannya atau

diyakininya oleh klien ketika klien tersebut mengungkapkan apa yang

dirasakannya kepada bidan yang dinamakan dengan anamnesis. Data

subjektif harus digali secara fokus untuk menghindari hal-hal yang

tidak diperlukan atau yang bukan ranah bidan.

Jika bidan tidak tau kurang menguasai kemampuan komunikasi

efektif pemeriksaan subjektif dalam anamnesis ini biasanya cenderung

mendapatkan data-data yang tidak fokus pada ranah bidan, seperti

pemeriksaan telinga, bau darah menstruasi, dan sebagainya. Ketika ini

diajarkan dibangku kuliah mahasiswa kebidanan akan terbiasa untuk


31

tidak berpikir fokus dan hal ini tentunya akan merugikan mahasiswa

itu sendiri ketika suatu hari nanti mereka telah menjadi praktisi bidan.

b. Objective (0)

Data objektif ditulis berdasarkan fakta ril dari pemeriksaan yang

dilakukan, baik pemeriksaan utama maupun pemeriksaan penunjang.

Data 'objektif harus berdasarkan pada “Fakta” yang terukur sehingga

penyedia kesehatan dilarang untuk berasumsi atau mengikutkan

asumsi pada bagian ini.

Data ini merupakan fakta-fakta nyata yang didapat dari hasil

inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Selain itu, data “o” juga

didapat dari hasil pemeriksaan, seperti: pemeniksaan laboratorium

atau radiologi. Data “o”digali dari pengembangan data “S” oleh sebab

itu, data 'S' sangat berperan penting dalam menentukan jenis

pemeriksaan yang akan dilakukan.

Pada umumnnya, jenis pemeriksaan dalam asuhan kebidanan

terdiri dari: pemeriksaan umum yang sering dikenal dengan

pemeriksaan tanda-tanda vital. antropometri, dan "head to toe'. Head

to toe yang dimaksud adalah pemeriksaan yang dilakukan mulai dari

kepala sampai ke ujung kaki. Namun, pemeriksaan tersebut hanya

pemeriksaan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan, bukan yang

berkaitan dengan kedokteran atau keperawatan.

Demikian juga, pemeriksaan penunjang yang boleh dilakukan

oleh bidan terbatas hanya pada pemeriksaan laboratorium sederhana


32

(Hb, urine protein, urine reduksi). Namun, bidan boleh mencatat hasil

kesimpulan pemeriksaan penunjang dari profesi lain (dokter) dengan

catatan bahwa hasil tersebut terbukti keabsahannya dan harus

dicantumkan siapa yang melakukan pemeriksaan ini.

c. Assessment (A)

Dalam melakukan assesment (penilaian) berdasartan data S dan

0. bidan harus menguasai tiga kemampuan dasar klinik, yaitu clinical

reoony ca tminaing. Clinicall thinking dan clinical judgment kata

assesment sendiri itu mengikutkan kemampuan untuk : menganalisis

(mengurai) dan mensintesis (menyimpulkan).

Dalam tahap assessment ini, penilaian yang dilakukan akan

berujung padsa kesimpulan kondis klien yang harus ditindaklanjuti

yang tertuang dalam plan atau rencana asuhan yang akan diberikan.

d. Plan (P)

Rencana merupakan serangkaian keputusan tentang bagaimana

untuk melakukan sesuatu di masa depan. Rencana ini harus dibuat

seideal mungkin sesuai dengan standard operating procedure (SOP)

yang berlaku. Seperti halnya dengan assessment, clinical reasoning,

clinical thinking, dan ctinical judgment juga sangat berperan pada

tahap ini.

3. Lembar Implementasi

Seperti yang telah diketahui, lembar catatan SOAP hanya merupakan

lembar rencana ideal dari asuhan kebidanan yang akan diberikan kepada
33

pasien. Oleh karena itu, untuk menindaklanjuti catatan tersebut, lembar

implementasi harus juga disiapkan untuk mewujudkan rencana ke dalam

tindakan nyata (Megasari M dkk, 2019)

D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Neonatus (SOAP)

Dalam pendokumentasian metode SOAP, S adalah data Subjectif, O

adalah data Objectif, A adalah Assessment, P adalah Plan.

1. Asuhan kebidanan neonatus 6-48 jam

a) Subjektif

Bayi lahir normal, bayi menagis kuat, bergerak aktif, bayi

mengisap kuat.

b) Objektif

Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan 42-52 cm,

lingkar kepla 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, frekuensi

jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, kulit

kemerahan dan licin karena jaringan subcutan cukup, terlihat

ada reaksi terhadap rancangan.

c) Assessment

Bayi baru lahir cukup bulan 6-48 jam

d) Plan

1) Mempertahankan suhu tubuh bayi

2) Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI eksklusif

3) Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat

4) Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi


34

5) Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada bayi

6) Menganjurkan kepada ibu untuk tidak memberikan

makanan apapun pada bayi selain ASI

7) Mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar

2. Asuhan kebidanan neonatus 3-7. hari

b) Subjektif

Bayi lahir normal, bayi menagis kuat, bergerak aktif, bayi

mengisap kuat.

c) Objektif

Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan 42-52 cm,

lingkar kepala 33-35 cm, suhu36,5-37°c, lingkar dada 30-38

cm, frekuensi jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60

x/menit, tidak ada icterus.

d) Assessment

Bayi baru lahir cukup bulan 3-7 hari

e) Plan

1) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

2) Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bayi cukup ASI

3) Menjaga kebersihan bayi

4) Memeriksa tanda-tanda bahaya seperti kemungkinan

infeksi, diare, masaalah pemberian ASI

5) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering

mungkin setiap bayi harus


35

6) Menganjurkan ibu untuk selalu memantau tanda-tanda

bahaya pada bayi

3. Asuhan kebidanan neonatus 8-28 hari

b) Subjektif

Bayi lahir normal, bayi menagis kuat, bergerak aktif, bayi

mengisap kuat.

c) Objekktif

Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan 42-52 cm,

lingkar kepala 33-35 cm, suhu36,5-37°c, lingkar dada 30-38

cm, frekuensi jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60

x/menit, tidak ada icterus.

d) Assessment

Bayi baru lahir cukup bulan 8-28 hari

e) Plan

1) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bayi

2) Menganjurkan ibu menjaga keamanan bayi

3) Menganjurkan ibu menjaga kehangatan bayi

4) Menganjurkan ibu memberikan ASI saja sampai umur 6

bulan

5) Memberi tahu ibu tentang imunisasi selanjutnya pada bayi

E. Pedoman Asuhan Bagi Neonatus Di Era Pandemik Covid-19

1. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan

belum sempurna fungsi imunitasnya.


36

2. Bayi baru lahir dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi

COVID-19 tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir

(0 – 6 jam) yaitu pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi

Menyusu Dini (IMD), injeksi vit K1, pemberian salep/tetes mata

antibiotik, dan imunisasi Hepatitis B.

3. Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:

a. Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat

b. Bayi dikeringkan seperti biasa.

c. Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak

menunggu setelah 24 jam

d. Tidak dilakukan IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial

lainnya tetap diberikan.

4. Bayi lahir dari ibu hamil HbsAg reaktif dan COVID-19 terkonfirmasi

dan bayi dalam keadaan:

a. Klinis baik (bayi bugar) tetap mendapatkan pelayanan injeksi

vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian imunisasi Hepatitis B

serta pemberian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin kurang dari

24 jam).

b. Klinis sakit (bayi tidak bugar atau tampak sakit) tetap

mendapatkan pelayanan injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan

pemberian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin kurang dari 24

jam). Pemberian vaksin Hepatitis B ditunda sampai keadaan


37

klinis bayi baik (sebaiknya dikonsultasikan pada dokter anak

untuk penatalaksanaan vaksinasi selanjutnya).

5. Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan ARV profilaksis,

pada usia 6-8 minggu dilakukan pemeriksaan Early Infant

Diagnosis(EID) bersamaan dengan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib

pertama dengan janji temu.

6. Bayi lahir dari ibu yang menderita sifilis dilakukan pemberian injeksi

Benzatil Penisilin sesuai Pedoman Neonatal Esensial.

7. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat dilakukan perawatan rawat gabung di

ruang isiolasi khusus COVID-19

8. Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi COVID-19 dilakukan

perawatan di ruang isolasi khusus COVID-19, terpisah dari ibunya

(tidak rawat gabung).

9. Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan

mengenai risiko utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat

dengan ibu, yang cenderung terjadi penularan melalui droplet

infeksius di udara. Sesuai dengan protokol tatalaksana bayi lahir dari

Ibu terkait COVID-19 yang dikeluarkan IDAI adalah :

a. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu dengan

melaksanakan prosedur pencegahan COVID-19 antara lain

menggunakan masker bedah, menjaga kebersihan tangan sebelum

dan setelah kontak dengan bayi, dan rutin membersihkan area

permukaan di mana ibu telah melakukan kontak.


38

b. Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap

diberikan dalam bentuk ASI perah dengan memperhatikan:

1) Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan

pembersihan pompa setelah digunakan.

2) Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus

diperhatikan.

3) Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan

kondisi yang sehat untuk memberi ASI.

4) Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau

elektrik), sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan

untuk menjaga persediaan ASI agar proses menyusui dapat

berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan kembali. Jika

memerah ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus

dibersihkan dan didesinfeksi dengan sesuai.

5) Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi

penyimpanan harus menggunakan kantong spesimen plastik.

Kondisi penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan

kantong ASI harus ditandai dengan jelas dan disimpan dalam

kotak wadah khusus, terpisah dengan kantong ASI dari

pasien lainnya.

c. Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan

swab negatif, sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat


39

menyusui langsung setelah 14 hari dari pemeriksaan swab kedua

negatif.

10. Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes swab,

sementara pada bayi lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi COVID-19

dilakukan pemeriksaan swab dan sediaan darah pada hari ke 1, hari ke

2 (dilakukan saat masih dirawat di RS), dan pada hari ke 14 pasca

lahir.

11. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,

pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan. Idealnya waktu pengambilan sampel

dilakukan pada 48 – 72 jam setelah lahir. Untuk pengambilan

spesimen dari bayi lahir dari Ibu ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19,

tenaga kesehatan menggunakan APD level 2. Tata cara penyimpanan

dan pengiriman spesimen sesuai dengan Pedoman Skrining Hipotiroid

Kongenital. Apabila terkendala dalam pengiriman spesimen

dikarenakan situasi pandemi COVID-19, spesimen dapat disimpan

selama maksimal 1 bulan pada suhu kamar.

12. Pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) dilakukan di fasyankes.

Kunjungan neonatal kedua dan ketiga dapat dilakukan dengan metode

kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan

menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah

terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan

penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.


40

13. Periode kunjungan neonatal (KN) yaitu :

a. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat

puluh delapan) jam setelah lahir;

b. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari

setelah lahir;

c. KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari setelah lahir.

14. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI

ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang

tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda bahaya pada

bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus

untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila

ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah

Sakit.

15. Penggunaan face shield neonatus menjadi alternatif untuk pencegahan

COVID-19 di ruang perawatan neonatus apabila dalam ruangan

tersebut ada bayi lain yang sedang diberikan terapi oksigen.

Penggunaan face shield dapat digunakan di rumah, apabila terdapat

keluarga yang sedang sakit atau memiliki gejala seperti COVID-19.

Tetapi harus dipastikan ada pengawas yang dapat memonitor

penggunaan face shield tersebut (Direktorat Kesehatan Keluarga,

2020).
41

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seseorang peneliti dalam

mengaplikasikan pola beerpikirnya dalam menyusun secara sistematis

teori-teori yang mendukung permasalahan penelitia (Effendy, 2012).

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Fisiologi Neonatus
Asuhan Kebidanan
Neonatus
Kebutuhan
Neonatus
Kunjungan
Neonatus

KN 1 : KN 2 : KN 3 :
6-48 JAM 3-7 HARI 8-28 HARI

Bagan 2.1 kerangka teori


42

2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan yang akan menghubungkan

secara teoritis antara variabel-variabel penelitian (Sugiyono, 2014).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Asuhan Kebidanan
Neonatus

Subjektif
Pendokumentasian Objektif Kesehatan
menggunakan SOAP Assesment Bayi
Plan

Bagan 2.2 kerangka konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis dan rancangan penelitian ini adalah metode pendekatan studi kasus

pemecahan masalah meliputi pengkajian data subjektif, data objektif,

assessment, dan plan asuhan kebidanan neonatus

B. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Mapane Kabupaten

Poso dan waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021

C. Subjek laporan penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian i.ni adalah pengambilan satu

orang bayi dengan persalinan normal di Puskesmas Mapane penentuan

sampel dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling yaitu salah satu

tehnik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan ciri-

ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan

dapat menjawab permasalahan penelitian. Ciri-ciri khusus yang dimaksud

yaitu, subjek penelitian adalah pengambilan satu orang bayi dengan

persalinan normal di Puskesmas Mapane Kabupaten Poso.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinsikan tersebut. Karakteristik yang diamati

(diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati

artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

43
44

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena, kemudian

dapat diulang oleh orang lain.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Definisi Asuhan

Kebidanan Neonatus, Asuhan yang diberikan pada Neonatus mulai usia 6

jam- 28 hari.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan Penelitian ini penulis menggunakan teknik-teknik

sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi

pengamatan langsung pada objek melalui :

a. Wawancara

Wawancara atau tanya jawab dilakukan langsung antara

peneliti dengan pihak- pihak terkait seperti klien, keluarga, dan

tim kesehatan lainnnya (Dokter, Bidan, dan Petugas Kesehatan

Lainnya) untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Observasi

Peneliti mengadakan observasi untuk mengetahui secara

langsung keadaan klien yakni observasi perawatan yang

meberikan asuhan keperawatan pada bai premature dengan ikteri

neonatus
45

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara pemeriksaan

secara meyeluruh (head to toe) meliputi,

1) Inspeksi

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan kebersihan

kepala, telinga, mata, hidung, mulut, leher, dada, bahu,

lengan, perut, kelamin, ekstremitas atas dan bawah,

punggung, kulit dan reflex

2) Askultasi

Pemeriksaan askultasi ini berupa pemeriksaan detak jantung

bayi

d. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-

barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi,

peneliti akan melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau pihak lain.

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

ataupun yang tidak dipublikasikan.

Data sekunder diperoleh dari data Dinas Kesehatan Kabupaten

Poso dan Puskesmas Mapane. Yang berupa cakupan data Angka


46

Kematian Bayi (AKB), cakupan pelayanan KN1 sampai KN lengkap

dengan asuhan kebidanan secara komprisif.

Tahapan pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut :

1) Meminta surat pengantar dari Kampus

2) Kemudian menghubungi Bikor di Puskesmas dengan membawa

surat pengantar dari kampus

3) Lalu Bikor yang akan mengarahkan ke Bidan desa

4) Bidan desa menghubungkan dengan pasien

5) Memperkenalkan diri pada calon responden

6) Meminta persetujuan orang tua bayi

7) Jika setuju untuk dilakukan pengkajian, selanjutnya melakukan

kontark waktu untuk kunjungan pertama

8) Pertemuan pertama yaitu dilakukan pengisian format pengajian

pada klien dengan bentuk SOAP

9) Pengisian data subjektif dengan identitas klien

10) Kemudian dilanjutkan dengan keluhan berdasarkan pengakuan

orang tua

11) Selanjutnya objektif yaitu hasil pemeriksaan neonatus

12) Menilai dan menyimpulkan data subjektif dan objektif

13) Memberikan ibu keadaan nneonatus saat ini, rencana asuhan yang

akan di berikan sekarang dan kunjungan berikutnya, serta

memberitahukan rencana kunjungan selanjutnya


47

F. Teknik Keabsahan Data

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan atau ke lokasi penelitian pengamatan

kembali dengan menggunakan sumber data yang sudah ada atau yang

baru.

2. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan.

3. Triagulasi

Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan data dari berbagai

sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu.

G. Teknik Analisa Data

1. Teori Induksi.

Peneliti berkeyakinan bahwa data harus terlebih dahulu diperoleh

untuk mengungkapkan misteri penelitian dan teori baru akan dipelajari

apabila data sudah diperoleh (Suryani, 2018).

2. Reduksi data.

Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan

membuang data sedemikian rupa yang tidak perlu sehingga data

tersebut dapat menghasilkan informasi yang bermakna sehingga dapat

mempermudah dalam penarikan kesimpulan (Jogiyanto Hartono,

2018).
48

H. Alat dan Bahan

Secara umum alat dan bahan adalah zat, obat, alat dan suplai yang

dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

alat dan bahan :

1. Alat dan dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik : tensimeter, stetoskop, handscoon, timbangan berat

badan, termometer dan jam.

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara : format

Asuhan Kebidanan neonatus

3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi:

catatan medik atau status pasien dan buku KIA.

4. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan asuhan kebidanan

neonatus sesuai dengan protokol kesehatan diera pandemi covid-19

yaitu ;

APD level 1 terdiri dari :

a. Penutup kepala

b. Masker medis

c. Face shield

d. Handscoen

e. Baju kerja

f. Sepatu
49

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan tiga tehnik etika

dalam Melakukan penelitian yaitu :

1. Hak Self Determination:

Hak untuk mendapatkan penanganan yang adil, membuat keputusan

secara sadar, bebas dari paksaan untuk berpastisipasi atau tidak nya

subjek dalam penelitian ini (Handayani, 2018).

2. Hak Privacy dan Martabat:

Hak terhadap Perlindungan, kenyamanan dan kerugian, membeikan

kesempatan kepada subjek penelitian unruk menentukan waktu dan

situasi dimana subjek akan terlibat (Handayani, 2018).

3. Hak Informed Consent:

Persetujuan dari Subjek penelitian setelah penjelasan dari maksud dan

tujuan penelitian yang di lakukan (Handayani, 2018).


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. T. (2015). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi da Balita (Pemeriksaan


Fisik Bayi Baru Lahir).

Dinkes Prov.Sulteng. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil


Kesehatan Provinsin Sulawesi Tengah, 1–222.

Direktorat Kesehatan Keluarga. (2020). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan
Bayi Baru Lahir Di Era Pandemi Covid-19. In Kementrian Kesehatan RI (pp.
9–12). http://www.kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Pedoman bagi Ibu
Hamil, Bersalin, Nifas dan BBL di Era Pandemi COVID 19.pdf

Effendy. (2012). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Vol. 1, Issue 2).

Fatriani, M. D. (2015). Asi Eksklusif. 16(2), 39–55.


https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625

Handayani, L. T. (2018). Kajian Etik Penelitian Dalam Bidang Kesehatan Dengan


Melibatkan Manusia Sebagai Subyek. The Indonesian Journal of Health
Science, 10(1), 47–54. https://doi.org/10.32528/the.v10i1.1454

Istiqomah, D. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI


DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 5(9), 661–669. https://doi.org/10.35952/jik.v5i9.28

Jogiyanto Hartono, M. (2018). Metoda Pengumpulan dan Teknik Analisis Data.


Penerbit Andi.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementrian


Kesehatan Repoblik Indonesia (Vol. 42, Issue 4).

Nanny Lia Dewi, V. (2010). asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika.

Rhomawati, W. S., & Estiwidani, D. (2016). Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR


Dan KMC Terhadap Rooting-Sucking Reflex Neonatus. Kesehatan Ibu Dan
Anak, 11(1), 23–32. http://e-
journal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/kia/article/view/55

Rohan. (2014). Askep Bayi Baru Lahir. 53(9), 1689–1699.

Soares, A. P. (2013). Refleks pada Neonatus. 53(9), 1689–1699.

Sugiyono. (2014). KERANGKA KONSEP (Vol. 53, Issue 9).

50
51

http://www.elsevier.com/locate/scp

Suryani, D. (2018). asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

Tando, N. M. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita. BUKU


KEDOKTERAN.

World Health organization. (2019). Maternal mortality Evidance brief. Maternal


Mortality, 1, 1–4.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/329886/WHO-RHR-19.20-
eng.pdf?ua=1

Anda mungkin juga menyukai