Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PATOLOGI KEHAMILAN

PADA NY “N” G2P1A0 UK 36-37 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH


DINI DAN RIWAYAT SEKSIO SESARIA DI RUMAH SAKIT
BALADHIKA HUSADA KABUPATEN JEMBER
PERIODE 18 s/d 30 APRIL 2022

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

Oleh:
Kelompok 3
Selviana Nurul Fitriyah (P17312215103)
Ilmah Fakhriza (P17312215122)
Nurmalia (P17312212140)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan


Yang Maha Esa atas segala kesempatan yang telah diberikan,
sehingga Laporan Praktik Klinik yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif Patologi Kehamilan Pada Ny “N”
G2P1A0 Di Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten
Jember Tahun 2022”dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan komprehensif ini disusun dalam rangka pemenuhan
target laporan asuhan kebidanan komprehensif praktek klinik
kebidanan fisiologis yang ditetapkan kepada mahasiswa
Pendidikan Profesi Bidan.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
antara lain:
1. Yuniasih Purwaningrum, SSiT,. M.Kes. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah bersedia membimbing dari pendidikan
2. Erfiana Fadriyah STr. Keb selaku pembimbing klinik yang telah bersedia
membimbing di tempat praktek
3. Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
laporan ini.
Penulis manyadari bahwa laporan asuhan kebidanan
komprehensif ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis.

Jember, 19 April 2022

Penyusun

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PATOLOGI KEHAMILAN
PADA NY “N” G2P1A0 UK 36-37 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH
DINI DAN RIWAYAT SEKSIO SESARIA DI RUMAH SAKIT
BALADHIKA HUSADA KABUPATEN JEMBER
PERIODE 18 s/d 30 APRIL 2022

Oleh:
Kelompok 3
Selviana Nurul Fitriyah (P17312215103)
Ilmah Fakhriza (P17312215122)
Nurmalia (P17312215140)

Telah Diperiksa dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Presentasi Kasus


Laporan Praktik Klinik Stase Gadar Maternal dan Neonatal Prodi Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Malang
Jember, .................................
Dewan Penguji,

Pembimbing Praktik Pembimbing Akademik

Erfiana, Amd.Keb Yuniasih Purwaningrum, S.SiT., M.Kes


NIP. 197906052002122002

Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

iii
Ika Yudianti, SST, M.Keb
NIP. 19800727 200312 2 002
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Tujuan ...........................................................................................................................3
1.3 Manfaat .........................................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Kehamilan Trimester III ........................................................................6
2.2 Konsep Dasar Riwayat Seksio Sesaria..........................................................................
2.3 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini...............................................................................
2.4 Telaah Jurnal Internasional sesuai kasus.......................................................................49
BAB 3 TINJAUAN KASUS...............................................................................................58
BAB 4 PEMBAHASAN.....................................................................................................69
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................................75
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................75
5.2 Saran.............................................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................77
Lampiran.............................................................................................................................78

iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Apabila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung sekitar 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan (Walyani, 2015). Pada ibu hamil Trimester III seringkali
merasakan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan yang dapat dialami ibu saat hamil
yaitu keputihan, nyeri pinggang, kram kaki, pembengkakan di kaki dan wasir atau
ambeien (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Selama masa
kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan, dan dengan adanya perubahan ini tidak
menutup kemungkinan juga adanya komplikasi selama masa kehamilan terutama
pada trimester III. Menurut pendapat Marmi tahun 2014 mengatakan bahwa
komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi karena beberapa penyebab, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Proporsi penyebab tertinggi kematian ibu hamil
Trimeter III karena perdarahan, Hipertensi dalam kehamilan dan Infeksi. Penyebab
tidak langsung dari kematian ibu karena kondisi masyarakat itu sendiri seperti
pendidikan, sosial ekonomi dan budaya serta kondisi 3 terlambat (terlambat
mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat
mendapatkan pertolongan yang adekuat di tempat rujukan) dan 4 terlalu (terlalu tua,
terlalu muda, terlalu banyak, dan terlalu dekat jarak kelahiran).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator pembangunan kesehatan seperti yang tertera pada program WHO
Sustainable Development Goals (SDGs) yang dimulai dari tahun 2015-2030 yang
didalamnya mencakup sasaran pokok pada tahun 2030 angka kematian ibu hingga
dibawah 306 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian untuk target angka kematian
bayi pada tahun 2030 hingga 24 per 1000 kelahiran hidup (Santono, 2016).
Berdasarkan hasil SUPAS tahun 2015 dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2020
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat sebesar 305/100.000 kelahiran
hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2017
mencapai 24/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2020). Di Provinsi Jawa Timur
sendiri AKI pada tahun 2019 tercatat 89,81/100.000 kelahiran hidup dan AKB Jawa

6
timur tercatat 23/1000 kelahiran hidup yang berarti sudah berada dibawah target
nasional yaitu sebanyak 24/1000 KH (Dinkes Jatim, 2020). Sedangkan dari
Kabupaten Jember pada tahun 2018 angka kematian ibu (AKI) yaitu mencapai
114,31% dan melebihi target yang sudah dicanangkan di RPJMD dan RENTSRA
DINKES. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2018 mencapai 4,54
dan berada dibawah target RPJMD dan RENSTRA DINKES yaitu sebesar 6,01
(Dinkes Jember, 2019).
Sampai saat ini KPD masih merupakan masalah di dunia termasuk Indonesia dan
memerlukan perhatian yang besar, karena prevalensinya yang cukup tinggi. Menurut
Human Development Report (2010), angka kejadian KPD di dunia mencapai 12,3%
dari total angka persalinan, semuanya tersebar di negara berkembang di Asia
Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Laos. Menurut
World Health Organization (WHO) angka kejadian KPD di dunia pada tahun 2013
sebanyak 50-60% (WHO, 2014). KPD di Indonesia berkisar 4,4 – 7,6% dari seluruh
kehamilan. Angka kejadian KPD berkisar antara 3-18% yang terjadi pada kehamilan
preterm, sedangkan pada kehamilan aterm sekitar 8-10% (Human Development
Report, 2010). Menurut WHO, kejadian KPD di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 35% (WHO, 2014). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi
kejadian ketuban pecah dini di Indonesia sebesar 5,6%, dimana provinsi tertinggi
dengan angka kejadian KPD berada di DI Yogyakarta yaitu 10,1%, dan angka
kejadian KPD terendah berada di provinsi Sumatera selatan yaitu 2,6% (Riskesdas,
2018).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan 1 jam atau
lebih sebelum terjadinya persalinam. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa
bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang menyebabkan iritasi
dapat menghancurkan selaput ketuban. Perhatian khusus yang diberikan sehubungan
dengan KPD adalah persalinan preterm dan infeksi intrauterine asending. Mortalitas
pada bayi preterm adalah 30% dimana Ketuban pecah dini berisiko menyebabkan
terjadinya infeksi (Siswosuharjo&Chakrawati, 2010). Insiden ketuban pecah dini
berkisar antara 8-10% pada perempuan hamil aterm atau cukup bulan, sedangkan
pada kehamilan preterm terjadi pada 1% kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi kelahiran dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34
minggu 50% terjadi persalinan dalam 24 jam dan pada usia kehamilan kurang dari

7
26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. Bidan sangat penting mengetahui
komplikasi dan tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan. salah satunya 3
adalah ketuban pecah dini.
Kejadian ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. (Prawirohardjo, 2012). Risiko ketuban pecah dini dapat menimbulkan
beberapa masalah bagi ibu maupun bagi janin. Bagi ibu dapat menyebabkan infeksi
intrapartal (dalam persalinan), infeksi puerparalis (masa nifas), partus lama,
perdarahan postpartum, morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan pada bayi
dapat menyebabkan prematuritas, prolapse funiculli penurunan tali pusar, hipoksia,
asfiksia sekunder, morbiditas dan mortalitas perinatal ( Fadlun & Feryanto, 2012).
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun
kemungkinan yang menjadi factor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara
langsung pada selaput ketuban atau asenden dari vagina atau serviks. Selain itu
fungsi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin,
umur, paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat
abortus, riwayat ketuban pecah dini,, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan
panggul, kelelahan ibu bekerja, trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam dan amnionitis (Prawirohardjo, 2014).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian ketuban pecah dini
yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi
sedini mungkin tanda dan gejala yang dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah
dini, sehingga dapat ditangani secara cepat dan tepat 4 guna mengurangi komplikasi
dari ketuban pecah dini seperti infeksi, persalinan prematur dan lain sebagainya.
Julia, A,R & Hasanah. (2018). Upaya pemerintah untuk mencegah komplikasi
selama masa kehamilan yaitu dengan adanya program kunjungan antenatal.
Kunjungan antenatal ini memiliki tujuan mengenal dan menangani sedini mungkin
penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas, memberikan nasihat
dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan
aspek keluarga berencana, menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil
terutama Trimester III dengan menggunakan alat bantu berupa Kartu SPR (Skor
Poedji Rochjati) yang digunakan di seluruh wilayah Jawa Timur. Penilaian terhadap
ibu hamil ini dilakukan agar ibu hamil dapat dikelompokkan menjadi ibu hamil
dengan resiko rendah, resiko tinggi dan resiko sangat tinggi. Hasil pengelompokan

8
ibu hamil tersebut maka petugas kesehatan dapat memberikan asuhan yang sesuai
dengan kondisi ibu hamil (Depkes RI, 2014). Pemerintah mengharapkan dengan
upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut dapat mengurangi angka kejadian
komplikasi pada ibu hamil, yang dari waktu ke waktu semakin ditingkatkan.
Dari uraian data diatas penulis akan melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny.R untuk memantau dan memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan janin sehingga ibu dan janin aman sampai dengan proses persalinan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kehamilan/persalinan
patologis trimester III dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan dengan pendokumentasian SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil Ny.N trimester III dengan usia
kehamilan 37-38 minggu dan usia kehamilan 39-40 minggu yang memiliki
KSPR 2
b. Melakukan analisis data pada ibu hamil Ny.N trimester III dengan usia
kehamilan 37-38 minggu dan usia kehamilan 39-40 minggu yang memiliki
KSPR 2
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.N trimester III dengan
usia kehamilan 37-38 minggu dan usia kehamilan 39-40 minggu yang
memiliki KSPR 2
d. Melakukan evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.SNtrimester
III dengan usia kehamilan 37-38 minggu dan usia kehamilan 39-40 minggu
yang memiliki KSPR 2
e. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.N
trimester III dengan usia kehamilan 37-38 minggu dan usia kehamilan 39-
40 minggu yang memiliki KSPR 2

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis

9
Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau acuan dalam pemberian
asuhan kebidanan pada ibu hamil serta dapat juga digunakan sebagai referensi
atau bahan bacaan yang dapat dimanfaatkan oleh angkatan selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Mahasiswa
Membentuk hubungan saling percaya dengan ibu dan keluarganya sehingga
proses pemberian asuhan dapat diterima dengan baik oleh klien dan
keluarganya serta dapat memberikan asuhan secara langsung dan
menyeluruh yang meliputi pemenuhan kebutuhan dan pemberian edukasi
terkait dengan kehamilan.
b. Bagi Bidan
Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu hamil ini, tenaga kesehatan
dapat mendeteksi dini resiko kehamilan yang mungkin terjadi serta
merencanakan rujukan untuk antisipasi masalah yang mungkin terjadi saat
proses persalinan.
c. Bagi Klien
Mendapatkan asuhan kebidanan secara menyeluruh, tambahan pengetahuan
untuk ibu dan keluarga serta mendapatkan pemantauan selama masa
kehamilan Trimester III agar ketidaknyamanan yang dirasakan ibu dapat
terastasi dengan baik serta terhindar dari komplikasi.

10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kebidanan Persalinan


2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan
cukup bulan yang mencakup pengelu aran bayi, plasenta dan
selaputketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala),dari rahim
ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar),dengan tenaga
ibu sendiri (tidak ada intervensi dari luar) (Winkjosastro, 2018).
2.1.2 Tanda dan Gejala Persalinan
a. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu : pengeluaran lendirdan
lendir bercampur darah melalui vagina.
c. Dapat di sertai ketuban pecah.
d. Pada pemeriksaan dalam, di jumpai perubahan servik : perlunakan servik,
pendataran servik, danterjadi pembukaan servik (Manuaba,2010).

2.1.3 Faktor Yang Berpengaruh Pada Persalinan


a. Power atau tenaga yang mendorong bayi
Kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang di hasilkan oleh adanya kontraksi dan
retraksi otot otot rahim.
b. Passage atau jalan lahir
Bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar panggul.Janin harus berjalan
lewat rongga panggul, servik danvagina sebelum di lahirkan.

11
c. Passanger atau fetus
janin (secara khusus bagian kepala janin ) dan plasenta,selaput dan cairan
ketuban atau amnion.

2.1.4 Mekanisme Persalinan Normal


1. M a s u k n y a k e p a l a j a n i n p a d a p i n t u a t a s p a n g g u l
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP) biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi ringan.
2. Flexion (fleksi)
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambahhingga ubun-ubun
kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
3. Internal rotation
(putar paksi dalam)Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis
pubis)atau ke belakang (sakrum). Putaran paksi dalam merupakan
suatuusaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir.
4. E x t e n s i o n
Setelah putar paksi selesai dan kepala sampai dasar panggulmaka terjadi
extensi atau defleksi dari kepala, karena sumbu jalanlahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan dan atassehingga kepala harus
mengadakan extensi untuk melaluinya.
5.  External rotation
(putar paksi luar)Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutar
kearah punggung untuk menghilangkan torsi pada leher karenaputaran
paksi dalam tadi.putaran ini disebut putaran restitusikemudian putaran
dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengantuber ischiadicum sepihak
(di sisi kiri).

6. Expulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawahsimfisis dan
menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahubelakang kemudian bahu depan
menyusul seluruh badan anak lahirsearah dengan paksijalan lahir.

2.1.5 Kala Persalinan


12
1. Kala I ( Kala Pembukaan )
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampurdarah
(blood show) karena servik mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effecement ).
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar kanalis
servikalis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :
a) Fase laten : pembukaan servik yang berlangsung lambat
sampaipembukaan 3 cm, lama 7–8 jam.
b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3
sub fase
i. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
ii. Periode dilatasi maksimal (steadi) :selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
iii. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam
waktu 2 jampembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2. Kala II ( Kala Pengeluaran Janin )
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepatdan
lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun dan masuk
keruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-tot dasar panggul
yang melalui lengkung refleks menimbulkanrasa mengedan.Karena
tekanan pada rektum ibu merasa seperti maubuang air besar, dengan tanda
anus terbuka.Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva membuka
danperineum meregang. Dengan his dan mengejan terpimpin, akanlahir
kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung
selama 1½-2jam. Pada multi ½-1 jam.
3. Kala III ( Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahatsebentar.Uteus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat danberisi plasenta yang menjadi 2 kali
lebih tebal.Beberapa saatkemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri.Dalam waktu 5–10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vaginadan akan lahir spontan atau dengan sedikt dorongan dari

13
atassimpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5–30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai denganpengeluaran
darah kira-kira 100–200 cc.
4. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayidan uri lahir
untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadapbahaya perdarahan post
partum. Lamanya persalinan primi sekitar14 ½ jam, pada multi 7¾ jam.

2.2 Ketuban Pecah Dini

2.2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum

usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan

prematur. Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan

mengalami Ketuban Pecah Dini (Saifuddin, 2014).

Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/ premature rupture

of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu,

yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi

kurang dari 5 cm (Sofian, 2011).

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang

terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho,

2010).

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup

waktu atau kurang waktu ( Cunningham, Mc. Donald, Gant, 2002).


14
Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes

(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda- tanda

persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu

kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak

(Manuaba,2008)

15
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air dari

vagina setelah usia kehamilan berusia 22 minggu dan sebelum proses

persalinan berlangsung namun pecahnya selaput ketuban juga dapat

terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun

kehamilan aterm (Saifuddin, 2002).

2.1.2 Etiologi

Faktor penyebab menurut Varney ( 2007 ) antara lain :

2.1.2.1 Serviks Inkompeten

Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia),

didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk

mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering menyebabkan

kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat

berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan

bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah

pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi

berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetrik

(Saifuddin, 2014).

Diagnosa inkompetensi serviks ditegakkan ketika serviks

menipis dan membuka tanpa disertai nyeri pada trimester kedua atau

awal trimester ketiga kehamilan. Umumnya, wanita datang kepelayanan

kesehatan dengan keluhan perdarahan pervaginam, tekanan pada


16
panggul, atau ketuban pecah dan ketika diperiksa serviksnya sudah

mengalami pembukaan. Bagi wanita dengan inkompetensi serviks,

rangkaian peristiwa ini akan berulang pada kehamilan berikutnya,

17
berapa pun jarak kehamilannya. Secara tradisi, diagnosis inkompetensia

serviks ditegakkan berdasarkan peristiwa yang sebelumnya terjadi,

yakni minimal dua kali keguguran pada pertengahan trimester tanpa

disertai awitan persalinan dan pelahiran ( Morgan, 2009).

Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat keguguran

pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya riwayat laserasi

serviks menyusul pelahiran pervaginam atau melalui operasi sesar,

adanya pembukaan serviks berlebihan disertai kala dua yang

memanjang pada kehamilan sebelumnya, ibu berulang kali mengalami

abortus elektif pada trimester pertama atau kedua, atau sebelumnya ibu

mengalami eksisi sejumlah besar jaringan serviks (Morgan, 2009).

2.1.2.2 Polihidramnion

Polihidramnion adalah keadaan di mana banyak air ketuban

melebihi 2000 cc. Penambahan air ketuban ini biasanya mendadak

dalam beberapa hari yang disebut dengan polihidramnion akut atau

secara perlahan disebut polihidramnion kronis. Insidensinya berkisar

antara 1 : 62 dan 1 : 754 persalinan. Polihidramnion dapat

memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat

selaput ketuban pecah sebelum waktunya.

2.1.2.3 Malpresentasi Janin


18
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan < 32 minggu, jumlah

air ketuban relative lebih banyak sehingga memungkinkan janin

19
bergerak dengan leluasa, dan kemudian janin akan menempatkan diri

dalam letak lintang atau letak sungsang. Pada kehamilan trimester akhir

janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air relative berkurang. Karena

bokong dan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala

maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus

uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di

segmen bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan

rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum

waktunya.

2.1.2.4 Kehamilan Kembar

Pada kehamilan kembar, evaluasi plasenta bukan hanya

mencakup posisinya tetapi juga korionisitas kedua janin. Pada banyak

kasus adalah mungkin saja menentukan apakah janin merupakan

kembar monozigot atau dizigot. Selain itu, dapat juga ditentukan apakah

janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya membedakan ini

diperlukan untuk memperbaiki resiko kehamilan. Pengawasan pada

wanita hamil kembar perlu ditingkatkan untuk mengevaluasi resiko

persalinan preterm. Gejala persalinan preterm harus ditinjau kembali

dengan cermat setiap kali melakukan kunjungan (Nugroho, 2010).

Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami

ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya disebabkan oleh
20
peningkatan massa plasenta dan produksi hormon. Oleh karena itu, akan

sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam mengamati

21
gejala yang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-tanda ketuban

pecah (Varney, 2007).

2.1.2.5 Infeksi Vagina atau Serviks

Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban

maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa

menyebabkan terjadinya KPD, misalnya karena infeksi kuman, terutama

infeksi bakteri, yang dapat menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis,

lemah dan mudah pecah.

Membran khorioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik.

Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan

akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya

aktivitas enzim kolagenolitik. Grup B streptococcus mikroorganisme

yang sering menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis,

Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteri-bakteri

yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm.

Bakteri-bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang

menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan

dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban (Varney, 2007).

2.1.3 Faktor Predisposisi

22
Faktor predisposisi menurut Menurut Buku Saku Pelayanan

Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (2013),

Saifuddin (2014) :

2.1.3.1 Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya,

23
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian

KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi

kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2- 4 kali mengalami

ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat

ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga

memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita

yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan

maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita

yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi

membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin

menurun padakehamilan berikutnya (Helen, 2008).

2.1.3.2 Infeksi traktus genital

Di Amerika Serikat 0,5% – 7% wanita hamil didapatkan menderita

gonorea. Meningkatnya kasus gonore dalam kehamilan setara dengan

peningkatan kejadian ketuban pecah dini dalam kehamilan,

korioamnionitis, dan terjadinya sepsis pada neonatus.Infeksi Clamidydia

trachomatis merupakan penyebab akibat hubungan seksual yang

kejadiannya semakin tinggi, kejadian infeksi ini pada serviks wanita hamil

yaitu 2-37%. Beberapa penelitian menunjukkan berbagai masalah

meningkatnya risiko kehamilan dan persalinan pada ibu dengan infeksi ini.

Misalnya dapat menimbulkan abortus, kematian janin, persalinan preterm,

pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah sebelum waktunya serta

endometritis postabortus maupun postpartum.

24
Penyakit bacterial vagionosis (BV) dahulu dikenal dengan sebagai

vaginitis nonspesifik atau vaginitis yang disebabkan oleh Haemophilus/

Gardnerella vaginalis. Dalam kehamilan, penelitian membuktikan bahwa

BV merupakan salah satu faktor pecahnya selaput ketuban pada kehamilan

dan persalinan prematur.

2.1.3.3 Perdarahan antepartum

1) Merokok.

Menurut Wardoyo (1996) bahwa Perokok pasif dalah asap rokok

yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker).

Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan

sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif

daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar

berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di

tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif

dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak

mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak

mengandung tar dan nikotin.

Menurut Pantikawati dan Saryono tahun (2010) bahwa penyakit

akibat rokok yaitu penyakit jantung, paru, kanker paru,

arteriosclerosis, dan dampak pada kehamilan (abortus, solusio

plasenta, plasenta previa, insufisiensi plasenta, kelahiran

prematur, ketuban pecah dini , dan BBLR).

25
Menurut Laksmi, (2009) bahwa asap rokok menyebabkan

terganggunya penyampaian oksigen ke janin sehingga

pertukaran gas menjadi abnormal.

Menurut Saifuddin, (2014) bahwa pertukaran gas menjadi

abnormal dapat menyebabkan terjadi perubahan biokimia yaitu

berkurangnya komponen kolagen seperti asam askorbik dan

tembaga sehingga terjadi abnormalitas pertumbuhan struktur

kolagen selaput ketuban. Pertumbuhan struktur kolagen yang

abnormal dapat menyebabkan kekuatan selaput ketuban

inferior rapuh sehingga terjadi ketuban pecah dini.

Menurut hasil penelitian Muntoha, Suhartono, Nur Endah W tahun

(2013) dengan judul Hubungan antara Riwayat Paparan Asap

Rokok dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di

RSUD Dr. H. Soewondo Kendal bahwa Hasil penelitian

menggambarkan hubungan antara riwayat paparan asap rokok

dengan kejadian KPD pada ibu hamil menunjukkan bahwa

sebagian besar responden yang terpapar asap rokok mengalami

KPD yaitu sejumlah 24 responden atau 75% dengan value 0,00

atau< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara riwayat paparan asap rokok dengan kejadian

KPD.

26
Menurut penelitian Icha Dithyana tahun (2013) dengan judul

hubungan ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban

pecah dini. Menunjukan bahwa ibu hamil perokok pasif

27
memiliki risiko untuk terkena ketuban pecah dini 3,5 kali lebih

besar daripada wanita tidak perokok pasif dan menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna ibu hamil perokok pasif

dengan kejadian ketuban pecah dini.

2) Hubungan Seksual.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Juwita (2007)

menunjukkan hasil bahwa coitus saat hamil dengan frekuensi

lebih dari 3 kali seminggu, posisi coitus yaitu suami diatas

dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar 37,50%,

infeksi genitalia sebesar 37,50%, paritas (multipara) sebesar

37,59%, riwayat KPD sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari

35 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD.

Menurut Winkjosastro (2006) bahwa frekuensi koitus pada

trimester III kehamilan yang lebih dari 3 kali seminggu diyakini

berperan pada terjadinya KPD. Hal itu berkaitan paparan hormon

prostaglandin didalam semen atau cairan sperma. Menurut

Hamilton (1995) bahwa Prostaglandin disekresi oleh banyak

jaringan tubuh, terutama pada kelenjar prostat pria dan

endometrium wanita. Pada wanita hormon tersebut mempengaruhi

ovulasi, kontraksi tuba dan uterus, meluruhkan endometrium, serta

awal gejala aborsi persalinan. Menurut Saifuddin, (2014) bahwa

pada saat penurunan progesteron, estrogen pada ibu hamil dan

28
peningkatan prostaglandin dan oksitosin dapat mengakibatkan

terjadinya tanda-tanda persalinan.

29
2.1.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air

ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin

cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat

dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila

anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di

bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk

sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,

denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda

infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan

penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba.

Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan

spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari

serviks atau menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada,

gerakkan sedikit bagian terbawah janin, atau minta ibu untuk

mengedan/batuk.

30
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan

dilakukan penanganan aktif (melahirkan bayi) karena dapat

mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi.

31
Pastikan bahwa:

a). Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:

1). Bau cairan ketuban yang khas

2). Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari

merah menjadi biru. Harap diingat bahwa darah, semen, dan infeksi

dapat menyebabkan hasil positif palsu

3). Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati

sekret servikovaginal yang mengering

b). Tidak ada tanda-tanda in partu setelah menentukan diagnosis ketuban

pecah dini, perhatikan tanda-tanda korioamnionitis.

2.1.6 Komplikasi

2.1.6.1 Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.

Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 %

terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 –

34 minggu 50 % persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari

26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

32
2.1.6.2 Infeksi

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.

Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi

septicemia, pneumonia dan omfalitis. Umumnya korioamnionitis terjadi

sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi

lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada

33
Ketubab Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode

laten.

2.1.6.3 Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang

menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat

hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,

semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

2.1.6.4 Sindrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan

anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar (Wiknjosastro, 2014).

2.1.7 Mekanisme KPD

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah

karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang

menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh

selaput ketuban rapuh.

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi

ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme


34
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan

selaput ketuban pecah.

35
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks

metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor

jaringan spesifik dan inhibitor protease.

Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP

dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks

ektraseluler dan membrane janin. Aktivitas degradasi proteolitik

ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis

di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban

Pecah Dini.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.

Pada trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya

kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran

uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir,

terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya

ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis

(Saifuddin, 2014).

1
2.1.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan Sesuai Kemenkes RI
Nomor 938/Menkes/VIII/2007 Tentang Standart Asuhan Kebidanan
Menggunakan SOAP.
2.1.8.1 S adalah subjektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesis antara lain tanggal,
tahun, waktu, biodata, riwayat, termasuk kondisi klien. Catatan
data spesifik atau focus. Tanda dan gejala subjektif yang
didapatkan dari hasil bertanya pada klien, suami, dan keluarga.
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan
dengan diagnosis.
2.1.8.2 O adalah objektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui pengamatan dan terukur,
pemeriksaan fisik klien didapatkan melalui inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi, termasuk data penunjang. Data ini
memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
2.1.8.3 A adalah analisis. Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisis, diagnosis, dan masalah kebidanan.
2.1.8.4 P adalah penatalaksanaan. Mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, misalnya tindakan
antisipasif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan
rujukan. Dokumentasi menunjukkan perencanaan yang tepat
(Astuti, dkk. 2017).

2
Asuhan Kebidanan Ibu hamil Trimester III
G .. P .. A .. Usia Kehamilan 28-40 Minggu

Tanggal Pengkajian : Menunjukkan tanggal dan waktu dilakukan


pengkajian
Tempat Pengkajian : Menunjukkan dimana dilakukan pengkajian

1) Data Subjektif
(1) Anamnesa Biodata
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan klien secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan
suami menurut meliputi :
a) Nama ibu dan suami : untuk dapat mengenal, mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama, dan memperlancar
komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan
lebih akrab.
b) Umur : menurut KSPR dicantumkan usia aman untuk hamil
adalah antara ≥ 16 dan ≤ 35 tahun.
c) Agama : berhubungan dengan perawatan penderita yang
berkaitan dengan ketentuan agama.
d) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat
pendidikan karena mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang.
e) Pekerjaan : mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan
seperti bekerja dipabrik rokok, percetakan, serta mengukur
tingkat ekonomi klien yang berpengaruh terhadap gizi pasien.
f) Alamat : menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya
sama dan diperlukan untuk mengadakan kunjungan kepada
klien

3
(2) Alasan kunjungan/keluhan
Keluhan yang biasa muncul pada trimester III antara lain
Sering buang air kecil, konstipasi, sesak napas, nyeri punggung
bagian bawah, bengkak, kontraksi palsu (Astuti, dkk. 2017)
(3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit menurun (diabetes
melitus, hipertensi), penyakit menular (HIV, hepatitis, TBC,
IMS), penyakit sistemik (ginjal, jantung). (Astuti, dkk. 2017)
b) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun (diabetes
melitus, hipertensi), penyakit menular (HIV, hepatitis, TBC,
IMS), penyakit sistemik (ginjal, jantung). (Astuti, dkk. 2017)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun
(diabetes melitus, hipertensi), penyakit menular (HIV,
hepatitis, TBC, IMS), penyakit sistemik (ginjal, jantung), dan
riwayat gemeli (Astuti, dkk. 2017).
(4) Riwayat Menstruasi
HPHT : menunjukkan jika usia kehamilan ibu sudah memasuki
trimester 3 (usia kehamilan 28-42 minggu)
(5) Riwayat Obstetri
Pada kehamilan normal seharusnya tidak ditemukan riwayat
obstetri yang buruk, karena riwayat obstetric yang lalu dapat
mempengaruhi kehamilan yang sekarang.
(6) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Frekuensi ANC : minimal yang didapat oleh ibu hamil
trimester ketiga adalah 3 kali kunjungan

4
b) Keluhan dan KIE yang didapat :
T KELUHAN KIE YANG DIBERIKAN
M
I 1. Teknik relaksasi
2. Memasase leher dan otot bahu
1. Sakit kepala 3. Istirahat cukup
4. Mandi air hangat
5. Kompres leher dengan air hangat
2. Rasa mual dan 1. Hindari bau atau faktor-faktor penyebabnya
muntah 2. Makan sedikit tapi sering
3. Hindari makanan berminyak
3. Frekuensi 1. Penjelasan mengenai sebab-sebabnya
berkemih 2. Kosongkan kandung kemih saat terasa
meningkat dorongan untuk berkemih
4. Keputihan 1. Tingkatkan kebersihan dengan mandi
setiap hari
2. Pakailah pakaian yang terbuat dari katun
atau bahan dengan daya serap yang kuat
5. Kelelahan Olahraga ringan secara teratur

II 1. Nyeri perut bawah 1. Menganjurkan ibu untuk berdiri secara


tiba-tiba dari posisi jongkok
2. Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik.
2. Nyeri punggung 1. Memberitahu ibu menjaga posisi
tubuhnya.
2. Menganjurkan ibu mengurangi aktivitas
waktu istirahat
3. Perubahan Anjurkan ibu untuk menggunakan bra dengan
payudara ukuran yang lebih besar sehingga nyaman
bagi ibu dan mencegah rasa sesak akibat
ukuran yang terlalu ketat.
4. Konstipasi Menganjurkan ibu untuk :
1. Mengkonsumsi makanan kaya serat.
2. Minum 8-10 gelas/hari dan hindari
teh/kopi
3. Olahraga ringan /rutin
III 1. Sering berkemih 1. menjelaskan pada ibu bahwa sering
berkemih merupakan hal yang normal
akibat dari perubahan yang terjadi selama
kehamilan
2. menganjurkan ibu mengurangi asupan
cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat
ibu tidak akan terganggu
2. Sesak nafas 1. Mengatur posisi duduk dengan punggung
tegak
2. Menghindari posisi tidur terlentang
3. Bengkak 1. Menganjurkan ibu untuk memperbaiki

5
sikap tubuhnya dengan menghindari
posisi kaki menggantung karena akan
meningkatkan tekanan akibat gaya
gravitasi yang akan menimbulkan
bengkak.
2. Menghindari pakaian ketat dan berdiri
lama
3. Melakukan latihan ringan dan berjalan
secara teratur untuk memfasilitasi
peningkatan sirkulasi.
4. Kram pada kaki 1. Menyarankan ibu hamil untuk
melaksanakan latihan ringan umum
seperti memposisikan kaki lebih tinggi
dari tempat tidur sekitar 20-25 cm.
2. Menyarankan ibu hamil untuk
mengonsumsi vitamin B, C, D, kalsium
dan fosfor agar terdapat keseimbangan
antara kadar tersebut.
5. Kontraksi braxton Menjelaskan pada ibu bahwa hal ini
Hicks merupakan kejadian normal yang biasa
terjadi (Irianti, 2014).
c) Terapi yang pernah didapat : Fe, Kalk, Vit C
d) Gerakan janin normalnya ± 3 kali selama 3 jam (Dewi,dkk.
2014) mulai dirasakan pada ibu hamil :
(a) Primigravida : 18-20 minggu
(b) Multigravida : 16-18 minggu (Irianti, 2014)
e) Imunisasi TT digunakan untuk melihat status imunisasi TT
yang sudah diterima oleh ibu hamil :
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan
dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Jika ibu sudah
mendapatkan imunisasi TT 5 sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan dalam program, maka ibu tersebut tidak perlu
mendapatkan imunisasi TT lagi (Astuti, dkk. 2017).
(7) Riwayat kontrasepsi
Dikaji untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang digunakan
klien, dengan jangka waktu selama menggunakan kontrasepsi
tersebut, keluhan yang dialami, alasan berhenti serta rencana
metode kontrasepsi yang akan digunakan (Astuti, dkk. 2017).

6
(8) Pola Kegiatan Sehari-Hari
a) Nutrisi :
a. Nasi atau makanan pokok (6 porsi)
1 porsi = 100 gr atau ¾ gelas nasi
b. Protein hewani (4 porsi)
Seperti ikan, telur, ayam, dan lainnya. 1 porsi = 50 gr atau 1
potong sedang ikan, 1 porsi = 55 gr atau 1 butir telur ayam
c. Protein nabati (4 porsi)
Seperti tempe, tahu dan lainnya. 1 porsi = 50 gr atau 1 potong
sedang tempe, 1 porsi = 100 gr atau 2 potong sedang tahu
d. Sayur-sayuran (4 porsi)
1 porsi = 100 gr atau 1 mangkuk sayur matang tanpa kuah
e. Buah-buahan (4 porsi)
1 porsi = 100 gr atau 1 potong sedang pisang, 1 porsi = 100-
190 gr atau 1 potong besar pepaya
f. Minyak/lemak (5 porsi)
1 porsi = 5 gr atau 1 sendok teh, bersumber dari pengelolaan
makanan seperti menggoreng, menumis, santan, kemiri,
mentega dan sumber lemak lainnya
g. Gula (2 porsi)
1 porsi = 10 gr atau 1 sendok makan bersumber dari kue-kue
manis, minum teh manis dan lain-lainnya
b) Eliminasi : pada TM III ibu hamil mengalami sering kencing
disebabkan karena adanya pembesaran uterus yang menekan
kandung kemih. BAK 8-9 kali sehari, BAB 1 kali perhari
c) Istirahat : Kebutuhan istirahat ibu hamil perhari yaitu + 9 jam.
d) Personal hygiene : Keramas 2-3 kali/minggu, mandi 2-3
kali/hari, sikat gigi ± 2 kali/hari, ganti CD 2-3 kali perhari
atau setiap kali basah/lembab
(9) Riwayat psikososial, kultural, dan spiritual
Pada periode ini adalah periode menunggu dan waspada, pada
saat ini ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Rasa tidak

7
nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yanga
merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih
karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian
khusus yang diterima selama ini dari suami dan keluarganya.
Pada trimester ini membutuhkan ketenangan dan dukungan dari
suami dan keluarga (Astuti, dkk. 2017).
2) Data Objektif
(1) Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : Normal sistolik antara 90-130 mmHg dan diastolik
antara 70-80 mmHg, Nadi : keadaan normal 60-90
kali/menit, RR : normal 16-24, Suhu : 36,5-37,5 oC
kali/menit (Hani, dkk, 2014).
Antropometri

a) BB saat ini, penambahan berat badan pada trimester 3


yang berkisar antara 0,5-1 kg/minggu (fathonah, 2016).
b) Tinggi badan ≥145 cm, (TB ≤145 cm tergolong resiko
tinggi) (Astuti, dkk. 2017).
c) LILA : mendapatkan gambaran status gizi klien normal >
23,5 cm (Astuti, dkk. 2017).
d) IMT : mendapatkan status gizi klien normal 19,8-26
KSPR : skor 2
(2) Pemeriksaan fisik
Menurut Sri Astuti, 2017 pemeriksaan fisik yang dilakukan ialah:
a) Muka : tidak odema, tidak pucat
b) Mata : konjungtiva merah muda (bila pucat menandakan
anemia), sklera normal berwarna putih (bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis), kelopak mata
tidak bengkak
c) Mulut : tidak sariawan, bibir lembab, lidah bersih

8
d) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,tidak ada
bendungan vena jugularis, dan tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe
e) Payudara : puting susu bersih dan menonjol, kolostrum keluar,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
f) Abdomen : tidak ada bekas SC, pembesaran perut sesuai usia
kehamilan. Palpasi pemeriksaan leopold menurut Astuti, dkk
tahun 2017 adalah :
Leopold I : TFU 36 minggu setinggi px (Hani, dkk.
2014).
Bagian yang berada difundus teraba bagian
lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Teraba panjang keras seperti papan (punggung)
pada satu sisi uterus dan pada sisi yang lain
teraba bagian kecil janin atau sebaliknya
Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan melenting
(presentasi kepala), kepala sudah masuk PAP
atau belum
Leopold IV : Divergen : bagian terbesar dari kepala masuk
kedalam rongga panggul dan ukuran terbesar
kepala sudah melewati PAP (Mufdlilah, 2009).
Auskultasi : DJJ normalnya 120-160 x/menit
TFU :
Rumus Mc Donald’s
UK(hitungan bulan) = (TFU cm x 2) : 7
UK(hitungan minggu) = (TFU cm x 8) : 7
(Mufdlilah, 2009)
TBJ:
Rumus menghitung berat janin
Divergen {TBJ (gram) = (TFU – 11)x 155}
Convergen {TBJ (gram) = (TFU – 12)x 155}
(Mufdlilah, 2009)

9
g) Punggung : bentuk punggung lordosis atau hiperlordosis
h) Genetalia (vulva, vagina, dan perineum) : tidak varises, tidak
ada luka, tidak ada pengeluaran pervaginaan.
i) Ekstrimitas (atas dan bawah) : simetris, tidak ada oedem,
tidak ada varises, dan refleks patela positif
(2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang diperlukan bagi ibu hamil untuk menilai
keadaan ibu dan kesejahteraan janin yaitu :
a) Pemeriksaan ultrasonografi : normal hasil USG lokasi janin
intrauterine, posisi janin preskep dan jumlah air ketuban
500-1500 ml (Astuti, dkk. 2017)
b) Pemeriksaan Hb : Pemeriksaan Hb bertujuan untuk
mengetahui kadar hemoglobin dalam darah. Pemeriksaan
Hb pada ibu hamil trimester III dilakukan satu kali yaitu
pada minggu 28 sampai 32 minggu atau tepatnya usia
kehamilan 30 minggu. Normal Hb pada ibu hamil 11 gr%
(Astuti, dkk, 2017)
c) Pemeriksaan urine
(a) Protein urine
Pemerikasaan protein urine pada trimester III hanya
dilakukan apabila ada indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada
ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya pre-eklamsia pada ibu hamil. Hasil normal
pada ibu hamil jika dilakukan pemeriksaan kadar
proteinuria akan ditemukan hasil negatif (-) urine
berwarna jernih (Astuti, dkk. 2017)
(b) Reduksi urine
Pemeriksaan reduksi urine pada trimester III dilakukan
satu kali terutama pada akhir trimester ketiga.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
komplikasi yang terjadi selama kehamilan yaitu

10
diabetes gestasional. Hasil normal pada ibu hamil
dilakukan pemeriksaan reduksi urine maka didapatkan
hasil negatif (-) berwarna biru kehijauan. (Astuti, dkk.
2017)

3) Assassement
Dx : G .. P .. A .. usia kehamilan 28-40 minggu dengan kehamilan
normal
Mx : Berisi masalah yang timbul pada ibu hamil
4) Penatalaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan ibu hamil dilakukan secara komprehensif,
efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif da rehabilitatif.
Tanggal/ Penatalaksanaan Paraf
Jam
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
2. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk
menyampaikan keluhan yang saat ini dirasakan
3. Menjelaskan ketidaknyaman yang dirasakan ibu dan cara
mengatasinya :
a. Menganjurkan ibu untuk sering mengganti celana
dalam, memakai celana dalam berbahan katun, dan
membasuh kemaluan dari depan ke belakang selesai
BAK dan BAB untuk mencegah Infeksi Saluran
kemih
b. Menganjurkan ibu mengonsumsi buah yang banyak
mengandung serat seperti pepaya, perbanyak minum
air putih, perbanyak konsumsi sayuran hijau, istirahat
cukup, BAB segera setelah ada dorongan untuk
mencegah konstipasi.
c. Menganjurkan untuk mengatur posisi duduk dengan
punggung tegak, dan menghindari posisi terlentang

11
terlalu lama untuk mencegah sesak nafas.
d. Menganjurkan tidak menggunakan high heels untuk
mencegah nyeri pinggang serta melakukan senam
hamil secara rutin untuk mengurangi nyeri punggung
e. Menganjurkan melakukan pemijatan di area pinggang
atau menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
nyeri kontraksi.
4. Memberikan KIE tentang :
Memenuhi kebutuhan nutrisi, senam hamil, istirahat,
kebersihan diri, dan lingkungan, persiapan pemberian
ASI, pengenalan tanda bahaya kehamilan dan cara
mencari pertolongan, hubungan seksual, kegiatan sehari-
hari dan pakaian
5. Memberikan terapi Fe, kalk, vit c dan menjelaskan cara
mengkonsumsi obat
6. Melakukan kolaborasi dan rujukan bila diperlukan
dengan kebutuhan
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi
atau jika ada keluhan
(Astuti, dkk. 2017)

2.1 Telaah Jurnal Internasional sesuai kasus


POINT URAIAN
INFORMASI Penulis 1. Linda Chiuman
CITASI
Tahun publikasi 2020
Judul artikel Comparison of Pregnancy Exercise
and Depth Breath Relaxation for
Lower Back Pain in Pregnant Women
Perbandingan Senal Hamil dan
Relaksasi Nafas Dalam untuk Nyeri

12
Pinggang pada Ibu Hamil
Nama jurnal Prima Medical Journal (PRIMER)
Volume 3
Isssue/no 2
Halaman -
DOI (Bila ada) https://doi.org/10.34012/pmj.v3i2.1388
ABSTRAK 1. Aplikasi isi Iya, dalam abstrak sudah mengandung
abstrak sudah unsur IMRAD
terdiri dari
IMRAD:
Introduction The high number of LBP in the
thirdtrimester of pregnant women. A
few numbers of study that explore the
effect of pregnancy exercise and
depth relaxation for LBP among
pregnant women.
Method/metode This study was an experimental study
that used Pretest-Posttest Control Group
Designamong 28 third trimesterof
pregnant women in Royal Prima
Hospital. The descriptive analysis,
Mann-Whitney test, and Wilcoxon
test were used to analyze the data.
Result/hasil This study showed that at the initial
observation time, there was no
significant difference in the pain
scale among the pregnant women.
Meanwhile, at least two last
observation time, there were
significant differences in pain scale
among each group of intervention
and each observation time.

13
Discusssion/diskusi Hence, pregnancy exercise is better
than depth breath relaxation for
reducing backpain severity after two
weeks of intervention.

2. Apakah Jumlah kata dalam abstrak hanya terdiri


abstrak dari 149 kata
terdiri dari
200 kata?
PENDAHULUA 1. Apakah latar Iya, dapat dilihat dari :
N belakang  Paragraf 1-3 membahas tentang
sudah sesuai nyeri punggung pada ibu hamil:
dengan judul? There are several physiologic
changes duringPregnancy include
cardiovascular, endocrine, renal, and
musculoskeletalsystems. One of the
musculoskeletal changes is weight
gain around25 to 35 lb(11 to 16
kg), especially around the
abdomen. The enlargement of the
abdomen causes postural
compensation and change in the axial
skeleton. That leadsto the
development of low back pain (LBP)
that is the most common
musculoskeletal problem during
pregnancy [1]
LBP in Pregnancy isclassified
into two types, includes Pelvic
girdle pain (PGP) and lumbar pain
(LP). Meanwhile, in some cases,

14
there is a combination of these types.
LBP typically begins in the second
trimester, on average, around 22
weeks of gestational age [1], [2].
About half of all pregnant women
suffer from LBP that may be due to
mechanical, hormonal, or other
causes [2]. Approximately 50% of
women that had LBP during
Pregnancycontinue to have the pain
for one year after delivery, while
about 20% experience the
symptomatic for three years after
delivery [1].
 Paragraf 4-5 membahas mengenai
dampak dan faktor nyeri
punggung pada ibu hamil:
The Low Back Pain is the
common musculoskeletal problem
among pregnant women that harms
the psychology and daily living. The
range of estimation for LBP
prevalence is 30-78% in the US,
Europe, and some parts of Africa.
One-third of the population shows
severe LBP that is associated
withpoor quality of life. Around
8% woman that suffer from LBP,
it is affected the daily living
activities, while around 10% is
unable to return to work due to LBP
[2], [3].

15
The common several risk
factors of LBP include pelvic
trauma, young age, multiparous,
chronic LBP, and history of LBP in
the previous of Pregnancy. However,
the exact cause of LBP is still poorly
understood, and it may be due to
multifactorial that is associated
with biochemical, vascular, and
hormonal changes during pregnancy
[3].
 Paragraf 6 membahas tentang
upaya mengurangi nyeri punggung
dengan senam hamil serta
perbandingan teknik relaksasi
nafas dalam dan senam hamil
untuk mengurangi nyeri
punggung :
Physical training program on
Pregnancy is one of the modalities
for reducingthe LBP. Several
studies showed that physical training
could reduce the severity of LBP
includes the resulting study from
Thorell and Kristiansson (2012), Abu
et al. (2017), and Mirmolaei (2018).
However, these studies explored the
effect of physical training among
the foreignpregnant women
population. This study was aimed to
explore the effect of physical training
among the local pregnant woman

16
populationto reduce the severity of
LBP, due to there is a probability
that the different populations will
show different characteristics and
the outcome. On the other hand,
this study also compares the effect
of deep relaxation and physical
training to reduce the LBP among
pregnant women[4]–[6].
2. Apakah di Iya, dapat dilihat dari paragraf terakhir :
pendahuluan This study was aimed “to explore the
sudah effect of physical training among the
tercantum local pregnant woman populationto
tujuan reduce the severity of LBP”.
penelitian?
METODE 1. Apakah sudah Iya, namun sebagian ada yang tidak
tercantum tercantum
a. Design a. Design penelitian quasi
penelitian? eksperimental dengan
b. Populasi? menggunakan pretest posttest
c. Teknik control group design
sampling? b. Populasi penelitian ini adalah ibu
d. Sampel? hamil trimester 3 yang mengalami
e. Variabel nyeri punggung
yang c. Teknik sampling penelitian ini
diteliti? adalah total sampling
f. Cara d. Sampel penelitian ini adalah 28
pengumpula ibu hamil di trimester 3 yang
n data tiap- kemudian dibagi menjadi dua
tiap kelompok.
variabel? e. Variabel bebas dalam penelitian
g. Alat ini adalah senam hamil dan teknik

17
pengumpula relaksasi nafas dalam, dan variabel
n data untuk terikatnya adalah nyeri punggung
masing- pada ibu hamil trimester ke-3
masing f. Cara pengumpulan data tiap-tiap
variabel variabel dalam penelitian ini tidak
apa? disebutkan
h. Tahap/ g. Alat pengumpulan data dalam
proses/ penelitian ini kuesioner
langkah- menggunakan Face Pain Rating
langkah Scale (FPRS)
penelitianny h. Sebelum dilakukan intervensi
a? tingkat Keparahan Nyeri
i. Etichal Punggung diukur dengan Skala
clearence? Peringkat Nyeri Wajah ( FPRS)
yang diukur sebelum intervensi,
dan setiap minggu sebelum
dilakukan senam hamil atau
relaksasi mendalam. Awalnya
semua data dianalisis secara
deskriptif. Selanjutnya, derajat
nyeri punggung antara masing-
masing kelompok intervensi
dianalisis dengan uji Mann-
Whitney, sedangkan uji Wilcoxon
digunakan untuk menganalisis
perbedaan derajat nyeri punggung

setiap kali observasi.

i. Etichal clearence : -
HASIL 1. Apakah sudah Semua sudah dipaparkan
di paparkan: a. Data hasil penelitian
a. data hasil - Distribusi jumlah ibu hamil yang

18
penelitian mengalami nyeri punggung :
tiap-tiap jumlah ibu yang hamil mengalami
variabel? nyeri punggung sebanyak 28 orang
b. Hasil - Distribusi ibu hamil nyeri
analisis punggung yang melakukan senam
data? hamil 50% atau sebanyak 14
c. Apakah responden, dan distribusi ibu hamil
hasil nyeri punggung yang melakukan
penelitian teknik relaksasi nafas dalam 50%
dapat atau sebanyak 14 responden.
menjawab - Perbandingan tingkat nyeri pada
tujuan ibu hamil yang melakukan senam
penelitian hamil dan teknik relaksasi nafas
dalam
b. Dari hasil analisis Hasilnya
didapatkan p-value kurang dari 0,05
yang berarti terdapat perbedaan
yang signifikan skala nyeri antara
setiap kelompok yang diberikan
intervensi.
c. Iya
PEMBAHASAN 1. Apakah sudah Ya, didalam pembahasan menjelaskan
tercantum: hasil penelitian dan sudah terdapat
a. Penjelasan uraian berdasarkan teori dan opini dari
untuk hasil peneliti
penelitian
tiap-tiap
variabel.
b. Apakah
terdapat
uraian
berdasarkan

19
teori serta
opini dari
peneliti?
KESIMPULAN Apa saja Senam hamil dan teknik relaksasi nafas
kesimpulan yang di dalam dapat mengurangi nyeri
paparkan oleh punggung pada ibu hamil setelah
peneliti? dilakukan intervensi pada minggu
ketiga dan keempat, namun senam
hamil lebih baik dari pada relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi nyeri
punggung pada ibu hamil.
REFERENSI 1. Referensi a. Buku : 2 sumber
yang b. Jurnal : 9 sumber
digunakan c. Dll: tidak ada sumber lain
peneliti
bersumber
dari mana
saja?
Totalnya
ada berapa
sumber?
a. Buku :
ada
berapa
sumber?
b. Jurnal :
ada
berapa
jurnal?
c. Dll

20
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Kunjungan Pertama Trimester III


Asuhan Kebidanan Ibu hamil Trimester III
Pada Ny. S G2 P1 A0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu

Hari/Tanggal : Kamis / 18 November 2021


Jam : 11.00 WIB
Tempat : PMB Citra Dwi Lestari, Amd.Keb
Pengkaji : Selviana Nurul Fitriyah

3.1.1 Data Subjektif


a. Biodata
Nama : Ny. S Nama : Tn. I
Umur : 26 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ : Madura/Indonesia Suku/ : Madura/Indonesia
Bangsa : SD Bangsa : SMP
Pendidikan : IRT Pendidikan : Wiraswasta
Pekerjaan : Dusun Dawuhan 5/9 Pekerjaan
Alamat Desa Kawangrejo,
Mumbulsari
: O Rh+
GOLDA
b. Alasan kunjungan/keluhan utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan anak ke-2 ingin memeriksakan
kehamilannya dan mengeluh sering nyeri pinggang.
c. Riwayat Menstruasi
HPHT : 25 Februari 2021
HPL : 02 Desember 2021

21
d. Riwayat Kehamilan
 Hamil ke :2
 Status imunisasi TT : TT3
 Gerakan janin : Aktif (> 10 kali/hari)
 Frekuensi ANC
T Frekue Pemeriksaan
Keluhan UK Terapi
M nsi laborat/USG/KIE
Tablet
Hb 13,4 gr%, HbsAg NR,
Mual 6 tambah
1 1 kali VCT NR, SYP NR, Golda
muntah minggu darah 20
O Rh+, GDA 115, Nutrisi
tablet
Taa 14 FKC 20
Konseling Nutrisi
minggu tablet
2 2 kali
Taa 19 FKC 20
Personal higiene
minggu tablet
Taa 28 FKC 10
Tanda bahaya TM III
minggu tablet
Taa 36-37 FKC 10
Linakes
3 4 kali minggu tablet
Nyeri
pinggang 37-38
Gestiamin Senam hamil
minggu

Kenceng 39- 40 Tanda dan persiapan


Gestiamin
-kenceng minggu persalinan

e. Riwayat obstetrik (kehamilan, persalinan, nifas) yang lalu


Kehamilan Persalinan Anak Nifas
UK Kelai ASI
Tempat Penyu Tem Penol Peny L H/ T/ Um nan Lama Eksk Peny
Jenis
Periksa lit pat ong ulit /P M G ur konge ASI lusif ulit
nital
9 bln spon PM - Ya
PMB - Bidan - L H T 5 th 2 th -
tan B
H A M I L I N I

f. Riwayat dan rencana KB


Metode yang pernah dipakai : Suntik 3 bulan
Lama : + 4 tahun
Keluhan dari KB : tidak ada
Rencana KB selanjutnya : Suntik
g. Riwayat kesehatan Ibu

22
 Anemia : tidak
 Hipertensi : tidak
 Kardiovaskular : tidak
 TBC : tidak
 Hepatitis : tidak
 Diabetes : tidak
 Malaria : tidak
 HIV/AIDS : tidak
 IMS : tidak
 Epilepsi : tidak
 Penyakit Jiwa : tidak
 Alergi makanan : tidak
 Lain-lain
Pernah dirawat : tidak
Pernah dioperasi : tidak
h. Riwayat Kesehatan Keluarga (dari ibu saja)
 Keturunan kembar : tidak ada
 Kelainan kongenital : tidak ada
 Penyakit hereditar : tidak ada
 Keluarga yang tinggal serumah dan sedang menderita penyakit
menular : tidak
i. Status perkwainan : ya
Kawin : 1 kali
Kawin usia : 16 tahun
Lama menikah : 10 tahun
j. Pola pemenuhan kebutuhan dasar selama kehamilan
 Nutrisi
Makan : 3 kali sehari,
Menu : nasi, sayur, lauk (telur, tempe, tahu, ikan, dll)
Porsi : sedang + 1 piring
Minum : + 8 gelas sehari
Jenis Minuman : air putih, terkadang minum susu, teh, jamu
 Eliminasi

23
BAK : + 10 kali sehari, keluhan : tidak ada
BAB : 1 kali sehari, keluhan : tidak ada
 Aktivitas : mengurus rumah, olah raga

 Istirahat
Kegiatan istirahat berupa : tidur, menonton tv, dll
Tidur dalam sehari jam, (Tidur siang : + 1 jam, Malam : + 6 jam)
 Seksual : saat suami tidak diluar kota
k. Pola kebiasaan
 Minuman jamu : Ya, Jenisnya : Jamu kunyit asem, berapa
sering : Jarang (jika hanya ingin minum saja)
 Minuman obat : Tidak,
 Minum-minuman beralkohol : Tidak, Psikotropika : Tidak
 Merokok : Tidak
1. Riwayat psikologi, sosial, ekonomi, budaya (termasuk Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi/P4K)
 Psikologi : ibu cemas akan keluhannya saat ini
 Sosial
(a)Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : ibu dan
keluarga senang dengan kehamilan ini
(b)Hubungan dengan pasangan dan keluarga lainnya : baik
(c)Pembuat keputusan dalam keluarga : suami
(d)Rencana tempat persalinan : PMB Citra Dwi Lestari
(e)Penolong persalinan : Bidan
(f) Rencana rujukan bila Terjadi Kegawatan : Puskesmas
Mumbulsari
(g)Calon pendonor darah : Belum tau
(h)Transportasi yang digunakan saat hendak bersalin atau dalam
keadaan darurat : Mobil ambulan desa
(i) Pendamping persalinan : Suami
 Ekonomi
(a)Persiapan pendanaan persalinan/kegawatdaruratan : Tersedia

24
 Budaya : melakukan acara selametan tingkepan atau 7 bulanan.

3.1.2 Data Objektif


3.1.2.1 Pemeriksaan umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda Vital
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
c. Antropometri
BB sebelum hamil : 61 Kg
BB saat ini : 72 Kg
Tinggi badan : 149 cm
IMT : 26,5 (gemuk)
LILA : 30 cm
d. KSPR : Skor 2
3.1.2.2 Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak odema, tidak pucat
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak mata
tidak bengkak, pandangan tidak kabur
Mulut : Tidak sariawan, bibir lembab, lidah bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis, dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe
Payudara : Puting susu bersih dan menonjol, kolostrum keluar,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa


Abdomen :
Tidak ada bekas SC, bentuk perut memanjang
Leopold I :
Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)
Leopold II :
Teraba panjang, keras seperti papan disebelah kanan
ibu (punggung kanan) dan teraba bagian kecil janin
disebelah kiri ibu

25
Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan melenting
: (kepala),kepala belum masuk PAP
Leopold IV : Tidak dilakukan
Auskultasi : DJJ 132 x/menit (regular)
TFU : 30 cm
TBJ : (30-12) x 155 = 2.790 gram
Punggung : Bentuk punggung hiperlordosis
Ekstrimitas : Simetris, tidak oedem, tidak ada varises, dan refleks
(atas & bawah)
patella positif

3.1.3 Asessment
Dx : Ny.S G2 P1 A0 usia kehamilan 37-38 minggu, janin tunggal,
hidup, preskep, keadaan ibu dan janin baik.
Masalah : Nyeri punggung
3.1.4 Penatalaksanaan
Tanggal/ Penatalaksanaan Paraf
Jam
18 (1) Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan, ibu
Novemb mengetahui hasil pemeriksaan
er 2021 (2) Memberikan KIE tentang :
Jam a) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk
11.00 menyampaikan ketidaknyamanan yang saat ini
WIB dirasakan, ibu mengatakan nyeri pinggang
b) Mengatasi ketikdaknyamanan yang dirasakan ibu :
- Menjelaskan bahwa ketidaknyaman yang dirasakan
ibu (nyeri pinggang) merupakan hal yang normal
terjadi karena disebabkan oleh ukuran janin yang
bertambah besar, sehingga menambah beban yang
ditanggung oleh punggung dan pinggang. Cara
mengatasinya yaitu dengan melakukan senam
hamil secara teratur untuk meningkatkan kelenturan
tubuh, tidur dengan posisi miring, menghindari
kebiasaan duduk atau berdiri terlalu lama dan

26
menghindari pemakaian sepatu berhak tinggi untuk
mengurangi nyeri pinggang, ibu mengerti dan akan
menjalankan anjuran bidan
c) Menganjurkan untuk diet tinggi karbohidrat tinggi
protein dan mineral agar penambahan BB selama
hamil normal, ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
d) Mengajarkan ibu perawatan payudara untuk
persiapan menyusui, ibu dapat melakukan.
e) Memberitahu tanda bahaya kehamilan trimester 3
seperti perdarahan, sakit kepala yang hebat,
pandangan kabur, bengkak diwajah dan jari tangan,
keluar cairan dari kemaluan, nyeri perut yang hebat,
dan bayi kurang bergerak seperti biasa, ibu mengerti
tanda bahaya kehamilan TM 3
f) Menganjurkan ibu segera periksa jika terjadi tanda
bahaya tersebut, ibu mengerti
(3) Mendiskusikan persiapan kelahiran (program
perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi/P4K) : penolong persalinan, tempat
persalinan, perlengkapan yang diperlukan ibu dan bayi,
keuangan, donor darah, transportasi, dan pendamping
ibu, ibu mengerti dan sudah disiapkan
(4) Mengevaluasi terapi terakhir yang diberikan kepada ibu,
ibu mengatakan minum vitamin dari bidan (gestiamin)
secara rutin dan sekarang tersisa 7 tablet
(5) Menganjurkan ibu untuk meneruskan mengkonsumsi
gestiamin tersebut, ibu mengerti
(6) Memberitahu ibu jadwal periksa kembali yaitu 2
minggu lagi pada tanggal 2 Desember 2021 atau jika
ibu ada keluhan, ibu mengerti

27
3.2 Catatan Perkembangan Kunjungan Ke-2 Trimester III
Asuhan Kebidanan Ibu hamil Trimester III
Pada Ny. S G2 P1 A0 Usia Kehamilan 39-40 Minggu

Hari/Tanggal : Senin / 29 November 2021


Jam : 01.30 WIB
Tempat : PMB Citra Dwi Lestari, Amd.Keb
Pengkaji : Selviana Nurul Fitriyah

3.2.1 Data Subjektif


1) Alasan kunjungan/keluhan
Ibu mengatakan nyeri pinggang sudah agak berkurang dengan
menerapkan anjuran yang diberikan oleh bidan dan ibu saat ini
merasa kenceng-kenceng.
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
(1) Frekeunsi ANC
T Frekue Pemeriksaan
Keluhan UK Terapi
M nsi laborat/USG/KIE
Cara mengatasi keluhan,
diet tinggi karbohidrat
tinggi protein dan mineral,
Nyeri 37-38
3 4 kali Tx Lanjut mengajarkan ibu
pinggang minggu
perawatan payudara,
Tanda bahaya kehamilan
TM 3, P4K
(2) Gerakan janin : Aktif
3) Pola Kegiatan Sehari-Hari
b. Nutrisi
Makan : 3x sehari (nasi, lauk, sayur, ikan, buah). 1 piring
(4 sendok nasi, 1 ikan/telur, 2 potong tempe,
sayur 1, buah 1 potong sedang
Minum : + 8 gelas air putih sehari.
c. Eliminasi
BAK : + 10 x/hari
BAB : 1x/hari

28
d. Istirahat : + 9 jam
e. Aktivitas
Melakukan pekerjaan rumah, olah raga (senam hamil)
4) Riwayat psikososial
Ibu khawatir akan keluhannya saat ini dan tidak sabar untuk
menghadapi persalinan.
3.2.2 Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Kesadaran : composmentis
b) KSPR :2
c) Tanda- Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 22 kali/menit
Suhu : 36,6 oC
d) Antropometri
BB saat ini : 75 Kg
Penambahan selama hamil : 14 kg
2) Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak odema, tidak pucat
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak icterus,
kelopak mata tidak bengkak
Mulut : Tidak sariawan, bibir lembab, lidah bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada bendungan vena jugularis, dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe
Payudara : Puting susu bersih dan menonjol, tidak ada

nyeri tekan dan massa


Abdomen :
Bentuk perut memanjang
Leopold I :
Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II :
Teraba panjang, keras seperti papan disebelah

29
kanan ibu (punggung kanan) dan teraba
bagian kecil janin disebelah kiri ibu
Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan melenting

(kepala), kepala belum masuk PAP


Leopold IV : Tidak dilakukan

Auskultasi : DJJ 138 x/menit (reguler)


TFU : 30 cm
:
TBJ : (30-12) x 155 = 2.790 gram
His :
2 x 10’ lamanya 15 detik
Genetalia :
Tidak ada varises, tidak ada luka, tidak ada
(vulva, vagina,
pengeluaran pervaginam, dan tidak ada tanda
dan perineum)
IMS, tidak ada pembukaan
Ekstrimitas :
Simetris, kaki oedem, tidak ada varises
(atas & bawah)

3.2.3 Analisa
Dx : Ny.S G2 P1 A0 usia kehamilan 39-40 minggu, janin
tunggal, hidup, preskep, keadaan ibu dan janin baik.
Masalah : His Palsu

3.2.4 Penatalaksanaan

30
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
29 November (1) Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan, ibu mengerti tentang
2021 hasil pemeriksaan
Jam 01.40 (2) Memberikan KIE tentang :
WIB a) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyampaikan
keluhan yang saat ini dirasakan
b) Memberikan dukungan psikologis kepada ibu bahwa ibu mampu
melewati proses persalinan nantinya dengan baik, serta
memperbanyakan do’a agar proses persalinannya berjalan
dengan normal dan lancar, ibu dapat menerima
c) Mengevaluasi KIE yang diberikan pada pertemuan sebelumnya,
ibu dapat menyebutkan kembali tanda bahaya kehamilan pada
trimester 3, cara mengatasi ketidaknyamanan yang dirasakan dan
dapat mengulang kembali perawatan payudara.
(3) Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan seperti kenceng – kenceng
yang semakin sering (minimal 2x dalam 10 menit lamanya 30 detik,
kontraksi persalinan yang adekuat 3x atau lebih dalam 10 menit dan
lamanya 40 detik atau lebih) disertai adanya pengeluaran lendir atau
darah dari kemaluan, ibu mengetahui tanda-tanda persalinan
(4) Memberitahu teknik relaksasi pada ibu untuk mengurangi rasa nyeri
(5) Menganjurkan ibu makan dan minum di sela kontraksi serta
beristirahat di sela kontraksi, ibu mengerti.
(6) Memberitahu ibu mengenai persiapan persalinan, ibu mengerti.
(7) Mengevaluasi pemberian terapi pada kunjungan sebelumnya,
vitamin (gestiamin) sudah habis
(8) Memberikan terapi gestiamin tablet diminum 1x1 serta menjelaskan
manfaatnya, ibu mengerti dan gestiamin tablet diberikan.
(9) Memberitahu ibu untuk periksa kembali jika ada keluhan atau tanda
persalinan. ibu mengerti dan bersedia kembali periksa.

31
BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan kehamilan secara komprehensif pada Ny. S dilakukan


sebanyak 2 kali pemeriksaan yaitu pada usia kehamilan 37/38 minggu dan 39/40
minggu di PMB Citra Dwi Lestari Dusun Jambesari Desa Lengkong Kecamatan
Mumbulsari Kabupaten Jember Tahun 2021. Berdasarkan Kementrian Kesehatan
RI (2020) kunjungan minimal ANC 6 kali yaitu 2 kali pada TM 1, 1 kali pada TM
2, dan 3 kali pada TM 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di
Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3. Pada masa pandemi tatap
muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa
melalui media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan
gejala COVID-19 , akan tetapi pada kasus kehamilan Ny. S kontak pertama
dengan tenaga kesehatan dilakukan pada TM 1 (UK 6 Minggu) dengan frekuensi
sebanyak 7 kali pemeriksaan selama kehamilan dengan uraian 1 kali pemeriksaan
pada TM 1; 2 kali pemeriksaan pada TM 2; dan 4 kali pemeriksaan pada TM 3.
Pada buku KIA tertuliskan kunjungan awal pada usia kehamilan 6 minggu,
sehingga dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat kesenjangan antara
program pemerintah dan kasus yang ada karena Ny.S pada TM 1 hanya periksa 1
kali dan Ny.S tidak mencapai K4.
Pada pemeriksaan pertama Ny. S mengatakan sedang hamil 9 bulan anak
ke-2 ingin memeriksakan kehamilannya dan mengeluh nyeri pinggang, TTV
dalam batas normal, BB sebelum hamil 61 kg, BB saat ini 72 Kg, IMT 26,5
(gemuk) , TB 149 cm, LILA 30 cm, KSPR 2 dan masalah yang ditemukan yaitu
nyeri pinggang. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam batas normal
dan hasil palpasi abdomen diketahui TFU 30 cm, PUKA, letak kepala, DJJ 132
x/menit. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu KIE mengenai keluhan yang
dirasakan dan cara mengatasinya yaitu dengan cara melakukan senam hamil
secara rutin dirumah agar nyeri pinggang yang dirasakan ibu berkurang sehingga
kecemasan ibu terhadap keluhan tersebut bisa teratasi, menganjurkan diet tinggi
karbohidrat tinggi protein dan mineral karena didapatkan IMT ibu melebihi batas

32
normal, mengajarkan cara perawatan payudara, mendiskusikan P4K,
mengevaluasi pemberian terapi dan memberitahu jadwal periksa ulang.
Pada pemeriksaan kedua, Ny. S mengatakan nyeri pinggang sudah agak
berkurang dengan menerapkan anjuran yang diberikan oleh bidan dan ibu saat ini
mengeluh kenceng-kenceng , TTV dalam batas normal dan BB saat ini 75 Kg dan
tidak ditemukan masalah apapun pada Ny.S. Pemeriksaan fisik didapatkan semua
dalam batas normal, TFU 30 cm, PUKA, letak kepala, DJJ 138 x/menit.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu KIE mengenai keluhan yang dirasakan dan
cara mengatasinya yaitu dengan cara mengajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri, menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta beristirahat di
sela kontraksi dan menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda persalinan salah
satunya kenceng – kenceng yang semakin sering (minimal 2x dalam 10 menit
lamanya 30 detik sedangkan kontraksi persalinan yang adekuat 3x atau lebih
dalam waktu 10 menit dan lamanya 40 detik atau lebih) yang disertai adanya
pengeluaran lendir atau darah dari kemaluan. Pada Ny.S kenceng-kenceng yang
dirasakan hanya 2x dalam 10 menit lamanya 15 detik sehingga kemungkinan yang
terjadi pada Ny.S yaitu his palsu, hal tersebut dikuatkan dengan hasil periksa
dalam dan tidak ada pembukaan serviks. Kecemasan ibu terhadap keluhan
tersebut berkurang atau teratasi serta memberikan dukungan psikologis kepada ibu
bahwa ibu bisa melewati proses persalinan nantinya dengan baik dan lancar
seperti persalinan yang lalu agar kecemasan ibu bisa berkurang, mengevaluasi
KIE yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, mengevaluasi pemberian terapi
dan memberitahu jadwal periksa kembali.
Dalam teori juga disebutkan bahwa standart minimal asuhan kehamilan
menggunakan standar 10 T yang meliputi timbang berat badan, tetapkan status
gizi (LILA), ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi dan
hitung DJJ, imunisasi TT, pemberian tablet besi (Fe), pemeriksaan laboratorium,
temu wicara dalam persiapan rujukan dan tatalaksana kasus. Dalam kasus Ny. S
telah dilakukan kunjungan sebanyak 7 kali dan telah dilakukannya 10 T.
Pada kasus, berat badan Ny. S sebelum hamil adalah 61 kg dengan tinggi
badan 149 cm. Apabila dihitung menggunakan teori IMT, diperoleh hasil hitung
26,5 (gemuk). Jika dilihat menurut teori dari (Astuti, dkk. 2017), nilai IMT Ny. S

33
masuk kedalam kategori tinggi karena normalnya IMT adalah 19-26, sehingga
rekomendasi penambahan berat badan selama hamil antara 7-11,5 kg. Jika dilihat
dari kasus Ny. S penambahan berat badan dari sebelum hamil sampai dikunjungan
terakhir kehamilan sebanyak 14 kg itu artinya melebihi batas normal. Pada
pemeriksaan pertama dan kedua dengan penulis (UK 37-38 minggu dan 39-40
minggu) BB Ny. S mengalami kenaikan sebanyak 3kg menjadi 75kg, menurut
teori yang dikemukakan oleh Fatonah (2016) penambahan berat badan trimester 3
normalnya 0,5-1 kg/minggu itu artinya penambahan berat badan pada Ny.S
melebihi batas normal, sehingga pada pemeriksaan pertama dengan penulis (UK
37-38 minggu) Ny. S dianjurkan untuk diet rendah karbohidrat tinggi protein agar
penambahan berat badan Ny.S tetap dalam batas normal namun penambahan berat
badan Ny.S tetap mengalami kenaikan yang drastis sehingga ada kemungkinan
ketidakcocokan timbangan yang digunakan Ny.S. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Harti, dkk. 2016) mengenai hubungan status gizi
dan pola makan terhadap penambahan berat badan ibu hamil yang mengatakan
bahwa pola makan makanan pokok memiliki hubungan yang paling besar
terhadap penambahan berat badan ibu hamil. Sehingga tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada.
Menurut teori, pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga untuk
memastikan ibu hamil terbebas dari anemia karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2017). Pada kasus Ny. S, pemeriksaan hemoglobin
dilakukan 1 kali pada TM 1 (UK 6 minggu). Dari hasil pemeriksaan kadar Hb
Ny. S sebesar 13,4 gr% yang termasuk dalam kategori normal, sejak awal
kehamilan (6 minggu) Ny. S sudah mengonsumsi tablet tambah darah meskipun
pada awal kehamilan Ny. S mengeluh mual dipagi hari namun Ny. S mengatakan
selalu meminum tablet tambah darah setiap hari sebelum tidur malam sehingga
meminimalisir mual. Sehingga sampai dengan usia kehamilan 39-40 minggu
Ny.S sudah menerima sebanyak 100 tablet akan tetapi yang bisa dikonsumsi
masih 91 tablet. Pada Trimester ketiga tidak dilakukan pemeriksaan Hb kembali
pada Ny.S . Dari uraian tersebut dapat diketahui terdapat kesenjangan antara teori

34
dan kasus yang terjadi karena tidak dilakukan pemeriksaan Hb ulang pada
trimester 3, tidak terdapat tanda-tanda anemia pada Ny. S.
Selama 2 kali kunjungan terakhir pada TM 3 Ny. S mengeluh nyeri
pinggang. Menurut (Astuti, dkk. 2017), nyeri pinggang/punggung bawah
merupakan hal yang normal terjadi pada TM 3 hal ini disebabkan oleh perubahan
pusat gravitasi tubuh karena perkembangan kandungan sehingga ibu hamil perlu
menyesuaikan postur tubuhnya ketika berdiri dan berjalan, selain itu juga bisa
disebabkan perubahan hormon dan peregangan ligament yang dapat menyebabkan
tekanan dan rasa sakit pada punggung bawah dan pinggang. Nyeri pinggang juga
dipengaruhi oleh ukuran janin yang bertambah besar, sehingga menambah beban
yang ditanggung oleh punggung dan pinggang. Pada kunjungan kedua Ny.S
mengeluh kenceng-kenceng. Menurut (Irianti, 2014) salah satu ketidaknyamanan
pada kehamilan TM III yaitu kontraksi braxton hicks atau his palsu haltersebut
disebabkan karena sejak awal kehamilan uterus telah mengalami kontraksi
ireguler yang secara normal tidak menyebabkan nyeri, pada trimester 3 kontraksi
dapat sering terjadi setiap 10-20 menit yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan
menjadi penyebab persalinan palsu (false labor). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua keluhan yang rasakan Ny. S merupakan hal yang normal terjadi
dalam TM 3. Oleh karena itu, penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny. S yaitu
berupa KIE seputar keluhan yang dialaminya dan cara mengatasinya untuk
menambah pengetahuan Ny. S mengenai keluhan yang dialaminya sehingga dapat
mengurangi kecemasan yang muncul akibat keluhan tersebut.
Akibat dari keluhan-keluhan tersebut timbul masalah berupa kecemasan
yang dialami oleh Ny. S, hal tersebut terbukti ketika datang untuk periksa
kehamilan Ny. S menanyakan keluhan tersebut termasuk hal yang normal atau
tidak sehingga dalam penatalaksanaan untuk menangani kecemasan tersebut yaitu
dengan menjelaskan seputar keluhan yang dialami mulai dari penyebab serta cara
mengatasinya dan meyakinkan kepada ibu bahwa hal tersebut merupakan hal yang
normal terjadi selama kehamilan TM 3 agar pengetahuan ibu seputar keluhan
tersebut bertambah dan diharapkan dengan bertambahnya pengetahuan tersebut
bisa mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh ibu. Selain itu Ny. S juga
diberikan dukungan psikologis bahwa Ny. S mampu melewati proses persalinan

35
dengan baik seperti halnya persalinan yang lalu serta memperbanyak do’a agar
proses persalinan bisa berjalan dengan normal dan lancar . Dengan demikian
diharapkan Ny. S bisa terus berfikir positif mengenai proses persalinan nantinya
sehingga bisa mengurangi kecemasan yang dirasakan.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Linda, 2020)
tentang “Comparison of Pregnancy Exercise and Depth Breath Relaxation
for Lower Back Pain in Pregnant Women” .Ada beberapa perubahan fisiologis
selama kehamilan meliputi sistem kardiovaskular, endokrin, ginjal, dan
muskuloskeletal. Salah satu perubahan muskuloskeletal adalah penambahan berat
badan sekitar 11 hingga 16 kg, terutama di sekitar perut. Pembesaran perut
menyebabkan kompensasi postural dan perubahan kerangka aksial. Hal tersebut
menyebabkan berkembangnya nyeri punggung bawah (low back pain/LBP) yang
merupakan masalah muskuloskeletal yang paling umum selama kehamilan. LBP
pada Kehamilan diklasifikasikan menjadi dua jenis, meliputi nyeri gelang panggul
(PGP) dan nyeri pinggang (LP). Sementara itu, dalam beberapa kasus, ada
kombinasi dari jenis-jenis tersebut. LBP biasanya dimulai pada trimester kedua,
rata-rata, sekitar usia kehamilan 22 minggu . Sekitar setengah dari semua ibu
hamil menderita LBP yang mungkin disebabkan oleh mekanik, hormonal, atau
penyebab lainnya . Sekitar 50% wanita yang mengalami LBP selama Kehamilan
terus mengalami nyeri selama satu tahun setelah melahirkan, sedangkan sekitar
20% mengalami gejala selama tiga tahun setelah melahirkan. Oleh karena itu,
penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny. S untuk mengatasi kecemasannya
yaitu dengan memberikan informasi mengenai keluhan yang dialami agar
menambah pengetahuan dan wawasan serta memberikan dukungan psikologis
dengan meyakinkan Ny. S bahwa dapat melewati persalinan dengan baik sehingga
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta yang ada.
Selain itu Ny. S juga diajarkan perawatan payudara pada pemeriksaan
pertama dengan penulis (UK 37 minggu), sebagai salah satu langkah awal untuk
menyiapkan proses laktasi nantinya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Alhadar & Umaternate, 2017) tentang pengaruh perawatan
payudara pada ibu hamil terhadap peningkatan produksi ASI yang menunjukkan
bahwa perawatan payudara selama hamil berpengaruh signifikan terhadap

36
peningkatan produksi ASI. Oleh karena itu, penting halnya disampaikan kepada
ibu hamil mengenai cara perawatan payudara sehingga nantinya sudah siap saat
proses menyusui dimulai.
Kemudian, jika berdasarkan perhitungan skor poedji rochjati pada kasus ini
Ny. S memiliki skor 2 yang berarti bahwa Ny. S termasuk ibu dengan kehamilan
resiko rendah sehingga dalam proses persalinan nanti ibu bisa ditolong oleh bidan
di PMB. Meski demikian, perlu adanya diskusi dengan ibu hamil mengenai P4K
(Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) karena banyak hal
yang bisa terjadi saat proses persalinan berlangsung meskipun ibu tersebut
tergolong dengan kehamilan resiko rendah. Jika P4K sudah disiapkan sejak masih
hamil, diharapkan nantinya jika terjadi kegawatdaruratan mampu meminimalisir
terjadinya keadaan “3 terlambat” yaitu terlambat dalam pengambilan keputusan,
terlambat mencapai tempat rujukan dan terlambat dalam mendapatkan
pertolongan yang tepat di fasilitas kesehatan sehingga mampu meminimalisir
terjadinya AKI dan AKB.

37
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada Ny. S selama kehamilan telah
dilakukan pengkajian sebanyak 2 kali mulai usia kehamilan 37-38 dan 39-40
minggu dan didapatkan bahwa semua dalam batas normal meskipun terdapat
beberapa ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu seperti nyeri pinggang dan his
palsu.
Kemudian hasil pengkajian dianalisis dan didapatkan hasil bahwa Ny. S
G2P1A0 usia kehamilan 37-38 dan 39-40 minggu dengan kehamilan fisiologis.
Dari hasil analisis tersebut, asuhan yang diberikan kepada ibu berupa KIE
seputar ketidaknyamanan yang dirasakan ibu dan cara mengatasinya serta
memberikan dukungan psikologis dengan cara meyakinkan ibu bahwa ibu mampu
menghadapi persalinan dengan baik seperti halnya persalinan yang lalu. Selain itu,
ibu juga diajakan perawatan payudara untuk persiapan laktasi, memberitahu tanda
bahaya kehamilan trimester 3 dan melakukan diskusi P4K untuk persiapan
persalinannya nanti serta memberikan terapi (gestiamin) untuk menunjang
kebutuhan zat gizi ibu selama hamil.
Setelah itu dilakukan evaluasi dari asuhan kebidanan yang telah diberikan dan
diketahui bahwa ibu mampu menerima dan memahami semua asuhan yang telah
diberikan. Hal tersebut dibuktikan dengan ibu mampu menyebutkan kembali
beberapa KIE yang diberikan serta mampu melakukan kembali perawatan payudara
yang diajarkan.
Kemudian semua hasil pengkajian dan asuhan kebidanan yang telah diberikan
kepada Ny. S didokumentasikan dalam bentuk Laporan Asuhan Kebidanan
Komprehensif Kehamilan Secara Continuity Of Care Pada Ny “S” G2P1A0 di
PMB Citra Dwi Lestari Desa Jambesari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember
Tahun 2021.
5.2 Saran
5.2.1 Penulis Selanjutnya
Bagi penulis selanjutnya untuk dapat digunakan sebagai sumber
informasi atau acuan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil serta
dapat juga digunakan sebagai referensi atau bahan bacaan.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, untuk lebih membentuk hubungan saling percaya
dengan ibu dan keluarganya sehingga asuhan yang diberikan dapat diterima
serta dapat memberikan asuhan secara langsung dan menyeluruh yang
meliputi pemenuhan kebutuhan dan pemberian edukasi terkait dengan
kehamilan.
5.2.3 Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan wilayah untuk terus memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif agar dapat mendeteksi secara dini
resiko kehamilan yang mungkin terjadi dan merencanakan rujukan untuk
antisipasi masalah yang mungkin terjadi saat proses persalinan.
5.2.4 Bagi Klien
Bagi klien untuk bisa lebih bersikap terbuka saat proses asuhan
kebidanan berlangsung agar mendapatkan asuhan kebidanan secara tepat dan
menyeluruh, tambahan pengetahuan untuk ibu dan keluarga serta
mendapatkan pemantauan selama masa kehamilan TM III agar terhindar dari
komplikasi sehingga kebutuhannya terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri, dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung : Erlangga.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2021. Profil Kesehatan . Surabaya : Dinas
Kesehatan Jawa Timur
Fathonah, Siti. 2016. Gizi dan Kesehatan Untuk Ibu Hamil. Jakarta : Erlangga

Hani, Ummi dkk. 2014. Asuhan Kehamilan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :
Salemba Medika

Irianti, Bayu. 2014. Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta : CV Sagung Seto

Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta : Kementrian Kesehatan
RI
Kemenkes RI. 2021. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta : Kementrian Kesehatan
RI
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pelayanan Kesehatan Ante Natal, Persalinan, Nifas dan
Bayi Baru Lahir (di Era Adaptasi Kebiasaan Baru). Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Kusmiati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu hamil). Jakarta:
Fitramaya.

Mufdlillah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika

Roumali, Suryati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Kehamilan.
Jakarta: Nuha Medika.

Sulistyawati, Ari. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika
Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai