Oleh :
1. Desi purnama sari (P07224120004)
2. Niken nur kholifah (P07224120019)
3. Novianti limbongan (P07224120021)
4. Nurul syamsi (P07224120026)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat dan
perkenannya kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul konsep dasar Kesehatan Reproduksi.
Tugas ini disusun dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah Askeb Neonatus, Bayi Balita Dan
Pra-Sekolah Adapun isi tugas ini disusun secara sistematis dan merupakan referensi dari beberapa
sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan tugas.
kami selaku penyusun tugas makalah ini sangat sadar bahwa masih jauh dari kesempurnaan . oleh
karena itu , kritik dan saran dari ibu sangat kami harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1. Latar belakang................................................................................................................
2. Tujuan............................................................................................................................
3. Rumusan masalah..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
1. Pengertian Diare............................................................................................................
2. Penyebab diare pada anak .............................................................................................
3. Jenis-jenis penyakit pada anak .......................................................................................
4. .......................................................................................................................................
5. .......................................................................................................................................
6. .......................................................................................................................................
7. .......................................................................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
Kesimpulan..........................................................................................................................
Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare.
Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional
fakta menunjukkan sebaliknya. Menurutcatatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia
setiap tahun, sedangkan diIndonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu
penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih daritiga kali
sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian palingumum kematian
balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan
gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana atau kelebihan
Vitamin C dan biasanya disertaisakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut
WHO (1980) diareterbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare
kronik.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan,tingkat
kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4persen. Adapun
pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggalkarena kekurangan cairan
tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan diIndonesia. Walaupun angka
mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angkamorbiditas masih cukup tinggi. Kematian
akibat penyakit diare di Indonesia jugaterukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut)
yang selama inididengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap
sepelepenanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistemataupun
komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa diantaranya adalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shockhipovolemia, gangguan berbagai organ
tubuh, dan bila tidak tertangani denganbaik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian
menjadi penting bagiperawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative
yangditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas
danmortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutamadinegara-negara
berkembang, jumlah nya mendekati satu dalam lima orang,ini menyebabkan kematian pada
anak-anak melebihi AIDS dan malaria. Hampirsatu triliun dan 2,5 milyar kematian karena
diare dalam dua tahun pertamakehidupan. Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita
di dunia. Tercatat 1,8 milyar orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare (termasuk
kolera), banyak yang mendapat komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan,
dankelainanimun (World Health Organization [WHO], 2009).
Angka prevalensi diare di Indonesiamasih berfluktuasi. Berdasarkan dataRiset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diare klinis adalah9,0% (rentang: 4,2% -
18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendahdi D.I. Yogyakarta (4,2%). Beberapa
provinsi mempunyai prevalensi diare klinis>9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,
Jawa Tengah, BantenNusaTenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Sedangkan
menurutdataRiskesdas pada tahun 2013 angka prevalensi mengalami penurunan sebesar
(3,5%) untuk semua kelompok umur.
Bila dilihat per kelompok umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak umur <1
tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1-4 tahun angka insiden diare tercatat sebanyak
5.1% (Riskesdas, 2013). Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare pada tahun 2010
(Kementerian Kesehatan [Menkes], Survei morbiditasdiare tahun 2010) angka morbiditas
menurut kelompok umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok
umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan
proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06%. Kontrol penyakit diare
sendiri telahlama diupayakan oleh pemerintah Indonesia untuk penekanan angka
kejadiandiare. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti adanya program-program
penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI
ekslusif sampai enam bulan, termasuk Pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
meningkatkan kualitas hidup masyarakatdan menurunkan kematian yang disebabkan oleh
penyakit diare (DepartemenKesehatan (Depkes,2013)
2. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu untuk
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah askeb neonatal,
bayi, balita dan anak-anak pras-sekolah, juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Diare dan mampu mendeskripsikan tentang
penyakit Diare meliputi tanda dan gejala dari penyakit Diare, yang menjadi penyebab dari
penyakit Diare, Patofisiologi, Komplikasi, Penatalaksanaan, dan pencegahan penyakit Diare.
3. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan penyakit Diare?
Apakah penyebab dari penyakit Diare?
Apa dan bagaimanakah gejala dari penyakit Diare?
Bagaimanakah cara pengobatan dan pencegahan dari penyakit Diare?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Diare
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi
dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari
biasanya (tiga kali atau lebih dalam satu hari). Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air
besar sudah lebih dari empat kali sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak
bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
Diare terjadi saat dinding bagian dalam dari usus terluka. Tinja menjadi lunak karena zat-
zat gizi yang dimakan dan diminum oleh anak Anda tidak dicerna dengan baik atau tidak diserap
oleh usus. Mineral dan garam terbuang bersama dengan cairan. Kehilangan ini dapat menjadi
lebih buruk jika anak Anda diberi makanan atau minuman yang mengandung banyak gula,
karena gula yang tidak diserap usus menarik lebih banyak cairan kedalam lumen usus, dan
meningkatkan diare. Saat tubuh kehilangan banyak cairan dan garam, terjadi dehidrasi. Namun
hal ini dapat dicegah dengan mengganti cairan dan garam dalam jumlah mencukupi.
Buang air besar umumnya bervariasi dalam jumlah dan konsistensi, bergantung pada usia
dan makanan anak. Bayi yang diberi ASI akan buang air besar lebih dari dua belas kali per hari,
tetapi pada bulan kedua atau ketiga mungkin ada saat-saat dimana dia tidak buang air.
Kebanyakan bayi dibawah setahun mengeluarkan kurang dari 5 ons tinja per hari, sementara
anak yang lebih besar mengeluarkan lebih dari 7 ons. Pada usia dua tahun, kebanyakan anak
buang air besar satu atau dua kali per hari dalam jumlah besar, tetapi anak Anda dapat juga
mengeluarkan tinja lebih sedikit dan masih dikatakan normal, khususnya jika makanannya
mengandung jus dan makanan berserat seperti gandum. Tinja yang sesekali encer bukan suatu
bahaya. Tetapi bila pola buang air besar tiba-tiba berubah menjadi lunak, cair dan terjadi lebih
sering dari biasa, maka anak Anda mengalami diare.
Istilah medis untuk peradangan usus adalah enteritis. Saat masalah ini diikuti atau
didahului dengan muntah, demam, dan rewel. Tinjanya cenderung menjadi berwarna kuning
kehijauan, dan mengandung cukup banyak cairan, (jika diare terjadi sejam sekali, biasanya tidak
lagi disertai bongkahan yang padat sama sekali). Pendarahan dapat muncul akibat dari terlukanya
dinding usus atau karena iritasi pada rektum akibat buang air besar yang sering dan encer.
2. Penyebab terjadinya diare pada anak
Pada anak kecil, kerusakan pada usus yang menyebabkan diare paling sering disebabkan
oleh virus yang disebut Enterovirus. Dibawah ini adalah penyebab utama Diare:
1. Infeksi usus oleh virus, bakteri, dan parasit. Jika terdapat darah pada feses, penyakit ini
disebut Disentri.
1.1 Infeksi bakteri: vibrio, E. coli, salmonella, shigella campylobacter, yersinia, aeromonas
dsb.
2. Infeksi lain, adalah Infeksi apapun pada anak seperti otitis media, pneumonia, campak
yang dapat menyebabkan diare dan atau muntah.
3. Malaria, malaria merupakan penyebab diare dan atau muntah yang sering terjadi pada
anak-anak.
4. Malnutrisi energi protein sering menyebabkan diare. Ini biasanya terjadi karena intoleransi
laktosa.
5. Diet, misalnya makanan yang merangsang usus dapat menyebabkan diare.
6. Kasus-kasus bedah, kadang-kadang pigbel, intususepsi atau apendisitis akut memberikan
gejala awal berupa diare.
Penyebab Lainnya adalah:
1. Bakteri, seperti Salmonella, Shigella, E. coli, dan Campylobacter.
2. Infeksi parasit (Giardia).
3. Alergi makanan atau susu.
4. Efek samping dari penggunaan obat-obatan oral (paling sering karena antibiotik).
5. Keracunan makanan (dari makanan seperti jamur, kerang, atau makanan basi)
6. Infeksi diluar saluran cerna, meliputi saluran kemih, saluran pernapasan, dan bahkan
telinga tengah. (jika anak Anda sedang memakan antibiotik untuk infeksi tersebut, diare
mungkin menjadi lebih berat).
Infeksi Rotavirus
Diare tipe ini disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini
terjadi apabila absorbsi natrium gagal sedangkan sekresi klorida terus berlangsung. Diare ini
dsebabkan oleh aktifnya enzim adenil siklase yang menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, K,
dan Na. Padahal zat-zat tersebut seharusnya diserap bukan dieksresi. Sehingga jika Zat-zat
tersebut tidak terserap maka air juga tidak akan terserap karena penyerapan air dalam usus
dilakukan oleh mukosa usus dibantu dengan kehadiran zat-zat tersebut. Jika air yang di
transferkan ke kolon terlalu banyak maka terjadilah diare. Yang khas secara klinis pada diare
ini yaitu ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
2. Diare osmotik
Diare ini terjadi karena tinggiya tekanan osmotic di lumen usus yang menyebabkan
tidak terserapnya air di kolon sehingga menimbulkan watery diarrhea. Tekanan osmotic yang
tinggi ini paling sering disebabkan oleh malabsorbsi karbohidrat atau obat-obat/zat kimia
yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2). Jika air dalam kolon tidak dapat diserap
dengan baik maka jumlah air dalam kolon akan berlebih sehingga terjadilah diare.
3. Diare Invasif
Diare ini terjadi karena invasi mikroorganisme ke dalam usus sehingga menyebabkan
kerusakan pada mukosa usus sehingga nutrisi dan cairan dalam usus tidak terabsorbsi dengan
baik. Pada diare invasive ini umumnya disebabkan oleh rotavirus dan diare oleh rotavirus ini
tidak berdarah. Nmaun jika yang menginvasi adalah bakteri shigella, salmonella,
campylobacter, EIEC (Enteroinvasive E.coli), dan yarsinia diare invasive ini menjadi diare
berdarah.
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan produksi micelle empedu dan penyakit-
penyakit saluran bilier dan hati.
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+AT
Pase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes
mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk anak dari penyakit diare yang benar dan
efektif (Kementrian Kesehatan RI, 2011), yang dapat dilakukan adalah:
1. Perilaku Sehat
1) Pemberian ASI
ASI merupakan makanan yang paling baik bagi bayi. Komponen zat makanan yang
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. Hanya dengan ASI saja sudah sangat cukup untuk menjaga
pertumbuhan bayi sampai umur 6 bulan dan tidak ada makanan tambahan lain yang
dibutuhkan selama masa 6 bulan ini. Sifat dari ASI sangat steril, berbeda dengan
sumber susu yang lain seperti susu formula atau cairan lain yang disipakan dengan air
atau bahan-bahan yang mudah terkontaminasi seperti botol yang kotor. Hanya dengan
pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol dapat
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang dapat menyebabkan
penyakit diare. Biasanya disebut dengan ASI eksklusif (Wijaya, 2013).
Pemberian makanan PASI adalah saat dimana bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan yang dimakan orang dewasa. Perilaku pemberian
makanan PASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana
makanan PASI diberikan. Terdapat beberapa saran untuk meningkatkan pemberian
makanan PASI, yaitu perkenalkan makanan yang lunak terlebih dahulu ketika anak
berumur 6 bulan dan tetap diteruskan dengan ASI, berikan makanan lebih sering (4x
sehari). Pada umur 9 bulan tambahkan macam-macam makanan, berikan makan lebih
sering dalam sehari 4 kali. Setelah anak berumur 1 tahun berikan semua makanan
yang dimasak dengan baik dalam sehari 4-6 kali, serta teruskan pemberian ASI
(Nuraeni, 2012).
Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau bubur dan bijibijian
untuk memberikan energi pada anak. Tambahkan juga hasil olahan dari susu, telur,
ikan daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran yang berwarna hijau
didalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan anak dan
sebelum menyuapi anak. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat
yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kembali kepada anak
(Nuraeni, 2012).
4) Mencuci Tangan.
5) Menggunakan Jamban.
Didalam beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Ada
beberapa yang perlu diperhatikan dalam penggunaan jamban yaitu keluarga yang
mempunyai jamban harus difungsikan dengan baik dan dapat dipakai oleh seluruh
anggota keluarga, jamban harus selalu dibersihkan secara teratur dan selalu
menggunakan alas kaki jika ingin buang air besar (Ernawati, 2012).
Menurut Roesli (2009), dampak negative pada bayi yang diberikan susu
formula sebagai berikut:
2. Infeksi saluran pernapasan. Susu sapi tidak mengandung sel darah putih
yang hidup dan antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyiapan
susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk
(Khassanah, 2011).
cara yang tepat untuk menyajikan susu formula dilihat dari susu bubuk
formula di simpan dalam wadah seperti apa dengan takaran berapa dan suhu yang
seharusnya dipakai dalam penyimpanan susu bubuk, air yang digunakan merupakan
air apa dan dalam suhu berapa yang harus diberikan untuk pengenceran susu bubuk
dan yang terakhir adalah bagaimana cara sterilisasinya sebuah botol yang akan
digunakan untuk pembuatan susu bubuk formula tersebut.
Pertama adalah susu bubuk harus di simpan di tempat yang kering dan sejuk,
akan tetapi bukan didalam lemari es. Kemasan harus dalam kondisi tertutup rapat
supaya tidak ada bakteri yang mauk. Perhatikan selalu tanggal kadaluarsa dan tanggal
membuka kemasan, karena akan lebih baik jika suus habis dalam kurun waktu 1
bulan setelah kemasan dibuka. Baca juga petunjuk dalam penyajian yang tertera
dalam kemasan (60ml air dengan 2 sendok takar atau 30ml air dengan 1 sendok
takar). Setelah itu simpan susu formula bubuk dalam wadah tertutup dan taruh di
tempat yang sejuk (13º - 24ºC) dan jauh dari kelembapan. Karena kelembapan dapat
membuat susu formula menggumpal dan menurunkan kadar nutrisi yang terkandung
di dalamnya (Magazine, 2018).
Kedua, air yang digunakan adalah air yang direbus sampai mendidih lalu
biarkan mendidih selama 3 menit terlebih dahulu sebelum api dimatikan, lalu
dinginkan air namun jangan sampai suhu air kurang dari 70ºC (sebagai perbandingan
1 L air dengan 30 menit dalam suhu ruangan). Hal ini dilakukan guna untuk
membunuh bakteri Enterobacter sakazakii yang ada di terkandung di dalam susu
formula, selain disebuh dengan air hangat susu formula harus segera diminum atau
disimpan dalam kulkas (refrigerator) untuk mencegah pertumbuhan bakteri E.
Sakazakii. Air yang digunakan juga harus bersih dengan kata lain tidak bau, tidak
berwarna, tidak keruh, tidak berasa suhu antara 10º - 25ºC dan tidak meninggalakan
endapan (Efran, 2018).
Ketiga, pembersihan botol susu bayi adalah dengan air hangat dan sabun cuci
piring kemudian gunakan sikat khusus botol agar dapat menjangkau seluruh bagian
botol dengan mudah tetapi pastikan terlebih dahulu sikat yang akan digunakan untuk
membersihkan botol, kemudian bilas dengan air bersih. Setelah itu harus
mensterilkanbotol susu dengan cara dipisahkan semua bagian (botol, karet dot, cincin
dot dan tutup botol) di dalam panci berisi air, pastikan botol terendam air dan rebus
botol sampai mendidih 3-10 menit. Biarkan botol sering sendiri dengan udara atau
bisa dengan menggunakan tisu jika ingin segera memakainya. Jangan mengelap botol
susu dengan kain lap karena bisa jadi di dalam kain lap terdapat bakteri (Efran, 2018).
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Subyektif
1) Biodata
a. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ani
Tanggal lahir : 8 Juli 2014
Jam : 11.00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 (Pertama)
2) Alasan Masuk/Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan bayinya
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 5 kali dengan konsistensi cair sejak 2 hari yang lalu
4) Riwayat Penyakit
a. Faktor Genetik (kelainan bawaan/sindrome genetik)
Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak memiliki riwayat penyakit dari faktor genetik yaitu
kelainan bawaan/sindrome genetik
b. Faktor Maternal (penyakit jantung, DM, ginjal, hipertensi, asma, penyakit kelamin,
RH/isoimunisasi)
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit dari faktor maternal seperti penyakit
jantung, DM, ginjal, hipertensi, asma, penyakit kelamin, RH/isoimunisasi.
5) Riwayat imunisasi
- BBL HB 1
3.2 Obyektif
3.3 Assesment
Bayi Ani umur 15 hari dengan diare tanpa dehidrasi. Ibu mengatakan bayinya BAB 5 kali
dan bentuknya cair sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan bayinya minum seperti biasa.
Keadaan umum bayi baik. Hasil Vital sign :
S : 37 0C N : 120 x/menit R: 45 x/menit
Terdapat penurunan BB sebesar 200 gram. Konsistensi Tinja cair dan turgor kulit kembali
cepat kembali dengan cepat.
3.4 Penatalaksanaan
1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu paham tentang keadaan anaknya dari hasil pemeriksaan
2. Memberi tahu ibu tentang kemungkinan penyebab diare pada bayinya
Evaluasi : Ibu mengetahui tentang kemungkinan penyebab diare pada bayinya
3. Anjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin agar bayi tidak dehidrasi
Evaluasi : Ibu bersedia memberikan ASInya sesering mungkin kepada bayinya.
4. Anjurkan untuk menjaga personal hygiene bayinya dan menjaga kebersihan lingkungan di
sekitar bayi
Evaluasi : Ibu berkata bahwa ia akan dengan senang hati menjaga kebersihan bayi dan
lingkungannya
5. Beri KIE tentang diare ringan dan berat
Evaluasi : Ibu mengatakan bahwa ia paham tentang diare ringan dan berat
6. Memberi tahu ibu tentang cara pemberian obat dan dosis yang harus diberikan
Tidakan segera :
a. Pemberian zink selama 10 hari berturut-turut
b. Pemberian oralit
Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah suatu peradangan di usus halus,
diare terjadi saat dinding bagian dalam usus terluka. Sehingga tinja menjadi lunak bahkan cair dan
bertambah frekuensi BAB lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali). Tinja menjadi lunak/cair karena zat-
zat gizi yang dimakan dan diminum tidak dicerna dengan baik atau tidak diserap oleh usus. Diare atau
yang disebut juga Gastroenteritis, yang menyebabkan banyak kematian pada anak kecil. Kematian
terjadi karena dehidrasi akibat diare dan muntah. Diare dan muntah menyebabkan hilangnya air dan
garam dari dalam tubuh.
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
2. Diare osmotik
3. Diare Invasif
4. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
5. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
6. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
7. Gangguan permeabilitas usus
Saran
Sebagai calon Bidan professional, sangat penting memperlajari makalah ini karena yang akan
kita hadapi selain dari ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas, kita juga akan berhadapan dengan
masalah kesehatan anak, serta untuk menambah pengetahuan dan mengasah keterampilan dalam
mengenal konsep penyakit dan Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita tentang penyakit diare.
DAFTAR PUSTAKA
.