Disusun oleh:
Ajeng Maulani Hazairin 130104180019
Waktu : 15 menit.
1. Tujuan :
a. Umum : Setelah mengikuti selama ± 15 menit, peserta mampu memahami tentang
gumoh pada bayi.
b. Khusus : Setelah mengikuti penyuluhan tentang gumoh pada bayi selama ± 15
menit diharapkan peserta mampu ;
a) Menjelaskan kembali tentang definisi dari gumoh.
b) Menjelaskan kembali tentang penyebab gumoh pada bayi.
c) Menjelaskan kembali tentang cara mendeteksi gumoh pada bayi.
d) Menjelaskan kembali tentang pencegahan dan penanganan gumoh pada
bayi.
2. Metode : Ceramah dan tanya jawab
3. Alat bantu/peraga : leaflet
4. Materi dan kegiatan : terlampir.
RINCIAN KEGIATAN
b. Melakukan perkenalan.
c. Menyampaikan tujuan.
d. Kontrak waktu.
A. Definisi
Regurgitasi atau gumoh merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada
gastroesophageal reflux (GER). Gastroesophageal Reflux didefinisikan sebagai
kembalinya isi lambung ke dalam esofagus secara involunter tanpa adanya usaha dari
bayi, istilah regurgitasi digunakan apabila isi lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut.
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah
minum susu tanpa disertai kontraksi dinding lambung. Gumoh terjadi seperti ilustrasi air
yang mengalir kebawah, bisa sedikit seperti meludah atau kadang-kadang cukup banyak,
cairan yang keluar biasanya berupa ASI dengan volume yang tidak terlalu banyak dibawah
10cc. Gumoh merupakan keadaan yang normal dengan frekuensi 4-5 kali sehari dan biasa
dialami bayi usia 0-6 bulan. Seiring dengan berjalannya proses pematangan saluran
pencernaan bayi maka regurgitasi akan berhenti dengan sendirinya.
Regurgitasi/Gumoh yang berlanjut dengan volume banyak dan frekuensi sering dapat
menyebabkan paparan asam lambung pada dinding keronkongan meningkat pula, sehingga
merusak dinding kerongkongan (esofagitis) dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi
seperti kerusakan lapisan dinding esofagus gagal tumbuh , gangguan pernapasan dan gejala
neurobehavioral. Gumoh yang terlalu sering pada bayi akan berakibat bayi kurang nutrisi.
jika hal ini terjadi secara terus-menerus bayi bisa mengalami mal nutrisi yang akan berakibat
pada pertumbuhan dan perkembangan bayi.
B. Penyebab
1. Regurgitasi terjadi akibat bayi terlalu cepat minum atau saat minum bayi menelan
udara. Regurgitasi lebih sering terjadi pada bayi yang diberi susu botol.
2. Posisi menyusui yg tidak tepat. Dalam posisi terlentang, cairan tidak masuk
kedalam saluran pencernaan akan tetapi masuk ke dalam saluran pernapasan.
3. Pemberian ASI yang salah/terlalu banyak, bayi kembung sehingga Isi lambung
terdorong keluar melalui mulut.
4. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal kapasitas
lambung bayi masih sangat kecil.
5. Terlalu aktif, misalnya pada saat bayi menggeliat atau terus menerus menangis.
6. Pemakaian gurita. Pemakaian gurita membuat lambung bayi tertekan. Bila dalam
keadaan seperti itu bayi dipaksakan minum, maka cairannya akan tertekan dan
menjadi muntah.
7. Klep penutup antara lambung dan kerongkongan belum berfungsi sempurna. Dari
mulut, susu akan masuk ke dalam saluran pencernaan atas, baru kemudian ke
lambung. Diantara organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep
ini biasanya belum berfungsi sempurna. Akibatnya , jika bayi dalam posisi yang
salah, susu akan keluar dari mulut.
8. Tidak menyendawakan bayi
9. Intoleransi susu formula
10. Pemberian makanan pendamping ASI (mp-ASI) yang terlalu dini
11. Kelainan bawaan.
C. Cara Mendeteksi
3. Bila sudah esofagitis Bayi akan menjadi rewel, cengeng, dan kadang-kadang
sampai menjerit. Bayi juga sering memperlihatkan posisi mengkakukan
punggungnya saat atau setelah makan (back arching).
4. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang tersering adalah gejala saluran
pernapasan bagian atas meliputi stridor, apnea, dan serak. Gejala saluran napas
bagian atas yang tersering adalah stridor. Stridor merupakan komplikasi gejala
saluran pernapasan yang sering. Stridor dapat didefinisikan sebagai suara napas
inspirasi yang keras, kasar dan bernada sedang berhubungan dengan obstruksi di
daerah laring atau trakea.
D. Pencegahan
10. Menggendong bayi dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki setelah bayi
menyusu (± 40 derajat).
11. Akibat kelainan segera dibawa ke petugas medis.
E. Penanganan
1. Bersikaplah tenang,
2. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan
mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-
paru).
3. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih
pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur
4. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan
menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan
virus.
5. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.
F. Asuhan Kebidanan
1. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang fisiologis dan harus mendapat
perawatan yang baik.
2. Menginformasikan pada ibu penyebab gumoh
A. Dokumentasi
B. Daftar Hadir
Mahasiswa
(Ajeng Maulani H)
Preseptor CI Lapangan
( )