NO NAMA NIM
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Ekologi manusia dan perilaku manusia serta
cultural awarnes.“ dengan lancar dan tepat.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok dan bertujuan untuk dapat mengetahui
dan memahami tentang konsep keluarga berencana. Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna karena kurangnya pengalaman, pengetahuan, dan
terbatas nya referensi yang kami dapatkan. Oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar
besar nya atas kesalahan, maupun kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Kami akan
menerima dengan senang hati masukan-masukan ,kritik, serta saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ,menambah wawasan dan dapat
digunakan sebagai pembelajaran kita semua, terutama bagi kami, Terima kasih.
Doloksanggul, 2021.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1. Sejarah Ekologi...........................................................................................................3
2.2. Pengertian Ekologi Manusia......................................................................................4
2.3. Peranan Ekologi..........................................................................................................4
2.4. Prinsip dan prespektif Ekologi...................................................................................7
2.5. Pengertian awarness...................................................................................................8
2.6.Tingkat Cultural Awareness.......................................................................................10
BAB III.................................................................................................................................14
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................14
3.1 contoh kasus...............................................................................................................14
1. Menyadari.............................................................................................................14
2. Mengganti.............................................................................................................15
3. Mengintrospeksi...................................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................................17
PENUTUP............................................................................................................................17
4.1. Kesimpulan................................................................................................................17
4.2. Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1970 walaupun tetap mempunyai hubungan yang erat dengan biologi, tetapiekologi
mulai dilihat sebagai ilmu tersendiri yang interdisiplin, sertaberdasarkan disiplin yang
integratif yang mengaitkan berbagai proses fisikdan hayati. Bahkan digunakan untuk
menjelaskan seluk-beluk kota denganapa yang disebut ekologi kota, seluk-beluk
administrasi melalui pendekatanekologi administrasi dan sebagainya.
2.2. Pengertian Ekologi Manusia
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkunganya dan yang lainnya. Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos
(habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antaramakhluk hidup dan
lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai satu
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Dalam Ekologi dipelajari bagaimanan
mahluk Hidup berinteraksi timbla balik dengan lingkungan hidupnya baik yang
bersifat hidup (biotik) maupun tak hidup (abiotik) sedemikian rupa sehingga
terbentuk suatu jaring-jaring sistem kehidupan pada berbagai tingkatan organisasi.
4
perkembanganilmu pengetahuan yang disebut reduksionisme atau atomisme yang
dipeloporioleh Isaac Newton.Dalam ekologi, bagian-bagian ini dilihat dalam satu
kesatuan. Keutuhansistem ini sangat penting karena dalam mengelola sistem, upaya
untukmengatur bagian-bagian sebagai satu kesatuan menjadi dasar
utamadalammengatur perilaku kita. Misalnya, saja kalau di rumah kita merasa
tergangguoleh kecoak, semut atau nyamuk maka secara utuh harus dilihat
mengapakecoak atau semut itu begitu banyak jumlahnya sehingga menimbulkan
gangguan.
Upaya mengatasi gangguan kecoak atau semut menggunakan pestisida tidak
akanmenuntaskan masalah karena kehadiran merekamempunyai makna yang
seringkali tidak terpikirkan dan tidak terduga.Kehadiran mereka dalam arti positif
adalah untuk memanfaatkan adanya ceceran makanan, sisa minuman, dan lain-lain.
Makna positif dari kehadiranmereka adalah membersihkan lingkungan yang “kotor”.
Jadi, dalam pendekatan holistik, cara yang terbaik adalah menjaga kebersihan karena
dalam sistem yang bersih, “bantuan” kecoak dan semut untukmembersihkannya tidak
kita perlukan.Dengan adanya pendekatan holistik ini tidak berarti bahwa
pendekatanatomisme atau reduksionisme tidak penting. Berbagai macam
penyakitkanker misalnya hanya dapat dikenal kalau dipelajari anatomi sel,
bahkandipelajari secara subseluler, molekuler atau submolekuler sehingga dapat
diketahui seluk-beluknya untuk dapat dicegah serta diatasi.
5
berdiri sendiri, sifatindividu itu akan tampak kembali. Contoh lain yang mungkin
lebih jelasadalah hidrogen dan oksigen yang keduanya berupa gas, tetapi melalui
suatuproses kimia (hubungan timbal-balik kimiawi) keduanya menjadi air
yangumumnya bersifat cair atau beku (padat) atau uap.
3. Model Ekologi
Ciri ilmiah dari ekologi adalah adanya metode ilmiah dan paradigma ilmiah
(Salim 1993). Metode ilmiah ekologi adalah suatu persoalan yangdisusun secara
sistematik (systematic enquiry) yang meliputi pengamatan(observasi), perkiraan
(spekulasi), dan alasan (reasoning).
Urutan metode ilmiah ekologi adalah:
a. identifikasi permasalahan (dalam sistem ekologi);
b. jawaban sementara berdasar asumsi ilmiah, yang dapat dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan atau dalam bentuk hipotesis;
c. diuji apakah hipotesis itu benar (melalui percobaan atau dapat juga
dengan dialog dengan pakar dari berbagai disiplin);
d. tindak lanjut, kalau hipotesis itu ternyata (dianggap) benar;
e. hipotesis itu diubah atau dirumuskan kembali, kalau ternyata keliru.
Paradigma ilmiah ekologi adalah aplikasi dari metode ilmiah untukmemahami
dan menyederhanakan keadaan yang rumit agar berbagai masalahyang pokok serta
hubungan pengaruh-mempengaruhi dapat ditampilkansejelas-jelasnya.
4. Ekologi Manusia
merupakan fenomena dasar yang berlaku bagi semua hubungan timbal-balik
antara makhluk hidup termasukmanusia dengan Alam. Semua perolehan didapatkan
dengan pengorbanan,beban atau biaya dan upaya. Kenyataan bahwa Alam juga akan
mengalamidampak atau perubahan yang akibatnya juga akan menimpa makhluk
hidupatau manusia itu sendiri. Jadi, akibat dan timbulnya dampak itu dalamekologi
manusia perlu diperhitungkan apakah menguntungkan atau
6
merugikan diri sendiri ataupun merugikan manusia serta makhluk hidup lain.
Jadi, dari model ini jelas bahwa ekologi manusia menganut falsafah berikut.
a. Manusia harus mampu mempertahankan kelangsungan kehidupan
dirinya, keturunannya serta sesama manusia yang lain;
b. Yang baik untuk manusia juga harus baik untuk Alam, dan baik untuk
makhluk hidup lain karena perolehan serta manfaat yang diperolehnya
sangat tergantung pada Alam itu sendiri, baik secara langsung ataupun
melalui kebutuhan serta ketergantungan manusia akan makhluk hidup
lain.
7
tecnology)
Global/ lokal
keseimnbangan Yin/ Yang
gender
Hak atau tanggung jawab
Perdamaian dan kerjasama
8
informasi (penelitian, menulis, multimedia), Kemampuanmemiliki kesadaran dalam
informasi, cara mengakses informasi, dan menggunakan informasi. Keempat
kompetensi tersebut memberikan peran penting dalam menghadapi masyarakat yang
multikultural dalam kesadaran budaya.
9
komukasi antara setiap kode-kode yang terdapat dalam sistim, atau rasa yang
berasal dari lingkungan yang mendeteksi tentang manusia. Dalam tingkat
inipenting untuk memiliki data dan informasi tentang beragam perbedaan
yang ada. Dengan adanya data dan informasi maka hal tersebut dapat
membantu kelancaranproses komunikasi.
2. Culture consideration.
Setelah memiliki data dan informasi yang jelas tentangsuatu budaya maka kita
akan dapat memperoleh pemahaman terhadap budaya dan faktor apa saja yang
menjadi nilai-nilai dari budaya tertentu. Hal ini akan memberikan
pertimbangann tentang konsep-konsep yang dimiliki oleh suatubudaya secara
umum dan dapat memaknai arti dari culture code yang ada. Pertimbangan
budaya ini akan membantu kita untuk memperkuat proses komunikasi dan
interaksi yang akan terjadi.
3. Cultural knowledge.
Informasi dan pertimbangan yang telah dimiliki memangtidak mudah untuk
dapat diterapkan dalam pemahaman suatu budaya. Namun, pentingnya
pengetahuan budaya merupakan faktor penting bagi seseorang untuk
menghadapi situasi yang akan dihadapinya. Pengetahuan budaya tersebut
tidak hanya pengetahuan tentang budaya oranglain namun juga penting
untukmengetahui budayanya sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap
budayadapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan khusus.Tujuannya adalah
untuk membuka pemahaman terhadap sejarah suatu budaya.Ini termasuk pada
isu-isu utama budaya seperti kelompok, pemimpin, dinamika, keutaman
budaya danketerampilan bahasa agar dapat memahami budaya tertertu.
4. Cultural Understanding.
Memiliki pengetahuan tentang budaya yang dianutnya dan juga budaya orang
lain melalui berbagai aktivitas dan pelatihan penting agar dapat memahami
dinamika yang terjadi dalam suatu budaya tertentu. Oleh karena itu, penting
untuk terus menggali pemahaman budaya melalui pelatihan lanjutan.Adapun
10
tujuannya adalah untuk lebih mengarah pada kesadaran mendalam pada
kekhususan budaya yang memberikan pemahaman hingga pada proses
berfikir, faktor-faktor yang memotivasi, dan isu lain yang secara langsung
mendukungproses pengambilan suatu keputusan.
5. Cultural Competence.
Tingkat tertinggi dari kesadaran budaya adalah kompetensi budaya.
Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu
keputusan dan kecerdasan budaya. Kompetensi budaya merupakan
pemahaman terhadap kelenturan budaya (culture adhesive). Dan hal ini
penting karena dengan kecerdasan budaya yang memfokuskan pemahaman
padaperencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu.
Implikasidari kompetensi budaya adalah pemahaman secara intensif terhadap
kelompoktertentu. Seperti yang dijelaskan di awal, sesungguhnya kebudayaan
itu sendiri mempunyai tiga bentuk dasar, yaitu yang berwujud ide, kelakuan,
dan wujud fisik. Ketiga wujud kebudayaan tersebut ada dalam masyarakat.
Hal ini yang harusnya kita lestarikan dan kita perhatikan karena kebudayaan
merupakan identitas jati diri kita. Maka dari itu, kesadaran budaya perlu untuk
kita tumbuh dan kembangkan sejak dini. Untuk menumbuhkan jiwa yang
sadar akan budaya tersebut, berikut sekiranya ada 4 cara, yaitu:
a. Penanaman sikap multikulturalisme sejak dini, Penanaman sikap untuk saling
bertoleransi dan untuk saling menghargai antar budaya merupakan fondasi
awal agar seseorang mampu menyadari akan perbedaan dari masing-masing
budaya. Sikap mental akan pentingnya saling menghargai kebudayaan
diharapkan nantinya integrasi bangsa menjadi semakin kuat karena
penanaman sikap saling menghormati dan menghargai tersebut juga sudah
mendarah daging di masyarakat.
b. Sosialisasi budaya melalui lembaga pendidikan. Dimasukkannya budaya lokal
dalam kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal merupakan langkah yang
bijak untuk lebih menjaga eksistensi budaya lokal mengingat sekarang ini
11
mulai banyaknya generasi muda yang mulai enggan untuk memperhatikan
kebudayaannya yang sesungguhnya itu merupakan asset kekayaan yang
sekiranya wajib dan harus untuk kita lestarikan.
c. Penyelenggaraan berbagai pentas budaya, Penyelenggaraan berbagai pentas
budaya tentu hal ini merupakan salah satu cara yang mampu untuk
menumbukan kesadaran akan berbudaya. Pentas ini dapat berupa tari-tari
daerah ataupun juga musik-musik daerah yang dilakukan dengan melibatkan
kaum-kaum muda sebagai salah satu cara menghidupkan kembali budaya
masing-masing daerah dengan melibatkan generasi muda sebagai generasi
penerus. Seni budaya yang akan ditampilkan pun dapat berupa seni
tradisional, modern, ataupun juga gabungan dari keduanya.
d. Mencintai dan menjaga budaya yang dimiliki. Hal inilah yang sekiranya
penting untuk selalu kita wujudkan. Rasa cinta dan rasa untuk menjaga
budaya yang kita miliki haruslah muncul sesuai dengan keinginan dan
kesadaran dari dalam diri kita masing-masing. Tanpa rasa cinta dan peduli
terhadap kebudayaan mustahil kita dapat menjaga eksistensi budaya yang kita
miliki.
12
Pada level ini seseorang mulai memahami dengan baiktentang signifikansi
dan ciri budaya yang sangat berbeda dengan caranya sendiri.Hal ini terkadang
menimbulkan frustrasi dan kebingungan sehingga terjadi konflikdalam
dirinya.
c. Awareness of significant and subtle cultural traits that others are believable
in anintellectual way.
Pada level ini seseorang sudah memahami secara signifikan dan perbedaan
budayanya dengan orang lain, namun pada level ini seseorang sudah mampu
untuk menerima budaya lain secara utuh sebagai manusia.
d. Awareness of how another culture feels from the standpoint of the insider.
Level ini adalah level yang tertinggi dari cross-cultural awareness. Pada level
ini seseorang mengalami bagaimana perasaan yang dirasakan oleh budaya lain
melalui pandangan dari dalam dirinya. Hal ini melibatkan emosi dan juga
perilaku yang dilakukannya melalui pengalaman-pengalaman langsungnya
dengan situasi dan budaya tertentu seperti belajar bahasa, kebiasaan, dan
memahami nilai-nilai yang ada dalam budaya tersebut (Dellawati. 2016.).
BAB III
TINJAUAN KASUS
13
3.1 contoh kasus
1. Menyadari.
Contoh:
14
2. Mengganti
Contoh:
- Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan atau
perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari
adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya Evidence Based
maka diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan
kemungkinan infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat
lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat
yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara.
Hal ini justru bgi bakteri dan kuman untuk merupakan lingkungan yang baik
bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan berpeluang besar
menghakibatkan infeksi. Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan
membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti
dengan perawatan tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat
dengan betadhine ataupun alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan
hanya membersihkan dengan air DTT dan mengeringkannya.
- Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan Bounding
Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran
bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak mengganggu istirahat
ibu pasaca persalinan yang melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa
mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong persalinan akan
berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment.
15
3. Mengintrospeksi
Contoh:
- Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat
pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki perilakunya
saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan sebelumnya
atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika sebelumnya seorang ibu
melahirkan bayi prematur maka pada kehamilannya yang selanjutnya dia akan
mencari penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini
agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm.
- Dulu penghisapan lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan
membantu proses pernafasan bayi. Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak efektif.
Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan jiwa bayi bila tidak
dilakukan dengan benar (Sobur, Alex. 2009).
16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Makna tentang kehidupan peluang adanya keserasian, godaan kehidupan yang
menimbulkan bencana yang mengancam kelangsungan peradaban, semuanya merupakan
konsep, prinsip maupun hukum dasar yang mewarnai ekologi. Prinsip dan hukum dalam
kehidupan yang dipelajari dalam ekologi sudah dipikirkan para pakar sebelumnya.
Ekologi mulai dilihat sebagai ilmu tersendiri yang interdisiplin, serta berdasarkan disiplin
yang integratif yang mengaitkan berbagai proses fisik dan hayati. Bahkan digunakan untuk
menjelaskan seluk-beluk kota dengan apa yang disebut ekologi kota, seluk-beluk administrasi
melalui pendekatan ekologi administrasi dan sebagainya.
Ekologi manusia yang memusatkan permasalahan pada dan di sekitar manusia, tentu
tidak mungkin meninggalkan pembicaraan tentang makhluk hidup lain di luar manusia.
Misalnya, tumbuhan, padi, sayur, hewan, kucing, nyamuk, dan kambing yang ada
hubungannya dengan manusia.
4.2. Saran
Setelah mempelajari tentang Metode Ekologi Manusia dan Perilaku Manusia Serta
Cultural Awarnes diharapkan tenaga kesehatan mampu menerapkan pengetahuan tentang
ekologi (hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
dan kelompok dengan kelompok). Karena dalam pelayanan kesehatan, ekologi (hubungan
timbal balik) antara tenaga kesehatan dengan pasien sangat di butuhkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18