Anda di halaman 1dari 21

EKOLOGI MANUSIA DAN PERILAKU MANUSIA SERTA CULTURAL AWARNES

NO NAMA NIM

1 ENJELINA SILABAN 1901004

2 HERLIJA PASARIBU 1901006

3 INDAH RAJAGUKGUK 1901017

4 JULI SRIOKA SINAGA 1901009

5 JUDIKA SIMAMORA 1901007

6 JUNITA MANALU 1901010

7 MARIA HUTASOIT 1901017

8 PANDE SIHOMBING 1901012

9 WAHYUNI SIHOMBING 1901014

MATA KULIAH : KEBIDANAN KOMUNITAS


DOSEN PENGAJAR : FRANSISKA DEBATARAJA.S.Tr.keb MKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


JLN. BUKIT INSPIRASIPRODI DIII KEBIDANAN KECAMATAN DOLOK-
SANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Ekologi manusia dan perilaku manusia serta
cultural awarnes.“ dengan lancar dan tepat.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok dan bertujuan untuk dapat mengetahui
dan memahami tentang konsep keluarga berencana. Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna karena kurangnya pengalaman, pengetahuan, dan
terbatas nya referensi yang kami dapatkan. Oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar
besar nya atas kesalahan, maupun kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Kami akan
menerima dengan senang hati masukan-masukan ,kritik, serta saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ,menambah wawasan dan dapat
digunakan sebagai pembelajaran kita semua, terutama bagi kami, Terima kasih.

Doloksanggul, 2021.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1. Sejarah Ekologi...........................................................................................................3
2.2. Pengertian Ekologi Manusia......................................................................................4
2.3. Peranan Ekologi..........................................................................................................4
2.4. Prinsip dan prespektif Ekologi...................................................................................7
2.5. Pengertian awarness...................................................................................................8
2.6.Tingkat Cultural Awareness.......................................................................................10
BAB III.................................................................................................................................14
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................14
3.1 contoh kasus...............................................................................................................14
1. Menyadari.............................................................................................................14
2. Mengganti.............................................................................................................15
3. Mengintrospeksi...................................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................................17
PENUTUP............................................................................................................................17
4.1. Kesimpulan................................................................................................................17
4.2. Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ernst Haeckel, seorang ahli ilmu Biologi dari Jerman – untuk pertama
kalinya memperkenalkan istilah oekologi yang kemudia dikenal sebagai
ekologi.Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, oekos berarti rumah dan logia
tau logos berarti ilmu.Sehingga secara harfiah ekologi dapat diartikan sebagai
ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga
sebagai ilmu tentang rumahtangga makhluk hidup.
Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan
yang ada di sekitarmya, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, bahkan
juga faktor lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dalam masyarakat. Cultural
awareness (kesadaran budaya) adalah kemampuan seseorang untuk melihat
keluar dirinya sendiri dan menyadari akan nilai – nilai budaya, kebiasaan
budaya yang masuk. Selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah hal tersebut
normal dan dapat diterima pada budayanya atau mungkin tidak lazim atau
tidak dapat diterima di budaya lain
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dari Ekologi?
2. Apakah yang dimaksud dengan Ekologi manusia dan perilaku manusia
serta cultural awarnes?
3. Bagaimana Peranan dari Ekologi
4. Apa saja Prinsip dan prespektif dari Ekologi
5. Apa yang dimaksud dengan awarness
6. Bagaimana Tingkat dari Cultural Awareness

1
1.3. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Sejarah Dari Ekologi


2. Untuk Mengetahui Dimaksud Dengan Ekologi Manusia Dan Perilaku
Manusia Serta Cultural Awarnes
3. Untuk Mengetahui Peranan Dari Ekologi
4. Untuk Mengertahui Prinsip Dan Prespektif Dari Ekologi
5. Untuk Mengetahui Maksud Dengan Awarness
6. Untuk Mengetahui Tingkat Dari Cultural Awareness

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Ekologi


Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan tentang kehidupan, sebenarnya sejak
dahulu kala, pemikir ulung, seperti Hipocrates, Aristoteles, dan pakarfilosofi dari
Yunani yang lain sudah mewarnai ajarannya dengan berbagaikonsep ekologi. Makna
tentang kehidupan peluang adanya keserasian,godaan kehidupan yang menimbulkan
bencana yang mengancam kelangsungan peradaban, semuanya merupakan konsep,
prinsip maupunhukum dasar yang mewarnai ekologi. Pada awal tahun 1700, seorang
ahlimikrobiologi Antonie van Leeuwenhoek dalam pengamatannya terhadapjasad
renik telah melihat adanya gejala rantai makanan, pengaturan populasidan strategi
hidup yang merupakan fenomena penting dalam ekologi. Ahlibotani lain Richard
Bradly mengungkapkan konsep tentang produktivitas hayati, yang merupakan subjek
lain yang merupakan inti dari ekologi.Sampai saat itu pun sebenarnya belum dikenal
istilah ekologi, dan baru padatahun 1869 diperkenalkan istilah ekologi oleh Ernst
Haeckel, seorang ahlibiologi Jerman yang menekankan adanya hubungan timbal-
balik antarsemuakomponen kehidupan dalam satu sistem.
Berbagai konsep, prinsip dan hukum dalam kehidupan yang dipelajaridalam ekologi
sudah dipikirkan para pakar sebelumnya. Hukum minimum dari Justus von Liebig
tentang faktor utama yang menentukan mutu ataukeadaan suatu sistem sudah
dikembangkan sejak tahun 1840. Demikian pulakonsep tentang keanekaragaman
hayati, toleransi, suksesi, dan sebagainya,dasar-dasarnya sudah dikemukakan para
ahli biologi sebelum munculnyacabang ilmu pengetahuan ekologi. Oleh karena itu,
sering kali sampai tahun1970-an ekologi dianggap sebagai cabang dari biologi.
Namun, di kemudianhari dengan merebaknya berbagai isu lingkungan hidup antara
tahun 1968-

3
1970 walaupun tetap mempunyai hubungan yang erat dengan biologi, tetapiekologi
mulai dilihat sebagai ilmu tersendiri yang interdisiplin, sertaberdasarkan disiplin yang
integratif yang mengaitkan berbagai proses fisikdan hayati. Bahkan digunakan untuk
menjelaskan seluk-beluk kota denganapa yang disebut ekologi kota, seluk-beluk
administrasi melalui pendekatanekologi administrasi dan sebagainya.
2.2. Pengertian Ekologi Manusia
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkunganya dan yang lainnya. Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos
(habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antaramakhluk hidup dan
lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai satu
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Dalam Ekologi dipelajari bagaimanan
mahluk Hidup berinteraksi timbla balik dengan lingkungan hidupnya baik yang
bersifat hidup (biotik) maupun tak hidup (abiotik) sedemikian rupa sehingga
terbentuk suatu jaring-jaring sistem kehidupan pada berbagai tingkatan organisasi.

2.3. Peranan Ekologi


Ekologi yang mempelajari berbagai hubungan timbalbalikantarberbagai
komponen yang membentuk suatu lingkungan yang utuh adalah cabang
ilmupengetahuan yang menghasilkan pemikiran dasar yang sangat penting
untukmemahami seluk-beluk dan makna kehidupan.

1. Holisme dan Merologisme


Filsafat ilmu pengetahuan mengajarkan pendekatan menyeluruh darisuatu
sistem yang utuh yang disebut pemikiran yang holistik. Artinya,mempelajari ekologi
berarti harus mengenal bagian-bagian atau komponenkomponendalam sistem; dan
bagaimana bagian atau komponen yang ada ituterkait satu dengan yang lain, baik
langsung maupun tidak langsung. Semuabagian memiliki maknanya sendiri-sendiri
dan bagian-bagian itu dapatdireduksi sampai yang sekecil-kecilnya. Bagian-bagian ini
dipelajari dalam merologi (meros = bagian) dan hal ini berkembang dengan

4
perkembanganilmu pengetahuan yang disebut reduksionisme atau atomisme yang
dipeloporioleh Isaac Newton.Dalam ekologi, bagian-bagian ini dilihat dalam satu
kesatuan. Keutuhansistem ini sangat penting karena dalam mengelola sistem, upaya
untukmengatur bagian-bagian sebagai satu kesatuan menjadi dasar
utamadalammengatur perilaku kita. Misalnya, saja kalau di rumah kita merasa
tergangguoleh kecoak, semut atau nyamuk maka secara utuh harus dilihat
mengapakecoak atau semut itu begitu banyak jumlahnya sehingga menimbulkan
gangguan.
Upaya mengatasi gangguan kecoak atau semut menggunakan pestisida tidak
akanmenuntaskan masalah karena kehadiran merekamempunyai makna yang
seringkali tidak terpikirkan dan tidak terduga.Kehadiran mereka dalam arti positif
adalah untuk memanfaatkan adanya ceceran makanan, sisa minuman, dan lain-lain.
Makna positif dari kehadiranmereka adalah membersihkan lingkungan yang “kotor”.
Jadi, dalam pendekatan holistik, cara yang terbaik adalah menjaga kebersihan karena
dalam sistem yang bersih, “bantuan” kecoak dan semut untukmembersihkannya tidak
kita perlukan.Dengan adanya pendekatan holistik ini tidak berarti bahwa
pendekatanatomisme atau reduksionisme tidak penting. Berbagai macam
penyakitkanker misalnya hanya dapat dikenal kalau dipelajari anatomi sel,
bahkandipelajari secara subseluler, molekuler atau submolekuler sehingga dapat
diketahui seluk-beluknya untuk dapat dicegah serta diatasi.

2. Pemunculan Sifat Baru dan Sifat Kolektif


Dalam ekologi juga dikenal adanya sifat baru yang muncul dalam suatu
sistem yang disebut emergent property. Sifat baru tidak dapat direduksimenjadi sifat
bagian-bagiannya (nonreducible) karena sifat yang muncul ituberbeda dari sifat
masing-masing bagian dari sistem itu. Dalam ekologi kitamengenal sifat atau properti
hutansebagai satu sistem. Tetapi sifat hutan itutidak sama dengan jumlah sifat-sifat
dari tumbuhan dan hewan yang beradadi dalam hutan itu. Ini tidak berarti bahwa sifat
atau properti masing-masingindividu hilang atau terhapus. Begitu masing-masing

5
berdiri sendiri, sifatindividu itu akan tampak kembali. Contoh lain yang mungkin
lebih jelasadalah hidrogen dan oksigen yang keduanya berupa gas, tetapi melalui
suatuproses kimia (hubungan timbal-balik kimiawi) keduanya menjadi air
yangumumnya bersifat cair atau beku (padat) atau uap.
3. Model Ekologi

Ciri ilmiah dari ekologi adalah adanya metode ilmiah dan paradigma ilmiah
(Salim 1993). Metode ilmiah ekologi adalah suatu persoalan yangdisusun secara
sistematik (systematic enquiry) yang meliputi pengamatan(observasi), perkiraan
(spekulasi), dan alasan (reasoning).
Urutan metode ilmiah ekologi adalah:
a. identifikasi permasalahan (dalam sistem ekologi);
b. jawaban sementara berdasar asumsi ilmiah, yang dapat dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan atau dalam bentuk hipotesis;
c. diuji apakah hipotesis itu benar (melalui percobaan atau dapat juga
dengan dialog dengan pakar dari berbagai disiplin);
d. tindak lanjut, kalau hipotesis itu ternyata (dianggap) benar;
e. hipotesis itu diubah atau dirumuskan kembali, kalau ternyata keliru.
Paradigma ilmiah ekologi adalah aplikasi dari metode ilmiah untukmemahami
dan menyederhanakan keadaan yang rumit agar berbagai masalahyang pokok serta
hubungan pengaruh-mempengaruhi dapat ditampilkansejelas-jelasnya.

4. Ekologi Manusia
merupakan fenomena dasar yang berlaku bagi semua hubungan timbal-balik
antara makhluk hidup termasukmanusia dengan Alam. Semua perolehan didapatkan
dengan pengorbanan,beban atau biaya dan upaya. Kenyataan bahwa Alam juga akan
mengalamidampak atau perubahan yang akibatnya juga akan menimpa makhluk
hidupatau manusia itu sendiri. Jadi, akibat dan timbulnya dampak itu dalamekologi
manusia perlu diperhitungkan apakah menguntungkan atau

6
merugikan diri sendiri ataupun merugikan manusia serta makhluk hidup lain.
Jadi, dari model ini jelas bahwa ekologi manusia menganut falsafah berikut.
a. Manusia harus mampu mempertahankan kelangsungan kehidupan
dirinya, keturunannya serta sesama manusia yang lain;
b. Yang baik untuk manusia juga harus baik untuk Alam, dan baik untuk
makhluk hidup lain karena perolehan serta manfaat yang diperolehnya
sangat tergantung pada Alam itu sendiri, baik secara langsung ataupun
melalui kebutuhan serta ketergantungan manusia akan makhluk hidup
lain.

2.4. Prinsip dan prespektif Ekologi


Falsafah atau prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam teori dan konsep”
ekologi selain menjadi pijatan bagi formulasi dan etika Ekologi juga dikenmbangkan
sebagai perspektif Ekologi.

Prinsip Ekologi Konsekuensi


Filosofi ekosentrik
Holistik Respek pada kehidupan dan alam
Menolak solusi linear
Perubahan yang bersifat organik
Konservasi
Keberlanjutan Mengurangi komsumsi
Ekonomi tanpa menekankan pada
pertumbuhan
Kendala pada pengembangan teknologi
Anti kapitalis
Menghargai perbedaan
Tidak ada jawaban tunggal atas suatu
masalah
Desentralisasi
Keanekaragaman Jejaring (networking) dan komunikasi
lateral
Teknologi tepat guna (lower level

7
tecnology)
Global/ lokal
keseimnbangan Yin/ Yang
gender
Hak atau tanggung jawab
Perdamaian dan kerjasama

2.5. Pengertian awarness


Kesadaran budaya (Cultural awareness) adalah kemampuan seseorang untuk
melihat ke luar dirinyasendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan
budaya yang masuk.Selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah hal tersebut normal
dan dapat diterima pada budayanya atau mungkin tidak lazim atau tidak dapat
diterima di budaya lain.Oleh karena itu perlu untuk memahami budaya yang berbeda
dari dirinya dan menyadari kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk
menghormatinya.

Wunderle menyebutkan bahwa kesadaran budaya (cultural awareness) sebagai


suatu kemampuan mengakui dan memahami pengaruh budaya terhadap nilai-nilai dan
perilaku manusia. Implikasi dari kesadaran budaya terhadap pemahaman kebutuhan
untuk mempertimbangkan budaya, faktor-faktor penting dalam menghadapi situasi
tertentu. Pada tingkat yang dasar, kesadaran budaya merupakan informasi,
memberikan makna tentang kemanusian untuk mengetahui tentang budaya.Prinsip
dari tugas untuk mendapatkan pemahaman tentang kesadaran budaya adalah
mengumpulkan informasi tentang budaya dan mentranformasikannya melalui
penambahan dalam memberikan makna secara progresif sebagai suatu pemahaman
terhadap budaya.

Pantrymengidentifikasikan 4 kompetensi yang dapat terhindari dari prejudis,


miskonsepsi dan ketidakmampuan dalam menghadapi kondisi masyarakat majemuk
yaitu: Kemampuan berkomunikasi (mendengarkan,menyimpulkan, berinteraksi),
Kemampuan proses (negosiasi, lobi, mediasi, fasilitasi), Kemampuan menjaga

8
informasi (penelitian, menulis, multimedia), Kemampuanmemiliki kesadaran dalam
informasi, cara mengakses informasi, dan menggunakan informasi. Keempat
kompetensi tersebut memberikan peran penting dalam menghadapi masyarakat yang
multikultural dalam kesadaran budaya.

Fowers & Davidov mengemukakan bahwa proses untuk menjadi sadar


terhadap nilai yang dimiliki, bias dan keterbatasan meliputi eksplorasi diri pada
budaya hingga seseorang belajar bahwa perspektifnya terbatas,memihak, dan relatif
pada latar belakang diri sendiri.Terbentuknya kesadaran budayapada individu
merupakan suatu hal yang terjadi begitu saja. Akan tetapi melalui berbagai hal dan
melibatkan beragam faktor diantaranya adalah persepsi dan emosi maka kesadaran
(awareness) akan terbentuk. Berdasarkan hal di atas, pentingnya nilai-nilai yang
menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia akan turut mempengaruhi
kesadaran budaya (terhadapnilai-nilai yang dianut) seseorang dan memaknainya.
Penting bagi kita untukmemiliki kesadaran budaya (cultural awareness) agar dapat
memiliki kemampuan untuk memahami budaya dan faktor-faktor penting yang dapat
mengembangkan nilai-nilai budaya sehingga dapat terbentuk karakter bangsa.

2.6.Tingkat Cultural Awareness

Wunderle (2006) mengemukakan limatingkat kesadaran budaya yaitu:

1. Data dan information.


Data merupakan tingkat terendah dari tingkatan informasi secara kognitif.
Data terdiri dari signal-signal atau tanda-tanda yang tidak melaluiproses

9
komukasi antara setiap kode-kode yang terdapat dalam sistim, atau rasa yang
berasal dari lingkungan yang mendeteksi tentang manusia. Dalam tingkat
inipenting untuk memiliki data dan informasi tentang beragam perbedaan
yang ada. Dengan adanya data dan informasi maka hal tersebut dapat
membantu kelancaranproses komunikasi.
2. Culture consideration.
Setelah memiliki data dan informasi yang jelas tentangsuatu budaya maka kita
akan dapat memperoleh pemahaman terhadap budaya dan faktor apa saja yang
menjadi nilai-nilai dari budaya tertentu. Hal ini akan memberikan
pertimbangann tentang konsep-konsep yang dimiliki oleh suatubudaya secara
umum dan dapat memaknai arti dari culture code yang ada. Pertimbangan
budaya ini akan membantu kita untuk memperkuat proses komunikasi dan
interaksi yang akan terjadi.
3. Cultural knowledge.
Informasi dan pertimbangan yang telah dimiliki memangtidak mudah untuk
dapat diterapkan dalam pemahaman suatu budaya. Namun, pentingnya
pengetahuan budaya merupakan faktor penting bagi seseorang untuk
menghadapi situasi yang akan dihadapinya. Pengetahuan budaya tersebut
tidak hanya pengetahuan tentang budaya oranglain namun juga penting
untukmengetahui budayanya sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap
budayadapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan khusus.Tujuannya adalah
untuk membuka pemahaman terhadap sejarah suatu budaya.Ini termasuk pada
isu-isu utama budaya seperti kelompok, pemimpin, dinamika, keutaman
budaya danketerampilan bahasa agar dapat memahami budaya tertertu.
4. Cultural Understanding.
Memiliki pengetahuan tentang budaya yang dianutnya dan juga budaya orang
lain melalui berbagai aktivitas dan pelatihan penting agar dapat memahami
dinamika yang terjadi dalam suatu budaya tertentu. Oleh karena itu, penting
untuk terus menggali pemahaman budaya melalui pelatihan lanjutan.Adapun

10
tujuannya adalah untuk lebih mengarah pada kesadaran mendalam pada
kekhususan budaya yang memberikan pemahaman hingga pada proses
berfikir, faktor-faktor yang memotivasi, dan isu lain yang secara langsung
mendukungproses pengambilan suatu keputusan.
5. Cultural Competence.
Tingkat tertinggi dari kesadaran budaya adalah kompetensi budaya.
Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu
keputusan dan kecerdasan budaya. Kompetensi budaya merupakan
pemahaman terhadap kelenturan budaya (culture adhesive). Dan hal ini
penting karena dengan kecerdasan budaya yang memfokuskan pemahaman
padaperencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu.
Implikasidari kompetensi budaya adalah pemahaman secara intensif terhadap
kelompoktertentu. Seperti yang dijelaskan di awal, sesungguhnya kebudayaan
itu sendiri mempunyai tiga bentuk dasar, yaitu yang berwujud ide, kelakuan,
dan wujud fisik. Ketiga wujud kebudayaan tersebut ada dalam masyarakat.
Hal ini yang harusnya kita lestarikan dan kita perhatikan karena kebudayaan
merupakan identitas jati diri kita. Maka dari itu, kesadaran budaya perlu untuk
kita tumbuh dan kembangkan sejak dini. Untuk menumbuhkan jiwa yang
sadar akan budaya tersebut, berikut sekiranya ada 4 cara, yaitu:
a. Penanaman sikap multikulturalisme sejak dini, Penanaman sikap untuk saling
bertoleransi dan untuk saling menghargai antar budaya merupakan fondasi
awal agar seseorang mampu menyadari akan perbedaan dari masing-masing
budaya. Sikap mental akan pentingnya saling menghargai kebudayaan
diharapkan nantinya integrasi bangsa menjadi semakin kuat karena
penanaman sikap saling menghormati dan menghargai tersebut juga sudah
mendarah daging di masyarakat.
b. Sosialisasi budaya melalui lembaga pendidikan. Dimasukkannya budaya lokal
dalam kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal merupakan langkah yang
bijak untuk lebih menjaga eksistensi budaya lokal mengingat sekarang ini

11
mulai banyaknya generasi muda yang mulai enggan untuk memperhatikan
kebudayaannya yang sesungguhnya itu merupakan asset kekayaan yang
sekiranya wajib dan harus untuk kita lestarikan.
c. Penyelenggaraan berbagai pentas budaya, Penyelenggaraan berbagai pentas
budaya tentu hal ini merupakan salah satu cara yang mampu untuk
menumbukan kesadaran akan berbudaya. Pentas ini dapat berupa tari-tari
daerah ataupun juga musik-musik daerah yang dilakukan dengan melibatkan
kaum-kaum muda sebagai salah satu cara menghidupkan kembali budaya
masing-masing daerah dengan melibatkan generasi muda sebagai generasi
penerus. Seni budaya yang akan ditampilkan pun dapat berupa seni
tradisional, modern, ataupun juga gabungan dari keduanya.
d. Mencintai dan menjaga budaya yang dimiliki. Hal inilah yang sekiranya
penting untuk selalu kita wujudkan. Rasa cinta dan rasa untuk menjaga
budaya yang kita miliki haruslah muncul sesuai dengan keinginan dan
kesadaran dari dalam diri kita masing-masing. Tanpa rasa cinta dan peduli
terhadap kebudayaan mustahil kita dapat menjaga eksistensi budaya yang kita
miliki.

Selain itu, Robert Hanvey menyebutkan 4 tingkat cross-cultural awareness yaitu:

a. Awareness of superficial or visible cultural traits.


Pada tingkat ini informasi yangdiperoleh oleh seseorang berasal dari media
atau saat dia mengunjungi suatuNegara atau daerah atau dari pelajaran di
sekolah. Yan-li (2007) menyatakan padalevel ini pemahaman mereka hanya
terlihat dari cirri yang nampak dan merekajadikan sebagai pandangan
streotipe terhadap budaya yang tidak benar-benarmereka pahami.
b. Awareness of significant and subtle cultural traits that others are different
and therefore problematic.

12
Pada level ini seseorang mulai memahami dengan baiktentang signifikansi
dan ciri budaya yang sangat berbeda dengan caranya sendiri.Hal ini terkadang
menimbulkan frustrasi dan kebingungan sehingga terjadi konflikdalam
dirinya.
c. Awareness of significant and subtle cultural traits that others are believable
in anintellectual way.
Pada level ini seseorang sudah memahami secara signifikan dan perbedaan
budayanya dengan orang lain, namun pada level ini seseorang sudah mampu
untuk menerima budaya lain secara utuh sebagai manusia.
d. Awareness of how another culture feels from the standpoint of the insider.
Level ini adalah level yang tertinggi dari cross-cultural awareness. Pada level
ini seseorang mengalami bagaimana perasaan yang dirasakan oleh budaya lain
melalui pandangan dari dalam dirinya. Hal ini melibatkan emosi dan juga
perilaku yang dilakukannya melalui pengalaman-pengalaman langsungnya
dengan situasi dan budaya tertentu seperti belajar bahasa, kebiasaan, dan
memahami nilai-nilai yang ada dalam budaya tersebut (Dellawati. 2016.).

BAB III
TINJAUAN KASUS

13
3.1 contoh kasus

Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha


mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil untuk
merubah perilaku:

1. Menyadari.

Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi


tentang apa/ bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa
perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kesadaran
tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan.

Contoh:

- Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan sebelumnya tidak peduli


akan kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar tentang
pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta penyakit yang dapat
ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene, maka siswa tersebut mulai
peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia akan mengaplikasikan
bagaimana cara merawat kesehatan dirinya
- Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang meneliti tentang penyakit kista,
menemukan bahwa salah satu penyebabnya adalah pola makan yang tidak
sehat. Dalam penelitiannya mahasiswa ini benar-benar menghayati betapa
pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang bagi kesehatan seseorang.
Karena itu, mahasiswa tersebut mulai menerapkan pola makan sehat dan
seimbang.

14
2. Mengganti

Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya


yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan
bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah.

Contoh:

- Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan atau
perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari
adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya Evidence Based
maka diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan
kemungkinan infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat
lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat
yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara.
Hal ini justru bgi bakteri dan kuman untuk merupakan lingkungan yang baik
bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan berpeluang besar
menghakibatkan infeksi. Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan
membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti
dengan perawatan tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat
dengan betadhine ataupun alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan
hanya membersihkan dengan air DTT dan mengeringkannya.
- Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan Bounding
Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran
bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak mengganggu istirahat
ibu pasaca persalinan yang melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa
mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong persalinan akan
berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment.

15
3. Mengintrospeksi

Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian mengenai


apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di samping itu
instropeksi juga berguna untuk mendeteksi kadar self-excusing yang bisa jadi masih
tetap ada dalam diri seseorang hanya karena lupa membuat elaborasi, analogi, atau
interpretasi dalam memahami dan melaksanakan.

Contoh:

- Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat
pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki perilakunya
saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan sebelumnya
atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika sebelumnya seorang ibu
melahirkan bayi prematur maka pada kehamilannya yang selanjutnya dia akan
mencari penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini
agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm.
- Dulu penghisapan lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan
membantu proses pernafasan bayi. Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak efektif.
Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan jiwa bayi bila tidak
dilakukan dengan benar (Sobur, Alex. 2009).

16
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Makna tentang kehidupan peluang adanya keserasian, godaan kehidupan yang
menimbulkan bencana yang mengancam kelangsungan peradaban, semuanya merupakan
konsep, prinsip maupun hukum dasar yang mewarnai ekologi. Prinsip dan hukum dalam
kehidupan yang dipelajari dalam ekologi sudah dipikirkan para pakar sebelumnya.

Ekologi mulai dilihat sebagai ilmu tersendiri yang interdisiplin, serta berdasarkan disiplin
yang integratif yang mengaitkan berbagai proses fisik dan hayati. Bahkan digunakan untuk
menjelaskan seluk-beluk kota dengan apa yang disebut ekologi kota, seluk-beluk administrasi
melalui pendekatan ekologi administrasi dan sebagainya.

Ekologi manusia yang memusatkan permasalahan pada dan di sekitar manusia, tentu
tidak mungkin meninggalkan pembicaraan tentang makhluk hidup lain di luar manusia.
Misalnya, tumbuhan, padi, sayur, hewan, kucing, nyamuk, dan kambing yang ada
hubungannya dengan manusia.

4.2. Saran
Setelah mempelajari tentang Metode Ekologi Manusia dan Perilaku Manusia Serta
Cultural Awarnes diharapkan tenaga kesehatan mampu menerapkan pengetahuan tentang
ekologi (hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
dan kelompok dengan kelompok). Karena dalam pelayanan kesehatan, ekologi (hubungan
timbal balik) antara tenaga kesehatan dengan pasien sangat di butuhkan.

Ekologi yang mempelajari berbagai hubungan timbal-balik antarberbagai komponen yang


membentuk suatu lingkungan yang utuh adalah cabang ilmu pengetahuan yang menghasilkan
pemikiran dasar yang sangat penting untuk memahami seluk-beluk dan makna kehidupan.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai