Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF HOLISTIK PADA Nn.

M
REMAJA DENGAN AMENOREA SEKUNDER
DI PUSKESMAS TANJUNG SELOR

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan


Stase Remaja Praktik Profesi Bidan

Disusun Oleh:
LINDA PURLINA
NIM: P07224423186

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI
2023
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
limpahan Anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif Asuhan Kebidanan pada Remaja Dengan Amenorea Sekunder

Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Amenorea Sekunder ini tidak akan
selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan


Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tanjung Selor, November 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB IPENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Tujuan...........................................................................................
1. Tujuan Umum...........................................................................
2. Tujuan Khusus.........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
A. Konsep Teori.................................................................................
1. Pengertian.................................................................................
2. Fisiologi.....................................................................................
3. Patofisiologi...............................................................................
4. Komplikasi.................................................................................
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................
6. Pelayanan Yang Dibutuhkan.....................................................
7. Penatalaksanaan......................................................................
B. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah VARNEY
1. Langkah I (Pengkajian)..............................................................
2. Langkah II (Interpretasi Data).....................................................
3. Langkah III (Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial)........
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi)
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh Asuhan Kebidanan).............
6 Langkah VI (Pelaksanaan)..........................................................
7. Langkah VII (Evaluasi)...............................................................
BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................

ii
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................
BAB V KESIMPULAN..................................................................................
1. Kesimpulan...............................................................................................
2. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan remaja adalah salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang terjadi saat ini di Indonesia. Derajat kesehatan remaja
mencerminkan derajat kesehatan bangsa sebab anak remaja sebagai penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan masalah alasan tersebut, masalah kesehatan
anak remaja diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (Meiriza & Satria, 2017). Masa remaja merupakan masa peralihan dari
masa kanak- kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan
biologis, psikologi, emosional dan sosial. Perkembangan biologis yang pertama
kali muncul dan menjadi tanda keremajaan yaitu menstruasi. (Christiana et al.,
2019)
Dalam perjalanannya tidak semua remaja yang mengalami menstruasi akan
berjalan dengan lancer tanpa keluhan. Tahun- tahun awal menstruasi merupakan
periode yang rentan terhadap terjadinya gangguan menstruasi. Tujuh puluh lima
persen wanita pada tahap remaja akhir rmengalami gangguan yang terkait dengan
menstruasi. Banyak dari wanita yang mengalami gangguan menstruasi saat masa
menstruasinya. Gangguan menstruasi meliputi ketidak teraturan siklus
menstruasi (durasiataupanjang), hiper atau hypomenorrhoe, poli atau
oligomenorea, dismenorea, amenorea, dan sindrom pre menstruasi
(Miraturrofi’ah, 2020)
Wanita dalam kehidupan nya tidak luput dari adanya siklus haid normal
yang terjadi secara berkala. Siklus menstruasi tersebut bervariasi hampir 90%
wanita memiliki siklus 25- 35 hari dan hanya 10- 15% yang memiliki panjang
siklus 28 hari (Meiriza& Satria, 2017)

1
Menstruasi adalah suatu proses keluarnya darah atau perdarahan pada
perempuan yang terjadi secara teratur atau periodik. Proses menstruasi akan
terjadi apabila ovum tidak dibuahi oleh sperma dan oleh karena itu perdarahan
saat menstruasi di akibatkan luruhnya dinding dalam rahim karena tidak adanya
implantasi embrio (Dimyati et al., 2020)
Siklus menstruasi pada wanita normalnya terjadi dalam waktu 28- 35 hari.
Apabila siklusnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari maka dikatakan
tidak normal atau terdapat gangguan (Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon et al.,
2017) Pola siklus menstruasi pada setiap perempuan memiliki variasi yang
berbeda- beda, hampir 90% perempuan memiliki siklus 25- 35 hari dan hanya
10- 15% yang memiliki panjang siklus 28 hari (Setyowati, 2017)
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gangguan menstruasi pada
wanita, yaitu faktor berat badan, status gizi, kebiasaan olahraga, aktivitas fisik,
stres, diet, paparan lingkungan dan kondisi kerja, sinkronisasi proses menstrual
serta gangguan endokrin, maka hormon merupakan salah satu hal yang berperan
penting dalam kesehatan wanita, fluktuasi kadar hormon terutama esterogen dan
progesteron dapat berdampak pada suasana hati, hasrat seksualitas, ovulasi
hingga kesuburan (Dimyati et al., 2020)
Telah dilakukan penyelidikan terhadap 4000 wanita, ternyata hanya 3%
diantaranya yang mempunyai siklus menstruasi yang teratur dari bulan yang satu
ke bulan yang lain, sedangkan yang lainnya 93% siklus menstruasi yang tidak
teratur. Gangguan siklus menstruasi dipengaruhi oleh gangguan pada fungsi
hormon, kelainan sistemik, kelenjar gondok, dan prolaktin yang berlebihan.
Gangguan pada siklus menstruasi terdiri dari tiga yaitu Polimenore,
Oligomenore dan Amenorrhea (Meiriza& Satria, 2017)
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa kejadian
Amenorrhea pada remaja adalah 10-15%. Di negara maju seperti Belanda,
presentase Amenorrhea cukup besaryaitu 13%. Angka kejadian Amenorrhea di
Indonesia cukup tinggi (Meiriza& Satria, 2017)

2
Pola menstruasi dapat menjadi indicator kesehatan secara keseluruhan dan
persepsi diri tentang kesejahteraan. Amenore primer, yang didefinisikan sebagai
tidak adanya menstruasi seumur hidup, memerlukan evaluasi jika menarche tidak
terjadi pada usia 15 tahun atau tiga tahun postthelarche. Amenore sekunder
ditandai dengan berhentinya menstruasi yang sebelumnya teratur selama tiga
bulan atau menstruasi yang sebelumnya tidak teratur selama enam bulan dan
memerlukan evaluasi. Dokter dapat mempertimbangkan etiologi amenore
kategori sebagai kelainan saluran keluar, insufisiensi ovarium primer, gangguan
hipotalamus atau hipofisis, gangguan kelenjar endokrin lainnya, gejala sisa
penyakit kronis, fisiologis, atau diinduksi. Anamnesis harus mencakup onset dan
pola menstruasi, kebiasaan makan dan olahraga, adanya stresorpsikososial,
perubahanberat badan, penggunaan obat, galaktorea, dan penyakit kronis.
Pertanyaan tambahan mungkin menargetkan gejala neurologis, vasomotor,
hiperandrogenik, atau terkait tiroid. Pemeriksaan fisik harus mengidentifikasi
tren perkembangan antropometri dan pubertas (Klein.A. D,Surga. S.L, 2019)
Masa remaja adalah masa rentan yang diperbesar oleh tekanan sosial untuk
berpenampilan dan/atau tampil dengan cara tertentu. Stres ini berkontribusi pada
perkembangan gangguan makan, penyakit kronis ketiga yang paling umum di
kalangan remaja yang cenderung berkembang selama masa pubertas.1 Menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists, 16%e hingga 47% atlet
wanita bertubuh kurus mengalami gangguan makan, sedangkan tingkat gangguan
makan pada populasi umum adalah 0,5% hingga 10%.2 Anoreksia nervosa
memiliki prevalensi 1% sampai 4% dan merupakan penyakit kejiwaan yang
paling fatal dengan angka kematian 5% sampai 6%. Selain kematian, ada banyak
kondisi komorbiditas yang terkait dengan anoreksia nervosa, termasuk penyakit
kardiovaskular, kesehatan tulang, masalah reproduksi, dan komplikasi
gastrointestinal. Gangguan makan, seperti banyak kondisi medis kronis, dapat

3
diturunkan. Secara khusus, anoreksia nervosa memiliki heritabilitas 33% hingga
84%, sedangkan heritabilitas bulimia nervosa berkisar antara 28% hingga 83%.
Nutrisi yang lengkap diperlukan untuk perkembangan fisik, pertumbuhan
pubertas, dan pencegahan penyakit kronis. Menciptakan fondasi nutrisi yang kuat
sejak dini adalah penting karena pubertas dimulai sekitar usia 8 hingga 13 tahun
dengan adanya tunas payudara. Sekitar 2 tahun kemudian, menarche diharapkan
dan berkorelasi dengan tahap 3 sampai 4 perkembangan payudara pada skala
penilaian kematangan seksual (identik dengan stadium Tanner). Periode waktu
ini adalah tingkat tertinggi akrual tulang dalam kehidupan individu wanita.
Sangat penting untuk perkembangan tulang dan pencegahan osteoporosis. Unsur
nutrisi seperti kalsium, vitamin D, dan fosfor adalah komponen kunci untuk
kesehatan tulang yang baik. Namun, estrogen dan aktivitas fisik secara teratur
juga merupakan kontributor besar.( Kimberly Huhmann, 2020)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan bedasarkan
pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus Amenorea Sekunderpada remaja.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Amenorea Sekunder
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
Amenorea Sekunderberdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus Amenorea Sekunder dengan
pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalahpotensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

4
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasiatas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikanpelaksanaanasuhankebidanan pada kasus Amenorea
Sekunder dalambentukcatatan SOAP
e. Membahasadanyakesenjanganantarateori dan praktik di lapangan

5
6

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. PengertianAmenorrhea
Amenorrhea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan
dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi
interaksi antara komplek hipotalamus- hipofisi- aksis indung telur serta organ
reproduksi yang sehat. Amenorrhea terdiri dari:
a. Amenorrhea primer
Amenorrhea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada
wanita usia 16 tahun. Amenorrhea primer terjadi pada 0,1- 2,5% wanita
usia reproduksi.
b. Amenorrhea Sekunder
Amenorrhea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus
(pada kasus oligomenorrhea jumlah darah menstruasi sedikit) atau 6
siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka
kejadian berkisarantara 1-5% (Purwoastuti & Walyani, 2015)

2. Fisiologi
Peristiwa menstruasi merupakan integrasi dari hipotalamus,
hipofisis, ovarium, dan uterus. Hipotalamus menyekresi hormon
gonadtropin releasing hormon (GnRH). Hipofisis menyekresi follicel
stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Berdasarkan
fase yang dialami ada dua jenis, yaitu fase folikuler dan fase luteal. Uterus
sendiri mengalami tiga fase, yaitu proliferasi, sekretorik, dan menstruasi
(Guyton, A.C., 2014)

6
7

1) Sikulus Ovarium
Fase folikuler dimana pertumbuhan folikel ovarium disebabkan
oleh GnRH yang menstimulasi sekresi FSH. Setiap bulan, 10-15
folikel primordial distimulasi untukt umbuh. Folikel primordial akan
tumbuh menjadi folikel primer, kemudian menjadi folikel sekunder.
Hal tersebut dipengaruh oleh FSH, folikel sekunder terus tumbuh dan
membentuk rongga menjadi folikel tertier. Folikel tertier itu sendiri
menghasilkan hormon seks, yaitu progesteron, estrogen, dan
andogren. Dari ketiga hormon tersebut yang paling banyak disintesis
adalah estrogen. Satu folikel akan terus tumbuh menjadi folikel
dominan, sehingga terbentuk folikel de Graaf atas pengaruh FSH dan
LH, sedangkan yang lainnya mengalami atresia. Ovulasi terjadi
apabila sekresi LH mencapai puncak, yaitu sekitar 14 hari siklus.
Peristiwa pecahnya folikel de Graaf disertai dengan dilontarkannya
ovum keluar ovarium disebut dengan Ovulasi. Ovum selanjutnya
ditangkap fimbrae tuba. Folikel yang pecah akan terdapat sisa yang
kemudian membentuk korpus rubrum (Sumasih, 2016)
Fase Luteal dibawah pengaruh LH, korpus rubrum berubah
menjadi korpus luteum yang bewarna kekuningan dan berlemak, serta
mampu menyintesis hormon seks (progesteron, androgen, estrogen),
namun yang dominan disintesis adalah hormon progesteron. Bila
terjadi konsepsi atau kehamilan, korpus luteum ini dipertahankan
hingga terbentuk plasenta (sekitar 16 minggu) dan disebut korpus
luteum graviditatum. Apabila tidak terjadi kehamilan, korpus luteum
mengalamidegenerasi, sekitar empat hari sebelum haid berikutnya
(hari ke-24 siklus haid) dan akhirnya digantikan oleh jaringan ikat,
membentuk korpus albikan (Sumasih, 2016)

7
8

2) Siklus Uterus (Sumasih, 2016)


Fase proliferasi dimana hormon estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium dipengaruh oleh endometrium yang mengalami pertumbuhan
pesat. Ketebalan endometrium terus meningkat, terjadi pembuluh
darah dan kelenjar-kelenjar. Fase ini berlangsung hingga terjadinya
ovulasi (hari ke-5 hingga ke-14 siklus haid)
Fase sekretorik dipengaruhi oleh hormon progesteron dan
estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum, endometrium semakin
tebal karena peningkatan pesat vaskularisasi dan kelenjar-kelenjar
endometrium akan memanjang dan berkelok-kelok. Pada fase ini
endometrium menyekresi banyak glikogen untuk nutrisi hasil
konsepsi. Endometrium siap menerima hasil konsepsi. Jika konsepsi
tidak terjadi, akibatnya vaskularisasi akan menurun dan menyebabkan
menurunnya progesteron
Fase menstruasi dimana penurunan vaskularisasi menyebabkan
endometrium mengalami iskemia dan nekrotis. Dari jaringan nekrotis
tersebut, Vasospasme akan terjadi karena disebabkan oleh disekresi
prostaglandin. Proses ini menyebabkan endometrium terlepas dan
luruh disertai perdarahan yang dikeluarkan melalui vagina yang
disebut haid/menstruasi. Selanjutnya akan dimulaidaur baru

3. Patofisiologi
Gangguan siklus haid disebabkan ketidak seimbangan FSH atau LH
sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan
menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang
dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang
ditimbulkannya seperti nyeri perut, pusing, mual, atau muntah, (Prawirohardjo,
2008 dalam Sapti, 2019)

8
9

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi


Beberapa faktor yang dapat mempengaruh isiklus menstruasi menurut
(Verawaty,2012 dalam Sapti, 2019)
1) Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem
persyarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau
endogenous opiat yang dapat mempengaruhi elevas ikortisol basal dan
menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorea.
2) Gangguan endokrin
Adanya penyakit- penyakit endokrin seperti dia betes, hipotiroid,
sertahipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi
amenorea dan oligomenorea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit
polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin dan
oligomenorea. Amenorea dan oligomenorea pada perempuan dengan
penyakit polystic ovarium berhubungan dengan intensivitas hormon insulin
dan menjadikan perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan
dengan oligomenorea dan lebih lanjut menjadi amenorea. Hipotiroid
berhubungan dengan polimenorea dan menorrhagia.
3) Berat badan
Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsimenstruasi.
Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada
fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya
penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/
kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang
berat dapat menimbulkan amenorea.
4) Aktivitasfisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

9
10

menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki factor risiko
untuk mengalami amenorea, anovulasi, dan defek pada fase luteal.
Aktivitasfisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing
Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari
serum estrogen.

4. Komplikasi
Seorang wanita yang mengalami berbagai gangguan menstruasi dapat
berdampak serius pada kesehatan reproduksinya, menstruasi yang tidak teratur
menjadi pertanda bahwa seseorang kurang subur (infertile). Kelainan siklus
menstruasi seperti oligomenorrhea dan amenorrhea merupakan penyebab
infertilitas. Disfungsi ovulasi berjumlah 10- 25% dari kasus infertilitas
wanita(Kebidanan & Kesehatan Kemenkes Aceh, 2020)
Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh
wanita, terutama pada usia remaja dan merupakan indicator penting untuk
menunjukkan adanya gangguan sistem reproduksi yang dapat dikaitkan dengan
peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanke rpayudara dan
infertilitas (Kebidanan& Kesehatan Kemenkes Aceh, 2020)
Dampak dari siswi yang mengalami amenorrhea dapat mengakibatkan
kecemasan, tidak konsentrasi dalam belajar, merasa kurang percaya diri. Selain
itu sarana dan informasi yang terbatas, mengakibatkan sebagian siswi bingung
dengan masalah tersebut(Meiriza & Satria, 2017)
5. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk evaluasi amenorea
adalah pemeriksaan laboratorium primer yaitu β-hCG, FSH, Estradiol,
Prolactin, TSH dan Pemeriksaan Laboratorium sekunder yaitu Testosteron,
DHEAS, 17-OHP, tes toleransi glukosa 2 jam, lemak darah puasa, dan Tes
Autoimun. Untuk evaluasi radiologis pemeriksaan yang dilakukan yaitu
Sonografi, HSG atau Saline Infusion Sonography dan MRI (Arifiandi &

10
11

Wiyasa, 2018)

6. Pelayanan yang dibutuhkan


Tugas dan wewenangbidan yang tertuangdalam UU Kebidanan No 4 Tahun
2019 pasal 46 ayat 1 menyatakan bahwa dalam menyelengarakan Praktik
Kebidanan, Bidan bertugas memberikan pelayanan salah satunya adalah
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Sedangkan
dalam pasal 51 menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, bidan
berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam kasus gangguan haid ini peran bidan adalah konseling tentang
pendidikan kesehatan reproduksi, faktor- faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi siklus menstruasi dan cara mengatasinya.

7. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian menurut (Kebidanan & Kesehatan Kemenkes
Aceh, 2020) terdapat pengaruh pada remaja putri yang diberikan susu kedelai
terhadap amenorrhea sekunder, yaitu terjadi kenormalan menstruasi pada
remaja amenorrhea sekunder setelah diberikan konsumsi susu kedelai, makanan
yang dikonsumsi yang mengandung Fito estrogen sangat berperan dalam
menstabilkan kadar hormone estrogen dalam tubuh, yaitu dengan cara
menghambat aktifitas estrogen yang berlebihan dan mensubstitusi estrogen
ketika kadarnya dalam tubuh rendah sehingga mencegah terjadinya siklus
menstruasi yang tidak normal. Seperti diketahui kacang kedelai dan hasil
olahannya merupakan sumber utama dari isoflavone.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan
siklus menstruasi yaitu mengurangi stres dengan penggunaan mekanisme

11
12

koping yang baik serta olahraga yang cukup tidak berlebihan (Setiawati, 2015)
dan diharapkan remaja mencatat tanggal menstruasi setiap bulannya agar dapat
diketahui siklus menstruasi termasuk normal atau tidak normal (Sitoayu et al.,
2017)
Penatalaksanaan awal harus fokus pada pengobatan penyebab yang
mendasarinya, yaitu mencoba menambah berat badan, membatasi olahraga,
atau menghindari stres emosional. Dalam situasi di mana pengobatan tersebut
tidak efektif, terapi penggantian hormon harus digunakan untuk
mempertahankan kadar estrogen normal, atau jika pasien ingin hamil,
pengobatan difokuskan pada induksi ovulasi atau fertilisasi in vitro (IVF)
( Podfigurna. A, 2021)

Remaja dapat lebih memperhatikan asupan makanan yang sehat dan tidak
melewatkan waktu makan utama sehingga memenuhi kebutuhan sehari yaitu
2.125 kkal dan kecukupan asupan zat gizi makro dapat terpenuhi. Remaja
diharapkan lebih memperhatikan pola makan dan jenis pilihan makanan
sehingga mencapai berat badan ideal dan status gizi normal (Sitoayu et al.,
2017)
Berdasarkan studi kasus amenore sekunder dengan akupuntur titik
Sanyinjiao (SP6), Taichong (LR3), Zusanli (ST36), Guilai (ST 29) serta terapi
herbal rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dan bijiklabet (Trigonella
foenum-graecum L.) dengan dosis 30 g dan 8 g dapat merangsang timbulnya
menstruasi pada pasien(Dimyati et al., 2020)

B. Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan Flour


Albus

I. PENGKAJIAN
TanggalPengkajian :

12
13

Waktu :
Tempat :
Oleh :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur :
Masa remaja merupakan usia diantara masa anak – anak dan
dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19
tahun. Peristiwa yang terpenting yang terjadi pada gadis remaja
ialah datang haid yang pertama kali, biasanya sekitar umur 10
sampai 16 tahun. Saat haid yang pertama ini datang dinamakan
menarche (Kusumawati et al., 2016)
Agama :
Pendidikan : BerdasarkanJurnal Kesehatan Masyarakat pada tahun
2012, Penulis mengatakan bahwa Pendidikan mempengaruhi
terhadap pengetahuan, ketika pendidikan remaja itu tinggi
pengetahuan remaja tersebut juga akan baik dan berpengaruh
terhadap kesehatannya yang dimiliki oleh remaja jika terjadinya
kelainan atau gangguan kesehatan pada remaja, maka dapat
segera di atasi secepat mungkin. Jadi, tingkat pendidikan dan
pengetahuan berpengaruh dengan kejadian amenorea sekunder.
Pekerjaan :
Alamat :
2. Alasan datang/keluhan utama
a. Alasan datang Sdh kurang lebih 3 bulan tdk haid
b. Keluhan utama Sdh hamper 3 bulan tdk datang hait

13
14

Amenorrhea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi


pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa
sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah
menopause. Amenorrhea terdiri dari:
a) Amenorrhea primer
Amenorrhea primer adalah keadaan tidak terjadinya
menstruasi pada wanita usia 16 tahun. Amenorrhea
primer terjadi pada 0,1- 2,5% wanita usia reproduksi.
b) Amenorrhea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi
selama 3 siklus (pada kasus oligomenorrhea jumlah
darah menstruasi sedikit) atau 6 siklus setelah
sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa.
Angka kejadian berkisar antara 1-5% (Purwoastuti &
Walyani, 2015)
3. Riwayat kesehatan klien
Untuk mengetahui apakah mempunyai penyakit jantung, ginjal,
asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsy serta
penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta hipertiroid
yang berhubungan dengan gangguan menstruasi(Verawaty,2012
dalam Sapti, 2019)
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat menstruasi
Banyak menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi
menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar,
gangguan sewaktu menstruasi (Essawibawa, 2011).
Menarche :
Siklus :28 + 7 hari
Lamanya :3-8 hari (Mochtar, 2011)

14
15

6. Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Beberapa penelitian menunjukan bahwa keadaangizikurang


atau terbatas juga terjadi gangguan fungsi reproduksi dan
perubahan kadar hormone estrogen yang akan mempengaruhi
keteraturan siklus menstruasi. Wanita dengan malnutrisi atau
underweight umumnya akibat eating disorder, mengalami
keterlambatan dalam maturitas seksual dan menyebabkan
risiko siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, sekresi
hormone LH yang terganggu akibat penurunan berat badan
juga akan mengganggu siklus dengan menyebabkan
pemendekan fase luteal (Sunarsih, 2017)

Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak


terdapat endapan ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi
lembek dan berwarna khas (Abidin, 2010).

Istirahat Untuk mengetahui berapa lama tidur siang dan berapa lama
Tidur malam (Essa wibawa, 2011)

Aktivitas Tingkat aktivitasfisik yang sedang dan berat dapat membatasi


fungsi menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet
memiliki factor risiko untuk mengalami amenorea, anovulasi,
dan defek pada fase luteal. Aktivitasfisik yang berat
merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)
dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level
dariserum estrogen (Purwoastuti & Walyani, 2015)

Personal Kebersihan tubuh remaja perlu diperhatikan karena dengan


Hygiene perubahan sistem metabolism mengakibatkan peningkatan

15
16

pengeluaran keringat.

7. Riwayat psikososiokultural spiritual


Adanya stress akan mempengaruhi produksi hormone prolactin
yang secara langsung berhubungan dengan aktivita selevasi
kortisol basal dan menimbulkan penurunan hormone LH yang
mengakibatkan timbulnya gangguan siklus menstruasi (Islamy &
Farida, 2019)

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umun

a. Pemeriksaanumum
1) Kesadaran:
a) composmentis: kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Tanda-tanda vital, normal jika:
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adanya gangguan pada sistem
kardiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
b) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui
pulsus defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi
dari denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi nadi.
Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan
normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas
tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-
110 x/menit.

16
17

c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C-37,0°C.
d) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman,
dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per
menit.
3) Antropometri
a) Berat badan: Berat badan dan perubahan berat badan
mempengaruhi fungsi menstruasi (Meiriza & Satria, 2017)
b) Tinggi badan :

c) IMT: Indeks masa tubuh (IMT) merupakan

salah satu ukuran untuk memprediksi presentase lemak didalam


tubuh manusia yang diperoleh dari perbandingan berat badan
dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter persegi. Lemak
merupakan salah satu senyawa didalam tubuh yang
mempengaruhi proses pembentukan hormon estrogen, dan salah
satu faktor dominan penyebab gangguan menstruasi adalah
hormon estrogen. Memiliki IMT yang tinggi atau rendah dapat
menyebabkan gangguan menstruasi diantaranya tidak adanya
menstruasi atau amenorea, menstruasi tidak teratur dan nyeri saat
menstruasi (Simbolon et al., 2016)

2. Pemeriksaan fisik
Kepala : warna rambut hitam, tebal, bersih, tidak teraba
massa, tidak ada nyeri tekan

17
18

Wajah : simetris, tidak pucat


Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada gangguan pengelihatan
Telinga :simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Hidung : bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip dan sinus
Mulut : simetris, mukosa mulut lembab, lidah merah
muda dan tremor, gigi bersih tidak ada lubang,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, bunyi jantung
teratur, tidak ada suara napas tambahan seperti
ronki atau mengi
Payudara : payudara simetris, tidak teraba massa dan
benjolan pada payudara, puting susu menonjol,
tidak ada pengeluaran cairan.
Abdomen : tidaktampakpembesaran, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Vulva dalamkeadaanbersih
Ekstermitas :
Atas : simetris, tidak oedem, refleks trisep dan bisep
positif, CRT <2 dtk
Bawah : simetris, tidak oedem, refleks patella positif,
CRT <2 dtk
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk evaluasi
amenorea adalah pemeriksaan laboratorium primer yaitu β-hCG,

18
19

FSH, Estradiol, Prolactin, TSH dan Pemeriksaan Laboratorium


sekunder yaitu Testosteron, DHEAS, 17-OHP, tes toleransi
glukosa 2 jam, lemak darah puasa, dan Tes Autoimun. Untuk
evaluasi radiologis pemeriksaan yang dilakukan yaitu Sonografi,
HSG atau Saline Infusion Sonography dan MRI (Arifiandi &
Wiyasa, 2018)

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosis : RemajaUsia 15 tahundengan Amenorrhea Sekunder
Masalah :masalah adalah keluhan lain di luar dari keluhanutama

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Identifikasimasalahatau diagnosis potensialditegakkanberdasarkan diagnosis
dan masalah yang telahditentukan.

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN


Kebutuhan segera : Tidak ada

V. RENCANA MENYELURUH ASUHAN KEBIDANAN


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
R/ Klien mengerti masalah yang sedang dihadapi
2. Memberikan KIE mengenai factor- factor penyebab terjadinya gangguan
siklus menstruasi yaitu : status gizi, gangguan hormonal, aktivitas fisik,
tinggi rendahnya IMT (Indeks Masa Tubuh), dan tingkat stress (Islamy &
Farida, 2019).
R/ Klien mengetahui penyebab terjadinya amenorea
3. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup

19
20

R/ aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan pulsatile


gonadotropin releasing Hormone (GNRH) dalam hal ini FSH dan LH
mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi
yang mengakibatkan gangguan pola haid berupa amnorea (Gayatri Basri,
2019)
4. Menganjurkan klien untuk tidak stress dengan melakukan aktivitas yang
disenangi, menelpon orang tua/keluarga dirumah jika sudah sangat rindu
dengan rumah/keluarga
R/ Stres ini berkontribusi pada perkembangan gangguan makan, penyakit
kronis yang paling umum di kalangan remaja yang cenderung berkembang
berkembang selama masa pubertas ( KimberlyHuhmann, 2020)
5. Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yaitu
dengan mengkonsumsi 3(tiga) kali makan besar (nasi, lauk hewani, lauk
nabati, buah dan sayur) dan 2 (dua) kali makanan selingan (camilan)
R/ gizi yang kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan,
fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi
reproduksi dan akan berdampak pada gangguan menstruasi (Pebrina,
2015). Status gizi gemuk dan kurus mempengaruhi presentase lemak
tubuh seseorang, dimana jika semakin banyak lemak maka estrogen yang
diproduksi akan lebih banyak sedangkan kurus mengakibatkan lemak
yang akan diubah menjadi estrogen juga sedikit. Kedua hal tersebut
berpengaruh terhadap umpan balik kehipotalamus sehingga menggangu
siklusmenstruasi(Yuli Trisnawati, 2018)
6. Menganjurkan untuk mengkonsumsi kacangkedelaidimanadalam 250 ml
susu kedelaimengandung 40 mg fitoestrogen, yang
merupakansumberutamadarifitoestrogen yang berperan dalam
menstabilkan kadar hormone estrogen dalam tubuh (Yusnaini, 2020)

20
21

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

21
22

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. AsuhanKebidanan
TanggalPengkajian : 06 November 2023
Waktu Pengkajian : 07 30 WITA
TempatPegkajian : Puskesmas Tanjung Selor
Nama Pengkaji : Linda Purlina
S:
1. IdentitasKlien
Nama Nn I
Umur 15 Tahun
Suku Bugis
Agama Islam
Pendidikan SMP
Pekerjaan Pelajar
Alamat KM 9

2. AlasanDatangPeriksa/ Keluhansaatini
Klienmengatakaninginmelakukanpemeriksaan
Keluhan Utama : Klien mengatakan sejak 3 bulan ini tidak mengalami
menstruasi

3. Riwayat obstetric dan ginekologi


a. Riwayat Menstruasi:
1) HPHT : 12 Tahun
2) Lamanya : 5-7 hari
3) Banyaknya : 3- 4kali ganti pembalut
4) Siklus : Tidakteraturselalu>35 hari

22
23

5) Menarche : usia 12 tahun


6) Teratur / tidak :tidakteratur
7) Warna : merah segar
8) Dismenorrhea : tidakada
9) Konsistensi : cairkadangdisertaigumpalan
b. Fluor albus
1) Berapa lama : Tidakada
2) Bau : Tidakada
3) Warna : Tidakada
4) Gatal : Tidakada
b.
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita : Tidak pernah

2. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga ibu maupun ayah tidak ada yang sedang/
memilikiriwayatpenyakit hepatitis, jantung, astma, tekanan darah tinggi,
operasi, TBC, ginjal dan penyakit lain yang menular.

3. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Makan2 kali/ haridenganporsimakan nasi
sepiringdan laukpaukjarangmengkonsumsisayur
dan jarangsarapan air putih 6-7 gelas/ hari.
Eliminasi BAK: 3-4 kali/ hari, berwarnakuningjernih,
konsistensicair, tidakadakeluhan.
BAB: 1 kali/ hari, berwarnacoklat, konsistensi
padatlunak, tidak ada keluhan.
Istirahat Tidursiang: jarang
Tidurmalam: ± 7 jam/ hari
Aktivitas Kegiatan sehari hari klien bersekolah dan
semenjak masuk SMU klien belajar sebagai atlet

23
24

Personal Hygiene Mandi2 x/hari


Ganti baju 2x/hari
Ganticelanadalam2x/hari
Kebiasaan Tidak memiliki kebiasaan buruk seperti
merokok, minum-minuman beralkohol, sering
minum kopi
Tidak rutin melakukan olah raga

4. Riwayat Psikososiokultural
a. Psiko : merasa cemas dengan kondisi yang dialaminya
b. Sosial : Ibu kadang merasa cemas dengan kondisi yang
dialami oleh anak.
: Tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan
c. Kultural
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan
klien
: Tidak ada kegiatan keagamaan maupun
d. Spiritual
kebiasaan khusus yang dapat mempengaruhi
kesehatan klien

O:

1. PemeriksaanUmum
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : compos mentis

2. Tanda- Tanda Vital


a. Tekanandarah : 97/ 78 mmHg
b. Nadi : 106 x/ menit
c. Suhu :360C
d. Pernafasan : 20x/ menit

24
25

3. Antropometri
BB : 41,1Kg
Tinggi Badan : 150 cm

IMT : = = 18,2

LILA : 23.5 cm

4. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan Keterangan
Kepala Warna rambut hitam, tidak ada lesi, distribusi
rambut merata, tidak terdapat nyeri tekan, dan
tidak teraba benjolan abnormal.
Wajah Simetris, bentuk wajah oval, tidakpucat, tidak
terdapat cloasma gravidarum, tidar teraba
oedema.
Mata Simetris, konjunctiva merah muda, sclera
berwarnaputih, tidak terdapat pengeluaran
kotoran, tidak ada oedema palpebra.
Hidung Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan hidung cukup, tidak ada polip, tidak
ada kelainan bentuk.
Mulut Bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis,
terdapat caries dentis kanan dan kiri, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada
tonsil, tidak ada tanda peradangan.
Telinga Simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen berlebihan.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada Tidak terdengar suara tambahan.
Payudara Tidak teraba benjolan/massa yang abnormal
Abdomen Tidak ada bekas luka jahitan, tidak ada nyeri
tekan pada abdomen bagian bawah
Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan.
Ekstremitas Atas: Simetris, tidakoedema, CRT kembali< 2
detik.
Bawah: Simetris, tidak oedema, tidak ada

25
26

varises, CRT kembali< 2detik

A:
Diagnosis : Remaja usia 15tahun dengan Amenorrea Sekunder
Masalah : Kecemasan
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
P:
Tanggal Pelaksanaan Tanda
Waktu Tangan
10.00 Membina hubungan baik dengan klien Mahasiswa
WITA
10. 05 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien Mahasiswa
WITA bahwa hasil pemeriksaan normal yaitu TD: 97/78
mmHg, N: 106x/m, RR: 20x/m, T: 36oC, BB: 41.1
kg, TB: 150 cm, LILA: 23.5 cm, IMT: 18,2
; Klien mengerti mengenai penjelasan yang
diberikan tentang kondisinya
10.10 Memberikan KIE mengenai factor- factor Mahasiswa
WITA penyebab terjadinya gangguan siklus menstruasi
yaitu : status gizi, gangguan hormonal,
aktivitasfisik, tinggi rendahnya IMT (Indeks Masa
Tubuh), dan tingkat stress
; Klien mengerti mengenai penjelasan yang
diberikan tentang kondisinya
10. 15 Menganjurkan untuk istirahat yang cukup, Mahasiswa
WITA aktivitasfisik yang berlebihan dapat menyebabkan
penurunan pulsatile gonadotropin releasing
Hormone (GNRH) dalam halini FSH dan LH
mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan
tidak terjadinya ovulasi yang mengakibatkan
gangguan pola haid berupa amnorea
; Klien mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
yang diberikan
10. 20 Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan Mahasiswa

26
27

WITA dengan gizi seimbang yaitu dengan


mengkonsumsi 3(tiga) kali makanbesar (nasi, lauk
hewani, laukna bati, buah dan sayur) dan 2 (dua)
kali makanan selingan (camilan)
; Klienmengerti dan bersedia mengikuti anjuran
yang diberikan
10. 25 Menganjurkan agar klientidak stress karena
WITA tinggal di Asrama yang jauh dari keluarga dengan
menelpon orang tua/keluarga jika sudah rindu dan
melakukan aktivitas yang disukai agar tidak bosan
; Klien mengerti dan bersedia mengikutianjuran
yang diberikan
10. 30 Menganjurkan untuk mengkonsumsi kacang Mahasiswa
WITA kedelai dimana dalam 250 ml susu kedelai
mengandung 40 mg fitoestrogen, yang merupakan
sumber utama dari fitoestrogen yang berperan
dalam menstabilkan kadar hormone estrogen
dalam tubuh
; Klien mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
yang diberikan
10.35 Meberikan kesempatkan klien untuk bertanya dan Mahasiswa
WITA menjelaskan kembali penanganan dan perubahan
yang dilakukan di rumah;
; Klien menjelasan kembali anjuran yang telah
diberikan
10.40 Memberitahu klien untuk segera kefasilitas Mahasiswa
WITA kesehatan jika dirasakan keluhan tidak teratasi
; Klien mengerti dan berjanji akan segera
kefasilitas kesehatanjikakeluhantidakteratasi
10.45 MelakukanDokumentasi Mahasiswa
WITA

27
28

28
29

29
30

DAFTAR PUSTAKA

Arifiandi, M. D., & Wiyasa, I. W. A. (2018). Amenore Primer Et Causa Hiperplasia


Adrenal Kongenital Non Klasik. Journal Of Issues In Midwifery, 2(1), 30–36.
Https://Doi.Org/10.21776/Ub.Joim.2018.002.01.3

Agnieszka Podfigurna dan BlazejMeczekalskiReview Functional Hypothalamic


Amenorrhea: A Stress-Based Disease, 2021

David. AKlein,MD :Scott L. Paradise.MD :and Racheal M. MD (2019. Amenorrhea :


A systematic Approach to Diagnosis and Management ,(Am Fam Physician ;
100(1) 39-48

Gayatri Basri, S. W. (2019). Pengaruh Intensitas Olah Raga Terhadap Kadar Hormon
Gnrh (Gonadotropin Releasing Hormon) Pada Siklus Haid Altet Di Pusat
Pembinaan Latihan Pelajar Makassar. Umi Medical Journal.
Https://Doi.Org/10.33096/Umj.V3i2.43

Islamy, A., & Farida, F. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus


Menstruasi Pada Remaja Putri Tingkat Iii. Jurnal Keperawatan Jiwa.
Https://Doi.Org/10.26714/Jkj.7.1.2019.13-18

Kebidanan, J., & Kesehatan Kemenkes Aceh, P. (2020). Pengaruh Konsumsi Susu
Kedelai Terhadap Amenorhoe Sekunder Pada Remaja Putri Periode Late
Adolescence Di Dayah Insan Qur’ani Aceh Besar (Effect Of Soybean Milk
Consumption Of Changes In Adolescent Secondary Amenorrhea Period Late
Adolescence In Thedayah I. Ejournal.Poltekkesaceh.Ac.Id, 2020(November),
98–104. Http://Dx.Doi.Org/10.30867/Action.V5i2.125

Kimberly Huhmann, MDReviews Menses Requires Energy: A Review of How


Disordered Eating, Excessive Exercise, and High StressLead to Menstrual
Irregularities, 2020

Meiriza, W., & Satria, O. (2017). Hubungan Berat Badan Tidak Normal Dengan
Kejadian Amenore Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s
Health Journal).

Ni Nyoman Sumasih, N. N. B. (2016). Biologi Dasar Dan Biologi Perkembangan.


Purwoastuti, E., & Walyani, S. E. (2015). Ilmu Obstetri Dan Ginekologi Sosial Untuk

30
31

Kebidanan. Pt. Pustaka Baru.

Sapti, M. (2019). Modul Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan
Pranikah. Kemampuan Koneksi Matematis (Tinjauan Terhadap Pendekatan
Pembelajaran Savi), 53(9), 1689–1699.

Setiawati, S. E. (2015). Pengaruh Stres Terhadap Siklus Menstruasi Pada Remaja.


Journal Majority.

Simbolon, P., Sukohar, A., & Ariwibowo, C. (2016). Hubungan Indeks Massa Tubuh
Dengan Lama Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Angkatan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. Majority.

Sitoayu, L., Pertiwi, D. A., & Mulyani, E. Y. (2017). Kecukupan Zat Gizi Makro,
Status Gizi, Stres, Dan Siklus Menstruasi Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. Https://Doi.Org/10.22146/Ijcn.17867

Sunarsih. (2017). Hubungan Status Gizi Dan Aktifitas Fisik Terhadap Keteraturan
Siklus Menstruasi Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Malahayati
Tahun 2017. Jurnal Kebidanan.

Yuli Trisnawati, T. A. (2018). Korelasi Indeks Masa Tubuh Dengan Siklus


Menstruasi Pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Ylpp Purwokerto. Jurnal
Publikasi Kebidanan.

Yusnaini, Y. (2020). Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Amenorhoe


Sekunder Pada Remaja Putri Periode Late Adolescence Di Dayah Insan Qur’ani
Aceh Besar. Action: Aceh Nutrition Journal.
Https://Doi.Org/10.30867/Action.V5i2.125

31

Anda mungkin juga menyukai