Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASKEB KOMUNITAS

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DAN INTRANATAL


PADA KONDISI NORMAL DAN KONDISI PANDEMI COVID-19 DIKOMUNITAS

Dosen Pembimbing:
Heni Purwati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :
Hilda Arianti (201802018)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


STIKES BINA SEHAT PPNI Tahun 2020/2021
JL. RAYA JABON KM 6 MOJOKERTO (0321) 390203
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kebidanan
Antenatal Dan Intranatal Pada Kondisi Normal Dan Kondisi Pandemi Covid-19 Di
komunitas. Terimakasih kami ucapkan kepada Heni Purwati, S.ST., M.Keb
selaku dosen yang membimbing mata kuliah Askeb Komunitas sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang materi Asuhan Kebidanan Antenatal Dan Intranatal Pada Kondisi
Normal Dan Kondisi Pandemi Covid-19 Di komunitas. Asuhan Kebidanan Antenatal Dan
Intranatal Pada Kondisi Normal Dan Kondisi Pandemi Covid-19 Di komunitas, Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak terjadi kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk kedepannya , dan jika ada kata-kata yang kurang
berkenan kami mohon maaf . Terimakasih.

Penyusun

Pasuruan, 17 Juli 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN....................................................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG................................................................................................................................4

B. PERUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................4

C. TUJUAN.....................................................................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................................................................5

A.REKOMENDASI WHO TERKAIT COVID-19.................................................................................................5

B.PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, IBU NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR SELAMA SOCIAL
DISTANCING.........................................................................................................................................................6

C.PROTOKOL PETUNJUK PRAKTIS LAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
SELAMA PANDEMI COVID-19.........................................................................................................................11

PELAYANAN DI FKTP (FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA)............................................11

PELAYANAN DI FKRTL (FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUT).........................14

BAB III PENUTUP................................................................................................................................................18

KESIMPULAN..................................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO, Hingga sekarang, belum ada bukti penularan dari ibu ke bayi dan
peningkatan perburukan outcome pada ibu dan neonates
Virus RNA SARS-Cov-2 belum dideteksi dalam ASI dan penularan melalui ASI
belum ada
Anak-anak berisiko rendah terhadap infeksi COVID-19. Dari total 72,314 orang
dgn konfirmasi COVID-19, hanya 1% pada anak usia <10% (Wu dan McGoogan,
2020)
Rekomendasi perawatan dan pemberian makan pada bayi dari ibu suspek atau
terkonfirmasi COVID-19 meningkatkan kesehatan dan well-being ibu dan bayi

Rekomendasi harus mempertimbangkan tidak hanya resiko infeksi pada bayi dengan
COVID-19, tetapi juga resiko morbiditas dan mortalitas serius yang terkait dengan
tidak menyusui atau penggunaan pengganti ASI yang tidak tepat

Menyusui dan pemberian ASI melindungi dari morbiditas dan kematian selama masa
bayi dan anak-anak.
Bagi Ibu, Menyusui melindungi terhadap kanker payudara dan meningkatkan jarak
kelahiran, dan dapat melindungi terhadap kanker ovarium dan diabetes tipe 2
Kontak kulit dan KMC meningkatkan termoregulasi dan beberapa hasil fisiologi
lainnya dan dikaitkan dengan penurunan kematian neonates

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Mengidentifikasi cara memberi layanan pada ibu penderita COVID-19
2. Mengidentifikasi standar pelayanan kebidanan saat pandemi

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saya layanan kebidanan saat pandemi
BAB II

PEMBAHASAN

A. REKOMENDASI WHO TERKAIT COVID-19


1. Pelayanan RMNCAH
ANC: Pertimbangkan reorientasi pragmatis layanan esensial, seperti:
1) Identifikasi kehamilan resiko tinggi selama ANC dan sesuaikan jadwal dan
janji temu sebelum datang ke fasilitas kesehatan untuk mengurangi
kepadatan dan jaga jarak fisik
2) Gantikan ANC di faskes dengan kunjungan rumah, atau tele-konsultasi dan
konseling untuk mengurangi paparan
3) Prioritaskan ANC di faskes untuk kehamilan resiko tinggi dan selama paruh
kedua kehamilan dengan melakukan tindakan PPI yang adekuat
4) Perawatan nifas: Pertimbangkan modifikasi rasional pelayanan, seperti:
5) Prioritaskan kunjungan pertama (dalam 24 jam setelah melahirkan) dengan
melakukan tindakan PPI yang adekuat
6) dapat mengganti kunjungan berikutnya pada kasus tanpa risiko dengan
kunjungan rumah, tele-konsultasi dan konseling

Pelayanan di Faskes : Pertimbangkan mengidentifikasi pusat layanan


RMNCAH yang ditunjuk dengan peningkatan ketentuan PPI, triase dan isolasi
area untuk suspek atau positif COVID-19 untuk mempertahankan penyediaan
layanan yang aman dan berkualitas untuk KB, persalinan yang aman dan
manajemen potensi komplikasi (PONEK), perawatan keguguran, dan rujukan
untuk neonatus dan anak dengan penyakit serius Kunjungan rumah untuk
perawatan anak→Pertimbangkan mengganti kunjungan promosi kesehatan
dengan tele-konsultasi dan konseling. Kunjungan untuk anak sakit harus
diprioritaskan dengan melakukan PPI yang adekuat. Transportasi rujukan dan
kedaruratan→Alur dan mekanisme rujukan harus disediakan untuk
transportasi kedarutan dari rumah dan faskes tingkat rendah ke faskes ke
tingkat yg lebih tinggi dan kembali ke rumah. Transportasi kendaraan dan
personil yang terpisah direkomendasikan untuk kasus negatif COVID dan
suspek/konfirmasi COVID-19.
2. Perawatan Ibu Hamil Dengan Covid-19
Ibu hamil dengan suspek, kemungkinan atau terkonfirmasi COVID-19,
termasuk yang menjalani isolasi harus mendapat akses perawatan yg berpihak
pada perempuan, respectful skilled care, termasuk kebidanan, fetal medicine
dan perawatan neonatus, dukungan kesehatan jiwa dan psikososial, dengan
kesiapan untuk merawat komplikasi maternal dan neonatus.
Ibu hamil dengan COVID-19 atau yang sudah pulih dari COVID-19 harus
diberi informasi dan konseling cara menyusui bayi dengan aman dan tindakan
PPI yang tepat untuk mencegah penularan COVID-19.
Saat ini, ibu hamil belum terbukti lebih berisiko mengalami perburukan atau
gangguan janin. Ibu hamil dan ibu hamil yang telah pulih dari COVID-19
harus didorong untk menjalani ANC rutin, perawatan pasca melahirkan, atau
pasca keguguran yang sesuai. Perawatan tambahan harus diberikan jika ada
komplikasi.
3. Perawatan Ibu Selama Persalinan
Setiap perempuan berhak mendapatkan suatu pengamalan persalinan yang
aman dan positif, termasuk jika mereka terkonfirmasi COVID-19 atau tidak.
4. Perawatan Bayi dan Ibu dengan COVID-19
Bayi yang dilahirkan oleh ibu suspek, kemungkinan, atau terkonfirmasi
COVID-19 sebaiknya disusui sesuai panduan standar menyusui bayi, sambal
menerapkan standar PPI yang diperlukan.
Orang tua dan pengasuh yang perlu untuk dipisahkan dari anak mereka, dan
anak yang perlu untuk dipisahkan dari orangtua/pengasuhnya harus
mendapatkan akses ke tenaga kesehatan atau non-kesehatan terlatih secara
tepat untuk dukungan kesehatan jiwa dan social.

B. PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, IBU NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
SELAMA SOCIAL DISTANCING

Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir
di masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci tangan memakai sabun
selama 20 detik atau hand sanitizer, pemakaian alat pelindung diri, menjaga kondisi
tubuh dengan rajin olah raga dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang,
dan mempraktikan etika batuk-bersin.
A. BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN IBU
MENYUSUI
1) Upaya Pencegahan Umum yang Dapat Dilakukan oleh Ibu Hamil, Bersalin
dan Nifas :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik
(cara cuci tangan yang benar pada buku KIA hal. 28). Gunakan hand
sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%,
jika air dan sabun tidak tersedia.
b. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), dan sebelum makan (Buku KIA hal 28).
c. Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelum dan
sesudah memegang bayi dan sebelum menyusui. (Buku KIA hal. 28).
d. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
e. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
f. Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit
atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak
beraktivitas di luar.
g. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan
batuk sesuai etika batuk.
h. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
i. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan
penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan
tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
j. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya
dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan
perilaku hidup sehat.
k. Cara penggunaan masker medis yang efektif :
1. Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan
hidung, kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi
celah antara masker dan wajah.
2. Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
3. Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya : jangan
menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan
bagian dalam).
4. Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
5. Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti
masker jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.
6. Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
7. Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan
sampah medis sesuai SOP.
8. Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.
l. Menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak
ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan (Buku KIA hal. 8-9).
m. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang
atau hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
n. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi
telepon layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9)
untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke
RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
o. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetri atau praktisi kesehatan terkait.
p. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di
media sosial terpercaya.
2) Bagi Ibu Hamil:
a. Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan dokter agar
tidak menunggu lama. Selama perjalanan ke fasyankes tetap
melakukan pencegahan penularan COVID-19 secara umum.
b. Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter melalui media
komunikasi.
c. Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan
janinnya. Jika terdapat risiko / tanda bahaya (tercantum dalam buku
KIA), maka periksakan diri ke tenaga kesehatan. Jika tidak terdapat
tanda-tanda bahaya, pemeriksaan kehamilan dapat ditunda.
e. Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan setelah
usia kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin (minimal 10 gerakan
per 2 jam).
f. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan
tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu hamil / yoga /
pilates / aerobic / peregangan secara mandiri dirumah agar ibu tetap
bugar dan sehat.
g. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan
oleh tenaga kesehatan.
3) Bagi Ibu Bersalin:
a. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.
b. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas
kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.
c. Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai tatalaksana
persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.
d. Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur yang
telah ditetapkan sebelumnya.
4) Bagi Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir:
a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat Buku KIA).
Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.
b. Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :
1. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pasca persalinan;
2. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pasca persalinan;
3. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari pasca persalinan;
4. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42
(empat puluh dua) hari pasca persalinan.
c. Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan dengan
kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
d. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian dengan
petugas.
e. Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0 – 6 jam)
seperti pemotongan dan perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin
K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.
f. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan, pengambilan
sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.
g. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan Neonatal (KN) tetap
dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dengan
melakukan upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas ataupun ibu
dan keluarga. Waktu kunjungan neonatal yaitu :
1. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat
puluh delapan) jam setelah lahir;
2. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
setelah lahir;
3. KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari setelah lahir.
h. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI ekslusif dan
tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA).
Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.
C. PROTOKOL PETUNJUK PRAKTIS LAYANAN KESEHATAN IBU DAN
BAYI BARU LAHIR SELAMA PANDEMI COVID-19

Protokol ini disiapkan untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam memastikan


kelanjutan pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dapat tetap terlaksana
sebagai upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi selama wabah pandemi Covid-
19.
Protokol ini disusun dengan mengacu pada referensi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi, seperti: Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu
Nifas dan Bayi Baru Lahir selama pandemi COVID-19 (Kemenkes, 2020),
Pedoman Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Tanggap Darurat Covid-19
(Kemenkes, 2020), Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) pada
Maternal (POGI,
2020), Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Covid-19 di
RT/RW/Desa (Kemenkes, 2020).
Protokol ini diharapkan untuk digunakan sebagai acuan oleh pemerintah dan
pelaksana layanan kesehatan ibu dan anak di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan
masyarakat, termasuk sektor swasta dan relawan.

PELAYANAN DI FKTP (FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA)


a. Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):
 Ibu hamil TANPA demam dan gejala influenza like illnesses DAN
tidak ada riwayat kontak erat ATAU tidak ada riwayat perjalanan dari
daerah yang telah terjadi transmisi lokal, SERTA hasil rapid test
negatif (jika mungkin dilakukan), dapat dilayani di FKTP oleh
bidan/dokter yang WAJIB menggunakan APD level-1
 Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan PDP
harus DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat
rujukan bahwa diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan
pemeriksaan PCR serta penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
 Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi
normal (sesuai SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara
DITUNDA pada ibu dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19
sampai ada rekomendasi bahwa episode isolasinya berakhir.
Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai kasus risiko tinggi
 Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO:
 Ibu hamil diminta untuk
1) Kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1
direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor
risiko (HIV, sifilis, Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke
bidan, maka setelah ANC dilakukan maka ibu hamil kemudian
diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter.
2) Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan
sebelum taksiran persalinan) harus oleh dokter untuk persiapan
persalinan.
3) Kunjungan selebihnya DAPAT dilakukan atas nasihat tenaga
kesehatan dan didahului dengan perjanjian untuk bertemu.
4) Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.
5) Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas
ibu hamil DAPAT menggunakan aplikasi TELEMEDICINE
(misalnya Sehati tele-CTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll)
dan edukasi berkelanjutan melalui SMSBunda.
b. Layanan Persalinan:
 Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum proses
persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia).
 Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan telah
dipersiapkan dengan baik.
 FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit
kehamilan/persalinan ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU bukan
kasus ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19
 Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk ke
RS rujukan COVID-19 atau RS mampu PONEK.
 Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2.
 Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk kasus ODP,
PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau hasil skrining rapid test positif,
maka pertolongan persalinan hanya dilakukan dengan menggunakan
APD level-3 dan Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery chamber
 Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang harus
dimusnahkan dengan insinerator.
 Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan
disinfetan dengan menggunakan larutan chlorine 0,5%.
 Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara
dengan baik dan terkena sinar matahari.
c. Layanan Paska Bersalin:
 FKTP memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi
jangka panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia,
maka dilakukan konseling KB serta nasihat untuk mendapatkan
layanan KB paska bersalin.
 Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 pada 0-6 jam pertama, tetap mendapatkan:
perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi
hepatitis B dan HbIg (Hepatitis B immunoglobulin).
 Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi
baru lahir termasuk ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit
pada bayi baru lahir dan jika terjadi infeksi masa nifas.
 Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital
(SHK) pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum
ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan.
 FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan
PDP atau tidak terkonfirmasi COVID-19:
1) Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP)
2) Asuhan neonatal (sesuai Pedoman)
3) Konseling menyusui (sesuai Pedoman)
4) Edukasi hidup bersih dan sehat, termasuk tanda bahaya
pneumonia dan balita sakit
PELAYANAN DI FKRTL (FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT
LANJUT)
a. Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):
 Pemeriksaan rapid test dilakukan kepada Ibu hamil setiap kali
berkunjung, kecuali kasus rujukan yang telah dilakukan rapid test atau
telah terkonfirmasi COVID-19.
 Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif atau terkonfirmasi
COVID-19 atau didiagnosa PDP dilayani oleh dokter yang WAJIB
menggunakan APD level-2.
 Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif, jika memungkinkan
dilakukan pengambilan spesimen dan pemeriksaan PCR, serta
penetapan statusnya (OTG/ODP/PDP atau non-COVID-19).
 Jenis layanan ibu hamil sesuai pedoman POGI untuk pemeriksaan
ANC.
 Jika tidak ada indikasi rawat inap DAN tidak ada penyulit kehamilan
lainnya, maka kunjungan pemeriksaan kehamilan WAJIB berikutnya
adalah pada satu bulan sebelum taksiran persalinan, atau sesuai nasihat
dokter dengan didahului perjanjian untuk bertemu.
 Jika memungkinan, ibu hamil disarankan untuk juga melakukan
konsultasi dengan menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (SEHATI
tele-CTG, Halodoc, Alodoc, Teman Bumil) dan edukasi berkelanjutan
melalui SMSBunda.
 Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk mengenali tanda bahaya. Jika ada
tanda bahaya ibu harus segera memeriksakan diri ke RS
b. Layanan Persalinan:
 Rapid test wajib dilakukan pada ibu hamil sebelum bersalin, kecuali
kasus rujukan yang telah dilakukan rapid test atau telah terkonfirmasi
COVID-19
 Ibu hamil in-partu dengan hasil skrining rapid test positif tetap
dilakukan pengambilan spesimen dan pemeriksaan PCR, serta
penetapan statusnya (OTG/ODP/PDP atau non-COVID-19).

 Persalinan per vaginam dengan rapid test negatif DAN tidak
didiagnosa sebagai ODP/PDP dilayani oleh bidan/dokter menggunakan
APD level-2
 Persalinan per vaginam dengan rapid test positif ATAU terkonfirmasi
COVID-19 ATAU telah didiagnosa OTG/ODP/PDP dilayani oleh
dokter yang WAJIB menggunakan APD level-3
 Persalinan Sectio Cesaria (per abdominam), penolong persalinan
menggunakan APD level 3 tanpa melihat status COVID-19
 Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis infeksius dan
dimusnahkan dengan insinerator.
 Alat medis bekas pakai untuk pakai ulang diproses sesuai pedoman
PPIRS
 Tempat bersalin dibersihkan setiap kali habis pakai sesuai pedoman
PPIRS
 Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara
dengan baik dan terkena sinar matahari.
c. Layanan Paska Bersalin:
 FKRTL memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi
jangka panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia,
maka dilakukan konseling KB serta nasihat untuk mendapatkan
layanan KB paska bersalin
 Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 pada 0-6 jam pertama, tetap mendapatkan:
perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
pemberian salep/tetes mata antibiotic, imunisasi Hepatitis B dan
pemebrian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin)
 Bayi yang dilahirkan dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-
19:
1) Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (delayed chord
clamping)
2) Bayi dikeringkan seperti biasa, dan segera dimandikan setelah
kondisi stabil, tidak menunggu 24 jam.
3) Tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 Ibu dengan HBsAg reaktif dan terkonfirmasi COVID-19:
1) Jika kondisi klinis bayi baik (bugar), maka imunisasi Hepatitis
B tetap diberikan
2) Jika kondisi klinis bayi tidak bugar atau tampak sakit, imunisasi
Hepatitis B ditunda
 Bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 atau ibu dengan
status PDP termasuk dalam kriteria Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
dan dirawat sesuai rekomendasi IDAI:
1) Bayi Baru Lahir harus diperiksa COVID-19 (swab dan periksa
darah) pada hari ke-1, ke-2 dan ke-14
2) Bayi dirawat gabung jika ibu status ODP, tidak dirawat gabung
jika status ibu PDP atau terkonfirmasi COVID-19
3) Jika ibu harus isolasi, maka dilakukan konseling untuk isolasi
terpisah antar ibu dan bayinya selama 14 hari sesuai batas
risiko transmisi. Pemisahan sementara bertujuan untuk
mengurangi kontak antara ibu dan bayi.
4) Bila setelah mendapatkan konseling, ibu tetap berkeinginan
untuk merawat bayi sendiri:
1. Persiapan harus dilakukan dengan memberikan
informasi lengkap dan potensi risiko terhadap bayi.
2. Ibu dan bayi diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas
en-suite selama dirawat di rumah sakit,
3. Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam
ruangan.
4. Ibu disarankan untuk mengenakan APD yang sesuai
dengan pedoman PPI dan diajarkan mengenai etika
batuk
5. Bayi harus dikeluarkan sementara dari ruangan jika ada
prosedur yang menghasilkan aerosol yang harus
dilakukan di dalam ruangan
 Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital
(SHK) pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum
ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan. Tenaga Kesehatan
menggunakan APD sesuai status bayi.
 Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi
baru lahir termasuk ASI eksklusif, tanda bahaya jika ada penyulit pada
bayi baru lahir serta anjuran membaca buku KIA dan nasihat untuk
segera ke RS jika ada keluhan atau tanda bahaya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Menurut WHO, Hingga sekarang, belum ada bukti penularan dari ibu ke bayi dan
peningkatan perburukan outcome pada ibu dan neonates
Virus RNA SARS-Cov-2 belum dideteksi dalam ASI dan penularan melalui ASI belum
ada
Menyusui dan pemberian ASI melindungi dari morbiditas dan kematian selama masa bayi
dan anak-anak.
Bagi Ibu, Menyusui melindungi terhadap kanker payudara dan meningkatkan jarak
kelahiran, dan dapat melindungi terhadap kanker ovarium dan diabetes tipe 2
Kontak kulit dan KMC meningkatkan termoregulasi dan beberapa hasil fisiologi lainnya dan
dikaitkan dengan penurunan kematian neonates
DAFTAR PUSTAKA

Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)


http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/buku%20kia%202019.pdf

Rekomendasi POGI Penanganan Infeksi Virus Corona (COVID-19) pada Maternal


(Hamil, Bersalin dan Nifas) https://bit.ly/RekomendasiPOGIdanIDAI

Anjuran IDAI Mengenai Pelayanan Imunisasi pada Anak


https://bit.ly/RekomendasiPOGIdanIDAI

Materi KIE tentang Dapatkan Pelayanan KB dan Kespro dengan Meminimalkan Tertular
COVID-19 http://kesga.kemkes.go.id/

Materi KIE tentang Lindungi Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir dari
COVID-19 http://kesga.kemkes.go.id/

Clinical management of severe acute respiratory infection (SARI) when COVID-19


disease is suspected, WHO tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai