Anda di halaman 1dari 11

ASKEB GADAR

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SOAP KASUS

KOMPLIKASI BBL DENGAN KEJANG

Dosen Pembimbing :

Tria Wahyuningrum, S.Sit.,M.Keb

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

1. Dellavia Okta Trisdiana (201802004)


2. Silvi Aprilia (201802008)
3. Hilda Arianti (201802018)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Jl. JABON RAYA KM 6 MOJOANYAR MOJOKERTO

Tahun 2020/2021

Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto (0321) 390203


A. Definisi kejang pada BBL

Kejang pada BBL secara klinis adalah perubahan proksimal dari fungsi neurologik
(misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom sistem syaraf yang terjadi
pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. (Kosim, Soleh:2008)

Kejang dapat timbul sebagai gerakan involunter klonik atau tonik pada satu atau lebih
anggota gerak. (Lissauer,Tom:2006)

Kejang adalah suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan berelaksasi secara
cepat dan berulang, oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik di otak,
yaitu terjadi loncatan – loncatan listrik karena bersinggungannya ion (+) dan ion (-) di
dalam sel otak.

Kejang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai.
Kejang yang terjadi pada bayi baru lahir adalah kejang yang terjadi pada bayi baru
lahir sampai dengan usia 28 hari. Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat
karena kejang merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem saraf pusat (SSP),
kelainan metabolik atau penyakit lain. Kejang pada bayi baru lahir sering tidak
dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak dan dewasa. Hal ini disebabkan
karena ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir.

Kejang umum tonik – klonik jarang pada bayi baru lahir. Pada prinsipnya, setiap
gerakan yang tidak biasa apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik,harus
dipikirkan manifestasi kejang. Kejang yang berulang menyebabkan berkurangnya
oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak.

Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan
demam dapat menimbulkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan
kejang demam antara lain: infeksi saluran pernapasan atas, otitis media akut,
pnemonia, gastroenteritis akut, exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran
kemih. 

B. Masalah yang Ditimbulkan


1) Kejang pada BBL sering berhubungan dengan penyakit yang berat dan
memerlukan penanganan yang lebih spesifik.
2) Kejang pada BBL sering memerlukan intervensi khusus seperti pemberian
bantuan nutrisi dan respirasi yang berhubungan dengan penyakit yang
bersangkutan.
3) Harus berhat-hati karena pada keadaan tertentu, kejang pada BBL dapat
mengakibatkan kelainan pada otak.
4) Kejang yang terjadi terus menerus menyebabkan hipoksia serebral progresif,
perubahan aliran darah otak, edema cerebral dan asidosis laktat. Perubahan
tersebut tampak pada pemeriksaan USG Dopler dan spektroskopi resonansi
magnetik.

C. Etiologi kejang pada BBL


Beberapa penyebab kejang pada bayi baru lahir, diantaranya :
1) Komplikasi perinatal dapat berupa : hipoksi-iskemik ensefalopati; biasanya
kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran, perdarahan intrakranial, dan
trauma susunan saraf pusat yang dapat terjadi pada persalinan presentasi
bokong, ekstrasi cunam atau ekstrasi vakum berat 
2)  Kejang bayi dengan asfiksia disertai kelainan metabolisme seperti:
hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiponatremia, dan hipernatremia.
Hiperbilirubinemia, ketergantungan piridoksin, dan kelainan metabolisme asam
amino. Kejang dengan penyebab ini dapat terjadi 24-48 jam pertama.
3) Kejang yang terjadi pada hari ke-7 hingga hari ke-10, dapat disebabkan adanya
infesi dari bakteri dan virus seperti TORCH dan Tetanus Neonatorum.

D. Patofisiologi kejang pada BBL

Dalam Buku Ajar Neonatologi, mekanisme dasar terjadinya kejang akibat loncatan
muatan listrik yang berlebihan dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak yang
mengakibatkan gerakan yang berulang. Terjadinya depolarisasi pada syaraf akibat
masuknya natrium dan repolarisasi terjadi karena keluarnya kalium melalui membrane
sel. Untuk mempertahankan potensial membrane memerlukan energi yang berasal dari
ATP dan tergantung pada mekanisme pompa yaitu keluarnya Natrium dan masuknya
Kalium.
Dalam keadaan norma, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan
elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron lebih tinggi daripada di luar sel,
sedangkan konsentrasi Na+ di dalam sel lebih rendah daripada di luar sel. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan
potensial membran.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan


metabolisme basal meningkat 10 – 15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Jadi
pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui
membran, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.

E. Manifestasi klinik kejang pada BBL


1) Tremor/gemetar
2) Hiperaktif
3) Kejang-kejang
4) Tiba-tiba menangis melengking
5) Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran
6) Pergerakan tidak terkendali
7) Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal
F. Diagnosis
Penilaian untk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :
1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan
dan kelahiran.
a. Riwayat kehamilan
 Bayi kecil untuk masa kehamilan
 Bayi kurang bulan
 Ibu tidak disuntik TT
 Ibu menderita DM
b. Riwayat persalinan
 Persalinan dengan tindakan
 Persalinan presipitatus
 Gawat janin
 Riwayat kelahiran
 Trauma lahir
 Lahir asfiksia
 Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
2. Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)
3. Suhu tubuh (normal, hipertermia, hipotermia)
4. Tanda-tanda infeksi lainnya
5. Penilaian kejang
 Bentuk kejang: gerakan bola mata abnormal, nystagmus, kedipan mata
proksimal, gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya
apnea yang episode, adanya kelemahan umum yang periodik, tremor,
jitterness, gerakan klonik sebagian ekstremitas, dan tubuh yang kaku.
 Lama kejang.
Apakah sudah pernah terjadi sebelumnya.
6. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah dapat berupa: gula darah, elektrolit darah (terutama
kalsium dan magnesium), darah tepi, punksi lumbal, punksi subdural,
kultur darah, dan titer TORCH
 EKG dan EEC
 Foto rotgen dan USG kepala

G. Penatalaksanaan kejang pada BBL


Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
a. Menjaga jalan nafas tetap bebas
b. Penting sekali mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin.
Tindakan yang dapat segera dilakukan adalah membuka semua pakaian yang ketat.
Kepala sebaiknya dimiringkan untuk menghindari aspirasi isi lambung. Bisa juga
dengan memberikan benda yang dapat digigit guna mencegah tergigitnya lidah atau
tertutupnya jalan napas.
c. Mengatasi kejang secepat mungkin
d. Untuk pertolongan pertama, bila suhu penderita meninggi, dapat dilakukan kompres
dengan air kran atau alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas (antipiretik).
Obat anti kejang seperti diazepam dalam sediaan perectal dapat diberikan sesuai
dengan dosis. Dosis tergantung dari BB, BB <10kg diberikan 5mg dan BB >10kg
rata-rata pemakaiannya 0,4 - 0,6mg/KgBB.
e. Mengobati penyebab kejang
f. Setelah penyebab kejang diketahui, dapat diberikan obat-obatan untuk mengatasi
penyebabnya. Misalnya kejang dikarenakan infeksi traktus respiratori bagian atas,
pemberian antibiotik yang tepat dapat mngobati infeksi tersebut.

Penanganan kejang pada BBL

a. Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan, suhu
dipertahankan 36,5-37ᴼC
b. Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hisung
dan nasofaring
c. Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat Bag to Mouth Face
Mask
d. Infus Obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5 mg/kg/supp/im setiap 2 menit
sampai kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv
e. Memberikan terapi dumin 125 mg per oral
f. Memberikan injeksi antibiotika cetafoxim 3x1/3 gr
g. Nilai kondisi bayi tiap 15 menit
h. Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan 60ml/kgBB/hr
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

TERHADAP BAYI Ny. ”K” DENGAN KEJANG


DI BPM KASIH IBU

KASUS

Pada Tanggal 13 Februari 2018 Ny. “L” melahirkan di BPM KASIH IBU dengan By ”K”,
lahir spontan pervaginam dengan keluhan kejang, tubuhnya gemetar, mata berkedip terus –
menerus, tangan kaku, mulut mecucu. BB : 2800 gr, PB : 50 cm, denyut jantung : 98 x/menit.
Ibu mengatakan ibu menderita penyakit diabetes mellitus.

Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2018

Pukul : 08.30 WIB

Data Subyektif (S)

1. Identitas bayi
Nama : Bayi “ K “
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir: Mojokerto, 13 Februari 2018
Anak Ke- : 1 ( satu )
Alamat : Jabon, Mojokerto
Catatan medis : Spontan, Aterm
2. Identitas Orang tua
Nama Ibu : Ny. L Nama Suami : Tn. T
Umur : 22 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jabon, Mojokerto Alamat : Jabon, Mojokerto
A. Keluhan Utama
Ibu mengatakan By ”K”, lahir spontan pervaginam dengan keluhan kejang, tubuhnya
gemetar, mata berkedip terus-menerus, tangan kaku, mulut mecucu. BB : 2800 gr,
PB : 50 cm, S: 36,5°C, N : 132 x/menit. Lingkar kepala : 35 cm, Lingkar dada: 30,
LILA : 9,5 cm , Ibu mengatakan ibu menderita penyakit diabetes mellitus.
DATA OBJEKTIF (O)
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Apatis
TTV: S : 36,5°C
N : 132x/menit

RR : 63x/menit

a. Riwayat Persalinan
 Persalinan ditolong oleh : Bidan
 Jenis persalinan : Spontan pervaginam
 Tempat persalinan : BPM Kasih Ibu
 Lama persalinan :
 Kala I: 10 jam 30 menit
 Kala II: 30 menit
 Kala III: 30 menit
 Kala IV: 2 jam
 Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak ada
 Keadaan air ketuban : jernih
 Keadaan umum bayi : kelahiran tunggal, usia kehamilan saat melahirkan +
40 minggu

Pemeriksaan Fisik

1. Nilai apgar
No Asfek Yang 0 1 21 Waktu
Dinilai 1 5

1. Frekuensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 1 2


denyut jantung

2. Usaha Tidak ada Lambat teratur Menangis kuat 1 1


bernafas

3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif 1 1


flexi sedikit

4. Reaksi Tidak ada Gerakan sedikit Menangis 1 2


terhadap
rangsangan

5. Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh tubuh 1 2


kemerahan kemerahan
ekstremitas biru

Jumlah 5 8

2. Antropometri
a. Berat badan : 2800 gr
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar kepala : 35 cm
d. Lingkar dada : 30
e. Lila : 9,5 cm
3. Mata : simetris kanan dan kiri, tampak berputar-putar, konjungtiva pucat,
sclera ikterik, mata berkedip terus-menerus.
4. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
5. Bibir dan mulut : bibir pucat, mulut mencucu
6. Dada : Asimetris, terdapat penarikan intercoste, denyut jantung teraba dengan
cepat, tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing
7. Abdomen : terdapat bising usus, distensi abdomen
8. Ekstermitas : tangan kaku
9. Reflek

a. Moro : tidak ada


b. Tonic neak : tidak ada
c. Palmargrap : tidak ada
ANALISA (A)
By. “K” bayi baru lahir dengan kejang
PENATALAKSANAAN (P)
 Bidan
1. Menjelaskan kepada keluarga klien tentang kondisi anaknya
2. Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan,
suhu dipertahankan 36,5-37ᴼC
3. Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar
mulut, hidung dan nasofaring
4. Melakukan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau
tengadah dengan meletakkan selimut atau handuk yang digulung ke
bawah bahu sehingga bahu terangkat 2-3 cm
5. Nilai kondisi bayi tiap 15 menit
 Kolaborasi
1. Memberikan injeksi diazepam 0,5mg IM
2. Memberikan terapi dumin 125 mg per oral
3. Memberikan injeksi antibiotika cetafoxim 3x1/3 gr
4. Berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan 60ml/kgBB/hr

DAFTAR PUSTAKA

Kosim, Sholeh.dkk.2008.Buku Ajar Neonatologi.Jakarta:Badan Penerbit IDAI


Lissauer, Tom.dkk.2006.At the Glance Neonatologi.Jakarta:Erlangga

Marmi.2012.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Saifudin,Abdul Bari.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai