Anda di halaman 1dari 29

Makalah Presentasi Kasus

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI


NY. A UMUR 18 TAHUN P1A0Ah1 6 HARI POSTPARTUM
DENGAN RETENSIO SISA PLASENTA
Disusun guna memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan II
Dosen Pengampu : Endang Khoirunnisa, SST.,M.Kes

Oleh :

1. Puti Ritma Astuti 140169


2. Nur Wasilatul Rahmah 140171

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI


NY. A UMUR 18 TAHUN P1A0Ah1 6 HARI POSTPARTUM
DENGAN RETENSIO SISA PLASENTA
DI BPM MUJIASIH BANTUL

Dipersiapkan dan disusun oleh :

1. Puti Ritma Astuti 140169


2. Nur Wasilatul Rahmah 140171

Telah disetujui untuk diseminarkan di depan penguji

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Mujiasih, SST Endang Khoirunnisa, SST. Keb.,M.Keb

i
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS MATA KULIAH PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II


Telah disahkan untuk diambil penilaian di depan penguji

Dipersiapkan dan disusun oleh :

1. Puti Ritma Astuti 140169


2. Nur Wasilatul Rahmah 140171

Mengetahui,

Penguji I Penguji II

Nining Tunggal SS, SKM.,MPH. Diyah Paramita, SST.,M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi
Ny. A Umur 18 Tahun P1A0Ah1 6 Hari Postpartum
Dengan Retensio Sisa Plasenta”.

Penyusun menyadari terwujudnya makalah ini tidak akan terlaksana tanpa


bantuan dan pengarahan dari semua pihak yang telah membimbing. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Istri Bartini, S.SiT., MPH. selaku Direktur Akademi Kebidanan


Yogyakarta.
2. Endang Khoirunnisa, SST. Keb., M.Kes. selaku dosen pembimbing
seminar praktik klinik kebidanan II Akademi Kebidanan Yogyakarta.
3. Retno Heru Setyorini, SST.Keb., MPH. selaku koordinator praktik klinik
kebidanan I Akademi Kebidanan Yogyakarta.
4. Mujiasih, SST. selaku pembimbing di BPM Mujiasih Bantul
5. Semua pihak yang membantu kami dalam menyusun laporan kasus.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran


yang bersifat membangun demi mengevaluasi peningkatan makalah ini, agar
selanjutnya menjadi lebih baik..

Bantul, September 2016

Penyusun

iii
DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................ 3
1. Tujuan Umum ........................................................................................ 3
2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
D. Manfaat ...................................................................................................... 4
1. Bagi Penulis ........................................................................................... 4
2. Bagi Institusi .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................... 5
A. NIFAS ....................................................................................................... 5
1. Pengertian .............................................................................................. 5
2. Tahapan Masa Nifas .............................................................................. 5
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas.................................................................... 6
4. Perubahan Fisiologis Alat Reproduksi pada Masa Nifas....................... 6
B. Perdarahan Postpartum ............................................................................. 8
1. Pengertian .............................................................................................. 8
2. Faktor Resiko ......................................................................................... 9
3. Etiologi................................................................................................... 9
C. Retensio Sisa Plasenta ............................................................................. 11
1. Definisi................................................................................................. 11
2. Etiologi................................................................................................. 11
3. Tanda Gejala Retensio Sisa Plasenta ................................................... 12
4. Diagnosa .............................................................................................. 13
5. Penanganan .......................................................................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................ 14
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 20

iv
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 22
A. Kesimpulan .............................................................................................. 22
B. Saran ........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di


dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara
179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-
negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup,
Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000
kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan data SDKI, selama periode tahun 1991-2007 angka


kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup.Namun pada SDKI 2012 angka kematian ibu kembali
naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun AKI hasil
SDKI tahun 1990 dan 2012 tidak jauh berbeda, namun untuk mencapai target
102 pada tahun 2015 diperkirakan sulit tercapai. Angka tersebut juga
semakin jauh dari target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup. (Riskesdas, 2013)

Di DIY Berdasarkan data dari BPS, angka kematian ibu dalam 4 tahun
terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Angka terakhir yang
dikeluarkan oleh BPS adalah tahun 2008, di mana angka kematian ibu di DIY
berada pada angka 104/100rb kelahiran hidup, menurun dari 114/100rb
kelahiran hidup pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kasus
kematian ibu yang dilaporkan kabupaten/kota pada tahun 2011 mencapai 56
kasus, meningkat dibandingkan tahun 2010 sebanyak 43 kasus. Tahun 2012
jumlah kematian ibu menurun menjadi sebanyak 40 kasus sesuai dengan
pelaporan dari Dinas kesehatan Kab/Kota, sehingga apabila dihitung menjadi
Angka Kematian Ibu Dilaporkan sebesar 87,3 per 100.000 kelahiran hidup.
(Profil Kesehatan DIY 2013)

1
Menurut Riskesdas 2013, penyebab terbesar kematian ibu selama
tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus
lama merupakan penyumbang kematian ibu terendah. Sementara itu
penyebab lain-lain juga berperan cukup besar dalam menyebabkan
kematian ibu. Yang dimaksud dengan penyebab lain-lain adalah penyebab
kematian ibu secaratidak langsung, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal,
jantung, tuberkulosis atau penyakit lain yang diderita ibu. Tingginya
kematian ibu akibat penyebab lain-lain menuntut peran besar rumah sakit
dalam menangani penyebab tersebut.

Perdarahan postpartum bukanlah suatu diagnosis tetapi kejadian yang


perlu dicari penyebabnya. Misalnya, perdarahan postpartum karena atonia
uteri, robekan jalan lahir, sisa plasenta atau karena gangguan pembekuan
darah. Sifat perdarahan postpartum bisa banyak. Bergumpal-gumpal hingga
menyebabkan syok, atau terus merembes sedikit-sedikit tidak berhenti.
(Sarwono, 2010)

Perdarahan khususnya perdarahan postpartum yang disebabkan


retensio sisa plasenta yaitu tertinggalnya sisa plasenta atau selaput plasenta
yang mengakibatkan perdarahan postpartum dini atau postpartum lambat
yang biasanya terjadi pada 6-10 hari masa nifas. Bila di USG terlihat adanya
sisa plasenta tahap pertama akan dilakukan eksplorasi jika serviks terbuka,
dan akan di lakukan kuretase jika serviks hanya bisa dilalui instrumen.Bidan
dapat berkolaborasi dengan dokter jika dilakukan kuretase. (Sarwono, 2010)

Seringkali nyawa ibu tidak tertolong karena perdarahan diluar rumah


sakit atau keterlambatan rujukan. Oleh karena itu kami tertarik untuk
membahas mengenai kasus retensio sisa plasenta di BPM Mujiasih Bantul.
Kasus ini kami kemas dalam makalah dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Patologi Ny. A Umur 18 Tahun P1A0Ah1 6 Hari Postpartum dengan
Retensio Sisa Plasenta di BPM Mujiasih Bantul”.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah


“bagimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Ny. A Umur 18 Tahun
P1A0Ah1 6 Hari Postpartum dengan Retensio Sisa Plasenta di BPM Mujiasih
Bantul”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan


ibu nifas patologi Ny. A P1A0Ah1 dengan retensio sisa plasenta sesuai
dengan managemen kebidanan 7 langkah varney

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengkaji data pada Ny. A umur 18 tahun P1A0Ah1 dengan


retensio sisa plasenta
b. Mempu menginterpretasi data sehingga dapat membuat diagnosa
kebidanan dan masalah pada Ny. A umur 18 tahun P1A0Ah1 dengan
retensio sisa plasenta
c. Mampu melaksanakan identifikasi antisipasi segera pada Ny. A umur
18 tahun P1A0Ah1 dengan retensio sisa plasenta
d. Mampu merencakan tindakan yang akan dilakukan pada Ny. A umur 18
tahun P1A0Ah1 dengan retensio sisa plasenta
e. Mampu melaksanakan asuhan sesuai dengan SOP pada Ny. A umur 18
tahun P1A0Ah1 dengan retensio sisa plasenta
f. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada Ny. A umur
18 tahun P1A0Ah1 dengan retensio sisa plasenta
g. Mampu membedakan dan menjelaskan teori dan praktek

3
D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman mengenai asuhan


kebidanan ibu nifas patologi dengan perdarahan karena retensio sisa
plasenta

2. Bagi Institusi

a. BPM
Dapat menjadi pelaporan dan evaluasi tindakan dalam memberikan
asuhan ibu nifas patologi dengan perdarahan karena retensio sisa
plasenta
b. Pendidikan
c. Dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah referensi dalam
memahami asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan perdarahan
karena retensio sisa plasenta

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan


berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saefuddin, 2009)

Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karena


merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematiaan masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Sarwono, 2010)

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga


kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang
kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah,
bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi
merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan
sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian
yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas
juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak
akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian,
angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat
(Sulistyawati, 2009)

2. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Saleha (2009) adalah sebagai berikut :

a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir


sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,

5
misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konseling
KB

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk


meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi,
pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk
ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat
keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap
tetanus dan mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara
ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).

4. Perubahan Fisiologis Alat Reproduksi pada Masa Nifas

a. Involusi Uterus

Selama masa nifas, alat-alat genetalia interna dan eksterna


berangsurangsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat-alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut
involusio (Saleha, 2009)

6
Tabel involusi uterus menurut Pudiastuti (2011)

Involusi Berat Uterus TFU


Bayi lahir 1000 gram Setinggi pusat
Uri lahir 750 gram 2 jari dibawah pusat
1 minggu 500 gram Pertengahan simpisis-
pusat
2 minggu 350 gram Tidak teraba diatas
simpisis
6 minggu 50 gram Bertambah kecil
8 minggu 30 gram Sebesar normal

b. Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Dua sampai tiga hari post partum akan
mengeluarkan lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi
darah segar dan sisa–sisa selaput ketuban, sel–sel desidua, verniks
caseosa, lanugo dan mekonium. Pada hari ketiga sampai ketujuh akan
mengeluarkan lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir . Pada hari ketujuh samai hari ke empat belas akan
mengeluarkan lokia serosa berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi. Setelah 2 minggu akan mengeluarkan lokia alba berupa
cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel–sel
desidua (Saleha, 2009)
c. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata,
sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Saleha, 2009).
d. Serviks

7
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin
(Sulistyawati, 2009).
e. Vagina dan Perinium
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin
(Sulistyawati, 2009).

B. Perdarahan Postpartum

1. Pengertian

Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencakup semua


perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi : sebelum, selama dan
sesudah keluarnya plasenta. Menurut definisi, hilangnya darah lebih dari
500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan pospartum. Setelah
24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late
postpartum hemorrhage. Insidensi perdarahan postpartum sekitar 10%
(Oxom dan Forte, 2010)

Berdasarkan saat terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi


menjadi perdarahan postpartum primer, yang terjadi dalam 24 jam pertama
dan biasanya disebabkan oleh antonia uteri, berbagai robekan jalan lahir
dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang, bisa karena inversio

8
uteri. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam
persalinan, biasanya oleh karena sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010)

2. Faktor Resiko

Menurut Nugroho, 2012 faktor resiko perdarahan postpartum adalah


sebagai berikut :

a. Penggunaan obat-obatan (anastesi umum, magnesium sulfat).


b. Partus presipitatus.
c. Solusio plasenta.
d. Persalinan traumatis.
e. Uterus yang terlalu tegang (gameli, hidramnion).
f. Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus.
g. Kartus lama.
h. Grandemultipara.
i. Plasenta previa.
j. Persalinan dengan pacuan.
k. Riwayat perdarahan pasca persalinan.

3. Etiologi

Sebab – sebab perdarahan postpartum dibagi menjadi empat


kelompok utama :

a. Antonia Uteri
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan
retraksi serat – serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini
menyebabkan terlipatnya pembuluh – pembuluh darah sehingga aliran
darah ke tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme
akibat gangguan fungsi myometrium dinamakan antonia uteri dan
keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan postpartum.
Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang – kadang sama
sekali tidak disangka antonia uteri sebagai penyebabnya, namun

9
adanya faktor presdiposisi dalam banyak hal harus menimbulkan
kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan gangguan tersebut (Oxorn
& Forte, 2010; h. 413).
b. Trauma dan laserasi
Perdarahan yang cukup banyak terjadi dari robekan yang dialami
selama proses melahirkan baik yang normal maupun dengan tindakan.
Jalan lahir harus diinspeksi sesudah tiap kelahiran selesai sehingga
sumber perdarahan dapat dikendalikan (Oxorn & Forte, 2010; h. 414).
c. Retensio Plasenta
Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan
mengganggu kontraksi, menyebabkan sinus – sinus darah tetap
terbuka, dan menimbulkan perdarahan postpartum. Begitu bagian
plasenta terlepas dari dinding uterus, perdarahan terjadi dari daerah
itu. Bagian plasenta yang masih melekat merintangi retraksi
myometrium dan perdarahan berlangsung terus sampai sisa organ
tersebut terlepas serta dikeluarkan (Oxorn & Forte, 2010; h. 415).
d. Kelainan Perdarahan
Setiap penyakit hemorhogik (blood dyscrasias) dapat diderita oleh
wanita hamil dan kadang – kadang menyebabkan perdarahan
postpartum. Afibrinogen atau hipofibrinogen dapat terjadi setelah
abruptio plasenta, retensio janin – mati yang lama didalam rahim, dan
pada emboli cairan ketuban.
Salah satu teori etiologik mempostulasikan bahwa bahan
thromboplastik yang timbul dari degenerasi dan autolisis desidua serta
plasenta dapat memasuki sirkulasi maternal dan menimbulkan
koagulasi intravaskuler serta penurunan fibrinogen yang
beredar.Keadaan tersebut, yaitu suatu kegagalan pada mekanisme
pembekuan, menyebabkan perdarahan yang tidak dapat dihentikan
dengan tindakan yang biasanya dipakai untuk mengendalikan
perdarahan (Oxon & Forte, 2010)
.

10
e. Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh
sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan
plasenta tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum
uteri. Potongan – potongan plasenta yang tertinggal tanpa diketahui
biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat (Saleha, 2009).

C. Retensio Sisa Plasenta

1. Definisi

Sisa plasenta yang masih tertinggal disebut “sisa plasenta” atau


plasenta rest. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri,
terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan, dapat juga terjadi
perdarahan banyak mendadak setelah berhenti beberapa waktu, perasaan
tidak nyaman di perut bagian bawah (Manuaba, 2010).

Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,


perdarahan segera. Gejala yang kadang – kadang timbul uterus berkontraksi
baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Sisa plasenta yang masih
tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Bagian plasenta yang masih menempel pada dinding uterus mengakibatkan
uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding
uterus tidak dapat berkontraksi/terjepit dengan sempurna (Maritalia, 2012)

2. Etiologi

Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun


sekunder adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2
tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan, pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan
tindakan paksa, persalinan dengan narkoba (Rukiyah, 2010)

11
Selain itu penyebab lainnya adalah :

a. Pengeluaran plasenta tidak hati-hati


b. Salah pimpinan kala III : terlalu terburu - buru untuk mempercepat
lahirnya plasenta.
c. Abnormalitas plasenta abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan
penanaman plasenta dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepas
an plasenta.
d. Kelahiran bayi yang terlalu cepatKelahiran bayi yang terlalu cepat akan
mengganggu pemisahan plasenta secara fisiologis akibat gangguan
dari retraksi sehingga dapatterjadi gangguan retensi sisa plasenta

3. Tanda Gejala Retensio Sisa Plasenta

a. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak


lengkap.
b. Terjadi perdarahan rembesan atau mengucur, saat kontraksi uterus
keras, darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok,
pada pememriksaan inspekulo terdapat sisa plasenta.
c. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
d. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini
dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa
keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta. Tertinggalnya
sebagian plasenta (rest plasenta)
e. Keadaan umum lemah
f. Peningkatan denyut nadi
g. Tekanan darah menurun
h. Pernafasan cepat
i. Gangguan kesadaran (Syok)
j. Pasien pusing dan gelisah

12
4. Diagnosa

a. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan penemuan


melakukan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa
plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar
pasien akan kembali lagi ke tempat persalinan dengan keluhan
perdarahan setelah 6-10 hari pulang ke rumah dan sub involusi uterus.
(Saifuddin, 2009)
b. Perdarahan berlangsung terus menerus atau berulang.
c. Pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih teraba lebih besar
d. Pada pemeriksaan dalam didapat uterus yang membesar, lunak, dan
dari ostium uteri keluar darah

5. Penanganan

a. Pasang infus
b. Lakukan ekplorasi digital (bila servik terbuka) dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui alat
kuretase, lakukan evakuasi sisa plasenta denganAVM atau dilatasi dan
kuretase.
c. Bila kadar Hb < 8 gr% beri tranfusi darah, bila kadar Hb > 8 gr%
berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (Saifuddin, 2009).
d. Berikan terapi uterotonik
e. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar atau
setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang
tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada
perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik
dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi
kedalam rahim dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberian
uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi
transfuse darah sesuai dengan keperluannya (Prawirohardjo, 2010)

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI

NY. A USIA 18 TAHUN P1A0AH1 6 HARI POSTPARTUM

DENGAN RETENSIO SISA PLASENTA

DI BPM MUJIASIH BANTUL

No RM :

Tanggal masuk : 4 – 09- 2016

Jam : 06.00 WIB

I. PENGKAJIAN Tanggal jam WIB


A. Data Subjektif
1. Identitas
Ibu Suami
Nama Ny. A Tn. A
Umur 18 Tahun 20 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan IRT Swasta
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat Karang Gede

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sangat pusing dan mengeluarkan banyak darah
3. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan menikah sejak usia 17 tahun, status sah
4. Riwayat menstruasi
Menarch umur 13 tahun, lama menstruasi 7 hari, siklus teratur
setiap bulan, tidak mengalami disminorea
HPHT : 27 – 12 - 2015
HPL : 4-09-2016

14
5. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis,
menular, maupun menurun
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit, kronis,
menular maupun menurun
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit
kronis, menular maupun menurun
7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terakhir
ANC : TM 1 : tidak pernah
TM 2 : 1x
TM 3 : 4x
Imunisasi TT : TT2 TT1 : Sebelum menikah (caten)
TT2 : Saat ANC Pertama kali
Umur kehamilan : Minggu hari
Tanggal persalinan : jam WIB
Lama persalinan : kala 1 : jam perdarahan kala 1 : 50cc
kala 2 : menit kala 2 : 100cc
kala 3 : menit kala 3 : 100cc
kala 4 : 2 jam kala 4 : 250cc
Bayi lahir tanggal : jam WIB
Cara persalinan : spontan
Jenis kelamin : laki-laki
Apgar score : 7/7/8
Plasenta lahir : lengkap
8. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : 2-3x / hari, jenis nasi, lauk
Minum : 4-6 gelas/hari, jenis air mineral, kopi, teh
Keluhan : ibu tidak suka makan sayur
b. Eliminasi
BAB : 1x sehari

15
BAK : 3-4x sehari
Keluhan : tidak ada
c. Personal Hygiene
Mandi : ibu mandi 2x sehari
d. Pola aktivitas
Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan melakukan aktivitas
seperti mencuci, memasak, menyapu
e. Pola istirahat
Tidur siang : 1-2 jam
Tidur malam : 6-8 jam
9. Data Psikososial
a. Ibu mengatakan senang denga kelahiran anaknya
b. Ibu merasa takut karena banyak mengeluarkan darah

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Sedang Kesadaran : komposmentis
TD : 90/60 MmHg TB : 156 cm
N : 100x/menit BB : 54 kg
R : 18x/menit
S : 37,60C

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : kulit kepala bersih, tidak ada luka
Wajah : simetris, pucat
Mata : sklera putih, konjungtiva pucat
Mulut : bibir kering, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar
Limfe
Dada : simetris, puting susu menonjol, tidak ada
pebengkakan/benjolan abnormal, asi sudah keluar
abdomen : tidak ada luka bekas operasi, perut tampak lembek
genetalia : jahitan sudah kering, pembalut penuh darah,
pengeluaran darah + 350cc, tidak ada odema pada
vulva
periksa dalam : serviks terbuka

16
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 10 gr%
Golongan darah :A
HbsAg : negatif

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa Kebidanan
Ny. R usia 18 tahun P1A0AH1 dalam masa nifas 6 hari dengan
retensio sisa plasenta
Data Dasar:
DS : - Ibu mengatakan sangat pusing
- Ibu cemas karena banyak mengeluarkan darah
- Ibu mengatakan bersalin secara normal
DO :

KU : Sedang Kesadaran : komposmentis


TD : 90/60 MmHg TB : 156 cm
N : 100x/menit BB : 54 kg
R : 18x/menit S : 37,60C
Perdarahan : + 350 cc
Hb : 10 gr%
Golongan darah :A
HbsAg : negatif
Pemeriksaan dalam :serviks terbuka
B. Masalah : perdarahan, ibu anemia

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Perdarahan, anemia berat

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Lakukan pemasangan infus RL

V. PERENCANAAN Tanggal 4-9-2016 jam 06.10 WIB


1. Beritahu hasil pemeriksaan
2. Lakukan eksplorasi jaringan
3. Berikan misoprostol per rektal

17
4. Berikan injeksi ergomentrin 0,2 mg
5. Pantau keadaan ibu selama 2 jam
6. Anjurkan ibu tetap mengkonsumsi makan dan minum
7. Berikan terapi obat

VI. PELAKSANAAN Tanggal 4-9-2016 jam 06.11 WIB


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami anemia
karena perdarahan sehingga perlu dilakukan pemasangan infus
2. Melakukan eksplorasi jaringan
a. Mencuci tangan dan memakasi sarung tangan panjang steril
b. Membersihkan daerah perineum dan vulva dengan kapas
antiseptik
c. Mengantiseptik sarung tangan secaara merata memasukkan jari
telunjuk kedalam vagina kemudian membersihkan gumpalan
darah
d. Masukkan tangan secara obstetri
e. Setelah menyentuh cavum uteri melakukan eksplorasi untuk
mengeluarkan sisa plasenta dan kiri berada di fundus uteri
f. Memindahkan tangan kiri ke supra sympisis untuk menahan
uterus pada saat sisa plasenta dikeluarkan
g. memastikan tidak ada sisa plasenta yang tertinggal dicavum uteri
h. Mengeluarkan tangan secara obstetri
i. Dekontaminasi sarung tangan kedalam larutan klorin dan buka
secara terbalik
j. Cuci tangan
3. Memberikan misoprostl perrektal
4. Melakukan injeksi ergometrin 0,2 mg secara IM untuk membantu
kontraksi uterus
5. Melakukan pemantauan perdarahan , tanda- tanda vital dan kontraksi
uterus selama 2 jam.
6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum

18
7. Memberikan terapi asam mefanamat 500 mg diminum 3x sehari dan
amoxilin 500 mg diminum 3x sehari serta diberikan tablet Fe 600 mg
perhari.

VII. EVALUASI Tanggal 4-9-2016 jam 06.30 WIB


1. Ibu mengetahui kondisinya saat ini
2. Eksplorasi telah dilakukan, ada sisa plasenta yang tertinggal dan
sudah berhasil dikeluarkan.
3. Misoprostol telah diberikan
4. Injeksi ergometrin sudah diberikan
5. Perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik
6. Ibu tampak lebih tenang dan ibu mau minum satu gelas teh manis
7. Ibu telah diberikan terapi obat

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Menurut Nugroho (2010) penatalaksanaan retensio sisa plasenta yaitu


pertama kali dilakukan perbaikan keadaan umum ibu dan melihat tanda-tanda
syok. Perbaikan keadaan umum ibu yaitu dilakukan pemasangan infus RL 500 ml
dengan tetesan 20 tpm. Jika kadar Hb ibu kurang dari 8 gr% maka ibu dilakukan
tranfusi darah. Selain itu diberikan nutrisi per oral seperti makanan dan minum.

Penatalaksanaan awal retensio plasenta yang kami lihat di BPM Mujiasih


belum sesuai dengan teori karena pasien tidak dipasang infus. Perbaikan keadaan
umum yang dilakukan di BPM Mujiasih adalah dengan memberikan nutrisi
peroral yaitu makan dan minum. Tidak dipasangnya infus menurut kami karena
kesadaran ibu masih composmentis. Selain itu perdarahan yang keluar kurang dari
500 cc.

Pada penanganan selanjutnya menurut Buku Obgynacea (2009) jika


serviks terbuka maka ibu dapat dilakukan eksplorasi digital. Jika serviks hanya
bisa di lewati oleh instrumen, lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan untuk dilakukan kuretase atau AVM.

Sedangkan pada penatalaksanaan retensio sisa plasenta yang dilakukan di


BPM Mujiasih sudah sesuai dengan teori. Karena menurut pemeriksaan obstetri
serviks terbuka maka ibu dilakukan eksplorasi digital. Dalam melakukan
eksplorasi, ditemukan sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal serta
gumpalan darah. Setelah dilakukan eksplorasi, dilakukan evaluasi jumlah
perdarahan dan kontraksi uterus. Hasilnya, berdarahan berkurang dan kontraksi
keras.

Penanganan retensio sisa plasenta yaitu dengan memberikan terapi


uterotonik dan antibiotik yang adekuat. Jenis antibiotik yang biasa diberikan
adalah golongan pinisilin seperti amoxilin serta diberikan tablet Fe 600 mg/hari
(Syaifudin, 2002)

20
Pemberian terapi di BPM Mujiasih sudah sesuai dengan teori. Pasien telah
diberikan uterotonik melalui injeksi ergomertrin 0,2 mg secara IM. Ibu juga
diberikan terapi obat antibiotik amoxilin 500 mg diminum 3x sehari dan tablet Fe
600 mg perhari. Kemudian ibu juga diberikan terapi asam mefenamat untuk
mengurangi rasa sakit pada jahitan ibu.

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim. Masa
nifas berlangsung dari 2 jam setelah persalinan hingga 6 minggu berikutnya.
Berakhirnya masa nifas ditandai dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lainnya
berkaitan saat persalinan. (Seherni, dkk: 2009)

Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut,


sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat persalinan dengan keluhan
perdarahan setelah 6-10 hari pulang ke rumah dan sub involusi uterus.
(Saifuddin, 2009). Oleh karena itu diharapkan bidan mampu mendeteksi
kegawatdaruratan obstetri seperti perdarahan postpartum dan dapat
menentukan penanganan yang tepat untuk pasien.

B. Saran

1. Institusi Pelayanan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan SOP
2. Institusi Pendidikan
Agar laporan ini dapat dipergunakan sebagai bahan bagi pembelajaran.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat megetahui dan memahami serta dapat
memberikan asuhan pada ibu nifas patologi

22
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Ayu dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC.
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Oxorn, Harry dan Forte, Wiliam R. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Andi, YEM.
Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta : TIM.
Saifuddin A. B.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sari,Y.R. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Patologi Ny.A P1A0 dengan
Retensio Sisa Plasenta di RSUD dr. Moewardi di Surakarta. KTI. STIKES
Kusuma Husada. Surakarta
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan dan Ibu Bersalin. Jakarta: Medika

23

Anda mungkin juga menyukai