A. SUBJEKTIF
1. Alasan Kunjungan
Ibu merasakan nyeri yang semakin lama dan sering, ia mengatakan bahwa ia ingin
melahirkan. (JNPK-KR, 2008; h. 8)
2. Keluhan Utama
Pada kasus persalinan informasi yang harus didapat dari pasien adalah kapan mulai
terasa ada kencang-kencang yang teratur semakin lama semakin sering (2-3 kali dalam
10 menit) dan jika untuk berjalan semakin sering dan kenceng-kenceng menjalar dari
punggung ke perut. Adakah pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air
kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah, serta pergerakan
janin untuk memastikan kesejahteraannya. (Sulistyawati, 2013)
3. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warning akan
adanya penyulit saat persalinan). Perubahan fisik dan psikologis dalam bersalin yang
melibatkan sistem dalam tubuh akan memepengaruhi organ yang mengalami
gangguan. Penting untuk melakukan penapisan pada ibu secepatnya tehadap
kemungkinan komplikasi antepartum yang dapat mempengaruhi periode intrapartum
(misal preeklamsi, anemia) atau muncul menyerupai tanda-tanda persalinan.
Yang dikaji dalam riwayat kesehatan adalah penyakit-penyakit yang dapat
mempengaruhi proses persalinan.
a) Penyakit Kardiovaskuler
(1) Penyakit Jantung
Ibu yang bersalin dengan disertai penyakitjantung mempunyai resiko
yang besar dalam proses persalinan karena dikhawatirkan tidak kuat
mengejan.
(1) Hipertensi
Jika tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg ibu dilarang
meneran karena dapat memperberat hipertensi yang dialami.
b) Penyakit Sistem Pernafasan
(1) Tuberculosis Paru
Dapat menimbulkan masalah pada ibu bersalin dalam mengejan, dan
dapat berisiko menularkan penyakit terhadap penolong jika pencegahan
infeksinya tidak benar.
(2) Asma Bronchiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2)
atau hipoksia. Bila tidak diatasi sering terjadi keguguran, persalinan
premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(gangguan pertumbuhan janin).
c) Penyakit Gastrointestinal
(1) Hernia
Dalam persalinan sebaiknya wanita tidak meneran terlalu kuat apabila
hernia semaikn besar dan jika syarat-syarat dipenuhi,persalinan
berakhir dengan vacum dan cunam.
(2) Hepatitis
Hepatitis infeksiosa (hepatitis A dan B) dapat menyebabkan kerusakan
sel-sel hati yang kuat dan nekrosis sehingga mempunyai pengaruh
buruk dalam kehamilan yaitu kehamilan premature bahkan kematian
janin dalam kandungan (KDJK).
d) Penyakit Endokrin
(1) Diabetes Mellitus Gestasional
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes
sangat bervariasi. Pada ibu akan meningkatkan resiko terjadinya
preeclampsia, seksiosesarea, dan terjadinya diabetes mellitus tipe II di
kemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan resiko terjadinya
makrosomia, trauma persalinan, hioperbilirubinemia, hipoglikemia,
hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubenia neonatal, sindroma distress
respirasi (RDS), serta meningkatkan mortalitas atau kematian janin.
(2) Hypertiroid
Biasanya pada kehamilan berakhir dengan abortus (inhabitualis)/partus
prematurus,cacat bawaan,dan kretinismus pada janin lebih besar.
(3) Hipotiroid
Pada hipotiroid subklinis bisa meningkatkan terjadinya persalinan
premature, solusio plasenta, dan perawatan bayi di NICU.
e) Penyakit Sistem Reproduksi
(1) Mioma Uteri
Terdapatnya mioma uteri mungkin mengakibatkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada
mioma uteri submukosum
b) Kemungkinan abortus bertambah
c) Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang
letaknya di serviks
d) Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di
dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma.
e) Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang
submukus dan intramural.
(2) Kista Vagina
Kista vagina biasanya kecil berasal dari duktus gartner atau duktus
muller. Letaknya lateral dalam vagina bagian proksimal, di tengah, atau
distal di bawah orifisium uretrae eksternum. Wanita tidak mengalami
kesulitan waktu persetubuhan dan persalinan.Jarang sekali kista ini
demikian besarnya, sehingga menghambat turunnya kepala dan perlu di
pungli, atau pecah akibat tekanan kepala.
f) Penyakit Sistem Syaraf
Epilepsi
Pada umumnya epilepsi tidak dipengaruhi oleh kehamilan.Namun wanita
hamil dengan epilepsi mempunyai resiko terhadap hipertensi karena
kehamilan, persalinan prematur, bayi berat badan lahir rendah, bayi dengan
kelainan bawaan dan kematian perinatal.
g) Penyakit Sistem Urogenital
Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam
kehamilan dan nifas karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan
fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi.Penderita dapat meninggal dalam
waktu 14 hari setelah timbulnya anuria.Kerusakan jaringan dapat terjadi di
beberapa tempat yang tersebar atau keseluruh jaringan ginjal.
h) Penyakit Menular
(1) HIV
Transmisi HIV dari kepada janin dapat terjadi melalui intrauterine, saat
persalinan, dan pasca persalinan.Kelainan yang dapat terjadi adalah
berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus
spontan.
(2) Sifilis
Merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema
pallidum.Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah
plasenta terbentuk utuh, kira-kira sekitar umur 16 minggu, kemungkinan
untuk timbulnya sifilis kongenital lebih memungkinkan.
i) Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan.Apakah dari keluarga ibu, suami /orang yang tinggal
bersama ibu hamil itu ada yang sakit.Mencangkup penyakit kanker, penyakit
jantung, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit jiwa, kelainan bawaan,
kehamilan ganda, TBC, epilepsi, penyakit darah, alergi, dan riwayat
kehamilan kembar.(Hani, Ummi, dkk, 2010: 88)
4. Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji tentang jumlah kunjungan. Jumlah kunjungan minimal empat kali (4x) yaitu
satukali pada Trimester I, satu kali pada Trimester II, dan dua kali pada Trimester
III.Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan untuk
mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi pada
ibu hamil. Beberapa penyakit atau penyulit tidak segera timbul bersamaan dengan
terjadinya kehamilan hipertensi dalam kehamilan, atau baru akan menampakkan
gejala pada usia kehamilan tertentu misalnya perdarahan antepartum yang disebabkan
oleh plasenta previa.Di kaji tentang imunisasi TT karena ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus.
Jadwal imunisasi TT I ke TT II adalah 4 minggu dan akan memberikan perlindungan
selama 3 tahun.
b) HPHT
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) : Untuk mengetahui umur kehamilan yang
sebenarnya dan sekaligus taksiran persalinan yang dihitung dengan rumus neagle
yaitu TTP (Taksiran Tanggal Persalinan) = HPHT+7 bulan haid-3 dan tahun +1.
Haid terakhir, teratur tidaknya haid, dan cyclusnya dipergunakan untuk
memperhitungkan tanggal persalinan.
c) Hal lain yang perlu dikaji antara lain :
1) Kontraksi
Menurut Sari (2014;h.37-38), kala I awal (fase laten) timbul tiap 10 menit dengan
amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3cm. Frekuensi
dan amplitudo terus meningkat. Kala I lanjut (fase aktif) sampai akhir kala I akhir
terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi
2-4 kali/ 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+ 10 cm).
2) Gerakan bayi
Pada banyak primipara, masuknya bagian kepala janin ke pintu atas panggul telah
tercapai sebelum persalian mulai dan penurunan janin lebih jauh tidak akan terjadi
sampai awal persalinan. Sementara pada multipara masuknya kepala janin ke
dalam pintu atas pangggul mula – mula tidak begitu sempurna, penurunan lebih
jauh akan terjadi pada kala satu persalinan. Gerak janin untuk mengkaji
kesejahteraan janin.
d) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
(1) Kehamilan
Apakah ada masalah selama kehamilan dan persalinan sebelumnya. Untuk
mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil, berapa kali saat persalinan.
(2) Persalinan
Dikaji antar lain lamanya persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan saat ini. Komplikasi kelahiran sebelumnya
untuk mengidentifikasi masalah potensial pada kelahiran dan postpartum.
Riwayat persalinan yang merupakan faktor resiko adalah persalinan prematur,
persalinan dengan BBLR, lahir mati, persalinan dengan induksi persalinan dengan
plasenta manual, persalinan dengan perdarahan post partum, persalinan dengan
tindakan (Ekstrasi forcep , vakum , letak sungsang, ekstraksi , operasi SC).
Spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan, ditolong oleh siapa
(bidan, dokter).
(3) Nifas
Merupakan ada tidaknya penyakit atau perdarahan selama nifas.
5) Riwayat perkawinan
Ditanyakan kepada ibu itu berapa lama dan berapa kali kawin. ini untuk membantu
menentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu misalnya pada ibu yang lama
sekali telah kawin dan baru mempunyai anak, kemungkinan ada kelainan pada alat
kelamin ibu.
6) Riwayat KB
Jenis KB yang digunakan , alasan pemakaian, lama pemakaian, alasan berhenti, atau ganti
cara, rencana KB berikutnya. KB terakhir yang digunakan jika pada kehamilan perlu juga
ditanyakan rencana KB setelah melahirkan.
B. OBYEKTIF
a. Pemeriksaan umum
a) Tanda- tanda vital
1. Tekanan Darah
Normalnya 110 / 70 mmHg. Pada waktu – waktu diantara kontraksi, tekanan
darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi
tubuh dari terlentang ke posisi miring , perubahan tekanan darah selama
kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah. Diukur untuk mengetahui kemungkinan
adanya preeklamsia yaitu bila tekanan darah > 140 / 90 mmHg.
2. Suhu
Suhu normal pada ibu bersalin antara 36-37℃. Perubahan suhu sedikit
meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan suhu yang
0
tidak lebih dari 0,5 – 1 C yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan.
3. Nadi
Normalnya 55 – 90 kali reguler per menit. Peningkatan denyut nadi dapat
menunjukkan infeksi, syok, ansietas, atau dehidrasi. Nadi diukur tiap 30-60
menit sekali pada kala I laten dan kala I aktif (Kemenkes RI, 2013).
4. Respirasi
Normalnya 16 – 24 x / menit. Peningkatan frekuensi pernafasan dapat
menunjukkan syok atau ansietas. Pernafasan diukur setiap 2 jam atau 4 jam jika
suhu normal dan ketuban utuh. Jika ketuban sudah pecah, pernafasam diukur
setiap jam atau 2 jam. (Marmi,2012)
b) Tinggi badan
Tinggi badan normal yaitu lebih dari 145 cm, kemungkinan terjadinya CPD bila
kurang dari 145 cm . (Mandriawati, 2008)
b. Status present
Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan
rabaan , pemeriksaan diawali dari :
Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan
rabaan , pemeriksaan diawali dari :
1) Kepala
Rambut dikaji kebersihannya , warna dan kekuatannya. Warna rambut hitam,
tidak berketombe atau berkutu, tidak mudah rontok.
2) Muka : simetris, tidak oedem
3) Mata :Konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, dan
kelopak mata tidak bengkak.
4) Hidung : simetris, nafas cuping hidung, bersih tidak ada mukosa
5) Mulut : simetris, bibir tidak kering, lidah tidak stomatitis
6) Gigi : bersih tidak berkaries
7) Telinga : simetris, bersih
8) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiruoid
9) Dada : simetris, datar
10) Payudara : membesar, bersih, tidak ada benjolan
11) Abdomen : bersih, tidak ada linea nigra dan striae gravidarum
12) Kulit : bersih
13) Vulva : tidak odema, tidak ada varises,bersih
14) Ekstremitas : simetris, sama panjang,tidak oedem
c. Status Obstetri
a. Inspeksi / Periksa Pandang
Periksa pandang meliputi :
(1) Muka : pada ibu hamil cloasma gravidarum bisa muncul atau tidak,
oedem pada wajah menandakan ibu menderita preeklamsi.
(2) Mammae : hiperpigmentasi areola payudara, keadaan putting :
menonjol/datar, atau masuk ke dalam, kolostrum belum keluar
(Sulistyawati, 2013)
(3) Abdomen : perut membesar ke depan atau kesamping (pada ascietas
misalnya membesar ke samping), linea alba berwarna hitam, striae
gravidarum berwarna kebiruan/putih/kehitaman
(4) Vulva : pengeluaran pervagina (+). (Sulistyawati, 2013) pengeluaran
lendir dan darah, pengeluaran air ketuban meningkat (jika ketuban sudah
pecah) (Sulistyawati,2013)
b. Palpasi
Pemeriksaan abdomen meliputi :
a) Leopold I
Pada kehamilan aterm yang fisiologis TFU pada usia kehamilan 36 minggu
adalah setinggi prosesus xiphoideus. pada usia kehamilan 40 minggu
adalah dua jari (4cm) di bawah prosesus xiphoideus. Sedangkan TFU
dilihat dari umur kehamilan menurut Spiegelberg yaitu 36 minggu 32 cm
diatas simfisis, 38 minggu 33 cm diatas simfisis, dan 40 minggu 37,7 cm
diatas simfisis (Rukiyah, 2009)
Normalnya uterus teraba satu bagian kurang bulat, lunak, dan tidak
melenting yaitu bokong, serta dapat diketahui tinggi fundus uterinya
(Rukiyah,2009).
b) Leopold II
Menurut Hani (2010) jika teraba kokoh, cembung, panjang, dan tertahan
oleh massa yang dianggap kepala atau bokong, maka berarti punggung
janin. Posisi punggung janin pada kanan atau kiri abdomen menunjukkan
posisi janin membujur. Dan pada sisi yang lain teraba bagian-bagian kecil,
bentuk tidak jelas dan menonjol kemungkinaan teraba gerakan ektremitas
janin.
c) Leopold III
Bagian presentasi adalah kepala, dan mungkin agak sulit untuk
digoyangkan berati kepala sudah masuk PAP(Hani, 2010).
d) Leopold IV
Seberapa jauh bagian bawah janin (kepala) masuk kedalam rongga
panggul, jika jari-jari tangan bertemu (konvergen) berarti kepala belum
masuk PAP. Jika jari-jari tangan saling menjauh (divergen) berarti ukuran
kepala terbesar sudah melewati PAP) (Hani, 2010)
Dengan metode perlimaan : penurunan bagian terbawah dengan metode
lima jari yaitu 5/5 sampai 0/5 (JNPK-KR, 2008)
5 / 5 jika kelima jari penolong dapat meraba bagian terbawah janin itu
artinya kepala belum masuk pintu atas panggul.
4 / 5 jika empat jari penolong dapat meraba bagian terendah janin itu
berarti sebagian (1/5 ) bagian terbawah janin telah memasuki pintu
atas panggul.
3 / 5 jika tiga jari tangan penolong dapat meraba bagian terendah janin
itu berarti sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki
rongga panggul.
2 / 5 jika dua jari tangan penolong dapat meraba bagian terendah janin
itu berarti sebagian (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah
rongga panggul (tidak dapat di gerakkan)
1 / 5 jika satu jari penolong dapat meraba bagian terendah janin itu
berarti bagian 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin
yang berada di atas simpisi dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam
rongga panggul.
0 / 5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke
dalam rongga panggul .
Tabel 1.5 Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan
Periksa Periksa Keterangan
Luar Dalam
5/5 Kepala diatas PAP, mudah
digerakkan
4/5 H I-II Sulit digerakkan, sebagian
besar kepala belum masuk
panggul
3/5 H II-III Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
2/5 H III + Bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
1/5 H III-IV Kepala didasar panggul
0/5 H IV Di perineum
(Marmi, 2015)
e) TBJ (Tafsiran Berat Janin)
Dengan menggunakan rumus (TFU dalam cm – N) x 155.
Bila kepala di atas atau pada spina iskiadika maka n – 12. Bila kepala di
bawah spina iskiadika maka n – 11 (Romauli, 2011).
c. Auskultasi
Denyut jantung janin yang normal frekuensinya 120 – 160 kali per menit.
Frekuensi jantung bayi kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit
dapat menunjukan gawat janin dan perlu dievaluasi segera (Varney, 2008).
Pada presentasi vertexs (kepala) DJJ terdengar dibawah umbilikus ibu. Pada
presentasi sungsang DJJ terdengar pada bagian atas umbilikus ibu. PM
berjumlah 1 menunjukan janin tunggal (UNPAD,2008)
d. Pemeriksaan dalam
Pada kala I, pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi untuk memeriksa
apakah ibu sudah memasuki persalinan.
a. Vulva/ Vagina
Menurut JNPK-KR (2014), dikaji luka atau massa (benjolan) termasuk
kondilomata, varises vulva atau rektum, atau luka parut di perineum,
pengeluaran pervaginam (+).
b. Serviks
Serviks yang perlu dikaji meliputi :
a) Keadaan
Seiring dengan bertambahnya efektifitas kontraksi, serviks
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis dan membuka.
(Sulistyawati, 2013)
b) Efficement
Dengan dimulainya persalinan, panjang serviks berkurang secara
teratur sampai menjadi sangat pendek ( hanya beberapa mm). Serviks
yang sangat tipis ini disebut “menipis penuh”. Pada primigravida
ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Namun pada multigravida, ostium internum dan
eksternum serta pinipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu
yang sama. (Sulistyawati, 2013) Penipisan secara klinis dievaluasi
dalam presentase 0% (tidak ada penipisan) sampai 100 % (penipisan
komplit) (Varney, dkk, 2008).
c) Pembukaan
Setelah serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya
adalah pembukaan. Proses dilatasi dan diameter serviks dibagi
menjadi 2 fase, yaitu fase laten (berlangsung selama kurang lebih 8
jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai diameter 3 cm) dan
fase aktif (pembukaan dari 3 cm sampai pembukaan lengkap yaitu 10
cm). Kala I pada primigravida berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan multigravida kira-kira 7 jam (Sulistyawati dan Nugraheny,
2013)
d) Kulit ketuban
Biasanya kulit ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika
pembukaan sudah lengkap atau mendekati pembukaan lengkap. Akan
tetapi tidak jarang kulit ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan
sudah lengkap. Jika ketuban sudah pecah nilai kondisi ketuban setiap
kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban. Pada
persalinan fisiologis warna air ketuban berwarna jernih. Gunakan
lambang-lambang berikut, U untuk selaput ketuban utuh (belum
pecah), J untuk selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih,
M untuk selaput ketuban bercampur mekonium, D untuk selaput
ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah, dan K untuk
selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidang mengalir
(kering).
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya
gawat janin. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu
ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir. (JNPK-KR, 2014)
e) Moulase
Menurut Saifuddin (2009;h.319,,, Penyusupan adalah indikator
penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
dengan bagian keras panggul ibu.
Menurut Marmi (2012; h.145) menilai penyusupan kepala janin
menggunakan lambang berikut:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Pada persalinan normal molase yang masih normal yaitu diberi
lambing antara 0-1.
f) Presentasi
Presentasi menunjukan bagian janin yang terdapat di bagian terbawah
jalan lahir. Bagian janin yang terbawah menyebutkan presentasi janin
tersebut. Pada letak memanjang, bagian terbawah yaitu kepala atau
bokong sehingga terdapat presentasi kepala atau bokong. Pada letak
melintang bagian terbawahnya bahu, sehingga terdapat presentasi
bahu. (Sulistyawati, 2013). Normalnya presentasi pada persalinan
fisiologis adalah kepala.
g) POD (Point Of Directions)
Pada pemeriksaan dalam posisi janin didapatkan dengan menentukan
salah satu bagian janin yang terendah terhadap jalan lahir, bagian
terendah tersebut dinamakan penunjuk. Penunjuk tersebut dinyatakan
sesuai dengan bagian kiri atau kanan dari ibu. Normalnya POD
teraba UUK dengan presentasi belakang kepala
Selain UUK bisa saja teraba bagian seperti UUB untuk presentasi
puncak kepala, dahi untuk presentasi bentuk dahi, dagu untuk
presentasi muka, sacrum untuk presentasi bokong, dan akromion
skapula untuk presentasi bahu (letak lintang). Sebagai contoh letak
belakang kepala (LBK), ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, dan
UUK kanan belakang. (Sondakh, 2013)
h) Bidang Hodge
Menurut Saifuddin (2009; h.195) Bidang-bidang hodge ini dipelajari
untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun
dalam panggul dalam persalinan. Berikut adalah penilaian bidang
hodge,
Bidang Hodge I
pada bidang hodge I ialah bidang datar yang melewati bagian atas
simfisis dan promotorium,
Bidang Hodge II
bidang hodge II ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge I
terletak setinggi bagian bawah simfisis,
Bidang Hodge III
bidang hodge III ialah bidang sejajar dengan bidang hodge I dan II
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri,
Bidang Hodge IV
bidang hodge IV ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II,
dan III terletak setinggi os koksigis
C. ANALISA
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data
subyektif dan objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data
objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga
menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam
rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien,
dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah
melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan tindakan segera.
Dalam langkah ini bidan membagi analisa data menjadi 4 bagian yaitu :
a. Diagnosa kebidanan
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain :
1. Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan
kehamilannya (jumlah kehamilan), dibedakan menjadi primigravida (hamil
pertama kali) dan multigravida (hamil kedua atau lebih)
Contoh cara penulisan paritas dalam analisa data :
Primigravida G1P0A0
G1 (Gravida 1) berarti kehamilan yang pertama
P0 (Partus nol) berarti belum pernah partus/melahirkan
A0 (Abortus nol) berarti belum pernah mengalami abortus
Multigravida G3P1A1
G3 (Gravida 3) berarti kehamilan yang ketiga
P1 (Partus 1) berarti pernah mengalami partus/melahirkan satu kali
A1 (Abortus1) berarti pernah mengalami abortus satu kali
2. Usia kehamilan (dalam minggu)
Persalinan aterm (37-42 minggu) termasuk fisiologis. Dikarenakan dilihat dari
kematuran organ pernafasan khususnya alveoli yang telah atau dapat
berkontraksi dengan sempurna karna cairan surfaktan matur untuk membantu
kontraksi alveoli dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam darah.
3. Kala dan fase persalinan
Pada Kala I terdapat 2 fase persalinan, sebagai berikut:
a. Fase Laten
Terjadinya kontraksi yang masih teratur dari serviks belum membuka hingga
pembukaan 3 cm. Pada fase ini akan terjadi pembukaan dan penipisan pada
serviks.
b. Fase Aktif
Terjadinya peningkatan pelebaran jalan lahir atau pembukaan serviks dan
penipisan serviks yang terjadi dari pembukaan 4 cm menjadi 10 cm, yang
dibagi menjadi 3 :
Akselerasi
Pembukaan serviks dari 3 cm hingga 4 cm. Dalam waktu 2 jam.
Dilatasi maksimal
Dimana terjadi perlunakan atau menurunnya kekuatan tonus otot
pada serviks yang menyebabkan pembukaan serviks dari 4cm hingga
9cm. Selama 2 jam.
Deselerasi
Pembukaan serviks dari 9 cm hingga 10 cm atau pembukaan lengkap.
Selama 2 jam.
Pada Ibu Multipara, maka fase persalinan pada kala I akan lebih cepat
4. Keadaan janin
Janin hidup, tunggal, intrauterine, puka/puki, presentasi belakang kepala,
fisiologis
5. Normal / fisiologis
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal: ................. Jam: ......................
Persiapan asuhan persalinan yaitu sebagai berikut:
a. Mempersiapkan ruangan persalinan, peralatan, perlengkapan, bahan-bahan dan
obat-obatan yang diperlukan dalam keadaan siap pakai. Memastikan bahwa
perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus set, alat
penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi BBL sudah dalam keadaan steril.
b. Mempersiapkan rujukan
Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat
membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya.
c. Memberikan dukungan emosional dengan menganjurkan suami atau keluarga
untuk mendampingi ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.
Dukungan suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan
dalam menjalani proses persalinan.
Menurut Diana Septi Anggraeni, Sumarni, Ely Eko Agustina (2014) bahwa
ada pengaruh dukungan suami dalam proses persalinan dengan nyeri persalinan.
Semakin baik dukungan yang diberikan oleh suami saat proses persalinan, maka
nyeri persalinan yang dirasakan ibu akan semakin berkurang.
Dalam hal ini, bidan bekerja bersama anggota keluarga untuk: Mengucapkan
kata-kata yang membesarkan hati dan pujian pada ibu, Membantu ibu bernafas
secara benar saat kontraksi, Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan
tindakan-tindakan bermanfaat lainnya, Menyeka muka ibu secara lembut dengan
menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin, Menciptakan suasana
kekeluargaan dan rasa aman.
d. Mengatur posisi
Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama
persalinan dan melahirkan bayi serta menganjurkan suami dan pendamping
lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri
atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan memperpendek waktu
persalinan.
Memberitahu ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit. Menurut
Rukiyah (2009) beberapa posisi dapat membantu rasa sakit saat kontraksi,
misalnya posisi duduk, bersandar tegak, bersandar ke depan, berlutut ke depan,
mengurut punggung atau bersandar pada suami.
e. Pemberian cairan dan nutrisi
Menganjurkan ibu untuk makan atau minum selama persalinan dan proses
kelahiran bayi, karena makanan ringan dan asupan cairan yang cukup akan
memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi.
f. Eliminasi
Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama
persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam dan menganjurkan ibu
untuk BAB jika ibu menginginkan,
g. Pencegahan Infeksi
Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik
akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi.
h. Partograf
Melakukan pemantauan kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik.
1) Partograf membantu penolong persalinan untuk:
Mencatat kemajuan persalinan, mencatat kondisi ibu dan janinmya,
mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran,
menggunakan informasi yang tercatat untuk diidentifikasi dini penyulit
persalinan, menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu.
2) Melakukan pencatatan persalinan
a) Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat.
Menurut JNPK-KR (2014) kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan
dicatat dengan seksama, yaitu: DJJ setiap ½ jam, Frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus setiap ½ jam, Nadi setiap ½ jam, Pembukaan serviks setiap
4 jam, Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam, Tekanan darah setiap
4 jam, Suhu setiap 2 jam, Produksi urine, aseton, dan protein setiap 2
sampai 4 jam.
b) Selama fase aktif pemantauan menggunakan partograf.
E. EVALUASI
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien,
kita mengacu kepada beberap pertimbangan sebagai berikut :
1. Tujuan asuhan kebidanan
a. Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan pasien
b. Memfasilitasi pasien untuk menjalani persalinannya dengan rasa aman dan
penuh percaya diri
c. Menyakinkan pasien dan pasangannya untuk mengembangkan kemampuan
sebagai orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang
tua
2. Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah
Dalam melakukan evaluasi mengenai seberap efektif tindakan dan asuhan yang kita
berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respon pasien dan peningkatan kondisi
yang kita targetkan pada saat penyusunan perencanaan.Hasil pengkajian ini kita
jadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
3. Hasil asuhan
Hasil asuhan adalah bentuk nyata dari perubahan kondisi serta respon pasien dan
keluarga yang meliputi :
a. Penerimaan pasien terhadap kondisi dan kesiapannya dalam menghadapi setiap
tahapan persalinan
b. Stabilitas psikologis suami dan keluarga dalam mendampingi pasien
c. Pasien kooperatif dalam proses persalinan
d. Suami dan keluarga senantiasa siap memberikan dukungan
C. Analisis
a. Diagnosa kebidanan
Ny….(inisial nama untuk menjaga privasi) usia…(termasuk dalam usia produktif
(20-35 tahun) atau usia resiko tinggi(<16tahun atau >35 tahun) G ≤ 4 P ≤ 3 A0, in
partu kala III, fisiologis
b. Masalah : tidak ada
c. Diagnosa potensial : tidak ada
D. Penatalaksanaan :
Tanggal : ............ Jam : .....
Menurut Varney (2008; h. 825; 827) kala tiga persalinan berlangsung rata-rata
antara 5 sampai 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala tiga yaitu sampai 30 menit.
Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih lama dari 30 menit. Langkah
pertama dalam mengelola kala tiga adalah mengevaluasi kemajuan persalinan dan
kondisi ibu. Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, bentuk dan
posisi uterus, tanpa melakukan masase, serta menentukan apakah uterus berkontraksi.
Langkah Manajemen Aktif Kala III :
a. Memastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus
b. Memberitahu ibu akan dilakukan penyuntikan oksitosin dan menyuntikan oksitosin
10 unit IM di 1/3 atas bagian distal lateral paha dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
c. Setelah ± 2 menit bayi lahir, melakukan pemotongan tali pusat dengan cara tali pusat
dijepit dengan klem sekitar 3 cm dari perut bayi, kemudian tekan tali pusat dengan 2
jari lalu mendorong isi tali pusat ke arah Ibu. Lalu menjepit lagi tali pusat dari
jepitan yang pertama sekitar 2 cm, potong dan ikat tali pusat diantara 2 klem.
Lepaskan klem.
d. Melakukan inisiasi menyusui dini kontak kulit ibu ke kulit bayi
e. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan klem penjepit pada 5-10 cm
dari vulva dengan satu tangan, sambil tangan lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (darso cranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadi
inversion uteri.
f. Setelah plasenta terlepas meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir.
g. Ketika plasenta sudah nampak di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainya secara
lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
h. Jika setelah diperiksa ada bagian selaput ketuban yang tidak utuh maka lakukan
pemeriksaan di vagina dan serviks kemudian mengeluarkan selaput dengan kedua
tangan atau klem.
i. Memassage fundus uteri dengan menggerakkan dengan arah memutar pada fundus
uteri selama 15 detik (JNPK-KR, 2008; h. 99-103).
MANAJEMEN KALA IV
A. Subjektif :
Data subyektif kala IV menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; h. 239) :
a. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
b. Pasien mengatakan perutnya mulas
c. Pasien mengatakan merasa lelah tetapi bahagia
B. Objektif :
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013; h. 239) data objektif kala IV adalah:
1) Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal.... jam….
2) TFU berapa jari di atas pusat dan kontraksi uterus baik (keras).
Menurut Varney (2008), uterus yang berkontraksi normalnya keras ketika disentuh.
Tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat segera setelah persalinan (Ambarwati, 2010).
Tanda vital, tekanan darah, nadi, dan pernapasan harus menjadi stabil pada level pra-
persalinan selama jam pertama pascapartus, suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi
biasanya di bawah 38 oC (Varney, 2008).
C. Analisis :
1) Diagnosa Kebidanan
Ny….(inisial nama untuk menjaga privasi) usia…(termasuk dalam usia produktif (20-35
tahun) atau usia resiko tinggi(<16tahun atau >35 tahun) P≤4 A 0, in partu kala IV,
fisiologis
2) Masalah: tidak ada
3) Diagnosa Potensial: tidak ada
D. Penatalaksanaan :
Tanggal : .......... Jam : ..........
a. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi
perdarahan persalinan vagina.
b. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
c. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari
pusat.
d. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
e. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
f. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.
g. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
h. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : • 2-3 kali
dalam 15 menit pertama pasca persalinan. • Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan. • Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. • Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana
atonia uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
j. Mengevaluasi kehilangan darah.
k. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan. • Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
l. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
m. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
n. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
o. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
p. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
q. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian
dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
r. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
s. Dokumentasi Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)