TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI
DAN PERENCANAAN KEHAMILAN
I. Pengkajian
DATA SUBYEKTIF
a. Biodata
2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mm/Hg
Pernafasan : 19 x/menit
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 36,8 C
BB saat ini : 103 kg
Tinggi badan : 167 cm
Lila : 35 cm
IMT : 36,9
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : Tidak :
Pemeriksaan kadar Hemoglobin : Tidak
Pemeriksaan golongnn darah : Tidak
Pereiksaan rhesus : Tidak
Pemeriksaan kadr gula darah : Tidak
Pemeriksaan HIV : Tidak
Pemeriksaan HbsAg : Tidak
Pemeriksan TORCH : Tidak
3. KESIMPULAN
Pada pengkajian data subyektif dapat dianalisa Ny. Lisna mengalami infertil primer
dan obesitas. Hal ini dapat diketahui dari lama pernikahan Ny. Lisna dengan suami ke
dua yaitu 1 tahun dan tidak pernah menggunakan KB apapun. Pada pengkajian riwayat
menstruasi klien mengalami ketidakteraturan haid, klien dapat menstruasi apabila
dirangsang dengan pil KB. Status gizi klien dengan Indeks Massa Tubuh 36,9 termasuk
kategori Obesitas Tingkat II, sehingga dapat menyebabkan terjadinya infertil. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Grodstein bahwa berat badan memiliki peranan
dalam infertilitas. Hubungan Ketidaknormalan berat badan dengan infertilitas berkaitan
dengan ketidaknormalan hormon yang menyebabkan ketidakteraturan menstruasi
sehingga berdampak pada infertilitas. Peran Bidan dalam penanganan infertilitas yaitu
menganjurkan kllien untuk mengubah pola makan, olahraga secara teratur, mengurangi
ngemil, dan melakukan rujukan ke dokter Spesialis Obgyn sehingga klien mendapatkan
penanganan yang tepat.
BAB 4
PEMBAHASAN
Fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan
kelahiran anak hidup. Pada pengkajian data subyektif pada Ny. Lisna diperoleh hasil bahwa
klien ingin merencanakan kehamilan pertamanya untuk pernikahan kedua, setelah hampir 2
tahun menikah dan pada pernikahan pertama klien belum pernah mengalami hamil. Ny. Lisna
tergolong infertil primer, hal ini berdasarkan teori yang ada yaitu Infertilitas primer adalah
seorang istri yang belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Pada pengkajian di dapatkan bahwa pada pola
menstruasi Ny. Lisna mengalami ketidakteraturan haid selama kurang lebih 1 tahun, dan Ny.
Lisna mengalami haid ketika mendapat ransangan dari pil KB selama 1 bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada Ny. Lisna mengalami ketidakseimbangan hormon dalam tubuh
sehingga tidak mendapat pola menstruasi yang teratur. Nisa, Hainun (2012) menyatakan
Perubahan hormonal atau perubahan pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat timbunan
lemak pada perempuan obesitas. Timbunan lemak itu memicu perubahan hormon, terutama
esterogen. Pada wanita yang kelebihan berat badan, esterogen ini tidak hanya berasal dari
ovarium tetapi juga dari lemak yang berada dibawah kulit. Hal ini menyebabkan keluarnya
luitenizing hormone (LH) sebelum waktunya. LH yang terlalu cepat keluar menyebabkan
telur tidak bisa pecah dan progesteron tidak terangsang, sehingga siklusnya berantakaan,
jumlah haid yang keluar cukup banyak, dan juga masa haid yang lebih lama. LH yang keluar
terlalu cepat akan merangsang keluarnya hormon progesteron dan androgen. LH yang keluar
terlalu cepat akan merangsang keluarnya hormon progesteron dan androgen. Pada perempuan
obesitas, androgen yang keluar terlalu cepat tidak akan diubah menjadi estradiol karena
hormon androgen yang keluar itu yang tidak berikat. Inilah yang membuat sel telur tidak
berkembang. Akibatnya ovulasi tidak terjadi.
Infertilitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Infertilitas dapat dipengaruhi oleh usia,
berat badan dan olahraga yang berlebih, gaya hidup, lingkungan, deperesi/ stres. Diatas telah
disinggung bahwa Ny. Lisna mengalami ketidakteraturan haid dan ketidakteraturan haid dapat
diperoleh akibat banyaknya timbunan lemak dalam tubuh. Pada pengkajian didapatkan Ny.
Lisna memiliki berat badan yang berlebih, dilihat dari status gizinya berdasar indeks masa
tubuh (IMT) Ny. Lisna tergolong kategori obesitas tingkat II yaitu 36,9. Penelitiann yang
telah dilakukan oleh Anggraini, Sri dkk (2015) pada penelitiannya menunjukkan terdapat
wanita pasangan usia subur dengan obesitas 105 orang (67,74%), dan yang mengalami infertil
85 orang (80,95 %) sehingga ada hubungan antara obesitas dengan infertilitas. Indarwati,, dkk
(2017) pada penelitiannya tentang Analysis of factors influencing female infertility
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara body mass index dengan infertilitas. Dalam
penelitian tersebut menyatakan bahwa wanita dengan body mass index yang tidak
normal memiliki risiko lebih tinggi terhadap kejadian infertil daripada wanita dengan
body mass index yang normal. Risiko tinggi infertilitas sudah ditemukan baik pada
wanita yang over-weight maupun underweight. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Grodstein bahwa berat badan memiliki peranan dalam infertilitas.
Hubungan Ketidaknormalkn berat badan dengan infertilitas berkaitan dengan
ketidaknormalan hormon yang menyebabkan ketidakteraturan menstruasi sehingga
berdampak pada infertilitas. Hal ini sesuai dengan Aldini dalam indarwati (2017) yang
menyatakan bahwa beberapa problem ovulasi dan perubahan menstruasi dapat
ditemukan pada perempuan dengan polycystic ovarian syn-drome yang juga obesitas
tetapi perempuan yang tidak memiliki PCOS namun obesitas pun memiliki problem yang
sama. Selain itu, beberapa ahli mengatakan bahwa masalah pada organ reproduksi yang
dapat menyebabkan infertilitas juga terkait faktor bakat yang kemudian dipicu oleh
rangsangan hormon, makanan kaya lemak serta kelebihan berat badan. Pada
penatalaksanaan Ny. Lisna diberikan konseling mengenai konseling gaya hidup yaitu
perubahan perilaku dan pengaturan pola makan. Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan
meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Pertama usahakan
mencapai dan mempertahankan BB yang sehat. Pengaturan makan disesuaikan dengan
banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik. Makan makanan kaya nutrien, lemak rendah
dan kalori rendah, hindari kebiasaan ngemil. Pilih jenis makanan dengan kepadatan energi
rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang
berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi lemak. Penangan selanjutnya yaitu klien
diberikan rujukan ke dokter Spesial Obgyn untuk dilakukan pemeriksaan USG dan
penanganan lebih lanjut.