Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN


ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN
DI PMB WAYAN SUDIARTINI KABUPATEN BOGOR

LAN DAN AN ALISA DATA)


 

Disusun oleh :
Sajida Prianka S.Keb
NPM : 220503320111

 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI PERTIWI INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan
yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor Lama KB Suntik 1 Bulan” di PMB Wayan
Sudiartini S.Keb, tepatnya di Kabupaten Bogor.
Penyusunan makalah ini bersumber dari semua data yang kami peroleh baik dari media
cetak, media elektronik, serta teori dan bimbingan dari dosen mata kuliah. Adapun data kasus
diperoleh dari anamnesa secara langsung, data rekam medis, serta praktik klinik. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang konsep dasar dalam asuhan
pemberian obat secara IM khususnya pada pemberian KB suntik 1 bulan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.

Bogor, 20 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................................3
A. Injeksi...................................................................................................................................3
B. Injeksi Intramuskular...........................................................................................................3
C. Kontrasepsi Suntik...............................................................................................................4
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................................6
A. Identitas Pasien....................................................................................................................6
B. Data Subjektif......................................................................................................................6
C. Data Objektif........................................................................................................................6
D. Analisa.................................................................................................................................7
E. Penatalaksanaan...................................................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................................9
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di
Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan
penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan serta pola budaya pada
masyarakat setempat. Pemerintah Indonesia telah menerapkan program Keluarga
Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan Lembaga Keluarga
Berencana Nasional (LKBN) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mengatasi kasus ledakan
penduduk tersebut. Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol
laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas dalam mewujudkan hak-hak reproduksi membentuk keluarga dengan usia
kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak, mengatur
kehamilan, dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2017). Sasaran
program KB diarahkan pada dua bentuk sasaran. Sasaran langsung adalah Pasangan Usia
Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang
berusia antara 15-49 tahun. Sasaran tidak langsung adalah organisasi-organisasi,
lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, tokoh
masyarakat (wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungannya.
Indonesia merupakan urutan ke 5 dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249
juta. Upaya untuk mengurangi jumlah penduduk dapat dilakukan pemakaian kontrasepsi.
Peserta KB di Indonesia lebih banyak memilih Kontrasepsi Suntik sebagai alat
kontrasepsi yaitu sebanyak 4.128.115 orang.Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017, jumlah keseluruhan akseptor KB pada tingkat Nasional
22.682.255 yang terbesar akseptor KB suntik sebanyak 12.562.106 (55,38%)
(Yuningsih.R.F, 2019).
Pemilihan kontrasepsi oleh wanita usia subur yang sesuai keinginan sangat
penting, salah satu kontrasepsi yang banyak dipilih adalah KB suntik baik 1 bulan
maupun 3 bulan, karena suntik merupakan alat kontrasepsi yang praktis, aman,murah.
(Dewi Astuti, 2016). Efektifitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam
mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif
karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu
mengingat untuk meminum pil (Everet, S, 2017).

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan kebidanan pada Ny.S usia 45 tahun P3A0 dengan akseptor KB suntik 1 bulan di
PMB Indah Niswati Kabupaten Bogor.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana
asuhan kebidanan Ny.S usia 45 tahun P3A0 dengan akseptor KB suntik 1 bulan di PMB
Wayan Sudiartini S.Keb Kabupaten Bogor?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pemberian obat secara IM deng
an manajemen 7 langkah Varney pada akseptor lama KB suntik 1 bulan secara
komprehensif
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada asuhan kebidanan
dengan pemberian obat secara IM
b. Melakukan interpretasi data dasar pada asuhan kebidanan dengan pemberian
obat secara IM
c. Menentukan identifikasi diagnose atau masalah potensial pada asuhan kebidanan
dengan pemberian obat secara IM
d. Menentukan kebutuhan tindakan segera pada asuhan kebidanan dengan
pemberian obat secara IM
e. Melakukan penyusunan rencana asuhan pada asuhan kebidanan dengan
pemberian obat secara IM
f. Melakukan implementasi pada asuhan kebidanan dengan pemberian obat secara
IM
g. Melakukan evaluasi pada asuhan kebidanan dengan pemberian obat secara IM
h. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan dengan pemberian obat secara
IM

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan
dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Pemberian injeksi
merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Teknik injeksi yang paling sering dilakukan adalah injeksi intramuscular, injeksi
subcutan, injeksi intradermal/intracutan, injeksi intravena.

B. Injeksi Intramuskular
Injeksi intramuskuler (IM) adalah pemberian obat/ cairan dengan cara
dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Pada orang dewasa tempat yang paling
sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah seperempat bagian atas luar otot
gluteus maximus, sedangkan pada bayi, tempat penyuntikan dibatasi sebaiknya paling
banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah gluteal dan 2 ml di daerah deltoid. Tujuanya
adalah agar absorsi obat dapat lebih cepat. Rute intramuscular (IM) memungkinkan
absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute subcutan (SC), karena pembuluh darah
lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat
memasuki otot dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke
pembuluh darah. Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar
untuk melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan
mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90o.
Sebelum memberikan injeksi, otot harus bebas dari nyeri tekan. Injeksi berulang
di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman yang berat. Dengan
meminta klien untuk rileks, perawat dapat mempalpasi otot untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya lesi yang mengeras. Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan
padat saat kontraksi. Bidan dapat meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi
dengan membantunya mengambil posisi yang dapat mengurangi ketegangan otot.
Lokasi injeksi intramuscular antara lain pada otot Vastus Lateralis (daerah paha
atas), otot Ventrogluteal (posisi berbaring), otot Dorsogluteus (posisi tengkurap pada
pantat), dan otot Deltoid (lengan atas). Tujuannya agar penyerapan obat lebih cepat. Obat
yang sering diberikan secara intramuskuler misalnya : vitamin, vaksin, antibiotik,
antipiretik, hormon-hormon kelamin, KB dan lain-lain.

3
C. Kontrasepsi Suntik
1. Pengertian
Menurut Rusmini dkk (2017), kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma tersebut. Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang
berisi hormon yang disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodic.
2. Jenis-jenis KB Suntik
Menurut Rusmini dkk (2017), jenis-jenis kontrasepsi suntik yang sering digunakan di
Indonesia antara lain:
a) Suntikan/1 bulan, contoh : Cyclofem. Mengandung hormone estrogen dan
progesterone, biasa disebut KB suntik kombinasi)
b) Suntikan/3 bulan, contoh : Depo Medroksi Progesteron Asetat, (DMPA), Depo
Noretisteron Enantat (Depo Noristerat). Mengandung hormone progesteron.
3. Efektifitas KB Suntik
Kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per
perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
4. Mekanisme Kerja
Menurut Rusmini dkk (2017) mekanisme kerja dari kontrasepsi suntik adalah :
a) Mencegah ovulasi.
b) Mengentalkan lendir serviks dan menjadi sedikit sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis.
d) Menghambat transportasi gamet dan tuba.
e) Mengubah endometrium menjadi tidak sempurna untuk implementasi hasil
konsepsi.
5. Kelebihan
Berikut adalah keuntungan kontrasepsi suntik menurut Rusmini dkk (2017)
a) Sangat efektif.
b) Mencegah kehamilan jangka panjang.
c) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
d) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai menopouse.
e) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
f) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
g) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

4
6. Efek Samping
Kerugian dan efek samping dari kontrasepsi suntik menurut Rusmini dkk (2017)
adalah :
a) Gangguan haid seperti siklus haid memendek atau memanjang.
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu.
d) Kenaikan BB.
e) Keputihan.
f) Perubahan libido
g) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
h) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
7. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki pemakaian
KB jangka panjang, atau telah mempunyai cukup anak sesuai harapan tetapi saat ini
belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin
menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan senggama. Klien yang
mendekati masa menopause atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok
menggunakan kontrasepsi suntik.
8. Kontra Indikasi
Beberapa kondisi yang merupakan kontraindikasi pemakaian suntik KB yaitu ibu
sedang hamil, menderita penyakit liver, jantung, varises, hipertensi, kanker payudara
atau organ reproduksi, dan diabetes. Selain itu ibu perokok berat, sedang dalam
persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, dan migrain.
Disamping itu, ibu yang sedang menyusui tidak disarankan memakai KB suntik 1
bulan karena mengandung hormon estrogen yang dapat menghambat ASI.
9. Cara Pemberian
a. Waktu pemberian
- Setelah melahirkan hari ke 3-5 pascasalin dan setelah ASI berproduksi
- Setelah keguguran segera setelah kuretase/30 hari setelah keguguran (jika
ibu belum hamil lagi)
- Dalam masa haid hari pertama sampai hari ke 5 masa haid
b. Lokasi pemberian
- Daerah pantat (otot dorsogluteal)
- Daerah otot lengan atas (otot deltoid)

5
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S USIA 45 TAHUN P3A0


AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 1 BULAN
DI PMB WAYAN SUDIARTINI

1. Identitas
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn.A
Umur : 45 tahun Umur : 50 tahun
Agama : islam Agama : islam
Suku : sunda Suku : sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds waru jaya rt 01/ rw 02

Data subjektif

Haid terakhir ibu tanggal 13 mei 2022, ibu telah mengatur pola makan dan
melakukan olaraga.

Data objektif
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
b) Tanda vital
Tinggi badan : 149 cm
Berat badan lalu/skrg : 53 kg/57 kg
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
c) Kepala : Tidak ada massa abnormal
Rambut : Bersih dan tidak rontok, tidak ada ketombe
Muka : Tidak pucat, tidak oedem, tidak ada jerawat
Mata :Simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, lembab, tidak ada sinusitis
Telinga : Simetris, pendengaran aktif, bersih
6
Mulut : Bibir simetris, tidak ada perdarahan gusi, tidak ada karies gigi,
tidak ada peradangan pada tonsil
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis, maupun
kelenjer tyroid, tidak ada nyeri tekan
Mammae : Simetris, putting menonjol, tidak ada massa abnormal.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa abnormal
Genetalia : Tidak oedem, ada flek perdarahan dari jalan lahir, tidak ada
varises, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan tidak ada haematoma.
Anus : Tidak ada haemoroid
d) Ekstremitas :
- Atas : Simetris dan tidak oedema, turgor normal
- Bawah : Simetris, tidak oedem, tidak ada varies, turgor normal
- Refleks patella +2/+2
e) Pemeriksaan Ginekologis (periksa dalam, inspekulo, dll)
Vulva dan vagina : Tidak terdapat oeadem dan varises pada vagina
Inspeculo : Tidak dilakukan pemeriksaan
f) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
Analisa
Akseptor KB Suntik 1 bulan dengan kenaikan berat badan

D. Penatalaksanan

Tanggal : 20 mei 2022


1. Mengukur ttv Hasil : TD : 120/90 mmHg, N : 89 x/menit, P: 24 x/menit, S:
36,6oC
2. Menimbang BB ibu Hasil : 57 kg.
3. Menjelaskan kepada ibu agar tetap mempertahankan pola makan dan
melakukan olaraga secara teratur agar BB ibu tidak terus bertambah. Hasil : Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa semua keluhan yang dialaminya ada hal yang
tidak perlu dicemaskan karena merupakan hal yang normal dan tidak
mengganggu kesehatan. Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
5. Menjelaskan kepada ibu agar datang kapan saja ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat apabila ada masalah atau gangguan kesehatan sehubungan dengan
kontrasepsinya. Hasil : ibu bersedia.
6. Mengingatkan kembali kepada ibu bahwa jadwal suntikan ulangnya adalah
tanggal 18 juni 2022. Hasil : Ibu mengerti.

7
7. Memastikan bahwa ibu akan datang untuk suntikan ulangnya dan tetap ingin
menjadi akseptor KB suntik 1 bulan Hasil : Ibu bersedia datang kembali dan
ingin tetap menjadi akseptor KB suntik 1 bulan.
8. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya apabila ada hal yang
kurang dimengerti Hasil : Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus diatas Ny.S datang untuk melakukan suntik KB 1 bulan. Data subjektif
yang didapatkan adalah bahwa ibu mengalami kenaikan berat badan, ibu hari pertama
menstruasi pada tanggal 20 mei 2022. Ibu juga mengatakan tidak ada gangguan menstruasi
selama pemakaian KB suntik 1 bulan. Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan
akibat pemakaian KB suntik 1 bulan. Dari data yang didapatkan, maka ibu dapat diberikan
suntik KB seperti bulan sebelumnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan pada akseptor KB suntik 1
bulan adalah memastikan bahwa ibu tidak dalam keadaan hamil. Menurut Prawirihardjo
(2017), sebelum memberikan suatu kontrasepsi, bidan harus dapat menentukan klien dalam
keadaan hamil atau tidak. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah apakah klien memiliki
suatu penyakit yang merupakan kontraindikasi pemakaian KB suntik 1 bulan. Pada kasus
diatas, ibu tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, menular maupun riwayat kanker. Pada
pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kontraindikasi pemakaian suntik KB 1 bulan.
Setelah penapisan, didapatkan bahwa klien tidak dalam keadaan hamil serta tidak
terdapat penyakit yang menjadi kontraindikasi pemakaian KB suntik 1 bulan, maka asuhan
yang diberikan selanjutnya adalah memberikan injeksi KB cyclofem kepada ibu . Sebelum
melakukan penyuntikan pada ibu, ibu diposisikan pada posisi duduk karena ibu merasa lebih
nyaman duduk. Setelah itu dalam memberikan suntikan, tekniknya adalah menggoyangkan
botol dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara, kemudian
keluarkan isinya melaui spuit. Suntikkan secara intra muskular pada bagian lengan 3 jari
dibawah bahu dengan memastikan bahwa tidak ada darah saat dilakukan aspirasi. Dalam
pemberian injeksi harus tepat yaitu tidak terlalu dangkal karena apabila terlalu dangkal
penyerapannya menjadi lambat dan tidak efektif.
Setelah dilakukan injeksi, asuhan yang diberikan adalah memberikan konseling ulang
mengenai KB suntik 1 bulan mengenai efek samping dari pemakaian kontrasepsi hormonal.
Hal yang kemudian harus diperhatikan dalam memberikan asuhan pada akseptor KB suntik 1
bulan adalah melakukan kontrak kunjungan ulang terkait waktu untuk melakukan injeksi
kembali yaitu 28 hari kemudian setelah tanggal penyuntikan. Memberitahu pada akseptor
bahwa tanggal kembali pada tanggal 18-juni 2022.
Dari pembahasan di atas, maka didapatkan bahwa asuhan pada akseptor KB suntik 1
bulan yang diberikan pada Ny.S usia 45 tahun adalah berupa penapisan awal mengenai
indikasi dan kontraindikasi suntik KB 1 bulan, memberikan suntikan sesuai prosedur,
memberikan konseling ulang mengenai keterbatasankontrasepsi hormonal dan melakukan
kontrak kunjungan ulang. Pada penatalaksanaan asuhan, ibu bersikap kooperatif sehingga
asuhan yang diberikan berjalan dengan lancar.

9
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
melalui suntikan hormonal. Kegagalan pada pemakaian KB suntik hanya sekitar 0,3
kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian itu artinya 1 dari 333
pemakai masih bisa hamil. Cara kerja KB suntik adalah dengan menghalangi terjadinya
ovulasi masa subur dengan menghentikan keluarnya sel telur dari indung telur. Lender
vagina pun enjadi lebih kental sehingga mempersulit sperma untuk masuk ke dalam
rahim. Dengan demikian kontrasepsi suntik mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan
sperma.
Penatalaksanaan KB suntik dilakukan secara intramuscular pada otot
dorsogluteus yaitu di sepertiga atas diantara SIAS dengan sacrum dan memastikan
bahwa tidak ada darah saat dilakukan aspirasi, penyuntikan juga dapat dilakukan pada
otot deltoid yaitu pada sepertiga lengan atas.
Asuhan kebidanan pada keluarga berencana melalui pendekatan management
Varney dengan tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa/masalah potensial, tindakan antisipasi, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Sistem pendokumentasian dilakukan dengan SOAP.
Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat asuhan kebidanan keluarga berencana pada
Ny.S 45 tahun P3A0 akseptor lama KB suntik 1 bulan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif berdasarkan data yang telah didapat
melalui anamnesis langsung pada Ny.S 45 tahun P3A0 akseptor lama KB suntik 1
bulan
2. Pada pengkajian didapatkan data objektif berdasarkan data yang telah didapat melalui
pemeriksaan fisik dan pengkajian pada Ny.S 45 tahun P3A0 akseptor lama KB suntik
1 bulan
3. Pada analisa data didapatkan diagnosa kebidanan Ny.S 45 tahun P3A0 akseptor lama
KB suntik 1 bulan
4. Pada kasus Ny.S 45 tahun P3A0 akseptor lama KB suntik 1 bulan tersebut,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dibuat berdasarkan masalah yang
dirasakan ibu dimana perencanaan ini dibuat untuk memberikan asuhan kepada Ny.S
sebagai akseptor lama KB suntik diantaranya memberikan konseling KB suntik, mela
kukan tindakan sesuai dengan SOP tindakan secara sistematis dan dilakukan konselin
g pasca-tindakan.

10
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan keluarga berencana.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien lebih mengetahui dan memahami pemasangan, mekanisme kerja, efektifit
as, keuntungan kekurangan serta efek samping dari keluarga berencana dengan alat k
ontrasepsi suntik.
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu
pelayanan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Everet, S. 2017. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi.Nike Budhi Subekti
(alih bahasa).Edisi 2.Jakarta:EGC.

Fitri, I., 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Prawirohardjo, Sarwono. 2017. Ilmu Kandungan. Jakarta:PT Bina Pustaka.

Rusmini, Purwandani, S. & dkk, &., 2017. Pelayanan dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV.
Trans Info Media.

WHO. 2016 . “Sexual and Reproductive Health.”Monitoring Health For The SDGS.

Yuningsih.R.F. 2019. Pengaruh Implementasi Program Keluarga Berencana (KB) terhadap


Penekanan Angka Kelahiran (Fertilitas) di RW 02 Kelurahan Cipadung Kecamatan
Cibiru Kota Bandung Timur. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

12

Anda mungkin juga menyukai